analisis du pont system dalam mengukur kinerja - E

advertisement
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
ASURANSI JIWA ANTARA OBSESI DAN HARAPAN
Endang Suparni
Manajemen Informatika
Akademi Manajemen dan Informatika Bina Sarana Informatika Jakarta
Jl. Kramat Raya No. 18 Jakarta Pusat
Email: [email protected]
ABSTRACT
Life insurance can protect in case of unforeseen by man. Protection against the risk can be
transferred to the insurance company. While our society in the insurance remains low. Given the
lifestyle and consumerism still hit, it is a constraint development of the life insurance industry in
the country. With increased income, plans to buy an insurance policy are generally not included in
the scale of other needs, such as cars, TV-radio, and so on. The need for life insurance has not
touched most of the people of Indonesia. The purpose and intent of the study was to determine the
wishes and expectations of the people of Indonesia will life insurance services, and determine the
level of awareness in Indonesia of the need for insurance. The method uses a descriptive research,
and data collection methods derived from observation and literature. The low public awareness
and ownership in the life insurance insurance policies in Indonesia far behind Singapore, every
citizen has a policy 3-4. Insurance fund in the country, were above other needs. Whereas in our
country, the problem is structural. Ability of communities to purchase a life insurance policy is
still very weak and life insurance penetration is still far from harapan. Tingkat consumerism is
still plagued society , also the lure of a fairly lucrative total prizes of banking products also add to
the insurance needs of the community away. For the speculative spirit, put stock in the stock
market has its appeal, soaring stock prices, will benefit. As for life insurance, relying only
certainty " protection " and guarantee fund future or when undesirable events occur. Apparently
the latter is what most people are less interested us, for various reasons above. In addition to the
lack of public knowledge in the area of insurance, which indirectly contribute to determine the
prospects for life insurance business.
Keywords: Life insurance, obsession and hope.
I. PENDAHULUAN
Dalam aktivitas apapun, perlindungan
terhadap jiwa manusia sangat diperlukan.
Asuransi jiwa dapat memproteksi dalam
keadaan yang tidak terduga dan tidak
diinginkan oleh manusia, seperti sakit,
kematian, kecelakaan diri dan sebagainya.
Dalam
ungkapan
mengenai
kesehatan
misalnya, “kesehatan lebih utama dari pada
kekayaan”. Hampir semua orang mengatakan
bahwa kesehatan merupakan hal yang tidak
ternilai harganya. Tentunya kita hanya
mengharapkan, bahwa kita akan tetap sehat dan
terhindar dari segala penyakit. Kesehatan
semakin mahal dan semakin berharga terutama
pada saat ini. Selain dengan pola hidup yang
sehat, berolah raga, ketenangan pikiran dan
perawatan pencegahan, asuransi kesehatan juga
merupakan investasi yang bijaksana
untuk
kesehatan Anda.
60
Alasan utama pentingnya anda
memiliki asuransi jiwa adalah agar anda
mendapatkan perlindungan atas biaya yang
tinggi apabila resiko penyakit terjadi apalagi
terdiagnosa penyakit
kritis. Pengobatan
terhadap penyakit kritis tidak hanya menguras
banyak biaya melainkan juga waktu
penyembuhan yang cukup lama. Maka, tidak
mengherankan bila banyak keluarga yang
mengalami kesulitan finansial ketika tertimpa
penyakit kritis.
Menurut data WHO, penyakit kritis
yang menyebabkan kematian seperti: Serangan
Jantung, Kanker, Stroke menempati urutan
tertinggi kasus yang terjadi terutama di
kawasan Asia Tenggara. Kasus penyakit kritis
meningkat dari tahun ke tahun serta biaya
perawatan kesehatan yang semakin tinggi.
Sebagai gambaran, jumlah kasus baru kanker di
Indonesia sebanyak 300.000–360.000 kasus
per tahun serta biaya perawatan kanker
meningkat 25% dari 5 tahun yang lalu.
