1_ Elly Lilianti_docx - Pasca UNHAS

advertisement
JST Kesehatan, April 2011, Vol.1 No.1 : 68 – 76
ISSN 1411-4674
ANALISIS POLIMORFISME GEN NUCLEOTIDA BINDING
OLIGOMERIZATION DOMAIN 2 (NOD2) PADA PENDERITA TUBERCULOSIS
DI MAKASSAR
Analysis Of Nucleotida Binding Oligomerization Domain 2 (NOD2) Gene Polymorphism In
Tuberculosis Patients In Makassar
Adriani, Moch. Hatta, Nasrum Massi
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar
(Email: [email protected])
ABSTRAK
Penyakit tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan di dunia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis). Gen Nucleotida binding oligomerization domain 2
(NOD2) merupakan kandidat gen untuk infeksi M. tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui polimorfisme gen NOD2 pada penderita TB dan orang normal dan mengetahui
polimorfisme gen NOD2 berdasarkan indeks bakteri. Sebanyak 30 sampel diperoleh dari penderita
TB berupa darah dan sputum. Sputum diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) dan dikultur
dalam medium Lowenstein-Jensen (LJ). Analisis polimorfisme gen NOD2 dari darah menggunakan
metode polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphisms (PCR-RFLP). Nilai
statistic (fisher exact) menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara polimorfisme penderita
TB dengan orang normal, nilai (P>0.05). Polimorfisme pada penderita TB sebesar 6,7% sedangkan
orang normal 0%, tidak ditemukan hubungan yangbermakna antara penderita TB dan orang normal.
Terdapat hubungan antara polimorfisme gen NOD2 dengan indeks bakteri (P=0,002).
Kata Kunci: Polimorfisme, Gen NOD2, Indeks Bakteri, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is contagious and deadly disease in the world caused by Mycobacterium
tuberculosis (M.tuberculosis). Nucleotida binding oligomerization domain 2 (NOD2) is candidate
gene for M.tuberculosis infection. Objectives was to observe the polymorphisms of NOD2 gene in
TB patiens and normal persons and to find out the polymorphic difference of NOD2 gene based on
the bacterium index at TB patients. Thirty samples from patiens (sputum and blood) were examined.
Sputum was stained by using Ziehl-Neelsen (ZN) method and cultured with Lowenstein-Jensen (LJ)
medium. Analysis of NOD2 gene polymorphisms from blood was performed by using polymerase
chain reaction-restriction fragment length polymorphisms (PCR- RFLP) method. The results show
that from fisher exact value the difference of polymorphism of NOD2 gene in TB patiens and normal
persons is 0,246 (P >0,05). Polymorphisms in TB patiens was 6.7% as compared to normal persons
(0%), there was no significant difference between TB patients and normal person. There was a
relationship between NOD2 gene polymorphisms with bacterial index with a value of P = 0.002.
Key Words: Polymorphism, NOD2 gene, Bacterial index, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
68
Polimorfisme, Gen NOD2, Indeks Bakteri, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
ISSN 1411-4674
3’- AGTGTCCGCATCGTCATTG -5’,
(reverse)
Enzim retriksi : BamHI
5’ – G^GATCC - 3’
3’ – CCTAG^G - 5’
Produk PCR-RFLP adalah 186 bp
pada suhu 60oC dengan
pemotongan
pita DNA pada 103 bp dan 83 bp
PENDAHULUAN
Penyakit
tuberkulosis
(TB)
merupakan penyakit menular mematikan
di seluruh dunia yang disebabkan oleh
Mycobacterium
tuberculosis
(M.
tuberculosis).
Indonesia
merupakan
negara terbesar ketiga dalam hal jumlah
penderita TB setelah India dan Cina. M.
tuberculosis telah menginfeksi sekitar 2
milyar penduduk, sepertiga dari total
populasi dunia, dengan tingkat kematian
2 juta penduduk per tahun. Pada tahun
2005 terdapat sekitar 8,8 juta kasus TB
baru dan pada tahun 2007 meningkat
menjadi 9,3 juta kasus TB (WHO, 2007).
Gen NOD2 merupakan kandidat
gen yang penting untuk infeksi
mycobacteria termasuk M. tuberculosis
serta penyakit infeksi lainnya, berperan
dalam memediasi respon sistem imun
alami terutama makrofag sehingga dapat
menjaga kekebalan host terhadap infeksi
bakteri (Stockton et al., 2002; Divangahi
et al., 2008; Coulombe et al., 2009).
