Peranan Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Pertumbuhan Ekonomi

advertisement
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor
merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
Gouws (2005) menyatakan perluasan terhadap ekspor menyediakan kesempatan
untuk meningkatkan kegiatan perdagangan luar negeri yang memang sering
langka
dialami
negara-negara
berkembang.
Perluasan
terhadap
ekspor
memungkinkan negara berkembang mencapai economies of scale pada
perusahan-perusahannya. Juga perluasan ekspor dapat memberikan stimulus
bagi pertumbuhan produktivitas sehingga negara berkembang dapat bersaing
dan memasuki pasar internasional.
Secara konseptual, faktor perluasan ekspor tersebut begitu potensial
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
di
negara
berkembang.
Namun
keberhasilannya bergantung pada inisiatif dan kapabilitas pemerintah dan para
pelaku bisnis mengambil kebijakan dan menjalankan proses yang ada sebaikbaiknya. Juga, keberhasilan perluasan ekspor masih tergantung pada keunggulan
sumberdaya dan produktivitas serta faktor internal dan eksternal lain yang turut
mempengaruhinya pada masing-masing negara berkembang.
Secara umum kondisi perekonomian negara berkembang memiliki ciri
seperti (1) tingkat income per kapita yang rendah, (2) produksi dan investasi pada
berbagai sektor produksi masih rendah, (3) industri-industri yang dimiliki dominan
industri kecil dengan teknologi sederhana sementara industri-industri besar
dengan high technology relatif belum banyak berkembang, (4) jumlah populasi
cukup tinggi dengan konsekuensi angkatan kerja yang besar dan potensi
2
pengangguran, dan (5) ekspor produk masih didominasi oleh produk-produk
primer. Kondisi seperti yang disebutkan dapat memotivasi pemerintah negara
sedang berkembang untuk memanfaatkan potensi ekspor yang ada di negaranya
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Potensi ekspor pada
suatu negara berkembang erat terkait dengan potensi sumberdaya dan
keunggulan yang dimiliki negara tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainnya, Indonesia juga
memiliki kondisi perekonomian sesuai ciri negara berkembang di atas. Hal yang
lebih spesifik adalah Indonesia baru saja mengalami krisis ekonomi yang hebat,
yang menyebabkan perekonomian terpuruk jauh lebih rendah lagi. Akibat krisis
itu, kini Indonesia tengah mengupayakan pemulihan ekonomi dimana sangat
diperlukan suatu pendekatan dan strategi pemecahan yang tepat. Dalam hal ini
perluasan dan peningkatan ekspor memiliki peluang menjadi sebuah strategi
yang tepat.
Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi
usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan
berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya
berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan
menengah, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan usaha besar
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun nasional.
Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang mendapat perhatian
pemerintah untuk dikembangkan. Dalam prakteknya usaha besar mendapat
perhatian khusus dan dukungan untuk meningkatkan produksinya baik dari
jumlah maupun skalanya.
3
Tambunan (2002) telah menunjukkan sejumlah kasus sebagai bukti
adanya
kesalahan
mengabaikan
pengembangan
perekonomian
yang
mengutamakan usaha-usaha berskala kecil dan menengah yang dominan
dikerjakan masyarakat Indonesia. Kasus seperti lambatnya pemulihan ekonomi
secara total hingga saat ini tidak lain berkaitan dengan kesalahan strategi
pembangunan industri yang bias ke Usaha Besar (UB) dan mengabaikan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). Fakta yang terjadi saat krisis, Usaha Besar (UB)
yang berbasis bahan baku impor mengalami kebangkrutan sementara Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) yang berbasis bahan baku domestik tetap eksis.
Secara mendasar, mengandalkan pengembangan industri domestik yang
berbasis bahan baku lokal dan merakyat seperti industri kecil dan menengah
adalah hal yang potensial untuk meletakkan fundamen industri nasional yang
kokoh di masa depan. Hal ini dinilai lebih baik dibanding mengandalkan industri
besar berbasis bahan baku luar negeri yang intensif membutuhkan banyak devisa
tetapi tidak menjangkau secara luas komunitas usaha masyarakat Indonesia dan
pencari kerja domestik.
