Manajemen Intern Bank Indonesia

advertisement
Laporan Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang
BANK INDONESIA
Triwulan I - 2013
Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.
Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas
dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini
merupakan laporan triwulan pertama di tahun 2013 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia selama periode Januari sampai dengan Maret 2013.
ii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan I-2013.
Sebagai bagian dari pemenuhan transparansi dan akuntabilitas sebagaimana diatur pada Pasal 58
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, telah disusun laporan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia periode triwulan I-2013. Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia
juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang
untuk triwulan yang akan datang dengan memerhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan
baik global maupun domestik. Laporan ini selanjutnya akan menjadi bahan bagi Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank
Indonesia dan Bank Indonesia secara keseluruhan.
Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan I-2013 masih tetap solid ditengah pelemahan
perekonomian global yang mulai berdampak pada kinerja eksternal perekonomian domestik.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga, disertai fungsi intermediasi yang terus meningkat, serta
didukung kelancaran sistem pembayaran. Meski sedikit melambat, perekonomian Indonesia masih
tetap tumbuh sebesar 6,02% yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Laju Inflasi
juga masih terkendali seiring dengan berbagai upaya yang telah ditempuh, sehingga inflasi tetap
berada di dalam sasaran yang ditetapkan.
Pada tahun 2013 ini, pasar keuangan dalam negeri berada dalam tren meningkat yang ditandai
dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan yang beberapa waktu lalu telah menembus
level 5.000. Disamping itu, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap lebih
tinggi dari rata-rata negara di dunia yang diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,0%-6,4%.
Dibandingkan tahun lalu, koreksi tingkat pertumbuhan diperkirakan akan terjadi sebagai dampak
kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) golongan premium yang
rencananya dimulai pada Juni 2013.
Inflasi pada tiga bulan pertama tahun ini meningkat didorong kenaikan harga kelompok bahan
makanan dan bumbu-bumbuan. Ke depan, inflasi diperkirakan akan memperoleh tambahan tekanan
yang cukup signifikan sehubungan dengan kenaikan harga BBM, sehingga diperkirakan akan berada
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
iii
di batas atas rentang sasaran 4,5%+1%. Namun demikian, persepsi positif pelaku ekonomi selama
ini kepada Indonesia diharapkan akan tetap bertahan.
Pada akhir tahun 2011, lembaga rating Fitch memasukkan Indonesia dalam peringkat layak investasi
(Investment Grade), diikuti oleh Moody’s di awal tahun 2012. Bahkan sebenarnya, di tahun 2010
Japan Credit Rating Agency (JCRA) telah mendahului memberikan peringkat layak investasi kepada
Indonesia. Beberapa waktu lalu, Standard & Poor’s melakukan penyesuaian outlook peringkat utang
Indonesia dari positif ke stabil. Hal tersebut hendaknya semakin memacu Bank Indonesia untuk
mawas diri dan tanggap dalam melihat permasalahan struktural perekonomian serta tidak ragu
dalam melaksanakan langkah-langkah penanggulangannya.
Mencermati perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik di atas, Bank Indonesia telah
menempuh berbagai kebijakan untuk mengarahkan inflasi tetap di dalam sasaran yang telah
ditetapkan dengan tetap memperhatikan kelangsungan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Langkah-langkah penguatan ketahanan perbankan dan kehati-hatian bank, juga didukung dengan
kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang beredar. Selain itu, Bank Indonesia juga
selama triwulan I-2013. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah
dan pihak terkait lainnya, serta melakukan upaya edukasi dan komunikasi dengan para pemangku
kepentingan.
Bank Indonesia menyadari bahwa kondisi perekonomian ke depan masih diwarnai dengan risiko
global dan kompleksitas permasalahan domestik. Untuk memantapkan hasil yang telah diraih,
Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara
terukur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilainilai tata kelola organisasi yang baik sambil terus mengoptimalkan kinerja agar pelaksanakan tugas
dapat semakin efektif.
