BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Pengertian Persero Pada BUMN
Perusahaan BUMN harus tunduk pada ketentuan peraturan pemerintah dan Undangundang Republik Indonesia. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik
Negara disingkat BUMN adalah Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 yang diatur sesuai ketentuan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Pada saat ini Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat
sehingga digantikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007. Karena itu PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk semula harus mengikuti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, sejak akhir
tahun 2007 harus mengikuti Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.
Perseroan terbatas yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1
dan Undang-undang BUMN Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 1 adalah perseroan yang berbentuk
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau
paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan
Sejak tanggal 12 September 2007 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk terdaftar dalam
perseroan terbuka dengan nomor surat SE.02.03/A.DIR.1671/2007. Maka pada nama perseroan
ditambahkan singkatan kata “Tbk” sesuai yang disebutkan dalam Undang-undang Nomor 1
9
Tahun 1995 Pasal 13. Perseroan terbuka berlaku dalam ketentuan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 3 dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 7.
Pengertian dari persero terbuka adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.
II.2
Laporan Keuangan
Laporan keuangan untuk BUMN termasuk didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 Pasal 66 ditetapkan oleh BUMN termasuk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Maksud dari
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 66 ayat 3 yaitu laporan keuangan disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan dan wajib diaudit. Dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan diperiksa oleh kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh BPK untuk membuat laporan
tahunan. Laporan tahunan ini harus disampaikan paling lambat 5 bulan. Semua anggota Direksi
dan semua anggota Dewan Komisaris harus menandatangani laporan keuangan dan akan dibawa
ke RUPS untuk mendapat pengesahan Laporan keuangan yang telah disahkan oleh RUPS akan
diserahkan kepada Menteri Negara BUMN sebagai pemegang saham.
II.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Sebelum mengadakan analisis terhadap keuangan perusahaan sebaiknya diketahui
terlebih dahulu pemahaman mengenai aktivitas-aktivitas dan laporan keuangan secara
keseluruhan serta latar belakang dari data keuangan perusahaan, maka itu sebaiknya diketahui
makna dari laporan keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004) menyatakan bahwa “Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca,
10
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” (h.2)
Selanjutnya menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006), menyatakan bahwa, “Laporan
keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang
menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan” (h.04).
Laporan keuangan menurut pendapat Weston dan Copeland yang diterjemahkan
oleh
Waksana, J dan Kibrandoko (1999) adalah “Suatu laporan yang berisi informasi tentang prestasi
perusahaan di masa lampau dan dapat dipakai sebagai dasar untuk penetapan kebijakan
perusahaan di masa yang akan datang.” (h.17)
Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil
ringkasan data keuangan yang dapat memberikan informasi keuangan tentang keadaan
perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat dijadikan sebagai salah satu dasar didalam
pengambilan keputusan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
II.2.2 Tujuan Dan Karakteristik Laporan Keuangan
IAI (2004) melalui PSAK Buku Satu menyatakan, “ Tujuan Laporan Keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.” (h.3)
Menurut Munawir (2002) mengatakan, “Karakteristik atau sifat laporan keuangan terdiri
dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat
11
(recorded fact), prinsip-prinsip, kebiasaan–kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention
and postulate), dan pendapat pribadi (personal judgment)” (h. 6).
Dapat disimpulkan bahwa Laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi
keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban dan modal. Peranan laporan
keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen dan pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dan yang paling penting laporan
keuangan juga digunakan, dianalisis, dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berhubungan
dengan laporan keuangan.
II.2.3 Pihak-pihak Yang Menggunakan Laporan Keuangan
Secara umum semua pihak yang tertarik untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
disebut Stakeholder. Pemakai laporan keuangan biasanya dibagi menjadi dua kelompok utama
yaitu:
1. Pemakai Internal yaitu pihak dalam perusahaan yang membuat keputusan-keputusan
yang secara langsung mempengaruhi operasi internal perusahaan.
a. Manajemen perusahaan, Manajemen menggunakan laporan keuangan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan efektifitas setiap kegiatan, perlu tidaknya
kebijakan baru, dan sebagai alat untuk pertanggung jawaban pengelolaan terhadap
pemilik.
b. Karyawan. Mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memberikan balas jasa dan kesempatan kerja.
2. Pemakai Eksternal yaitu pihak-pihak diluar perusahaan yang memerlukan laporan
keuangan perusahaan.
12
a. Pemegang saham. Mereka membutuhkan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, memprediksi
kondisi perusahaan di masa mendatang dan mempertimbangkan untuk menambah
atau mengurangi investasi.
b. Pemberi pinjaman atau kreditor. Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya
dapat dibayar pada saat jatuh tempo dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki
perusahaan.
c. Pemasok atau supplier. Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jika ada yang terutang akan dibayar pada saat
jatuh tempo.
d. Pemerintah dan lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan
dengan alokasi sumber daya dan karena itu dengan aktivitas perusahaan. Mereka
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
e. Pelanggan. Mereka tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan atau tergantung pada perusahaan.
f. Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta serangkaian aktivitas.
II.2.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan
13
Sebelum kita menganalisis atau menginterpretasi Laporan Keuangan sebaiknya kita
mengetahui bentuk–bentuk maupun prinsip–prinsip dari Laporan Keuangan itu sendiri. Adapun
beberapa jenis laporan keuangan menurut sumber–sumber buku antara satu dengan lainnya tidak
selalu sama meskipun memiliki konsep dasar yang sama.
Menurut dalam buku Munawir “Laporan keuangan adalah pelaporan dari peristiwaperistiwa keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
modal, laporan arus kas, dan catatan atas Laporan Keuangan.” (h.5)
Dapat disimpulkan Laporan Keuangan terdiri atas : neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas Laporan Keuangan.
II.2.4.1 Neraca ( Balance Sheet )
IAI (2004) melalui PSAK Buku Satu mengungkapkan bahwa, ”Neraca
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai posisi
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar” (h.18).
Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006), menyatakan ”Neraca adalah
suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities), dan
modal sendiri (owner equity) dari suatu perusahaan pada saat tutup buku” (h.13).
Dari beberapa pengertian tersebut, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1) Neraca berisi aktiva / harta, kewajiban / utang, dan ekuitas / modal.