Banyak
faktor
yang
dapat
mempengaruhi polimorfisme gen pada
seseorang diantaranya faktor keturunan
ataupun
karena
lingkungan.
Jika
keberadaan gen NOD2 tersebut dapat
dibuktikan bersesuaian dengan infeksi M.
tuberculosis, hal ini menunjukkan bahwa
gen NOD2 ini merupakan gen spesifik
yang berperan penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap penyakit TB,
dan akan ditemukan bentuk polimorfisme
yang berbeda antara gen NOD2 yang ada
pada penderita TB dan orang normal.
b. Prosedur Kerja
Pewarnaan Ziehl Neelsen (BTA)
Sampel sputum diambil dari 30
pasien suspek TB berdasarkan hasil
diagnosis BTA positif dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen pada sputum. Dasar
penegakan diagnosis BTA positif adalah
bila dalam sputum ditemukan lebih dari
tiga bakteri TB. selanjutnya dibiakkan
dalam medium khusus M. tuberculosis.
Sebanyak 1 mL sampel sputum
diambil dan diratakan di atas kaca
preparat steril dengan ukuran 3 x 2 cm
dan dibiarkan beberapa saat hingga
kering. Selanjutnya ditetesi dengan
carbol fuchsin hingga seluruh sediaan
tergenang. Sediaan kemudian dipanasi
sampai
mengeluarkan
uap
dan
didinginkan selama 5 menit. Setelah
dingin, carbol fuchsin dibuang dan
sediaan dicuci dengan air mengalir.
Sediaan ditetesi dengan HCl-alkohol
sampai tergenang, selanjutnya sediaan
dicuci kembali dengan air mengalir.
Ditambahkan methylen blue di atas
permukaan sediaan dan dibiarkan selama
30 detik selanjutnya dicuci dengan air
mengalir. Sediaan dibiarkan beberapa
saat sampai kering. Untuk pengamatan di
bawah mikroskop maka terlebih dahulu
permukaan sediaan ditetesi dengan
minyak imersi.
BAHAN DAN METODE
a. Bahan Penelitian
Sampel sputum, darah penderita TB
diambil dari Balai Besar Penyakit
Kesehatan
Paru
Makassar
(BBPKPM). Sampel darah orang
normal diperoleh dari Palang Merah
Indonesia (PMI) kota Makassar
Primer gen NOD2 lokus Exon4 802
(Takara Bio, Inc. Japan)
5’- CAGTCTCGCTTCCTCAGTACC 3’, (forward)
Kultur pada media LJ
Sputum
ditambahkan
dengan
larutan
dekontaminasi
dengan
perbandingan 1:1 dan dibiarkan 15 menit
69
Adriani
ISSN 1411-4674
pada suhu kamar. Selanjutnya sputum
disentrifugasi dengan kecepatan 3000
rpm selama 15 menit. Supernatan
dibuang
kemudian
sedimennya
ditambahkan dengan 18 mL PBS (phosfat
buffer saline) steril dan disentrifugasi
kembali selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Supernatan dibuang
dan sedimennya disuspensikan dengan 1
mL larutan PBS dan selanjutnya
divorteks. Sedimen yang telah divorteks
dipipet ke dalam tabung yang berisi
medium LJ dan digerakkan supaya
sedimen tersebar merata di atas
permukaan medium. Tabung selanjutnya
diinkubasi dengan posisi miring sekitar
300 pada suhu 35-37o C. Dilakukan
pengamatan setiap minggu untuk
mengetahui pertumbuhan bakteri M.
tuberculosis. Pengamatan dilakukan
sampai 8 minggu.
Selanjutnya campuran
divortex dan
disentrifus kecepatan 12.000 rpm selama
20 detik. Penambahan L2 dilakukan 2
kali. Setelah disentrifus maka supernatant
dibuang dan sedimen ditambahkan 60 µL
larutan etanol Selanjutnya divortex dan
disentrifugasi dengan kecepatan 12000
rpm selama 20 detik, penambahan etanol
dilakukan sebanyak 2 kali, dilanjutkan
dengan penambahan aseton. Sedimen
yang diperoleh kemudian dikeringkan di
dalam oven sampai berbentuk bubuk, dan
ditambahkan 60 µL larutan Rnase-free
water kemudian divortex dan dilanjutkan
sentrifus dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 30 detik dan supernatant
dipindahkan ke dalam tabung eppendorf
yang baru. DNA akan diperoleh dari
supernatant ini dan disimpan pada suhu
20°C sebelum dilakukan analisa PCR.