Jakarta, 17 Mei 2013
GUBERNUR BANK INDONESIA
Darmin Nasution
iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................................................v
Daftar Tabel......................................................................................................................................... viii
Daftar Grafik..........................................................................................................................................ix
Bab 1. Ringkasan Eksekutif................................................................................................................ 1
1.1. Kinerja Perekonomian ....................................................................................................... 2
1.2. Kebijakan yang Ditempuh ................................................................................................. 4
Bab 2. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran....7
2.1. Inflasi . .............................................................................................................................. 8
2.2. Pertumbuhan Ekonomi.................................................................................................... 12
2.3. Neraca Pembayaran......................................................................................................... 16
2.4. Nilai Tukar Rupiah............................................................................................................ 18
2.5. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)......................................................................................... 19
2.6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan............................................................................ 21
2.7. Perkembangan Bank Umum............................................................................................. 23
2.8. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).................................................................. 26
2.9. Perkembangan Perbankan Syariah................................................................................... 28
2.10.Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)................................... 31
2.11.Perkembangan Sistem Pembayaran.................................................................................. 33
2.12.Perkembangan Pengedaran Uang.................................................................................... 35
Bab 3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia.............................................. 39
3.1. Stabilitas Moneter............................................................................................................ 40
3.1.1. Kebijakan Moneter............................................................................................... 40
3.1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar....................................................... 42
3.1.3. Koordinasi Pengendalian Inflasi dengan Pemerintah............................................. 45
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)................................................................... 46
3.1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung
Perumusan Kebijakan .......................................................................................... 48
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
v
3.2. Stabilitas Sistem Perbankan.............................................................................................. 51
3.2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum.............................................................. 51
3.2.1.1. Pengaturan Bank Umum......................................................................... 51
3.2.1.2. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia............................................... 52
3.2.1.2.1. Perkembangan Implementasi Basel II....................................... 52
3.2.1.2.2. Persiapan Implementasi Basel III.............................................. 54
3.2.1.2.3. Financial Inclusion dan Perlindungan Nasabah......................... 54
3.2.1.3. Penyiapan Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank ke OJK... 55
3.2.1.4. Pengawasan Bank Umum....................................................................... 56
3.2.2. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah..................................................... 57
3.2.3. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)................................... 58
3.2.4. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM............................................. 59
3.2.4.1. Penguatan Sektor Riil dan UMKM........................................................... 59
3.2.4.2. Peningkatan Penyaluran Kredit kepada Sektor Riil dan UMKM................ 60
3.2.4.3. Progress Pelaksanaan Program Kerja Inisiatif Bank Indonesia 2013:
Penguatan Sinergi Bank Indonesia Dengan Pihak Terkait Dalam Rangka
Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM..................................................... 61
3.2.4.4. Hasil Survei Indeks Kepuasan Stakeholders Atas Peran Bank Indonesia
dalam Mendorong UMKM...................................................................... 63
3.2.5. Perizinan dan Informasi Perbankan....................................................................... 63
3.2.5.1. Perkembangan Sistem Informasi Debitur (SID)......................................... 64
3.2.5.2. Pembuatan Sistem Informasi Perkreditan Nasional................................... 65
3.2.6. Investigasi dan Mediasi Perbankan........................................................................ 66
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang....................................................................... 68
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran.............................................................................. 68
3.3.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Uang Bank Indonesia............................................. 70
3.4. Kerjasama Internasional................................................................................................... 72
3.4.1. Kerjasama ASEAN................................................................................................ 72
3.4.2. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3).............................................. 73
3.4.3. Kerjasama Bank Sentral........................................................................................ 73
3.4.4. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlemen (BIS).......................... 74
3.4.5. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)....................................................... 75
3.4.6. Kerjasama APEC................................................................................................... 75
3.4.7. Kerjasama Negara-Negara G-20........................................................................... 76
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan.................................................................................. 78
vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 4. Manajemen Intern Bank Indonesia...................................................................................... 83
4.1. Manajemen Strategi, Akuntabilitas dan Transparansi........................................................ 84
4.2. Audit Intern..................................................................................................................... 85
4.3. Keuangan Intern.............................................................................................................. 85
4.4. Teknologi Informasi......................................................................................................... 86
4.5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)................................................................... 88
4.6. Aspek Hukum.................................................................................................................. 89
4.7. Program Sosial Bank Indonesia......................................................................................... 91
Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2013............................................................ 93
1.
Peraturan Bank Indonesia................................................................................................. 94
2.
Peraturan Dewan Gubernur ............................................................................................ 94
3.
Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia................................................................................ 95
4.
