BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi
adalah
prasyarat
kehidupan
manusia
karena
tanpa
komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok maupun
organisasi tidak mungkin akan dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan
interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi antar
manusia inilah yang dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan tindakan
komunikasi.
Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara
verbal (dalam bentuk kata-kata, baik lisan atu tulisan) ataupun nonverbal (seperti
gestur, sikap, tingkah laku, gambar-gambar, simbol-simbol, dan bentuk-bentuk
lainnya yang mengandung arti).
Berelson dan Steiner (1964) mengatakan, bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, dan keahlian dan lain-lain. Melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, figur, grafik, angkaangka, dan lainnya. 1
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita
semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang
1
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya. 2007
2
kompleks, namun sekarang ini perkembangan teknologi telah merubah cara kita
berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan
bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan
hati, sikap badan, ungkapan minat, perhatian yang mendukung diterimanya
pengertian, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama
adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah dialog antara orang satu.
Komunikasi yang efektif tergantung dari akurasi suatu persepsi, sedangkan
informasi menjadi andalan dalam proses penyampaian pesan dari suatu
komunikasi.
2.1.2 Jenis Komunikasi
Secara teoritis komunikasi dibagi menjadi 2, yaitu Komunikasi Verbal dan
Nonverbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu menjalin komunikasi
tatap muka sehari-hari.
A. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari
termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha
yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain
secara lisan 2. Pesan verbal itu sendiri terpisah-pisah, artinya orang
2
Dedy Mulyana, op.cit., 343.
3
dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia
menghendakinya. Sedangkan bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek
realitas individual kita.
Jadi komunikasi verbal itu sendiri pada
umumnya digunakan untuk menyampaikan fakta, pengetahuan, atau
keadaan.
B. Komunikasi Nonverbal
Pesan
nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Menurut Larry Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal
mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
settings komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima. Pesan nonverbal bersifat sinambung, tetap
mengalir
sepanjang
ada
orang
yang
hadir
didekatnya.
Ini
mengingatkan pada salah satu prinsip komunikasi bahwa kita tidak
dapat tidak berkomunikasi. Setiap perilaku punya potensi untuk
ditafsirkan. Jadi, meskipun seseorang dapat menutup saluran lingusitik
seseorang untuk berkomunikasi dengan menolak berbicara atau
menulis, seseorang tidak mungkin menolak berprilaku nonverbal.
Komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional
dimana pesan nonverbal lebih potensial untuk menyatakan perasaan
seseorang yang terdalam sekalipun.
4
Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan dua bentuk dari tindak
komunikasi yang tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa keduanya saling
membutuhkan guna tercapainya komunikasi yang efektif, masing-masing saling
bekerja sama untuk menciptakan suatu makna.
2.2 Public Relations
Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan
publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut 3.
Definisi PR diatas menempatkan PR sebagai sebuah fungsi manajemen,
yang bearti bahwa manajemen di semua organiasasi harus memperhatikan PR.
Definisi ini juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik
yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai basis moral
dan etis dari profesi PR.
PR membantu masyarakat yang kompleks dan pruralistik untuk
menentukan keputusan dan menjalankan fungsi secara lebih efektif dengan
memberikan kontribusi pemahaman bersama di antara kelompok dan insitusi. PR
berfungsi untuk menyelaraskan kebijakan publik dan privat.
Unsur-unsur yang lazim dijumpai dalam banyak definisi PR menyatakan
bahwa PR :
1. Melakukan program terencana dan berkesinambungan sebagai bagian
dari manajemen organisasional.
3
Scott M Cutlip , Effective Public Relations : Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana, 2007
5
2. Menangani hubungan antara organisasi dan publiknya stakeholdernya.
3. Memonitor kesadaran, opini, sikap dan perilaku di dalam dan di luar
organisasi.
4. Menganalisis dampak dari kebijakan, prosedur dan aksi terhadap
publiknya stakeholder.
