MASALAH DAN LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap melakukan penelitian, harus terlebih dahulu memiliki sebuah masalah. Dimana masalah yang ada akan dicari kembali secara ilmiah untuk mendapatkan data dan kegunaan tertentu. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi baik secara teori maupun secara praktek. Adanya jenis-jenis permasalahan akan dapat menjadi acuan tentang masalah yang akan diteliti dan mempermudah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan suatu pertanyaan atau rasa keingin tauan peneliti yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. PENGERTIAN MASALAH Memilih dan merumuskan masalah penelitian merupakan langkah awal yang paling utama untuk memulai proses penelitian, menurut John Dewey langkah awal dalam memulai metode ilmiah adalah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti. Masalah adalah suatu yang paling penting dalam melakukan proses penelitian. Proses penelitian yang akan dilakukan haruslah berangkat dari masalah. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2005), apapun bentuk penelitian, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah untuk menemukan solusi yang dapat digunakan sebagai keputusan. Oleh sebab itu, Madrie dalam Sudjarwo (2001:1) menyatakan bahwa hakikat masalah itu adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pada hakikatnya masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk hambatan, kesulitan atau rintangan yang muncul dalam suatu bidang yang diteliti yang perlu dihindari dan disingkirkan untuk dicari solusi atau jawabannya. Keberadaan suatu masalah merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawarkan dalam melakukan penelitian. Penelitian muncul selalu berawal dari adanya suatu masalah yang timbul dilapangan maupuan suatu yang masih menjadi pertanyaan bagi peneliti dan masyarakat. Masalah merupakan tempat awal berpijak untuk melakukan penelitian, untuk selanjutnya dipecahkan melalui langkah-langkah yang sistematis seperti yang ada dalam sebuah penelitian ilmiah. Masalah yang akan diteliti hendaklah jelas, konkrit yang memerlukan solusi penyelesaian sehingga mendapat keputusan atau hasil penelitian. Sebagian besar peneliti pemula menganggap bahwa penelitian berawal dari penetapan judul. Anggapan ini tidak benar karena penelitian berawal dari aktivitas menemukan masalah, apabila masalah telah ditemukan maka upaya penyusunan judul merupakan hal yang paling mudah dilakukan. Misalnya pada saat melakukan wawancara kepada siswa dalam menemukan masalah prestasi belajar, siswa dapat memberikan informasi prestasi belajar mereka sangat rendah. Informasi selanjutnya menunjukkan bahwa prestasi belajar mereka rendah akibat minimnya tenaga pengajar serta sarana dan prasarana belajar yang tidak memadahi. Rendahnya prestasi belajar dikarenakan minimnya tenaga pengajar serta sarana dan prasarana tersebut merupakan sebuah masalah yang dapat diteliti dan dijadikan bahan menyusun judul. Masalah yang sering muncul bagi peneliti adalah memilih masalah dari beberapa masalah. Masalah bisa timbil dalam rangkaian masalah yang begitu kompleks untuk dipisahkan satu persatu. Pemilihan masalah adalah pelit atau rumit dan sangat sulit bagi peneliti. Hal itu dikarenakan kebanyakan masalah yang dihadapi dalam bidang sain sosial dan pendidikan masih pada tahap konsep dan gagasan. Dengan kata lain adalah masalah Page 1 yang timbul masih hanya sebatas peringkat pemikiran. Pemilihan masalah dan perumusan masalah dalam penelitian merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam memulai penelitian dibidang apa saja. JENIS JENIS PERMASALAHAN Rumusn masalah penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu permasalahan Deskriptif, Komparatif dan Asosiatif. Tiga jenis permasalahan ini ditinjau dari pendapat beberapa ahli, di antaranya adalah: 1. Permasalahan Deskriptif Permasalahan deskriptif yaitu suatu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menghubungkan dengan variabel lain hanya menggambarkan variabel saja (Riduwan, 2009). Sedangkan menurut Sugiono, 1994 dalam bukunya hal 36-39 Permasalahan deskriptif adalah suatu masalah yang berkenaan dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbadingan dan menghubungkan antar variabel. Atau dengan kata lain permasalahan deskriptif adalah bentuk masalah yang berkaitan dengan suatu keadaan, fenomena, peristiwa yang terjadi pada saat ini. Dari masalah deskriptif ini kemudian timbul tindakan penelitian deskriptif, termask di dalamnya penelitian survey dan sejarah (Zainal, 2011). Contoh masalah deskriptif : a. Bagaimana peran mahasiswa dalam menuntut keadilan di pihak kampus? b. Seberapa tinggi motivasi belajar mahasiswa Bimbingan Konseling? c. Sejauh mana evaluasi peningkatan hasil prestasi Bimbingan konseling semester 5? 2. Permasalahan Komparatif Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel pada dua sampel atau lebih (Sugiono, 1994). Dengan kata lain permasalahan komparatif adalah permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih (Riduwan, 2009). Seperti yang dikemukakan juga oleh (Zainal, 2011) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian mengungkapkan permasalahan komparatif adalah bentuk masalah yang sifatnya membandingkan dua variabel atau lebih, dari masalah komparatif ini kemudian timbul tindakan penelitian komparatif. Contoh masalah komparatif : a. Apakah terdapat perbedaaan prestasi belajar antara peserta didik yang berasal dari kota dan berasal dari desa? Keterangan: penelitian ini membahas satu variabel dengan dua sampel. b. Mana yang lebih tinggi prestasi siswa anak guru dengan anak wiraswasta? c. Adakah perbedaan kemampuan berkomunikasi antara siswa yang berasal dari SMA Negeri dengan siswa yang berasal dari SMA swasta? 