1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penemuan Sinar-x oleh Prof. Williem Conrad Roentgen pada penghujun tahun 1895 tekah membuka cakrawala kedokteran dan di anggap sebagai salah satu tonggak sejarah yang paling penting untuk saat itu. Ilmu Radiologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang memiliki peranan penting dalam proses penegakan diagnose. Untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit yang terletak didalam tubuh memerlukan pemeriksaan radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang berada didalam tubuh dapat diperlihatkan melalui gambaran atau pencitraan radiografi. Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang mempunyai kemampuan menembus benda atau materi sesuai dengan kepadatanya membuat film menjadi hitam dan membuat bahan-bahan yang berfluoresensi jadi bercahaya. Salah satu pemeriksaan yang mengunakan sinar-x yaitu pemeriksaan radiologi, guna untuk memvisualisasiakan struktur anatomi dan fisiologi didalam tubuh manusia. Pemeriksaan yang juga memerlukan kreativitas yang optimal adalah pemeriksaan ekstremitas bawah dalam hal ini artikulasio genu yang bertujuan untuk memberikan gambaran struktur anatomi, fisiologi, dan patologi dari artikulasio genu. Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi agar gambar tampak lebih jelas dan dapat memberikan informasi yang optimal, jenis pemeriksaan yang sering kita temui di unit radiologi adalah pemeriksaan artikulasio genu dengan proyeksi basic AP-LAT. Adapun teknik-teknik yang sering dilakukan pada pemeriksaan Articulatio Genu yaitu AP (Antero-Posterior), PA (Postero Anteroir), 2 LATERAL, ANTERO POSTERIOR OBLIQUE Rotasi Kearah Lateral, ANTERO POSTERIOR OBLIQ Rotasi Kearah Medial, ANTERO POSTERIOR WEIGHT BEARING, POSTERO ANTERIOR WEIGHT BEARING,POSTERO ANTERIOR OBLIQ Rotasi Medial, POSTERO ANTERIOR OBLIQUE Rotasi Lateral. Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU PADA KASUS OSTEOARTHRITISDI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi knee joint pada Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Makassar ? 2. Anatomi dan patologi apa saja yang ditampakkan pada hasil radiografknee joint ? 3. Apa yang dimaksud Osteoarthritis ? 4. Apa gejala dan penyebab Osteoarthritis ? C. TUJUAN PENULISAN Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Mengetahui Prosedur pemeriksaan Articulatio Genupadakasus Osteoarthritis Di RumahSakit Bhayangkara Makassar. 2. Mengetahui hasil Radiograf Articulatio Genu pada kasus Osteoarthritis Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. 3. Mengetahui patologi yang dapat timbul pada articulation genu. 4. Mengetahui penyebab dan gejala dari osteoarthrits. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan proyeksi-proyeksi pada Articulatio Genu 2. Mengetahui hasil radiograf Articulatio Genu 3 3. Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROFIL RS BHAYANGKARA MAKASSAR Berawal dari perintah lisan PANGDAK XVIII SULSELRA BRIGJEN IMAM SUPOYO kepada kapten polisi dr. ADAM IMAN SANTOSA pada tanggal 2 nopember 1965, untuk menempati dan memfungsikan bekas SEKOLAH POLISI NEGARA DJONGAYA menjadi RUMAH SAKIT 4 KEPOLISIAN BHAYANGKARA MAKASSAR. Satu bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 1 desember 1965 mulai difungsikan poliklinik Umum dan bagian Kebidanan. Saat itu juga Lettu Polisi dr. ZAINAL ARIFIN yang bertugas di Poliklinik Poltabes Makassar mulai aktif di Poliklinik Umum dan dr. ABADI GUNAWAN di bagian Kebidanan Rumah Sakit Kepolisian Makassar Pada tanggal 1 september 1966 mulai difungsikan bangsal laki-laki, bangsal wanita dan bangsal anak-anak. Tanggal 1 januari 1967 bagian roentgen difungsikan. Tanggal 2 nopember 1968 diusulkan pendidikan SPK C dengan lama pendidikan 2 (dua) tahun, oleh dr. ADAM IMAN SANTOSA dan diteruskan oleh Pangdak VIII Brigjen Pol. Johny Anwar ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sehingga bulan Juni 1969 pendidikan SPK C angkatan I dimulai atas ijin Depkes RI. Tanggal 1 september 1969 dilakukan renovasi gudang kaporlap SPN Jongaya menjadi ruang pertemuan personil Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara. Tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara diakui secara resmi oleh Mabes Polri dengan surat Keputusan Kapolri No. Pol. : B/117/34/SB/1970 yang ditandatangani oleh Wakalpolri Inspektur Jendral Polisi T.A.AZIZ, yang berbunyi sesuai teks aslinya sebagai berikut : Menarik Surat Saudara tanggal 29 April 1969 No. Pol. : 346/Kes/III/69, dengan ini dipermaklumkan, bahwa kami sangat mmenghargai usaha tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, khususnya dalam perawatan kesehatan anggota/pegawai sipil dan keluarganya, sekaligus merupakan pengisian dari pada fungsi dan organisasi seksi kesehatan Komdak XVIII/Sulselra. Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat Kesehatan Mabak menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi : “Rumah Sakit Kepolisian R.I.” dan merupakan formasi organik dari Seksi Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra. 5 Mengenai pembinaan selanjutnya dilaksanakan melalui Direktorat Kesehatan Mabak menurut ketemtuan-ketentuan yang berlaku dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Dengan demikian Rumah Sakit tersebut secara resmi kami nyatakan menjadi : “Rumah Sakit Kepolisian R.I” dan merupakan formasi organik dari Seksi Kesehatan Komdak XVIII/sulseltra. Tanggal 10 Desember 1979 SPK C secara resmi ditutup dan diganti dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selama 2 tahn yakni tahun 1979-1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru berubah menjadi SPK dengan masa pendidikan 3 tahun, dan pada tahun 1984 menerima anggota Polri dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi tenaga kesehatan. Perkembangan fisik Rumah Sakit Kepolisisan Bhayangkara Makassar dimulai pada tanggal 7 oktober 1971 dengan diresmikannya ruang Disdokdes dan Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar oleh Kapolda Sulsel. Pembangunan tahap pertama tahun 1973 yang ditandai dengan diresmikannya ruang perawatan perwira (paviliun). Tahun 1977 dengan dukungan anggaran dari Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf, dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan kesehatan. Pembagunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang Perawatan Anak 2 (dua) lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang Gawat Darurat. Tahun 1996 diresmikan ruang Otopsi dan Muhsolla, tahun 1997 diresmikan ruang ICU dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar mendapat bantuan lunak dari Spanyol berupa peralatan kesehatan. Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun polikliniik, gedung perawatan garruda dan kasuari yang berlantai 2 (dua). Tanggal 1 Januari 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedung Primkoppol dan tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh KADISDOKKES POLDA SULSEL LETKOL POL. Dr. S BUDI SISWANTO. Tanggal 10 Oktober 2001 6 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar berubah status menjadi Rumah Sakit tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/1549/X/2001. Untuk menghilangan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara hanya diperunukkan bagi anggota Polri maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol.:SKEP/321/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan penggantian nama Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar yang diresmikan oleh Kapolda Sulsel Irjen Pol. Drs. FIRMAN GANI, sekaigus meminta restu kepada adik kandung. Tanggal 14 januari 2009. Depkes RI memberikan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.01.10/III/125/09 dengan status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tanggal 14 Januari 2009 sampai dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Rekam Medis. Yang ditandatangani atas nama Mentri Kesehatan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik FARID W. HUSAIN. Peresmian gedung IGD pada tanggal 18 September 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG Pada tanggal 15 Juli 2009 KETUA UMUM BHAYANGKARA NY. NANNY BAMBANG HENDARSO meresmikan Renovasi Ruang Cendrawasih. Peresmian Renovasi Ruang Perawatan Cendrawasih B pada tanggal 16 desember 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA. Peresmian Renovasi Ruang intermediate care unit, USG, Treadmill dan Ruang Makan Karyawan oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN POL. Drs. ADANG ROCHJANA tanggal 17 september 2010. Tanggal 23 november 2010, Mentri Keuangan RI mengesahkan Penempatan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK- 7 BLU), dengan Surat Keputusan Mentri Keuangan AGUS D.W. SPTOW ARDOJO. Tanggal 8 Juni 2011 nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar berubah nama menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dengan kode Kemenkeu 646307. Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara resmi KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H. JOHNY WAINAL USMAN, MM melakukan peletakan batu pertama dalam rangka dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan Bedah sentral serta ICU yang berlantai 3 (tiga). Pada hari Selasa, tanggal 20 November 2013 telah diresmikan dan digunakan Gedung perawatan, Bedah Sentral an ICU serta Ruang perkantoran Rumkit Bhayangkara Makassar oleh Kapolda sulsel IRJEN POL. Drs. BURHANUDDIN ANDI, S.H.,M.H. PIMPINAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR Sejak berdirinya pada tanggal 2 November 1965,Rumah Sakit Bhayangkara Makassar telah mengalami beberapa kali pergantian Pimpinan/Kepala, yaitu : 1. Letkol Pol dr. ZAINAL ARIFIN,Sp.M (1969 – 1985 ) 2. Letkol Pol. dr. IDA BAGUS PUTRA DJUNGUTAN, SP .B (1985 – 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1991) Letkol Pol dr. ROESMAN ROESLI, Sp.PD (1991 – 1993) Kombes Pol. drg. PETER SAHELANGI, DFM (1993 – 2007) Kombes Pol. dr. SYAFRIZAL, MM (2007 – 2009) Kombes Pol. dr. DIDI MINTADI, Sp.JP (2009 – 2010) Kombes Pol. dr. PURWADI, MS.,MARS (2010 – 2013) Kombes Pol. dr. BUDI HERYADI, MM (2013 – Sekarang) VISI : Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur Indonesia dan jajaran Polri, dengan pelayanan prima dan mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan. MISI : 8 1. Menyelenggarakan meningkatkan termasuk pelayanan kesehatan yang prima dengan kualitas kegiatan disegala kedokteran bidang kepolisian pelayanan kesehatan, (forensik, perawatan tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan. 2. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel. 3. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, bermoral dan memiliki budaya organisasi sebagai pelayanan prima. 4. Mengelolah seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional polri. NILAI : 1. 2. 3. 4. 5. Disiplin Ekstra Pelayanan Prima Kebersamaan Akuntabilitas dan Transparansi Prestasi Kerja MOTTO : Prima dalam pelayanan, utama dalam penyembuhan, terkendali dalam pembiayan. TUJUAN : 1. Tersediyanya pelayanan kesehatan spesialisasi yang lengkap dan sesuai dengan standar akreditasi 2. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meminimalisir komplain guna meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar 3. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi 4. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM 9 5. Menjaga kuantitas SDM secara ideal sesuai dengan beban dan ancaman tugas 6. Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja SDM 7. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dibidang keuangan 8. Terwujudnya pengelolaan seluruh sumber daya lainnya secara efektif, efisien dan akuntabel. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR KARUMKIT POKJABFU NG WAKA RUMKIT -KOM. MEDIK -KOM. KEP. -KOM. FARMASI -BAKORDIK -HUMSAH -INSTALASI SUBBAG -R. PERAWATAN SUBBAG RENMIN WASINTERE N UR WASBIN UR WASOP UR TU DEWAN PENGAW AS UR REN SUBBAG BINFUNG UR SIM & UR MIN SUBBID KANMEDO KPOL UR YANME INST. 1- UR DIKLIT UR KEU SUBBID JANGMEDU M UR YANWA UR YANDOK UR JANGME UR JANGUM INST. 1- INST. 1- INST. 1- INST. 1- Gambar 01. Struktur Organisasi RS Bhayangkara Makassar 10 FASILITAS DAN JENIS LAYANAN : 1. Mengembangkan pelayanan terpadu Fokus pengembangan layanan terpadu pada berbagai jenis layanan kesehatan sesuai dengan kemampuan rumah sakit yang bertujuan untuk memberikan kemudahan, kecepatan, akurasi, pelayanan prima dan tetap mengutamakan penyembuhan serta pengendalian pembiayaan, sehingga fungsi sosial rumah sakit tetap tidak terabaikan. 2. Pelayanan kesehatan / Medik yang telah dimiliki rumah sakit lebih dari lima kegiatan, terdiri atas : a. Pelayan Rawat Jalan, terdiri atas : 1) Klinik Umum 2) Klinik Gigi 3) Klinik KB dan KIA 4) Klinik Kecantikan 5) Spesialis Penyakit Dalam 6) Spesialis Anak 7) Spesialis Bedah 8) Spesialis Obsgyn 9) Spesialis Ortopedi 10)Spesialis Mata 11) Spesialis Paru 12)Spesialis THT 13)Spesialis Saraf 14)Spesialis Jantung 15)Spesialis Jiwa 16)Spesialis Kulit dan Kelamin 17)Radiologi 18)Spesialisasi lainnya, yang tidak memiliki poliklinik (bedah urologi, bedah digestif, bedah plastik, rehab medik, gizi klinik, dll) b. Pelayanan Rawat Inap, terdiri atas : 1) Pelayanan Rawat Inap Kelas VVIP 2) Pelayanan Rawat Inap Kelas VIP 3) Pelayanan Rawat Inap Kelas I 4) Pelayanan Rawat Inap Kelas II 5) Pelayanan Rawat Inap Kelas III 6) Pelayanan Intensif Care Unit (IC) DENAH RUANGAN RADIOLOGI R. Pemeriksaan 11 Poli Jantun g R. Operat or R. USG R. Tunggu K. Ganti Dark Room wc R. Istirah at B. ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PATOLOGI KNEE JOINT Gambar 02. Anatomi Knee Joint Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007) 12 Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C Evelyn, 1999). Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang – tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih tengkorak. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit dan permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit gerakannya. Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah bantalan tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi synovial atau diartroses adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya. Gambar 03. Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan Posterior view (Nucleus Medical Art, 1997-2007) 13 Gambar 04. Anatomi Knee Joint Kanan dari sisi Lateral view dan Medial view (Nucleus Medical Art, 1997-2007) Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996). Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari: Tulang pembentuk sendi lutut a. Tulang Femur Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan 14 yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997). b. Tulang Tibia Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 1997). c. Tulang Fibula Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997). d. Tulang Patella Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 1997). Patologi Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi, dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium, dan tulang subchondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses dapat terjadi secara bersamaan dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya LGS, disused atrophy dari otot quadriceps, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama 15 sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibanding dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita OA lutut.