2) Hanya menggambarkan keadaan suatu saat tertentu (saat penyusunannya), jadi
neraca tidak berlaku sebelum dan setelah tanggal penyusunannya.
3) Disusun menurut suatu sistematika tertentu.
Unsur-Unsur dari Neraca adalah sebagai berikut :
1. Aktiva digolongkan atas :
14
a. Aktiva lancar (current assets)
Umumnya tersusun sebagai berikut : Kas atau uang tunai (cash), Suratsurat berharga (marketable securities), Wesel tagih (notes receivable),
Piutang usaha (account receivable), Persediaan barang dagangan
(merchandise inventory), Biaya dibayar dimuka (prepaid expence),
Perlengkapan toko (store supplies), Perlengkapan kantor (office supplies).
b. Aktiva tidak lancar.
Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah :
1) Investasi atau penyertaan jangka panjang (investment) Meliputi :
Pemilikan saham jangka panjang, obligasi dan hipotek, Sekuritas
dari perusahaan-perusahaan afiliasi dan uang kepada perusahaan
tersebut, Tanah yang dimiliki investasi, Uang pertanggungan
asuransi jiwa.
2) Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets) Meliputi :
Goodwill, Hak paten (patent), Merek dagang (trade mark), Hak
cipta (copy right), Biaya pendirian (organization cost), Hak
monopoli (franchises), Biaya pengembangan software.
3) Aktiva lain-lain (other assets) Meliputi : Piutang jangka panjang,
Uang titipan kepada penjual sebagai jaminan kontrak jual beli,
Bangunan dalam proses, Tanah dalam penyelesaian, Aktiva tetap
yang tidak digunakan, Piutang kepada pemegang saham, Beban
yang ditangguhkan.
4) Aktiva yang belum pasti (contingent assets)
15
Merupakan aktiva yang belum pasti seperti klaim terhadap
perusahaan Asuransi.
2. Kewajiban (liabilities) dapat digolongkan menjadi :
a. Hutang atau kewajiban lancar (current liabilities) yang meliputi :
ƒ
Hutang wesel(notes payable)
ƒ
Hutang dagang(account payable)
ƒ
Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues)
ƒ
Biaya-biaya yang masih harus dibayar
ƒ
Angsuran hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode
akuntansi berjalan.
b. Hutang atau kewajiban jangka panjang (longterm liabilities)
ƒ
Hutang obligasi (bond payable)
ƒ
Hutang hipotek (mortgage payable)
ƒ
Pinjaman jangka panjang yang lain.
c. Kewajiban lain lain (other liabilities)
Pos-pos yang masuk dalam kewajiban lain–lain :
ƒ
Kewajiban jangka panjang kepada pegawai staf perusahaan atau
perusahaan afiliasi.
ƒ
Nilai pokok dan kewajiban bunga obligasi yang jatuh tempo tetapi
belum diklaim
ƒ
Kewajiban jangka panjang untuk program pensiun.
Bentuk penyajian neraca ada 2 :
16
1.
Bentuk laporan (report form) atau stafel, yaitu cara penyajian dengan
menempatkan aktiva, kewajiban, modal secara berurutan ke bawah.
2.
Bentuk perkiraan T (T account form) atau skontro ,yaitu cara penyajian
dimana aktiva disajikan disisi kiri, sedangkan kewajiban dan modal disisi
kanan.
II.2.4.2 Laporan Laba-Rugi ( Income Statement )
Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006), ’’Laporan laba rugi
memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari
operasi perusahaan selama periode tertentu.” (h.04)
Penulis menyimpulkan Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang
menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban untuk suatu periode
tertentu.
Bentuk dari laporan laba-rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bentuk
langkah
tunggal
(single-step
form)
yaitu
dengan
menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan
semua beban dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung
laba atau rugi hanya memerlukan satu langkah yaitu dengan
mengurangkan total penghasilan dengan total beban .
2. Bentuk langkah bertahap (multiple-step form) dalam bentuk ini
dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip
yang digunakan secara umum.
II.2.4.3 Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement )
17
IAI (2004) melalui PSAK Buku Satu No 2 mengenai Laporan Arus Kas
menyatakan bahwa, ”Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan
persyaratan dalam pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai
bagian dari yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap periode
penyajian Laporan Keuangan Laporan arus harus melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan.” (h.21-22)
Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan untuk menyusun arus kas
hanya melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas menurut Aktivitas:
1. Aktivitas operasi, yaitu bagian dari laporan arus kas dimana dilaporkan
transaksi kas yang masuk kedalam penentuan laba bersih.
2. Aktivitas investasi, yaitu bagian dari laporan arus kas dimana dilaporkan
aktiva yang melibatkan penerimaan kas dari penjualan investasi, aktiva
tetap dana pembayaran kas untuk akuisisi investasi dan aktiva tetap.
3. Aktivitas keuangan (pendanaan), yaitu bagian dari laporan arus kas
dimana dilaporkan transaksi yang melibatkan penerimaan kas dari
penerbitan ekuitas dan surat hutang, surat berharga ekuitas, dan penarikan
surat hutang.
Terdapat dua metode pelaporan arus kas, yaitu :
1.
Metode tidak langsung adalah suatu metode pelaporan arus kas dari
aktivitas operasi sebagai laba bersih operasi disesuaikan untuk semua
deferral dari penerimaan dan pembayaran kas dimasa lalu dan semua
18
actual dari penerimaan dan pengeluaran kas dimasa depan yang
diperkirakan.
2.
Metode langsung adalah suatu metode pelaporan arus kas dari
aktivitas operasi sebagai perbedaan antara penerimaan kas operasi dan
pembayaran kas operasi .
II.2.4.4 Laporan Perubahan Ekuitas.
Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006) mendefinisikan, ”Laporan ini
memperlihatkan sumber-sumber dari mana modal telah diperoleh dan penggunaan
atau pengeluaran modal yang telah dilakukan selama periode waktu tertentu,
misalnya sebulan atau setahun”. (h.18)
Laporan perubahan ekuitas memberikan ikhtisar tentang hasil aktivitas
keuangan suatu perusahaan selama suatu periode (misalnya satu tahun) dan
mengemukakan sebab-sebab terjadinya perubahan dalam posisi keuangan.