3. Permasalahn Asosiatif Bentuk rumusan masalah assosiatif atau korelasional memiliki sifat yang menghubungkan dua variabel atau lebih, baik dengan cara korelasi sejajar (seperti Page 2 kemampuan berbahasa inggris dengan penguasaan perbendaharaan kata) maupun korelasi sebab akibat (seperti tinggi rendahnya prestasi belajar dengan motivasi belajar). Adapun menurut sifat hubungannya terdiri dari tiga jenis yaitu: a. Hubungan simetris Hubungan simetris ialah hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih. Contoh : 1. Bagaimana hubungan postur tubuh seseorang dengan gaya kepemimpinan? 2. Sejauh mana hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan organisasi dengan tingginya prestasi belajar? b. Hubungan kausal. hubungan kausal atau sebab akibat adalah hubungan yang menunjukkan sebab akibat yang bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian ada variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). c. Hubungan interaktif. hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam jenis ini tidak diketahui mana variabel bebas dan mana variabel terikat. CARA MERUMUSKAN MASALAH Rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan atau pernyataan yang menanyakan hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 2001, hal. 28-29). Apabila masalah telah teridentifikasi dan peneliti telah membatasi hal-hal apa saja yang akan diteliti maka langkah berikutnya adalah merumuskan masalah penelitian, Rumusan masalah penelitian merupakan petunjuk yang mengarahkan peneliti untuk memformulasikan secara ringkas, jelas dan tajam tentang permasalahan utama yang ada di latar belakang, identifikasi masalah penelitian. Masalah yang hendak diteliti hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau pernyataan dan bersifat spesifik atau rumusan masalah dapat diformulasikan dalam sebuah pertanyaan atau pernyataan penelitian. Pertanyaan atau pernyataan ini nantinya akan terjawab setelah ada hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan/analisa (Indriantoro dan Supomo, 1999, hal. 49; Umar, 2001). Menurut Fraenkel dan Wallen dalam Sugiono (2005:34) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah sebagai berikut: 1. Masalah itu harus dapat dicari solusi atau jawabannya melalui sumber yang tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu. 2. Masalah harus jelas, semua orang memberikan pandangan yang sama tentang masalah tersebut. 3. Masalah harus signifikan, jawaban dari masalah itu haruslah memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan solusi bagi masalah manusia. 4. Masalah bersifat etis, yakni tidak berkenaan dengan etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Mungkin tidak etis melakukan penelitian tentang agama. Seperti terlihat dalam laporan-laporan masalah harus fleksibel, maknanya penelitian bahwa perumusan masalah diawali dengan adanya eksplorasi masalah penelitian yang dideskripsikan peneliti didalam latar belakang masalah, kemudian membuat intisarinya dalam identifikasi masalah (Umar, 2001) baik secara identifikasi teoritis maupun empiris, membatasi masalah yang telah teridentifikasi, merumuskan masalah yang telah dibatasi, dan diakhiri dengan tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diformulasikan dalam Page 3 rumusan masalah. Masalah harus dirumuskan dengan jelas dan tidak bermakna ganda atau memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu. Langkah awal sebelum masalah dirumukan maka peneliti dapat melakukan pengkajian awal sebagai latar belakang masalah, yang memuat aktivitas masalah dan menggali hal-hal yang dirasa penting untuk dijadikan suatu kajian penelitian. Relevansi dengan latar belakang masalah yang ada, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah, sebagai kegiatan mengumpulkan berbagai masalah yang ada dalam objek penelitian atau bahkan masalah yang ada di luar penelitian. Selanjutnya berbagai masalah yang telah teridentifikasi dibatasi pada ruang lingkup yang lebih sempit, faktor atau variabel yang sangat dominan atau kuat melatar belakangi masalah. Masalah yang telah dibatasi lalu dirumuskan secara spesifik, agar masalah dapat terjawab secara akurat. Rumusan masalah dapat diformulasikan dalam sebuah pertanyaan penelitian. Seterusnya dilanjutkan memformulasikan kepada hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara dari rumusann masalah. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasari oleh data yang empiris dan didapatkan dari pengumpulan data. Tuckman dalam Sugiono (2005:34) menyatakan rumusan masalah yang baik adalah menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun bentuk rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasinya, karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena atau gejala-gejala serta peristiwa berdasarkan data yang terkumpul. Dalam merumuskan masalah secara spesifik teori memainkan peranan penting yang menghubungkan dengan variabel-variabel yang hendak diteliti. KESIMPULAN Setiap penelitian pasti bertitik tolak dari suatu masalah. Ketika akan melakukan penelitian, pertama yang harus dicari adalah masalahnya,bukan apa judulnya. Satu masalah bisa melahirkan banyak judul tetapi satu judul hanya berisi satu masalah. Setiap permasalahan berupa sebuah pertanyaan yang harus dicari jawabannya. Sehingga munculah rumusan masalah yang merupakan pemetaan faktor atau variabel yang terkait dengan fokus masalah. Adanya rumusan masalah akan menjadi petunjuk bagi penulis untuk memformulasikan secara ringkas, jelas dan tajam tentang permasalahan yang akan diteliti. Sehingga peneliti bisa dengan jelas mendapatkan jawaban dari masalah yang diteliti. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, (2011) Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Iskandar, (2009) Penelitian Tindakan Kelas, Ciputat: Gaung Persada. Sukmadinata, Nana S. (2011) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ________ Oleh: Hesti Ratna Dewi (disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian, dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.) Page 4