BAB III - MAFIADOC.COM

advertisement
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Secara sistematik penelitian ini memiliki alur diagram (flow chart) sebagai
berikut :
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Perumusan Tujuan
Studi Lapangan
Studi Literatur
Tahap Persiapan
Tidak Valid /
Identifikasi Variabel
Pengumpulan data umum
Pengumpulan data Organisasi
Tahap Pengumpulan Data
Penyebaran Kuisioner
Valid / Reliabel
UJi Validitas dan Reliabilitas
Tahap Pengolahan Data
Perhitungan Skor
Analisa Deskriptif
Analisa Inferensial
Regresi Linier Berganda
Analisa dan Interpretasi Data
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Alur Diagram (flow chart) Penelitian
52
Tahap Analisa &
Kesimpulan
53
3.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap permasalahanpermasalahan yang terdapat di dalam perusahaan. Selanjutnya dari pengamatan ini
didapatkan suatu pokok bahasan penelitian dan dilakukan perumusan masalah untuk
dicari penyelesaian maupun usulan yang dianggap terbaik melalui serangkaian
kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah.
3.3 Perumusan Tujuan
Peneliti menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.
Tujuan ini hendaknya sesuai dengan harapan perusahaan dan peneliti sehingga
terjalin suatu kerjasama dalam membantu mencapai tujuan yang hendak dicapai
perusahaan.
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel –variabel yang akan diteliti dan diidentifikasi dalam penelitian ini
ada dua yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
1.
Variabel bebas atau independent variable, yaitu variabel yang nilainya tidak
tergantung nilai variabel lain.variabel ini diberi simbol X,
2.
Variabel tidak bebas atau dependent variable, yaitu variabel yang nilainya
tergantung nilai variabel lain. Variabel ini diberi simbol Y
3.5 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional variabel terikat (Y) dan variabel bebas
(X) sebagai berikut :
53
54
3.5.1 Customer Behaviour
Customer behaviour merupakan tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut. Di sini customer behavior dibagi menjadi
beberapa variabel untuk memudahkan pengolahan data dan pemahaman responden
saat pengisian kuisioner.
3.5.1.1 Kekuatan Image (X1)
Adanya ikatan emosional yang kuat antara konsumen terhadap produk yang
dikonsumsinya. Hal ini semata-mata karena anggapan bahwa produk dengan merekmerek tertentu akan memberikan kebutuhan yang diinginkan atau jaminan kualitas
baik, sehingga saat pembelian tanpa memerlukan pertimbangan tinggi (low
involvment).
Indikator untuk mengukur variabel kekuatan image (X1), meliputi :
a. Dalam keluarga sebelumnya pernah menggunakan pasta gigi pepsodent
b. Konsumen menyukai atau menggunakan produk dengan merek-merek
terkenal terutama untuk keperluan menggosok gigi
c. Produk pasta gigi pepsodent banyak digunakan di sekitar lingkungan
konsumen
d. Konsumen tidak berani mencoba atau berganti merek pasta gigi lain
54
55
e. Pasta gigi pepsodent memiliki persepsi kuat terhadap diri konsumen
mengenai hal-hal yang ditawarkan perusahaan baik melalui iklan atau
kegiatan perusahaan yang diketahui konsumen
f. Secara pribadi konsumen menggunakan produk pasta gigi pepsodent sejak
lama
3.5.1.2 Respon Perusahaan (X2)
Tanggapan perusahaan terhadap keinginan konsumen atau upaya-upaya
agar produk memenuhi fungsi-fungsi kelayakan dan dapat diterima secara objektif.
