PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 ASURANSI JIWA ANTARA OBSESI DAN HARAPAN Endang Suparni Manajemen Informatika Akademi Manajemen dan Informatika Bina Sarana Informatika Jakarta Jl. Kramat Raya No. 18 Jakarta Pusat Email: [email protected] ABSTRACT Life insurance can protect in case of unforeseen by man. Protection against the risk can be transferred to the insurance company. While our society in the insurance remains low. Given the lifestyle and consumerism still hit, it is a constraint development of the life insurance industry in the country. With increased income, plans to buy an insurance policy are generally not included in the scale of other needs, such as cars, TV-radio, and so on. The need for life insurance has not touched most of the people of Indonesia. The purpose and intent of the study was to determine the wishes and expectations of the people of Indonesia will life insurance services, and determine the level of awareness in Indonesia of the need for insurance. The method uses a descriptive research, and data collection methods derived from observation and literature. The low public awareness and ownership in the life insurance insurance policies in Indonesia far behind Singapore, every citizen has a policy 3-4. Insurance fund in the country, were above other needs. Whereas in our country, the problem is structural. Ability of communities to purchase a life insurance policy is still very weak and life insurance penetration is still far from harapan. Tingkat consumerism is still plagued society , also the lure of a fairly lucrative total prizes of banking products also add to the insurance needs of the community away. For the speculative spirit, put stock in the stock market has its appeal, soaring stock prices, will benefit. As for life insurance, relying only certainty " protection " and guarantee fund future or when undesirable events occur. Apparently the latter is what most people are less interested us, for various reasons above. In addition to the lack of public knowledge in the area of insurance, which indirectly contribute to determine the prospects for life insurance business. Keywords: Life insurance, obsession and hope. I. PENDAHULUAN Dalam aktivitas apapun, perlindungan terhadap jiwa manusia sangat diperlukan. Asuransi jiwa dapat memproteksi dalam keadaan yang tidak terduga dan tidak diinginkan oleh manusia, seperti sakit, kematian, kecelakaan diri dan sebagainya. Dalam ungkapan mengenai kesehatan misalnya, “kesehatan lebih utama dari pada kekayaan”. Hampir semua orang mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang tidak ternilai harganya. Tentunya kita hanya mengharapkan, bahwa kita akan tetap sehat dan terhindar dari segala penyakit. Kesehatan semakin mahal dan semakin berharga terutama pada saat ini. Selain dengan pola hidup yang sehat, berolah raga, ketenangan pikiran dan perawatan pencegahan, asuransi kesehatan juga merupakan investasi yang bijaksana untuk kesehatan Anda. 60 Alasan utama pentingnya anda memiliki asuransi jiwa adalah agar anda mendapatkan perlindungan atas biaya yang tinggi apabila resiko penyakit terjadi apalagi terdiagnosa penyakit kritis. Pengobatan terhadap penyakit kritis tidak hanya menguras banyak biaya melainkan juga waktu penyembuhan yang cukup lama. Maka, tidak mengherankan bila banyak keluarga yang mengalami kesulitan finansial ketika tertimpa penyakit kritis. Menurut data WHO, penyakit kritis yang menyebabkan kematian seperti: Serangan Jantung, Kanker, Stroke menempati urutan tertinggi kasus yang terjadi terutama di kawasan Asia Tenggara. Kasus penyakit kritis meningkat dari tahun ke tahun serta biaya perawatan kesehatan yang semakin tinggi. Sebagai gambaran, jumlah kasus baru kanker di Indonesia sebanyak 300.000–360.000 kasus per tahun serta biaya perawatan kanker meningkat 25% dari 5 tahun yang lalu. PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 Risiko tersebut dapat kita alihkan ke perusahaan asuransi, akan tetapi mengingat tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap asuransi, terutama asuransi jiwa masih rendah. Mengingat masih tingginya tingkat konsumerisme yang melanda masyarakat kita. Ditambah gaya hidup yang mengarah pada pola “efek demonstrasi” turut menjadi kendala berkembangnya industri asuransi jiwa di tanah air. Dan biasanya kalau ada peningkatan penghasilan, rencana untuk membeli polis asuransi umumnya tidak termasuk dalam skala kebutuhan materi lainnya, seperti mobil, tv, radio dan sebagainya. Wajarlah kebutuhan akan asuransi jiwa belum menyentuh sebagian besar masyarakat Indonesia. Di samping prospek pertumbuhan industri asuransi di Indonesia masih akan terhambat oleh tingkat transparansi kelembagaan dan manajemen risiko yang terbatas. Apalagi ditengah upaya pemerintah dalam memasyarakatkan asuransi jiwa di Indonesia, kondisi tersebut di atas sangat kurang menguntungkan sekaligus menjadi batu sandungan bagi pengembangan industri asuransi jiwa itu sendiri. Memang sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia, jumlah pemegang polis asuransi jiwa terus mengalami peningkatan, akan tetapi hanya mencapai 16,75 juta jiwa, atau sekitar 0,07 % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia yang besarnya 237,6 juta jiwa. Kondisi ini sangat berbeda dengan Malaysia dan Singapura, dimana kedua Negara ini telah mencapai 0,44 persen dan 2,31 persen (Kompas, Sabtu 16 juli 2011), sedangkan di negara tetangga kita, Singapura dana asuransi di setiap keluarga berada di atas kebutuhan lainnya. Perusahaan-perusahaan di negara tersebut, akan segera memotong gaji pegawainya untuk pembayaran premi asuransi yang kelak sebagai dana untuk jaminan masa depan keluarganya. Hal ini jarang kita jumpai di Indonesia, yang masyarakatnya yang sebagian besar masih belum memikirkan resiko masa depan keluarganya. Dalam aktivitas apapun, seyogyanya perlindungan (proteksi) diperlukan. Terhadap jiwa seseorang, mengingat suatu risiko datangnya tidak pasti dan tak terduga, serta tidak diinginkan. Penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggung kan. Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam hal ini yang dimaksud pihak ketiga adalah perusahaan jasa asuransi. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian yang diinginkan. Dalam keadaan seperti ini, risiko dapat di alihkan ke perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra untuk mengcover dan memproteksi beragam kebutuhan masyarakat akan pentingnya asuransi. Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung (insurer). Penanggung dalam hal ini adalah pihak asuransi dengan menerima premi. Sedangkan yang melakukan pembayaran premi disebut tertanggung (insured) atau nasabah asuransi. Dimana pertanggungan jiwa merupakan perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan, dengan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”. Jasa asuransi juga dapat memberikan kenyamanan, keamanan dan kepastian terhadap harta kekayaan dan jiwa si tertanggung. Pertanggungan jiwa bukan berarti jiwa seseorang dapat diselamatkan dari perusahaan asuransi, akan tetapi bermaksud untuk menjamin kelangsungan hidup orang yang ditanggung sebagaimana tercantum dalam polis asuransi (bentuk kerjasama pihak perusahaan asuransi dengan jiwa seseorang yang tertanggung dibutuhkan suatu perjanjian). Pihak perusahaan mendapatkan balas jasa yang disebut premi asuransi. Penerima polis asuransi adalah pihak yang tertanggung atau ahli waris yang dikuasakan sebagaimana tercantum pada surat perjanjian tersebut. Secara individual, siapapun yang membeli produk asuransi jiwa akan mendapat proteksi dari berbagai kejadian di masa depan. 