Tambunan (2002) juga menyebutkan bahwa negara-negara seperti
Jepang
dan
Taiwan
yang
kini
memiliki
industri
maju,
pada
awalnya
mengembangkan industrinya berbasis industri-industri kecil yang berteknologi
sederhana. Melalui perjalanan waktu, industri-industri ini kemudian bertumbuh
menjadi industri-industri menengah dan besar dengan teknologi yang makin
tinggi. Searah dengan hal ini, peletakkan dasar pembangunan industri ke depan
di Indonesia sebaiknya berbasis pada industri-industri kecil dan menengah.
Jika dilihat, anjuran untuk kembali membangun industri dalam negeri
berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut bukan tanpa alasan. Usaha
4
Kecil dan Menengah ini sesungguhnya memiliki peran yang besar di dalam
negara yang didominasi usaha berskala kecil dan menengah seperti Indonesia.
Peran UKM tersebut secara umum adalah : (1) sebagai lapangan kerja yang
mampu
menyerap
banyak
tenagakerja
sehingga
berpotensi
mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan kontribusi kepada peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi, dan (3) berkontribusi
kepada peningkatan ekspor sekaligus berpotensi memperluas ekspor dan
investasi.
Kemampuan UKM untuk menyerap banyak tenagakerja merupakan suatu
potensi yang besar. Jumlah UKM yang mencapai 49 689 588 unit saat ini dengan
kapasitas menyerap tenagakerja masing-masing dua hingga tiga orang akan
potensial untuk menurunkan angka pengangguran. Bila hal ini dapat diwujudkan
maka secara terstruktur pengangguran dapat teratasi dengan merata di berbagai
wilayah Tanah Air. Hal ini dapat terjadi karena UKM diusahakan oleh banyak
pelaku bisnis dan menyebar pada berbagai wilayah di Indonesia. Keuntungan lain
yang dapat dicapai disini adalah potensi penyerapan tenagakerja oleh UKM
menyediakan kesempatan bagi tenagakerja untuk menerima pendapatan
dibanding mereka tetap menganggur. Dengan demikian secara otomatis tercipta
pengurangan kemiskinan secara permanen bahkan sekaligus tercipta perbaikan
dalam distribusi pendapatan di antara penduduk.
Kontribusi UKM terhadap peningkatan PDB dan pertumbuhan ekonomi
terbuka lebar. Potensi jumlah unit usaha yang besar dari UKM akan menyediakan
kontribusi yang lebih besar kepada pembentukan PDB. Lebih dari itu
pertumbuhan output pada UKM akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi
secara nasional. Potensi UKM dalam mendukung peningkatan PDB berdiri di atas
5
keunggulannya menggunakan sumberdaya lokal. Penggunaan sumberdaya lokal
sudah tentu menghemat devisa dan yang terutama adalah untuk mengoptimalkan
sekaligus meningkatkan produktivitas sumberdaya lokal sehingga efisien
termanfaatkan.
Kontribusi UKM terhadap PDB juga begitu erat terkait dengan perluasan
sisi produksinya. Tahap selanjutnya, perluasan produksi membutuhkan ekspansi
investasi pada UKM. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan
penggunaan sumberdaya alam dan tenagakerja lokal. Hal ini tentu akan efektif
mempromosikan growth, menumbuhkan kapasitas produksi nasional, dan
menciptakan pemerataan di antara penduduk.
Dalam hal peningkatan ekspor, produk-produk UKM memiliki karakteristik
unik yang diminati konsumen luar negeri. Produk ekspor UKM berpotensi
menembus pasar internasional melalui spesialisasi produk sesuai permintaan
pasar dunia. Jika keunikan produk ekspor UKM terus dikembangkan maka
berpotensi meningkatkan nilai ekspor UKM, mendorong peningkatan investasi
dan kapasitas produksi, kuantitas produksi, peningkatan teknologi, dan nilai
tambah dari produk yang tercipta.
Secara keseluruhan, begitu besar peranan UKM untuk tujuan peletakan
fundamen industri dalam negeri yang kokoh. Juga peranan itu begitu besar dalam
meciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dari waktu ke waktu dalam
keragaman tingkatan hidup masyarakat. Dengan peranan seperti ini, bukan tidak
mungkin pengembangan terhadap UKM pada masa sekarang akan memberikan
hasil maksimal bagi kemajuan perekonomian di masa datang.
