BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Secara etimologi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha
manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).
Menurut Notoatmodjo tahun 2014 pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,
khususnya tingkat pengetahuan tentang seksual pranikah. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Usia
Semakin bertambah usia seseorang, diasumsikan bertambah pula pengetahuannya
seiring dengan bertambahnya pengalaman dan kematangan diri.
Universitas Sumatera Utara
2. Pendidikan
Pendidikan yang baik akan meningkatkan pengetahuan, dan juga memudahkan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Pendidikan dalam hal
ini dapat diperoleh secara formal maupun non formal. Pendidikan non formal
didapatkan dari keluarga, organisasi, dan masyarakat, sedangkan pendidikan
formal diperoleh di sekolah.
3. Sosial dan Ekonomi
Kondisi sosial dan ekonomi seseorang mempunyai peran dalam meningkatkan
kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan. Seseorang dengan status sosial
dan ekonomi yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih rendah
karena tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan baik formal
maupun non formal.
4. Lingkungan Pergaulan atau Kelompok Sebaya (Peer Group)
Pengaruh kelompok sebaya dapat tercermin dalam sikap, pembicaraan, dan
perilaku seseorang. Adanya dukungan dari pergaulan akan memperbesar
kesempatan untuk mempelajari pola-pola perilaku dan dengan demikian
meningkatkan pengetahuan.
5. Paparan Informasi
Informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam berbagai hal. Informasi yang
didapatkan remaja dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber, seperti
media massa, konseling, pendidikam kesehatan, dan internet.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung
dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap
stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.
Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain:
a.
Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasinyang melibatkan factor
emosional.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan
sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
c.
Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu masyarakat
asuhannya.
d.
Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
Universitas Sumatera Utara
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut dapat mempengaruhi
sikap seseorang.
f. Pengaruh faktor emosional
Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
2.3
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang
sama dengan proses pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang
dipengaruhi banyak factor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan,
proses pendidikan dan perubahan perilaku yang diharapkan (Setiawati, 2008).
Menurut Subarniati (1996), proses pendidikan kesehatan masyarakat dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan, salah satu pendekatan yang sering digunakan
adalah melalui penyampaian pesan atau informasi mengenai kesehatan masyarakat
sehingga informasi tersebut dapat diterima atau dipahami sesuai dengan maksud
informasi tersebut atau sering disebut dengan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Konsep
dasar
pendidikan
adalah
terjadinya
proses
pertumbuhan
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilainilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa di dalam kegiatan belajar terdapat
tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu : (1) Masukan/input yang
menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan latar belakangnya, (2) Proses, yaitu
mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar,
dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara faktor subjek belajar, pengajar,
metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang dipelajari, (3)
Keluaran/output adalah merupakan hasil belajar.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah : (1) Tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup
sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal dan (2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Notoatmodjo,
2007).
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Metode Pendidikan Kesehatan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan
adalah :
1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap
anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan
oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–pendapat yang telah
dikemukakan.
4. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung
atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan
seorang pemimpin.
5. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan
prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan
bagaimana
cara
melaksanakan
suatu
tindakan
dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak
terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 -5 orang
dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai
bidangnya.
Menurut Effendy (1998), dalam melakukan pendidikan kesehatan langkah–
langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan pendidikan kesehatan.
a. Menetapkan tujuan.
b. Penentuan sasaran.
c. Menyusun materi / isi pendidikan kesehatan
d. Memilih metode dan media dengan tepat.
f. Penentuan kriteria evaluasi.
5. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
6. Penilaian hasil pendidikan kesehatan
7. Tindak lanjut dari pendidikan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Metode Ceramah dalam Pembelajaran
Nurlaili (2009) mengatakan bahwa metode ceramah adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru
kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian
bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain,
seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya.
Sofa (2008) mengemukakan beberapa alasan pemilihan metode ceramah
dalam suatu pembelajaran atau pendidikan kesehatan antara lain :
1.
Kalau pengajar/penyuluh akan menyampaikan informasi atau pendapat dan tidak
terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2.
