BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR TEORI 1

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TEORI
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir (Prawirohardjo,
2006).
Kehamilan adalah fertilisasi sel spermatozoa dan ovum yang
akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2010; h. 213).
Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur
dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang
terpisah. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan
berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin
dapat dimulai (Bopak, 2005,p.74).
b. Tanda atau gejala
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil
dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori, persumsi, yaitu
perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan,
perubahan,
payudara) ;
kemungkinan,
yaitu perubahan yang
10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
11
diobservasi oleh pemeriksa (misalnya tanda Hegar, ballotment, tes
kehamilan, dan pasti (misalnya ultrasonografi, bunyi denyut jantung
janin) (Bobak, 2005; h. 106)
(1) Tanda Dugaan Hamil
1) Amenorea (tidak dapat haid) gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidaak dapat haid lagi. Penting
diketahui tanggal pertama haid terakhir supaya ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan
terjadi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid
terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur
2)
Kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (HTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele : TTP = (hari
HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1) (Mochtar R, 2012 ;
h. 35)
3) Nausea (enek) dan emesis (muntah) terjadi karena umumnya
pada bulan-bulan perta,a kehamilan, disertai kadang-kadang
oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu.
Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam batasbatas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau
sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan
disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)
4) Mengidam (ingin makanan khusus) ibu hamil sering meminta
makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan
triwulan pertama, mereka juga tidak tahan satu bau – bauan
(Mochtar, 2012 ; h.35)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
12
5) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat
ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai
pada
bulan-bulan
pertama
kehamilan.
Hilang
sesudah
kehamilan 16 minggu.
6) Mammae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini
disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang
duktuli
dan
alveoli
dimammae,
glandula
montgomery tampak lebih jelas (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)
7) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) pada bulan-bulan pertama
tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga
jangan sampai salah pengertia makan untuk “dua orang”,
sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
8) Sering kencing, terjadi karena kandung kencing pada bulanbulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang
oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga
panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali karena
janin mulai masuk keruang panggul dan menekan kembali
kandung kencing.
9) Konstipasi/obstipasi, terjadi karena tonus otot menurun yang
disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
10) Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas.
Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit
pigmen
yang
berlebihan,
dikenal
sebagai
chloasma
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena
didapatkan deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher
menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba digaris tengah
abdomen menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini
terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta
yang merangsang melanofor dan kulit.
11) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi
pada triwulan pertama.
12) Varises, sering dijumpai pada trimester terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida
kadang-kadang
varises
ditemukan
pada
kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan
pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala
pertama kehamilan muda.
(2)Tanda Kemungkinan hamil
1) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uteri dari arah yang berlawanan.
2) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan
keunguan pada v Tanda Piscaseck merupakan pembesaran
uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi
pada daerah dekat dengan kornu tersebut dapat dikenali
melalui pemeriksaan bimanual pelvikpada usia kehamila
kedelapan hingga sepuluh minggu (Saifuddin, 2008; h.217219)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
3) Tanda
Braxton-Hicks,
bila
uterus
dirangsang
mudah
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.
Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak da
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks
tidak ditemukan.
4) Teraba ballotment, ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang
dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
5) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi tanda human
chorionic gonadothropin (hCG). Horon diekskresi di peredaran
darah ibu (pada plasma darah) diekskresi pada urine ibu
(Walyani, 2015 ; h. 73)
6) Vulva dan mukosa vagina termasuk juga poriso dan serviks.
(3) Tanda Pasti Kehamilan
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh
ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan padaa multigravida
pada 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari
kehamilan
terdahulu.
Gerakan
janin
kadang-kadang
pada
kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa,
balotment dalam uterus dapat diraba pada kehamilan lebih tua.
Bila dilakukan pemeriksaan dengan rontgen kerangka fetus mulai
dapat dilihat. Dengan alat fetal electro cadiograph denyut jantung
janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu. Dengan memakai
alat dengan sistem Dopler dapat pula dicatat denyut jantung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
Keuntungan cara yang terakhir ini adalah bahwa janin tidak
terpengaruh seperti oleh sinar rontgen. Dengan stetoscop laennec
bunyi jantung janin baru dapat didengar pada kehamilan 18-20
minggu. Pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan
nadi ibu karena pembuluh - pembuluh darah uterus membesar.
Dalam triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bunyi
jantung janin dapat pula didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar
janin, ialah kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil ialah kaki
dan lengan, dapat diraba dengan jelas, pada primigravida kepala
janin mulai turun pada kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan
multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru
permulaan partus. Dari keseluruhan yang diuraikan diatas, maka
diagnosis pasti kehamilan dapat ditegakkan dengan :
1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin
2) Dapata dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan
beberapa cara
3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotmet
4) Pada pemeriksaan sinar rontgen tampak kerangka janin
5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran
kantong janin, panjangnya janiin (crown-rump) dan diameter
bipaietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan
selanjutnya
dapat
dipakai
bila
ada
kecurigaan
dalam
kehamilan mola, blighted ovum, kematian janin iontra uterin,
anensefali, kehamilan ganda, hidramnion, plasena previa dan
tumor
pelvis,
pemeriksaan
dengan
ultrasonografi
pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
kehamilan 16-18 minggu yang diperkirakan aman meman
menjadi pegangan untuk
pasien dan dokternya untuk
pengawasan lebih yakin dan mantap.
(4) Fetoskopi (Prawirohardjo, 2009 h.129-130).
a) Perubahan pada sistem reproduksi
(1) Uterus
2.1 Tabel pembesaran uterus
Involusi
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Bayi Lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri Lahir
2 jari dibawah pusat
750 gram
1 minggu
Pertengahan pusatsimpisis
500 gram
2 minggu
Tak teraba diatas
simpisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
Sumber: Sulistyawati (2009)
(2) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh
plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.
Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat.
(3) Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus
dan jaringan intertesial payudara.
(4) Perubahan psikologi dalam masa kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
(a). Pada kehamilan trimester 1
Setelah terjadinya peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai
macam
ketidaknyamanan
secara
fisiologis
pada
ibu
misalnya mual, muntah, dan pembesaran pada payudara.
Hal ini akan membuat perubahan psikologis seperti ibu
membenci
kehamilanya,
merasakan
kekecewaan,
penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Pada trimester ini
mencari tahu secara aktif apakah benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan bila terjadi
perubahan pada dirinya maka akan selalu diperhatikan (Hani
dkk,2011 : 68 )
(b). Pada trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode
kesehatan yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman
dan bebas dari segala ketidaknyamanan fisik dan ukuran
perut wanita belum menjadi masalah besar. Lubrikasi vagina
semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran,
dan masalah-masalah yang sebelumnya
ambivalensi
menimbulkan
pada wanita tersebut mereda. Menjadi
seorang yang memcari kasih sayang dari pasanganya, dan
semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan
kepuasan seksual (Walyani, 2015 : 55).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
(c). Pada Trimester III
Trimester tiga biasanya disebut periode menunggu
dan waspada sebab pada saat itu ibu sudah tidak sabar
menunggu kehadiran bayinya keluar kedunia.gerakan bayi
dan membesarnya perut membuat ibu merasa khawatir
bayinya akan lahir sewaktu-waktu atau bahkan lahir tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan berusaha melindungi dan
menghindari bayinya dari orang atau benda apa saja yang
dapat membahayakan bayinya (Hani dkk, 2011 : 69).
c.
Kebutuhan gizi pada ibu hamil
Menurut (Kusmiyati dkk,2009:85) standar minimal untuk
ukuran lengan atas pada wamita dewasa atau usia reproduksi adalah
23,5 cm, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya
adalah kurang energi kronis (KEK) atau pemenuhan kebutuhan gizi
yang kurang. Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama
kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan
kesehatan yang serius pada ibu dan bayi. Yang berakibat terjadinya
anemia, abortus, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, bayi
lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur serta kematian
neonatal dan perinatal. Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak
harus dipenuhi dengan meningkatkan asupan energinya sebesar 285
kkal perhari, tujuanya untuk memasak dalam memenuhi kebutuhan
janin. Kurang energi kronis (KEK) itu sendiri disebabkan kurangnya
kebutuhan akan protein, sedangkan kebutuhan protein pada ibu
hamil
mengalami
peningkatan
sebanyak
68%
sehingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
menambahkan asupan protein menjadi 12% perhari atau 75
100gram, sumber protein yang baik yaitu daging tak berlemak, ikan,
telur, dan susu (Sulistyawati, 2011:107-108).
d.