Sejak semula UKM belum menjadi prioritas di dalam perekonomian
nasional dibanding Usaha Besar. Tetapi setelah krisis ekonomi, perhatian dan
6
prioritas diberikan kepada pengembangan UKM. Perkembangan yang ada
sekarang menunjukkan bahwa UKM telah memberikan peran positif dalam
perekonomian nasional. Tabel 1 berikut menyajikan data tentang kedudukan dan
peranan Usaha Kecil dan Menengah dibandingkan dengan Usaha Besar (UB)
dalam perekonomian Indonesia. Aspek-aspek kedudukan dan peranan tersebut
mencakup perkembangan jumlah unit usaha, penyerapan tenagakerja, kontribusi
pada Produk Domestik Bruto (PDB), nilai ekspor dan investasi dalam beberapa
tahun terakhir.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja, Kontribusi pada
PDB, Nilai Ekspor dan Nilai Investasi UKM dan UB Tahun 1999 – 2005.
Uraian dan
Skala Usaha
T
1999
1. Unit Usaha (unit)
a. UKM
b. UB
2. Penyerapan TK (org)
a. UKM
b. UB
3. Nilai pad PDB (jt Rp)
a. UKM
b. UB
4. Nilai Ekspor (jt Rp)
a. UKM
b. UB
5. Nilai Investasi (Jt Rp)
a. UKM
b. UB
Keterangan
Sumber
a
h u
2002
n
2005
37.913.608
37.911.723
(99,99 %)
40.885.207
40.881.584
(99,99 %)
44.693.759
44.689.588
(99,99 %)
1.885
(0,01 %)
3.623
(0,01 %)
4.171
(0,01 %)
67.536.322
67.169.844
(99,46 %)
75.819.341
73.278.434
(99,65 %)
80.268.773
77.678.498
(96,77 %)
366.478
(0,54 %)
2.540.907
(3,35 %)
2.590.275
(3,23 %)
1.099.731.637
647.475.956
(58,88 %)
1.610.564.951
915.912.858
(56,87 %)
2.729.708.420
1.480.003.067
(54,22 %)
452.255.681
(41,12 %)
694.652.094
(43,13 %)
1.249.705.341
(45,78 %)
359.221.604
52.594.121
(14,64 %)
506.879.985
87.290.034
(17,22 %)
569.588.387
109.129.334
(19,16 %)
306.627.483
(85,36 %)
419.589.951
(82,78 %)
460.460.330
(80,84 %)
226.015.772
89.993.916
(39,82 %)
326.165.265
137.451.159
(42,14 %)
599.776.451
275.367.242
(45,91 %)
136.021.857
(60,18 %)
188.714.106
(57,85 %)
324.409.325
(54,09 %)
: angka ( ) menunjukkan kontribusi.
: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM berbagai tahun.
7
Data Tabel 1 menunjukkan jumlah unit usaha UKM sangat besar, rata-rata
99 persen dari total usaha nasional. Usaha Kecil dan Menengah sangat dominan
menyerap tenagakerja (rata-rata 98 persen) dibanding UB. Dari sisi kontribusi
pada PDB, UKM masih menyumbang dalam persentase lebih besar (rata-rata di
atas 50 persen) dibanding UB (di bawah 50 persen). Nilai ekspor UKM masih
relatif kecil (di bawah 20 persen), namun terus menunjukkan peningkatan
sementara UB cenderung menurun. Nilai investasi baru UKM terus menunjukkan
peningkatan sedangkan UB mengalami penurunan. Indikator Makro Ekonomi
UKM yang dikeluarkan BPS tahun 2005 menunjukkan belanja barang modal UB
terus menurun sedangkan UKM mengalami peningkatan. Data tersebut disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Struktur Barang Modal Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB)
Tahun 2000 hingga 2005 (persen).
