BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004). Menurut Notoatmodjo tahun 2014 pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, khususnya tingkat pengetahuan tentang seksual pranikah. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Usia Semakin bertambah usia seseorang, diasumsikan bertambah pula pengetahuannya seiring dengan bertambahnya pengalaman dan kematangan diri. Universitas Sumatera Utara 2. Pendidikan Pendidikan yang baik akan meningkatkan pengetahuan, dan juga memudahkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Pendidikan dalam hal ini dapat diperoleh secara formal maupun non formal. Pendidikan non formal didapatkan dari keluarga, organisasi, dan masyarakat, sedangkan pendidikan formal diperoleh di sekolah. 3. Sosial dan Ekonomi Kondisi sosial dan ekonomi seseorang mempunyai peran dalam meningkatkan kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan. Seseorang dengan status sosial dan ekonomi yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih rendah karena tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. 4. Lingkungan Pergaulan atau Kelompok Sebaya (Peer Group) Pengaruh kelompok sebaya dapat tercermin dalam sikap, pembicaraan, dan perilaku seseorang. Adanya dukungan dari pergaulan akan memperbesar kesempatan untuk mempelajari pola-pola perilaku dan dengan demikian meningkatkan pengetahuan. 5. Paparan Informasi Informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam berbagai hal. Informasi yang didapatkan remaja dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber, seperti media massa, konseling, pendidikam kesehatan, dan internet. Universitas Sumatera Utara 2.2 Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Universitas Sumatera Utara 2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain: a. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasinyang melibatkan factor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu masyarakat asuhannya. d. Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. Universitas Sumatera Utara e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut dapat mempengaruhi sikap seseorang. f. Pengaruh faktor emosional Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 2.3 Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak factor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku yang diharapkan (Setiawati, 2008). Menurut Subarniati (1996), proses pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah melalui penyampaian pesan atau informasi mengenai kesehatan masyarakat sehingga informasi tersebut dapat diterima atau dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut atau sering disebut dengan komunikasi. Universitas Sumatera Utara Konsep dasar pendidikan adalah terjadinya proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilainilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalahnya sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu : (1) Masukan/input yang menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan latar belakangnya, (2) Proses, yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara faktor subjek belajar, pengajar, metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang dipelajari, (3) Keluaran/output adalah merupakan hasil belajar. Tujuan pendidikan kesehatan adalah : (1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan (2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Notoatmodjo, 2007). Universitas Sumatera Utara 2.3.1 Metode Pendidikan Kesehatan Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan adalah : 1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–pendapat yang telah dikemukakan. 4. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 6. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. 7. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 -5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. 8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. Menurut Effendy (1998), dalam melakukan pendidikan kesehatan langkah– langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. 2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. 3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4. Menyusun perencanaan pendidikan kesehatan. a. Menetapkan tujuan. b. Penentuan sasaran. c. Menyusun materi / isi pendidikan kesehatan d. Memilih metode dan media dengan tepat. f. Penentuan kriteria evaluasi. 5. Pelaksanaan pendidikan kesehatan 6. Penilaian hasil pendidikan kesehatan 7. Tindak lanjut dari pendidikan kesehatan Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Metode Ceramah dalam Pembelajaran Nurlaili (2009) mengatakan bahwa metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya. Sofa (2008) mengemukakan beberapa alasan pemilihan metode ceramah dalam suatu pembelajaran atau pendidikan kesehatan antara lain : 1. Kalau pengajar/penyuluh akan menyampaikan informasi atau pendapat dan tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud. 2. Kalau pengajar/penyuluh harus menyampaikan informasi kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan. 3. Kalau pengajar/penyuluh adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena memiliki keunggulan-keunggulan antara lain (LP3I Unair, 2009) : 1. Cepat untuk menyampaikan informasi 2. Informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran yang cukup besar 3. Sangat cocok digunakan oleh pengajar yang bukan berasal dari kalangan kelompok sasaran (dosen tamu) Universitas Sumatera Utara Pengorganisasian kelas yang sederhana juga merupakan salah satu keunggulan pada metode ceramah. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain dimana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, harus merubah posisi kelas dan sebagainya (Sofa, 2008). Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki kelemahan antara lain (LP3I Unair, 2009) : 1. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat. 2. Pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu. 3. Sasaran tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif. 4. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama. Langkah-langkah dalam melaksanakan pendidikan kesehatan/pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut (Nurlaili, 2009) : a. Persiapan 1) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) 2) Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah ditetapkan. 3) Merumuskan materi ceramah secara garis besar. 4) Memperbanyak materi ceramah untuk dibagikan kepada sasaran. Universitas Sumatera Utara b. Pelaksanaan 1) Menjelaskan kepada sasaran tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir 2) Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya: ceramah yang disertai dengan tanya jawab 3) Membagikan materi ceramah kepada siswa 4) Menyajikan materi ceramah 5) Tanya jawab 6) Merangkum materi yang telah disampaikan 2.3.3 Metode Diskusi dalam Pembelajaran Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi berlangsung. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap. Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi (Lunandi,1993) Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Diskusi merupakan saluran Universitas Sumatera Utara yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graeff,1996). Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara para peserta sehingga suasana lebih akrab (Effendi,1998). Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan –pembicaraan dan menyusun saransaran yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu orang atau beberapa orang saja. Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain: 1. Diskusi kelompok : dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi. 2. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. 3. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2 orang) Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih 5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas. 4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group): kelompok lansung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok yang lain, dan masing masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, kemudian kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya. Universitas Sumatera Utara Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok sebagai berikut : a. Kelebihan metode diskusi kelompok 1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan. 2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi). b. Kelemahan metode diskusi kelompok 1) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. 2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. 3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. 4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah sebagai berikut (Nurlaili, 2009) ; a. Persiapan 1) Menentukan topik yang akan didiskusikan. 2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK). 3) Merumuskan masalah yang akan didiskusikan. Universitas Sumatera Utara 4) Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi. b. Pelaksanaan 1) Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota). 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK). 3) Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi. 4) Memberikan rangsangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi. 5) Mencatat ide dan saran-saran yang penting. 6) Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi antar kelompok. 7) Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru /fasilitator dalam bentuk lisan/tertulis. 2.3.4 Media dalam Pendidikan Kesehatan Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana fungsinya bahwa media yang digunakan bertujuan untuk mempermudah pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat.Media pendidikan tidak harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan situasi dan kondisi di lapangan dan tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka kemampuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati objek sesungguhnya maka media tersebut semakin baik. Media pendidikan kesehatan Universitas Sumatera Utara pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA) misalnya dengan pemakaian slide proyektor. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesanpesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu : cetak, elektronik, media papan (bill board). 2.3.5 Pendidikan Kesehatan Seksualitas pada Remaja Pada dasarnya pendidikan kesehatan seksualitas untuk anak dan remaja sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang resiko seks pranikah, baik secara fisik, psikologis maupun sosial yang nantinya dapat membantu remaja terhindar dari pelanggaran norma yang berlaku. Pendidikan kesehatan seksualitas merupakan suatu upaya mendidik dan mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar. Artinya, perilaku seks yang menekankan aspek fisik maupun psikis akan menimbulkan atau mengakibatkan seks yang sehat baik bagi diri maupun orang lain (Widjanarko, 1994). Tujuan dilakukan pendidikan seksual pada remaja antara lain : 1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. 