Tanda bahaya dalam kehamilan
a.
Perdarahan per vaginam
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal, pada
awal kehamilan mungkin ibu akan mengalami perdarahan yang
sedikit
atau
spotting
disekitar
waktu
haidnya
terlambat.
Perdarahan ini dinamakan perdarahan implamantasi dan normal.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
berwarna merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahn yang
sangat menyakitkan, perdarahan ini dapat berarti abortus,
kehamilan mola, atau kehamilan ektopik (Hani dkk, 2011: 108)
1) Abortus imminens
Jenis abortus permulaan merupakan suatu ancaman, ditandai
dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis
abortus
imminens
biasanya
diawali
dengan
keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu. Penderita mengeluh mules sedikit ataupun tidak ada
keluhan
sam
sekali
kecuali
perdarahan
pervaginam
(prawirohardjo, 2010: 467)
2) Abortus insipens
Abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan
serviks yang telah mendatar dan ostium uteri telah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kovum
uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan
merasa mules karena adanya kontraksi yang sering dan
kuat, perdarahannya terus bertambah sesuai pembukaan
serviks uterus dan umur kehamilan (prawihardjo, 2010:
469)
3) Abortus inkomplet
Didiagnosa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal.
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan
membahayakan ibu. Servik terbuka karena maih ada
benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(walyani,2015: 147)
4) Abortus komplet
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap pada keadaan ini
curetase
tidak
perlu
dilakukan.
Perdarahan
segera
berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama
sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh
dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera
menutup kembali (walyani, 2015: 148)
5) Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi
terjadi diluar uterus. Tuba fallopi merupakan tempat yang
sering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
dari
90%)
tergantung
tanda
dengan
dan
gejalanya
pecah
atau
bermacam-macam
tidaknya
kehamilan
tersebut (Hani dkk, 2011: 112)
6) Mola hodatisoda
Merupakan
penyimpangan
pertumbuhan
dan
perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan
seluruh vili korealis mengalami perubahan hidrovik.
Terdapat beberapa kejadian, sebagai janin dapat tumbuh
dan berkembang bahkan sampai aterm, keadaan tersebut
dinamakan mola hidatisoda parsialis (Manuaba, 2010: 326)
b. Hipertensi gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi kronik
meningkatnya tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu.
Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering
berhubungan dengan hiperteni daam kehamiilan. Keadaan ini
yang mengakibatkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma
kepala, meningiti, dan ensefallis (Hani dkk, 2011: 112)
c. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang sangat fatal adalah sakit kepala hebat,
yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Bahkan
dapat menimbulkan penglihatan kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pembukaan (Rukiyah, 2009: 126)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
d. Bengkak pada muka dan tangan
Hampir sebagian ibu hamil akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki biasanya muncul sore hari dan hilang
setelah beristirahat atau meletakan kaki lebih tinggi. Bengkak
dapat menjadi serius jika muncul pada permukaan muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti keluhan
fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal
jantung, atau preeklamsia ( Hani dkk, 2010: 121)
e. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5
atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya
lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak sedikitnya 3 kali dalam waktu 3 jam. Gerakan
bayi akan mudah teraa jika ibu berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik (Rukiyah, 2009: 127).
e. Pelayanan antenatal (Antenatal Care)
Pelayanan
antenatal
merupakan
cara
penting
untuk
menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya
dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi, mempersiapkan persalinan, memberikan
pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses
alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan (Dewi, Tri sunarsih,
2011).
(a). Standar pelayanan antenatal
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal
paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
i). Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu).
ii). Satu kali pada triwulan kedua ( antara 14-28 minggu).
iii). Dua kali pada triwulan ketiga (antara 29-36 dan sesudah
minggu ke-36).
f.
Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali
kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal selama kehamilan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(a). 1 kali kunjungan pertama (K-1) selama trimester pertama (<14
minggu).
(b). 1 kali kunjungan kedua (K-2) selama trimester kedua (antara
minggu ke 14- 28).
(c). 2 kali kunjungan ketiga (K-3 dan K-4) selama trimester ketiga
(antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke-36) (Mufdlilah,
2009).
Perencanaan jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari
pertama haid terakhir) yang ideal adalah sebagai berikut:
(a). Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali.
(b). 28- 36 minggu : 2 minggu sekali.
(c). Diatas 36 minggu : 1 minggu sekali kecuali jika ditemukan kelainan
atau faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain,
pemeriksaan harus lebih sering dan intensif (Mufdlilah, 2009).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
Tabel 2.2 Jadwal kunjungan antenatal
Kunjungan
Waktu
Info Penting
Trimester I
Sebelum
minggu ke
14
Membangun hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dan ibu hamil.
Mendeteksi masalah dan menanganinnya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktik trdisional yang
merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi komplikasi.
Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat, dan sebagainnya).
Trimester II
Sebelum
minggu ke
28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan
khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria).
Trimester III
Antara
minggu 2836
Sama seperti di atas, ditamah palpasi
abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
Trimester III
Setelah 36
minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kondisi kelahiran di rumah sakit
(Sumber: Saifuddin, 2012;h. N-2)
1) Standar Pelayanan ANC
Menurut Saifudin (2009; h. 89-90) dimana dalam setiap
pertemuan harus memberikan asuhan standar minimal yang sering
disebut dengan 7T yaitu:
a) Timbang berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Ukur tinggi fundus uteri
d) Pemberian imunisasi TT lengkap
e) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
dimana tiap tablet besi mengandung fe so4 320 mg (zat besi
60mg) dan asam folat 0,5 mg
f) Tes terhadap penyakit menular seksual
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2.
PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dari
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono,2001).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam Mochtar,1998).
Persalinan normaladalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 minggu – 42 minggu) lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).
2. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
a. Power
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :
His adalah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan (his
persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
serviks terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan his
pelepasan plasenta, his pendahuluan tidak berpengaruh
terhadap serviks. Tenaga mengejan ( kontraksi otot – otot
dinding perut, kepala didasar panggul merangsang mengejan,
paling efektif saat kontraksi/his)
b. Passanger
Akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai manusia
dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12 (Sukarni, 2013;
h.194)
c. Passage
Bagian – bagian tulang panggul (2 Os Coxae, Os Cossygis, Os
Sacrum) (Sukarni, 2013; h.187)
Dibagi atas : bagian keras tulang – tulang panggul (rangka
panggul), dan bagian lunak (otot – otot, jaringan – jaringan, dan
ligamen – ligamen) (Mochtar, 2011; h.58)
d. Psikologis
Dalam
persalinan
terdapat
kebutuhan
emosional
jika
kebutuhan tidak tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan
jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang
berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang
merugikan.
e. Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
maternal dan neonatal. Pengetahuan dan kompetensi yang
baik diharapkan tidak ada kesalahan atau malpraktik yang
terjadi(Mochtar R,2012;h.58).
3. Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Sebelum
terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau
“harinya” yang disebut kala pendahuluan (prepatory stage of labor). Ini
memberikan tanda- tanda sebagai berikut :
a.
Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida, sedangkan pada
multipara tidak begitu ketara.
b.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c.
Perasaan sering- sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d.
Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus, kadang- kadang disebut “false labor
pains”.
e.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 2011).
a.
Tanda- Tanda Inpartu
1)
Kekuatan His makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
2)
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks,
dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran
lendir, lendir bercampur darah).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
3)
Dapat disertai ketuban pecah.
4)
Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks
(perlunakkan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan
serviks) (Manuaba, 2010).
4. Tahap-Tahap Persalinan
Menurut Kemenkes RI (2013) Persalinan dibagi menjadi 4 kala
yaitu:
1) Kala I dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Fase Laten
Dimulai dari pembukaan serviks 1cm sampai 3 cm yang
terjadi dalam 8 jam.
b) Fase Aktif
Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm yang terjadi
sekitar 6 jam.
2) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir,
3) Kala III yaitu segera setelah bayi lahir sampai pengeluaran plasenta
secara lengkap.
4) Kala IV adalah kala yang dimulai setelah plasenta lahir legkap
sampai 2 jam post partum.
5) Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan terdiri dari engagement, penurunan,
fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar dan ekspulsi
(Bobak.2005;h.246-248).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
1) Engagement
Merupakan masuknya kepala di pintu atas panggul (PAP)
dan terjadi peristiwa sinklitismus (sutura sagitalis berada
ditengah- tengah jalan lahir dan tepat diantara simfisis dan
promontorium). Pada primipara terjadi sebelum persalinan aktif
dimulai, karena otot- otot abdomen masih tegang, sehinnga
presentasi terdorong ke dalam panggul. Pada multipara yang
otot- otot abdomennya lebih kendur, kepala seringkali digerakkan
di atas permukaan panggulsampai persalinan dimulai.
2) Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi kepala
melewati panggul, terjadi peristiwa asinklintismus posterior
(sutura sagitalis mendekati simfisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari pada os parietal depan). Terjadi akibat tiga
kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung
kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma dan otot
abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Efek ketiga kekuatan
itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang panggul ibu dan
kapasitas kepala janin untuk molague.
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal
fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan
fleksi, suboksipitobregmantika yang diameter lebih kecil (9,5 cm)
dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul (PBP).
4) Putar Paksi Dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
Putar paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina
isciadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian
presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput
berputar ke arah anterior, wajah berputar ke posterior. Setiap
terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan
otot- otot dasar panggul. Akhirnya, oksiput berada di garis tengah
di bawah lengkung pubis.
5) Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi
ke arah anterior oleh promontorium. Mula- mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar akibat
ekstensi: pertama- tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya
dagu.
6) Restitusi dan Putar Paksi Luar
Setelah kepala keluar, bayi berputar hingga mencapai
posisi yang sama dengan saat kepala memasuki PAP. Gerakan
ini dikenal dengan restitusi dan putaran 45 derajat membuat
kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya.
Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih
lanjut.
Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan
gerakan mirip dengan gerakkan kepala.
7) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas
tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi
keluar, persalinan bayi selesai.
1.
Proses Persalinan
A. Kala I
Yaitu waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Inpartu ditandai dengan keluarnya
lendir darah (bloody show). Kala I (kala pembukaan) terdiri atas 2
fase, yaitu:
a)
Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm. Pada primigravida berlangsung 8-10 jam
dan multigravida berlangsung 6-8 jam (Manuaba, 2007).
b) Fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) (Depkes, 2008).
Fase aktifdibagi menjadi 3 subfase:
(1) Fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm) berlangsung
selama 2 jam.
(2) Fase dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm) berlangsung
2 jam. Rata-rata kecepatan pembukaan pada primipara
atau nulipara adalah 1 cm perjam sedangkan pada
multipara adalah 2-3 cm perjam.
(3) Fase deselerasi (pembukaan 9-10) berlangsung kira-kira
selama 2 jam (Manuaba, 2007).
Asuhan pada kala 1
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
1)
Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2)
Jika ibu tampak gelisah/kesakitan : biarkan ia berganti
posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan
untuk miring kiri, biarkan ia berjalan atau beraktivitas
ringan sesuai kesanggupannya, anjurkan suami atau
keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu,
ajari teknik bernapas.
3) Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak
menghadirkan orang tanpa seizin ibu.
4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya
setelah buang air kecil/besar.
5) Jaga kondisi ruangan ruangan sejuk. Untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan
minimal 25 ºC dan semua pintu serta jendela harus
tertutup.
6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
7) Pasang infus intravena untuk pasien dengan : kehamilan
lebih dari 5, hemoglobin <9 gr/dl atau hematokrit <29 %,
riwayat
gangguan
perdarahan,
sungsang,
kehamilan
ganda, hipertensi, persalinan lama.
8) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau
didekat pasien.
9) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan.
Tabel 2.3 Indikasi melakukan tindakan atau rujukan
segera selama persalinan Kala I
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
Temuan – temuan
anamnesis atau
pemeriksaan
Riwayat bedah sesar
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
mempunyai kemampuan untuk melakukakn
bedah sesar.Dampingi ibu ke tempat
rujukan dengan memberikan dukungan dan
semangat.
Perdarahan
pervaginam
selain
lendir
bercampur
darah (show)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam :
baringkan ibu ke sisi kiri, pasang infus
menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat, segera rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan untuk melakukan
bedah sesar, dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Kurang dari 37 minggu
(persalinan
kurang
bulan)
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat
rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Ketuban pecah disertai
dengan
keluarnya
mekonium kental
Baringkan ibu miring kiri, dengarkan DJJ,
segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan bedah sesar, dampingi ibu ke
tempat rujukan dan bawa partus set,
kateter penghisap lendir Dee Lee dan
handuk/kain untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika
ibu melahirkan diperjalanan.
Ketuban pecah (lebih
dari 24 jam atau
ketubahn pecah pada
kehamilan
kurang
bulan (usia kehamilan
<27 minggu.
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri, dampingi ibu ke
tempat rujukan dan berikan dukungan serta
semangat.
Tanda gejala infeksi :
Tempratur>38ºC,
menggigil,
nyeri
abdomen,
cairan
ketuban berbau.
Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus
menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
penatalaksanaan
penatalksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Tekanan darah lebih
dari
160/110
atau
terdapat protein dalam
urine
(preeklampsia
berat)
Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus
menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau gram fisiologis (NS), berikan
dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20
menit, suntikkan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
Temuan – temuan
anamnesis atau
pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
pada bokong kiri dan kanan), segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat.
Tinggu fundus 40 cm
atau
lebih
(makrosomia,
polihidramnion,
kehamilan ganda)
DJJ <100 atau >180
x/menit pada dua kali
peniliaian
dengan
jarak 5 menit (gawat
janin)
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat
rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Primipara dalam fase
aktif
kala
satu
persalinan
dengan
penurunan
kepala
janin 5/5
Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
penatalksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi
belakang
(sungsang,
lintang dll)
bukan
kepala
letak
Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi
ganda
(majemuk)
adanya
bagian lain dari janin,
misalnya lengan atau
tangan,
bersama
dengan
presentasi
belakang kepala
Tali pusat menumbung
(jika tali pusat masih
berdenyut)
Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Tanda dan gejala syok
Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk
Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus
menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
penatalaksanaan
penatalksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Gunakan sarung tangan Desinfeksi tingkat
tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat yang
menumbung, Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan,
berikan dukungan dan semangat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
Temuan – temuan
anamnesis atau
pemeriksaan
: Nadi cepat lemah
(lebih dari 110x/menit),
Tekanan
darah
menurun
(sistolik
kurang dari 90 mmHg),
pucat, berkeringat atau
dingin, napas cepat
(>30 x/menit), cemas,
bingung atau tidak
sadar, produksi urine
sedikit (kurang dari 30
ml/jam)
Tanda dan gejala fase
laten berkepanjangan :
pembukaan
serviks
kurang dari 4 cm
setelah
8
jam,
kontraksi teratur (>2
dalam 10 menit)
Tanda
dan
gejala
belum
inpartu
:
frekuensi
kontraksi
kurang dari 2 kali
dalam 10 menit dan
lamanya <20 detik,
tidak ada perubahan
pada serviks dalam
waktu 1 hingga 2 jam.
Rencana untuk asuhan atau perawatan
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat
rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Anjurkan ibu untuk makan dan minum,
anjurkan ibu untuk bergerak bebas, jika
kontraksi
berhenti
atau
tidak
ada
perubahan serviks, evaluasi DJJ jika tidak
ada tanda – tanda kegawatan pada ibu dan
janin, persilahkan ibu pulang dengan
nasehat untuk makan dan minum, datang
dan mendapatkan asuhan jika terjadi
peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
Tanda
dan
gejala Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
partus
lama
: kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan
pembukaan
serviks bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat
mengarah kesebelah rujukan, berikan dukungan dan semangat.
kanan garis waspada
(partograf),
pembukaan
serviks
kurang dari 1 cm per
jam,
frekuensi
kontraksi kurang dari 2
kali dalam 10 menit
dan lamanya kurang
dari 40 detik.
10) (Sumber JNPK-KR, 2008; h. 48-51)
11)
B.