Tahun
Skala
Usaha
Bangunan
Jenis Barang Modal
Mesin
Kendaraan
Lainnya
Total
2000
UKM
UB
Total
33.10
42.95
76.05
3.64
9.70
13.34
3.12
3.95
7.07
1.13
2.41
3.54
40.99
59.01
100.00
2001
UKM
UB
Total
34.26
41.04
75.30
3.92
9.16
13.07
3.25
4.53
7.78
1.35
2.50
3.85
42.78
57.22
100.00
2002
UKM
UB
Total
34.51
42.57
77.08
3.69
9.21
12.89
2.77
3.82
6.59
1.37
2.07
3.44
42.34
57.66
100.00
2003
UKM
UB
Total
36.23
46.26
82.49
3.19
6.88
10.06
2.31
2.01
4.32
1.15
1.99
3.13
42.86
57.14
100.00
2004
UKM
UB
Total
38.85
42.45
79.30
3.47
8.68
12.15
2.65
2.37
5.02
1.20
2.34
3.53
44.16
55.84
100.00
2005
UKM
UB
Total
38.12
40.03
78.15
3.80
9.26
13.05
2.83
2.59
5.42
1.16
2.21
3.38
45.91
54.09
100.00
Sumber : BPS, 2005.
Data-data pada Tabel 1 dan 2 di atas memperlihatkan bahwa UKM memiliki
potensi untuk diandalkan dalam peletakan dasar pembangunan ekonomi nasional
ke depan.
8
1.2. Perumusan Masalah
Terdapat dua aspek mendasar dalam penjelasan latar belakang di atas
yaitu (1) perluasan dan pengembangan terhadap bidang ekspor berpeluang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan (2) anjuran untuk kembali
meletakkan fundamen perekonomian Indonesia berdasarkan pembangunan dan
pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kedua aspek tersebut sesuai
dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan ditunjang oleh sumberdaya
dan spesifikasi-spesifikasi yang ada di dalam negeri. Dengan demikian upayaupaya untuk menggerakkan dan mengembangkan bidang ekspor UKM dan
bahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan bidang UKM secara
menyeluruh adalah penting untuk dilaksanakan pada saat sekarang.
Data pada Tabel 1 telah menunjukkan bahwa secara fisik UKM dominan
dalam perekonomian Indonesia. Dominannya UKM dilihat dari sisi kuantitas unit
usaha dan penyerapan tenagakerja dimana keduanya rata-rata mencapai 98
hingga 99 persen setiap tahun. Dari sisi nilai tambah, UKM juga memberikan
kontribusi lebih dari 50 persen kepada pembentukan PDB. Bidang ekspor UKM
masih memberikan kontribusi lebih rendah dari 20 persen namun memiliki potensi
untuk dikembangkan. Investasi belum mencapai 50 persen dan masih di bawah
Usaha Besar (UB).
Data fisik di atas menunjukkan sebuah ukuran bahwa UKM cukup
dominan dan memiliki kontribusi cukup besar di dalam perekonomian nasional,
namun belum dapat dijadikan standar bagi tercapainya tujuan pembangunan
jangka panjang ke depan. Hal ini didasarkan pada beberapa pertanyaan berikut.
Sebesar apakah kapasitas produksi, investasi, dan ekspor dari sektor-sektor
produksi UKM ? Apakah kapasitas dimaksud makin bertumbuh dan makin kuat
9
pada saat sekarang dan di masa mendatang ? Sesungguhnya indikasi bahwa
produksi, investasi, ekspor dan penyerapan tenagakerja sektor-sektor UKM yang
makin bertumbuh dan kuat kapasitasnya akan menunjukkan UKM dapat
diandalkan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Gambaran tentang perkembangan UKM yang lebih spesifik saat ini dapat
diperoleh dengan sedikit mengolah data Tabel 1. Pada Gambar 1 – 5 dipanelkan
secara bersama-sama trend pertumbuhan PDB Nasional dengan beberapa
variabel sektor UKM. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDB
Nasional dalam enam tahun terakhir (tahun 2000 – 2005) bergerak searah
dengan pertumbuhan PDB dari sektor UKM. Hal ini menunjukkan kemungkinan
adanya keterkaitan di antara keduanya. Tetapi pada Gambar 2, pertumbuhan
ekspor dari sektor UKM berfluktuasi tidak searah dengan trend pertumbuhan PDB
Nasional. Demikian juga pada Gambar 3, pertumbuhan investasi UKM tidak
bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional. Pada Gambar 4,
kontribusi ekspor UKM pada pertumbuhan PDB Nasional semula bergerak
menurun tajam hingga mencapai angka negatif tetapi kemudian kembali
meningkat.