5. Menidentifikasi kebijakan, prosedur dan tindakan yang bertentangan
dengan kepentingan publik dan kelangsungan hidup organisasi.
6. Memberi saran kepada manajemen dalam hal pembentukan kebijakan
baru, prosedur baru, dan tindakan baru yang sama-sama bermanfaat
bagi organisasi dan publik.
7. Membangun dan mempertahankan komunikasi dua arah antara
organisasi dan publiknya.
8. Mengahasilkan hubungan yang baru dan atau tetap antara organisasi
dan publiknya.
2.3 Citra
Istilah image atau citra telah dipakai sebagai kata yang popular pada tahun
1950-an dan akhir-akhir ini dipakai dalam konteks anatara lain: Organization
Image, Corporate Image, Brand Image, Public Image, Self Image, dan
sebagainya. Citra menunjukan pada suatu gambaran (image), suatu kesan
penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Citra mempertaruhkan kinerja
jangka panjang dan tertanam dalam benak publik dalam proses yang lama.
6
Sehingga ada istilah citra baik yang dibangun seumur hidup, tapi dapat terhapus
hanya dalam semalam.
Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra
merupakan yang terbentuk dalam benak manusia. Pembentukan persepsi manusia
menurut K. Sereno & Edward M. Bodaken terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi,
organisasi, dan interpretasi. Seleksi yang dimaksudkan adalah sensasi dan atensi
terhadap stimulus (fisik dan psikologis) yang ditangkap oleh indera manusia,
kemudian diorganisasikan atau digabungkan dengan stimulus pengetahuan serta
pengalaman masa lalu. Penggabungan itu lalu diinterpretasikan maknanya. 4
Menurut Virginia Hortton-Bettman, presiden dari Best suited for the
executive image mengartikan citra sebagai alat komunikasi, bagian dari paket
keterampilan anda dan papan untuk mengiklankan siapa anda, apa yang anda
kerjakan seberapa baik anda dapat mengerjakan.
5
Sedangkan menurut Frank
Jefkins dalam bukunya Public Relations Tecnique, seperti dikutip oleh Soemirat
dan Ardianto, menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan
seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari
pengetahuan dan pengalaman.6 Selanjutnya dalam imu psikologi citra di artikan
sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas.
Dari defini definisi tersebut di atas maka citra pada intinya dapat
disimpulkan bahwa citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap
4
Dedy Mulyana, op.cit., 181.
[online]. Diakses pada tanggal 22 November 2011 dari
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2009/11/bagaimana-meningkatkan-pencitraandiri.html
6
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya 2010 (hal.114)
5
7
sesuatu, persepsi yang terbentuk dalam benak manusia, kesan yang timbul karena
pemahaman akan suatu kenyataan, dan pencapaian tujuan dari kegiatan PR, citra
sesuatu yang abstrak tidak dapat diukur dalam ukuran nominal, tapi dapat
dirasakan dan bisa diciptakan.
2.3.1 Jenis Citra
Ada beberapa jenis citra menurut Frank Jeffkins yaitu 7 :
1. Citra bayangan ( Mirror image)
Citra jenis ini adalah citra dari seseorang dalam organisasi terutama
pimpinanya yang meyakini kesan baik pihak luar tentang organisasinya.
Citra ini seringkali tidak tepat, karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman terhadap pendapat pihak luar atau eksternal.
2. Citra yang berlaku / kini (Current image)
Citra yang merupakan pandangan orang luar terhadap organisasi. Namun
citra yang terbentuk belum tentu sesuai kenyataan.
3. Citra yang diharapkan (Wish image)
Citra yang dikehendaki pihak manajemen. Citra ini juga sangat sangat
tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan sebenarnya atau berlainan
dengan kenyataan.
4. Citra Perusahaan (Corporate image)
Citra dari organisasi itu sendiri dan tidak hanya citra tentang produk. Citra
organisasi secara keseluruhan, pelayanan, sejarah, kinerja perusahaan,
stabilitas keuangaan, dll.