61 PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 Seseorang tiba-tiba sakit dan meninggal, pedagang baju, misalnya, di tengah-tengah usaha tiba-tiba kiosnya terbakar, dan kejadian itu menimbulkan korban jiwa bagi si pedagang baju tersebut? Bagaimana jadinya apabila mengalami kecelakaan fatal, akan tetapi tidak diproteksi dengan produk asuransi jiwa? Siapa yang akan menanggung resiko kerugian (kecelakaan) tersebut ? II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat banyak sekali pengertian atau definisi dari asuransi diantaranya adalah: 1. Pengertian asuransi adalah “Jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidup nya jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.” (KUHD Pasal 302-3080) 2. Asuransi merupakan perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan me- nerima premi asuransi, untuk memberi kan penggantian waktu yang ditentukan dalam perjanjian. (UU Pasal 2 Tahun 1992, Pasal 1) 3. Pengertian pihak ketiga dalam asuransi yang dimaksud adalah perusahaan jasa asuransi, dimana perusahaan ini bidang usahanya risiko keuangan sebagai akibat dari kematian orang-orang yang mempertanggungkan jiwa nya, pembayaran santunan dilakukan diakhir kontrak atau kepada ahli warisnya apabila kematian terjadi sebelum akhir kontrak. (Soeisno Djojosoedarso, 2003:75) 4. Pengertian pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penang gung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan, dengan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikat kan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”. (Purwosutjipto, 1992:9) 62 5. Pengertian asuransi jiwa, yakni memuat semua perjanjian mengenai pembayar- an sejumlah modal atau bunga, yang didasarkan atas kemungkinan hidup atau mati, dan daripada itu pembayaran premi atau dua-duanya dengan cara digantungkan pada masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau lebih. (Molinggraf dalam Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1989:265) 6. Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”. (Siamat, 2004:452) III. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dan informasi yakni diperoleh sebagai berikut: a. Metode Observasi Penulis mengumpulkan data dan informasi dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek yang menjadi penelitian penulis dilapangan, yang manfaatnya dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. b. Studi Pustaka Penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara studi pustaka. Di dalam metode ini penulis berusaha melengkapi data-data yang diperoleh dengan cara mempelajari berbagai bentuk bahan bahan tertulis seperti buku-buku, surat kabar, maupun bahan referensi lain, seperti internet, yang tentunya berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Masih rendahnya kesadaran berasuransi dan kepemilikan polis asuransi di Indonesia menjadi peluang industri asuransi. Kondisi di Indonesia yang belum semua penduduk memiliki polis asuransi ini jauh tertinggal dibandingkan Singapura, setiap warganya memiliki 3-4 polis asuransi (LKBN Antara). Sedangkan di negara tetangga kita, Singapura dimana dana asuransi di setiap keluarga berada di atas kebutuhan lainnya. Perusahaanperusahaan di negri pulau itu segera memotong gaji pegawainya untuk pembayaran premi asuransi yang kelak sebagai dana untuk jaminan masa depan keluarganya. Hal ini jarang kita jumpai di Indonesia, yang PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 masyarakatnya masih belum memikirkan resiko masa depan keluarganya. Tentu tidak sepantasnya kita membandingkan dengan kedua negara yang sudah “mapan” tersebut. Namun kenyataan tersebut pada akhirnya harus dilihat sebagai masalah yang bersifat struktural. Karena bagaimanapun hingga saat ini. Kemampuan masyarakat Indonesia dalam membeli polis asuransi jiwa melalui pembayaran premi masih sangat lemah. Saat ini penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih jauh dari harapan. Dalam rilis resmi Fitch (Media Department, 15 Oktober 2012), dikatakan penetrasi asuransi di Indonesia saat ini sebesar 1,7%; masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan prosentase serupa di AS yang menembus 8,1%, 11,8%, di Inggris dan 4% di negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Kondisi ini tidak terlepas dari masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk untuk memiliki asuransi jiwa (Bali Post, 27 September 2010). Dilain pihak selain masih tingginya tingkat