(Pardjoto, 2000). Perubahan yang terjadi pada sendi lutut oleh karena OA menurut pardjoto (2000) adalah sebagai berikut: 1. Degradasi rawan Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10-15 tahun, sedang yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi. 2. Osteofit Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subchondral. 3. Sclerosis subchondral Pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sclerosis pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak. 4. Sinovitis Sinovitis ialah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik meningkatkan dan dapat cairan mengantisipasi sendi. Cairan lekosit.Sinovitis lutut yang dapat mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan yang tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah- celah tulang subchondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista subchondral. 16 5. Osteoarthritis Defenisi Osteoarthritis Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif. Penyakit Ini mempengaruhi sekitar 33 juta orang Amerika dan merupakan kondisi sendi kronis yang paling umum. Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya. Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang. Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain. Pada osteoarthritis, tulang rawan rusak secara bertahap. Tulang rawan adalah bahan licin yang menutupi ujung tulang dan berfungsi sebagai peredam kejut tubuh. Seiring kerusakan bertambah, tulang rawan mulai terkikis, atau tidak bekerja sebaik dulu untuk melindungi sendi. Sebagai contoh, tekanan ekstra pada lutut akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan lutut. Hal tersebut, seiring waktu, menyebabkan tulang rawan untuk terkikis lebih cepat dari biasanya. Seiring tulang rawan menjadi aus, maka efek bantalan sendi semakin hilang. Hasilnya adalah rasa nyeri sewaktu sendi bergerak. Bersamaan dengan rasa sakit, kadang-kadang Anda dapat mendengar suara gemeretak ketika permukaan tulang rawan yang kasar antara 2 17 tulang saling bergesekan. Benjolan yang menyakitkan mungkin muncul pada ujung tulang, terutama pada jari tangan dan kaki. Meskipun bukan gejala utama dari osteoarthritis, peradangan dapat terjadi di lapisan sendi sebagai reaksi terhadap kerusakan tulang rawan. Jenis Radang Sendi Terdapat dua jenis arthritis yang umum yaitu: Osteoarthritis, yang merupakan “keausan” arthritis. Rematik ini disebabkan oleh kerusakan jaringan tulang rawan Rheumatoid arthritis, yang merupakan jenis peradangan arthritis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan benar. Selain 2 jenis yang paling umum di atas, arthritis yang juga sering didiagnosa pada pasien adalah: Gout, yang disebabkan oleh penumpukan kristal pada sendi (baca artikel Dokita mengenai rematik dan asam urat) Psoriatic arthritis, lupus, dan septic arthritis merupakan jenis kondisi umum yang lain. PenyebabOsteoarthritis Meskipunbiasanyatimbul daritrauma, mempengaruhibeberapaanggotakeluarga yang osteoarthritissering sama, menunjukkan bahwa adakecenderungan herediterkondisi ini. Sejumlahpenelitian telah menunjukkanbahwa adaprevalensi yang lebih besardaripenyakitantara saudara kandungdankembaridentikkhususnya, menunjukkan secaraturuntemurun. Sampai dengan60% darikasusOAdiperkirakan akibatdarifaktor genetik. Para penelitijuga menyelidikikemungkinanalergi, infeksi, atau jamursebagai penyebab. Faktor-faktoryang mungkin menyebabkanhal itumeliputi: Kelebihan berat badan semakin tua 18 cedera sendi Sendiyang tidakterbentukdengan benar Sebuah cacatgenetik padatulang rawan sendi Menekankanpada sendidaripekerjaan tertentudanbermain olahraga. Gejala Osteoarthritis Gejala osteoartritis tergantung pada sendi atau sendi-sendi mana yang terkena. Gejala yang mungkin terjadi yaitu: Rasa nyeri yang mendalam Kesulitan memakai baju atau menyisir rambut Kesulitan mencengkeram benda Kesulitan duduk atau membungkuk Sendi terasa hangat saat disentuh Kekakuan di pagi hari selama kurang dari satu jam Nyeri saat berjalan Kekakuan setelah beristirahat Pembengkakan sendi Kehilangan gerak pada sendi Faktor Risiko Umum untuk Osteoarthritis Faktor risiko untuk osteoarthritis meliputi: Jajaran sendi yang abnormal Usia Atletik (cedera dalam olahraga dan atletik) Mengubah beban (meletakkan berat badan pada satu lutut atau pinggul) Jenis kelamin Penggunaan sendi yang berat dan konstan Cedera bersama akibat arthritis jenis lain 19 Operasi lutut Pemakaian berlebihan atau cedera Obesitas atau kelebihan berat badan Osteoarthritis ini sangat umum dan dapat berdampingan dengan arthritis jenis lain, seperti rheumatoid atau gout. Gambar 05. Patologi knee joint yang terserang OA C. TEKNIK PEMERIKSAAN KNEE JOINT 1. Proyeksi AP ( Antero-Posterior ) Gambar 06 : Gambar Proyeksi AP Articulatio Genu (Knee Joint) PP :Pasien diatur dalam posisi supine, dan atur tubuh sehingga pelvis tidak mengalami rotasi. 20 PO :Letakkan kaset berada di bawah knee pasien, sedikit fleksikan sendi, tempatkan apex patella, dan luruskan knee pasien, atur ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella di pertengahan kaset. Ini akan menempatkan ruang sendi di pertengahan kaset. Atur kaki pasien dengan meletakkan femoral epicondyles parallel terhadap kaset agar true AP. Patella sedikit menempel ke sisi medial. Jika knee tidak bisa full ekstensi, membengkokkan kaset mungkin diperlukan. FFD : 90 Cm CR : Tegak lurus kearah film CP : Pada titik ½ inchi (1,3 cm) inferior apex patella. Kriteria Radiograf : Gambar 07 : Hasil Radiograf AP Knee Joint Normal (CLARK, 2005) 1) Struktur yang terlihat - Distal femur dan proksimal tibia dan fibula terlihat Ruangfemorotibial joint terbuka, dengan articular facies tibia terlihat di akhirdenganvisualisasi area permukaan yang minimalis. 