BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Ujung Rambung Desa ujung rambung merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU dengan luas desa 3,28 km2, jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan jumlah anak laki-laki 487 orang dan anak perempuan 454 orang. Desa ini berjarak ± 40 km dari kota Medan, terdiri dari sembilan dusun dan rata-rata mata pencaharian masyarakatnya bergerak dalam sektor pertanian, perkebunan/ perladangan, industri kecil dan sedang serta sektor jasa. Gambar 1. Peta Geografi Kabupaten Serdang Bedagai12 Universitas Sumatera Utara Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG 12 No Dusun Jumlah KK Usia 12 Usia 13 Usia 14 Usia 15 1 Dusun I 35 1 1 1 2 2 Dusun II 39 0 5 5 1 3 Dusun III 39 3 4 4 3 4 Dusum IV 47 6 5 5 2 5 Dusun V 119 5 6 4 8 6 Dusun VI 213 12 10 13 8 7 Dusun VII 47 4 5 2 4 8 Dusun VIII 38 2 4 7 5 9 Dusun IX 44 2 6 7 9 621 35 46 48 51 JUMLAH 2.2 Defenisi Remaja dan Penyakit Mulut Masa remaja merupakan masa dimana gelombang kehidupan sudah mencapai puncaknya. Pada masa ini remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya dan sebaik-baiknya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di dalam dirinya. Masa remaja awal dimulai pada usia 12-15 tahun, pada masa inilah individu akan berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada.13 Usia 12 tahun merupakan salah satu indeks umur yang dianjurkan WHO dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut, dimana pada usia ini umumnya anak-anak meninggalkan sekolah dasar, sehingga merupakan usia yang Universitas Sumatera Utara mudah dijangkau sebelum anak-anak meninggalkan sekolah. Usia 12 tahun juga merupakan awal dimana anak memasuki masa remaja, pada masa ini anak akan mulai mengalami perubahan-perubahan hormonal yang merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya kelainan di rongga mulut.14 Penyakit mulut dapat didefenisikan sebagai suatu bidang dalam kedokteran gigi yang berpusat pada diagnosa dan terapi dari penyakit mukosa mulut (stomatologi), termasuk didalamnya diagnosa dan terapi dari keluhan mulut lainnya yang mungkin merefleksikan penyakit mulut setempat atau manifestasi penyakit sistemik di rongga mulut, atau fase-fase dari praktek dokter gigi yang khususnya memusatkan perawatan gigi pada pasien yang memiliki resiko secara fisiologis.15 Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlak, Tomar, Shulman dan juga penelitian M Del Rosario pada anak-anak muali dari usia 2 sampai dengan 17 tahun, terdapat beberapa penyakit mulut yang umum dijumpai pada anak-anak, diantaranya cheek bite, recurent apthous stomatitis, herpes labialis, geographic tongue, angular cheilitis, dan oral candidiasis.7-9 Terjadinya penyakit-penyakit tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti adanya infeksi, penyakit-penyakit sistemik, trauma yang berkepanjangan, dan lain-lain.4 2.3 Etiologi Penyakit Mulut Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyakit yang dijumpai di rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa faktor etiologi terjadinya lesi di rongga mulut. Universitas Sumatera Utara 2.3.1 Infeksi Berbagai jenis flora normal terdapat di dalam rongga mulut yang membentuk mikroflora oral komensial. Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikroplasma, jamur, dan protozoa, yang keseluruhannya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-faktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah infek.4 Beberapa penyakit mulut yang dapat terjadi akibat infeksi yaitu Keilitis angularis yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Candida albicans, kandidiasis akibat infeksi jamur yang didominasi golongan Candida albicans, serta herpes labialis dan gingivostomatitis herpetika primer yang terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks tipe1 dan 2, apabila terjadi kontak mukokutan langsung dari sekresi-sekresi yang terinfeksi virus ini maka penularan infeksi dapat terjadi.4,6,16 2.3.2 Trauma Penyebab traumatik dari ulserasi rongga mulut bisa berupa trauma fisik atau kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh permukaan tajam, seperti tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik, kebiasaan mengigit pipi, atau gigi yang fraktur. Trauma kimiawi pada mukosa mulut biasanya dikarenakan tablet aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit.4 