konsumerisme yang melanda masyarakat kita. Gaya hidup yang mengarah pada pola “efek demonstrasi” turut menjadi kendala berkembangnya industri asuransi jiwa. Dan biasanya kalau ada peningkatan penghasilan, rencana untuk membeli polis asuransi umumnya belum ada atau tidak termasuk dalam skala kebutuhan materi lainnya, seperti membeli sepeda motor-mobil, tv, radio, dan peralatan lainnya. Wajarlah di sini kebutuhan akan asuransi jiwa belum menyentuh sebagian besar masyarakat Indonesia. Memang, setelah dikeluarkannya paket diregulasi oleh pemerintah, seperti Pakto, Pakdes pada tahun 1988, yakni gebrakan dalam dunia perbankan, pasar modal dan perasuransian. Maka persaingan diantara ketiga lembaga keuangan tersebut kian ketat. Akan tetapi yang lebih mendapat sambutan luar biasa, telah di ciptakan oleh dunia perbankan dengan produknya yang menawarkan berbagai insentif dalam usahanya menarik dana dari masyarakat lewat “imingiming” hadiah total yang cukup menggiurkan. Serta masih ada rangsangan lainnya yang semuanya mengarah pada perhimpunan dana masyarakat secara cepat. Bagi mereka yang berpikiran jangka pendek dengan mengharap “keajaiban” cepat kaya, maka tabungan berhadiahlah yang akan mereka pilih. Sedangkan bagi mereka yang berjiwa spekulatif, tampak- nya pasar modal mempunyai daya tarik tersendiri. sebab dalam waktu singkat, jika terjadi lonjakan harga saham, keuntungan yang diperoleh cukup lumayan. Sedangkan pada asuransi jiwa, hanya mengandalkan kepastian “proteksi” dan jaminan dana masa depan atau pada saat kejadian yang tidak diinginkan. Rupa-rupanya yang disebut terakhir inilah yang kurang diminati sebagian besar masyarakat kita, dengan berbagai alasan di atas. Bahkan akhir-akhir ini, terlihat mulai tampak bank-bank yang beroperasi secara “door to door” dan mempunyai “field force” yang mendatangi dan menjemput uang nasabah ke rumah untuk tabungan, deposito dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bank-bank telah beroperasi seperti lembaga asuransi. Bahkan bank-bank yang tergabung dalam satu group yang juga mempunyai perusahaan asuransi, telah menciptakan agen di lembaga asuransi. Deposito dikaitkan dengan asuransi, tabungan hingga kredit kepemilikan rumah pun tak ketinggalan dengan embel-embel asuransi. Hal ini merupakan tantangan berat yang harus dihadapi oleh industri asuransi jiwa di Indonesia. Begitupun dengan kartu kredit yang ditawarkan bank, bukan hal baru demam kartu kredit telah melanda masyarakat, khususnya kelas menengah ke atas, yang katanya merupakan simbol status sosial. Dengan memiliki kartu kredit akan memudahkan berbelanja dimana-mana, tanpa harus memikirkan resiko kriminalitas, serta mendapatkan berbagai discount (juga asuransi) dipuluhan bahkan ratusan tempat yang ditunjuk dalam daftar katalog mereka. Hal tersebut secara langsung atau tidak, akan memacu dan mengarah pada pola hidup yang konsumtif dan pada gilirannya akan menjadi kendala bagi pemasyarakatan asuransi jiwa di Indonesia. Selain kondisi yang dipaparkan di atas, sekiranya yang masih menjadi kendala berkembangnya asuransi jiwa adalah masih berkurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat di bidang perasuransian, yang secara tidak langsung turut menentukan prospek kehidupan bisnis asuransi jiwa. Kendati demikian dewasa ini berbagai perguruan tinggi, telah memasukkan pengetahuan tentang asuransi di dalam sks nya, meskipun terbatas pada fakultas tertentu. Meskipun tidak berarti hal ini menjamin adanya suatu perubahan pemikiran masyarakat untuk “insurance minded”, akan tetapi setidak-tidaknya hal tersebut dapat membantu asuransi jiwa di Indonesia. 