Transaksi Non Tunai Bisa Kurangi Aksi Aksi Korupsi infokorupsi.com Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo menyatakan penerapan transaksi non tunai bakal bisa mengurangi praktek korupsi, mengingat dengan sistem ini semua transaksi berlangsung transparan. Hadi mengungkapkan, jika Kementerian Lembaga pemerintahan di negeri ini menerapkan transaksi non tunai maka akan ada kehati-hatian dalam menggunakan uang negara. Menurut dia, transaksi non tunai akan membuat penggunaan anggaran transparan karena dari transaksi non tunai bisa mengetahui peruntukan anggaran tersebut. Sehingga bisa dipastikan tidak ada pemotongan anggaran yang dilakukan oknum yang nakal. Selain itu, menurut dia, dengan penerapan transaksi nontunai akan meringankan pekerjaan BPK dalam mengaudit keuangan Kementerian Lembaga. Salah satu sektor yang penting yaitu sektor pengadaan barang dan jasa mengingat kasus kerugian negara yang sering terjadi adalah dalam bidang pengadaan barang dan jasa (PBJ). Melalui transaksi nontunai ("non cash transactions"/NCT) maka transaksi terkait pengadaan barang dan jasa dapat ditelusuri dan secara mudah terdokumentasi sehingga kemungkinan penyalahgunaan dana dapat termonitor. Sumber berita: 1. http://bisnis.liputan6.com, Transaksi Non Tunai Bisa Kurangi Aksi Aksi Korupsi, Senin 7 Oktober 2013. 2. http://republika.co.id, BPK Transaksi Non Tunai di Pengadaan Bisa Cegah Korupsi, Kamis 14 November 2013. Catatan Berita: Secara garis besar Sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sistem pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan berupa Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik. Kebanyakan uang di dunia sekarang ini adalah elektronik, dan uang tunai mulai semakin berkurang penggunaannya. Dengan perkenalan internet, bank online, kartu debit, dan pembayaran online, dan bisnis internet, uang kertas menjadi sebuah barang masa lalu. Bank-bank sekarang menawarkan jasa di mana "customer" dapat mentransfer dana, saham yang dibeli, menyumbang ke rencana pensiun mereka (seperti RRSP Kanada) dan menawarkan berbagai variasi jasa lainnya tanpa harus menggunakan uang tunai atau cek. Pelanggan tidak harus menunggu barisan, dan ini menciptakan lingkungan yang bebasrepot. Kartu debit dan pembayaran online membuat transfer dana secara langsung dari seorang individu ke account bisnis, tanpa uang kertas. Ini memberikan kepraktisan yang besar bagi banyak orang dan juga bisnis. Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai. 2. Tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang (seperti permen) akibat padagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil (receh). 3. Sangat applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi, seperti: transportasi, parkir, tol, fast food, dll. Peraturan yang dipakai dalam hal terkait transaksi non tunai adalah: 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah Di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 2 ayat (1): Setiap pihak wajib menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 3 ayat 1: Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku untuk: a. transaksi tunai; dan b. transaksi nontunai. Pasal 16: Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini. Pasal 21 ayat 2: Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.