Surat Edaran Intern Bank Indonesia.................................................................................. 95
Daftar Istilah...................................................................................................................................... 97
Daftar Singkatan............................................................................................................................. 101
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
vii
DAFTAR
TABEL
Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,
Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.1. Penyumbang Inflasi Administered Prices Triwulan I-2013............................................................ 11
2.2. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan........................................................................ 12
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha............................................................................... 15
2.4. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Wilayah.............................................................................. 15
2.5. Suku Bunga Simpanan Per Kelompok Bank................................................................................. 21
2.6. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan............................................................. 22
2.7. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah............................................................... 24
2.8. Indikator Utama Kinerja BPR....................................................................................................... 27
2.9. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah............................................................... 31
2.10. Baki Debet Kredit UMKM........................................................................................................... 32
2.11. Nilai Transaksi Pembayaran......................................................................................................... 34
2.12. Volume Transaksi Pembayaran.................................................................................................... 34
2.13. Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank............................................................... 36
2.14. Indikator Pengedaran Uang......................................................................................................... 37
Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Realisasi Penarikan Utang Luar Negeri Pemerintah...................................................................... 47
3.2. Realisasi Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah................................................................... 47
3.3. Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2012 s.d. Triwulan I-2013............................................... 64
3.4. Jumlah Debitur dan Fasilitas SID.................................................................................................. 65
3.5. Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan................................................................. 66
3.6. Statistik Jenis Informasi dan Tindak Lanjut.................................................................................. 67
3.7. Perbandingan Hasil Survei IKU dengan Survei Indikatif FGD......................................................... 80
viii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
DAFTAR
GRAFIK
Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,
Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.1. Inflasi Triwulanan......................................................................................................................... 8
2.2. Inflasi Tahunan............................................................................................................................. 8
2.3. Inflasi Komoditas Hortikultura yang Impornya Diatur..................................................................... 9
2.4. Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas................................................................................. 9
2.5. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Pengolahan................................................................ 9
2.6. Ekspektasi Inflasi Pedagang........................................................................................................ 10
2.7. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast.......................................................................................... 10
2.8. Inflasi Kawasan........................................................................................................................... 11
2.9. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).............................................................................................. 12
2.10. Indeks Tendensi Bisnis................................................................................................................ 13
2.11. Investasi Bagunan dan Indikatornya............................................................................................ 13
2.12. Indikator Penuntun Ekspor.......................................................................................................... 14
2.13. Neraca Perdagangan.................................................................................................................. 16
2.14. Nilai Tukar Rupiah...................................................................................................................... 18
2.15. Pelemahan/Penguatan Mata Uang Regional................................................................................ 19
2.16. Volatilitas Mata Uang Regional................................................................................................... 19
2.17. Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR............................................................................................... 20
2.18. Volume Transaksi PUAB.............................................................................................................. 21
2.19. Jumlah Bank Pelaku PUAB ......................................................................................................... 21
2.20. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Suku Bunga Deposito Rupiah dan BI Rate............. 22
2.21. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan............................................ 23
2.22. Grafik Perkembangan Pembiayaan dan DPK............................................................................... 28
2.23. NPL Kredit UMKM dan perbankan.............................................................................................. 32
2.24. Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (qtq)........................................................ 35
2.25. Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (yoy)........................................................ 35
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
ix
Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter..................................................................................... 43
3.2. Posisi Instrumen Operasi Moneter............................................................................................... 43
3.3. Term Deposit Valas (USD)........................................................................................................... 44
3.4. Perkembangan Suku Bunga RRT................................................................................................. 44
3.5. Indikator Beban ULN Indonesia................................................................................................... 47
x
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
BAB 1
Ringkasan Eksekutif
Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 ditandai meningkatnya tekanan inflasi dan
melambatnya pertumbuhan ekonomi. Inflasi IHK meningkat dipicu kenaikan harga-harga pada
kelompok volatile food. Pertumbuhan ekonomi melambat akibat menurunnya permintaan
domestik, meskipun pada sisi lain ekspor mulai membaik secara terbatas. Sementara itu,
nilai tukar rupiah cenderung melemah sejalan dengan defisit pada Neraca Pembayaran
Indonesia, namun dengan volatilitas yang tetap terjaga pada level rendah. Selain itu, stabilitas
sistem keuangan tetap terkendali. Di tengah kondisi ekonomi tersebut, berbagai kebijakan
telah ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah sehingga tetap dapat menjaga stabilitas
makroekonomi dan memperkuat kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Bab 1 • Ringkasan Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
Perekonomian Indonesia pada triwulan laporan ditandai meningkatnya tekanan inflasi dan
melambatnya pertumbuhan ekonomi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 5,90% (yoy),
meningkat dibandingkan catatan triwulan sebelumnya 4,30% (yoy). Peningkatan inflasi IHK tersebut
terutama dipicu oleh kenaikan harga-harga pada kelompok volatile food yang tercatat 14,20% (yoy),
meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,68% (yoy). Sementara itu, inflasi
inti dan inflasi administered prices masih cukup terkendali. Inflasi inti secara tahunan menurun dari
4,40% (yoy) menjadi 4,21% (yoy). Inflasi administered prices masih cukup rendah 2,91% (yoy),
meskipun sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya 2,66% (yoy).
Ke depan, inflasi tahun 2013 diperkirakan tetap terjaga dan berada dalam kisaran target 4,5%+1%.