Laporan ini berguna bagi pimpinan perusahaan sebagai alat yang penting dalam
mengendalikan modal kerja dan dalam penggunaan modal di masa mendatang.
II.2.4.5 Catatan (Notes To Financial Statement)
Ikatan Akuntan Indonesia (2000) menyatakan, “Catatan atas laporan
keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian jumlah yang tertera dalam
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta
informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas
laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta
19
pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.” (h.118)
II.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan
Munawir (2002) menyatakan, Laporan Keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)
Berarti bahwa Laporan Keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi,
seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di
bank,jumlah piutang,persediaan barang dagangan,hutang maupun aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (accounting convention and
postulate) Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.
3. Pendapat pribadi (personal judgment)
Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi
atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek
pembukuan, namun pengguna dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung
dari pada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan.”
II.3
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berharga dalam menganalisis
keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan melaporkan dua hal, yakni posisi keuangan suatu
20
perusahaan pada suatu waktu tertentu dan mengenai operasional perusahaan di masa yang
lampau. Maka diperlukan analisis laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai
prospek, resiko suatu perusahaan di masa depan dan meningkatkan laba dimasa datang. Dan
selain itu untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
II.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Hongren, Harrison, dan Bamber (2002) berpendapat, “ The use of financial statement
analysis is to predict the amount of expected return, and asses the risk associated with those
return” (p. 107). Dan diterjemahkan menjadi Analisis laporan keuangan digunakan untuk
memprediksikan pengembalian dan Untuk mengetahui resiko atas pengembalian.
Brigham dan Gapenski (2000) mengatakan, “From an investor’s standpoint, predicting
the future is what financial statement analysis is all about, while from management’s standpoint,
financial statement is usefull both as a way to anticipate future conditions and, more important,
as a starting point actions that will influence the future of events”. (p. 47) Diterjemahkan
menjadi “Dari sudut pandang investor, analisa laporan keuangan adalah memprediksikan masa
yang akan datang. Sedangkan dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan berguna baik
sebagai satu cara untuk mengantisipasi kondisi di masa yang akan datang, dan yang lebih penting
adalah sebagai titik awal dari tindakan-tindakan yang akan mempengaruhi kejadian-kejadian
yang akan datang”.
Dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan salah satu alat atau
perangkat yang sangat berguna bagi investor dan manajemen perusahaan untuk mengambil atau
membuat suatu keputusan.
II.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
21
Menurut Munawir (2002) mengatakan “Tujuan analisa laporan keuangan adalah untuk
mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta stabilitas usaha. Dan dengan analisa tersebut
akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasilhasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”. (h. 31)
Yang dimaksud likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Solvabilitas adalah menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikwidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rentabilitas
adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Stabilitas usaha adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada
waktunya serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para
pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
II.3.3 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat Munawir (2002), ada dua metode analisis laporan keuangan
yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu :
1. Metode Horizontal
Disebut juga metode analisis dinamis, yaitu analisis dengan cara membandingkan
neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Analisis
horizontal ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pos-pos laba rugi dan
pos-pos neraca dari satu periode ke periode berikutnya.
22
2. Metode Vertikal
Disebut juga metode analisis statis, yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis
hanya meliputi satu periode saja, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan
atau hasil operasi pada satu saat itu saja.
Menurut Munawir (2002) terdapat 8 (delapan) teknik analisis yang dapat digunakan
dalam analisis laporan keuangan, yaitu :
1.
Analisis perbandingan laporan keuangan (Comparative financial statement analysis).
Adalah teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih. Teknik analisis ini juga sering diketahui kenaikan atau penurunan dari
masing-masing laporan.
2.
Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan (Trend ratio).
Dinyatakan dalam persentase, adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari
pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
Dalam menghitung persentase umumnya digunakan tahun pertama sebagai dasar
pengukuran.
3.
Laporan dengan persentase per komponen (Common size statement or common size
percentages or component percentages).
Adalah teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap total aktivanya juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi
perongkosan yang terjadi dihitung dengan jumlah penjualan.
4.
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja.
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
23
5.
Analisis sumber dan penggunaan kas (Cash flow statement analisis).
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
Analisis ini khususnya digunakan dalam mengevaluasi ketentuan kredit dan investasi.
Karena analisis ini memfokuskan pada hubungan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.
6.
Analisis Ratio (Ratio analisis).
Adalah suatu analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca,
laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis ratio
dapat menghasilkan hubungan yang menyatakan kondisi.
7.
Analisis perubahan laba kotor (Gross profit margin).
Adalah analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode. Yang lazim atau perubahan laba kotor suatu periode dengan yang
dianggarkan untuk periode tersebut. Analisis ini memberikan sudut pandang khusus
terhadap performa operasi sebuah perusahaan.
8.
Analisis titik impas (Break event analisis).
Adalah analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum
memperoleh keuntungan. Analisis ini menghasilkan hubungan antara pendapatan dengan
pola tindak tanduk biaya untuk pengeluaran-pengeluaran tetap dan variable.
II.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio merupakan sebagai alat analisa untuk menjelaskan dan memberikan
gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama
24
apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka ratio pembanding yang digunakan
sebagai standar. Khusus untuk BUMN standar analisis rasio keuangan sesuai dengan surat
Keputusan Menteri BUMN UU No.100 tahun 2002 tanggal 4 Juni 2002 untuk menilai tingkat
kesehatan perusahaan BUMN khusus aspek Keuangan yang dihitung berdasarkan rasio
keuangan.
II.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Khan dan Jain yang diterjemahkan oleh Sinaga (2002) menjelaskan, “ Analisis rasio
adalah sebuah alat yang digunakan secara luas untuk analisis keuangan. Analisis rasio diartikan
sebuah penggunaan rasio-rasio secara sistematis guna menginterprestasikan laporan keuangan
sehingga kekuatan maupun kelemahan sebuah perusahaan sebagaimana juga dengan kinerja
performa nya dan kondisi keuangan saat ini dapat diketahui” (h. 42).
Tujuan dari perhitungan analisis rasio keuangan menurut Sawir (2005) adalah “Untuk
memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dengan
menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi” (h. 51).