2) Posisi - Tidak ada rotasi dibuktikan dengan tibial condyles dan ruang - sendinya simetris. Kira-kira setengah dari pertengahan caput fibula superposisi dengan tibia. 21 - Intercondylar eminence terlihat di pertengahan intercondylar - fossa. Kolimasi dan CR Lapangan kolimasi lurus dengan poros panjang IR. Pertengahan lapangan kolimasi berada di pertengahan knee joint. 3) Kriteria eksposi - Eksposi yang optimal akan menampakkan garistepi patella padasistal femur, dan caput fibula danleher fibula tidakterlihat - overeksposi. Tidak ada pergerakan, trabekula tulang tampak dan tajam Tampak soft tissue 2. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PROYEKSI PA) Gambar 08 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger, 2007) PP : Atur pasien prone dengan jari kaki diistirahatkan diatas meja pemeriksaan, atau letakkan sandi bagian bawah ankle untuk fiksasi. PO : Letakkan ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella pada pertengahan IR, dan atur kaki pasien sehingga femoral epicondyles parallel dengan permukaan atas meja pemeriksaan FFD : 90 Cm CR : Tegak lurus pada film CP :pertengahan knee joint Kriteria Radiograf : 22 Gambar 09 : Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior (Ballinger, s2007) 1) Struktur yang ditunjukkan - Knee joint dan patella terlihatdengan detail patella yang optimal karena penurunan Object Image Distance (OID) jika dibuat dengan proyeksi Postero Anterior (PA). 2) Posisi - Tidak ada rotasi ditandai dengan condyles tampak simetris. Patella berada di pertengahan femur dengan anterior knee sedikit rotasi internal. 3) Kolimasi dan CR - Pertengahandan penyudutanbenar jika knee joint terbuka dan patella berada di pertengahan bidang kolimasi. 4) Kriteria Eksposi - Eksposi optimal tanpapergerakanakan memperlihatkan soft tissue di area sendi dan juga terlihat jelas ketajaman trabekula tulang dan garis tepi parela yang terlihat pada distal femur. 3. PROYEKSI LATERAL (MEDIOLATERAL) 23 Gambar 10 : Posisi Knee untuk Proyeksi Lateral (Mediolateral) (CLARK,2005) PP : Atur pasien untuk memutar badan ke sisi yang sakit. Pastikan bahwa pelvis tidak mengalami rotasi. Untuk proyeksi lateral standar, atur pasien untuk meletakkan knee di depan dan luruskan knee yang tidak diperiksa di belakangnya. Knee yang lain dapat ditempatkan di depan knee yang sakit untuk fiksasi. PO : Memfleksikan 200 hingga 300 biasanya lebih digunakan karena posisi ini merelaksasi otot dan menunjukkan volume maksimal dari rongga sendi. Untuk mencegah celah fragmen dalam fraktur patela baru atau belum sembuh, knee tidak harus di feksikan lebih dari 100. Letakkan fiksasi dibawah ankle. Pegang epicondilus dan tambahkan fiksasi sehingga dapat tegak lurus dengan kaset (condylus superposisi). Patella akan tegak lurus dengan kaset. FFD : 90 Cm CR : Tegak lurus CP : Condylus Medialis Kriteria Radiograf : 24 Gambar 11 : Radiograf Proyeksi Lateral 1) Struktur yang terlihat - Distal femur, proksimal tibia dan fibula, dan - terlihatdalamposisi lateral Femoropatellardan knee joint terbuka patella 2) Posisi - Overrotasiatauunderrotasidapat dilihat dengan identifikasi adductor tubercle pada medial condyle, jika memungkinkan dan superposisi caput fibula dengan tibia. (overrotasi, sedikit - superposisi caput fibula; enderotasi, lebih superposisi) True lateral knee tanparotasi tampak dengan posterior - border dari femoral condyles superposisi. Patella tampakdengan ruangfemoropatellar joint membuka. 3) Kolimasi dan CR - Sudut CR 50hingga 100 cephaladdihasilkandalamsuperposisilangsung distal border - Knee condyles. joint berada di pertengahanlapangan Meminimalkan kolimasi. Terlihat soft tissue. 4) Kriteria eksposi kolimasi. 25 - Eksposi yang optimal tanpa pergerakan akan menampakkan detail soft tissue, termasuk lapisan lemak anterior knee joint dantrabekula yang tajam. 4. PROYEKSI ANTERIOR POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Lateral Gambar 12 : Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior Oblique kearah lateral (Ballinger, 2007) PP : Atur pasien supine diatas meja pemeriksaan dan beri fiksasi pada ankle joint. PO : Jika diperlukan, angkat hip joint pada sisi yang tidak sakit untuk merotasikan bagian yang sakit. Beri fiksasi pada hip yang diangkat dan knee pada bagian yang tidak sakit. ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella berada di pertengahan IR. Rotasikan eksternal bagian yang sakit sebesar 450° FFD : 90 Cm CR :Tegak Lurus CP :pertengahan knee joint Kriteria Radiograf : 26 Gambar 13 : Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang terlihat - Terlihat distal femur danproksimal tibia dan fibula - superposisidengan femoral condyles lateral. Medial condyles femur dan tibia ditunjukkandenganbaik, dan medial dan lateral ruangsenditampaktidaksama 2) Posisi - Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal fibula superposisi dengan proksimal tibia, medial condyles - femur dan tibia terlihatpadahasilradiograf. Kira-kirasetengah patella bebas superposisi dengan femur 3) Kolimasi dan CR - Ruang knee joint berada di pertengahan CR danluaslapangankolimasi. 