Indikator untuk mengukur variabel respon perusahaan (X2), meliputi :
a. Konsumen merasa perusahaan memberi perhatian terhadap selera
konsumen berkaitan dengan produk pasta gigi pepsodent
b. Konsumen
beranggapan
bahwa
perusahaan
mampu
memberikan
perubahan pada pola menggosok gigi bagi masyarakat dan konsumen
c. Konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu bekerjasama dengan
instansi pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi
d. Perusahaan selalu mempertimbangkan perubahan keinginan dan selera
konsumen terhadap produk
e. Perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang berkaitan
dengan riset perilaku konsumen
3.5.1.3 Respon Distributor, Retailer, dan Toko (X3)
Tanggapan distributor, retailer dan toko dalam memberikan respon mengenai
produk yang dijualnya kepada konsumen ataupun dalam hal memposisikan dan
55
56
mengkondisikan pemasaran mereka, sehingga hal ini berpengaruh terhadap asumsi
konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Indikator untuk mengukur variabel respon distributor, retailer dan toko (X3),
meliputi :
a. Perusahaan memperhatikan keluhan, keinginan maupun harapan konsumen
mengenai produk
b. Sirkulasi pengiriman produk atau sistem distribusi pasta gigi di retail sekitar
konsumen sesuai dengan yang dikehendaki konsumen
c. Terjadi trend pembelian tertentu pada produk pasta gigi pepsodent di sekitar
konsumen
d. Secara emosional retail di sekitar konsumen menawarkan alternatif
pemakaian pasta gigi pepsodent jika produk pasta gigi merek lain yang
dikehendaki konsumen tidak ada
e. Perilaku konsumen sangat di suatu lingkungan sangat mendukung proses
penjualan pasta gigi pepsodent
f. Usaha atau tempat bekerja pengecer atau pemakai berada pada lingkungan
kelas sosial menengah ke atas
3.5.2
Customer Value
Customer Value adalah nilai –nilai intrinsik maupun ekstrinsik yang melekat
pada produk maupun proses penyampaian produk sehingga konsumen merasakan
bahwa produk yang dia beli sebanding dengan biaya atau harga yang dikeluarkan.
56
57
3.5.2.1 Nilai-nilai Intrinsik Produk (X4)
Nilai –nilai yang langsung melekat pada produk dan biasanya tidak berwujud
(intangibel), tetapi langsung memiliki manfaat atau kegunaan yang bisa dirasakan
konsumen.
Indikator untuk mengukur variabel nilai intrinsik produk (X4), meliputi :
a. Produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas yang paling bagus daripada
pasta gigi produk lain
b. Pasta gigi pepsodent memiliki rasa yang sesuai dengan selera konsumen
c. Pasta gigi pepsodent memiliki aroma yang sesuai dengan selera
konsumen
d. Pasta gigi pepsodent memiliki busa yang sesuai dengan selera konsumen
e. Dalam kemasan produk pasta gigi pepsodent terdapat komposisi bahan
pembentuk produk yang menurut konsumen komposisi tersebut benarbenar memberikan manfaat dan tidak memberikan efek negatif
f. Adanya kemungkinan perusahaan mengganti produk pasta gigi pepsodent
dengan produk pasta gigi jenis lain dengan merek yang sama
g. Respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang
disampaikan konsumen atas pengkonsumsian produk
h. Keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi pepsodent dibuat dan
diproduksi dengan bahan-bahan pilihan, mesin-mesin canggih dan tenaga
kerja yang handal
i. Adanya jaminan dari perusahaan terhadap produk pasta gigi pepsodent
yang dikonsumsi konsumen
57
58
3.5.2.2 Nilai Ekstrinsik Produk (X5)
Nilai-nilai yang melekat pada produk dan dapat langsung diamati atau
dirasakan tanpa harus melalui proses penggunaan produk.
Indikator untuk mengukur variabel nilai ekstrinsik produk (X5), meliputi :
a. Produk pasta gigi pepsodent dapat dibeli atau dikonsumsi dengan harga
yang sesuai atau terjangkau
b. Produk pasta gigi pepsodent memiliki kemasan atau bentuk yang menarik
dan lebih baik dibandingkan dengan produk lain
c. Produk pasta gigi pepsodent memiliki warna yang lebih menarik
dibandingkan dengan produk lain
d. Produk pasta gigi pepsodent memiliki harga yang lebih murah atau
bersaing dengan produk pasta gigi merek lain
e. Produk pasta gigi pepsodent memiliki ketahanan yang cukup baik
dibandingkan dengan produk lain
f. Konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta gigi pepsodent
g. Perubahan yang dilakukan perusahaan terhadap perusahaan seringkali
susuai dengan harapan konsumen
h. Kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi manfaat produk
bermanfaat bagi konsumen
i. Konsumen merasa harga yang telah dibayar sesuai dengan manfaat produk
yang diperolehnya
j. Informasi mengenai manfaat produk disukai oleh konsumen
58
59
k. Perusahaan seringkali memberikan apresiasi berupa reward maupun award
kepada konsumen yang dianggap loyal.