Sementara itu panel gabungan antara pertumbuhan PDB UKM
dengan pertumbuhan ekspor dan investasi sektor UKM pada Gambar 5
menunjukkan trend pertumbuhan ekspor dan investasi UKM tidak bergerak
searah dengan trend pertumbuhan PDB-nya.
Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat dari data di atas. Pertama,
pertumbuhan PDB sektor UKM yang bergerak searah dengan pertumbuhan PDB
Nasional menunjukkan pertumbuhan pada UKM menentukan besar kecilnya
pertumbuhan pada PDB Nasional. Ini berarti ada kontribusi positif dan keduanya
terkait.
10
Gambar 2. Pertumbuhan PDB Nasional
dan Ekspor UKM
Gambar 1. Pertumbuhan PDB Nasional
dan PDB UKM
30.00
50.00
25.44
20.00
15.02
30.00
12.89
13.55
16.03
10.00
6.49
16.35
10.71
9.74
18.92
12.89
7.97
7.15
20.09
19.03
9.74
15.02
2000 2001 2002 2003 2004 2005
-20.00
-11.68
Tahun
PDB UKM
PDB NAS
EKSP.UKM
Gambar 4. Kontribusi Ekspor UKM pada
Pertumbuhan PDB Nasional
Gambar 3. Pertumbuhan PDB Nasional dan
Investasi UKM
15.00
50.59
13.84
10.00
25.83
25.03
16.14
9.74
15.02 16.03
4.52
21.67
20.09
9.34 12.89
5.62
4.51
5.00
2.66
0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
PDB NAS
Persen
Persen
10.00
0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
PDB NAS
25.03
16.03
20.00
-10.00
0.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
43.45
40.00
20.09
16.98
15.00
5.00
25.03
Persen
Persen
25.00
-2.53
3.82
2000 2001 2002 2003 2004 2005
-5.00
INV.UKM
Tahun
Gambar 5. Pertumbuhan PDB, Ekspor dan
Investasi UKM
60.00
Persen
40.00
20.00
0.00
-20.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
PDB UKM
INV.UKM
EKSP.UKM
Sumber : diolah berdasarkan data Tabel 1.
Kedua, pertumbuhan ekspor UKM yang tidak bergerak searah dengan
pertumbuhan PDB Nasional menunjukkan besar kecilnya pertumbuhan PDB
Nasional belum ditentukan secara kuat oleh pertumbuhan ekspor UKM. Indikasi
disini adalah keduanya belum terkait erat. Kurang keterkaitan keduanya lebih
jelas ditunjukkan oleh Gambar 4 dimana kontribusi ekspor UKM pada
11
pertumbuhan PDB Nasional berfluktuasi dengan penurunan yang tajam. Ketiga,
meskipun tidak bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional dan
semula cenderung menurun, namun kemudian pertumbuhan investasi UKM
meningkat dengan tajam. Keempat, di dalam sektor UKM sendiri pertumbuhan
PDB UKM yang tidak searah dengan pertumbuhan ekspor dan investasinya
menunjukkan kemungkinan ketiganya tidak terkait satu sama lain.
Meier (1995) menyatakan bahwa prinsip yang fundamental dari ekspor
adalah ia merupakan alat yang tidak langsung untuk menjamin kemampuan
impor. Melalui ekspor, suatu negara kemudian dapat mengimpor barang-barang
intermediate dan barang kapital serta teknologi untuk digunakan dalam proses
produksi. Sebagai akibatnya kapasitas produksi dan produksi ekspor mengalami
peningkatan. Karena itu produksi ekspor dapat bertumbuh secara cepat jika ada
peningkatan di dalam resources dan teknologi yang digunakan. Selanjutnya
pertumbuhan cepat dalam produksi ekspor berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi secara cepat.
Secara teoritis peningkatan terhadap investasi dan ekspor akan
mendorong peningkatan PDB. Sebaliknya pertumbuhan PDB memiliki efek balik
mendorong peningkatan investasi dan perluasan ekspor. Selain meningkatkan
PDB, secara spesifik peningkatan ekspor akan turut mendorong peningkatan
investasi yang kemudian mendorong pertumbuhan produksi. Selanjutnya
pertumbuhan produksi berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Namun
berdasarkan kondisi empiris di atas, sektor UKM belum menunjukkan keadaan
yang sesuai secara teoritis. Perbedaan antara kondisi empiris dan teoritis ini
menimbulkan pertanyaan, bagaimana sesungguhnya dinamika yang dialami
sektor UKM, baik produksi, investasi dan ekspornya ?