4) Kriteria Eksposi - Eksposi yang optimal tanpa sepergerakan terlihat dengan tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekulatulang - terlihat jelas dan tajam. Mengindikasikan tidak ada pergerakan. 27 - Teknik harus cukup untuk menunjukkan caput dan leher fibula supeimposisi dengan tibia. 5. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI AP OBLIQUE)Rotasi Ke Arah Medial Gambar 14 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007) PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, beri fiksasi pada ankle joint. PO : Rotasikan bagian yang sakit ke arah medial dan angkat sedikit hip di bagian yang sakit untuk rotasi sebesar 450°. Letakkan ALAT fiksasi dibawah hip, jika dibutuhkan. FFD : 90 Cm CR : Tegak Lurus CP : pertengahan knee joint Kriteria Radiograf : 28 Gambar 15 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Antero Posterior Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang terlihat - Terlihat distal femur dan proksimal tibia dan fibula - superposisi dengan femoral condyles medial. Lateral condyles femur dan tibia ditunjukkan dengan baik, dan medial dan lateral ruang sendi tampak tidak sama 2) Posisi - Objek dalam posisi oblique ditunjukkan dengan proksimal persendian tibiofibular - terbuka dengan lateral condyles femur dan tibia terlihat pada hasil. Caput dan leher fibula tidak superposisi dan kira-kira setengah patella bebas superposisi dengan femur 3) Kolimasi dan CR - Ruang knee joint berada di pertengahan CR dan luas lapangan kolimasi. 4) Kriteria Eksposi - Eksposi yang optimal tanpa pergerakan terlihat dengan tampaknya soft tissue di area knee joint, dan trabekula tulang terlihat jelas dan tajam. Caput danleher fibula tidakoverekspose. 29 6. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR WEIGHT BEARING(Berdiri) Gambar 16 Posisi Knee untuk Proyeksi Antero Posterior Weight Bearing (Ballinger, 2007) Leach, Gregg, dan siber merekomendasikan bahwa proyeksi weight bearing Antero Posterior bilateral akan lebih sering digunakan di pemeriksaan radiografi pada arthtritic knees. Mereka menemukan bahwa weight bearing mempelajari tentang pembatasan ruang sendi yang terlihat normal dalam pembelajaran non weight bearing PP : Tempatkan pasien dalam posisi tegak dengan bagian belakang menempel grid vertical. PO : Atur posisi knee pasien di pertengahan IR. Letakkan jari-jari kaki lurus didepan, dengan kaki diberi sedikit jarak untuk keseimbangan. Minta pasien untuk berdiri lurus dengan knee full ekstensi dan lebar sama besar pada kaki. ½ inchi (1,3 cm) bawah permukaan patella terletak di pertengan IR. FFD : 90 Cm CR :Horizontal terhadap bidang film CP : pertengahan kedua knee joint Kriteria Radiograf : 30 Gambar 17 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Antero Posterior Weight Bearing (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang terlihat - Tampak distal femur, proksimaltibia, dan fibuladanruang femorotibial joint terlihat bilateral. 2) Posisi - Tidakadarotasiantara kedua knee terlihatdari femoral - dantibial condyles simetris. Sedikitbagianproksimal fibula superposisi dengan tibia. 3) Kolimasi dan CR - Ruang knee joint terlihat terbuka jika sudut CR benar - (parallel dengan tibial plateau) Lapangankolimasiharusberada di tengah ruang knee joint dan sedikit femur untuk menentukan poros panjang dari tulang panjang untuk ketetapan penjajaran. 4) Kriteria eksposi - Eksposi yang optimal harus menampakkan garis tepi patella - pada femur Soft tissue terlihat, tampaktrabekulatulang yang tajam, mengindikasikantidakadapergerakan. 31 7. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR WEIGHT BEARING (ROSENBERG METHOD) Berdiri Fleksi Gambar 18 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior Weight Bearing (Rosenberg Method) (Ballinger, 2007) PP : Pasien berdiri dengan aspek anterior knee berada di pertengahan grid vertical PO: Untuk proyeksi PA, pasien berdiri dengan kedua knee menempel di grid vertical. Pertengahan kaset berada pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apicies patella. Pasien menggenggam tepi grid dan knee difleksikan untuk menempatkan femur pada sudut 450 FFD :90 Cm CR :Horizontal terhadap petengahan kaset. CP :pertengahan kedua knee joint Kriteria radiograf : 32 Gambar 19 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Postero Anterior Weight Bearing (Rosenberg Method) (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang ditunjukkan - Distal femur, proksimal tibia, dan fibula, ruang femorotibial joint, dan intecondylar fossa terlihat bilateral atau unilateral. 2) Struktur Posisi - Tidakadarotasikedua knee terlihat jelas dengan femoral dan - tibial condyles simetris. Intercondylar fossa terbuka 3) Kolimasi dan CR - Ruang knee joint tampak terbuka jika sudut CR benar dan - tibia difleksikan 450. Ruang knee joint berada di pertengahan kolimasi. 