3.5.3
Strategi Pemasaran (Y)
Strategi pemasaran adalah suatu upaya strategis dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi dan pendistribusian ide-ide,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan
organisasi.
Indikator untuk mengukur variabel strategi pemasaran (Y), meliputi :
a. Semua karyawan di perusahaan menggunakan atau mengkonsumsi pasta
gigi pepsodent
b. Distribusi pemasaran produk pasta gigi pepsodent menjangkau seluruh
lapisan masyarakat Surabaya
c. Jenis-jenis produk pasta gigi pepsodent memiliki pengaruh terhadap
alternatif pemilihan produk pasta gigi
d. Produk pasta gigi pepsodent masih memimpin pangsa pasar untuk pasta
gigi
e. Perusahaan masih menggunakan cara lama dalam memasarkan produknya
f. Pasta gigi pepsodent memiliki kestabilan harga dibandingkan dengan
produk pasta gigi lain
g. Produk pasta gigi pepsodent masih konsisten dengan mutu, rasa atau
ukurannya dengan produk sebelumnya
h. Pemasaran produk pasta gigi pepsodent digabungkan dengan produk lain
59
60
i. Perusahaan memiliki divisi marketing yang handal dalam memasarkan
produk
j. Adanya peningkatan penjualan terhadap produk pasta gigi pepsodent
k. Seringkali terjadi inovasi produk untuk meningkatkan penjualan
l. Konsumen membeli berdasarkan pilihan merek
m. Konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent berdasarkan pilihan
manfaat atau kegunaan
n. Konsumen membeli produk pasta gigi pepsodent tanpa pertimbangan
tertentu dan hanya mengikuti kebiasaan keluarga atau teman
o. Kegiatan atau even sosial yang diadakan perusahaan berpengaruh
terhadap peningkatan penjualan produk
p. Iklan atau promosi perusahaan menarik dan mempengaruhi konsumen
untuk membeli peroduk
q. Konsumen tetap mengkonsumsi pasta gigi pepsodent meskipun harganya
naik atau lebih mahal dareipada produk lain
r. Konsumen sebelumnya pernah mengkonsumsi produk lain sebelum
menggunakan produk pasta gigi pepsodent
s. Produk pasta gigi pepsodent pernah mengalami penurunan penjualan
t. Pemotongan harga, pemberian hadiah maupun pengharagaan yang
diberikan perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen
u. Di suatu lingkungan tertentu, penjualan produk pasta gigi pepsodent
masih kalah dibanding dengan produk lain
60
61
Pengukuran untuk masing-masing variabel bebas dilakukan dalam bentuk
skoring menurut skala Likert. Skala Likert (Likert Scale) merupakan metode yang
mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek,
objek atau kejadian tertentu yang dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang ada
dalam kuisioner. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini
dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama Likert Scale.
Skala Likert pada umumnya menggunakan 5 angka penilaian dimana angka 1
menunjukkan nilai terendah dan nilai angka 5 menunjukkan nilai tertinggi. Untuk
menentukan nilai variabel bebas diukur secara skoring berdasarkan skala Likert, dari
masing-masing skor jawaban responden tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan. Selanjutnya untuk mengubah data
kualitatif menjadi kuantitatif, agar dapat dengan mudah diukur, ditentukan dengan
memberikan nilai untuk indikator-indikator variabel dengan kategori yang
didasarkan dengan skala nilai sebagai berikut :
Jawaban A diberi nilai / skor = 1
Jawaban B diberi nilai / skor = 2
Jawaban C diberi nilai / skor = 3
Jawaban D diberi nilai / skor = 4
Jawaban E diberi nilai / skor = 5
3.6 Prosedur Penentuan Sampel
Singarimbun dan Effendi (1989 : 45) mengemukakan bahwa jumlah sampel
apabila dianalisis dengan statistik non-parametrik, maka jumlahnya harus besar dan
61
62
berdistribusi normal. Sampel yang tergolong besar dan berdistribusi normal adalah
sampel dengan jumlah lebih besar dari 30 kasus yang diambil secara random.