7
A. Saefudin Ma’mun,Citra Indonesia di Mata Dunia, Bandung : Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
(AIPI) 2009
8
5. Citra Majemuk (Multiple image)
Citra pelengkap dicorporate image, sebagai contoh banyaknya jumlah
pegawai, perwakilan disuatu perusahaan, cabang dari sebuah perusahaan,
dapat memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra perusahaan.
6. Citra baik dan buruk (Good and bad image)
Citra ini lebih ditujukan kepada subjek yang ada pada institusi, Citra
Public Relations yang benar adalah kesan ideal sesuai pengalaman,
pengetahuan, dan kenyataan sesungguhnya. Bahwa citra yang baik dapat
dimunculkan kapan saja, termasuk ditengah terjadinya musibah atau hal
yang buruk.
2.3.2 Citra Diri
Citra Diri atau Personal Image adalah gambaran mental yang
menggambaran seseorang dari jenis yang cukup tahan terhadap perubahan,
dimana tidak hanya detail yang berpotensi tersedia untuk penyelidikan objektif
oleh orang lain (tinggi, berat, warna rambut, jenis kelamin, cara berpakian, IQ,
dll), tetapi juga item yang telah dipelajari oleh orang tentang dirinya sendiri, baik
dari pengalaman pribadi atau oleh interlisasi penilaian orang lain. 8
Citra diri dapat terdiri dari tiga jenis : 9
1. Citra diri yang dihasilkan dari bagaimana individu memandang dirinya
sendiri.
8
Alison Theaker, The Public Realitions Handbook : HandBook, Routledge Taylor and Francis
Group : Second Editions Publishe 2004
9
Alison Theaker , op.cit., 96
9
2. Citra diri yang dihasilkan dari bagaimana orang lain melihat individu,
dan
3. Citra diri yang dihasilkan dari bagaimana individu memandang orang
lain melihat dia.
Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri
kita sebenarnya atau persepsi pandangan yang kita buat tentang diri kita sendiri.
Di dalam citra diri mengandung tiga unsur atau komponen penting yaitu mental,
emosional dan spiritual. Untuk menbangun citra diri yang positif dan bermanfaat
bagi kehidupan kita, selayaknya kita mengisi mental kita dengan pemikiranpemikiran yang positif, sehingga secara emosional dan spiritual diri kita akan
menjadi lebih baik.
Apa yang kita pancarkan dari diri kita, orang lain akan menangkap sinyal
yang kita pancarkan itu dan orang lain akan menilai siapa diri kita. Bila
kepribadian kita secara keseluruhan baik, maka akan banyak orang yang akan
menyukai dan mendekatkan diri kepada kita, dan ini merupakan jalan kseuksesan
untuk kita serta menjadi landasan keberhasilan dan kebahagian seseorang.
Sebaliknya bila kepribadian kita kurang baik, maka akan menjadi penghambat
kesuksesan kita, akan banyak orang yang tidak mendukung kita karena sikap dan
perilaku kita kita yang tidak baik serta itu akan merugikan diri sendiri.
Melalui kepibadian kita baik sikap dan perilaku itulah, maka kita akan
memancarkan suatu citra yang dapat di lihat dari orag lain. Baik citra postif
maupun citra negatif.
10
2.4 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang mengunakan pesanpesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, mengatakan bahwa komunikasi
nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian
dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan
nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. 10
Jika terdapat pertentangan antara pesan verbal dan pesan nonverbal, kita
biasanya lebih mempercayai pesan nonverbal, yang menunjukan pesan
sebenarnya, karena pesan nonverbal lebih sulit dikendalikan dari pada pesan
verbal. Kita dapat mengendalikan sedikit perilaku nonverbal, namun kebanyakan
perilaku nonverbal diluar kesadaran kita. Kita dapat memutuskan dengan siapa
dan kapan berbicara serta topik-topik apa yang akan kita bicarakan, tetapi sulit
mengendalikan ekspresi wajah senang, malu, cuek, anggukan kepala dan kaki
yang mengetuk-ngetuk lantai dan sebagaianya. Setiap hal yang dilakukan
seseorang yang diberi makna oleh orang lain
10
Deddy Mulyana,op.cit., 343
11
Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Surnawinardi. Komunikasi
antar Budaya memberika pengertian mengenai komunikasi nonverbal sebagai
berikut : komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata, komunikasi
nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara. 11
2.4.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal
Klasifikasi pesan nonverbal menurut Jalaludin Rakhmat (2005)
yaitu :12
1. Pesan Kinesik, Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
bearti terdiri dari tiga komponen utama : pesan fasial, pesan gestural, dan
pesan postural.
