92 BAB VIII PENUTUP VIII.1 Kesimpulan Studi inklusi fluida dan mineralogi hidrotermal terhadap sampel batuan Sumur Beta-01 menunjukkan bahwa sistem panas bumi Lapangan “Beta” merupakan sistem panas bumi konvektif dengan tipe liquid dominated. Sistem panas bumi Lapangan “Beta” pada masa lampau memiliki temperatur sebesar 135 – 290 °C yang dapat dikategorikan sebagai sistem bertemperatur sedang hingga tinggi. Fluida panas bumi Lapangan “Beta” pada masa lampau termasuk ke dalam fluida bersalinitas rendah. Berdasarkan hubungan temperatur homogenisasi dan salinitas semu dari fluida panas bumi Lapangan “Beta” pada masa lampau menunjukkan bahwa telah terjadi percampuran antara fluida panas bumi di kedalaman dengan fluida lain yang memiliki temperatur dan salinitas yang lebih rendah pada kedalaman 778 mKU dan 927,63 mKU. Berdasarkan karakteristik kimia fluida panas bumi masa kini yang muncul sebagai mata air panas, maka tipe fluida panas bumi Lapangan “Beta” termasuk ke dalam tipe air masin (moderately saline). Nilai salinitas yang cukup tinggi tidak disebabkan oleh adanya percampuran dengan air laut melainkan disebabkan oleh proses alamiah dari interaksi fluida dengan batuan. Tidak adanya percampuran dengan air laut dibuktikan dengan perbedaan yang kontras antara rasio unsur-unsur yang terdapat di dalam fluida panas bumi dengan rasio –unsurunsur yang terdapat di dalam air laut. Tidak adanya pengaruh air laut terhadap 93 mata air panas yang muncul baik di sekitar pantai maupun ke arah daratan menunjukkan bahwa sistem panas bumi Lapangan “Beta” merupakan sistem tertutup yang tidak terpengaruh oleh air laut. Hasil perbandingan studi inklusi fluida antara Lapangan “Beta” dan Lapangan Tiwi (Moore et al., 2000) menunjukkan bahwa tidak ada masukan air laut ke dalam sistem Lapangan “Beta” pada masa lampau. Hal tersebut ditunjukkan dari kontras nilai salinitas semu antara inklusi fluida dari Lapangan “Beta” dengan Lapangan Tiwi. Sistem panas bumi Lapangan Tiwi yang mendapat masukan air laut dicirikan dengan nilai salinitas semu yang setara hingga melampaui nilai salinitas semu air laut. Sumber fluida yang membentuk fluida panas bumi Lapangan “Beta” diperkirakan berasal dari air meteorik yang memiliki temperatur dan salinitas rendah. Adanya masukan air meteorik ke dalam sistem di kedalam dicirikan dengan kehadiran mineral oksida, yaitu hematit yang ditemukan di setiap kedalaman Sumur Beta-01. Pembentukan mineral hematit mencirikan adanya fluida kaya oksigen yang hanya dijumpai di dalam air meteorik. Kondisi sistem panas bumi Lapangan “Beta” masa kini yang memiliki temperatur bawah permukaan terduga sebesar 190 – 260 °C dengan tipe fluida netral menunjukkan bahwa Lapangan “Beta” layak untuk dikembangkan. Sistem panas bumi Lapangan “Beta” tidak dipengaruhi oleh air laut sehingga kekhawatiran akan dampak negatif paska pengembangan lapangan, seperti korosi dan scaling pada sumur pemboran tidak akan terjadi di masa mendatang. 94 VIII.2 Saran Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan metode yang lebih bervariasi untuk mempelajari kondisi panas bumi Lapangan “Beta” secara keseluruhan, antara lain sebagai berikut. 1. Validasi temperatur masa kini melalui pemanasan Sumur Beta-01 Pengukuran temperatur sumur melalui proses pemanasan “Heating up” dengan waktu pemanasan yang lebih lama untuk mengetahui temperatur stabil sumur. Temperatur stabil ini kemudian dapat digunakan sebagai data pembanding untuk mengetahui perubahan temperatur dari sistem panas bumi Lapangan “Beta” sejak masa lampau hingga masa kini. 2. Analisis isotop stabil Oksigen-18 dan Deuterium terhadap mata air panas untuk mengetahui asal dari fluida yang membentuk fluida panas bumi Lapangan “Beta”. 3. Strategi pengembangan Lapangan “Beta” Penyelidikan hidrogeologi untuk memetakan potensi air tanah dan ketinggian muka air tanah di daerah penelitian. Pemetaan potensi air tanah untuk memastikan keseimbangan antara discharge water dan recharge water dari fluida panas bumi paska eksploitasi. Hal tersebut ditujukan demi keberlangsungan siklus hidrologi panas bumi. Pemetaan ketinggian muka air tanah ditujukan untuk merekonstruksi zona pertemuan (interface) antara air tawar dan air laut. Dengan membuat rekonstruksi interface air tawar dan air laut maka dapat dilakukan perkiraan kedalaman terjadinya masukan air laut ke dalam sistem. 95 Survei geofisika dengan metode gravitasi yang digunakan untuk mengetahui besarnya nilai gravitasi secara lateral dari perbedaan densitas batuan yang diukur. Anomali gravitasi yang didapatkan dari batuan yang memiliki densitas berberda mengindikasikan adanya suatu bentukan atau objek geologi asing dari kondisi sekitarnya yang terpendam di bawah permukaan. Aplikasi metode ini dalam eksplorasi sumberdaya energi panasbumi lebih ditekankan untuk tujuan menemukan dan menentukan lokasi keterdapatan sumber panas. 4. Analisis dampak pengembangan lapangan panas bumi terhadap lingkungan Analisis kerentanan unit lahan secara fisik pada wilayah kerja panas bumi berdasarkan tingkat kelerengan, curah hujan, dan kepekaan tanah yang dapat menyebabkan adanya gerakan massa paska reinjeksi fluida panas bumi. Pemetaan ketinggian muka air tanah secara rutin paska eksploitasi untuk mengetahui adanya kemungkinan penurunan muka air tanah yang dapat disebabkan oleh ekstraksi fluida panas bumi dari reservoar dalam jumlah besar.