Prakiraan tersebut sudah memperhitungkan dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan
Tarif Tenaga Listrik (TTL). Namun demikian, beberapa faktor tetap perlu dicermati karena dapat
memengaruhi prospek inflasi, antara lain terkait dengan kemungkinan kebijakan subsidi bahan bakar
minyak dan barang/jasa strategis yang berisiko meningkatkan tekanan inflasi.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat melambat 6,02% (yoy), lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,11% (yoy). Perlambatan perekonomian terutama
bersumber dari permintaan domestik yang menurun, sedangkan ekspor mulai membaik meskipun
masih terbatas. Penurunan permintaan domestik terjadi baik pada konsumsi rumah tangga maupun
investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat menjadi 5,2% (yoy) antara lain dipengaruhi
menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak naiknya inflasi bahan makanan dan turunnya
keyakinan konsumen. Pertumbuhan investasi tercatat menurun menjadi 5,9% (yoy) antara lain
dipengaruhi menurunnya optimisme pelaku bisnis.
Ke depan, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan berada dalam kisaran 6,2%-6,6%, dengan
permintaan domestik sebagai pendorong utama. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap menjadi
penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik didorong dampak berbagai kegiatan persiapan
penyelenggaraan Pemilu. Sementara itu, ekspor diprakirakan mulai tumbuh lebih baik sejalan prospek
perbaikan perekonomian global.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan
I-2013 membaik. Hal itu tercermin pada defisit neraca transaksi berjalan yang menyusut menjadi
USD5,3 miliar (2,4% dari PDB) dari defisit USD7,6 miliar (3,5% dari PDB) pada triwulan sebelumnya.
Perbaikan defisit pada transaksi berjalan disebabkan surplus neraca perdagangan non-migas yang
meningkat dan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan yang lebih rendah. Pada sisi lain, neraca
transaksi modal dan finansial pada triwulan laporan mengalami defisit sebesar USD1,4 miliar antara
lain dipengaruhi kebijakan Bank Indonesia yang memperbesar pasokan valuta asing untuk pembayaran
impor minyak. Secara keseluruhan, defisit pada transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial
mengakibatkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2013 mengalami defisit USD6,6 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Maret 2013 turun menjadi
sebesar USD104,8 miliar, atau setara dengan kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri
pemerintah selama 5,7 bulan.
2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 1 • Ringkasan Eksekutif
Pada triwulan II-2013, kinerja NPI secara keseluruhan diprakirakan membaik, didukung oleh transaksi
modal dan finansial yang kembali mencatat surplus sehingga diharapkan mampu membiayai defisit
transaksi berjalan. Perkiraan kinerja NPI triwulan II-2013 yang membaik tersebut sudah mulai
terindikasi dari jumlah cadangan devisa pada akhir April 2013 yang meningkat menjadi USD107,3
miliar.
Defisit NPI pada triwulan laporan berpengaruh kepada nilai tukar rupiah yang masih dalam tren
melemah. Rupiah pada akhir triwulan ditutup pada level Rp9.715/USD, melemah 0,88% dibandingkan
akhir triwulan IV-2012 pada level Rp9.630. Kendati demikian, tren pelemahan rupiah tetap diikuti
oleh volatilitas yang dapat dijaga pada level rendah. Pada triwulan I-2013, volatilitas nilai tukar
rupiah tercatat 2,92% lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang sebesar 4,34%. Rendahnya volatilitas
rupiah tidak terlepas dari respons kebijakan Bank Indonesia menjaga pergerakan rupiah agar tidak
berfluktuasi secara berlebihan.
Sejalan dengan kinerja makroekonomi yang tetap terjaga, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) secara
keseluruhan menunjukkan kinerja positif. Pada akhir triwulan I-2013, Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan (Financial Stability Index/FSI) berada pada level 1,61. Stabilitas sistem keuangan tersebut
didukung oleh terjaganya kinerja perbankan sebagai industri yang mendominasi sistem keuangan
Indonesia. Kinerja perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/
Capital Adequacy Ratio) pada akhir triwulan I-2013 sebesar 18,92%, meningkat dari 17,32%
pada triwulan sebelumnya. Peningkatan CAR tersebut dicapai melalui peningkatan modal bank
dan penurunan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sementera itu, laba perbankan secara
triwulanan mengalami peningkatan dan berhasil membukukan laba sebesar Rp11,33 triliun. Di
sisi lain, perkembangan intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit dalam mendukung
pembiayaan perekonomian masih menunjukkan peningkatan. Meningkatnya penyaluran kredit
perbankan tersebut disertai dengan meningkatnya penyaluran kredit ke sektor produktif yang masih
diikuti dengan membaiknya kualitas kredit.