2. Pesan Paralinguistik, Pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara
menucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang
berbeda.
3. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial. Secara umum
mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
4. Pesan Artifaktual, Pesan artifaktual ini diungkapkan melalui penampilan
tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap,
orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh
ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian dan kosmetik
11
S. Djuarsa Sendjaja, Ph. D., Dkk. Teori Komunikasi, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka 2002
12
Jalaludin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2005
12
2.4.2 Komunikasi Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appreannce)
sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, pakaian, tas, dan atribut-atribut
lainnya. Penampilan fisik seseorang dapat mempengaruhi reaksi dari orang-orang
lainnya, walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam
hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body
image). Erat kaitannya dengan tubuh seseorang untuk membentuk citra tubuh
dengan pakaian dan kosmetik. Umumnya pakaian seseorang digunakan untuk
menyampaikan identitas seseorang, untuk mengungkapkan kepada orang lain
siapa kita. Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga
pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan
perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya,
sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting. Pakaian
melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai
perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan,salju dan angin atau
kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko
selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai
sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan
kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian
dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker.
Pada kajian ilmu komunikasi, pakaian memainkan peran yang penting.
Menurut Rakhmat (1994-292) pakaian dalam konteks komunikasi nonverbal
merupakan bagian dari pesan artifaktual. Pakaian dipandang memilki satu fungsi
13
komunikatif. Suatu bentuk komunikasi artifaktual dalam ranah komunikasi
nonverbal. Pakaian menyampaikan pesan bermakna dengan cara yang sama
seperti bahasa menyampaikan pesan.13
Pakaian atau busana menyampaikan pesan-pesan nonverbal ia termasuk
komunikasi nonverbal. Pesan-pesan artifaktual dalam komunikasi nonverbal ini
diungkapkan melalui penampilan, tubuh pakaian, kosmetik dan juga warna
pakaian. Pakaian merupakan salah satu bentuk daya tarik fisikyang telah melekat
pada tubuh seseorang. Daya tarik seseorang dapat ditentukan oleh bentuk dan
warna pakaian. Kesan pertama terhadap seseorang dapat ditentukan oleh
pakaiannya.
Pakaian
mempunyai
banyak
fungsi
bagi
mereka
yang
memandangnya. Orang bisa menerka ekspresi emosi dan perasaan melalui
pakaian. Pakaian yang pendek pada wanita, seperti rok pendek ketat, slack yang
ketat, menunjukan kesan daya tarik seksual yang tinggi. Pakaian yang digunakan
oleh seseorang mempunyai dampak besar terhadap pribadi seseorang.
Dalam masyarakat indonesia pakaian-pakaian tertentu hanya boleh
dikenakan oleh masyarakat yang tergolong masyarakat atas, menengah maupun
bawah. Perbedaan tersebut tidak hanya pada model tetapi juga pada warna,
bentuk, jenis bahan pakaian, sampai pada konteks atau waktu pakaian tersebut
dipakai. Contohnya dalam organisasi formal seorang direktur utama selalu
menggunakan dasi.
Pakaian sebagai media komunikasi memiliki tiga fungsi, yakni
penyampaian emosi, perilaku, dan perbedaan. Pertama, pakaian adalah sebuah
13
Farid Hamid U. Pakaian : Studi Komunikasi Artifaktual, Jakarta : MediaKom Jurnal Ilmiah
2010
14
simbol dan mengkomunikasikan informasi perasaan. Kedua, pakaian memiliki
dampak pada perilaku pemakaianya. Ketiga, fungsi pakaian adalah untuk
membedakansetiap individu ketika seseorang berada dikelompok berbeda.
