BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Empat pilar pendidikan secara universal adalah learning to do, learning to know, learning to be and learning to live together. Artinya peserta didik harus diberdayakan agar mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do). dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know. Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungan itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar. Dari pengalaman belajar tersebut diharapkan siswa memperoleh hasil sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Kompetensi tersebut antara lain; hasil belajar, keaktifan, motivasi, dan kreatifitas siswa. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:108) asesmen hasil belajar adalah: penilaian terhadap hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan oleh guru untuk mengukur seberapa jauh indikator dan kompetensi dalam GBPP (Garis-garis besar Program Pengajaran) dan silabus serta Rencana Program Pembelajaran (RPP). Senada dengan Wardani Naniek Sulistya, Sudjana, (2004:22) berpendapat bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu; (a) ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masingmasing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, dan harus lebih tinggi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang diperoleh siswa. 5 6 Menurut Bred dan Gredller dalam Winataputra, (2008) Hasil Belajar adalah hasil dari proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam Competencies, Skill and Attitudes. Kemampuan (Competencies), ketrampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) tersebut diperoleh secara bertahap mulai dari bayi sampai masa tua sebagai rangkaian belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal dan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar diukur dengan pemberian skor atau nilai. Hasil belajar bersifat kuantitatif, sehingga harus diukur dengan instrumen tes, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran hasil belajar yang bersifat kualitatif. Teknik tes ada bermacam-macam antara lain adalah: Menurut Endang Poerwanti (2008:4-9) jenis-jenis tes adalah sebagai berikut: 1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. b. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki ramburambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. c. Tes Unjuk Kerja Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. 2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a. Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan 7 gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. b. Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian katakata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. c. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). 2.1.2. Metode Pembelajaran SQ3R Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson, seorang guru besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941. SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional. Metode ini lebih tepat di perlukan untuk keperluan studi. Karena itu metode ini di rancang menurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis, dan efisien. Menurut Purnomohadi (2011:1) metode SQ3R adalah metode dengan strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul / subjudul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan. Menurut Muhammad Noer dalam (www.muhammadnoer.com/2009) Metode SQ3R adalah metode membaca yang meliputi tahapan survey, question, read, recite, dan review. Metode ini dikenal dengan nama SQ3R. Ada pula teknik yang mirip dengan nama sedikit berbeda seperti PQRST (Preview – Question – Read – Summarize – Test) atau dalam buku The Evelyn Wood Seven-Day Speed Reading and Learning Program, Stanley D Frank menjelaskan teknik yang disebut Pembacaan Berlapis (Layered Reading) dengan tahapan Overview – Preview – Reading – Postview – Review). Inti dari kesemua cara tersebut kurang lebih sama yakni: 8 1. Adanya proses persiapan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan 2. Adanya proses pengulangan atau review untuk memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Sedangkan menurut (Herdian, 2009: 1) Metode Pembelajaran SQ3R adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama cermat. Jadi metode membaca SQ3R adalah cara yang digunakan untu membaca dengan tahapan . Survey atau meninjau, Question atau bertanya, Read atau membaca, Recite atau menuturkan, Review atau mengulang. Langkah-langkah Metode SQ3R Menurut Purnomohadi (2011:1) langkah-langkah metode SQ3R adalah sebagai berikut: 1. Survey atau meninjau. 2. Question atau bertanya. 3. Read atau membaca. 4. Recite atau menuturkan. 