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Yaitu kala pengeluaran janin. Pada kala ini, his terakomodir,
kuat, cepat dan lebih lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
yang telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
tekanan pada otot-otot dasar panggul dan
menimbulkan rasa
ingin mengedan. Kala II pada primigravida berlangsung 1,5-2 jam
dan pada multigravida 0,5-1 jam (Depkes, 2008).Penatalaksanaan
kala II berdasarkan Asuhan Persalinan Normal (APN) ada
padalangkah 1 sampai 26 (Kemenkes, 2013).
Asuhan pada kala II
1)
Mengenali tanda gejala kala dua : ibu mempunyai keinginan
kuat untuk meneran, ibu merasa takanan yang semakin
meningkat pada rektum atau vaginanya.
2)
Menyiapkan pertolongan persalinan, pastikan kelengkapan
peralatan, bahan dan obat esensial : klem, gunting, benang
tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya.
semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat, timbangan pita ukur, stetoskop
bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih.
Paatahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit steril
sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT. Untuk resusitasi
(tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk, atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi. Persiapan bila
yerjadi kegawatdaruratan pada ibu cairan kristaloid, set infus.
3)
Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker dan
kacamata.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
4)
Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
5)
Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6)
Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin 10 IU dan letakkan kembali spuit tersebut di partus
set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
7)
Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
8)
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala sudah
masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9)
Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai saring tangan kedalam larutan klorin
0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam kedaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120 – 160) kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ
tidak normal.
11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
12) Minta bantuan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 40 menit.
15) Jika kepala bayi sudah membuka vulva diameter 5 – 6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkaap alat
dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm,
dilindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala, anjurkan ibu meneran sambil bernafas cepat
dan dangkal.
20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi (dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis, gerakan arah atas dan
distal untuk mekahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah
di bawah ke arah perineum ibu untuk menyanhgga kepala,
lengan dan siku sebelah bawah (gunakan tangan yang
berada diatas untuk menelusurui dan memegang tangan dan
sikut sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke pinggang, bokong, tungkai,
dan kaki bayi, pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di
antara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan
ibu jari dan jari – jari lainnya).
25) Lakukan penilaian sekilas
26) Bila tidak ada Asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir
normal. Keingkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
(keringkan bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,
ganti handuk basah dengan handuk yang kering, pastikan
bayi dalam kondisi baik di atas dada atau perut ibu.
Tabel 2.4 Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera selama
persalinan Kala II
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
Nadi,
takanan
darah,
pernafasan,
kondisi
keseluruhan,
urine
Tanda atau gejala syok :
nadi cepat, lemah (110
x/menit atau lebih), tekanan
darah rendah (sistolik kurang
dari 90 mmHg).
Baringkan ibu miring ke kiri,
naikkan kedua kaki untuk
meningkatkan aliran darah
kejantung, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuanpenatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi
baru lahir, dampingi ibu ke
tempat rujukan.
Nadi, urine
Tanda atau gejala dehidrasi :
perubahan nadi (100 x/menit
atau lebih), produksi urine
sedikit (kurang dari 30
cc/jam)
Anjurkan ibu untuk minum,
nilai ulang setiap 30 menit
(menurut
pedoman
di
partograf) jika kondisinya tidak
membaik dalam waktu satu
jam,
pasang
infus
menggunakan jarum diameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan RL atau NS 125
ml/jam, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan penatalaksanaan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Nadi, suhu
cairan
vagina,
kondisi
secara
umum
Tanda gejala atau infeksi :
nadi cepat (110 x/menit atau
lebih), suhu lebih dari 38ºC,
menggigil, air ketuban atau
cairan vagina yang berbau
Baringkan ibu miring ke kiri,
pasang infus menggunakan
jarum diameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 ml/jam, berikan
Ampicilin 2 gr atau Amoxicilin
2 gr per oral, segera rujuk ibu
ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Tekanan
darah, urine,
keluhan
subyektif,
kesadaran
Tanda
atau
gejala
preeklampsia
ringan
:
tekanan darah diastolik 90110
mmHg,
proteinuria
hingga 2+
Nilai ulang tekanan darah
setiap 15 menit (saat diantara
kontraksi
atau
meneran),
baringkan ibu miring ke kiri
dan cukup istirahat, bila gejala
bertambah
berat
maka
tatalaksana
sebagai
preeklampsia berat
Kejang
Tanda
atau
gejala
preeklampsia berat atau
eklampsia : tekanan darah
diastolik 110 mmHg atau
lebih, tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih dengan
kejang
nyeri
kepala,
gangguan
penglihatan,
Baringkan ibu miring ke kiri,
pasang infus menggunakan
jarum diameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 ml/jam, berikan
dosis awal 4 G MgSO4 40 5 IV
dengan kecepatan 1 G/menit,
berikan dosis pemeliharaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
kejang (eklampsia)
mgSO4 40%, 6 G dalam 6
jam, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan penatalaksanaan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Kontraksi
Tanda – tanda inersia uteri :
kurang dari 3 kontraksi
dalam waktu 10 menit, lama
kontraksi kurang dari 40
detik
Anjurkan ibu mengubah posisi
dan berjalan – jalan, anjurkan
untuk minum, jika selaput
ketuban masih utuh dan
pembukaan diatas 6 cm maka
pecahkan (gunakan setengah
kocher DTT), stimulasi puting
susu, anjurkan ibu untuk
mengosongkan
kandung
kemihnya, jika bayi tiidak lahir
setelah 2 jam (primigravida)
atau 1 jam (multigravida),
segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Denyut
jantung janin
Tanda gawat janin : DJJ
<120 atau >160 x/menit,
mulai awal waspada tanda
awal gawat janin, DJJ <100
atau >180 x/menit
Baringkan ibu miring ke kiri,
nilai ulang DJJ setelah 5 menit
: jika DJJ normal, minta ibu
kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi
pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran, jika
DJJ abnormal, rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi
baru lahir, dampingi ibu ke
tempat rujukan.
Penurunan
kepala bayi
Kepala bayi tidak turun
Anjurkan meneran sambil
jongkok atau berdiri, jika grafik
penurunan
kepala
pada
partograf
melewati
garis
waspada
sedangkan
pembukaan
serviks
dan
kontraksi cukup memuaskan
maka segera rujuk pasien ke
fasilitas rujukan, dampingi ibu
ke tempat rujukan.
Lahirnya
bahu
Tanda – tanda distosia bahu
:
Lakukan tindakan dan upaya
tindak lanjut (tergantung hasil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
tindakan yang yang dilakukan)
: perasat Mc Robert, Pronce
Mc Robert (menungging),
anterior dysimpact, perasat
Cork-screw
dari
Wood,
perasat Schwartz-Dixon
Cairan
ketuban
Tanda – tanda cairan
ketuban
bercampur
mekonium : cairan ketuban
berwarna
hijau
(mengandung mekonium)
Nilai DJJ : jika DJJ normal
minta ibu kembali meneran
dan pantau DJJ setelah setiap
kontraksi dan pastika ibu tidak
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran, jika
DJJ tidak normal tangani
sebagai gawat janin (lihat
diatas), setelah kepala bayi
lahir, lakukan penillaian segera
dan bila bayi tidak bernapas
maka hisap lendir di mulut
kemudian hidung bayi dengan
penghisap lendir Dee Lee
(DTT/steril\0 atau bola karet
penghisap (baru dan bersih)
lakukan
tindakan
lanjutan
sesuai dengan hasil penilaian.
Tidak pucat
Tanda – tanda tali pusat
menumbung : tali pusat
teraba atau terlihat saat
periksa dalam
Nilai DJJ jika ada segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan bayi baru lahir,
dampingi ibu ke tempat
rujukan, baringkan miring kiri
dengan pinggul agak naik,
dengan
memakai
sarung
tangan DTT/steril, satu tangan
di
dalam
vagina
untuk
menahan kepala bayi agar
tidak menekan tali pusat dan
tangan lain di abdomen untuk
menahan bayi pada posisinya
(keluarga dapat membantu
melakukannya), atau ganjal
bokong ibu agar lebih tinggi
dari
kepalanya,
dengan
menggunakan sarung tangan
ke
dalam
vagina
untuk
menahan kepala bayi agar tak
menekan tali pusat, jika tidak
ada DJJ beritahukan ibu dan
keluarganya, lahirkan bayi
dengan cara yang paling
aman.