Komunikasi artifaktual biasanya diartikan sebagai komunikasi yang
berlangsung melalui cara berpakaian dan artefak-artefak lain (lurie, 1983).
Perhiasan, tata rias wajah, kancing, alat tulis yg digunakan oleh seseorang atau
perusahaan, mobil yang dikendarai, rumah yang dihuni, peraboy rumah yang
dimiliki serta cara penataannya, besar dan lokasi kantor seseorang dan nyatanya
hampir setiap benda yang berkaitan dengan diri seseorang mengkomunikasikan
makna.
Jam Arloji Rolex dan Timex keduanya mungkin memberikan informasi
tentang waktu yang sama dan benar, tetapi keduanya mengkomunikasikan hal
yang berada tentang anda. Apapun yang anda kenakan dan apapun yangg anda
miliki semua mengkomunikasikan sesuatu tentang anda.14
2.4.3 Pakaian
Dalam setiap bentuk dan jenis pakaian apapun yang orang kenakan, baik
secara gamblang maupun sama-samar, akan menyampaikan penanda sosial (social
signals) tentang si pemakaianya. Menurut Dasmon Morris (1977), sekurangnya
ada tiga fungsi mendasar pakaian yang dikenakan manusia, yakni memberikan
kenyamanan, sopan santun, memamerkan. Sulaman yang rumit, bahan yang
mudah rusak, kemeja yang dikanji, sepatu yang bertumit tinggi, kuku yang
14
Josep A Devito, Komunikasi Antar Manusia, Edisi kelima, Jakarta : Profesional Books, 1997
15
panjang dan bercat, dan sejenisnya, merupakan sarana untuk melambangkan
kalangan kelas menengah atas. Pakaian dan hiasan tubuh yang dikenakan dengan
tujuan agar dapat tampil didepan masyrakat adalah bentuk reprsentasi diri.
Pada dasarnya pakaian
merupakan indikator yang tepat dalam
menyatakan kepribadian dan gaya hidup seseorang yang mengenakan pakaian
tertentu. Efe-efek simbolik yang ditimbulkan oleh pakaian ketika seseorang
melakukan interaksi antar manusia sesungguhnya sama tuanya dengan pakaian itu
sendiri.
Shalins (1976) membahas konsep antropologis mengenai totemisme untuk
mengembangkan sebuah anilisis tentang konsumsi khususnya makanan dan
pakaian dalam masyarakat barat modern. Shalins memberikan contoh bagaimana
bagian-bagian pakaian dapat bertindak sebagai totem, mengkomunikasikan
identitas sosial dan mengidentifikasi berbagai suku. Shalins melihat sistem
pakaian bukan sekedar seperangkat objek materi untuk membuat pemakainya
merasa hangat, tetapi sebagai kode simbolik yang digunakan pemakainya untuk
mengkomunikasikan keanggotaan mereka dalam kelompok sosial. Pakaian
dipandang mengkomunikasikan hak milik yang dianggap melekat dalam setiap
sekelompok dan menjadi dasar untuk membedakan mereka. 15
Manusia modern sekarang dan seterusnya akan semakin peduli dan
tanggap dengan citra diri mereka yang direpresentasikan lewat apa yang mereka
pakai atau miliki. Penampilan dari apa yang terlihat menjadi sangat penting
karena menjadi sumber utama makna. Penampilan dirancang untuk beraneka
15
Endah Murwani. Proses Mengkomunikasikan Identitasdan Gaya Hidup, Jakarta : MediaKom
Jurnal Ilmiah 2009
16
ragam konteks atau tujuan. Cara berapakain, berdandan, dan penampilan fisik
sering kali menjadi dasar bagi kesan pertama, yang relatif lebih lama.