Kinerja perekonomian Indonesia tidak terlepas dari dukungan keandalan sistem pembayaran
dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Secara umum, penyelenggaraan sistem
pembayaran sebagai bagian dari sistem keuangan selama triwulan I-2013 berjalan dengan aman
dan lancar. Ketersediaan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) sebagai sistem
setelmen dana dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) sebagai sistem
setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta transaksi pembayaran ritel melalui
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mencapai 100%. Dengan demikian, keandalan sistem
pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dapat dijaga dengan baik. Disamping itu,
keandalan sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik
(e-money) yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank Indonesia juga terjaga dengan baik. Dari
sisi pengedaran uang, Bank Indonesia fokus pada pemenuhan kebutuhan uang kartal dalam jumlah
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Secara
keseluruhan, kebutuhan uang kartal masyarakat dapat dipenuhi, bahkan hingga ke wilayah terpencil
dan terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
3
Bab 1 • Ringkasan Eksekutif
1.2. Kebijakan yang Ditempuh
Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan laporan tetap diarahkan agar dapat
menjaga inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan, sambil terus berupaya menjaga kesinambungan
pertumbuhan ekonomi. Mempertimbangkan kondisi di triwulan laporan dan prospek ekonomi ke
depan, kebijakan moneter yang ditempuh diarahkan untuk memitigasi pengaruh meningkatnya
tekanan inflasi jangka pendek yang bersumber dari kenaikan harga pangan (volatile food) dan
masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal. Oleh karena itu, sejalan dengan arah
kebijakan tersebut maka sepanjang triwulan I-2013 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada
level 5,75%, yang dinilai masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014
sebesar 4,5%+1%.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus menempuh arah kebijakan yang konsisten dengan sasaran
inflasi yang telah ditetapkan, sambil terus mencermati berbagai risiko yang dapat memengaruhi
keseimbangan ekonomi makro dan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini
ditempuh akan dilanjutkan dan diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta
asing. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi bersama pemerintah dengan fokus pada
upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan tekanan inflasi dari sisi volatile food.
Guna mewujudkan struktur perbankan yang sehat, pada triwulan I-2013 Bank Indonesia mengeluarkan
kebijakan yang terkait dengan proses implementasi dan penyusunan kebijakan turunan atas paket
kebijakan di tahun 2012. Kebijakan tersebut terkait keuangan inklusif dengan fokus pada rencana
penyusunan ketentuan branchless banking yang bertujuan sebagai strategi distribusi yang digunakan
bank dalam rangka memperluas pemberian layanan keuangan kepada nasabah tanpa melalui kantor
bank sebagai bagian dari program keuangan inklusif secara nasional. Selain itu, Bank Indonesia juga
mewujudkan sistem pengaturan perbankan yang efektif melalui implementasi Basel II dan penyiapan
Basel III. Implementasi Basel II yang mengacu kepada inisiatif keuangan global tersebut tidak hanya
untuk memenuhi standar internasional, melainkan juga untuk meningkatkan ketahanan perbankan.
Melalui berbagai ketentuan yang dikeluarkan, yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia,
diyakini dapat mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan. Selanjutnya upaya tersebut memberikan
implikasi positif terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan di Indonesia secara keseluruhan.
Di bidang sistem pembayaran, fokus utama kebijakan tetap diarahkan untuk menjaga kelancaran
dan keamanan serta meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, dengan memperhatikan aspek
perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran. Kebijakan tersebut diterapkan baik
terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun oleh penyelenggara
lain di luar Bank Indonesia. Seiring dengan meningkatnya transaksi masyarakat melalui kartu kredit,
dilakukan standardisasi chip pada kartu ATM/Debet yang bertujuan untuk menjaga keamanan dan
kelancaran sistem pembayaran. Adapun untuk mengantisipasi kebutuhan konektivitas kedua sistem
tersebut dengan infrastruktur sistem keuangan lainnya, baik domestik maupun internasional, Bank
Indonesia melakukan pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Sementara itu, kebijakan
pengedaran uang tetap fokus pada pemenuhan kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar.