Deteksi DNA dengan PCR dan
elektroforesis
PCR mix dimasukkan ke tabung
PCR berisi 2 µL MgCl2, 2 µL dNTPs,
(Takara Bio, Inc, Japan) dan Taq DNA
polymerase, Ampli Taq GOLD (Applied
Biosystems, Foster City, California).
Pada teknik PCR ini digunakan primer
dari gen NOD2 lokus Exon4 802. Bagian
dasar tabung ditambahkan 5 µL ekstrak
DNA
dan
selanjutnya
dilakukan
amplifikasi dengan menggunakan mesin
PCR (Hybaid Omm-E, England) dengan
siklus sebagai berikut : 95°C selama 5
menit untuk proses denaturasi DNA, dan
dilanjutkan dengan 35 siklus masing
masing : 94° C selama 45 detik, 57° C
selama 45 detik dan 72° C selama 45
detik. Hasil produk amplifikasi sebanyak
10 µL akan dilewatkan dalam agarose
gel 2 % elektroforesis dalam buffer TBE
1x dalam arus listrik 100 A selama 40
menit untuk melihat ada tidaknya pita
DNA yang terbentuk dari sampel dan
dipakai pula untuk hibridisasi DNA
selanjutnya.
Ektraksi DNA (Metode Boom)
100 µL sampel darah dari masingmasing pasien yang dicurigai menderita
TB (suspek TB) dimasukkan ke dalam
tabung eppendorf yang berisi 900 µL
larutan L6 yang mengandung 120 gram
Guanidium thyocianate (GuSCN) (Fluka
Chemie AG, Buchs, Switzerland) dalam
100 mL 0.1 M Tris HCl, pH 6.4; 22 mL
0.2 M Ethylen Diamine Tetra Acetat
(EDTA) pH 8.0 dan 2.6 gram Triton X100 (Packard, Instrumens) dengan
konsentrasi akhir 50 mM Tris HCl, 5 M
GuSCN, 20 mM EDTA, 0.1 % Triton X100, selanjutnya dihomogenkan semalam.
Ditambahkan diatom 30 µL (suspensi
diatom terdiri dari 50ml H2O dan 500 µl
dari 32 % (w/v) Celite (diatom) (Jansen
Chimica, Beerse, Belgium). Suspensi
diatom ini dapat mengikat 10 µg DNA
bakteri.
Campuran
divortex
dan
disentrifus dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 20 detik dan diambil sedimennya
untuk ditambahkan larutan L2 (terdiri
dari 120 gram GuSCN dalam 100 mL 0.1
M Tris HCl, pH 6.4) sebanyak 100 µL.
70
Polimorfisme, Gen NOD2, Indeks Bakteri, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
ISSN 1411-4674
dari
PCR-RFLP, hasil kultur dan
pewarnaan
BTA
dengan
tingkat
kemaknaan p < 0,05.
Pemotongan Produk PCR dengan
Enzim Restriksi
Sebanyak 2 µL DNA hasil PCR,
0,5 µL NEB buffer, dan 0,5 µL enzim
restriksi (BamH1) serta dH2O 7 µl
dicampur dalam tabung PCR kemudian
dihomogenkan selanjutnya dimasukkan
ke dalam tabung kecil dan diinkubasi
pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam pada
suhu ruangan. Hasil pemotongan
dipisahkan melalui elektroforesis agarose
gel 2% dalam buffer TBE 1x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pewarnaan BTA dapat dilihat
pada gambar 1. Sputum selanjutnya
dikultur untuk meyakinkan bahwa bakteri
yang diwarnai dengan BTA adalah M.
tuberculosis.
Pada pemeriksaan PCR-RFLP
suspek TB dan orang normal, ditemukan
adanya mutasi pada suspek TB sebesar
6,7% dan tidak ditemukan adanya mutasi
pada orang normal (100% tidak mutasi).
Analisis Statistik
Data
dianalisis
dengan
menggunakan statistik Uji Chi-square
Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pewarnaan BTA dengan metode ZN pada suspek TB
Suspek TB
Gambar 1.