2.3.3 Hormonal Perubahan hormon seks terkhusus pada masa remaja dapat menimbulkan perubahan-perubahan mukosa mulut. Pada fase luteal siklus menstruasi wanita, ketika konsentrasi hormon progesteron mencapai nilai tertinggi, maka akan mengakibatkan Universitas Sumatera Utara manifestasi oral seperti RAS (Recurent Apthous stomatitis), herpes labialis, dan infeksi Candida. Peningkatan mikroorganisme tetentu seperti Provotella intermedia dan spesies Capnocytophaga juga dapat ditemukan pada masa pubertas. Meningkatnya kolonisasi bakteri ini menyebabkan gingivitis dan tingginya tendensi perdarahan gingiva.17,18 2.3.4 Kelainan Darah Telah lama diketahui bahwa gejala-gejala oral merupakan indikasi awal terjadinya kelainan hematologis maupun defisiensi nutrisi. Lesi-lesi oral yang sering dijumpai pada keadaan ini adalah keilitis angularis, glossitis dan ulserasi oral.4 a) Anemia Anemia defisiensi zat besi diperkirakan 8% terjadi pada wanita usia subur, sedangkan anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada lansia dengan kelainan pencernaan kususnya penyerapan vitamin B 12 .4 Manifestasi intraoral dari anemia paling menonjol pada lidah. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papilapapila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila berakibat permukaan lidah tampak licin, kering dan mengkilat (disebut bald tongue). Pada tahap akhir lidah tampak seperti daging merah dan terdapat apthae oral. Manifestasi oral yang lain dari anemia mencakup keilitis angularis, ulserasi apthosa dan erosi mukosa.16 b) Leukemia Pada penderita leukemia, terjadi infiltrasi sel leukosit ke dalam lapisan retikular mukosa mulut dan kelenjar limfe serta menurunya mekanisme pertahanan tubuh dan kadar trombosit di dalam darah, keadaan ini menyebabkan terjadinya Universitas Sumatera Utara manifestasi oral dari penyakit leukemia di rongga mulut.4 Manifestasi oral yang dapat terlihat pada penderita leukemia yaitu gingivitis, dimana gingiva mengalami pembengkakan di daerah margin gingiva. Selain itu, penurunan mekanisme pertahanan tubuh pada penderita leukemia menyebabkan infeksi rentan terjadi terutama infeksi dari jamur Candida albicans.19 2.3.5 Defisiensi Imun Pertahanan terhadap kolonisasi mikrobial merupakan salah satu dari fungsi sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, suatu kerusakan pada sistem ini akan berakibat pada timbulnya infeksi. Hal ini digambarkan secara jelas oleh infeksi oportunistik yang timbul dalam mulut penderita AIDS. Jumlah Candida albicans dalam saliva bertambah pada penderita HIV. Kandidosis oral sering merupakan gejala awal dari infeksi HIV dan dapat dibedakan menjadi empat bentuk: Pseudomembranosis, eritematus (atrofik), hiperplastik, dan keilitis angularis.4 Infeksi virus yang terjadi pada penderita HIV yaitu virus Epstein-Barr yang menyebabkan hairy leukoplakia dan virus HSV I yang menyebabkan penyakit herpes simpleks. Infeksi HSV I terlihat pada bibir sebagai herpes labialis dan herpes intraoral yang bersifat kambuhan, lebih sering menetap sehingga terlihat lebih parah dibandingkan herpes simpleks pada orang yang tidak mengidap penyakit AIDS.16 2.3.6 Tembakau Tembakau adalah faktor resiko utama terjadinya kanker rongga mulut dan faring. Indonesia menempati urutan ketiga jumlah perokok terbanyak yang mencapai 146.860.000 jiwa. Remaja umumnya mulai merokok di usia remaja awal atau SMP. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, edukasi bahaya rokok terhadap kesehatan perlu diberikan sedini mungkin.20 mmmm mmm Secara histologi, karakteristik dari kanker rongga mulut akibat tembakau adalah adanya hiperkeratinisasi dan vakuolisasi epitel, akantosis, dan proliferasi selsel inflamatori. Penyakit mulut yang sering terjadi akibat penggunaan tembakau terutama melalui kebiasaan merokok yaitu stomatitis nikotina dan keratosis rokok. Kelainan ini umumnya mengenai orang dewasa dan jarang pada usia muda.16,21 2.3.7 Defisiensi Nutrisi Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa, mengingat di Indonesi persentase populasi remaja mencapai 21% dari total populasi penduduk yaitu sekitar 44 juta jiwa (BPS, 2003). Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena banyaknya faktor yang belum diketahui (WHO,2003). Oleh karena itu, dokter gigi sebagai tenaga kesehatan harus mampu ambil bagian dalam upaya menurunkan angka gizi buruk dikemudian hari dengan melakukan pemeriksaan mulut yang dapat memberikan informasi cepat dan vital tentang keadaan gizi seseorang.6,22 Manifestasi oral yang sering ditemukan pada penderita kurang gizi antara lain keilitis angularis, cheilosis, glossitis dan RAS. Kekurangan gizi yang menimbulkan manifestasi oral tersebut dapat dikarenakan kekurangan vitamin B2, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat dan biotin.6,22 Universitas Sumatera Utara 2.3.8 Tingkat Ekonomi Keluarga Angka penyakit gigi dan mulut diduga lebih tinggi di daerah serta pada anak dari golongan ekonomi menengah kebawah.2 Hal ini sesuai dengan pernyataan The World Oral Health Report (2003), bahwa perawatan penyakit gigi dan mulut menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3 Selain itu, kekurangan gizi yang merupakan salah satu penyebab penyakit di rongga mulut, sering dialami masyarakat terutama di negara sedang berkembang.6 2.3.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pengetahuan seseorang sering dikaitkan dengan perilaku kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan penilaian tentang kesehatan akan lebih baik, sehingga berpengaruh pada prilakunya untuk hidup sehat yang berdampak pada penurunan resiko terkena suatu penyakit dikemudian hari.3,23 Keluarga maupun sekolah merupakan lingkungan terdekat anak untuk memberi dukungan optimal dalam upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut.2 2.3.10 Oral Hygiene Oral Hygiene (kebersihan rongga mulut) merupakan faktor resiko terjadinya penyakit mulut. Dari hasil penelitian tahun 2008 di Iranian, dilaporkan bahwa adanya hubungan antara kebersihan rongga mulut yang buruk dengan lesi pada lidah.24 Selain itu, kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat meningkatkan peluang terjadinya infeksi jamur di rongga mulut.25 Universitas Sumatera Utara 2.4 Gambaran Klinis Penyakit Mulut 2.4.1 Lesi Vesikulobulosa Herpes Labialis Kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi di rongga mulut yaitu virus Herpes simpleks tipe-I, Herpes simpleks tipe-II, Varicella zoster, virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus. Pada infeksi herpes simpleks secara khas menimbulkan herpes labialis. Gejala-gejala yang timbul diawali perasaan menusuk atau perasaan terbakar pada satu tempat di bibir. Dalam 24 jam timbul vesikel yang akan pecah dalam waktu 48 jam dan akan menimbulkan erosi epitel dengan batas jelas berwarna merah, selanjutnya akan menjadi keropeng dan sembuh dalam beberapa waktu. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan herpes labialis pada individu yang rentan adalah sinar matahari, trauma, stres, demam, haid, dan imunosupresi. Selain daerah bibir, palatum keras dan sulkus bukal bawah merupakan daerah yang sering terserang infeksi virus ini.4,16 Gambar 2. Herpes labialis 26 Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Lesi Merah dan Putih Kandidosis Oral Merupakan infeksi jamur pada mukosa mulut maupun lidah yang biasanya disebabkan oleh Candida albicans . Infeksi ini meningkat pada penderita HIV, terlihat adanya plak putih pada mukosa mulut dan lidah, berwarna merah, diikuti sensasi terbakar ataupun rasa sakit di daerah setempat. Pada lidah terjadi perubahan pengecapan, sensitif terhadap makanan yang pedas sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan. Tabel 2. PENYAKIT KANDIDOSIS ORAL 4,16 Penyakit Oral Candidiasis Kandidosis Pseudomembranosis (Trhush) Epidemiologi Etiologi 5% pada bayi yang baru lahir dan 10% pada lansia yang lemah. Paling banyak ditemukan pada penderita HIV Tidak ada predileksi ras atau jenis kelamin Bayi yang ibunya menderita Trush Vagina, pemakaian antibiotik, steroid, dalam jangka panjang, penderita diabetes, hipoparatiroidisme, immunodefisiensi, kemoterapi Kandidosis Atrofik Akut Sering pada penderita Penggunaan antibiotik HIV steroid spektrum luas, Kandidosis Atrofik 15-16% pada pemakai Alergi Gigitiruan Kronis gigitiruan lengkap dan sebahagian, terutama pada wanita tua Kandidosis Keratotik Pada lansia. Pemakai OH yang buruk, Kronis (Hiperplastik) gigitirua dan perokok perokok, serostomia, berat. pemakai gigitiruan Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV 27 Keilitis Angularis Keilitis angularis merupakan inflamasi pada salah satu atau kedua sudut mulut. Penyakit ini disebabkan oleh Streptokokus aureus dan Candida