Suparmoko (1998 : 13) menyatakan bahwa besarnya sampel hendaknya jangan
kurang dari 30 sampel. Sampel dalam penelitian diambil sebanyak 50 sampel yaitu
50 konsumen produk dari perusahaan PT. Unilever di wilayahSurabaya. Penelitian
ini disebut juga studi populasi atau studi sensus karena semua populasi dijadikan
sampel penelitian (Arikunto, 1992 : 102).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di beberapa retail, toko atau
jalur distribusi produk dari PT. Unilever 200 orang dari produk pasta gigi medium
yang diteliti dan dianggap mewakili kelayakannya. Arikunto (1992 : 56) menyatakan
“…. Bila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua …. Selanjutnya
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih
…”. Oleh karena responden lebih dari seratus orang maka pengambilan sampel
adalah jumlah sampel yang diambil sebanyak 25% dari jumlah total populasi
sebanyak 200 orang. Jadi jumlah sampel adalah 200 x 25% = 50 orang.
3.7 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari:
A. Data primer
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lokasi
penelitian, yaitu dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi
kepada konsumen pengguna produk dari PT. Unilever.
62
63
B. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari pihak intern yang berupa dokumen atau
data intern perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
3.8 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan
dilakukan beberapa teknik tertentu yaitu :
1. Survei awal
Survey awal dilakukan sebagai pengamatan awal terhadap kondisi organisasi
yang menjadi objek penelitian dan menggali masalah yang ada di dalamnya
guna memperoleh data-data yang terkait dengan penelitian serta sebagai dasar
bagi penyusunan kuisioner.
Diadakan pengamatan yang dilakukan secara langsung ke konsumen di
daerah Surabaya dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang
diharapkan secara lengkap dan jelas.
2. Angket (kuesioner atau daftar pertanyaan )
Merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan angket kepada
responden untuk diisi. Angket (kuesioner atau daftar pertanyaan) tersebut
akan diberikan kepada karyawan, yang akan diisi dengan keadaan yang
sebenarnya, dan hasil dari pengisian angket (kuesioner atau daftar
pertanyaan) itu akan diolah dengan metode stastitik.
63
64
3. Wawancara
Dalam peneltian ini akan dilakukan wawancara dengan para responden (yaitu
yang terdiri dari pimpinan dan beberapa karyawan yang terkait) hal ini
dilakukan untuk melengkapi data- data yang diperoleh.
3.9 Teknik analisis
3.9.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Data primer yang diperoleh melalui kuisioner perlu dilakukan pengujian,
karena seringkali data tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dari pengujian
data ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas data yang hendak diolah dan
dianalisis. Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas, dalam
penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS 10.00 under windows.
3.9.1.1 Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat tes melakukan
fungsi ukurnya. Apabila validitas yang didapatkan semakin tinggi, maka tes tersebut
akan mengenai sasaran dan semakin menunjukkan apa yang seharusnya ditunjukkan.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengukur atau menguji apakah suatu
indicator (instrument) mengukur konstruk sesuai dengan dengan yang diharapkan
peneliti, sehingga akan digunakan pendekatan construct validity dengan pengujian
melalui discriminant validity dimana masing-masing item tiap variabel dikorelasikan
dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien product moment, dan validitas suatu
64
65
instrumen ditentukan berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang
digunakan untuk mengukur konstruk lain (Indrianto dan Supomo, 1997 : 184).
Menurut Sugiyono (1997) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti. Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan
indeks korelasi product moment pearson dengan level of significant 5% terhadap
nilai korelasinya. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka
dinyatakan valid dan sebaliknya jika hasil korelasinya lebih besar dari 0,05 maka
dinyatakan tidak valid. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program SPSS Versi 10.0.
3.9.1.2
Uji Reliabilitas
Uji keandalan (reliabilitas) digunakan untuk menguji kekonstanan dan
ketepatan hasil pengukuran kuisioner yang erat hubungannya dengan masalah
kepercayaan (Nazir, 1999 : 234). Suatu taraf tes dikatakan mempunyai kepercayaan
bila tes tersebut memberikan hasil yang tepat.
