BAB VI PENUTUP 6.1.Kesimpulan Berdasarkan data-data yang penulis peroleh di lapangan melalui wawancara, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Masyarakat Desa Be’a Pawe, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, memiliki pandangan yang sama terhadap upacara adat Reba sebagai sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh nenek moyang, bahwa upacara adat Reba dilakukan untuk mengucap syukur kepada arwah para leluhur atau nenek moyang masyarakat desa Be’a Pawe atas hasil panen, serta mohon berkat untuk tahun yang berikutnya. Selain itu juga upacara adat Reba sebagai pesta tutup tahun, dan membuka tahun yang baru dengan mungucap syukur pada Tuhan. 2. Menurut masyarakat Be’a Pawe perayaan Reba juga merupakan perayaan untuk mempersatukan kembali keluarga. Dimana masingmasing anggota subklan kembali kepada rumah adatnya yang disebut sebagai sa’opu’u, berkumpul bersama dan merayakan kebersamaan mereka. Perayaan reba karenanya menjadi sebuah perayaan dimana semau anggota keluarga berkumpul, dan kembali ke rumah induk. Masing-masing keluarga membawa serta dengan keluarganya,dan memperkenalkanya jika belum diketahui oleh anggota keluarga yang lain dengan mamasukan anak-anak mereka ke dalam persekutuan dengan keluarga besar lainya. 3. Masyarakat Desa Be’a Pawe, kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, memiliki pandangan yang sama bahwa, upacara adat Reba sebagai sarana dalam menyampaikan Nilai-Nilai yang terkandung dalam Upacara adat Reba kepada masyarakat, baik itu nilai magis, maupun nilai historis yang terkandung dalamnya. Hal inilah yang disebut sebagai komunikasi budaya. 4. Perayaan Reba juga digunakan untuk menyelesaikan konflik atau pertikaian-pertikaian. Untuk maksud ini masyarakat Be’a Pawe memanfaatkan momen ini untuk merefleksikan diri, memperbaiki diri, dan menyatakan maaf satu kepada yang lain. Dasar dari penyelesaian silang sengketa ini adalah ungkapan modhe ne’e hoga woe, meku ne’e dhoa dhelu yang artinya berbaik-baiklah dengan sahabat atau teman dan berlemah lembutlah dengan sesama. 5. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Reba adalah sebagai berikut: - Nilai Magis, suatu kenyakinan yang telah menjadi tradisi dari nenek moyang hingga sekarang bahwa, dengan melakukan upacara adat reba masyarakat Desa Be’a Pawe dapat mengetahui unsurunsur magis yang terkandung didalamnya. Selain itu dari pernyataan beberapa informan dari masyarakat Desa Be’a Pawe yang menjelaskan langsung adanya kekuatan magis dalam upacara adat Reba yang terdapat dalam hanpir semua tuturan syair dalam upacara adat Reba, terutama pada saat bura su’a. Dengan adanaya hal ini penulis dapat simpilkan bahwa tradisi upacara adat reba merupakan sebuah tradisi budaya asli orang Ngada, khususnya masyarakat Be’a Pawe yang memiliki kekuatan magis dari arwah para leluhur. - Nilai Historis,Masyarakat Be’a berada diwilayah Kecamatan Golewa Barat, Desa Be’a Pawe, Kabupaten Ngada, Propinsi NTT, Masyarakat Be’a sendiri adalah bagian dari suku bangsa Ngada. Orang Ngada berasal dari Jawa One yaitu suatu tempat yang jauh. Menurut masyarakat Ngada ada tiga gelombang kedatangan orang Ngada dari Jawa One menuju tanah Ngada sekarang ini. Kelompok pertama adalah kelompok pendukung budaya ngadhu-bagha. Kelompok ini adalah klan Jawa meze, Lodo, Gisi, Naru, Hede, Wato, dan Kebe. Kelompok kedua adalah kelompok pendukung budaya paru watu dibawah pimpinan Oba, dan Nanga. Mereka adalah kelompok berburuh. Kelompok ketiga adalah kelompok pendukung budaya Reba. Kelompok ini berada dibawah pimpinan Wijo, dan Wajo. Wijo, dan Wajo adalah dua bersaudara. Mereka memiliki dua saudara yang bernama Teru, dan Tena. Wijo menjadi ibu leluhur bagi klan kopo wesu di Langa, dan adiknya Wajo menjadi ibu leluhur bagi klan kopo wesu di Watu, Be’a, Inerie. 6.2.Saran 1. Bagi masyarakat Ngada khususnya masyarakat Desa Be’a Pawe untuk terus menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Reba, sebagai warisan untuk anak cucu. 2. Sebaiknya masyarakat Desa Be’a Pawe dalam mengikuti upacara adat Reba jangan menkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan,untuk dapatmenghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam upacara adat Reba. DAFTAR PUSTAKA Aw, Sunarto.Komunikasi Sosial Budaya.Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010. Arikunto,S.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Daeng,Hans.J.Reba Tahun Baru Adat Bajawa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Effendi, Onong.Kamus Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989. Idrus, M.Metode-Metode Penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta: UII Press, 2007. Ismawanti, Esti.Metode Penelitian.Surakarta: Yuma Pustaka, 2011. Kuntjara, E. Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Koentjaraningrat.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta, 1967. Kartodirdjo, S.Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993. Liliweri,A. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka NPelajar, 2001. Liliweri,A. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Pribadi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Mitakin, Aw.Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT Genesindo, 2004. Mulyana, D.Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Maryaeni.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Wahyudi, P. S.Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Andi offset, 1997. Burgin, Burham. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Khuta, N. R.Metodologi Penelitia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Sa’u, Andreas Tefa.Entologi Dan Tugas Perutusan. Ende (Nusa Tenggara Timur): Nusa Indah, 2006. Santoso Edi, Setiansah Mite.Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Setiadi, M. E. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Fajar Interpratama, 2006. Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990. Kamus Latin-Indonesia, Kanisius, Yogyakarta, 1969. Kamus Ensiklopedia Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1950. Sumber Skripsi Claudius Bauk Halek, NILAI-NILAI KOMUNIKASI DALAM TEBE, Kupang, 2014. Bahan Ajar Darus, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Kupang, 2009 Saku Bouk, Hendrikus, Komunikasi Antar Budaya, Kupang, 2012. Website http://upacaraadatreba.info/detail/upacaraadat/123/Reba/3Juni 2015. LAMPIRAN Foto wawancara penulis dengan informan Desa Be’a Pawe Gambar 1. Wawancara penulis dengan Bapak Rafael Roga selaku tokoh masyarakat Gambar 2. Wawancara penulis dengan Ibu Veronika Wunu selaku tokoh masyarakat Gambar 3. Wawancara penulis dengan Bapak Damianus Rea selaku masyarakat Gambar 4. Wawancara penulis dengan Ibu Agustina Tea selaku Masyarakat