BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Nilasari dan Wiludjeng (2006:59) mengenai pengertian manajemen yaitu : “Proses yang khas, yang terdiri atas kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain.” Menurut Manullang (2004:3) mengenai pengertian manajemen ialah sebagai berikut : “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.” Menurut Terry dan Rue (2003:1) mengenai pengertian manajemen ialah sebagai berikut : “Manajemen adalah suatu proses atau kerangka keja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuantujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang diingikan dengan mempergunakan kegiatan orang lain, dimana kegiatan tersebut harus dibimbing dan diawasi agar tujuan tersebut sesuai dengan apa yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 2.1.2 Pengertian Keuangan Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:42) mengenai pengertian keuangan ialah sebagai berikut : “Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.” Menurut Irawati (2006:54) mengenai pengertian keuangan ialah sebagai berikut : “Keuangan merupakan proses suatu kegiatan yang berhubungan dengan dana atau uang yang dilakukan demi tujuan tertentu oleh setiap individu atau organisasi.” Menurut Gitman (2012:4) mengenai pengertian keuangan ialah sebagai berikut : “Keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan dari pengelolaan uang. Sesungguhnya setiap individu dan organisasi menghasilkan uang dan membelanjakan atau mengnvestasikan uang. Keuangan berhubungan dengan proses, institusi, pasar, dan instrument yang terlibat dalam perpindahan atau transfer uang antar individu, bisnis, dan pemerintah.” Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keuangan merupakan suatu ilmu yang mempelajari pengelolaan uang, dimana keuangan dapat berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi baik yang bersifat besar atau kecil, mencari laba atau tidak mencari laba. 2.1.3 Pengertian Manajemen keuangan Tujuan dari didirikannya perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaannya (value of firm). Untuk mencapai tujuannya, perusahaan harus melakukan segala aktivitasnya dengan efektif dan efisien agar dapat menghasilkan laba maksimal yang tentunya diharapkan pula dapat memaksimalkan kemakmuran para investornya. Sedangkan nilai perusahaan itu sendiri, khususnya bagi perusahaan yang sudah go public tercemin dari harga sahamnya. Menurut Darsono (2006:1) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut : “Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.” Menurut Sutrisno (2009:2) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut : “Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Sedangkan menurut Riyanto (2001:4) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana.” Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi manajemen terhadap segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan memperoleh sumber dana, menggunakan dana, dan manajemen aktiva untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. 2.1.4 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Nilasari dan Wiludjeng (2006:146) ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan para manajer keuangan, yaitu : 1. Keputusan mengenai investasi, yang akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada dan komposisi aktiva dalam perusahaan. 2. Keputusan mengenai pemenuhan kebutuhan dana, meliputi sumber dana yang digunakan, penentuan struktur modal yang optimal. 3. Keputusan mengenai deviden, bersangkutan dengan net profit yang akan dibagikan sebagai deviden dan penentuan laba ditahan utuk re-investasi. Menurut Sutrisno (2009:5) fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai berikut : 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya dividen, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham, serta penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Menurut Riyanto (2001:6) fungsi manajemen keuangan yaitu : 1. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi. 2. Fungsi memperoleh dana atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan. Manajemen keuangan memiliki kesempatan kerja yang terluas karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, disamping fungsi-fungsi lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Walupun dalam pelaksanaannya keempat fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. 2.1.5 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. 2.2 Laporan keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, dikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuntitatif dari harta, hutang, modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Pengertian mengenai laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1) adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.” Menurut Harahap (2007:105) pengertiannya sebagai berikut : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktutertentu.” Sedangkan menurut Kasmir (2011:7) laporan keuangan adalah : “Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan. 2.2.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1) sebagai berikut: “Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Sedangkan Jenis-jenis Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:106) sebagai berikut: Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung terdiri dari: 1. Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsur dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan laporan keuangan yang memuat informasi keuangan perusahaan sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak terutama untuk mengetahui bagaimana kondisi finansial/keuangan perusahaan saat ini, perkembangan historisnya dan bagaimana prospek bisnis perusahaan di masa yang akan datang. 2.2.