Menurut penjelasan-penjelasan dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis rasio keuangan dirancang untuk menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan
laba rugi guna memberikan gambaran tentang penilaian posisi kinerja keuangannya.
II.4.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut pendapat Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Kibrandoko dan
Waksana, J (1999), analisis rasio keuangan bermanfaat atau berguna sebagai berikut :
1. Bagi manajer, analisis rasio digunakan untuk menganalisis dan mengendalikan serta
memperbaiki kinerja perusahaan.
25
2. Bagi analis kredit (kreditor), analisis rasio digunakan untuk menentukan
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutangnya.
3. Bagi analis sekuritas yaitu analisis terhadap saham, yang bertujuan melihat tingkat
efisiensi dan prospek pertumbuhan terhadap perusahaan.
4. Bagi analis obligasi, yaitu yang berkepentingan menganalisis kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva
dalam hal terjadinya kepailitan” (h. 23).
II.4.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Pendapat Weston dan Brigham (1998), analisis rasio keuangan memiliki keterbatasanketerbatasan yaitu :
1. Banyaknya divisi pada industri yang sangat berlainan sukar untuk menentukan ratarata industri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding yang tepat.
2. Suatu perusahaan bisa saja mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan ‘baik’
sedangkan lainnya ‘buruk’, sehingga sulit menyatakan apakah secara keseluruhan
perusahaan ini baik atau buruk.
3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada nilai yang tercatat pada laporan keuangan
(neraca) yang mana kerapkali sangat berbeda dari nilai yang sebenarnya, karena itu
analisis rasio dari tahun ke tahun harus diinterprestasikan secara cermat dan dengan
pertimbangan.
4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio,
misalnya rasio perputaran bagi pabrik pengolah makanan akan sangat berbeda bila
persediaan yang digunakan adalah angka persediaan persis sebelum pengalengan
selesai atau persediaan persis setelah pengalengan selesai.
26
5. Perusahaan dapat menggunakan teknik ‘window dressing’ untuk membuat laporan
keuangan tampak lebih baik dari yang sesungguhnya sehingga kelihatan baik bagi
analis kredit.
6. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio ‘baik’ atau
‘buruk’, misalnya rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas
yang kuat, tetapi bisa berarti adanya kas yang berlebih yang tentu tidak baik, karena
tidak produktif.
7. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi dapat menyebabkan distorsi dalam
perbandingan. (h. 313).
II.5
Analisis Kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.
Penilaian tingkat kesehatan dilakukan dengan berpedoman pada Surat Keputusan Menteri
Bandan Usaha Milik Negara Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002, tentang Tata
Cara dan Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN Non Jasa Keuangan. BUMN non jasa keuangan
adalah BUMN yang bergerak dibidang infrastruktur dan non infrastruktur.
Pada Pasal 4 ayat 2 Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4
Juni 2002, Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN yang bergerak dibidang non jasa keuangan
dibedakan antara BUMN yang bergerak dalam bidang infrastruktur selanjutnya disebut BUMN
INFRASTRUKTUR dan BUMN yang bergerak dalam bidang non infrastruktur yang selanjutnya
disebut BUMN NON INFRASTRUKTUR.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dalam Surat Keputusan Menteri tersebut dikategorikan
termasuk bergerak dibidang non infrastruktur. Maka penulis hanya membahas Tingkat
27
Kesehatan BUMN Non Infrastruktur.
Penilaian tingkat kesehatan BUMN diatur dalam pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002, yaitu berdasarkan penilaian terhadap
kinerja Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian : Aspek
Keuangan, Aspek Operasional, dan Aspek Administrasi.
II.5.1 Aspek Keuangan
Penilaian aspek keuangan sesuai Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002
tanggal 4 Juni 2002, mempunyai bobot 70% dari indikator 100% yang ditetapkan, penilaian dari
aspek keuangan dimulai dari 8 rasio keuangan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.1
Indikator dan bobot aspek keuangan
Indikator
1.Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE)
2.Imbalan Investasi
3.Rasio Kas
4.Rasio Lancar
5.Colection Periods (DSO)
6.Perputaran persediaan
7.Perputaran total asset
8.Rasio modal sendiri terhadap total aktiva
Total Bobot
Bobot Non Infra
20
15
5
5
5
5
5
10
70
Metode Penilaian :
1. Return On Equity (ROE)
Kieso et al. (2004), berpendapat bahwa ROE merupakan “Measures
profitability of owner’s investment” (p.201). yang artinya mengukur keuntungan dari
investasi pemilik. Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006), mengatakan “ROE
adalah dipergunakan untuk mengetahui kemampuan menghasilkan laba bersih
melalui penggunaan modal sendiri” (h.245).
28
Rumus : ROE = Laba (rugi) setelah pajak X 100%
Modal sendiri
Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari aktiva tetap, aktiva non produktif, aktiva lain-lain, dan saham
penyertaan langsung. Modal sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri dalam
neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal
sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva tetap dalam pelaksanaan dan laba
tahun berjalan.
Setelah dihitung hasil ROE maka diberi skor yang diatur oleh Keputusan
Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 yaitu:
Tabel II.2
Skor penilaian ROE
ROE %
15 < ROE
13 < ROE <= 15
11 < ROE <= 13
9 < ROE <= 11
7,9< ROE <= 9
6,6< ROE <= 7,9
5,3< ROE <= 6,6
4 < ROE <= 5,3
2,5< ROE <= 4
1 < ROE <= 2,5
0 < ROE <= 1
ROE < 0
Skor Non Infra
20
18
16
14
12
10
8,5
7
5,5
4
2
0
2. Return On Investment (ROI)
Laurance Gitman (2003), berpendapat “Measures the overall effectiveness
of management in generating profit with its available assets” (p.68). Yang artinya
untuk mengukur efektifitas manajemen dalam membandingkan keuntungan dengan
asset yang ada. Munawir (2002), mengatakan “ROI adalah salah satu bentuk dari ratio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
29
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan” (h.89)
Rumus : ROI = EBIT + Penyusutan
Capital Employed
X 100%
EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil
penjualan dari aktiva tetap, aktiva lain-lain, aktiva non produktif, dan saham
penyertaan langsung. Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi.
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva
Tetap dalam pelaksanaan.
