BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Spondylosis adalah terbentuknya osteofit pada tepi vertebra yang berbatasan dengan diskus. Spondylosis merupakan penyakit degenerasi yang proses terjadinya secara umum disebabkan oleh berkurangnya kekenyalan diskus yang kemudian menipis dan diikuti dengan lipatan ligamen di sekeliling korpus vertebra, seperti ligamentum longitudional, selanjutnya pada lipatan ini terjadi pengapuran dan terbentuk osteofit (Garrison, 2003). Spondylosis cervicalis adalah spondylosis yang terjadi pada vertebra cervical I sampai cervical VII, keluhan ini sering diinterprestasikan oleh penderita sebagai keluhan kaku kuduk dan dapat berujung timbulnya keluhan nyeri pada leher atau neck pain.( L.Tobing,2008). Nyeri leher adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio leher dengan penyebab yang sangat bervariasi, antara lain degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolik, neoplasma, traumatik, kongenital, muskuloskeletal, viscerogenik, vaskuler dan psikogenik (Meliala, 2008) Keluhan nyeri dan kaku pada leher sering dijumpai pada pasien, walaupun tidak membahayakan hidup tetapi penderita secara individu dapat merasakan menurunnya daya tahan penderita saat melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga produktifitas kerja akan menurun. Tiga hal yang sering diungkapkan dari beberapa literatur dan ditemukan dalam pemeriksaan fisioterapi adalah masalah nyeri, tegang dan kaku pada daerah 1 2 leher. Seperti diketahui seluruh otot-otot pada regio kepala dan leher mempunyai konstribusi untuk kontrol postur dan gerakan dengan integrasi tinggi dan koordinasi. Cervical spine merupakan bagian dari columna vertebralis yang terdiri dari 7 ruas vertebra, yang berfungsi untuk menyangga kepala, memberikan suatu posisi dan gerakan yang sesuai sehingga mampu mengontrol penglihatan, vestibular balance dan arah pendengaran. Vertebrae cervicalis mempunyai mobilitas yang tinggi karena didukung oleh struktur persendian, otot-otot dan jaringan ikat yang kokoh sebagai stabilisator aktif dan pasif yang besar dan spesifik. Salah satu penyebab spondylosis cervicalis adalah karena adanya kekuatan mekanis yang cukup untuk menimbulkan stress pada struktur jaringan atau dapat menimbulkan pergeseran/perubahan posisi struktur jaringan. Peningkatan aktivitas otot-otot leher dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan meningkatnya kompresi pada sendi cervical. Spondylosis cervicalis kebanyakan menyerang pada usia di atas 40 tahun (Appley, 1995). Penderita spondylosis cervicalis sering ditemukan pada usia 49 tahun yaitu 60% pada wanita dan 80% pada laki-laki. Sedangkan usia 70 tahun kejadian terjadi sampai 95% ( Cailliet,1991). Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUP Sanglah Denpasar menunjukkan jumlah pasien spondylosis cervicalis yang menjalani rawat jalan di poliklinik Rehabilitasi Medis tahun 2009 sebanyak 149 pasien, tahun 2010 sebanyak 215 pasien. Nyeri karena spasme merupakan salah satu manifestasi klinis dari spondylosis cervicalis. Jika respon nyeri yang dirasakan pasien lebih berat bisa mengakibatkan pasien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, maka sangat diperlukan 3 pengetahuan tentang pengelolaan nyeri yang benar dan tepat (Brunner & Suddarth, 2002). Fisioterapi bertujuan membantu mengurangi bahkan menghilangkan nyeri karena spasme yang dialami pasien spondylosis cervicalis. Penatalaksanaann nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi kenyamanan fisik tetapi juga membantu pasien kembali bekerja, mengurangi kunjungan klinik dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sebaliknya nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan ketidak nyamanan. Nyeri yang berlangsung lama dapat menjadi nyeri kronis yang lebih membahayakan dari sebelumnya. Nyeri bersifat subyektif, berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya. Fisioterapis tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang pasien rasakan .Hal inilah yang sering diabaikan oleh seorang fisioterapis dalam memberikan treatment. Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekedar pemberian obat penghilang rasa sakit. Pasien yang mengalami spondylosis cervicalis biasanya diberikan terapi nonfarmatologis berupa terapi dengan MWD, TENS dan massage. Dari hasil terapi tersebut setelah dilakukan satu seri terapi, pasien masih merasakan keluhan nyeri.Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan awal bahwa terapi yang sudah diberikan selama ini, masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu perlu dicari terapi tambahan untuk mempercepat proses pengurangan nyeri ini. Terapi standar pada pasien dengan spondylosis cervicalis di Rumah Sakit selain pemberian analgesic dan muscle relaxant biasanya diberikan modalitas Micro Wave Diathermi (MWD, Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), dan pemberian massage . MWD berpengaruh terhadap vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan metabolisme sehingga terjadi reabsorbsi sisa radang dan sisa metabolisme yang kemudian apabila zat iritan 4 dihilangkan maka nyeri akan berkurang. Pada spondylosis cervicalis, penerapan MWD pada daerah leher. Modalitas yang kedua adalah pemberian Transcutaneous Electrikal Nerve Stimulation (TENS), TENS memiliki efek pengurangan nyeri secara langsung bila diaplikasikan pada “pain point” sehingga dapat mengurangi nyeri pada spondylosis cervicalis Pada TENS yang menggunakan burst akan menimbulkan kontraksi otot yang menimbulkan efek pumping action dan adanya stretching yang pada akhirnya menurunkan nyeri (Sugijanto, 2008). Modalitas yang ke tiga adalah pemberian massage dengan teknik efflurage dan friction .Efflurage dan friction berpengaruh terhadap pengurangan nyeri secara langsung (counter irritation), peningkatan daya regang otot dan tendon atau melepaskan perlengketan collagen local (to break adhesion) sehingga dapat mengurangi nyeri spondylosis cervicalis (Kostopoulos, 2001). Pasien yang mengalami spondylosis cervicalis biasanya di rumah sakit diberikan terapi nonfarmatologis berupa terapi dengan MWD, TENS dan massage. Dari hasil terapi tersebut setelah dilakukan satu set (10 x) terapi, pasien masih merasakan keluhan nyeri. Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan awal bahwa terapi yang sudah diberikan selama ini, masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu perlu dicari terapi tambahan untuk mempercepat proses pengurangan nyeri ini. Fisioterapis sebagai tenaga professional kesehatan memerlukan kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan gerak dan fungsi seseorang. Oleh sebab itu keterampilan dalam memilih modalitas yang sesuai dan efektif sangat diperlukan. Menurut pengalaman yang kami dapatkan penambahan stretching exercise dapat mempercepat pengurangan nyeri pada spondylosis cervicalis. Nyeri dapat dikurangi dengan mobilisasi jaringan, dapat dilakukan dengan penanganan manual stretching exercise 5 pada otot yang mengalami nyeri atau sindrom. Dengan adanya penguluran/peregangan akan memperpanjang pemendekan susunan soft tissue secara patologis dan untuk menambah luas gerak sendi (Sugijanto, 2008). Rasa nyeri yang timbul oleh tendinitis supraspinatus dapat diukur dengan alat Visual Analog Scale (VAS). VAS adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri (Kamboji, 2002). Untuk mengatasi permasalahan atau nyeri, banyak modalitas yang bisa dimanfaatkan oleh seorang fisioterapis. Akan tetapi sangat perlu dilakukan pemilihan modalitas yang efektif serta tepat guna, maka sangat penting memperhatikan patofisiologisnya serta didasarkan atas hasil pemeriksaan yang dihasilkan sebelumnya. Fisioterapi dapat menggunakan beberapa modalitas antara lain Micro Wave Diathermi, TENS, massage dan stretching exercise. Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan sejauh mana pengaruhnya antara Micro Wave Diathermi, TENS dan massage dengan Micro Wave Diathermi, TENS, massage dan stretching exercise terhadap pengurangan nyeri pada kondisi spondylosis cervicalis. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian- uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : Apakah penambahan stretching exercise pada intervensi Micro Wave Diathermy (MWD), Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS ) dan massage dapat lebih menurunkan nyeri penderita spondylosis cervicalis. 6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui keefektifan penambahan stretching exercice pada intervensi Micro Wave Diathermi, Transscutaneous Electrica Nerve Stimulation dan massage dapat lebih mengurangi nyeri penderita spondylosis cervicalis. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui penambahan streching exercise pada intervensi MWD, TENS dan massage terhadap penurunan nyeri penderita spondylosis cervicalis. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi : 1. Institusi Pelayanan Fisioterapi Untuk dapat memberikan wawasan bagi fisioterapi akan intervensi yang sama,efisiensi dan efektif dalam praktek klinis fisioterapi. 2. Institusi pendidikan Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi dengan menggunakan streching exercise pada penderita spondylosis cervicalis. 3. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan dan mengembangkan keahlian dalam ilmu fisioterapi dan pengembangan teknik pengobatan berdasarkan hasil penelitian.