Jika tali pusat melilit longgar
dileher
bayi,
lepaskan
melewati kepala bayi, jika tali
pusat melilit erat di leher bayi
lakukan penjepitan tali pusat
Tanda – tanda lilitan tali
pusat : tali pusat melilit leher
bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
dengan klem di dua tempat
kemudian potong diantaranya
kemudian
lahirkan
bayi
dengan segera.
Untuk
kehamilan
kembar tak
terdeteksi
Kehamilan
terdeteksi
kembar
tak
Nilai DJJ, jika bayi kedua
dengan presentasi kepala
segera
turun,
biarkan
kelahiran berlangsung seperti
pertama, jika kondisi tersebut
tidak terpenuhi, baringkan ibu
miring kiri, segera rujuk ibu ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi
baru lahir, dampingi ibu ke
tempat rujukan.
C. Kala III
Yaitu waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat.
Beberapa menit kemudian berkontraksi lagi untuk melepas
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai
pengeluaran
darah
kira-kira
100-200
cc
(Depkes,
2008).Penatalaksanaan kala III berdasarkan APN ada pada
langkah 27 sampai 41 (Kemenkes, 2013).
Asuhan pada kala III
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal)
28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 IU di sepertiga paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit
tali pusat pada sekitas 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi
(kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin.
31) Potong dan ikat tali pusat, dengan satu tangan angkat tali
pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi),
ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian dilonggarkan yang telah dijepit kemudian lingkarkan
kembali benang ke sisi berlawanan dan laukuan ikatan kedua
menggunakan sampul kunci. Lepaskan klem dan masukkan
dalam larutan klorin 0,5 %.
32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik
didinding dada – perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara peyudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi.
34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm
dari vulva.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
35) Lakukan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat
diepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat ke arah dorso –
kranial secara hati – hati.
36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorso – kranial.
37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelhairan
plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan difundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun ke janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.
40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
D. Kala IV
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
Yaitu dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum pertama. Kala IV ini disebut sebagai kala pemantauan
untuk
mengantisipasi
terjadinya
perdarahan
postpartum.
Beberapa hal mengalami perubahan dan perlu dipantau selama
kala IV antara lain TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih
dan perdarahan (Depkes, 2008). Penatalaksanaan kala IV
berdasarkan APN ada pada langkah 42 sampai 58 (Kemenkes,
2013).
Asuhan pada kala IV
42) Mulai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan memberi cukup
waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu
minimal 1 jam)
43) Setelah kontak kulit ibu – bayi dan IMD selesai : timbang dan
ukur bayi, beri bayi salep mata antibiotik profilaksis (tetrasiklin
1 % atau antibiotika lain), suntikan vitamin K1 1 mg (0,5 ml
untuk sediaan 2 mg/mL) IM dipaha kiri anterolateral bayi,
pastikan suhu tubuh bayi normal 36,5 – 37,5 ºC, berikan
gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama, ayah,
ibu, waktu lahir, jenis kelamin, lakukan pemeriksaan untuk
melihat adanya cacat bawaan.
44) Satu jam setelah pemberian vit K1, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.
45) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam : setiap 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
pascasalin, setiap 15 menit pertama pascasalin, setiap 20 –
30 menit pada jam kedua pascasalin.
46) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu, serta kapan
harus memanggil bantuan medis.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap
30 menit selama jam kedua pascasalin.
50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40 – 60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5 – 37,5ºC)
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci peralatan setelah
didekontanminasi.
52) Buang bahan – bahan yang terkontamionasi ke tempat smpah
yang sesuai.
53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT, bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah, bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
54) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI,
anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkannnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
55) Dekoontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir lkemudian keringkan dengan handuk kering dan
bersih.
58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang, -0periksa
tanda vital, dan asuhan kala IV) (Kemenkes RI, 2013; h. 36 –
49)
Tabel 2.5 Indikasi untuk tindakan atau rujukan segera
selama persalinan kala III dan kala IV
Penilaian
Temuan dari penilaian
Rencana Asuhan atau
dan pemeriksaan
perawatan
Plasenta
Tanda
atau
gejala
retensio plasenta
Jika
plasenta
terlihat
lakukan penegangan tali
pusat terkendali dengan
lembut dan tekanan dorso
kranial pada uterus minta
ibu meneran agar plasenta
keluar, setelah plasenta
lahir : lakukan masase
pada uterus dan periksa
plasenta. Atau jika plasenta
masih didalam uterus dan
perdarahan
minimal,
berikan oksitosin 10 unit
IM,
pasang
infus
menggunakan jarum besar
(ukuran 16 atau 18) dan
berikan RL atau NS, segera
rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki
kemampuan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir, dampingi
ibu ke tempat rujukan, jika
plasenta masih di dalam
uterus
dan
terjadi
perdarahan berat, pasang
infus menggunakan jarum
besar (ukuran 16 atau 18)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
dan berikan RL atau NS
dengan 20 unit oksitosin
(coba
lakukan
manual
plasenta
dan
lakukan
penanganan lanjutan, bila
tidak memenuhi syarat
plasenta manual di tempat
atau tidak kompeten maka
segera rujuk ibu ke fasilitas
terdekat dengan kapabilitas
kegawatdaruratan obstetri,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Plasenta, tali
pusat
Tanda atau gejala avulsi
(putus) : tali pusat putus
atau plasenta tidak lahir
Palpasi
uterus
untuk
menilai kontraksi, minta ibu
meneran setiap kontraksi,
setiap plasneta terlepas,
lakukan periksa dalam hati
– hati, jika mungkinbcari tali
pusat
dan
keluarkan
plasenta dari vagina sambil
melakukan tekanan dorsokranial pada uterus, setelah
plasenta
lahir,
lakukan
masase uterus dan periksa
plasenta,
jika
plasenta
belum llahir dalam 30 menit
tangani sebagai retensio
plasenta.
Plasenta,
perdarahan
pervaginam
Tanda
atau
gejala
bagian plasenta yang
tertahan
:
bagian
permukaan
plasenta
yang menempel pada
ibu
hilang,
bagian
selaput ketuban robek,
perdarahan
pasca
persalinan,
uterus
berkontraksi
Tanda
atau
gejala
atonia uteri:perdarahan
pascapersalinan, uterus
lembek
dan
tidak
berkontraksi
Tanda
atau
gejala
robekan
vagina,
perineum atau serviks :
perdarahan
pascapersalinan,
plasenta lengkap, uterus
berkontraksi
Lakukakn periksa dalam,
keluarkan selaput ketuban
dan bekuan darah yang
mungkinmasih
tertinggal,
lakukan masase uterus, jika
ada perdarahan hebat, ikuti
langkah
–
langkah
penatalaksanaan
atonia
uteri.
Perdarahan
pasca
persalinan
Perdarahan
pasca
persalinan,
vagina,
perineum,
serviks
Ikuti langkah–
langkah
penatalaksaan atonia uteri.
Lakukan
pemeriksaan
secara hati -hati, jika terjadi
laserasi derajat satu atau
dua lakukan penjahitan, jika
terjadi laserasi derajat tiga
atau empat atau robekan
serviks : segera rujuk ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
Penilaian
Temuan dari penilaian
dan pemeriksaan
Rencana Asuhan atau
perawatan
ke fasilitas terdekat dengan
kapabilitas
kegawatdaruratan obstetri,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Nadi,
tekanan
darah,
pernafasan,
kesehaytan
dan
kenyamanan
secara
keseluruhan,
urine
3.
Tanda atau gejala syok :
nadi cepat, lemah (110
kali/menit atau lebih),
tekanan darah rednah
(sistolik <90 mmHg),
pucat, berkeringat atau
dingin, kulit lembab,
nafas
cepat
(>30
kali/menit),
cemas,
kesadaran
menurun
atau
tidak
sadar,
produksi urine sedikit
(kuranng dari 30 cc/jam)
Baringkan miring kiri, jika
mungkin naikkan kedua
tungkai
untuk
meningkatkan curah darah
ke jantuung, pasang infus
dengan
jarum
menggunakan jarum besar
(ukuran 16 atau 18) dan
berikan RL atau NS,
infuskan 1 L dalam 15
sampai 20 menit, jika
mungkin infuskan 2 L
dalam waktu satu jam
pertama
kemudian
turunkan ke 125 cc/jam,
segera rujuk ibu ke fasilitas
terdekat dengan kapabilitas
kegawatdaruratan obstetri,
dampingi ibu ke tempat
rujukan.
