BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Pada hutan tropika di Indonesia, tumbuh subur sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies di antarannya merupakan tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut menurut Dirjen POM baru sebanyak 283 spesies tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional (Djauhariya dan Hernani, 2004). Ini menunjukkan bahwa masih banyak tumbuhan obat yang berpotensi untuk dikembangkan. Sebagian besar tumbuhan telah banyak menarik perhatian ilmuan untuk diteliti lebih lanjut terutama tumbuhan yang bermanfaat untuk pengobatan berbagai penyakit, terutama penyakit degenaratif seperti halnya diabetes mellitus (Djauhariya dan Hernani, 2004). Diabetes adalah suatu penyakit akibat gangguan produksi atau penggunaan insulin. Insulin adalah hormon yang diperlukan untuk mengubah gula, karbohidrat dan zat makanan lain menjadi energi yang digunakan untuk proses hidup. Sampai saat ini penyebab diabetes masih merupakan misteri, walaupun faktor genetik, kegemukan dan kurangnya olah raga memiliki peranan penting (ADA, 2008). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat, termasuk dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan geriatrik (Ribawan dkk., 2004). 1 Universitas Sumatera Utara Kasus penyakit diabetes mellitus sekarang ini banyak terjadi di Indonesia maupun di negara lain. Menurut penelitian diabetes di Surabaya dan hasil analis data dari poliklinik diabetes di seluruh Indonesia, diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 1994 adalah 2,5 juta jiwa. Pada tahun 2000 penderita meningkat menjadi 4 juta jiwa. Pada tahun yang sama paling sedikit 240 juta penduduk dunia menderita diabetes (Ribawan dan Hernani, 2004). Di negara lain seperti Amerika Serikat sekitar 5-10% dari penderita diabetes penduduk tipe 1 selebihnya adalah tipe 2 (ADA, 2008). Sekarang sudah banyak obat-obatan untuk diabetes melitus terlebih obat hipoglikemik, tetapi karena penggunaannya terus menerus untuk menjaga kadar gula darah agar terkontrol, tentu banyak biaya yang dikeluarkan dan ini menjadi beban bagi penderita, sehingga perlu dicari obat alternatif lain bagi penderita diabetes, yaitu obat yang berasal dari tumbuhan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tumbuhan yang memiliki khasiat hipoglikemik. Salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi dan sudah dikembangkan adalah kelapa. Kelapa sangat populer di masyarakat karena memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Beragam manfaat tersebut diperoleh dari daging buah, air, sabut, tempurung, daun dan batangnya. Bagian terpenting dari kelapa adalah buahnya karena bagian tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk seperti kopra, dessicated coconut, santan kelapa dan minyak kelapa (Alamsyah, 2005). Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama yaitu RBD (Refined, Bleached and Deodorized) dan Virgin. Perbedaannya adalah pada proses pembuatan dan pemilihan buahnya yang mempengaruhi kualitas, penampakan, rasa, bau dan tentu saja khasiatnya. Minyak kelapa murni/virgin Universitas Sumatera Utara coconut oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang diperoleh melalui pendinginan tanpa penambahan bahan kimia. Pada masyarakat, umumnya minyak kelapa sering digunakan untuk menggoreng, melembutkan rambut dan menyembuhkan berbagai penyakit misalnya diabetes mellitus, kolesterol, penyakit jantung, influensa, luka bakar, antikerut, dan penuaan dini (Sutarmi, dkk., 2005). Berdasarkan hal di atas maka peneliti merasa perlu dan tertarik melakukan penelitian sesuai dengan bidang kefarmasian, yaitu untuk mengetahui pengaruh VCO terhadap besarnya penurunan kadar gula darah akibat pemberian Streptozotocin (STZ). Hasil tersebut diharapkan akan memberi informasi ilmiah untuk menjadikan VCO sebagai salah satu alternatif pengobatan diabetes melitus yang banyak dialami masyarakat. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat ditunjukkan pada Gambar 1.1. Variabel bebas X1 STZ/kontrol Variabel Terikat Parameter Tikus Putih y1 X2 y2 y3 CMC tanpa VCO /Glibenklamid ↑ KGD ↓ Berat badan a. KGD (mg/dl) b. Berat badan (g) Tikus Diabetes X3 VCO X4 Glibenklamid dan CMC y4 y5 ↓ KGD ↑ Berat badan Gambar 1.1 Skema yang menggambarkan kerangka pikir penelitian Universitas Sumatera Utara 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan permasalahan penelitian adalah: a. apakah VCO menurunkan kadar gula darah tikus putih yang diinduksi STZ.? b. apakah VCO meningkatkan berat badan tikus diabetes yang diinduksi STZ.? c. apakah ada perbedaan efek pemberian VCO dengan glibenklamid? 1.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah: a. VCO dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih yang diinduksi STZ. b. VCO dapat meningkatkan berat badan tikus diabetes yang diinduksi STZ. c. tidak ada perbedaan efek diabetes yang VCO dengan glibenklamid. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: a. mengetahui efek penurunan kadar gula darah tikus putih yang diinduksi STZ oleh VCO b. mengetahui efek VCO terhadap peningkatan berat badan tikus diabetes yang diinduksi STZ. c. mengetahui perbedaan efek penurunan kadar gula darah antara VCO dengan glibenklamid. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan: a. sebagai bahan pertimbangan bahwa VCO dapat digunakan sebagai obat tradisional dalam pengendalian diabetes mellitus Universitas Sumatera Utara b. menunjang program pemerintah dalam pengembangan obat tradisional sehingga dapat diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat c. menambah inventaris obat antidiabetes yang mudah didapat dengan harga terjangkau. Universitas Sumatera Utara