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
Risiko tersebut dapat kita alihkan ke
perusahaan asuransi, akan tetapi mengingat
tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
terhadap asuransi, terutama asuransi jiwa masih
rendah. Mengingat masih tingginya tingkat
konsumerisme yang melanda masyarakat kita.
Ditambah gaya hidup yang mengarah pada pola
“efek demonstrasi” turut menjadi kendala
berkembangnya industri asuransi jiwa di tanah
air. Dan biasanya kalau ada peningkatan
penghasilan, rencana untuk membeli polis
asuransi umumnya tidak termasuk dalam skala
kebutuhan materi lainnya, seperti mobil, tv,
radio dan sebagainya. Wajarlah kebutuhan
akan asuransi jiwa belum menyentuh sebagian
besar masyarakat Indonesia. Di samping
prospek pertumbuhan industri asuransi
di Indonesia masih akan terhambat oleh
tingkat
transparansi
kelembagaan
dan
manajemen risiko yang terbatas.
Apalagi ditengah upaya pemerintah
dalam memasyarakatkan asuransi jiwa di
Indonesia, kondisi tersebut di atas sangat
kurang menguntungkan sekaligus menjadi batu
sandungan bagi pengembangan industri
asuransi jiwa itu sendiri. Memang sejalan
dengan kenaikan pendapatan masyarakat
Indonesia, jumlah pemegang polis asuransi
jiwa terus mengalami peningkatan, akan tetapi
hanya mencapai 16,75 juta jiwa, atau sekitar
0,07 % dari jumlah keseluruhan penduduk
Indonesia yang besarnya 237,6 juta jiwa.
Kondisi ini sangat berbeda dengan Malaysia
dan Singapura, dimana kedua Negara ini telah
mencapai 0,44 persen dan 2,31
persen
(Kompas, Sabtu 16 juli 2011), sedangkan di
negara tetangga kita, Singapura dana asuransi
di setiap keluarga berada di atas kebutuhan
lainnya. Perusahaan-perusahaan di negara
tersebut, akan segera memotong gaji
pegawainya untuk pembayaran premi asuransi
yang kelak sebagai dana untuk jaminan masa
depan keluarganya. Hal ini jarang kita jumpai
di Indonesia, yang masyarakatnya yang
sebagian besar masih belum memikirkan
resiko masa depan keluarganya.
Dalam aktivitas apapun, seyogyanya
perlindungan (proteksi) diperlukan. Terhadap
jiwa seseorang, mengingat suatu risiko
datangnya tidak pasti dan tak terduga, serta
tidak
diinginkan.
Penggantian
kepada
tertanggung karena kerugian kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dan suatu peristiwa yang tidak pasti atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas rneninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggung kan.
Jiwa seseorang dapat diasuransikan
untuk keperluan orang yang berkepentingan,
baik untuk selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Jadi
setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya,
asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk
kepentingan pihak ketiga. Dalam hal ini yang
dimaksud pihak ketiga adalah perusahaan jasa
asuransi.
Asuransi jiwa dapat diadakan selama
hidup atau selama jangka waktu tertentu yang
ditetapkan sesuai dengan perjanjian yang
diinginkan. Dalam keadaan seperti ini, risiko
dapat di
alihkan ke perusahaan
asuransi yang dapat dijadikan mitra untuk
mengcover
dan
memproteksi
beragam
kebutuhan masyarakat akan pentingnya
asuransi. Pihak-pihak yang mengikatkan diri
secara timbal balik itu disebut penanggung
(insurer). Penanggung dalam hal ini adalah
pihak asuransi dengan menerima premi.
Sedangkan yang melakukan pembayaran
premi
disebut tertanggung (insured) atau
nasabah asuransi. Dimana pertanggungan jiwa
merupakan perjanjian timbal balik antara
penutup
(pengambil)
asuransi
dengan
penanggung,
dengan
mana
penutup
(pengambil) asuransi mengikatkan diri selama
jalannya pertanggungan, dengan membayar
uang premi kepada penanggung, sedangkan
penanggung sebagai akibat langsung dan
meninggalnya
orang
yang
jiwanya
dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu
jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan
diri untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada orang yang ditunjuk oleh penutup
(pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.