Kalau pengajar/penyuluh harus menyampaikan informasi kepada pembelajar
yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga
metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3.
Kalau pengajar/penyuluh adalah pembicara yang bersemangat dan akan
rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
memiliki keunggulan-keunggulan antara lain (LP3I Unair, 2009) :
1. Cepat untuk menyampaikan informasi
2. Informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran yang cukup besar
3. Sangat cocok digunakan oleh pengajar yang bukan berasal dari kalangan
kelompok sasaran (dosen tamu)
Universitas Sumatera Utara
Pengorganisasian kelas yang sederhana juga merupakan salah satu
keunggulan pada metode ceramah. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas
jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain dimana pengajar harus membagi
kelas ke dalam beberapa kelompok, harus merubah posisi kelas dan sebagainya (Sofa,
2008).
Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki
kelemahan antara lain (LP3I Unair, 2009) :
1. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau
mengeluarkan pendapat.
2. Pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu.
3. Sasaran tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif.
4. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama.
Langkah-langkah dalam melaksanakan pendidikan kesehatan/pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut (Nurlaili, 2009) :
a. Persiapan
1) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
2) Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran
khusus yang sudah ditetapkan.
3) Merumuskan materi ceramah secara garis besar.
4) Memperbanyak materi ceramah untuk dibagikan kepada sasaran.
Universitas Sumatera Utara
b. Pelaksanaan
1) Menjelaskan kepada sasaran tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin
dicapai sesudah pelajaran berakhir
2) Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya:
ceramah yang disertai dengan tanya jawab
3) Membagikan materi ceramah kepada siswa
4) Menyajikan materi ceramah
5) Tanya jawab
6) Merangkum materi yang telah disampaikan
2.3.3 Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses
pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi
berlangsung.
Diskusi
diarahkan
pada
keterampilan
berdialog,
peningkatan
pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi
para peserta agar mau mengubah sikap. Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir
bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri
sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi
(Lunandi,1993)
Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan
pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan
pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk
menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Diskusi merupakan saluran
Universitas Sumatera Utara
yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan
mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah
antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya
(Graeff,1996).
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,
misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk
diantara para peserta sehingga suasana lebih akrab (Effendi,1998).
Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk
memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian
yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang
saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan –pembicaraan dan menyusun saransaran yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta
kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta
adanya dominasi pembicaraan oleh satu orang atau beberapa orang saja.
Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara
untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk
berpartisipasi.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:
1. Diskusi kelompok : dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan
tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap
berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi.
2. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang
dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum
semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2
orang) Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih
5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.
4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group): kelompok lansung dibagi menjadi kelompok
kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan
kelompok yang lain, dan masing masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut, kemudian kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok sebagai
berikut :
a.
Kelebihan metode diskusi kelompok
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai
jalan.
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi).
b. Kelemahan metode diskusi kelompok
1) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah
sebagai berikut (Nurlaili, 2009) ;
a. Persiapan
1) Menentukan topik yang akan didiskusikan.
2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
3) Merumuskan masalah yang akan didiskusikan.
Universitas Sumatera Utara
4) Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi.
b. Pelaksanaan
1) Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota).
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
3) Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi.
4) Memberikan rangsangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi.
5) Mencatat ide dan saran-saran yang penting.
6) Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam
diskusi antar kelompok.
7) Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru /fasilitator dalam bentuk
lisan/tertulis.
2.3.4 Media dalam Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan
pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan
kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana
fungsinya
bahwa
media
yang
digunakan
bertujuan
untuk
mempermudah
pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat.Media pendidikan tidak
harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan situasi dan kondisi di lapangan dan
tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik atau penyuluh untuk menggunakan
media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka
kemampuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati
objek sesungguhnya maka media tersebut semakin baik. Media pendidikan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA) misalnya
dengan pemakaian slide proyektor. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesanpesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu : cetak, elektronik,
media papan (bill board).