Mengapa investasi dan
12
ekspor UKM tidak bertumbuh searah dengan PDB Nasional maupun PDB UKM ?
Faktor apakah yang menjadi penyebab ketidaksamaan pertumbuhan tersebut ?
Secara sektoral UKM terdiri dari 9 sektor yaitu : (1) pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel
dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, jasa
perusahaan, dan (9) jasa-jasa.
Produksi sektoral UKM diperuntukkan bagi
konsumsi domestik dan untuk tujuan ekspor. Beberapa sektor memproduksikan
output bagi konsumsi domestik dan juga memproduksikan output untuk diekspor.
Sektor-sektor tersebut adalah (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, dan (3) industri pengolahan. Enam
sektor lainnya hanya menghasilkan produksi bagi konsumsi domestik.
Berdasarkan kondisi sektor-sektor UKM tersebut dan untuk kebutuhan
analisis, beberapa pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah sisi produksi sektor-sektor UKM potensial bertumbuh dari waktu ke
waktu, dan apakah jumlah ekspor UKM berpotensi terus mengalami
peningkatan ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang berperan penting dalam potensi pertumbuhan
tersebut ? Apakah kapital, human capital, labor dan technological progress
ataukah perubahan harga-harga dan nilai tukar ?
3.
Jika produksi dan jumlah ekspor UKM terus mengalami peningkatan,
seberapa besar potensi kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi ?
4.
Sebaliknya, seberapa kuat pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat
mendorong peningkatan ekspor dan produksi sektor-sektor UKM ?
13
Pertanyaan-pertanyaan
di
atas
merupakan
pertanyaan
mendasar
dalam
menjawab seberapa besar peranan UKM di dalam ekspor dan pertumbuhan
ekonomi. Untuk itu penelitian ini mencoba untuk menjawabnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kenaikan
investasi,
teknologi, tenagakerja, produksi dan ekspor Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) di pasar domestik dan ekspor.
2.
Menganalisis dampak perubahan faktor eksternal dan alternatif kebijakan
terhadap investasi, teknologi, tenagakerja, produksi, dan ekspor UK, UM
dan UB serta pertumbuhan ekonomi.
3.
Menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan input,
produksi dan ekspor UK, UM, UB.
4.
Menganalisis dampak faktor eksternal dan alternatif kebijakan terhadap
peranan UK, UM dan UB dalam pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana tingkat
kontribusi ekspor UKM menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis sisi produksi dari Usaha Kecil dan Usaha
Menengah serta turut dianalisis Usaha Besar. Analisis terhadap Usaha Besar
hanya diperuntukkan sebagai pembanding terhadap hasil-hasil analisis Usaha
Kecil dan Usaha Menengah sehingga secara komprehensif dapat diketahui
seberapa besar peranan UK dan UM. Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha
14
Besar dicakup dalam sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari 9 sektor. Tiga sektor
ekonomi masing-masing pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri
pengolahan menghasilkan produksi untuk tujuan konsumsi domestik dan ekspor.
Dalam penelitian ini ketiga sektor ini disebut sebagai pasar ekspor. Enam sektor
lainnya hanya menghasilkan produksi untuk konsumsi domestik dan karena itu
disebut sebagai pasar domestik.
Jenis data terdiri dari cross section dan berdasarkan tahun (time series 9
tahun dari 1997 – 2005). Analisis mencakup perilaku pengusaha kecil, menengah
dan besar, dan penerapan model dimaksudkan untuk mengevaluasi pertumbuhan
dan perdagangan. Variabel-variabel yang dianalisis mencakup (1) investasi,
teknologi, tenagakerja, (2) produksi, (3) harga produksi, (4) jumlah ekspor, (5)
jumlah impor, (6) harga ekspor, (7) GDP, (8) pertumbuhan ekonomi, dan (9)
share masing-masing skala usaha terhadap kenaikan GDP. Melalui pembentukan
model, selanjutnya perilaku skala usaha diestimasi dan diteruskan dengan
penerapan model untuk melihat perubahan faktor eksternal dan alternatif
kebijakan.
Download