NIFAS
1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah periode mulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pascapersalinan (Kemenkes RI, 2013).
Masa nifas
(puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,
2010).
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan
plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali
ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini
disebut juga masa puerperium (Varney, 1997, hal.:549).
1)
Adaptasi masa nifas
1)
2)
Uterus (Sulistyawati 2009)
Bayi lahir
: Setinggi pusat
Setelah lahir
: 2 Jari dibawah pusat
Satu minggu setelah lahir
: Pertengahan pusat-simpisis
Dua minggu setelah lahir
: Tidak teraba diatas simpisis
Enam minggu setelah lahir
: Bertambah kecil
Delapan minggu setelah lahir
: Tidak teraba
Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh
dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu nifas, serviks
menutup.Serviks tidak pernah kembali ke keadaan sebelum
hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata
jarum. Serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil
yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi
berbentuk celah (Bahiyatun, 2009).
3)
Vulva dan Vagina
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
Setelah
melahirkan
vagina
tetap
terbuka lebar,
mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar
serta celah pada introitus. Setelah satu atau dua hari
pertama pascapartum tonus otot vagina kembali, celah
vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang
vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya
dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dan kembalinya
rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum.
Ruang vagina selalu sedikit lebih besar dari pada
sebelum
kelahiran
pengencangan
otot
pertama.
Akan
tetapi,
latihan
perineum
akan
mengembalikan
tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan
mengencangkan
vaginanya.
Pengencangan
ini
sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap
hari (Varney, 2008).
4)
Lokhea
Lokhea adalah eskresi cairan rahim selama masa
nifas yang dapat terbagi menjadi 3, yaitu:
(1)
Lokhea Rubra yaitu cairan yang keluar pada hari ke 1
sampai hari ke 4 postpartum, berwarna merah karena
mengandung darah dan desidua.
(2)
Lokhea Serosa yaitu cairan yang keluar pada hari ke 4
sampai hari ke 8 postpartum, berwarna merah muda,
kuning, lokhea serosa mengandung cairan serosa
jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
(3)
Lokhea Alba yaitu cairan yang keluar pada hari ke 8
sampai hari ke 12, warna lokhea alba adalah putih
kream dan terutama mengandung leukosit dan desidua
(Bahiyatun, 2009).
5)
Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek sirkulasi
ibu dan plasenta. Setelah melahirkan, volume darah pada
ibu
relative
akan
bertambah.
menyebabkan
perubahan
menimbulkan
dekompensasi
Keadaan
pada
kordis
ini
akan
jantung,
sehingga
pada
penderita-
penderita vitium kordis. Keadaan ini dapat di atasi dengan
adanyahemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Umumnya hal ini akan terjadi pada hari ke
3 sampai hari ke 15 postpartum (Sulistyawati, 2009).
6)
Rahim dan Involusi
Rahim biasanya akan mengecil dan membesar
dengan menambah atau mengurangi jumlah sel pada wanita
yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram, kurang lebih
sebesar telur ayam atau bebek (Bobak, 2005).
7)
Laktasi
Setelah proses persalinan, tepatnya setelah plasenta
keluar akan timbul rangsangan untuk memicu laktasi.
Laktasi didukung oleh dua jenis hormon yang sangat penting
yaitu prolaktin dan oksitosin. Pengeluaran kedua hormon
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
tersebut dirangsang oleh hisapan bayi pada putting susu
saat
menyusui.
memperlancar
Semakin
pengeluaran
sering
kedua
menyusui
hormon
akan
tersebut.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktasi
pascapersalianan
dimulai
sekitar
30-40
jam
setelah
melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung setelah melahirkan (Saleha, 2009).
8)
Sistem Urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira- kira 2 sampai 8
minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi uterus
serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada
sebagian kecil wanita dilatasi traktus urinarius bisa menetap
selama 3 bulan (Bobak, 2005).
9)
Perubahan Tanda-tanda Vital
(1) Suhu Badan
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat
menjadi 38o C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot,
dehidrasi
dan
perubahan
hormonal.
Jika
terjadi
peningkatan suhu 38o C yang menetapkan 2 hari setelah
24 jam melahirkan,maka perlu dipikirkan adanya infeksi
seperti sepsis puerperalis (infeksi selama postpartum),
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
infeksi
saluran
kemih,
endometriosis
(peradangan
endometrium), pembengkakan payudara, dan lain- lain.
(2) Denyut nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan,
sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung
sampai 6-10 jam setelah melahirkan. Keadaan ini bisa
berhubungan
dengan
penurunan
usaha
jantung,
penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan
plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke
volume. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi
hubungan peningkatan kehilangan darah.
(3) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu
dapat mengalami hipotensi orthostik (penurunan 20
mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera
setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya
tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan
darah bisa mengindikasikan penyesuaian fisiologis
terhadap penurunan tekanan intravena atau adanya
hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan hemorhagi
uterus.
(4) Respirasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal. Hal ini terjadi karena ibu dalam keadaan
pemulihan/ dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi
cepat postpartum (>30x per menit) mungkin karena
ikutan tanda- tanda syok (Maryunani, 2009).
10) Adaptasi Psikologis
Menurut Bahiyatun (2009), adaptasi psikologis dapat
diklasifikasikan menjadi 3 antara lain:
(1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus asuhan ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan sering berulang diceritakan, kelelahan
membuat ibu membutuhkan waktu yang cukup dalam
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Pada fase
ini ibu menjadi mudah tersinggung,oleh karena itu
kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik.
(2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung selama 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada masa taking hold ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
merawat
bayi.
Ibu
akan
berusaha
keras
untuk
menguasai ketrampilan untuk merawat bayi, misalnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan
merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut,
sehingga cenderung menerima nasihat dari bidan karena
ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan
yang bersifat pribadi.
(3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan
ketergantungan
bayinya.
Keinginan
untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2. Kebutuhan dasar ibu nifas
a.
Nutrisi dan cairan
Menurut ( salehah, 2009: 71) pada masa nifas masalah diet
perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang
baik
dapat
menpercepat
penyembuhan
ibu
dan
sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergisi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut.
1)
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2)
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3)
Minum sedikit 3 liter air setiap hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
4)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
5)
Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
3. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut Saifuddin (2006), paling sedikit 4 kali kunjungan masa
nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.Kunjungan tersebut dapat terinci sebagai berikut:
Tabel 2.6 Program kebijakan teknis masa nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam pasca
persalinan
1) Mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan dan
rujuk jika perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat
dengan
cara
mencegah
hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2
6 hari pasca
persalinan
1) Memastikan involusio uteri
berjalan
normal:
uterus
berkontraksi,
fundus
dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak bau.
2) Menilai adanya tanda- tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3)Memastikan ibu mendapatkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
cukup makanan, cairan dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui
bayinya dengan baik dan tidak
memperlihatkan adanya tandatanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari- hari.
3
2 minggu pasca
persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah
persalinan)
4
6 minggu pasca
persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang
penyulit- penyulit yang ia atau bayi
alami.
2) Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
Sumber : Saifuddin (2006)
Kunjungan postpartum mempunyai keuntungan bagi bidan agar
dapat merencanakan konseling kesehatan sedangkan keterbatasan
kunjungan terletak pada biaya, jumlah bidan dan keamanan saat
berkunjung ke rumah ibu. Efektivitas asuhan masa nifas dapat diukur
dari proses pemulihan fisiologis ibu, pengetahuan dasar tentang dasar
teknik menyusui yang dimiliki ibu, kemampuan ibu dalam melakukan
perawatan yang tepat untuk menjaga dirinya dan bayinya serta
kemampuan ibu untuk berinteraksi terhadap bayi dan keluarganya
(Aisyaroh, 2010).
Tabel 2.7 Tinggu fundus uteri dan berat uterus normal
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi Lahir
Setinggi pusat
1.000 gr
Plasenta lahir
2 jari bawah pusat
750 gr
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gr
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
300 gr
6 minggu
Bertambah kecil
50 gr
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
8 minggu
Sebesar Normal
30 gr
(Sumber : Mochtar, 2012 ; h.87)
4. Kebutuhan dasar ibu nifas
a.