Setelah dihitung hasil ROI maka diberi skor yang diatur oleh SK Menteri
BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 adalah sebagai berikut :
Tabel II.3
Skor penilaian ROI
ROI %
18 < ROI
15 < ROI <= 18
13 < ROI <= 15
12 < ROI <= 13
10,5< ROI <= 12
9 < ROI <= 10,5
7 < ROI <= 9
5 < ROI <= 7
3 < ROI <= 5
1 < ROI <= 3
0 < ROI <= 1
ROI < 0
Skor Non Infra
15
13,5
12
10,5
9
7,5
6
5
4
3
2
1
3. Cash Ratio (Perputaran Kas)
Menurut Agnes Sawir (2001), “Rasio kas merupakan indikator kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar dengan kas dan setara kas” (h.10).
Menurut Munawir (2002), “Perputaran kas merupakan hasil dari kas ditambah efek
dibagi hutang lancar” (h.104).
30
Rumus : Cash Ratio = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek X 100%
Current Liabilities
Kas, bank dan surat berharga jangka pendek adalah posisi masing-masing pada akhir
tahun buku. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada akhir
tahun buku.
Setelah dihitung hasil rasio kas maka diberi skor yang diatur oleh SK
Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 yaitu:
Tabel II.4
Skor penilaian Cash ratio
Cash Ratio = x (%)
Skor Non Infra
x > = 35
25 < = x < 35
15 < = x < 25
10 < = x < 15
5 < = x < 10
0 <=x< 5
4.
5
4
3
2
1
0
Current Ratio / Rasio Lancar
Kieso et al. (2004), menyatakan manfaat dari rasio lancar adalah untuk “Measures
short-term debt-paying ability” (p.201). yang artinya mengukur kemampuan
membayar hutang jangka pendek.
Menurut Munawir (2002), “Current ratio menunjukkan tingkat keamanan kreditor
jangka pendek, atau menunjukkan sampai sejauh mana perusahaan dapat memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya” (h.72).
Rumus : Current Ratio = Current Asset
X 100%
Current Liabilities
Current Asset adalah posisi total aktiva lancar pada akhir tahun buku.
Current Liabilities adalah posisi total kewajiban lancar pada akhir tahun buku.
31
Setelah dihitung hasil Current Ratio maka diberi skor yang diatur oleh SK Menteri
BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 adalah sebagai berikut :
Tabel II.5
Skor penilaian Current ratio
Current Ratio = x (%)
125 < = x
110 < = x < 125
100 < = x < 110
95 < = x < 100
90 < = x < 95
x < 90
Skor Non Infra
5
4
3
2
1
0
5. Day Sales Outstanding (DSO) / Collection Periods (CP)
“Munawir (2002), menafsirkan rasio ini sebagai berikut “semakin besar day’s
receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih
pihutang, dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan
kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debts)
berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar” (h.76). Menurut
pendapat Jumingan, Drs., SE. (2006), “Makin kecil rasio ini semakin baik” (h.228).
Rumus : Jangka waktu penagihan (DSO) = Total Piutang Usaha
Total Pendapatan Usaha
X 365 hari
Total piutang usaha adalah posisi piutang usaha setelah dikurangi
cadangan penyisihan piutang pada akhir tahun buku. Total pendapatan
usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku.
Setelah dihitung hasil Jangka waktu penagihan maka diberi skor yang diatur oleh SK
Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002 adalah sebagai berikut:
32
Tabel II.6
Skor penilaian CP
CP = x (hari)
x < = 60
60 < x < = 90
90 < x < = 120
120 < x < = 150
150 < x < = 180
180 < x < = 210
210 < x < = 240
240 < x < = 270
270 < x < = 300
300 < x
Perbaikan = x (hari)
x > 35
30 < x < = 35
25 < x < = 30
20 < x < = 25
15 < x < = 20
10 < x < = 15
6 < x < = 10
3 <x<=6
1 <x<=3
0 <x<=1
Skor Non Infra
5
4,5
4
3,5
3
2,4
1,8
1,2
0,6
0
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel diatas.
6. Inventory Turn Over (ITO) / Perputaran Persediaan (PP)
Munawir (2002), menyatakan “Tingkat perputaran persediaan mengukur
perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya dan menunjukkan hubungan
antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan
yang ditentukan” (h.78). Menurut Helfert dengan diterjemahkan Wibowo, H. (1997),
menyatakan “secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jumlah perputaran
semakin baik, karena tingkat persediaan yang rendah sering ditafsirkan sebagai suatu
risiko minimal dari persediaan yang tidak dapat dijual dan mengindikasikan
pemanfaatan modal yang efisien” (h.81).
Rumus : Perputaran Persediaan = Total Persediaan
Total Pendapatan Usaha
X 365 hari
Total persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses
produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan
barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan
suku cadang. Total pendapatan usaha adalah total pendapatan usaha dalam tahun
buku yang bersangkutan.
33
Setelah dihitung hasil perputaran persediaan maka diberi skor yang diatur
oleh SK Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 yaitu:
Tabel II.7
Skor penilaian perputaran persediaan
PP = x (hari)
x < = 60
60 < x < = 90
90 < x < = 120
120 < x < = 150
150 < x < = 180
180 < x < = 210
210 < x < = 240
240 < x < = 270
270 < x < = 300
300 < x
35
30
25
20
15
10
6
3
1
0
Perbaikan = x (hari)
<x
< x < = 35
< x < = 30
< x < = 25
< x < = 20
< x < = 15
< x < = 10
<x<=6
<x<=3
<x<=1
Skor Non Infra
5
4,5
4
3,5
3
2,4
1,8
1,2
0,6
0
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel diatas.
7. Total Asset Turn Over (TATO) / Perputaran Total Aktiva
Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006), menyatakan “Rasio ini
menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam total aktiva berputar dalam
satu periode” (h.228). Agnes Sawir (2001), mengatakan “Total asset turn over
berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen mengkelola aktiva dalam
menghasilkan pendapatan” (h.32).
Rumus : TATO = Total Pendapatan
Capital Employed
X 100 %
Total pendapatan adalah total pendapatan usaha dan non usaha tidak
termasuk pendapatan hasil penjualan aktiva tetap. Capital employed adalah posisi
pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.