1+
19
Pewarnaan BTA
2+
9
3+
2
Bakteri M.tuberculosis dalam sputum
Gambar 2. Koloni M.tuberculosis ditandai dengan basil berwarna merah pada medium LJ
71
Adriani
ISSN 1411-4674
Tabel 2. Distribusi frekuensi polimorfisme gen NOD2 pada suspek TB dan orang normal
Suspek TB
PCR-RFLP
n
2
28
Mutasi
Tidak mutasi
Orang normal
%
6,7
93,3
n
0
30
%
100
100
P = 0,246
Gambar 3. Hasil PCR RFLP suspek TB
Gambar 4. Hasil PCR RFLP orang normal
Tabel 3. Distribusi frekuensi polimorfisme gen Nod2 pada suspek Tb berdasarkan indeks
bakteri
PCR-RFLP
Mutasi
Tidak mutasi
Indeks bakteri
2+
n
%
0
0
9
100
P = 0,02
1+
n
0
9
%
0
100
72
3+
n
2
0
%
100
0
Polimorfisme, Gen NOD2, Indeks Bakteri, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
ISSN 1411-4674
Tabel 4. Distribusi pemeriksaan indeks bakteri pada suspek TB
Indeks Bakteri
1+
2+
3+
Jumlah
(n)
19
9
2
Persentasi
(%)
63,3
30
6,7
penderita memproduksi droplet infeksi
yang beterbangan di udara, droplet ini
mampu bertahan di udara selama
beberapa jam. Apabila terhisap oleh
orang sehat dan masuk ke dalam paruparunya dapat menyebabkan penyakit TB
paru. (Anonim,2007; Varaine, et al.,
2008).
Penyakit TB menyerang siapa saja,
dapat
dideteksi
dengan
cepat
menggunakan pewarnaan BTA maupun
tuberculin test (Kenyorini et al., 2004).
M. tuberculosis dapat bersifat dorman di
dalam tubuh, jika kondisi lingkungan
menguntungkan maka bakteri yang
tadinya dorman dapat menjadi aktif
kembali (Anonim, 2007).
Untuk melihat adanya gen NOD2
dalam sampel yang mengalami mutasi
maka dilakukan pemeriksaan molekuler
melalui PCR-RFLP. Terlebih dahulu
dilakukan ekstraksi DNA dari sampel
darah dengan metode Boom. Keunggulan
metode ini adalah sampel yang
dibutuhkan hanya sedikit namun dapat
diperoleh DNA dalam jumlah yang
cukup besar.
Umumnya RFLP digunakan untuk
mengidentifikasi polimorfisme genetik
termasuk polimorfisme genetik yang
dideteksi melalui PCR amplifikasi.
Metode ini sangat simpel yaitu
memotong untai ganda DNA menjadi
fragmen yang lebih kecil dengan
menggunakan enzim restriksi (Verkuil &
Pelt, 2008).
Enzim restriksi yang digunakan
pada penelitian ini adalah BamH I
merupakan enzim yang diisolasi dari
bakteri Bacillus amyloquefaciens dan
mampu memotong untai ganda DNA dan
Pembahasan
Penelitian
ini
menggunakan
sampel sebanyak 60 yang terdiri dari 30
sampel darah orang normal dan 30
sampel darah dari suspek TB. Sampel
penelitian diperoleh dari BBPKPM,
sedangkan
sampel
orang
normal
diperoleh dari PMI kota Makassar
dengan tujuan memperoleh sampel dari
individu yang sehat. Jenis pemeriksan
yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pewarnaan BTA untuk melihat
jumlah bakteri dalam sputum (tabel 1 &
gambar 1).
Untuk memastikan bakteri yang
diwarnai adalah M.tuberculosis maka
dilakukan kultur bakteri menggunakan
medium LJ (Loweinstein Johnson)
(gambar 2). Kultur merupakan gold
standar dalam pemeriksaan TB karena
nilai sensitivitas dan spesifisitasnya yang
cukup tinggi, Namun dibutuhkan waktu
yang cukup lama sekitar 4 -8 minggu
untuk melihat pertumbuhan koloni
bakteri. Adanya sifat hidrofobik pada
permukaan sel menyebabkan bakteri
M.tuberculosis
cenderung
tumbuh
berkoloni sehingga nutrisi tidak mudah
masuk ke dalam sel akibatnya
pertumbuhan bakteri lambat (Forbes et
al., 2002). Pertumbuhan
bakteri
M.tuberculosis ditandai dengan koloni
yang berwarna kuning, bentuknya
menyerupai bunga kol, permukaan koloni
kasar dan tepi koloni kasar.
Penyakit TB disebabkan oleh M.
tuberculosis. Cara penularannya melalui
droplet
(percikan
dahak)
yang
mengandung basil tuberculosis paru di
udara (Varaine et al., 2008). Ketika
batuk,
berbicara
maupun
bersin,
73
Adriani
ISSN 1411-4674
pada penderita kusta dengan jumlah
sampel sebanyak 40.