4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 1 • Ringkasan Eksekutif
Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia secara akuntabel dan dalam koridor tata
kelola organisasi yang baik, selama triwulan I-2013 Bank Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan
strategis di bidang manajemen intern. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia memegang
prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi kepada publik serta memenuhi berbagai kewajiban
yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia. Sebagai salah satu bentuk
akuntabilitas pelaksanaan tugas sesuai amanat Undang-Undang, pada awal 2013 Bank Indonesia
telah menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2012 kepada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia. Sementara itu, untuk mencapai terpenuhinya Sumber Daya Manusia
(SDM) secara kuantitas dan kualitas, Bank Indonesia menerapkan kebijakan yang bersifat Strategy
Focused Organisation. Adapun terkait dengan implementasi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia
menetapkan matriks pengalihan fungsi dan penyempurnaan konsepsi organisasi satuan kerja yang
melaksanakan fungsi pengawasan bank. Penetapan matriks tersebut mengacu pada nomenklatur
Bank Indonesia, proses verifikasi terhadap usulan konsepsi penyempurnaan organisasi, dan proses
evaluasi yang dilakukan oleh Forum Panel Penguji yang beranggotakan Anggota Dewan Gubernur,
Asisten Gubernur, dan Pimpinan Satuan Kerja tertentu. Selain itu, Bank Indonesia telah menyiapkan
pedoman atau ketentuan penugasan SDM Bank Indonesia ke OJK, khususnya terkait dengan
pengembangan dan penilaian kinerja. Dalam membantu penyiapan pengalihan fungsi pengawasan
bank ke OJK yang efektif berlaku mulai 1 Januari 2014, Bank Indonesia telah menugaskan beberapa
pengawas bank sebagai tim transisi di OJK.
Lebih lanjut, dengan memperhatikan prospek perekonomian ke depan yang masih dibayangi dengan
ketidakpastian ekonomi global, Bank Indonesia akan mengarahkan kebijakannya untuk mengelola
permintaan domestik agar sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan eksternal. Untuk itu,
Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan yang didukung dengan penguatan strategi
komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
5
Bab 1 • Ringkasan Eksekutif
Halaman ini sengaja dikosongkan
6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
BAB 2
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Perbankan dan
Sistem Pembayaran
Perekonomian Indonesia selama triwulan I-2013 ditandai oleh kenaikan tekanan inflasi
dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Inflasi IHK meningkat menjadi 5,90% (yoy) dipicu
kenaikan harga-harga pada kelompok volatile food. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan melambat menjadi 6,02% (yoy) akibat penurunan pemintaan domestik.
Kendati demikian, pada sisi lain stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan didukung
kelancaran pada sistem pembayaran.
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.1. Inflasi
Tekanan inflasi pada triwulan laporan tercatat meningkat, terutama didorong oleh kenaikan inflasi
volatile food. Sementara itu, inflasi inti dan inflasi administered prices masih cukup terkendali.
Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 2,43% (qtq) atau 5,90% (yoy) (Grafik
2.1 dan Grafik 2.2). Perkembangan inflasi IHK ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
IHK pada triwulan sebelumnya sebesar 0,78% (qtq) atau 4,30% (yoy).
������
������
��
���
����
��
��
�������������������
�������������
��
����
�
�����
��
�
�
�
����
�
����
�
����
���
����
����
����
�
���
����
�������������
�������������������
��
���
���
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
����
����
����
����
����
���� ����
Grafik 2.1
Inflasi Triwulanan
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � �
����
����
����
����
����
���� ����
Grafik 2.2
Inflasi Tahunan
Peningkatan inflasi IHK pada triwulan laporan berdasarkan komponennya terutama dipicu oleh
kenaikan harga-harga pada kelompok volatile food. Inflasi volatile food tercatat sebesar 8,77% (qtq)
atau 14,20% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 1,29% (qtq)
atau 5,68% (yoy) ) (Grafik 2.1 dan Grafik 2.2). Sementara itu, inflasi inti dan inflasi administered
prices masih cukup terkendali. Inflasi inti secara tahunan menurun dari 4,40% (yoy) pada triwulan IV2012 menjadi 4,21% (yoy), ditopang oleh inflasi secara triwulanan yang relatif stabil di level 0,79%
(qtq) dibandingkan dengan 0,75% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Inflasi administered prices sedikit
meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,38% (qtq) atau 2,66% (yoy) menjadi 1,17%
(qtq) atau 2,91% (yoy) pada triwulan laporan.
Kenaikan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan I-2013 terutama didorong oleh gejolak
harga pada aneka bumbu, sayur-sayuran, dan buah (Grafik 2.3). Gejolak harga tersebut dipicu oleh
keterbatasan pasokan beberapa komoditas hortikultura baik yang berasal dari produksi domestik
maupun impor. Tekanan inflasi volatile food pada triwulan laporan juga bertambah karena pada
saat bersamaan masa panen beras mengalami kemunduran dan juga tren peningkatan harga daging
sapi yang masih berlanjut. Dalam perkembangannya, tekanan kenaikan harga beberapa komoditas
bumbu-bumbuan seperti bawang putih mulai menurun pada akhir triwulan laporan. Perkembangan
8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
positif ini didorong meningkatnya kembali pasokan impor yang semula sempat tertahan akibat
masalah perizinan. Penurunan harga juga terjadi pada komoditas pangan lainnya seperti daging
ayam, telur ayam, beras, dan cabai merah seiring dengan terjadinya panen di beberapa daerah.