albicans, secara klinis keilitis angularis tampak merah dan pecah-pecah, dengan tepi lesi yang kurang merah dari pada daerah tengahnya. Keropeng dan nodula-nodula granulomatosa kecoklatan dapat menyertainya. Keilitis angularis dapat mengenai penderita penyakit imunologis (penurunan daya tahan tubuh), defisiensi nutrisi, dan penyakit haemopoetik (kelainan darah).4,16 Gambar 4. Keilitis angularis 28 Universitas Sumatera Utara Cheek Bite Gambaran klinis dari cheek bite yaitu adanya abrasi traumatik dari permukaan epitel mukosa mulut serta plak keputih-putihan dengan dasar berwarna merah. Cheek bite biasanya terjadi pada mukosa labial dan mukosa bukal dekat garis oklusal. Lesi ini tidak berpotensi mengarah kepada keganasan. Terjadinya lesi ini sering dihubungkan dengan kecemasan, sindroma premenstruasi, dan parafungsional mandibula.29 Gambar 5. Cheek Bite 30 2.4.3 Kelainan pada Lidah Kesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti yang mengatakan bahwa lidah merupakan indikator kesehatan seseorang secara umum, karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit sisemik seperti lidah geografik pada penderita stres emosional, alergi, dan defisiensi nutrisi, serta lidah atrofik (glossitis atrofic) pada penderita defisiensi zat besi dan riboflavin.31 Universitas Sumatera Utara Lidah Berfisur Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang bersifat jinak, terdiri atas satu fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Pola dan panjang fisur bermacam-macam dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada pendapat mengatakan bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Lidah berfisur mengenai 1-5% penduduk, umumnya terjadi pada sindrom Down dan sindrom Melkerson-Rosenthal. Fisur tersebut dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai akibat dari penumpukan makanan.16 Gambar 6. Lidah Berfisur 32 Lidah Geografik Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila filiformis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan karena stres emosional, alergi, defisiensi nutrisi dan faktor herediter. Lidah geografik ditandai adanya bercak-bercak gundul dari papila filiformis, berwarna merah muda sampai merah, dapat tunggal atau multipel yang dibatasi ataupun tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang timbul. Dapat juga disertai Universitas Sumatera Utara peradangan merah di tepi lesinya dan disertai perasaan sakit. Lesi terus menerus berubah pola dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain.16 Gambar 7. Lidah Geografik 32 Glossitis Atrofic Merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papila-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila mengakibatkan suatu permukaan tanpa papila-papila, yang tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir tampak lidah seperti daging atau merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman maupun makanan yang panas dan pedas.16 Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Glossitis atrofic pada Penderita Anemia 33 2.4.4 Lesi Ulseratif RAS (Recurent apthous stomatitis) Para ahli berpendapat bahwa lesi ini timbul bukan hanya sebagai penyakit tunggal, melainkan manifestasi klinis dari penyakit lain. 4,14,15 Keluhan awal sebelum terjadinya lesi yaitu rasa terbakar dan diikuti nyeri setempat di sekitar mukosa mulut selama 2-48 jam sebelum munculnya ulser. Selama masa prodormal ini terjadi suatu daerah kemerahan setempat dan dalam beberapa jam terbentuk papula putih yang secara berangsur-angsur menjadi ulser dan membesar dalam waktu 48-72 jam. Lesi yang terbentuk umumnya dangkal, bulat, simetris dan tidak ada koyakan jaringan. Besar lesi bisa mencapai 2-5 mm, kadang-kadang ulkus tampak dalam kelompok-kelompok, tetapi biasanya kurang dari 5 terjadi sekaligus. Lesi dapat sembuh secara spontan dalam waktu 10-14 hari.14,15 Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Recurent apthous stomatitis mayor 34 Universitas Sumatera Utara KERANGKA KONSEP Infeksi Trauma Hormonal Kelainan Darah Defisiensi Tembakau Imun Defisiensi Nutrisi Sosioal-ekonomi Keluarga Penyakit Mulut Tingkat Pendidikan Orang tua Lesi Vesikulobulosa Herpes Labialis Gingivostomatitis Herpetika Primer Kandidosis Lesi Merah dan Putih Keilitis Angularis Cheek Bite Lidah Geografik Kelainan Lidah Lidah Berfisur Glossitis Lesi Ulseratif RAS Universitas Sumatera Utara