PROFESIONALISME GURU INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Oleh : Nuraeni T, M.H Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat global di berbagai bidang kehidupan, seperti perkebangan teknologi yang melahirkan berbagai produk teknologi komunikasi, robot dan laser. Seperti kita ketahui kemajuan teknologi tersebut di satu sisi memberikan berbagai kemudahan bagi manusia, di sisi lain dapat menimbulkan dampak buruk baik jangka pendek maupun jangka panjang. Masyarakat dituntut untuk mampu melakukan pilihan yang tepat dalam menggunakan pilihan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan, yaitu: asas belajar sepanjang hayat harus menjadi landasan utama, penggunaan inovasi iptek dalam pembelajaran, penyediaan perpustakaan dan sumber-sumber belajar publikasi dan penelitian bidang pendidikan dan bidang lain yang terkait. Adapun karekteristik pendidikan Indonesia menurut Surya, 1998 adalah Pendidikan Nasional yang mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa, mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan ahli yang diperlukan dalam proses industrialisasi, membina dan mengembangkan penguasaan pengetahuan dan teknologi. Dan sebagai Negara yang berbineka tunggal ika, pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi mempunyai fungsi melestarikan kehidupan bangsa dalam suasana persatuan dan kesatuan nasional. Untuk mewujudkan pendidikan di Indonesia seperti yang kita harapkan dibutuhkan profesionalisme tenaga kependidikan khususnya guru. Profesionalsime guru dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat serta faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar (termasuk kebijakan), sarana-prasarana, dan pelatihan yang diikuti. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, dengan pengembangan profesionalisme diharapkan guru tidak hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi juga tingkah laku yang dipersyaratkan. Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki peran tidak hanya menyampaikan informasi ilmu pengetahuan dan http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=356:guru-di-eraglobalisasi&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E-Buletin Edisi Maret 2015 ISSN 2355-3189 teknologi tetapi juga membentuk sikap dan jiwa siswa sehingga mampu bertahan dalam era persaingan. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu beradaptasi terhadap tantanga kehidupan serta mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Pengembangan potensi peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, social, emosional dan keterampilan. Profesionalisme guru di Negara lain, sebagai contoh Amerika Serikat. Pengembangan profesionalisme guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan oleh Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996), bahwa ada empat standar pengembangan profesional guru, yaitu 1) Standar pengembangan profesi A. para guru melalui sebuah observasi alam, membuat penjelasan dan menguji penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam, 2) standar pengembangan profesi B. para guru tidak hanya tahu sain tetapi juga tahu bagaimana mengajarkannya, guru memahami bagaimana siswa memahami bagaimana konsep-konsep penting, konsep apa yang mampu dipahami siswa sesuai tahap perkembangannya, dan representasi apa yang dapat membantu siswa belajar, 3) standar pengembangan profesi C. guru memahami bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang masa, 4) standar pengembangan profesi D. Program-program profesi untuk guru harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal adanya kesempatan pengembangan profesi yang terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. Selain itu di Amerika Serikat seperti diuraikan dalam jurnal Education Leadership (1993) dijelaskan bahwa untuk menjadi professional, seorang guru dituntut untuk memilih lima hal: 1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, 2) menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada siswa, 3) bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, 4) mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman, 5) merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Membandingkan profesionalisme guru di negara asing dengan di Indonesia, memang masih jauh berbeda. Akadium (1999) mengenukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru di Indonesia, yaitu: 1) masih banyak guru tidak menekuni profesinya secara utuh, 2) belum adanya standar perofesional guru sebagaimana tuntutan di Negara-negara maju, 3) kemungkinan disebabkan adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=356:guru-di-eraglobalisasi&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E-Buletin Edisi Maret 2015 ISSN 2355-3189 memperhitungkan output kelak di lapangan, 4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri. Pemerintah telah berupaya meningkatkan profesionalisme guru diantaranya dengan meningkatkan kualifikasi guru melalui program penyerataan D2 bagi guru SD, D3 bagi guru SMP dan S1 bagi guru SMA serta membentuk Pusat Kegiatan Guru (PKG) , Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Selain itu pemerintah juga merancang program sertifikasi kompensasi pendidik. Dalam sistem sertifikasi terdapat 2 macam sertifikat, yaitu sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Ijazah diberikan kepada calon pendidik yang telah lulus pendidikan guru, baik yang diselenggarakan dengan model “serempak” maupun “bersambung”. Model serempak apabila calon pendidik menempuh mata kuliah keilmuan bersamaan dengan kependidikan (seperti yang diterapkan pada LPTK), sedangkan model bersambung apabila calon pendidik terlebih dahulu mnegikuti mata kuliah keilmuan dan setelah lulus mengikuti mata kuliah kependidikan (missal: sarjana biologi, melanjutkan mengambil mata kuliah kependidikan). Sertifikat kopetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan pelatihan (untuk sementara disebut sebagai badan serifikasi pendidik / BSP) sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu etelah uji kompetensi. Oleh karena itu sertifikat yang diperoleh dari pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, simposium dan lain-lain bukanlah sertifikat kompetensi. Calon pendidik baik lulusan LPTK dan non LPTK yang telah mengikuti mata kuliah kependidikan sebagai masukan uji komptensi untuk mengikuti proses uji kompetensi yang dilakukan oleh BSP. Masukan substansi dan proses uji kompetensi diperoleh dari masyarakat dan pihak berkepentingan. Proses uji kompetensi ini dilakukan dalam bentuk ujian tertulis dan/atau lisan dan/atau prkatik dan/atau portofolio dengan standar kompetensi pendidik yang dikelompokkan menjadi empat rumpun, yaitu: 1) Penguasaan bidang studi, 2) Pemahaman tentang peserta didik, 3) Penguasaan pembelajaran yang mendidik, 4) Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Lulusan ujian kompetensi adalah seseorang yang telah dinyatakan lulus dan mendapat pengakuan berupa Sertifikat Kompetensi Pendidik dan telah siap bekerja di lembaga pengguna (Dirjen Depdiknas, 2004). http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=356:guru-di-eraglobalisasi&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E-Buletin Edisi Maret 2015 ISSN 2355-3189 Mencermati peran guru yang merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan pendidikan maka profesionalisme guru merupakan wacana yang sangat penting. Profesionalisme bukan hanya sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap (attitude) pada tatanan kematangan yang mempersyaratkan kemampuan dan keahlian serta berproses secara terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme merupakan tanggung jawab bersama antar LPTK, instansi yang berkecimpung di bidang pendidikan, PGRI dan masyarakat. http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=356:guru-di-eraglobalisasi&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E-Buletin Edisi Maret 2015 ISSN 2355-3189