������
���
���
���
���������������������
����������������������������������������������������������������
������������������������������������
�������������������������������
���������������
���
��
�
���
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
����
����
Grafik 2.3
Inflasi Komoditas Hortikultura yang
Impornya Diatur
Inflasi inti triwulan I-2013 yang masih terkendali, berdasarkan kelompoknya dipengaruhi oleh
menurunnya tekanan inflasi inti kelompok non-makanan. Inflasi inti non-makanan pada triwulan
laporan tercatat menurun dari 3,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,60% (yoy).
Sementara itu, inflasi inti kelompok makanan tercatat meningkat menjadi 5,80% (yoy) dari 5,52%
(yoy), antara lain didorong oleh dampak kenaikan inflasi volatile food.
������
������
�
����������
�
��
���
��
�
��
��
�
��
�
��
�
��
�
�
���
�
�
�
�
���
��
����������
���
���
� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� �
����
����
���������������������������������������
����
�������������
����
����
����
��
����
�������������������������������������������
�������������������������������������������������
Grafik 2.4
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas
��
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��
�� ��� ���� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��
����
����
����
����
����
����
����
����
����
Grafik 2.5
Kapasitas Produksi Terpakai Sektor
Industri Pengolahan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
9
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Perkembangan positif inflasi inti tersebut didorong oleh kondisi kondusif faktor yang memengaruhinya
baik dari eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, harga komoditas global baik pangan dan
non-pangan yang masih melambat serta nilai tukar yang relatif stabil berkontribusi pada inflasi inti
yang terkendali (Grafik 2.4). Dari sisi internal, tekanan inflasi juga terpantau moderat. Hal tersebut
ditopang oleh kemampuan sisi penawaran yang masih memadai merespons permintaan seperti
tercermin pada kapasitas produksi terpakai industri pengolahan yang masih terkendali di bawah
level 75% (Grafik 2.5).
Inflasi inti yang terkendali juga ditopang ekspektasi inflasi yang terjaga, meskipun ekspektasi inflasi di
tingkat pedagang pada awal tahun 2013 sempat meningkat (Grafik 2.6). Kenaikan ekspektasi inflasi
pada awal tahun dipengaruhi oleh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan Upah Minimum
Provinsi (UMP) tahun 2013, dan gejolak inflasi volatile foods. Namun dalam perkembangannya,
ekspektasi inflasi kembali mereda menjelang akhir triwulan sejalan dengan respons pemerintah
meredam gejolak inflasi volatile foods. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia periode Maret 2013
yang menunjukkan ekspektasi inflasi enam bulan ke depan kembali menurun. Selain itu, ekspektasi
inflasi berdasarkan Consensus Forecast sejauh ini juga masih stabil (Grafik 2.7).
������
������
���
��������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
���
���
���
������
��
���
�����������������������
�����������������������
���
��
���
����
���
����
��
���
��� ���� ����
����
����
����
���
����
����
����
���� ����
���� ����
���� ���� ����
���
���
����
�
���
���
���
���
� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� �
����
����
����
����
����
����
����
�
���� ����
Grafik 2.6
Ekspektasi Inflasi Pedagang
���
�
�
�
�
�
�
�
����
�
�
��
�� ��
�
� �
����
Grafik 2.7
Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
Dari inflasi administered prices, terjadi sedikit kenaikan yang terutama disebabkan oleh dampak
kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada 1 Januari 2013. Kenaikan TTL tahap I sebesar 4,3% telah
menyumbangkan kenaikan inflasi sebesar 0,08% (Tabel 2.1). Rencana kenaikan gas elpiji 12 kg
juga telah mendorong kenaikan harga gas elpiji di tingkat konsumen sebagaimana tergambar
pada sumbangan inflasi komoditas bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03% (Tabel 2.1). Selain
itu, kenaikan inflasi administered prices juga sedikit dipengaruhi komoditas rokok sejalan dengan
pengaruh kenaikan tarif cukai rokok.