Pada tabel 4 ditemukan adanya
polimorfisme gen NOD2 pada penderita
TB berdasarkan indeks bakteri sebesar
6,7% dan sampel yang mengalami mutasi
adalah sampel dengan indeks bakteri (IB)
3+. Diperoleh nilai P sebesar 0,002, hal
ini mengindikasikan adanya hubungan
antara IB dengan polimorfisme gen
NOD2 pada suspek TB karena nilai P ≤
0,005.
Gen NOD2 merupakan penyusun
protein
NOD2
yang
berperan
mengaktifkan NFkβ (nuclear factor
kappa-beta) yang dapat mengaktivasi
pembentukan respon imun dan memicu
terjadinya apoptosis, banyak ditemukan
dalam sel makrofag, monosit dan sel
dendritik (Ogura et al., 2001; Akagawa,
2004). NOD2 mampu mengenali
lipopolisakarida (LPS) dan peptidoglikan
pada dinding sel M. tuberculosis (Barnich
et al., 2005; Coulombe et al, 2009).
Jumlah bakteri yang dikeluarkan
dari paru penderita dengan IB 3+ sangat
banyak yaitu >10 per lapangan pandang
dan derajat penularannya sangat tinggi
terhadap orang disekitarnya.
Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
sputum, makin tinggi penularan dan
kerusakan makrofage pada penderita.
(Anonim, 2007). Jika terjadi kerusakan
pada makrofag maka sel tidak mampu
lagi mengenali dinding sel bakteri M.
tuberculosis akibatnya NFkβ tidak
mampu mengaktifkan respon imun,
sehingga jumlah bakteri yang masuk ke
dalam sel semakin banyak dan berpotensi
menimbulkan inflamasi (Barnich et al,
2005).
mengenali sequense spesifik DNA
(biasanya 6 untaian DNA). Jika sequens
molekul DNA telah diketahui ukuran dan
jumlah
fragmennya,
maka
hasil
pemotongan dengan enzim
restriksi
dapat diprediksikan. Jika ukuran dan
jumlah fragmen tidak sesuai dengan yang
diprediksikan maka fragmen DNA
tersebut mengalami polimorfisme dan
variasi (mutasi) (Verkuil & Pelt, 2008)
Tehnik RFLP dapat membantu
untuk menentukan bagian DNA yang
mengalami mutasi. Pada penelitian ini,
urutan nukleotida gen yang normal
adalah 186 bp. Namun jika terjadi mutasi
maka akan terpotong menjadi 103 dan 83
base pair.
Pada tabel dapat dilihat bahwa
terdapat 2 mutasi pada suspek TB dari
total 30 sampel dengan persentase
sebesar 6,7%. Sampel
yang tidak
mengalami mutasi adalah 28 dengan
persentase sebesar 93,3%. Pada sampel
orang normal tidak ditemukan adanya
mutasi (gambar 3 dan 4). Nilai P yang
diperoleh sebesar 0,246 (P > 0,05), hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik tidak
ada perbedaan polimorfisme gen NOD2
pada suspek TB dengan orang normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Moller
(2006) di Afrika Selatan dengan jumlah
sampel 434 penderita TB
juga
memperlihatkan hasil bahwa
tidak
ditemukan adanya hubungan yang
signifikan antara polimorfisme gen
NOD2 dengan kasus TB di Afrika
Selatan dengan nilai p=0,46 dan
disimpulkan bahwa NOD2 bukan gen
yang susceptible terhadap penyakit TB.
Penelitian lain tentang gen NOD2
pada penyakit lain selain TB dilakukan
oleh Rose et al (2005) yang menemukan
adanya mutasi gen NOD2 pada pasien
Blau syndrom yang menyebabkan
perubahan asam amino arginin menjadi
triptofan pada posisi kodon ke 334.
Penelitian Pugazhendi et al (2008) tidak
menemukan polimorfisme gen NOD2
pada pasien Chron’s disease di India.
Sedangkan Mustafa (2010) menemukan
adanya mutasi gen NOD2 sebesar 10%
Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini sampel yang
digunakan sedikit yaitu 30 sampel dan
mutasi yang diperoleh hanya 2. Sehingga
belum dapat ditarik kesimpulan apakah
gen NOD2 berpengaruh terhadap
kerentanan seseorang terhadap penyakit
TB
74
Polimorfisme, Gen NOD2, Indeks Bakteri, PCR-RFLP, Mycobacterium tuberculosis
ISSN 1411-4674
and Adaptive Immunity. The Journal
of Immunology, 181, 7157-7165
Forbes, B., Sahm Daniel F., Weissfeld
Alice S., Louis, st., Mosby, 2002.