5. Review atau mengulang Menurut Muhammad Noer dalam www.muhammadnoer.com/2009, langkah- langkah metode SQ3R adalah sebagai berikut: 1. Survey Yakni proses persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi buku mulai dari judul utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang menjelaskan secara ringkas topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi. Proses selanjutnya dari tahapan survey adalah dengan membuka secara cepat halaman demi halaman dan memperhatikan bagian judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus yang bercetak tebal atau miring, tabel, gambar sambil mencoba mendapatkan ide besar dari buku tersebut. Survey yang sukses akan menghasilkan gambaran umum tentang isi buku sekaligus menciptakan minat yang kuat untuk memahaminya. Ini merupakan 9 modal penting untuk membantu proses membaca cepat isi buku secara keseluruhan disamping memastikan tingkat pemahaman yang tinggi akan isi buku. 2. Question Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat. Membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama melakukan proses bertanya kepada diri sendiri. Melakukan proses aktif dengan melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap pokok pikiran yang disampaikan penulis buku. Bisa diciptakan berbagai pertanyaan sebagai berikut: a) Bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu “Pengembangan Pribadi” b) Pengembangan pribadi tidak hanya bersifat skill semata, melainkan pula pengembangan spiritual. Akan tetapi lebih fokus pada pengembangan pribadi yang bersifat skill. c) Saya percaya bahwa pengembangan pribadi akan membantu orang untuk sukses. Namun saya juga meyakini ada faktor-faktor lain yang menyertainya, termasuk Tangan Tuhan di dalamnya. Perhatikan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang pembaca telah melakukan proses dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Dengan demikian, secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk terjun ke dalam isi bacaan termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan penulis buku dengan apa-apa yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh pembaca tersebut. Proses inilah yang nantinya akan membantu terjadinya membaca secara aktif. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan apa yang disampaikan penulis melainkan turut melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap isi buku. 10 3. Read Setelah dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total. 4. Recite Proses resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat dilakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa sendiri. Jika hal tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa pembaca memahami isi buku tersebut. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka pemahaman pembaca sebenarnya masih diragukan. Proses resitasi ini sangat bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apaapa yang dibaca melainkan berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca. 5. Review Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang. Proses review awal dilakukan segera setelah mengakhiri bahan bacaan. Hal ini dilakukan mirip dengan proses “Survey” ketika membolak-balik halaman secara 11 cepat sambil melakukan review singkat untuk memastikan apa-apa yang dibaca telah terpahami. Proses review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan bermanfaat sekali dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan akan bahan bacaan. Proses review ini tidak boleh diabaikan. Mungkin seseorang masih dapat mengingat dengan baik isi bahan bacaan, akan tetapi dalam 24 jam pemahaman tersebut akan turun cukup banyak dan terjadi penurunan drastis setelah seminggu. Proses review yang sama perlu dilakukan segera setelah satu topik. Dengan demikian akan menghemat waktu dalam menguasainya dibandingkan dengan berusaha membaca kembali setelah 1 bulan atau menjelang ujian. Setelah proses review pertama dilakukan, proses review berikutnya dapat dilakukan setelah seminggu dan sebulan. Dengan cara ini, apa-apa yang dibaca akan masuk ke memori jangka panjang dan akan terus diingat dan dipahami bertahun-tahun. Sedangkan menurut Herdian, (2009: 1) langkah-langkah metode SQ3R adalah: 1. Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, 2. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), 3. Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, 4. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan , 5. Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh. Langkah-langkah metode SQ3R yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: 1. Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci atau kata-kata penting berkaitan dengan materi, 2. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), 12 3. Read dengan membaca teks dan cari jawaban dari pertanyaan yang telah disusun, 4. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan , 5. 2.1.3 Review dengan cara meninjau ulang seluruh materi yang dibaca. Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping mengembangkan nilai dan moral. Dalam proses pembelajaran guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Menurut Balen 1993 dalam Udin S. Winataputra (2008,) pengembangan ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah ketrampilan berfikir, ketrampilan sosial, dan ketrampilan praktis. Dengan ketrampilan berfikir siswa akan siap menghadapi pendidikan yang lebih tinggi. Ketrampilan sosial akan memberi bekal ketika kelak siswa terjun di masyarakat. Ketrampilan praktis akan memberikan bekal jika terjun ke dunia kerja. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. 13 Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Tujuan pembelajaran IPS SD seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial . c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari IPS pada jenjang sekolah dasar sebagaimana dideskripsikan di atas, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Sehingga kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metoda, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Lasmawan, 2008; McComak, 2007), agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Karena pengkondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. 14 Sedangkan ruang lingkup pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 5 Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai 1.1. Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah peninggalan dan yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia. tokoh sejarah yang berskala nasional 1.2. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindupada masa HinduBudha, dan Islam di Indonesia. Budha dan Islam, 1.3. Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan keragaman serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan kenampakan alam menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya dan suku bangsa 1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di serta kegiatan Indonesia. ekonomi di Indonesia (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Metode SQ3R telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu antara lain adalah, penelitian yang berjudul “Penerapan Metode SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Mayang I Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang” oleh Isma Hasanah, (2010). Hasilnya terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa pada Siklus I meningkat ketuntasan belajar menjadi 65% sedangkan siklus II meningkat menjadi 90%. Kelebihan metode membaca tersebut adalah anak dapat fokus dalam membaca materi sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Kelemahannya adalah kurang baik diterapkan untuk anak yang memiliki kemampuan membaca rendah. Solusi dari kelemahan tersebut adalah perlu pemetaan kemampuan membaca sebelum diterapkan metode membaca SQ3R. Penelitian yang berjudul Penerapan Metode SQ3R Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Gajahmungkur 02 Semarang oleh Hasan Triyakti, (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca pemahaman, aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, dan keterampilan membaca 15 pemahaman siswa yang ditunjukkan dari ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada masing-masing pertemuan pada tiap siklusnya. Ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75% telah terpenuhi sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. Kelebihan metode membaca tersebut adalah anak dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca pemahaman. Kelemahannya adalah kurang baik diterapkan untuk anak yang memiliki kemampuan membaca rendah. Solusi dari kelemahan tersebut adalah perlu pemetaan kemampuan membaca sebelum diterapkan metode membaca SQ3R. Penelitian yang berjudul Penerapan pembelajaran membaca cepat melalui metode SQ3R untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi bahasa Indonesia di kelas IV SDN Jatitengah 02 Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar Burhannudin Aulia Prista, (2012), hasilnya adalah sebagai berikut: (1) hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk pengetahuan kebahasaan meningkat dari 69,64% pada pra tindakan meningkat menjadi 73,92% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 76,43% pada siklus II, (2) hasil prestasi belajar dalam bentuk informasi verbal yaitu, jumlah penguasaan kata dari batas minimal yang ditentukan yaitu 150 kpm(kata per menit) hanya 6 siswa yang mampu memenuhinya pada tahap pra tindakan. Jumlah siswa yang mampu memenuhi kriteria minimal 150 kpm (kata per menit) meningkat menjadi 8 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 10 siswa pada siklus II, dengan demikian kriteria 75% telah terpenuhi karena 10 siswa dari total 14 siswa telah memenuhi batas minimal 150 kpm(kata per menit), (3) hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk kemahiran intelektual yaitu, pemahaman isi bacaan, pada tahap pra tindakan hanya mencapai 56,92% hal ini meningkat menjadi 70,85% pada siklus I, sedangkan pada siklus II meningkat lagi menjadi 76,57%. Kelebihan metode membaca tersebut adalah jika diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan kebahasaan, dan pemahaman isi bacaan. Kelemahannya adalah kurang baik diterapkan untuk anak yang memiliki kecepatan membaca rendah. Solusi dari kelemahan tersebut adalah perlu pelatihan dalam kecepatan membaca sebelum diterapkan metode membaca SQ3R. Dari berbagai penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keunggulannya adalah 16 penerapan pada siswa mudah karena hanya mengandalkan membaca pemahaman. Pemahaman siswa akan terbentuk ketika mereka membaca berulang-ulang. Sedangkan kelemahannya adalah sulit diterapkan pada anak yang mempunyai kemampuan membaca yang rendah. 2.3 Kerangka Berfikir Proses belajar mengajar IPS di kelas V SD Negeri Gulangpongge 01 selama ini masih konvensional, sehingga proses pembelajaran kurang efektif bagi siswa. Disamping itu aspek penilaian yang dilakukan hanya aspek kognitif saja. Sedangkan aspek afektif dan psikomotorik siswa tidak ada penilaian. Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari perilaku koqnitif , afektif, dan psikomotorik. Pemahaman berupa koqnitif siswa akan diperoleh dengan membaca berulang-ulang untuk memahami materi pelajaran. Hal ini dikarenakan materi IPS adalah materi yang memiliki cakupan yang cukup luas sehingga membutuhkan ketekunan siswa dalam membaca. Dari proses pembelajaran dengan membaca di atas diharapkan ada konsep yang tertanam dari proses membaca. Dengan adanya pemahaman dari hasil membaca diharapkan akan meningkatkan hasil belajar (tes) siswa terhadap materi Peninggalan Kerajaan Hindhu Budha dan Islam. Langkah-langkah pembelajaran pada SQ3R adalah sebagai berikut: 1. Mencermati teks bacaan tentang Kerajaan Hindhu di Indonesia. 2. Mencatat kata kunci teks tentang Kerajaan Hindhu di Indonesia. 3. Membuat pertanyaan tentang teks Kerajaan Hindhu di Indonesia . 4. Membaca teks tentang tokoh-tokoh Kerajaan Hindhu di Indonesia. 5. Mencari jawaban dari teks tentang Kerajaan Hindhu di Indonesia. 6. Mencatat materi penting dari teks tentang Kerajaan Hindhu di Indonesia. 7. Diskusi bersama tentang tokoh-tokoh kerajaan Hindhu di Indonesia. 8. Menjelaskan tentang kerajaan Hindhu di Indonesia. 9. Tes Formatif. 17 Kegiatan pembelajaran dapat berhasil karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu model pembelajaran. Pada kenyataannya pada kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPS melalui metode ceramah. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung siswa menerima materi pelajaran dengan pasif. Pada waktu guru menjelaskan materi pelajaran pada kondisi ini guru tidak menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa sehingga siswa cenderung pasif, mengantuk dan bermain sendiri. Pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM <80 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Melihat kenyataan tersebut perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan metode SQ3R. Metode pembelajaran ini diterapkan karena dapat meningkatkan hasil belajar dengan membaca menggunakan teknik yang tepat dan efektif yang akan berimbas pada hasil belajar IPS yang meningkat. Berhubungan dengan hal di atas maka guru perlu melakukan pemantapan tindakan yaitu mengulang kembali dengan menggunakan Metode SQ3R untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal di atas KKM ≥80. 18 Pembelajaran IPS: KD 1.1. Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah berskala nasional dari masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia. yang Pembelajaran Konvensional Hasil belajar rendah Metode SQ3R 1. Mencermati teks bacaan tentang Kerajaan Hindhu 2. Mencatat kata kunci,teks Kerajaan Hindhu 2. Kerajaan Hindhu, Budha dan Islam di Indonesia. 3. Membuat pertanyaan tentang teks kerajaan Hindhu 4. Membaca teks tentang tokoh-tokoh Kerajaan Hindhu di Indonesia. 5. Mencari jawaban dari teks kerajaan Hindhu 6. Mencatat materi penting dari teks kerajaan Hindhu 9. 7. Diskusi bersama tentang tokoh-tokoh kerajaan Hindhu 8. Menjelaskan kerajaan Hindhu 9. Tes Formatif Lembar observasi 5 kata kunci teks kerajaan Hindhu 1 pertanyaan tentang teks kerajaan Hindhu Lembar observasi 1 jawaban tentang teks kerajaan Hindhu Lembar observasi Lembar observasi Lembar observasi Pengukuran tes Hasil belajar ≥ 80 Gambar 2.1 Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Membaca SQ3R 19 2.4 Hipotesis Tindakan Diduga peningkatan hasil belajar IPS materi Peninggalan Kerajaan Hindu, Budha dan Islam dapat diupayakan melalui metode membaca SQ3R siswa kelas V SDN Gulangpongge 01 Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2013/2014.