Penampilan merupakan bentuk citra diri seseorang yang dapat dilihat dari
penampilan secara keseluruhan.Penampilan serasi biasanya berhubungan dengan
keselarasan atau harmoni antara sosok diri dengan keharusan atau kebiasaann atau
kepatutan dalam berbusana atau berhias. Penampilan serasi adalah gaya
penampilan seseorang yang ditonjolkan secara fisik dengan memadukan keadaan
sosok diri, cita rasa diri, mode, dan kepantasan atau kepatutan.
2.5 Interaksi Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K Langer,
adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Dalam bahasa
komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang
adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kita (pesan verbal), perilaku
nonverbal, dan objek maknanya di sepakati bersama.16 Misalnya seperti
memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau
kecintaan kepada negara.
Menurut Mead, hanya apabila seseorang memiliki simbol – simbol yang
bermakna, seseorang tersebut berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya.
Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, frase atau
kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses nonverbalnya meliputi
16
Dedy Mulyana,op.cit., 92
17
isyarat, ekspresi wajah, kontak mats, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian,
dan diam. Interaksi simbolik mengakui bahwa interaksi adalah proses interpretif
dua-arah.
Salah satu fokus interaksi simbolika dalah efek dari interpretasi
terhadap orang yang tindakannya sedang di interpretasikan.
Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) interaksi simbolik
menjelaskan tentang kerangka refrensi untuk memahami bagaimana manusia,
bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara
hidup membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar
dalam menbentuk makna yang berasal dari pikiran manusia mengenai diri, dan
hubunganya ditengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi
serta menginterpretasi makna ditengah masyarakat dimana individu tersebut
menetap. Maka itu berasal dari interaksi. Interaksi yang terjadi antar individu
berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Interaksi simbolik
dalam pembahasanya telah berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa
dan komunikasi.
Simbol atau lambang merupakan salah satu kategori tanda (sign).
Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan
indeks, namun ikon dan indeks memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda
fisik yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai
dengan kemiripan. Misalnya foto Megawati adalah ikon Megawati.
Lambang bersifat manasuka, sembarang, dan sewenang-wenang. Apa saja
bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan
atau lisan), isyarat aggota tubuh, penampilan, makanan, tempat tinggal, pekerjaan,
18
olahraga, hobi. Semua itu bisa menjadi lambang. Dandanan dan penampilan fisik
juga bersifat simbolik seperti mengenakan stelan lengkap, T- shirt, sandal jepit,
warna kulit, rambut dikuncir.
Menurut teoritis simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi
manusia dengan menggunkan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia
dengan menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka
maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang
ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang
terlibat dalam interaksi sosial. Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat
berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia.
George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik ke dalam prinsipprinsip sebagai berikut :17
1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan
kemampuan berfikir.
2. Kemampuan berfikir itu di bentuk oleh interaksi sosial.
3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai
manusia, yakni berpikir.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan
(action) dan interaksi yang khas manusia.
17
Deddy Mulyana. Metedologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004
19
5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi
mereka atas situasi.
6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara
lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan dirinya sendiri.
2.6 Pendekatan Dramatugis Erving Goffman
Pergaulan di dunia ini, dimana sebagian orang memainkan semua karakter
yang mungkin ada dalam suatu drama, tetapi bila semua berakhir, artinya bila
kehidupan berakhir, kematian melucuti pakaian yang membedakannya dan semua
orang sekurang-kuranngya sederajat dalam kubur.
Erving Goffman mengemukaan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri
dari penampilan teatrikal yang diritualkan, yang kemudian lebih di kenal dengan
pendekatan dramatugi. Yang dimaksudkan disini adalah bahwa kita bertindak
seolah-seolah diatas sebuah panggung. Bagi Goffman, berbagai penggunaan
ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk
memafasilitasi kehidupan sosial sehari-hari. 18
Makna atas penampilan atau perilaku sepenuhnya bersifat serba mungkin,
sementara, dan situsional. Maka fokus pendekatan dramatugis adalah bukan apa
yang orang lakukan, apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka
melakukan, melainkan bagaiman mereka melakukannya. Berdasarkan Kenneth
Burke bahwa pemahaman yang layak atas perilaku manusia harus bersandar pada
18
Idy Subandy Ibrahim, op.cit., 15
20
tindakan, dramaturgi menekankan dimensi ekspresif atau impresif aktivitas
manusia, yakni bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka
mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga ekspresif.