Jasa asuransi juga dapat memberikan
kenyamanan, keamanan dan kepastian terhadap
harta kekayaan dan jiwa si tertanggung.
Pertanggungan jiwa bukan berarti jiwa
seseorang dapat diselamatkan dari perusahaan
asuransi, akan tetapi bermaksud untuk
menjamin kelangsungan hidup orang yang
ditanggung sebagaimana tercantum dalam polis
asuransi (bentuk kerjasama pihak perusahaan
asuransi dengan jiwa seseorang yang
tertanggung dibutuhkan suatu perjanjian).
Pihak perusahaan mendapatkan balas jasa yang
disebut premi asuransi. Penerima polis asuransi
adalah pihak yang tertanggung atau ahli waris
yang dikuasakan sebagaimana tercantum pada
surat perjanjian tersebut.
Secara individual, siapapun yang
membeli produk asuransi jiwa akan mendapat
proteksi dari berbagai kejadian di masa depan.
61
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
Seseorang tiba-tiba sakit dan meninggal,
pedagang baju, misalnya, di tengah-tengah
usaha tiba-tiba kiosnya terbakar, dan kejadian
itu menimbulkan korban jiwa bagi si
pedagang baju tersebut? Bagaimana jadinya
apabila mengalami kecelakaan fatal, akan
tetapi tidak diproteksi dengan produk asuransi
jiwa? Siapa yang akan menanggung resiko
kerugian (kecelakaan) tersebut ?
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat banyak sekali pengertian atau
definisi dari asuransi diantaranya adalah:
1. Pengertian
asuransi
adalah
“Jika
seseorang dapat guna keperluan seseorang
yang
berkepentingan,
dipertanggungkan, baik untuk selama
hidup nya jiwa itu, baik untuk suatu
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.”
(KUHD Pasal 302-3080)
2. Asuransi merupakan perjanjian antara 2
(dua) pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan me- nerima
premi asuransi, untuk memberi kan
penggantian waktu yang ditentukan
dalam perjanjian. (UU Pasal 2 Tahun
1992, Pasal 1)
3. Pengertian pihak ketiga dalam asuransi
yang dimaksud adalah perusahaan jasa
asuransi, dimana perusahaan ini bidang
usahanya risiko keuangan sebagai akibat
dari
kematian
orang-orang
yang
mempertanggungkan
jiwa
nya,
pembayaran santunan dilakukan diakhir
kontrak atau kepada ahli warisnya
apabila kematian terjadi sebelum akhir
kontrak.
(Soeisno
Djojosoedarso,
2003:75)
4. Pengertian pertanggungan jiwa adalah
perjanjian timbal balik antara penutup
(pengambil) asuransi dengan penang gung, dengan mana penutup (pengambil)
asuransi mengikatkan diri
selama
jalannya
pertanggungan,
dengan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dan meninggalnya orang
yang jiwanya dipertanggungkan atau telah
lampaunya suatu jangka waktu yang
diperjanjikan, mengikat
kan
diri untuk membayar sejumlah
uang
tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh
penutup (pengambil) asuransi sebagai
penikmatnya”. (Purwosutjipto, 1992:9)
62
5. Pengertian asuransi jiwa, yakni memuat
semua perjanjian mengenai pembayar- an
sejumlah modal atau bunga, yang
didasarkan atas kemungkinan hidup atau
mati, dan daripada itu pembayaran premi
atau
dua-duanya
dengan
cara
digantungkan pada masa hidupnya atau
meninggalnya seseorang atau lebih.
(Molinggraf dalam Djoko Prakoso dan I
Ketut Murtika, 1989:265)
6. Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang
diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan jiwa atau meninggalnya seseorang
yang
dipertanggungkan”.