2.3.5 Pendidikan Kesehatan Seksualitas pada Remaja
Pada dasarnya pendidikan kesehatan seksualitas untuk anak dan remaja sangat
perlu untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang resiko seks pranikah, baik
secara fisik, psikologis maupun sosial yang nantinya dapat membantu remaja
terhindar dari pelanggaran norma yang berlaku. Pendidikan kesehatan seksualitas
merupakan suatu upaya mendidik dan mengarahkan perilaku seksual secara baik dan
benar. Artinya, perilaku seks yang menekankan aspek fisik maupun psikis akan
menimbulkan atau mengakibatkan seks yang sehat baik bagi diri maupun orang lain
(Widjanarko, 1994).
Tujuan dilakukan pendidikan seksual pada remaja antara lain :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan
proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada
remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua
manifestasi yang bervariasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mental.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
2.4
Materi Pendidikan Kesehatan Seksualitas
2.4.1 Konsep Dasar Seksualitas
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai
makluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan
perilaku seksual, hubungan seksual dan orientasi seksual (BKKBN, 2014).
Seksualitas menyangkut beberapa hal, antara lain :
1. Dimensi Biologis
Universitas Sumatera Utara
Seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat
kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia.
Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit
menular seksual, infeksi saluran reproduksi, bagaimana memfungsikan seksualitas
sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi secara optimal, serta dinamika
munculnya dorongan seksual secara biologis.
2. Dimensi Psikhologis
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual
sesuai dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek –aspek
psikhologis terhadap seksualitas itu sendiri serta bagaimana dampak psikhologis
dan keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
3. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia,
bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran
dari lingkungan sosial,serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas
dalam kehidupan manusia.
4. Dimensi Kultural dan Moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai
penilaian terhadap seksualitas sedangkan moralitas agama menganggap bahwa
seksualitas
sepenuhnya
adalah
hak
Tuhan
sehingga
penggunaan
dan
pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-norma agama yang sudah
mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Organ Reproduksi Laki-laki dan Perempuan
Organ reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang menjalankan fungsi
reproduksi. Organ-organ reproduksi itu juga bisa disebut dengan organ seks. Baik
remaja laki-laki maupun perempuan mempunyai organ seks bagian luar dan bagian
dalam.
1. Organ Reproduksi Laki-laki
1) Zakar/Penis, Penis mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melakukan sanggama,
untuk mengeluarkan air kencing dan sebagai alat reproduksi ketika mengeluarkan
sperma. Penis akan menegang dan membesar karena terisi darah, bila terangsang
(disebut ereksi).
2) Kepala Zakar/penis, adalah bagian ujung penis yang mempunyai lubang untuk
menyalurkan air kencing dan sperma. Kepala penis merupakan bagian yang sangat
sensitif dan bagian yang paling mudah terangsang karena mengandung banyak
pembuluh darah dan syaraf.
3) Kantong Pelir, Testis dan Sperma. Kantung pelir adalah tempat dua biji pelir atau
testis. Testis berfungsi memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan hormon
testosteron. Sperma, adalah set yang berbentuk seperti berudu berekor. Sperma
dapat membuahi sel telur yang matang dalam tubuh perempuan dan menyebabkan
perempuan tersebut hamil.
4) Saluran kemih, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga saluran air
mani yang mengandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur oleh
sebuah katub sehingga tidak bisa keluar secara bersamaan.
Universitas Sumatera Utara
5) Epididimis, berfungsi mematang sperma yang dihasilkan oleh testis. Setelah
matang, sperma akan masuk dalam saluran sperma. Epididimis berbentuk saluran
yang lebih besar dan berkelok-kelok.
6) Saluran sperma, berfungsi untuk menyalurkan spema dari testis menuju ke prostat.
Kelenjar prostat, berfungsi untuk menghasilkan cairan mani yang ikut
mempengaruhi kesuburan sperma.
2. Organ Reproduksi Perempuan
1) Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali.
Organ ini ada dalam rongga pinggul, terletak di kiri dan kanan rahim.
2) Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah
keluar dari indung telur (proses ovulast) dan tempat di mana terjadi pembuahan
(konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.
3) Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya
seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar
rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan
parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometrium.
4) Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersenggama,
vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam
vagina terdapat mikro organime yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya
tidak terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering
mencuci vagina dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh
kuman, atau terlalu sering berhubungan seks berganti pasangan. Keputihan adalah
Universitas Sumatera Utara
salah satu akibat dari terganggunya keseimbangan organisme tersebut dalam
vagina.
5) Selaput dara (Hymen), adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan,
tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput yang sangat tipis dan mudah robek dan
ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis tidak
hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain seperti
kecelakaan, jatuh, olah raga, dan lain-lain.
6) Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar
dan bibir kecil. Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya
ditumbuhi bulu. Bibir terletak di belakang bibir besar dan banyak mengandung
saraf pembuluh darah.
7) Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya
seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak seperti zakar/penis
pada laki-laki.
8) Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara kelentit
dan mulut vagina.
2.4.3 Perkembangan Seksualitas Remaja
Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahanperubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi.
Pematangan kelenjar pituitari berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga
remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa
(Kumalasari, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja diawali oleh pubertas yaitu masa terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh)
dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai
dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik
seksual sekunder (Kumalasari, 2013).
Karakteristik
seksual
primer
mencakup
perkembangan
organ-organ
reproduksi dengan ciri-ciri pada laki-laki telah mengalami mimpi basah yang mulai
terjadi pada usia 10-15 tahun sedangkan pada perempuan ditandai dengan datangnya
menstruasi. Karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh
sesuai dengan jenis kelamin, misalnya : pada remaja putri ditandai dengan
pembesaran buah dada dan pinggul; sedangkan pada remaja putra mengalami
pembesaran suara, tumbuh bulu dada, kaki serta kumis. Karakteristik seksual
sekunder ini tidak berhubungan langsung dengan fungsi reproduksi, tetapi perannya
dalam kehidupan seksual tidak kalah pentingnya karena berhubungan dengan sex
appeal (daya tarik seksual) (Kumalasari, 2013).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual
dan keingintahuan remaja tentang seksual. (Kumalasari, 2013). Menurut Tanner
(1960), minat seksual remaja antara lain sebagai berikut :
1. Minat dalam Permasalahan yang Menyangkut Kehidupan Seksual
Remaja mulai ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Untuk itu, mereka
mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, film atau gambar-gambar
lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan remaja karena
Universitas Sumatera Utara
kurang terjalinnya komunikasi yang bersifat dialogis antara remaja dengan orang
dewasa, baik orangtua maupun guru, mengenai masalah seksual, dimana
kebanyakan masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah
seksual dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keterlibatan Aspek Emosi dan Sosial pada Saat berkencan
Perubahan fisik dan fungsi fisiologis pada remaja, menyebabkan daya tarik
terhadap lawan jenis yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan
seksual. Misalnya, pada anak laki-laki dorongan yang ada dalam dirinya terealisasi
dengan aktivitas mendekati teman perempuannya, hingga terjalin hubungan.
Dalam berkencan, biasanya para remaja melibatkan aspek emosi yang
diekspresikan dengan berbagai cara, seperti bergandengan tangan, berciuman,
memberikan tanda mata, bunga, kepercayaan, dan sebagainya.
3. Minat dalam keintiman secara fisik
Dengan adanya dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis kelaminnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan
jenis kelaminnya. Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks, ada remaja
yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai mencoba mengadakan
eksperimen dalam kehidupan seksual. Misalnya dalam berpacaran, mereka
mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut
keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, dan
lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Seks Pranikah
Seks pranikah adalah segala dorongan oleh hasrat seksual baik yang dilakukan
dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut
agama. Menurut Sarwono (2012), perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan dengan lawan jenisnya
maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah
laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa orang lain,
orang dalam khayalan atau diri sendiri.
1. Faktor-faktor Penyebab Seks Pranikah
Menurut Sarwono (2008), ada 5 faktor penyebab seks pranikah yaitu:
1) Meningkatnya Libido Seksualitas
Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran social yang terjadi pada
dirinya. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat
motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Anna Freud,
fokus utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat
kelamin, objek-objek dan tujuan seksual.