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal pengambilan keputusan tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan atau pihak manajemen perusahaan tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interprestasi masing-masing pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:2-3), pemakai laporan keuangan terdiri dari berbagai pihak dengan beberapa kepentingan, seperti yang dinyatakan sebagai berikut : “Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah beserta lembaga-lembaganya dan masyarakat.” Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi : 1. Investor Penanaman modal beresiko tinggi dan mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Para pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahhaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan Kreditur Usaha Lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu lebih pendek dari pada pemberi pinjaman, kecuali kalau sebagai pelanggan utama, mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang. 6. Pemerintah Pemerintah dari berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan aktifitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan yang mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, misalnya perusahaan dapat membuktikan konstribusi yang berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan terhadap penanam modal domestik, laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend), dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktifitasnya. Manfaat intern dari hasil interpetasi laporan keuangan dapat berupa tingkat kinerja keuangan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, efektifitas manajemen dalam pengoperasian perusahaan dan sebagainya. Sedangkan manfaat ekstern dari hasil interpretasi laporan bagi investor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan dana atau menarik modalnya pada perusahaan, bagi kreditur yaitu untuk membantu pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan. Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah informasi mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tersebut. Tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari analisis tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.3 Analisis Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yag berarti maka perlu dilakukan interpretasi dan analisis yang memadai sehingga dapat membantu bagi keputusan yang diambil. Menurut Harahap (2007:190) analisis laporan keuangan diartikan sebagai berikut : “Menggunakan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara data kuantitatif maupundata non kuantitatif yang tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:128) analisis laporan keuangan diartikan sebagai berikut : “Suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.” Menurut Kasmir (2011:66) analisis laporan keuangan adalah : “Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan kinerja serta kondisi keuangan perusahaan yang bisa digunakan untuk perencanaan keuangan perusahaan. 2.3.2 Metode Dan Teknik Analisis Laporan keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh para pemakai informasi. Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Soemarso (2005:381) sebagai berikut: 1. Analisis horisontal, merupakan analisis persentase yang membandingkan suatu pos laporan keuangan dengan pos sama laporan keuangan sebelumnya; 2. Analisis vertikal, merupakan analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan dengan pos lain dalam laporan keuangan yang sama. Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:215) sebagai berikut: 1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) 2. Seri trend atau angka indeks 3. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan analisis struktur laporan keuangan 4. Analisis rasio 5. Analisis khusus: ramalan kas, analisis perubahan posis keuangan, laporan variasi gross margin analisis break even, analisis dupont. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa metode dan teknik analisis laporan keuangan manapun yang digunakan adalah merupakan suatu permulaan dari proses analisis yang diperlukan dalam menganalisis laporan keuangan, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Teknik analisis apapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap teknik analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2.4 Analisis Rasio Keuangan 2.4.1 Rasio Sebagai Analisis Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analis memerlukan adanya yardstick atau ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Rasio keuangan memberi cara bagi analis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan pada waktu yang berbeda, atau dengan perusahaan yang berbeda. Menurut Harahap (2007:297) menyatakan : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Rasio Keuangan merupakan cara yang paling umum digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Analisis rasio menggambarkan hubungan sistematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Perhintungan yang digunakan dalam analisis ini sebenarnya sederhana, namun interpestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan keahlian analisis dari orang yang ingin menginterpestasikan rasio tersebut. 2.4.2 Jenis Rasio Keuangan Terdapat banyak jenis rasio keuangan. Karena rasio dibuat berdasarkan kebutuhan analis dalam memahami kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan macam-macam rasio keuangan dalam hubungannya dengan keputusan yang akan diambil oleh perusahaan, menurut Husnan (2001) analisis rasio keuangan dibagi menjadi empat bagian yaitu : 1. Rasio Leverage, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Rasio yang mungkin digunakan antara lain rasio utang, debt to equity ratio, times interest earned, debt service coverage. 2. Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio tersebut antara lain adalah rasio modal kerja netto dengan total aktiva, current ratio, dan quick acid test ratio. 3. Rasio Profitabilitas atau efisiensi, rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Rasio-rasio tersebut antara lain adalah rentabilitas ekonomi, rentabilitas modal sendiri (return on equity), return on investment, profit margin, perputaran profit margin, perputaran piutang dan perputaran persediaan. 