Diagnostic Microbiology Eleventh
Edition . American Association for
Clinical Chemistry, Inc. 1069 pp.
ISBN 0-323-01678-2.
Kenyorini, Suradi, Eddy Surjanto. 2006.
Uji Tuberkulin. Jurnal Tuberkulosis
Indonesia, Vol. 3 No. 2
Moller, M., Nebel, A., Kwiatkowski, R.,
et al 2006. Host susceptibility to
tuberculosis:
CARD15
polymorphisms in a South African
population. Molecular and Cellular
Probes 21 (2007) 148–151
Mustafa, H, 2010. Polimorfisme Gen
Nucleotide Binding Oligomerization
Domain 2 (NOD2) Lokus exon 4
(802) Pada Penderita Kusta di
Makassar. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Ogura, Y., Bonen, D.K., Inohara, N., et
al, 2001. A frameshift mutation in NOD2
associated with susceptibility to
Crohn's disease. Nature |Vol 411 |
31 May 2001 www.Nature.Com
Pugazhendhi,
S.,
Amte,
A.,
Balamurugan, R., Subramanian, V.,
Ramakrishna, B.S., 2009. Common
NOD2 mutations are absent in
patients with Crohn’s disease in
India. http://www.indianjgastro.com
on Wednesday, February 04, 2009
Rose, Carlos D., et al, 2005. Blau
Syndrome
Mutation
of
CARD15/NOD2 in Sporadic Early
Onset Granulomatous Arthtritis. The
Journal of Rheumatology. Page 373
- 375
Stockon, J.C., Awomoyi, A., Mcadam,
Kp., et al, 2002. Polymorphism in
NOD2
and
Susceptibility
to
Tuberculosis.
NLM
gathway,
Cambridge, United Kingdom
Stockon, J.C. Houson, J., Awomoyi, A.,
et al, 2004. Polymorphism in NOD2,
Crohn’s disease, and susceptibility
to
Tuberculosis.
NLM
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penderita TB ditemukan
adanya polimorfisme sebesar 6,7%,dan
polimorfisme gen NOD2 pada penderita
TB dengan orang normal (p = 0,246).
Indeks bakteri yang paling banyak
ditemukan pada penderita TB adalah
indeks bakteri +1, dan ada hubungan
polimorfisme gen NOD2 dengan indeks
bakteri (P = 0,002).
Saran
Sebaiknya
dilakukan penelitian
lebih lanjut menggunakan sampel orang
normal dari keluarga penderita TB dan
juga orang serumah yang bukan keluarga.
untuk mengetahui variasi genetik suatu
keluarga terhadap gen NOD2 kaitannya
dengan penyakit TB
DAFTAR PUSTAKA
Akagawa. K., The Activation of
Bactericidal
Mechanism
of
Macrophage A
gaint
Intracellular Bacteria. Molecular
medicine, 991-998
Anonim, 2007. Genes NOD2. NCBI
Pubmed
http://ghr.nlm.nih.gov/gene=nod2
Barnich, N., Aguirre, JE., Reinecker,
HC., Xavier, R.,and Podolsky, DK.,
2005. Membrane recruitment of
NOD2 in intestinal epithelial cells is
essential for nuclear factor– B
activation in muramyl dipeptide
recognition. JCB, Volume 170,
Number 1, 21-26
Coulombe, F., Divangahi, M., Veyrier,
F., et al, 2009. Increased NOD2mediated recognition of N-glycolyl
muramyl dipeptide. The Journal of
Experimental Medicine, Vol. 206,
No. 8, 1709-1716 The Rockefeller
University Press
Divangahi, M., Mostowy, S., Coulombe,
F., et al, 2008. NOD2-deficient Mice
Have Impaired Resistance to
Mycobacterium
tuberculosis
Infection through Defective Inate
75
Adriani
ISSN 1411-4674
gathway,Cambridge,
United
Kingdom
Varaine, F., Henkes, M., Grouzard, V.,
2008. Tuberculosis. Medicines Sans
Frontieres-Medical
Departement.
Email : [email protected]
Verkuil, Pelt Van E., 2008. Principles
and Technical Aspects of PCR
Amplification, 141 © Springer
Science + Business Media B.V.
World Health Organization. 2007.
Tuberculosis. WHO Fact sheet; 104.
76
Download