Setelah dihitung hasil rasio perputaran total aktiva maka diberi skor yang
diatur oleh SK Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002
yaitu:
34
Tabel II.8
Skor penilaian perputaran total asset
TATO = x (%)
120 < x
105 < x < = 120
90 < x < = 105
75 < x < = 90
60 < x < = 75
40 < x < = 60
20 < x < = 40
x < = 20
20
15
10
5
0
Perbaikan = x (hari)
<x
< x < = 20
< x < = 15
< x < = 10
<x<=5
<x<=0
<x<=0
<x<=0
Skor Non Infra
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel diatas.
8. Ratio Total Modal Terhadap Total Asset (TMS thd TA)
Munawir (2002), menyatakan “Rasio ini menunjukkan pentingnya dari
sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan” (h.82). Menurut Jumingan, Drs., SE., MM. (2006),
“Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi
kemungkinan kegagalan” (h.243).
Rumus : Ratio Modal dengan Total Aktiva = Total Modal Sendiri X 100%
Total Aktiva
Total modal sendiri adalah seluruh komponen modal Sendiri pada akhir
tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. Total asset adalah total
asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir
tahun buku yang bersangkutan.
Setelah dihitung hasil Rasio perputaran total aktiva maka diberi skor yang
diatur oleh SK Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002
yaitu:
35
Tabel II.9
Skor penilaian Rasio modal sendiri terhadap Total Aktiva
TMS thd TA (%) = x
x< 0
0 < = x < 10
10 < = x < 20
20 < = x < 30
30 < = x < 40
40 < = x < 50
50 < = x < 60
60 < = x < 70
70 < = x < 80
80 < = x < 90
90 < = x < 100
Skor Non Infra
0
4
6
7,25
10
9
8,5
8
7,5
7
6,5
II.5.2 Aspek Operasional
Penilaian aspek Operasional yang mempunyai bobot 15% dari indikator 100% yang
ditetapkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.
Indikator yang dinilai meliputi unsur-unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam
rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan
setiap tahunnya minimal 2 (dua) indikator dan maksimal 5 (lima) indikator, dimana apabila
dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun
berikutnya dapat berubah. Indikator yang wajib dinilai dan masing-masing bobotnya yaitu
Tabel II.10
Indikator dan bobot Aspek Operasional
Indikator
1. Pelayanan kepada Masyarakat
2.Sumber Daya Manusia
3.Inovasi dan Teknologi
Total
Bobot Non Infra
3
3
3
15
Penilaian terhadap masing-masing indikator dilakukan secara kualitatif dengan kategori
penilaian dan penetapan skornya sebagai berikut :
- Baik sekali (BS)
: skor = 100% x Bobot indikator yang bersangkutan.
36
- Baik (B)
: skor = 80% x Bobot indikator yang bersangkutan.
- Cukup (C)
: skor = 50% x Bobot indikator yang bersangkutan.
- Kurang (K)
: skor = 20% x Bobot indikator yang bersangkutan.
Definisi untuk masing-masing kategori penilaian secara umum adalah sebagai berikut :
- Baik sekali
:
Sekurang-kurangnya mencapai standar normal atau diatas normal
baik diukur dari segi kualitas dan kuantitas.
- Baik
:
Mendekati standar normal atau sedikit dibawah standar normal
namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
- Cukup
:
Masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi kualitas dan
kuantitas serta mengalami perbaikan dari segi kualitas dan
kuantitas.
- Kurang
:
Tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal.
Mekanisme Penilaian Aspek Operasional adalah:
a. Penetapan indikator dan penilaian masing-masing bobot
-
Indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian setiap tahunnya
ditetapkan oleh pada pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) Tahunan perusahaan.
-
Sebelum pengesahan RKAP tahunan oleh RUPS, Komisaris / Dewan Pengawas
wajib menyampaikan usulan tentang indikator aspek operasional yang digunakan
untuk penilaian tahun buku yang bersangkutan dan besar bobot masing-masing
indikator tersebut kepada Pemegang Saham.
37
-
Dalam
menyampaikan
usulan
indikator
dan
besaran
bobot
tersebut,
Komisaris/Dewan Pengawas wajib memberikan justifikasi mengenai masingmasing indikator aspek operasional yang diusulkan untuk digunakan dan dasar
pembobotannya.
-
Dalam pengesahan RKAP sesuai SK Menteri BUMN No : KEP-101/MBU/2002
tanggal 4 Juni 2002, RUPS sekaligus menetapkan indikator operasional yang
digunakan untuk tahun yang bersangkutan dan masing-masing bobotnya dengan
antara lain mempertimbangkan usul Komisaris / Dewan Pengawas.
b. Mekanisme penetapan nilai
-
Sebelum diselenggarakan RUPS pengesahan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit, Komisaris / Dewan Pengawas wajib menyampaikan kepada
Pemegang Saham penilaian kinerja perusahaan berdasarkan indikator-indikator
aspek operasional dan bobot yang telah ditetapkan.
-
Dalam menyampaikan usulan penilaian tersebut Komisaris / Dewan Pengawas
diharuskan memberikan justifikasi atas penilaian masing-masing indikator aspek
operasional yang digunakan.
-
RUPS pengesahan laporan keuangan menetapkan penilaian terhadap aspek
operasional yang antara lain memperhatikan usulan Komisaris / Dewan
Pengawas.
II.5.3 Aspek Administrasi
Penilaian aspek Administrasi yang mempunyai bobot 15% dari indikator 100% yang ditetapkan
SK Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Dalam penilaian aspek
administrasi, indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya adalah
38
Tabel II.11
Indikator dan bobot Aspek Administrasi
Indikator
1.Laporan Perhitungan Tahunan
2.Rancangan RKAP
3.Laporan Periodik
4.Kinerja PKBL
Total
Bobot Non Infra
3
3
3
6
15
Metode Penilaian :
a. Laporan Perhitungan Tahunan
- Standar waktu penyampaian perhitungan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan
publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus sudah diterima
oleh Pemegang Saham paling lambat akhir bulan kelima sejak tanggal tutup buku
tahun yang bersangkutan.