2) Penundaan Usia Perkawinan
Penundaan usia perkawinan terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah karena
kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga
dengan adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa usia pria saat menikah harus sudah mencapai 19 tahun
sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun.
3) Tabu-Larangan
Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang bertentangan
dengan dorongan “moral” sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau
mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi tentang seks.
4) Kurangnya Informasi tentang Seks
Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah
mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang
seks sehingga mereka berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat.
5) Pergaulan yang Makin Bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya di kota-kota besar.
Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi jika kurangnya pemantauan dari orang
tua.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Seks Pranikah Remaja
Menurut Imran (2009), menyatakan bahwa perilaku hubungan seksual pada
remaja dipengaruhi dua faktor, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal
terkait dengan aspek biologis, yakni perubahan yang terjadi pada masa pubertas dan
aktifnya hormon yang mendorong melakukan hubungan seksual, sedangkan faktor
eksternal berhubungan dengan masalah komunikasi di seputar seksualitas, misalnya
berkaitan dengan pengaruh teman sebaya yang tidak jarang mendorong seseorang
untuk melakukan hubungan seksual.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Muss dalam Kusmiran (2011), faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku seksual remaja antara lain :
1. Perubahan biologis, perubahan yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan
hormonal dapat menimbulkan perilaku seksual.
2. Pengaruh orangtua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dan
remaja seputar masalah seksual memperkuat munculnya penyimpangan perilaku
seksual.
3. Pengaruh teman sebaya, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya
penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.
4. Prespektif akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang
rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan
remaja dengan prestasi yang baik di sekolah.
5. Prespektif sosial kognitif, diasosiasiakan dengan pengambilan keputusan yang
menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja.
Beberapa faktor penyebab perilaku seksual remaja yaitu faktor internal,
eksternal dan campuran keduanya. Faktor internal atau yang berasal dari dalam
individu adalah faktor asupan gizi yang makin membaik. Gizi yang semakin baik
mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan memacu percepatan kemasakan hormon.
Faktor eksternal yang diduga memengaruhi perilaku seksual adalah dampak
globalisasi dan budaya materialisme. Kemajuan telekomunikasi (dalam hal ini media)
akan berpengaruh pada pola hidup materialisme.
Universitas Sumatera Utara
Santrock (2007) juga mengutip pendapat Bandura menyatakan bahwa
perilaku, lingkungan dan personal/kognisi merupakan faktor yang penting dalam
perkembangan. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suryoputro (2006)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah faktor
internal meliputi pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap
layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan
terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial,
rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), kemudian faktor eksternal
yang meliputi kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai
dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.
3. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Pranikah
Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (2012) dalam Ringkasan Riset Studi
Mengenai Perilaku Seksual Kawula Muda di Empat Kota Besar di Indonesia,
menunjukkan bahwa perilaku seksual yang banyak muncul dengan pasangan adalah
sampai tahap berciuman baik kening, pipi maupun bibir.
DeLamenter dan MacCorquodale dalam Santrock (2007), mengemukakan ada
beberapa bentuk perilaku seksual yang biasa muncul, yaitu:
a. Mencium/dicium kening
b. Mencium/dicium pipi
c. Necking, yaitu berciuman sampai ke daerah dada
d. Lip kissing, yaitu bentuk tingkah laku seksual yang terjadi dalam bentuk ciuman
bibir antara dua orang.
Universitas Sumatera Utara
e. Deep kissing, yaitu berciuman bibir dengan menggunakan lidah.
f. Meraba payudara
g. Petting, yaitu bentuk hubungan seksual dengan melibatkan kontak badan antara
dua orang dengan masih menggunakan celana dalam (alat kelamin tidak
bersentuhan secara langsung).
h. Oral sex, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan menggunakan organ oral
(mulut dan lidah) dengan alat kelmain pasangannya.
i. Sexual intercourse (coitus), yaitu hubungan kelamin yang dilakukan antara lakilaki dan perempuan, dimana penis pria dimasukkan ke dalam vagina wanita hingga
terjadi orgasme/ejakulasi
Menurut L”Engle et.al. (2005) dalam Tjiptanigrum (2009) mengatakan bahwa
perilaku seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan, 3) mengkhayal,
4)
berpegangan
tangan,
5)
berciuman
ringan
(kening,
pipi),
6)
saling
memeluk,sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) Berciuman bibir/mulut
dan lidah, 2) meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat
kelamin, 3) menempelkan alat kelamin, 4) oral seks, 5) berhubungan seksual
(senggama).