(Siamat,
2004:452)
III. METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dan informasi yakni
diperoleh sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Penulis
mengumpulkan
data
dan
informasi dengan cara mengamati secara
langsung terhadap objek yang menjadi
penelitian penulis dilapangan, yang
manfaatnya dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
b. Studi Pustaka
Penulis juga melakukan pengumpulan
data dengan cara studi pustaka. Di dalam
metode ini penulis berusaha melengkapi
data-data yang diperoleh dengan cara
mempelajari berbagai bentuk bahan bahan
tertulis seperti buku-buku, surat kabar,
maupun bahan referensi lain, seperti
internet, yang tentunya berkaitan dengan
masalah yang akan dibahas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Masih rendahnya kesadaran berasuransi
dan kepemilikan polis asuransi di Indonesia
menjadi peluang industri asuransi. Kondisi di
Indonesia yang belum semua penduduk
memiliki polis asuransi ini jauh tertinggal
dibandingkan Singapura, setiap warganya
memiliki 3-4 polis asuransi (LKBN Antara).
Sedangkan di negara tetangga kita, Singapura
dimana dana asuransi di setiap keluarga berada
di atas kebutuhan lainnya. Perusahaanperusahaan
di
negri
pulau
itu
segera memotong gaji pegawainya untuk
pembayaran premi asuransi yang kelak sebagai
dana untuk jaminan masa depan keluarganya.
Hal ini jarang kita jumpai di Indonesia, yang
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
masyarakatnya masih belum memikirkan
resiko masa depan keluarganya.
Tentu
tidak
sepantasnya
kita
membandingkan dengan kedua negara yang
sudah “mapan” tersebut. Namun kenyataan
tersebut pada akhirnya harus dilihat sebagai
masalah yang bersifat struktural. Karena
bagaimanapun hingga saat ini. Kemampuan
masyarakat Indonesia dalam membeli polis
asuransi jiwa melalui pembayaran premi masih
sangat lemah. Saat ini penetrasi asuransi jiwa
di Indonesia masih jauh dari harapan.
Dalam rilis resmi Fitch (Media
Department, 15 Oktober 2012), dikatakan
penetrasi asuransi di Indonesia saat ini sebesar
1,7%;
masih tergolong rendah bila
dibandingkan dengan prosentase serupa di AS
yang menembus 8,1%, 11,8%, di Inggris dan
4% di negara-negara tetangga, seperti
Singapura dan Malaysia.
Kondisi ini tidak terlepas dari masih
rendahnya kesadaran masyarakat untuk untuk
memiliki asuransi jiwa (Bali Post, 27
September 2010).
Dilain pihak selain masih tingginya
tingkat
konsumerisme
yang
melanda
masyarakat kita. Gaya hidup yang mengarah
pada pola “efek demonstrasi” turut menjadi
kendala berkembangnya industri asuransi jiwa.
Dan biasanya kalau ada peningkatan
penghasilan, rencana untuk membeli polis
asuransi umumnya belum ada atau tidak
termasuk dalam skala kebutuhan materi
lainnya, seperti membeli sepeda motor-mobil,
tv, radio, dan peralatan lainnya. Wajarlah di
sini kebutuhan akan asuransi jiwa belum
menyentuh sebagian besar
masyarakat
Indonesia.
Memang, setelah dikeluarkannya paket
diregulasi oleh pemerintah, seperti Pakto,
Pakdes pada tahun 1988, yakni gebrakan dalam
dunia
perbankan,
pasar
modal
dan
perasuransian. Maka persaingan diantara ketiga
lembaga keuangan tersebut kian ketat. Akan
tetapi yang lebih
mendapat sambutan
luar biasa, telah di ciptakan oleh dunia
perbankan
dengan
produknya
yang
menawarkan berbagai insentif dalam usahanya
menarik dana dari masyarakat lewat “imingiming” hadiah total yang cukup menggiurkan.
Serta masih ada rangsangan lainnya yang
semuanya mengarah pada perhimpunan dana
masyarakat secara cepat.