Pendekatan dramaturgis Goffman khususnya berintikan pandangan bahwa
ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia mengelola kesan yang ingin
diharapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Khalayak juga ada kalanya sadar
bahwa orang yang mereka hadapi agaknya sedang melakukan resentasi diri
dengan menonjolkan atribut-atribut fisik dan sosial mereka yang dianggap
istimewa. Maka terkadang khalayak mencari bukti yang mnujukan bahwa si
pelaku sedang melakukan pengelolaan kesan. Mereka sadar bahwa kata-kata yang
diucapkan pelaku lebih mudah dikenalikan, karena itu mereka biasanya lebih
memperhatikan perilaku nonverbal. Bila terdapat kontradiksi dalam makna antara
apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan, kita biasanya lebih mempercayai
makna
perilaku
nonverbalnya,
karena
perilaku
nonverbal
sulit
untuk
dikendalikan.19
Dalam perspektif dramartugis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial
yang mirip dengan pertunjukan diatas panggung, yang menampilkan peran-peran
yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran sosial tersebut, biasanya
sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku nonverbal
tertentu serta menggunakan atribut-atribut tertentu, misalnya pakaian, kendaraan,
dan aksesoris lainya, yang sesuai dengan perannya dalam situasi tertentu.
19
Deddy Mulyana.
21
Goffman mengakui bahwa orang tidak selamanya ingin menunjukan peran
formalnya dalam panggung depannya. Orang mungkin memainkan suatu peran,
meskipun ia enggan akan peran tersebut, atau menunjukan keenggananya untuk
memainkannya padahal ia senang bukan kepalang akan peran tersebut. Misalnya,
selebriti kelas dunia malah tidak jarang berdandan sedemikian rupa agar tidak
kenal khalayak sehingga mereka berleluasa untuk melakukan apapun yang mereka
sukai. Itu sebabnya mengapa perusahaan-perusahaan yang bonafid, termasuk
toko-toko besar di mall-mall, memajang wanita-wanita muda yang berdandan
aduhai, sering dengan penampilan seksi, sebagai bagian panggung depan mereka.
Maka Jerold Heiss menyatakan bahwa pengelolaan kesan juga digunakan untuk
mempresentasikan citra diri yang benar. 20
Begitu juga dengan tampakan luar manusia. Diasumsikan sebagai sebuah
ikonografi dari suatu cara-cara baik tertentu baik dalam menggambarkan maupun
melihat bentuk-bentuk baru asosiasi sosial. Ini merupakan saran yang paling
mendasar dalam menampilkan penampilan. Manusia modern menjadi tidak bisa
lepas dari ketergantungan akan penampakan luar diri mereka. Siapun dan
dimanapun akan diidentifikasi dalam relasi sosial atas apa yang terlihat melekat
pada diri mereka. Manusia modern dan seterusnya akan semakin peduli dan
tanggap dengan citra diri mereka yang direpresentasikan lewat apa yang mereka
milki. Bahwa penampilan dari apa terlihat menjadi sangat penting karena menjadi
sumber utama makna. Makna dari hal-hal yang dipakai atau digunakan akan
tergantung pada siapa yang menggunakan dan bagaimana menggunakan.
20
Deddy Mulyana., op.cit., 124
22
Penampak luar telah menunjukan pentingnya penampilan. Karena penampilan
akan dirancang untuk beraneka ragam konteks atau tujuan.
Hal ini dapat di lihat bagaimana para politisi, selebritas, artis pertunjukan
dan figur-figur publik lainnya yang memanipulasi penampakan luar citra mereka
atau yang biasa kita sebut gaya hidup mereka untuk merekayasa kesepakatan dan
dukungan dari khalayak.
Download