4. Dampak Seksual Pranikah pada Remaja
Hubungan seksual pranikah membawa pengaruh buruk baik bagi remaja
maupun keluarga dan masyarakat.
1. Akibat hubungan seksual pranikah bagi remaja sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Gangguan kesehatan reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
b. Resiko menderita penyakit menular seksual (PMS), misalnya gonorhoe, sifilis,
HIV/ AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.
c. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini
terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko
infeksi atau kematian perdarahan, dan keracunan kehamilan.
d. Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, hilang masa depan dan rasa
berdosa karena berzina).
e. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.dan kesempatan kerja.
f. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.
2. Akibat hubungan seksual pranikah bagi keluarga yaitu menimbulkan aib keluarga,
beban ekonomi keluarga bertambah, pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan
(ejekan masyarakat sekitarnya)
3. Akibat hubungan seksual pranikah bagi masyarakat yaitu meningkatkan remaja
putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun, meningkatnya angka
kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan reproduksi menurun,
menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat
menurun.
Menurut Sarwono (2012), akibat dari segala dampak yang muncul seperti
kehamilan di luar nikah, kawin muda, anak-anak lahir diluar nikah, aborsi, penyakit
Universitas Sumatera Utara
menular seksual, depresi pada wanita yang terlanjur berhubungan seks dan lain
sebagainya. Sarwono (2012) yang mengutip pendapat Simkins (1984), mengatakan
sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak
ada dampak fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian
perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah,
depresi,
marah,
misalnya
pada
gadis-gadis
yang
terpaksa
menggugurkan
kandungannya.
5. Beberapa Cara untuk Menghindari Pergaulan Seks Pranikah
Beberapa cara untuk menghindari pergaulan seks bebas yaitu :
1. Carilah kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat menemukan
kepuasan yang mendalam dari interaksi yang terjalin (bukan kepuasan seksual)
2. Membuat komitmen bersama dengan pacar dan berusaha keras untuk mematuhi
komitmen itu. Komitmen dalam hal ini adalah kesepakatan dalam batasan-batasan
seksual yang dipilih dalam hubungan pacaran.
3. Hindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan fantasi atau rangsangan
seksual seperti berduaan dirumah yang tidak berpenghuni, dipantai malam hari,
tempat yang sepi dan gelap.
4. Hindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika sering bertemu tanpa
adanya aktifitas pasti dan tetap, maka keinginan untuk menoba aktifitas seksual
biasanya semakin menguat.
5. Libatkan banyak teman atau saudara untuk berinteraksi sehingga kesempatan
untuk selalu berduaan makin berkurang.
Universitas Sumatera Utara
6. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah seksualitas dari sumber
yang dapat dipercaya bukan dari BF, buku stensilan dan lain-lain.
7. Pertimbangkan resiko dari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih.
8. Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras menghayati norma atau nilai
yang berlaku.
2.5 Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence ( Inggris ), berasal dari
bahasa Latin “ adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan
yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis (Kumalasari, 2013).
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat
termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial.
Piaget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia
dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana
anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Batasan Usia Remaja
Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,
organisasi atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi
perkembangan dari masa anak ke masa dewasa yaitu usia 10-24 tahun..
Secara etimologi remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut WHO
defenisi remaja adalah periode antara 10-19 tahun, sedangkan menurut PBB
menyebut kaum muda (Youth) untuk usia 15-24 tahun. Sementara itu menurut The
Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat rentang
usia remaja adalah 11-21 tahun yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu:
1.
Tahap remaja awal (11-14 tahun)
2.
Tahap remaja menengah (15-17 tahun)
3.