63 PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 Sejauh ini kita harus mengakui, asuransi jiwa merupakan salah satu bagian potensi perekonomian yang perlu ditumbuh kembangkan, industri asuransi jiwa dengan segala aspeknya sangat luas pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian pada umumnya. Karena selain sebagai penghimpun sekaligus pengerah dana masyarakat guna menunjang pembangunan melalui akumulasi premi yang diinvestasikan diberbagai aktivitas perekonomian, juga merupakan lembaga yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan merupakan objek pajak bagi pemasukan keuangan negara. Sebagai alat atau jembatan untuk terciptanya pemupukan modal yang terus menerus dan sebagai instrument untuk mengelola modal masyarakat menjadi prasarana financial dalam pembangunan nasional, maka permintaan terhadap industri asuransi jiwa dapat pula menjadi sarana pengendali inflansi nasional. Hal ini dikarenakan pengeluaran-pengeluaran masyarakat yang bersifat konsumtif, disalurkan dalam bentuk premi-premi ke lembaga asuransi tersebut. Lembaga perbankan pun sebenar nya bisa bertindak sebagai penyalur dan bagi keperluan pembangunan ekonomi, namun relatif hanya untuk jangka pendek dan jangka menengah. Yang lebih mampu menyalurkan dana pembangunan jangka panjang adalah lembaga asuransi. Karena itu, lembaga asuransi merupakan bagian yang penting dan integral dalam infrastruktur keuangan suatu negara. Peranan asuransi jiwa, baik ditinjau dari berbagai aspek ekonomi, sosial, budaya maupun aspek lainnya tentu tidak lepas dari kesadaran masyarakat berasuransi, peranan pemerintah me masyarakatkan asuransi jiwa, serta bagaimana industri asuransi jiwa itu menempatkan kepentingannya di dalam masyarakat. Dalam banyak hal kehadiran industri asuransi jiwa sangat dibutuhkan, misalnya untuk persiapan biaya sekolah anak hingga ke perguruan tinggi, jaminan kesehatan, bekal atau dana pensiun atau bekal hari tua yang merupakan kebutuhan masa sekarang serta yang akan datang. Apalagi pada saat bisnis pendidikan dan pelayanan kesehatan tumbuh dengan subur, maka jasa asuransi jiwa menjadi kebutuhan dan tuntutan yang mendesak. 1. Proteksi terhadap manusia tetap diperlukan untuk menangani suatu risiko yang datangnya tak terduga dan yang tidak diinginkan. Dalam keadaan seperti ini, risiko dapat dialihkan ke perusahaan asuransi, terutama asuransi jiwa. 2. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam membeli asuransi masih rendah, hal itu dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan dalam berasuransi, serta ditambah dengan masyarakat kita masih bersifat komsumtif, atau senang berbelanja yang secara tidak langsung turut menentukan prospek kehidupan bisnis asuransi jiwa. 3. Asuransi jiwa, baik ditinjau dari berbagai aspek ekonomi, sosial, budaya maupun aspek lainnya tentu tidak lepas dari kesadaran masyarakat berasuransi, oleh karena itu dibutuhkan peranan pemerintah dalam memasyarakatkan asuransi jiwa di Indonesia, agar bagaimana industri asuransi jiwa itu menempatkan kepentingannya di dalam masyarakat. Bagaimanapun kehadiran industri asuransi jiwa masih sangat dibutuhkan dalam jangka panjang. I. KESIMPULAN Hendra. 2013. Pengetahuan Umum Asuransi Jiwa, asuransi kesehatan, dan dana pensiun, diambil dari http://www. allianz life.co.id. (15 Desember 2013) Dari berbagai uraian diatas maka penulis menyimpulkan: 64 DAFTAR PUSTAKA Anoname. 2011. Penetrasi-Polis AsuransiIndividu-Bakal-Tercapai. Jakarta: PT. IMQ Multimedia. Anoname. 2011. Masih rendahnya Prosentase Kenaikan Pemegang Polis Asuransi Jiwa. Diambil dari Kompas.com. (16 Juli 2011) Anoname. 2012. Company Profil, Asuransi Sebagai Perencanaan Keuangan Keluarga). Jakarta: PT. Prudential Life Insurance. Bali Post. 2012. Kesadaran Masyarakat Berasuransi Masih Rendah. Diambil dari http://www.mediadetail.php.htm, (27 September 2010) Dahlan, Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, SH. 1989. Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Bina Aksara. PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Pasal (302-3080) Media Department. 2012. Asuransi Jiwa di Indonesia. Diambil dari http://www. Media Detail.php. (15 Oktober 2012) Purwosutjipto. 1992. Hukum Perdagangan. Jakarta: Djambatan. Soeisno, Djojosoedarso. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta: Pustaka Binawan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 (Pasal 246 ). 65 PERSPEKTIF, VOL XII NO. 1 MARET 2014 66