4. Rasio Nilai Pasar, rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut diantaranya adalah price earning ratio dan market to book value ratio. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) yang apabila dikelompokan berdasarkan tujuannya termasuk kedalam kelompok Profitability Ratios, karena digunakan untuk mengukur dan menghitung tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan operasinya. 2.4.3 Manfaat Analisis Rasio Menurut Sartono (2001:113) analisis keuangan mencangkup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa datang. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Dari sudut investor, memperkirakan masa mendatang merupakan hal yang terpenting dari menganalisis laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan bagi investor dapat bermanfaat dalam menentukan kebijaksanaannya dalam melakukan antisipasi terhadap kemungkinan situasi yang buruk dimasa yang akan datang. Dengan menganalisis laporan keuangan tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan perusahaan serta perkembangan perusahaan dimasa sekarang yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan perusahaan dimasa yang akan datang. 2.5 Kinerja (Performance) Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan didalam melaksanakan tanggung jawabnya. 2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja Performance diterjemahkan menjadi kinerja, yang juga berarti prestasi kinerja, pencapaian kerja atau penampilan kinerja. Menurut Darsono (2006:47) kinerja keuangan ialah : “Hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angkaangka keuangan.” Menurut Mulyadi (2001:415) penilaian kinerja ialah: “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektifitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dilaksanakan, dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.5.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya terjadi melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Menurut Mulyadi (2001:416) penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenal bagaimana atasan mereka dalam menilai kinerja bawahannya. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 5. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 2.5.3 Pengukuran Dalam Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001:434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunkan untuk mengukur kinerja secara kualitatif, yaitu ukuran kriteria tunggal (single criteria), ukuran kinerja beragam (multiple criteria), dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria). 1. Kriteria Tunggal (Single Criteria) Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memuaskan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagi kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beraagam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. 2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian kinerja dan spesifikasi stuktur penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat mempengaruhi prilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam mewujudkan tujuan perusahaan. 2.6 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi menurut Kasmir (2011:114). Menurut Martono dan Harjito (2007:57) secara garis besar terdapat empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dari aktiva lancar lainnya dengan hutang lanca. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio), yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya. c. Rasio Solvablitas (Solvability Ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang utang (pinjaman). d. Rasio Keuntungan (Profitability Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. 2.7 Return On Equity (ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut : ROE = Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:146), mengemukakan Return on Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen atau saham biasa) atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi hasil semakin baik. ROE dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : ROE = Menurut Rangkuti (2006:77), keuntungan modal sendiri disebut juga dengan ROE (Return on Equity) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal dan dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih (keuntungan neto sesudah pajak) dengan modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah: ROE = Dari pengertian diatas dapat diambil suatu simpulan bahwa Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat keuntungan yang diperoleh pada periode waktu tertentu dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan. 2.8 Earning Per Share (EPS) Earning per share (EPS) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi. Rumus untuk mencari Earning per share (EPS) dapat digunakan sebagai berikut : EPS = Komponen penting yang pertama harus diperhatikan dalam analisis perusahaan menurut Tandelilin (2001:241) adalah laba bersih setelah pajak per lembar saham atau lebih dikenal dengan Earning Per Share (EPS), karena Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menentukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut: EPS = Adapun pengertian Earning Per Share menurut Arifin (2007:87), adalah sebagai berikut: “Earning Per Share merupakan hasil perhitungan laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Jika pertumbuhan EPS suatu perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan minat beli investor terhadap saham perusahaan tersebut juga akan mengalami peningkatan. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau Earning After Tax (EAT)”. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut: EPS = Dari pengertian diatas dapat diambil suatu simpulan bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimiliki sehingga informasi yang dibuat bagi seorang investor. 2.9 Indeks Harga Saham Dalam mengukur kegiatan pasar modal biasanya digunakan angka indeks yang memberikan gambaran mengenai perubahaan yang terjadi di pasar modal. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Indeks merupakan gabungan harga saham yang ada di pasar. Menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2011:169) jenis indeks yang diperdagangkan di BEJ yang sekarang bernama BEI terdapat enam jenis, yaitu : 1. Indeks individual Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEJ yang sekarang bernama BEI. 2. Indeks harga saham sektoral Indeks harga saham sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, properti dan lain-lain. 3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan semu saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4. Indeks LQ 45 Indeks LQ45 yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan, terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ 45 tersebut. 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri atas 30 saham, yang mengakomodsikan syariah investasi dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariah Islam. 6. Indeks Papan Utama dan Papann Pengembangan Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEJ yang sekarang bernama BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan. Dari jenis-jenis indeks tersebut diatas kita dapat mengethui situasi secara umum berkaitan dengan pergerakan harga saham individual, pergerakan saham sektoral, ataupun pergerakan harga saham secara keseluruhan. Indeks harga saham merupakan ringkasa dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh. Bila lebih di cermati, indeks harga saham yang berkembang tidak saja memuat fenomena-fenomena ekonomi semata tetapi juga memuat fenomena sosial dan politik. Indeks harga saham yang mengalami penurunan menunjukkan kondisi pasar yang mengalami kelesuan dan begitu juga sebaliknya. Untuk mencari angka indeks harus tersedia data lebih dari satu, sebab harus ditentukan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Data pergerakan angka indeks di catat dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan sehingga akan membentuk satu trend gerak indeks harga saham. Penentuan waktu dasar biasanya memilih periode tertentu sewaktu kondisi pasar sedang stabil dan bergairah. Kondisi indeks yang sedang naik disebut kondisi Bullish market, sedangkan kondisi indeks sedang turun disebut kondisi Bearish market. Kondisi Bullish adalah saat yang tepat bagi investor untuk melepas atau menjual sekuritas, sedangkan kondisi bearish market adalah saat yang tepat untuk melakukan investasi atau membeli sekuritas. 2.9.1 Indeks Harga Saham Sektoral Indeks harga saham sektoral adalah harga saham berdasarkan jenis usaha. Pembagian sektor usaha tersebut dilakukan oleh bursa efek untuk menggambarkan keadaan perdagangan saham pada sektor usaha tertentu dari waktu ke waktu. Di Bursa Efek Indonesia ada 10 jenis indeks harga saham sektoral yitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. Ada kemungkinan pembagian sektor di bursa ini berbeda dengan pembagian jenis usaha menurut lembaga lain, kendati begitu setidaknya indeks harga saham sektoral ini cukup bermanfaat untuk menganalisis harga saham dari sektor tertentu yang sudah go public. Perhitungan indeks harga saham sektoral ini hampir sama dengan perhitungan IHSG maupun IHSI dengan memasukan saham-saham yang tergabung dalam sektor yang dimaksud. 2.10 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profiabilitas (ROE dan EPS) Terhadap Indeks Harga Saham Kondisi fundamental perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan setiap periode tertentu. Didalam laporan keuangan tersebut terdapat informasi-informasi yang dapat dipergunakan oleh investor di dalam menilai kinerja perusahaan dan pengambilan keputusan untuk membeli saham perusahaan. Informasi tersebut ada di dalam rasio-rasio keuangan. Terdapat banyak rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja suatu perusahaan, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Penilaian menurut Husnan (2005:231). Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan tentu saja hal itu akan mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Menurut Alfitriady Amries Rusli Tanjung & Edfan Darlis (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, BEP Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan dan Asuransi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa t hitung variabel return on equity ratio adalah 2,321 dan t tabel adalah 1,990 sehingga diperoleh kesimpulan t hitung > t tabel dan P value < α, maka H2 diterima. Sementara itu tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti return on equity memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sehingga hipotesis kedua (H2) dapat dibuktikan. Sedangkan Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa t hitung variabel earning per share adalah 4,651 dan t tabel adalah 1,990 sehingga diperoleh kesimpulan t-hitung > t tabel dan P value < α, maka Ho ditolak dan H4 diterima. Sementara itu tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti earning per share memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sehingga hipotesis keempat (H4) dapat dibuktikan. Menurut Yanuar Bachtiar (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Agriculture Di Bursa Efek Indonesia hasilnya menunjukkan bahwa Hasil penelitian secara simultan return on investment (ROI), return on equity (ROE), earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham Fhitung> Ftabel, Fhitung (3.318.045,269) > Ftabel (2,901), maka Ho di-tolak. Sedangkan Secara Parsial hanya EPS dan PER yang berpengaruh terhadap harga saham karena thitung > ttabel (2.444,1 > 2,131). Menurut Lia Rosalina, J. Kuleh, dan Maryam Nadir (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI hasilnya menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan nilai Fhitung = 53,901 > Ftabel = 2,59. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Earning per Share (EPS) yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap harga saham dengan nilai thitung = 6,704 > ttabel =1,980.