Tahap remaja akhir (18-21 tahun)
Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young
people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Tiga hal yang menjadikan masa remaja
penting sekali bagi kesehatan reproduksi sebagai berikut.
1.
Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.
2.
Masa remaja terjadi perubahan fisik ( organobiologis) secara cepat yang tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan ( mental- emosional). Perubahan yang
cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu
perlu pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar
Universitas Sumatera Utara
mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat, baik
jasmani, mental, maupun psikososial.
3.
Dalam lingkungan sosial tertentu,sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap
remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki,masa remaja merupakan saat
diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan saat
dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman dulu gadis mulai dipingit
ketika mereka mulai mengalami menstruasi).
Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah jarang dilakukan, namun
perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita ini dapat menempatkan
remaja wanita dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja
laki-laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi
remaja agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.
2.5.2 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiiwaan pada remaja adalah
sebagai berikut.
1.
Perubahan emosi
a. Sensitif : perubahan-perubahan kebutuhan, Konflik nilai antara keluarga
dengan lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif
misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bias tertawa tanpa
alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, terlebih sebelum
menstruasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung sehingga
mudah terjadi perkelahian/tawuran pada laki-laki, suka mencari perhatian, dan
bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
c. Ada kecenderungan tidak patuh terhdap orang tua dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
2.
Perkembangan inteligensi
a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.
b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin
mencoba-coba.
Perilaku ingin coba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi
remaja. Beberapa permasalahan yang terjadi terkait perilaku remaja yang ingin
mencoba hal baru antara lain:
1. Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan
komplikasinya.
2. Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah resiko kesakitan dan
kematian ibu dan bayi (2 – 4 kali lebih tinggi dari masa usia subur).
3. Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.
4. Ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
5. Tindak kekerasan seksual , seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan transaksi
seks komersial.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Landasan Teori
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya)
(Notoatmodjo, 2014).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran suka atau tidak
suka seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain yang membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain.
Pendidikan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
agar terlaksananya perilaku hidup sehat.
Pendidikan kesehatan seksualitas merupakan suatu upaya mendidik dan
mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar
untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang resiko seks pranikah, baik secara fisik, psikologis
maupun sosial yang nantinya dapat membantu remaja terhindar dari pelanggaran
norma yang berlaku.
Menurut Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
Universitas Sumatera Utara
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri
dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya.
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut.
Stimulus yang memengaruhi remaja berperilaku seksual berupa rangsangan
yang datang dari luar diri remaja tersebut seperti pengaruh teman sebaya, mendengar,
melihat, membaca, menonton, berfikir. Organisme akan memberi perhatian,
pengertian, persepsi dan penerimaan terhadap stimulus. Akhirnya reaksi organisme
direspons dalam bentuk perilaku yang dibedakan dalam perilaku tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup masih dalam
bentuk sikap remaja, sedangkan perilaku terbuka yaitu perilaku seksual yang nyata.
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2014) keefektifan suatu komunikasi
dapat dilihat melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner
ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).
Universitas Sumatera Utara
STIMULUS
RESPONS
TERTUTUP
Pengetahuan
Sikap
ORGANISME
RESPONS
TERBUKA
Praktik
Tindakan
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Menurut Rogers dan Shoemaker (1978) dapat disimpulkan bahwa proses
perubahan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan dan sikap individu melalui
proses yang panjang yaitu proses adopsi inovasi dengan lima tahap, yaitu: 1)
Mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness); 2) Menaruh perhatian
terhadap ide-ide (interest); 3) Memberikan penilaian (evaluation); 4) Mencoba
memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka; 5) Menerima ide baru (adoption).
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang
diteliti adalah pengetahuan dan sikap remaja. Untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan pengetahuan dan sikap maka sebelum dilakukan intervensi dengan
pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan metode diskusi
dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan
intervensi dilakukan post test setelah 7 hari diberikan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan
dengan metode ceramah
dan metode diskusi
Pengetahuan dan sikap
remaja tentang seks
pranikah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi variabel independennya adalah pendidikan
kesehatan dengan metode ceramah dan metode diskusi sedangkan variabel
dependennya adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMK
Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara
Download