Bagi mereka yang berpikiran jangka
pendek dengan mengharap “keajaiban” cepat
kaya, maka tabungan berhadiahlah yang akan
mereka pilih. Sedangkan bagi mereka yang
berjiwa spekulatif, tampak- nya pasar modal
mempunyai daya tarik tersendiri. sebab dalam
waktu singkat, jika terjadi lonjakan harga
saham, keuntungan yang diperoleh cukup
lumayan. Sedangkan
pada asuransi
jiwa, hanya mengandalkan kepastian “proteksi”
dan jaminan dana masa depan atau pada saat
kejadian yang tidak diinginkan. Rupa-rupanya
yang disebut terakhir inilah yang kurang
diminati sebagian besar masyarakat kita,
dengan berbagai alasan di atas.
Bahkan akhir-akhir ini, terlihat mulai
tampak bank-bank yang beroperasi secara
“door to door” dan mempunyai “field force”
yang mendatangi dan menjemput uang nasabah
ke rumah untuk tabungan, deposito dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bank-bank
telah beroperasi seperti lembaga asuransi.
Bahkan bank-bank yang tergabung dalam satu
group yang juga mempunyai perusahaan
asuransi, telah menciptakan agen di lembaga
asuransi. Deposito dikaitkan dengan asuransi,
tabungan hingga kredit kepemilikan rumah pun
tak ketinggalan dengan embel-embel asuransi.
Hal ini merupakan tantangan berat yang harus
dihadapi oleh industri asuransi jiwa di
Indonesia.
Begitupun dengan kartu kredit yang
ditawarkan bank, bukan hal baru demam kartu
kredit telah melanda masyarakat, khususnya
kelas menengah ke atas, yang katanya
merupakan simbol
status sosial.
Dengan
memiliki
kartu
kredit
akan
memudahkan berbelanja dimana-mana, tanpa
harus memikirkan resiko kriminalitas, serta
mendapatkan berbagai discount (juga asuransi)
dipuluhan
bahkan ratusan tempat yang
ditunjuk dalam daftar katalog mereka. Hal
tersebut secara langsung atau tidak, akan
memacu dan mengarah pada pola hidup yang
konsumtif dan pada gilirannya akan menjadi
kendala bagi pemasyarakatan asuransi jiwa di
Indonesia.
Selain kondisi yang dipaparkan di
atas, sekiranya yang masih menjadi kendala
berkembangnya asuransi jiwa adalah masih
berkurangnya pendidikan dan pengetahuan
masyarakat di bidang perasuransian, yang
secara tidak langsung turut menentukan
prospek kehidupan
bisnis asuransi jiwa.
Kendati demikian dewasa ini berbagai
perguruan
tinggi,
telah
memasukkan
pengetahuan tentang asuransi di dalam sks nya,
meskipun terbatas pada fakultas tertentu.
Meskipun tidak berarti hal ini menjamin
adanya suatu perubahan pemikiran masyarakat
untuk “insurance minded”,
akan
tetapi
setidak-tidaknya
hal
tersebut
dapat
membantu asuransi jiwa di Indonesia.
63
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
Sejauh ini kita harus mengakui,
asuransi jiwa merupakan salah satu bagian
potensi perekonomian yang perlu ditumbuh
kembangkan, industri asuransi jiwa dengan
segala aspeknya sangat luas pengaruhnya
terhadap
aktivitas
perekonomian
pada
umumnya. Karena selain sebagai penghimpun
sekaligus pengerah dana masyarakat guna
menunjang pembangunan melalui akumulasi
premi yang diinvestasikan diberbagai aktivitas
perekonomian, juga merupakan lembaga yang
memberikan lapangan pekerjaan
bagi
masyarakat, dan merupakan objek pajak
bagi pemasukan keuangan negara.
Sebagai alat atau jembatan untuk
terciptanya pemupukan modal yang terus
menerus dan sebagai instrument untuk
mengelola
modal
masyarakat
menjadi
prasarana financial dalam pembangunan
nasional, maka permintaan terhadap industri
asuransi jiwa dapat pula menjadi sarana
pengendali inflansi nasional. Hal ini
dikarenakan
pengeluaran-pengeluaran
masyarakat yang bersifat konsumtif, disalurkan
dalam bentuk premi-premi ke lembaga
asuransi tersebut.