Nutrisi dan cairan
Menurut ( salehah, 2009: 71) pada masa nifas masalah diet
perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi
yang baik dapat menpercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergisi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut.
1)
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2)
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3)
Minum sedikit 3 liter air setiap hari.
4)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
5)
Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
5.
Komplikasi Masa Nifas
a. Infeksi Masa Nifas
Infeksi Masa Nifas adalah keadaan yang mencakup semua
pandangan alat – alat genetalia dalam rahim (Mochtar R, 2011; h.
281-286).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
1) Infeksi yang terlokasi dijalan lahir biasanya pada perineum,
vulva serviks, dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui pembuluh darah
vena, pembuluh limfe, dan endometrium.
b. Kelainan pada rahim
1) Sub-Involusi uterus
Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 gram,
menjadi 40-60 gr 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau tergannggu disebut sub-involusi.
2) Perdarahan Nifas Sekunder (Late Puerperal Haemorrhage)
Yaitu perdarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam
postpartum, dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas.
Frekuensinya kira – kira 1% dari semua persalinan.
c.
Kelainan lain dalam Nifas
Flegmasia Alba Dolens yaitu suhu tromboflebitis yang
mengenai satu atau dua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh
adanya trombosis atau embolus yang disebabkan karena adanya
perubahan
atau kerusakan pada
intima
pembuluh
darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau
karena pengaruh infekai atau venaseksi.
d. Kelainan pda payudara
Pembendungan Air Susu adalah bendungan Air Susu ibu karena
penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar – kelenjar yang
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
4. BAYI BARU LAHIR (BBL)
a.
Definisi
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru berusia 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan setelah lahir. Bayi baru lahir dibagi
menjadi dua yaitu bayi baru lahir dini (usia 0-7 hari) dan bayi baru
lahir lanjut (usia 7-28 hari).Bayi baru lahir sering disebut dengan
istilah neonatus (Zunera, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah berat badan lahir antara
2500-4000 gram, cukup bulan. lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
(Kosim,2007).
b.
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut (Kosim,2007) bayi baru lahir memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Berat badan 2500-4000 gram.
2) Panjang badan 48- 52 cm.
3) Lingkar dada 30-38 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
6) Pernafasan 40-60 kali/menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan
yang cukup.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genitalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, dan laki- laki testis sudah turun, skrotum sudah
ada.
11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik.
13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, dan berwarna hitam kecoklatan.
c.
Kebutuhan Bayi Baru Lahir
1) Kebutuhan Nutrisi
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On
Demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh)
atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit
setiap 4 jam). Berikan ASI saja (eksklusif) sampai bayi
berumur 6 bulan (Rukiyah, 2010).
Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila
pengisapan puting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10-100 mL ASI. Produksi ASI
akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000
ml) untuk tumbuh kembang bayi (Saifuddin, dkk, 2010).
2) Kebutuhan Eliminasi
a)
Kebutuhan Buang Air Besar (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup
bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling
banyak adalah antara hari ke 3-6. Tinja dari bayi yang
disusui konsistensinya lebih lunak dan berwarna
kuning. Normalnya bagi bayi untuk defekasi setelah
diberi makan atau defekasi 1 kali setiap 3 atau 4 hari.
Bayi mulai memilki pola defekasi pada minggu
kedua kehidupannya. Tinja masih dalam bentuk
mekonium dalam 3 hari pertama BAB dan normalnya
bayi BAB paling tidak 1 kali sehari (Rukiyah, 2010).
b)
Kebutuhan Buang Air Kecil (BAK)
Biasanya sejumlah kecil urin terdapat pada
kandung kemih bayi saat lahir tapi bayi mungkin tidak
mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Berkemih sering
terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan
warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup atau berkemih >8 kali pertanda ASI cukup.
Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15-16
ml/kg/hari (Rukiyah, 2010).
c)
Kebutuhan Istirahat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi
normalnya sering tidur. Neonatus sampai usia 3 bulan
rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan.
Sediakan selimut dan ruangan yang hangat pastikan
bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin (Rukiyah,
2010).
d)
Kebutuhan Kebersihan Diri
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam
setelah lahir. Sebelum memandikan pastikan suhu bayi
stabil (suhu aksila 36,5-37,5 0C). Mandikan bayi secara
cepat dengan bersih dan hangat (Saifuddin, dkk,
2010). Memandikan harian pada bayi dilakukan, harus
di ruangan yang hangat, bebas dari hembusan angin.
Prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati,
lembut (Rukiyah, 2010).
e)
Kebutuhan Imunisasi
Imunisasi
adalah
suatu
cara
memproduksi
imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan
penyakit tertentu dengan memasukkan suatu zat ke
dalam tubuh melalui penyuntikan atau oral. Berikut ini
adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).
f)
Kebutuhan Psikososial
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
Fase I menurut Erikson (dari lahir sampai 1
tahun) terfokus pada membentuk rasa percaya ketika
mengatasi rasa tidak percaya. Rasa percaya yang
berkembang adalah rasa percaya diri, percaya orang
lain, dan dunia. Bayi “percaya” bahwa kebutuhan
makanan, kenyamanan, rangsangan, dan asuhan
mereka akan dipenuhi. Elemen krusial pencapaian
tugas ini adalah hubungan orang tua-anak dan asuhan
yang diterima anak (Wong, 2008). Erikson membagi
tahun pertama kehidupan menjadi 2 tahap oral/sosial.
Selama 3 atau 4 bulan pertama, asupan reaktivitas
terpenting adalah aktivitas sosial yang melibatkan bayi.
Bayi baru lahir dapat menoleransi sedikit rasa frustasi
atau keterlambatan pemuasaan. Narsisme primer
(perhatian total hanya pada diri sendiri) sedang pada
puncaknya (Wong, 2008).
Modalitas selanjutnya melibatkan cara meraih
orang lain melalui genggaman. Menggenggam pada
awalnya bersifat reflek dan merupakan makna sosial
yang kuat bagi orang tua sehingga respon balik dari
orang tua adalah pelukan dan sentuhan (Wong, 2008).
d.
Kunjungan Neonatus
Pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
neonatus
dibagi
menjadi 3 kali kunjungan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu
6-48 jam setelah lahir. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1)
dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke
7 setelah lahir.
1) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi
higga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara
ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi.
2) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah
kesehatan pada ibu.
3) Lakukan pemeriksaan fisik.
4) Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan,
lakukan rujukan sesuai pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
5) Berikan ibu nasihat cara perawatan tali pusat.
6) Jika tetes mata antibiotik profilaksis belum diberikan,
berikan sebelum 12 jam persalinan.
a. Pada usia 3-7 hari (Kunjungan neonatal 2)
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) berikan Asi Ekslusif
3) Cegah Infeksi
4) Rawat tali Pusat
b. Pada usia 8-28 hari (Kunjungan neonatal 3)
1) Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu dan
kebiasaan makan bayi.
2) Periksa tanda bahaya:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
3) Periiksa tanda infeksi-infeksi kulit superfisial, seperti nanah
keluar dari umbilikus, umbilikus kemerahan, adanya lebih
dari 10 pustula di kulit, pembengkakan, kemerahan dan
pengerasan kulit.
4) Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke
fasilitas kesehatan.
5) Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif.
6) Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata serta tali pusat
dengan baik.
7) Ingatkan orangtua untuk mengurus akte kelahiran bayinya.
8) Berikan Imunisasi tepat waktu.
9) Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda
bahaya pada bayinya.
(KemenKes RI,2013;h.50;52;54-56).
5. KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Definisi
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran
(prawirohardjo, 2004: 472)
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu
memperhatikan ketetapan bahwa semakin rendah pendidikan
semakin efektif metode kontrasepsi yang digunakan yaitu kontap,
suntik KB, susuk KB atau AKBR dan AKDR. (Manuaba, 2010: 592).
Kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Aman dan dapat dipercaya pemakainya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
b. Tidak ada efek samping yang merugikan.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Dapat ditrima oleh kedua pasangan suami isteri.
e. Tidak
memerlukan
kontrol
medik
yang
ketat
selama
penggunaannya.
f. Harganya
murah
sehingga
dapat
dijangkau
masyarakat
luas(Mochtar R,2012;h.195).