Apabila Alpha Cronbach (α) lebih besar dari 0,60 maka data penelitian
diangap cukup baik dan reliabel untuk digunakan sebagai input dalam proses
penganalisaan data guna menguji hipotesis penelitian (Maholtra, 1995 : 56). Uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.
65
66
3.9.2 Analisa Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menganalisis data yang terkumpul
dan dipergunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing responden
dan tanggapan responden atas variabel penelitian yaitu seluruh variabel-variabel
strategi pemasaran yang terdiri dari : kekuatan image, respon perusahaan, respon
distributor, retailer, toko, nilai-nilai instrinsik produk serta nilai-nilai ekstrinsik produk
terhadap produk tertentu, dideskripsikan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
rata-rata hitung.
3.9.3 Teknik Analisis Inferensial / Kuantitatif
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis statistik inferensial atau kuantitatif
yang meliputi : uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji F, dan uji t.
1.
Uji Asumsi Klasik
Dalam regresi berganda terdapat beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi,
agar dapat menghasilkan estimator linier yang akurat dan mendekati atau sama
dengan kenyataan. Asumsi-asumsi dasar tersebut dikenal sebagai asumsi klasik
(Hasan, 1999 : 268).
A. Tidak Terjadi Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu
(time series) atau ruang (cross sectional). Hal ini mempunyai arti bahwa suatu tahun
tertentu dipengaruhi oleh tahun sebelumnya atau dipengaruhi oleh series dan cross
66
67
sectional menyebabkan uji F dan uji t menjadi tidak akurat. Gejala autokorelasi
mengakibatkan hasil analisis regresi tidak lagi efisien atau varian tidak lagi
maksimum. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji
“Durbin Watson” dengan ketentuan berikut (Algifari, 2000 : 89) :
D – W < 1,08
= terdapat autokorelasi
1,08 ≤ D – W ≤ 1,66 = tanpa kesimpulan
1,66 ≤ D – W ≤ 2,34 = tidak terdapat autokorelasi
2,34 ≤ D – W ≤ 2,92 = tanpa kesimpulan
D – W > 2,92
= terdapat autokorelasi
B. Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Gejala heterokedastisitas terjadi sebagai akibat ketidaksamaan data, atau
bervariasinya data yang diteliti. Salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya gejala tersebut adalah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman
(Hasan, 1999 : 268) dengan teknik pengujian menggunakan uji t. Apabila nilai t
hitung lebih kecil daripada t tabelnya, berarti tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
Sebaliknya apabila t hitung lebih besar dari t tabelnya berarti terjadi
heterokedastisitas.
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot diagram, dimana sumbu X adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
67
68
telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan scatterplot diagram
adalah :
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik atau poin-poin yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
telah terjadi heterokedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
c) Tidak Terjadi Multikolinieritas
Multikolinierasitas menunjukkan korelasi antar variabel bebas dalam persamaan
regresi yang menyebabkan standard error menjadi tinggi dan sensitif terhadap
perubahan data, sehingga koefisien regresi menjadi kurang teliti dan tingkat
signifikansi yang salah juga semakin besar. Cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala multikoliniearitas antara lain dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF kurang dari 10 maka dinyatakan tidak
terjadi multikoliniearitas (Gujarati, 1997).
2. Analisa Regresi Liniear Berganda
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari variabel-variabel faktor
strategi pemasaran yang meliputi : kekuatan image, respon perusahaan, respon
distributor, retailer dan took, nilai-nilai instrinsik produk dan nilai-nilai ekstrinsik
produk PT. Unilever Indoneasia Tbk maka digunakan analisis regresi linear
berganda. Dimana persamaan yang dihasilkan dari regresi linear berganda, adalah
sebagai berikut :
68
69
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b4X5 + ε
Keterangan :
3.