Lembaga perbankan pun sebenar nya
bisa bertindak sebagai penyalur dan bagi
keperluan pembangunan ekonomi, namun
relatif hanya untuk jangka pendek dan jangka
menengah. Yang lebih mampu menyalurkan
dana pembangunan jangka panjang adalah
lembaga asuransi. Karena itu, lembaga asuransi
merupakan bagian yang penting dan integral
dalam infrastruktur keuangan suatu negara.
Peranan asuransi jiwa, baik ditinjau
dari berbagai aspek ekonomi, sosial, budaya
maupun aspek lainnya tentu tidak lepas dari
kesadaran masyarakat berasuransi, peranan
pemerintah me masyarakatkan asuransi jiwa,
serta bagaimana industri asuransi jiwa itu
menempatkan kepentingannya di dalam
masyarakat. Dalam banyak hal kehadiran
industri asuransi jiwa sangat dibutuhkan,
misalnya untuk persiapan biaya sekolah anak
hingga ke perguruan tinggi, jaminan kesehatan,
bekal atau dana pensiun atau bekal hari tua
yang merupakan kebutuhan masa sekarang
serta yang akan datang. Apalagi pada saat
bisnis pendidikan dan pelayanan kesehatan
tumbuh dengan subur, maka jasa asuransi jiwa
menjadi kebutuhan dan tuntutan yang
mendesak.
1. Proteksi terhadap manusia tetap diperlukan
untuk menangani suatu risiko yang
datangnya tak terduga dan yang tidak
diinginkan. Dalam keadaan seperti ini,
risiko dapat dialihkan ke perusahaan
asuransi, terutama asuransi jiwa.
2. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
dalam membeli asuransi masih rendah, hal
itu dikarenakan masih rendahnya tingkat
pengetahuan dalam berasuransi, serta
ditambah dengan masyarakat kita masih
bersifat komsumtif, atau senang berbelanja
yang secara tidak langsung turut
menentukan prospek kehidupan
bisnis
asuransi jiwa.
3. Asuransi jiwa, baik ditinjau dari berbagai
aspek ekonomi, sosial, budaya maupun
aspek lainnya tentu tidak lepas dari
kesadaran masyarakat berasuransi, oleh
karena itu dibutuhkan peranan pemerintah
dalam memasyarakatkan asuransi jiwa di
Indonesia, agar bagaimana industri asuransi
jiwa itu menempatkan kepentingannya di
dalam
masyarakat.
Bagaimanapun
kehadiran industri asuransi jiwa masih
sangat dibutuhkan dalam jangka panjang.
I. KESIMPULAN
Hendra. 2013. Pengetahuan Umum Asuransi
Jiwa, asuransi kesehatan, dan dana pensiun,
diambil dari http://www. allianz life.co.id.
(15 Desember 2013)
Dari berbagai uraian diatas maka penulis
menyimpulkan:
64
DAFTAR PUSTAKA
Anoname. 2011. Penetrasi-Polis AsuransiIndividu-Bakal-Tercapai. Jakarta: PT. IMQ
Multimedia.
Anoname. 2011. Masih rendahnya Prosentase
Kenaikan Pemegang Polis Asuransi Jiwa.
Diambil dari Kompas.com. (16 Juli 2011)
Anoname. 2012. Company Profil, Asuransi
Sebagai Perencanaan Keuangan Keluarga).
Jakarta: PT. Prudential Life Insurance.
Bali Post. 2012. Kesadaran Masyarakat
Berasuransi Masih Rendah. Diambil dari
http://www.mediadetail.php.htm,
(27
September 2010)
Dahlan, Siamat. 2004. Manajemen Lembaga
Keuangan. Jakarta: Intermedia.
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, SH. 1989.
Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Bina
Aksara.
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004.
Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Pasal
(302-3080)
Media Department. 2012. Asuransi Jiwa di
Indonesia. Diambil dari http://www. Media
Detail.php. (15 Oktober 2012)
Purwosutjipto. 1992. Hukum Perdagangan.
Jakarta: Djambatan.
Soeisno, Djojosoedarso. 2003. Prinsip-Prinsip
Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta:
Pustaka Binawan.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 (Pasal
246 ).
65
PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014
66
Download