2. Macam- macam metode kontrasepsi pascapersalinan menurut
Saifuddin (2012) antara lain:
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
a) Keuntungan: tidak menganggu senggama, tidak ada efek
samping secara sistematik, tidak perlu obat atau alat dan
tanpa biaya.
b) Keterbatasan: persiapan sejak perawatan kehamilan agar
dapat menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, efektivitas
tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan, dan tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus
hepatitis B/ HBV dan HIV/AIDS.
c) Indikasi: Ibu yang belum menyusui secara eksklusif, bayinya
berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid
setelah melahirkan.
2)
Kondom
a) Keuntungan: efektif bila digunakan dengan benar, tidak
menganggu kesehatan dan produksi ASI, murah dan dapat
dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
pemeriksaan kesehatan khusus, dan metode kontrasepsi
sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
b) Keterbatasan:
penggunaan
efektivitas
sangat
tidak
terlalu
mempengaruhi
tinggi,
cara
keberhasilan
kontasepsi, mengganggu hubungan seksual, dan harus
selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
c) Indikasi: suami ingin berpartisipasi dalam program KB,
ingin
segera
kontrasepsi
mendapatkan
tambahan,
alat
hanya
kontrasepsi,
ingin
ingin
menggunakan
kontrasepsi saat akan berhubungan, beresiko tinggi tertular
IMS.
3) Pil Progestin (Mini Pil)
a) Keuntungan:
efektivitas
tinggi,
tidak
mengganggu
hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI,
kesuburan cepat kembali, tidak menyebabkan hipertensi,
dan dapat dihentikan setiap saat.
b) Keterbatasan: menyebabkan gangguan haid, peningkatan
atau penurunan berat badan, harus digunakan setiap hari
pada waktu yang sama, jika lupa risiko gagal besar,
payudara tegang, mual, pusing,dan muncul jerawat/
dermatitis, risiko kehamilan ektopik cukup tinggi, dan tidak
melindungi dari IMS dan HIV/ AIDS.
c) Indikasi: usia reproduksi, menginginkan suatu metode
kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui,
mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/100
mmHg) atau dengan masalah pembentukan darah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
4) Suntikan Progestin
Sh. Khaghani (2004) menyebutkan kontrasepsi dengan
progestin (pil dan DMPA) tidak memiliki efek buruk pada
komposisi ASI dan merupakan kontrasepsi yang efektif
selama menyusui.
a) Keuntungan:
efektivitas
tinggi,
tidak
mengganggu
hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI,
kesuburan cepat kembali, tidak menyebabkan hipertensi,
dan dapat dihentikan setiap saat.
b) Keterbatasan: menyebabkan gangguan haid, peningkatan
atau penurunan berat badan, harus digunakan setiap hari
pada waktu yang sama, jika lupa risiko gagal besar,
payudara tegang, mual, pusing,dan muncul jerawat/
dermatitis, risiko kehamilan ektopik cukup tinggi, dan tidak
melindungi dari IMS dan HIV/ AIDS.
c) Indikasi: usia reproduksi, menginginkan suatu metode
kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui,
mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/100
mmHg) atau dengan masalah pembentukan darah.
5) Kontrasepsi Implan (AKBK)
a) Keuntungan:
efektivitas
tinggi,
perlindungan
jangka
panjang, kesuburan cepat kembali, tidak memerlukan
pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu ASI,
dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
b) Keterbatasan: menyebabkan perubahan pola haid, nyeri
kepala dan dada, mual, pusing, peningkatan/ penurunan
berat badan, membutuhkan tindakan pembedahan minor
untuk insersi dan pencabutan, tidak melindungi dari IMS,
penghentian dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan risiko
kehamilan ektopik tinggi.
c) Indikasi: usia reproduksi, dalam masa menyusui, tekanan
darah < 180/110 mmHg, tidak boleh menggunakan
kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Shaamash (2005) membandingkan insersi 6-8 minggu
pascapersalinan antara Mirena dengan IUD CuT-380A pada
wanita menyusui, diperoleh hasil bahwa penggunaan Mirena
sampai bayi berusia 1 tahun efektif dan tidak mengganggu
proses
laktasi
pada
wanita
menyusui,
serta
tidak
mengganggu tumbuh kembang bayi.
a) Keuntungan: efektivitas tinggi, metode jangka panjang,
tidak
mempengaruhi
hubungan
seksual,
tidak
mempengaruhi ASI, dapat dipasang segera setelah
persalinan, dapat digunakan sampai menopouse, tidak ada
efek samping hormonal, dan mencegah kehamilan ektopik.
b) Keterbatasan: terjadi perubahan siklus haid, ada rasa sakit
dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan, perforasi
dinding uterus, dapat menyebabkan anemia, dan tidak
mencegah IMS.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
c) Indikasi : belum ingin hamil lagi/ jumlah anak cukup, usia
reproduktif,
menginginkan
menggunakan
kontrasepsi
jangka panjang, tidak menghendaki metode hormonal.
7) Kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi
a) Keuntungan: efektivitas tinggi, tidak menganggu ASI, tidak
mengganggu kegiatan senggama, tidak ada efek samping
jangka panjang,dan tidak ada efek hormonal.
b) Keterbatasan: tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali
dengan operasi rekanalisasi.
B. KONSEP DASAR TEORI MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Dalam membuat karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan 7 langkah
varney yaitu :
1. Pengkajian
Merupakan suatu pengumpulan data secara menyeluruh untuk
mengevaluasi keadaan ibu dan bayi baru lahir (Varney, 2006; h. 27).
Validitas
dan
akurasi
data
akan
sangat
membantu
dalam
memberikan pelayanan untuk melakukan analisis dan akhirnya
digunakan untuk membuat keputusan klinik yang tepat, data tersebut
meliputi data subyektif dan data obyektif (JNPK, 2008; h. 8)
a.
Data Subyektif
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang
dirasakannya serta apa yang sedang dan telah dialaminya.
Selain itu data subyektif merupakan data informasi tambahan
yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu,
terutama jika ibu merasa nyeri atau sangat sakit.
b.
Data Obyektif
Merupakan
informasi
yang
dikumpulkan
berdasarkan
pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu dan bayi baru lahir,
hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi serta pemeriksaan penunjang
seperti laboraturium, USG, rotgen dsb
2. Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan mengacu pada data utama, analisis
data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Masalah dapat memiliki
dimensi yang lebih luas dan mungkin berada diluar konteks
kebidanan
sehingga
kebidanan
yang
batasannya
akan
dibuat
tidak
jelas
sehingga
sulit
untuk
untuk
diagnosa
segera
diselesaikan.
3. Identifikasi diagnosa/Masalah Potensial
Dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah
mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis banding (JNPKKR, 2008; h. 9)
4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
Mengantisipasi
maslah
atau
diagnosis
kerja
setelah
mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis banding (JNPKKR, 2008; h. 9)
5. Perencanaan
Langkah ini merupakan pengembangan masalah datadiagnosis
yang didefinisikan baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi
serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
6. Pelaksanaan
Langkah ini adalah melaksanakan rencana perawatan secara
menyeluruh, dapat dilaksanakan oleh bidan atau dilakukan sebagian
oleh ibu atau orang tua, atau tim kesehatan (Varney, 2006; h.28)
C. Aspek hukum
Standar
profesi
bidan
diatur
dalam
KEMENKES
RI
nomor
369/MENKES/III/2007 yang berisi tentang standar profesi ini terdiri dari
standar kompetensi bidan di Indonesia, standar pendidikan, standar
pelayanan kebidanan dan kode etik profesi. Standar profesi ini wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi
kebidanan.
1)
Kewenangan bidan
Berdasarkan PermenKes RI nomor
146/MENKES/PER/XI/2010
tentang penyelennggaraan praktik bidan pada pasal 9 dijelaskan bahwa
bidan
dalam
menyelenggarakan
prakteknya,
berwenang
untuk
memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan pasal 10 menjelaskan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling
pra kehamilan, kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal,
ibu menyusui dan konseling pada masa antara dua kehamilan. Dalam
pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak, bidan berwenang memberikan asuhan bayi baru lahir normal,
dalam memberikan penyuluhan dan konseling trntang kesehatan
reproduksi perempuan dan KB tercantum pada pasal 12.
2)
Wewenang
bidan
berdasarkan
PermenKes
RI
nomor
146/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan
menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di
daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
(KepMenKes RI, 2010; h. 5-7)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Herviana Yuniar Saputri, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download