4) Kriteria Eksposi - Eksposi yang optimal memperlihatkan intercondylar fossa - dan proksimal tibia dengan runag sendi yang membuka. Trabekulatulangtampakjelas dan tajam, mengindikasikantidakadapergerakan. 8. PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA OBLIQUE)Rotasi Medial 33 Gambar 20 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007) PP : Pasien prone diatas meja pemeriksaan PO : Kaki dirotasikan ke arah medial, angkat hip pada bagian yang tidak sakit agar objek membentuk sudut 450 medial. Letakkan fiksasi dibawah hip, jika diperlukan. FFD : 90 Cm CR : Tegak lurus terhadap knee joint CP :Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella. Kriteria Radiograf : 34 Gambar 21 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Postero Anterior Oblique ke arah medial (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang ditunjukkan - hasilgambarmenunjukkanproyeksi PA oblique dari rotasi femoral condyles medial, patella, tibial condyles, tiniofibular joint proksimal, dan caput fibula. 2) Kriteria Evaluasi 9. - Tibia danfibulahterpisahpadapersambunganbagianproksimal Posterior tibia Lateral condyles dari femur dan tibia Keduatibia plateau Knee joint terbuka Tepi patella terproyeksisedikit melebihi sisi medial femoral - condyle Soft tissue di area knee joint Detail tulangpadadital femur dan proksimal tibia PROYEKSI POSTERO ANTERIOR OBLIQUE (PROYEKSI PA OBLIQUE) Rotasi Lateral 35 Gambar 22 Posisi Knee untuk Proyeksi Postero Anterior Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007) P P: Pasien prone diatas meja pemeriksaan PO :Angkat hip joint pada bagian yang sakit, dan rotasikan jari kaki dan knee ke arah lateral agar membentuk sudut sebesar 450.Beri fiksasi pada hip. Holmblad merekomendasikan knee difleksikan sebesar 100. CR : Tegak lurus terhadap knee joint CP : Pada ½ inchi (1,3 cm) bawah apex patella. Kriteria Radiograf : 36 Gambar 23 Gambaran Radiograf Knee Joint Normal pada Proyeksi Postero anterior Oblique ke arah lateral (Ballinger, 2007) 1) Struktur yang ditunjukkan - Hasilgambardariproyeksi PA oblique menunjukkan rotasi lateral femoral condyles, patella, tibial condyles, dan caput fibula. 2) Kriteria Evaluasi - Medial femoral dantibial condyles Tibial plateau Knee joint terbuka Fibula superposisidiatasbagian lateral tibia Tepi patella terproyeksisedikitmelebihi femoral condyles - lateral. Soft tissue di daerah knee joint Detail tulangpada distal femur dan proksimal tibia BAB III METODE PEMERIKSAAN A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan 37 Tempat pelaksanaan pemeriksaan : ruangan pemeriksaan instalasi Radiologi RS Bhayangkara Makassar pada tanggal 29 desember 2014. B. Kronologis Riwayat Pasien Nama : Hj. Saodah Umur : 87 Tahun Klinis : Osteoarthtritis Ruangan : Poli Penyakit Dalam Pasien merasakan nyeri pada bagian lutut saat beraktivitas, hal tersebut dirasakan sejak beberapa tahun yang terakhir. Pasien bahkan susah untuk berdiri dan tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat dikarenakan nyeri pada daerah lutut tersebut. Karena keluarga merasa khawatir akan penyakit ibunya, maka sang ibu di antar berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Bhayangkara dengan klinis osteoartritis. Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat maka doker merujuk pasien tersebut ke bagian radiologi untuk melakukan pemeriksaan foto Genu. C. Persiapan Alat Dan Bahan 1. Pesawat Sinar-X Gambar 24. Pesawat Sinar-X Tabung 38 Thosiba Electron Tubes & Devices CO., LTD 1385, Shimoishigami, Otawara-Shi, Tochigi 324-8550 Made In Japan Manufactured : januari 2012 Unit Model : E7239X Ser. No : 12A1294 Insert Model : E7239 Ser. No : 2A0835 Max. Voltage : 125 kV Focal Spot : 2.0/1.0 Permanent Filtration : 0.9 Al/75 Stator : XS-AV Kolimator REF : MRC SN : AEC1220051 Feb. 2012 Inferent Filtration : 1.2 mm Al eq Line power Rating : 24~, 6A, 50/60 Hz Meja kontrol Meja pemeriksaan REF : PBT-4 SN : AET1220042 Feb. 2012 2. Kaset ukuran 35×35 cm 3. Film ukuran 35×35 cm @ 2 lembar 4. Mesin Pencuci Film Gambar 25. Automatic Processing 5. Marker D. PROSEDUR KERJA #proyeksi AP Bilateral Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. 39 PP : pasien erect AP PO: kedua kaki erect dengan true AP, tempatkan knee joint pada garis tengah kaset, marker sesuai letak objek. CP : Pertengahan Kaset CR : Tegak Lurus bidang Film FFD : 100 cm # proyeksi Lateral PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan PO : kaset dibagi 2 kaki yang diperiksa fleksio, kaki yang tidak doperiksa lurus, dan tempatkan condylus medialis pada titik tengah kaset,marker sesuai letak objek. CP : pada Condylus Medialis CR : Tegak Lurus Bidang Film FFD : 100 cm E. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus Di RS Pemeriksaan articulasio Genu # proyeksi AP Bilateral Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan PO: kedua kaki lurus diatas kaset dalam posisi AP dan letakkan bagian knee joint pada garis tengah kaset. Marker sesuai dengan letak kaki (R/L). CP : Pertengahan Kaset CR : Tegak Lurus bidang Film FFD : 100 cm Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12 Gambar 26. Posisi Pasien AP # proyeksi Lateral 40 PP : pasien duduk di atas meja pemeriksaan PO : kaset dibagi 2 dengan knee joint fleksio dan tempatkan condylus medialis pada titik tengah kolimatordan gunakan marker sesuai dengan bagian genu yang diperiksa (R/L) CP : pada Condylus Medialis CR : Tegak Lurus Bidang Film FFD : 100 cm Faktor Eksposi : kV :46 – mA : 80 – s : 64 – mAs : 5.12 Gambar 27. Posisi Pasien Lateral BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus Dari hasil pemeriksaan ini maka diperoleh radiograf Gambar 28. Radiograf Proyeksi AP Gambar 29. Radiograf Proyeksi Lateral Dengan hasil interpretasi Dokter : 42 Gambar 30. Hasil Baca Dokter Dokter Pemeriksa : dr. Hj. Erlyn Sp.Rad Hasil pemeriksaan : Aligmen artis genu D/S baik, tidak ada dislokasi Tulang-tulang pembentuk artik genu D/S intak tidak ada destruksi tulang atau spur Celah sendi baik Mineralisasi tulang berkurang Kesan : Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis B. Pembahasan Laporan Kasus 43 Teknik pemeriksaan knee joint pada instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berbeda dengan teori untuk kasus osteoarthtritis. Pada kasus osteoarthtritis seharusnya pemeriksaan dilakukan dalam keadaan berdiri (kecuali proyeksi lateral), hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tulang dalam menahan berat badan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam kasus ini kurang memperoleh hasil yang optimal karena pemeriksaan dilakukan dalam posisi duduk. Dari pemeriksaan yang dilakukan maka diperoleh hasil kandungan mineral dalam tulang sudah berkurang, ditandai pula dengan penurunan massa yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang sehingga memperoleh kesan Oesteoporosis. BAB V PENUTUP 44 A. Kesimpulan Osteoarthritis merupakan akibat dari terlalu sering menggunakan sendi, misalnya karena keras berolahraga, obesitas, atau penuaan. Jika Anda seorang atlet atau penari, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa lutut atau pinggul Anda sakit ketika Anda turun dari tempat tidur di pagi hari. Sebaiknya tanyakan kepada dokter Anda mengenai osteoarthritis. Penyakit ini bisa menyerang lebih awal pada atlet atau mereka yang mengalami cedera di masa muda. Osteoarthritis di tangan seringnya diwariskan dan sering terjadi pada wanita paruh baya. Osteoarthritis paling sering terjadi pada sendi yang menanggung berat badan, misalnya lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang. Osteoarthritis ini sering datang secara bertahap selama berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun. Kecuali nyeri pada sendi yang terkena, biasanya Anda tidak merasa sakit, dan tidak ada kelelahan yang tidak biasa atau kecapaian seperti pada beberapa jenis arthritis lain. Dari kasus yang kami angkat, kami memperoleh diagnosa : “Tulang-tulang intak dengan Oesteoporosis” dengan klinis osteoartritis pada articulatio genu. B. Saran Dalam membuat suatu laporan akhir Praktek Kerja Lapangan sebaiknya mengambil referensi lebih banyak dari jurnal atau buku agar laporan yang dibuat lebih bagus. DAFTAR PUSTAKA http://aretnasih.blogspot.com/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html 45 http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Symptoms%28Indonesian%29.aspx http://www.news-medical.net/health/Osteoarthritis-Causes.aspx http://ayoncrayon5.blogspot.com/2012/11/osteoarthritis.html http://radiografernotes.blogspot.com/2014/01/teknik-pemeriksaan-genuknee-joint.html LAMPIRAN A. Pengantar Foto 46 B. Hasil Baca Laporan Kasus C. Biodata Anggota Kelompok 1. NAMA LENGKAP : SITI INDAH SUCI PANGGILAN : SUCI NIM : 13130 KELAS :C 47 T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : KARIANGO, 25 NOVEMBER 1995 : TAKALAR : SMK NEGERI 6 TAKALAR : JL. MANNURUKI XIII NO. 18 MKS : NONTON : 085256130432 : [email protected] 2. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : JUNAERAH : HERA : 13107 :C : SINJAI, 14 MARET 1996 : SINJAI : SMA NEG 2 SINJAI : Jl. TARAKAN KOMP. PU B/G1 NO.115 :JALAN-JALAN 3. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : MUTMAINNAH MUSTAJAB : INNAH : 13029 :A : BONTO KAPPONG, 06 JULI 1995 : GOWA : M.A SYECH YUSUF : BIRING NGALA’ : NONTON 4. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP : ANNA RUFAIDAH : ANNA : 13095 :C : POLO PANGALE, 07 JULI 1995 : MAMUJU : SMA BUQ’ATUN MUBARAK : Jl. Dr. Samratulangi : NONTON : 081341962646 : [email protected] : 085241653619 :- : 085298801021 48 EMAIL : [email protected] 5. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : NUTRISNAWATI LA HASIMI : ISNA : 13118 :C : DESA BARU, 07 AGUSTUS 1995 : TERNATE : SMA NEG 1 OBI : Jl. Baji Pangaseng, Cendrawasih : 6. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : FITRIANI BUNGA LALANG : FITRI : 13059 :B : MATARIN, 05 MARET 1995 : PALOPO : SMA NEG 1 WALENDRANG : Jl. Ince Nurdin : 7. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : AWALUDDIN SYAHPUTA : AWAL : 13007 :A : UJUNG PANDANG, 23 NOVEMBER 1995 : MAKASSAR : SMA NEG 20 MAKASSAR : Jl. Abd. Kuddus Bontoa : 8. NAMA LENGKAP PANGGILAN NIM KELAS T.T.L : RIRIN : RIRIN : 13126 :C : BAU-BAU, 1 DESEMBER 1995 : 082293841818 : [email protected] : 085398120432 :- : 082349132537 : [email protected] 49 ASAL DAERAH ASAL SMA ALAMAT HOBBY CONTACT PERSON HP EMAIL : BAU-BAU : SMA NEG 1 BAU-BAU : Jl. Pampang : : 085394533307 : D. Dokumentasi Kegiatan PKL 50 51 52 53