- Penentuan nilai
Tabel II.12
Penilaian waktu penyampaian Laporan Audit
Jangka Waktu Laporan Audit Diterima
Skor
- sampai dengan akhir bulan keempat sejak tahun buku
perhitungan tahunan ditutup
3
- sampai dengan akhir bulan kelima sejak tahun buku
perhitungan tahunan ditutup
2
- lebih dari akhir bulan kelima sejak tahun buku
perhitungan tahunan ditutup
0
b. Rancangan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan)
-
RKAP adalah penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang (RJP) BUMN.
RKAPUKK adalah Rncana Kerja dan Anggaran PUKK tahunan.
-
Sesuai ketentuan pasal 13 PP No 12 tahun 1998 dan pasal 27 PP No 13 tahun
1998, RUPS dalam pengesahan rancangan RKAP tahunan harus sudah diterima
60 hari sebelum memasuki tahun anggaran yang bersangkutan.
39
-
RUPS melimpahkan kewenangan pengesahan RKAP dan RKAPUKK dimaksud
kepada Komisaris selama 2 tahun berturut-turut dinyatakan sehat.
-
RKAP yang dimaksud dalam KEP-101/MBU/2002 Menteri BUMN yaitu
1. Rencana kerja perusahaan. Memuat penjelasan dan rincian tentang : Misi
perusahaan, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan, dan program
kegiatan.
2. Anggaran perusahaan. Semua anggaran yang ada didalam perusahaan.
3. Proyeksi keuangan pokok perusahaan. Terdiri dari : Proyeksi neraca,
proyeksi laba / rugi, proyeksi arus kas, sumber dan penggunaan data.
4. Proyeksi keuangan pokok anak perusahaan. Terdiri dari : Proyeksi neraca
dan proyeksi laba / rugi.
5. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Hal-hal lain yang dimaksud yaitu : Penghapusan piutang,
penghapusan persediaan, penghapusan aktiva tetap, penghapusan aktiva
tetap lainnya, penarikan kredit, pengangunan asset, pemberian pinjaman,
kerjasama jangka menengah / panjang dengan dengan pihak ketiga,
perubahan modal, penunjukan Direksi & Komisaris anak perusahaan,
penghasilan Direksi & Komisaris, dan pembagian tugas Direksi.
-
Penentuan Nilai
Tabel II.13
Penilaian waktu penyampaian rancangan RKAP
Jangka waktu surat diterima sampai dengan memasuki
tahun anggaran yang bersangkutan
•
•
2 bulan atau lebih cepat
kurang dari 2 bulan
Skor
3
0
c. Laporan Periodik
40
- Waktu penyampaian laporan.
Laporan periodik Triwulanan harus diterima oleh Komisaris / Dewan Pengawas
dan Pemegang Saham paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya periode
laporan.
- Penentuan nilai
Tabel II.14
Penilaian waktu penyampaian Laporan Periodik
Jumlah keterlambatan dalam 1 tahun
lebih kecil atau sama dengan 0 hari
0< x < = 30 hari
0< x < = 60 hari
< 60 hari
Skor
3
2
1
0
- Laporan periodik sekurang-kurangnya terdiri dari : Laporan pelaksanaan RKAP,
Laporan pelaksanaan Proyek Pengembangan, Laporan pelaksanaan Anak
Perusahaan, Laporan pelaksanaan penugasan (jika ada), Laporan pelaksanaan
PUKK.
d. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL)
Pembinaan usaha kecil dan koperasi (PUKK) sudah digantikan oleh Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) sesuai SK Menteri BUMN No 236
Tahun 2003. Pengertian PKBL berdasarkan SK Menteri BUMN No 236 Tahun 2003
Pasal 3 dan 4 yaitu
-
Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
melalui pemanfaatan dana dari penyisihan bagian laba setelah pajak
sebesar 1% sampai 3%.
41
-
Program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh BUMN diwilayah usaha BUMN melalui pemanfaatan
dana dari penyisihan bagian laba setelah pajak maksimal sebesar 1%.
Rencana anggaran PKBL memuat :
1. Sumber dana yang tersedia. Adalah saldo dana awal tahun anggaran,
alokasi dana PUKK atau PKBL tahun anggaran, pengembalian pokok
pinjaman dan bunga yang diterima dalam tahun anggaran.
2. Rencana penggunaan dana sesuai dengan program kegiatan.
3. Pengembalian pokok pinjaman dan bunga yang diterima dalam tahun
anggaran.
Persero terbuka seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk melaksanakan program
kemitraan dengan usaha kecil berpedoman pada Keputusan Menteri BUMN Nomor
236 tahun 2003 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
Syarat dan ketentuan yang dapat ikut serta dalam program kemitraan adalah sebagai
berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,2) Milik Warga Negara Indonesia.
3) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak atau cabang perusahaan.
4) Berbentuk usaha orang perseorangan dan badan usaha yang tidak berbadan
hukum atau yang berbadan hukum termasuk koperasi.
42
5) Telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun serta mempunyai
potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
Tabel II.15
Indikator yang dinilai dalam PKBL
Indikator
1.Efektivitas penyaluran
2.Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman
TOTAL
-
Bobot Non Infra
3
3
6
Metode penilaian masing-masing indikator.
d.1. Efektivitas penyaluran dana.
Rumus : Jumlah dana yang disalurkan x 100%
Jumlah dana yang tersedia
Definisi :
- Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam
tahun yang bersangkutan yang terdiri atas:
• Saldo awal dan Pengembalian pinjaman
• Setoran eks pembagian laba yang diterima dalam tahun yang
bersangkutan (termasuk alokasi dari dana PKBL BUMN lain)
• Pendapatan bunga dari pinjaman PKBL
-
Jumlah dana yang disalurkan sesuai SK Menteri BUMN No 236 Tahun
2003 adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil dan
koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari :
a. Hibah. yang ditetapkan maksimal 20% dari dana program kemitraan
yang disalurkan pada tahun berjalan.
b. Pinjaman. termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk
menjamin pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga
Keuangan).
43
Tabel II.16
Penilaian tingkat penyerapan dana PKBL
Penyerapan(%)
> 90
85 s.d. 90
80 s.d. 85
<80
Skor
3
2
1
0
d.2. Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman.
Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman x 100%
Jumlah pinjaman yang disalurkan
Definisi :
- Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman adalah perkalian antara bobot
kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori
kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.
Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut:
- Lancar 100 %
- Kurang lancar 75 %
- Ragu-ragu 25 %
- Macet 0 %
- Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada program
kemitraan dan program bina lingkungan sampai dengan periode akhir
tahun buku yang bersangkutan.
Tabel II.17
Penilaian tingkat pengembalian dana PKBL.
Tingkat pengembalian (%)
> 70
40 s.d. 70
10 s.d. 40
<10
Skor
3
2
1
0
II.6. Tingkat Kesehatan BUMN Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor
KEP-100/MBU2002tanggal 4 Juni 2002
44
Penilaian tingkat kesehatan diatur dalam pasal 3 ayat 1 Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP100/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002 maka tingkat kesehatan BUMN dapat digolongkan menjadi :
1. SEHAT, yang terdiri dari :
AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95
AA apabila 80 <TS< =95
A apabila 65 <TS< =80
2. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :
BBB apabila 50 <TS< =65
BB apabila 40 <TS< =50
B apabila 30 <TS< =40
3. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari :
CCC apabila 20 <TS< =30
CC apabila 10 <TS< =20
C apabila TS< =10
II.7
Analisis Diskriminan sebagai Indikator Kebangkrutan dengan menggunakan
Metode Altman Model pada PT WIJAYA KARYA (Persero) Periode 2004–2006.
Mengetahui kondisi kesehatan keuangan perusahaan adalah sangat penting dilakukan
oleh investor atau kreditor dalam pengambilan keputusan-keputusan investasi dan kredit. Maka
akan dianalisa kemungkinan terjadi kebangkrutan.
Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005), “Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi
tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari
kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat satu penyimpangan (univariate), yang
45
artinya setiap rasio diuji secara terpisah” (h.22). Analisa Z-Skor merupakan suatu model untuk
memprediksi kegagalan bisnis perusahaan yang diperoleh dari kombinasi rasio-rasio keuangan
yang paling berkontribusi terhadap model prediksi” (h.90).
Untuk tujuan tersebut, Agnes Sawir (2005) menyatakan “bahwa ada dua teknik statistik
yang digunakan yaitu Analisis regresi dan analisis diskriminan” (h.22).
II.7.1 Analisa kebangkrutan
Maksud dari kebangkrutan adalah kondisi keuangan perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan dalam jangka pendek (likuiditas atau technical solvency) dan mengalami
insolvency (debt > asset). Arti dari kesulitan keuangan adalah suatu situasi dimana arus kas dari
aktivitas operasi sebuah perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancar.
Menurut Brigham dan Gapenski (2002), "Kegagalan bisnis menyebabkan kebangkrutan.
Penyebab terjadinya kegagalan bisnis terdiri dari 3 faktor yaitu :
1.
Faktor ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah industri kecil dan
wilayah yang miskin. Penyebab utamanya adalah masalah keadaan ekonomi
yang buruk disuatu Negara atau suatu wilayah.
2.
Faktor keuangan. Yang termasuk penyebab faktor keuangan adalah terlalu
banyaknya hutang dan salah dalam investasi atau salah menggunakan modal. Faktor
ini penyebab utamanya adalah masalah keuangan perusahaan itu sendiri.
3.
Faktor bencana alam dan kecurangan. Faktor ini disebabkan oleh pengaruh alam
dan kecurangan yang dilakukan manusia ” (p.942).
Berdasarkan sumber dari Dun dan Bradstreet memperlihatkan persentase penyebab
terjadinya kegagalan bisnis ditabel bawah ini :
46
Penyebab terjadinya kegagalan
Faktor Ekonomi
Faktor Keuangan
Faktor Bencana Alam & Kecurangan
Faktor lainnya
Total %
37,1%
47,3%
14%
1,6%
100%
Berdasarkan pendapat Rico Lesmana dan Rudi Surjanto (2003), tanda-tanda yang dapat
dilihat terhadap sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan dalam bisnisnya yaitu:
1. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.
2. Penurunan laba dan arus kas dari operasi.
3. Penurunan total aktiva.
4. Harga pasar saham menurun secara signifikan.
5. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri yang mempunyai resiko yang tinggi.
6. Young Company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami kesulitan di tahuntahun awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat
akan dapat mengalami kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan
kebangkrutan.
7. Pemotongan yang signifikan dalam dividen” (h.184).
Menurut Weston & Copeland (1999), ”Analisis diskriminan / kebangkrutan terdiri dari 3
tahap :
1. Menyusun klasifikasi kelompok bersifat mutually exclusive. Setiap kelompok dibedakan
dengan satu distribusi peluang (probability distribution) sesuai ciri-cirinya.
2. Mengumpulkan data untuk pengamatan dalam kelompok.
3. Menurunkan kombinasi linier dari ciri-ciri tersebut “paling baik” mendiskriminasikannya
(membedakannya) di antara kelompok “paling baik”, artinya kombinasi yang
meminimumkan peluang ada kesalahan klasifikasi” (h.288).
47
II.7.2 Analisis diskriminan dengan Altman model (Z-Skor model)
Weston & Copeland (1999), “Edward I. Altman (1968) menggunakan analisis
diskriminan dengan menyusun suatu model persamaan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dan perhitungan yang dipakai untuk analisis kebangkrutan adalah menggunakan
model fungsi Z (Zeta)” (h.288). Menurut pendapat Agnes Sawir (2005), “Z-skor hasil kreasi
Altman telah teruji keandalannya sehingga bertahan sampai sekarang” (h.24)
Weston & Copeland (1999), “Fungsi diskriminan yang juga disebut Altman Z-Score
adalah” (h.288).
Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5
Dengan keterangan sebagai berikut:
Z
= Over all index.
X1
= Modal kerja / Jumlah harta (dalam %).
X2
= Laba ditahan / Jumlah harta (dalam %).
X3
= EBIT / Jumlah harta (dalam %).
X4
= Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku hutang (dalam %).
X5
= Penjualan / Jumlah harta (dalam kali).
Batas klasifikasi nilai :
Z < 1,81
:
Very high probability of bankruptcy
1,81 <Z< 2,99
:
High probalbility bankruptcy
3 or above
:
Far from being bankruptcy
48
Download