Y
= Strategi pemasaran perusahaan
b1, … b4
= Koefisien regresi masing-masing variabel
a
= Konstanta
X1
= faktor kekuatan image
X2
= faktor respon perusahaan
X3
= faktor respon distributor, retailer, toko
X4
= faktor nilai-nilai instrinsik produk
X5
= faktor nilai-nilai ekstrinsik produk
ε
= Estimate of error dari masing-masing variabel
Uji F (Pengujian Hipotesis Pertama)
Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat atau tidak bebas, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Menentukan rumusan hipotesis :
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, berarti faktor posisi perusahaan dalam pangsa pasar,
diversifikasi dan pengenalan produk baru, pengembangan dan perluasan
pangsa pasar, pembukaan jalus distribusi baru, posisioning, segmentasi dan
targeting terhadap produk tertentu secara bersama-sama (simultan) tidak
berpengaruh signifikan terhadap strategi perusahaan PT. Unilever.
69
70
H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, berarti faktor Posisi perusahaan dalam pangsa pasar,
diversifikasi dan pengenalan produk baru, pengembangan dan perluasan
pangsa pasar, pembukaan jalus distribusi baru, posisioning, segmentasi dan
targeting terhadap produk tertentu secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap strategi perusahaan PT. Unilever.
b.
Menentukan tingkat signifikansi (level of significant) 95% atau α = 5.
F-tabel ditentukan dengan derajat, V1 = k dan V2 = n – k – 1
c.
Menentukan besarnya F – observasi atau F- hitung dengan rumus Kerlinger dan
Pedhazur (1987 : 201) sebagai berikut ;
F=
R2
k
1 − R (n − k − 1)
(
2
)
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi Berganda
d.
n
= Jumlah Sampel
k
= Jumlah Variabel Bebas
Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0
Daerah
Penerimaan
H0
Daerah
Penolakan
H0
F - Tabel
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 (Uji F)
70
71
e.
Kriteria Pengujian
Bila F – observasi ≤ F-tabel, maka H0 diterima berarti H1 ditolak
Bila F – observasi > F-tabel, maka H0 ditolak berarti H1 diterima
4.
Uji t (pengujian Hipotesis Kedua)
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel
bebas secara parsial (individu), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Menentukan rumusan hipotesis :
H0 : βi = 0, berarti Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Y.
H1 : βi ≠ 0, berarti Xi secara parsial berpengaruh terhadap Y.
b.
Menentukan tingkat signifikansi (level of significant) 95% atau α = 5% dan
besarnya t-tabel dengan derajat kebebasan :
df
c.
= n – k –1, n adalah jumlah sampel yang digunakan
Menentukan besarnya t – observasi atau t – hitung dengan rumus (Supramono
dan Sugiarto, 1993 : 216) sebagai berikut :
tobs =
Keterangan :
βi = Koefisien regresi dari variabel Xi
Sb = Standard Error Koefisien Regresi
71
βi
Sb
72
d.
Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0
Daerah
Penolakan
H0
Daerah
Penerimaan
H0
t - tabel
t - tabel
Gambar 3.3
Daerah Penerimaan Dan Penolakan H0 (Uji t)
e. Kriteria Pengujian
-
Bila t-tabel ≤ t-observasi atau t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
-
Bila t-hitung < t-tabel atau t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
5.
Menentukan Koefisien Determinasi Ganda (R2)
Menghitung koefisien determinasi berganda untuk kemampuan model regresi
dalam menjelaskan perubahan variabel tergantung akibat variasi variabel bebas. R2
diukur dengan persamaan sebagai berikut :
Σ(Yi − Y )
Σ(Yi − Y ) 2
2
R2 =
72
73
Dimana :
Yi
= Nilai Y yang diobservasi
Yi
= Nilai duga Y
Y
= Rata-rata Y
Bila nilai R2 makin mendekati 1 atau 100% berarti semakin baik model
regresi tersebut dalam menjelaskan variabilitas variabel tertentu. Besarnya koefisien
determinasi (R2) adalah dari 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi
berganda suatu persamaan mendekati nol, maka semakin kecil pula pengaruh semua
variabel bebas terhadap nilai variabel terikat, sebaliknya semakin mendekati satu
nilai koefisien determinasi berganda suatu variabel bebas terhadap variabel terikat
maka semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat.
Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas secara
bersama-sama terhadap nilai variabel terikat dapat dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi (R) dari persamaan regresi berganda yang dirumuskan sebagai
berikut :
R = R2
73
Download