2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab). 3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi. Universitas Sumatera Utara 4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. 5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual. 6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental. 7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan. 8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat. 2.4 Materi Pendidikan Kesehatan Seksualitas 2.4.1 Konsep Dasar Seksualitas Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai makluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual, hubungan seksual dan orientasi seksual (BKKBN, 2014). Seksualitas menyangkut beberapa hal, antara lain : 1. Dimensi Biologis Universitas Sumatera Utara Seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, infeksi saluran reproduksi, bagaimana memfungsikan seksualitas sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi secara optimal, serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis. 2. Dimensi Psikhologis Seksualitas berhubungan dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek –aspek psikhologis terhadap seksualitas itu sendiri serta bagaimana dampak psikhologis dan keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia. 3. Dimensi Sosial Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial,serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia. 4. Dimensi Kultural dan Moral Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas sedangkan moralitas agama menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap. Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Organ Reproduksi Laki-laki dan Perempuan Organ reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang menjalankan fungsi reproduksi. Organ-organ reproduksi itu juga bisa disebut dengan organ seks. Baik remaja laki-laki maupun perempuan mempunyai organ seks bagian luar dan bagian dalam. 1. Organ Reproduksi Laki-laki 1) Zakar/Penis, Penis mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melakukan sanggama, untuk mengeluarkan air kencing dan sebagai alat reproduksi ketika mengeluarkan sperma. Penis akan menegang dan membesar karena terisi darah, bila terangsang (disebut ereksi). 2) Kepala Zakar/penis, adalah bagian ujung penis yang mempunyai lubang untuk menyalurkan air kencing dan sperma. Kepala penis merupakan bagian yang sangat sensitif dan bagian yang paling mudah terangsang karena mengandung banyak pembuluh darah dan syaraf. 3) Kantong Pelir, Testis dan Sperma. Kantung pelir adalah tempat dua biji pelir atau testis. Testis berfungsi memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan hormon testosteron. Sperma, adalah set yang berbentuk seperti berudu berekor. Sperma dapat membuahi sel telur yang matang dalam tubuh perempuan dan menyebabkan perempuan tersebut hamil. 4) Saluran kemih, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga saluran air mani yang mengandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur oleh sebuah katub sehingga tidak bisa keluar secara bersamaan. Universitas Sumatera Utara 5) Epididimis, berfungsi mematang sperma yang dihasilkan oleh testis. Setelah matang, sperma akan masuk dalam saluran sperma. Epididimis berbentuk saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok. 6) Saluran sperma, berfungsi untuk menyalurkan spema dari testis menuju ke prostat. Kelenjar prostat, berfungsi untuk menghasilkan cairan mani yang ikut mempengaruhi kesuburan sperma. 2. Organ Reproduksi Perempuan 1) Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul, terletak di kiri dan kanan rahim. 2) Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah keluar dari indung telur (proses ovulast) dan tempat di mana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma. 3) Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometrium. 4) Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersenggama, vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam vagina terdapat mikro organime yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering berhubungan seks berganti pasangan. Keputihan adalah Universitas Sumatera Utara salah satu akibat dari terganggunya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina. 5) Selaput dara (Hymen), adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dan lain-lain. 6) Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir terletak di belakang bibir besar dan banyak mengandung saraf pembuluh darah. 7) Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak seperti zakar/penis pada laki-laki. 8) Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara kelentit dan mulut vagina. 2.4.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahanperubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar pituitari berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa (Kumalasari, 2013). Universitas Sumatera Utara Masa remaja diawali oleh pubertas yaitu masa terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder (Kumalasari, 2013). Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi dengan ciri-ciri pada laki-laki telah mengalami mimpi basah yang mulai terjadi pada usia 10-15 tahun sedangkan pada perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi. Karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya : pada remaja putri ditandai dengan pembesaran buah dada dan pinggul; sedangkan pada remaja putra mengalami pembesaran suara, tumbuh bulu dada, kaki serta kumis. Karakteristik seksual sekunder ini tidak berhubungan langsung dengan fungsi reproduksi, tetapi perannya dalam kehidupan seksual tidak kalah pentingnya karena berhubungan dengan sex appeal (daya tarik seksual) (Kumalasari, 2013). Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. (Kumalasari, 2013). Menurut Tanner (1960), minat seksual remaja antara lain sebagai berikut : 1. Minat dalam Permasalahan yang Menyangkut Kehidupan Seksual Remaja mulai ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Untuk itu, mereka mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, film atau gambar-gambar lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan remaja karena Universitas Sumatera Utara kurang terjalinnya komunikasi yang bersifat dialogis antara remaja dengan orang dewasa, baik orangtua maupun guru, mengenai masalah seksual, dimana kebanyakan masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam kehidupan sehari-hari. 2. Keterlibatan Aspek Emosi dan Sosial pada Saat berkencan Perubahan fisik dan fungsi fisiologis pada remaja, menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual. Misalnya, pada anak laki-laki dorongan yang ada dalam dirinya terealisasi dengan aktivitas mendekati teman perempuannya, hingga terjalin hubungan. Dalam berkencan, biasanya para remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti bergandengan tangan, berciuman, memberikan tanda mata, bunga, kepercayaan, dan sebagainya. 3. Minat dalam keintiman secara fisik Dengan adanya dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis kelaminnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis kelaminnya. Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual. Misalnya dalam berpacaran, mereka mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 2.4.4 Seks Pranikah Seks pranikah adalah segala dorongan oleh hasrat seksual baik yang dilakukan dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Sarwono (2012), perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. 1. Faktor-faktor Penyebab Seks Pranikah Menurut Sarwono (2008), ada 5 faktor penyebab seks pranikah yaitu: 1) Meningkatnya Libido Seksualitas Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran social yang terjadi pada dirinya. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek dan tujuan seksual. 2) Penundaan Usia Perkawinan Penundaan usia perkawinan terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah karena kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga dengan adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 yang Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa usia pria saat menikah harus sudah mencapai 19 tahun sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun. 3) Tabu-Larangan Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang bertentangan dengan dorongan “moral” sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi tentang seks. 4) Kurangnya Informasi tentang Seks Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang seks sehingga mereka berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat. 5) Pergaulan yang Makin Bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya di kota-kota besar. Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi jika kurangnya pemantauan dari orang tua. 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Seks Pranikah Remaja Menurut Imran (2009), menyatakan bahwa perilaku hubungan seksual pada remaja dipengaruhi dua faktor, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan aspek biologis, yakni perubahan yang terjadi pada masa pubertas dan aktifnya hormon yang mendorong melakukan hubungan seksual, sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan masalah komunikasi di seputar seksualitas, misalnya berkaitan dengan pengaruh teman sebaya yang tidak jarang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Universitas Sumatera Utara Menurut Muss dalam Kusmiran (2011), faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual remaja antara lain : 1. Perubahan biologis, perubahan yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal dapat menimbulkan perilaku seksual. 2. Pengaruh orangtua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual. 3. Pengaruh teman sebaya, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya. 4. Prespektif akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolah. 5. Prespektif sosial kognitif, diasosiasiakan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja. Beberapa faktor penyebab perilaku seksual remaja yaitu faktor internal, eksternal dan campuran keduanya. Faktor internal atau yang berasal dari dalam individu adalah faktor asupan gizi yang makin membaik. Gizi yang semakin baik mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan memacu percepatan kemasakan hormon. Faktor eksternal yang diduga memengaruhi perilaku seksual adalah dampak globalisasi dan budaya materialisme. Kemajuan telekomunikasi (dalam hal ini media) akan berpengaruh pada pola hidup materialisme. Universitas Sumatera Utara Santrock (2007) juga mengutip pendapat Bandura menyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan personal/kognisi merupakan faktor yang penting dalam perkembangan. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suryoputro (2006) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah faktor internal meliputi pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), kemudian faktor eksternal yang meliputi kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. 3. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Pranikah Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (2012) dalam Ringkasan Riset Studi Mengenai Perilaku Seksual Kawula Muda di Empat Kota Besar di Indonesia, menunjukkan bahwa perilaku seksual yang banyak muncul dengan pasangan adalah sampai tahap berciuman baik kening, pipi maupun bibir. DeLamenter dan MacCorquodale dalam Santrock (2007), mengemukakan ada beberapa bentuk perilaku seksual yang biasa muncul, yaitu: a. Mencium/dicium kening b. Mencium/dicium pipi c. Necking, yaitu berciuman sampai ke daerah dada d. Lip kissing, yaitu bentuk tingkah laku seksual yang terjadi dalam bentuk ciuman bibir antara dua orang. Universitas Sumatera Utara e. Deep kissing, yaitu berciuman bibir dengan menggunakan lidah. f. Meraba payudara g. Petting, yaitu bentuk hubungan seksual dengan melibatkan kontak badan antara dua orang dengan masih menggunakan celana dalam (alat kelamin tidak bersentuhan secara langsung). h. Oral sex, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan menggunakan organ oral (mulut dan lidah) dengan alat kelmain pasangannya. i. Sexual intercourse (coitus), yaitu hubungan kelamin yang dilakukan antara lakilaki dan perempuan, dimana penis pria dimasukkan ke dalam vagina wanita hingga terjadi orgasme/ejakulasi Menurut L”Engle et.al. (2005) dalam Tjiptanigrum (2009) mengatakan bahwa perilaku seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan, 3) mengkhayal, 4) berpegangan tangan, 5) berciuman ringan (kening, pipi), 6) saling memeluk,sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) Berciuman bibir/mulut dan lidah, 2) meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, 3) menempelkan alat kelamin, 4) oral seks, 5) berhubungan seksual (senggama). 4. Dampak Seksual Pranikah pada Remaja Hubungan seksual pranikah membawa pengaruh buruk baik bagi remaja maupun keluarga dan masyarakat. 1. Akibat hubungan seksual pranikah bagi remaja sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Gangguan kesehatan reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. b. Resiko menderita penyakit menular seksual (PMS), misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/ AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya. c. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko infeksi atau kematian perdarahan, dan keracunan kehamilan. d. Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, hilang masa depan dan rasa berdosa karena berzina). e. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.dan kesempatan kerja. f. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat. 2. Akibat hubungan seksual pranikah bagi keluarga yaitu menimbulkan aib keluarga, beban ekonomi keluarga bertambah, pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan (ejekan masyarakat sekitarnya) 3. Akibat hubungan seksual pranikah bagi masyarakat yaitu meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun, meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan reproduksi menurun, menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun. Menurut Sarwono (2012), akibat dari segala dampak yang muncul seperti kehamilan di luar nikah, kawin muda, anak-anak lahir diluar nikah, aborsi, penyakit Universitas Sumatera Utara menular seksual, depresi pada wanita yang terlanjur berhubungan seks dan lain sebagainya. Sarwono (2012) yang mengutip pendapat Simkins (1984), mengatakan sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada dampak fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada gadis-gadis yang terpaksa menggugurkan kandungannya. 5. Beberapa Cara untuk Menghindari Pergaulan Seks Pranikah Beberapa cara untuk menghindari pergaulan seks bebas yaitu : 1. Carilah kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat menemukan kepuasan yang mendalam dari interaksi yang terjalin (bukan kepuasan seksual) 2. Membuat komitmen bersama dengan pacar dan berusaha keras untuk mematuhi komitmen itu. Komitmen dalam hal ini adalah kesepakatan dalam batasan-batasan seksual yang dipilih dalam hubungan pacaran. 3. Hindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan fantasi atau rangsangan seksual seperti berduaan dirumah yang tidak berpenghuni, dipantai malam hari, tempat yang sepi dan gelap. 4. Hindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika sering bertemu tanpa adanya aktifitas pasti dan tetap, maka keinginan untuk menoba aktifitas seksual biasanya semakin menguat. 5. Libatkan banyak teman atau saudara untuk berinteraksi sehingga kesempatan untuk selalu berduaan makin berkurang. Universitas Sumatera Utara 6. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah seksualitas dari sumber yang dapat dipercaya bukan dari BF, buku stensilan dan lain-lain. 7. Pertimbangkan resiko dari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih. 8. Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras menghayati norma atau nilai yang berlaku. 2.5 Remaja Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence ( Inggris ), berasal dari bahasa Latin “ adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Kumalasari, 2013). Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Piaget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Universitas Sumatera Utara 2.5.1 Batasan Usia Remaja Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa yaitu usia 10-24 tahun.. Secara etimologi remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut WHO defenisi remaja adalah periode antara 10-19 tahun, sedangkan menurut PBB menyebut kaum muda (Youth) untuk usia 15-24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat rentang usia remaja adalah 11-21 tahun yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Tahap remaja awal (11-14 tahun) 2. Tahap remaja menengah (15-17 tahun) 3. Tahap remaja akhir (18-21 tahun) Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi sebagai berikut. 1. Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. 2. Masa remaja terjadi perubahan fisik ( organobiologis) secara cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan ( mental- emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar Universitas Sumatera Utara mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat, baik jasmani, mental, maupun psikososial. 3. Dalam lingkungan sosial tertentu,sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki,masa remaja merupakan saat diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan saat dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman dulu gadis mulai dipingit ketika mereka mulai mengalami menstruasi). Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah jarang dilakukan, namun perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita ini dapat menempatkan remaja wanita dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas. 2.5.2 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiiwaan pada remaja adalah sebagai berikut. 1. Perubahan emosi a. Sensitif : perubahan-perubahan kebutuhan, Konflik nilai antara keluarga dengan lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bias tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, terlebih sebelum menstruasi. Universitas Sumatera Utara b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung sehingga mudah terjadi perkelahian/tawuran pada laki-laki, suka mencari perhatian, dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. c. Ada kecenderungan tidak patuh terhdap orang tua dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah. 2. Perkembangan inteligensi a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik. b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba. Perilaku ingin coba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi remaja. Beberapa permasalahan yang terjadi terkait perilaku remaja yang ingin mencoba hal baru antara lain: 1. Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan komplikasinya. 2. Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah resiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi (2 – 4 kali lebih tinggi dari masa usia subur). 3. Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. 4. Ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif 5. Tindak kekerasan seksual , seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan transaksi seks komersial. Universitas Sumatera Utara 2.6 Landasan Teori Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2014). Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran suka atau tidak suka seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Pendidikan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan seksualitas merupakan suatu upaya mendidik dan mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang resiko seks pranikah, baik secara fisik, psikologis maupun sosial yang nantinya dapat membantu remaja terhindar dari pelanggaran norma yang berlaku. Menurut Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses Universitas Sumatera Utara perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari: 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya. 4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut. Stimulus yang memengaruhi remaja berperilaku seksual berupa rangsangan yang datang dari luar diri remaja tersebut seperti pengaruh teman sebaya, mendengar, melihat, membaca, menonton, berfikir. Organisme akan memberi perhatian, pengertian, persepsi dan penerimaan terhadap stimulus. Akhirnya reaksi organisme direspons dalam bentuk perilaku yang dibedakan dalam perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup masih dalam bentuk sikap remaja, sedangkan perilaku terbuka yaitu perilaku seksual yang nyata. Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2014) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses: Stimulusď Organismeď Respons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Universitas Sumatera Utara STIMULUS RESPONS TERTUTUP Pengetahuan Sikap ORGANISME RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian Menurut Rogers dan Shoemaker (1978) dapat disimpulkan bahwa proses perubahan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan dan sikap individu melalui proses yang panjang yaitu proses adopsi inovasi dengan lima tahap, yaitu: 1) Mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness); 2) Menaruh perhatian terhadap ide-ide (interest); 3) Memberikan penilaian (evaluation); 4) Mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka; 5) Menerima ide baru (adoption). Universitas Sumatera Utara 2.7 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap remaja. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan dan sikap maka sebelum dilakukan intervensi dengan pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan metode diskusi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan intervensi dilakukan post test setelah 7 hari diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan metode diskusi Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pada penelitian ini, yang menjadi variabel independennya adalah pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan metode diskusi sedangkan variabel dependennya adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. Universitas Sumatera Utara