10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.1
Penyumbang Inflasi Administered Prices Triwulan I-2013
Komoditas
Tarif Listrik
Rokok Filter
Bahan Bakar Rumah Tangga
Bensin
Rokok Beraroma Cengkeh
Rokok Putih
Inflasi (qtq, %)
Kontribusi (%)
3,61
1,72
0,91
0,72
1,48
2,80
0,08
0,04
0,03
0,02
0,02
0,01
Sumber : BPS
Berdasarkan wilayah, kawasan Jawa dan Jakarta mencatat kenaikan inflasi tertinggi. Kenaikan
tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama dalam tiga tahun terakhir
(Grafik 2.8). Kenaikan inflasi kelompok aneka bumbu pada Maret 2013 di kawasan Jawa dan Jakarta,
mendorong peningkatan inflasi umum secara signifikan. Dengan bobot inflasi yang mencapai sekitar
64%, tingginya inflasi di kedua kawasan ini perlu mendapat perhatian karena dapat mengganggu
upaya pencapaian sasaran inflasi nasional. Sementara itu, tekanan inflasi di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) dan Kawasan Sumatera relatif lebih rendah karena kenaikan harga aneka bumbu tidak sebesar
yang terjadi di Kawasan Jawa dan Kawasan Jakarta. Tekanan inflasi yang lebih rendah di KTI dan
kawasan Sumatera juga disebabkan pasokan pangan lainnya yang masih memadai.
������
�����
����
��������
��������
�������
����
���
����
����
����
����
����
����
����
����
������
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � �
����
����
����
����
����
Grafik 2.8
Inflasi Kawasan
Dengan perkembangan hingga triwulan I-2013, inflasi untuk keseluruhan tahun 2013 diperkirakan
masih berada dalam kisaran target 4,5%+1%. Prakiraan tersebut sudah memperhitungkan dampak
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Namun, beberapa faktor
tetap perlu dicermati karena dapat memengaruhi prospek inflasi, antara lain kemungkinan kebijakan
terkait subsidi bahan bakar minyak dan barang/jasa strategis yang berisiko meningkatkan tekanan
inflasi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
11
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Perlambatan terutama akibat
menurunnya permintaan domestik. Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan ekonomi terutama
dipengaruhi menurunnya kinerja dua sektor utama yaitu sektor industri pengolahan serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Ekonomi tumbuh 6,02% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,11% (yoy) (Tabel 2.2). Perlambatan perekonomian terutama bersumber dari permintaan
domestik yang menurun, baik pada konsumsi rumah tangga maupun investasi (pembentukan modal
tetap domestik bruto/PMTB). Sementara itu, ekspor mulai membaik, meskipun masih terbatas.
Tabel 2.2
Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
%, yoy, tahun dasar 2000
2012
2011
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
4,7
3,2
8,8
13,6
13,3
4,9
6,4
10,0
8,2
8,9
5,2
8,6
12,5
2,6
11,3
5,6
(-2,8)
9,8
-2,6
-0,2
5,4
(-3,3)
7,3
0,5
6,8
5,3
1,2
9,8
2,0
6,6
5,2
0,4
5,9
3,4
-0,4
5,6 - 6,0
5,1 - 5,5
9,8 - 10,2
5,3 - 5,7
9,0 - 9,4
PDB
6,5
6,3
6,4
6,2
6,1
6,2
6,0
6,2 - 6,6
Triwulan I
Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2012
2012
Komponen
Triwulan I
2013*
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Salah satu komponen yang memengaruhi penurunan permintaan domestik dan akhirnya pertumbuhan
ekonomi ialah konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh
melambat dari 5,4% (yoy) menjadi 5,2% (yoy) (Tabel 2.2). Perlambatan konsumsi masyarakat antara
������
���
���
���
���
��
��
������
�������������
�������
��
��
�
��
���
����
��
�
��
���
����
��
�
��
���
����
��
���������
�������������������������������
������������������������������
�����������������������
Grafik 2.9
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
�
����
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
lain dipengaruhi menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan inflasi bahan makanan
pada triwulan laporan. Selain itu, perlambatan konsumsi juga dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan
konsumen sebagaimana tercermin pada Survei Konsumen Bank Indonesia (Grafik 2.9).
Konsumsi pemerintah pada triwulan I-2013 juga belum tumbuh kuat. Pada triwulan laporan,
pertumbuhan konsumsi pemerintah masih tercatat rendah 0,4% (yoy) (Tabel 2.2). Rendahnya
pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut akibat serapan anggaran pemerintah pada awal tahun
terutama belanja barang dan jasa yang masih terbatas.
Permintaan domestik yang melambat pada triwulan laporan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan
investasi yang menurun. Investasi tercatat tumbuh 5,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 7,3%. Perlambatan investasi antara lain dipengaruhi menurunnya
optimisme pelaku bisnis pada triwulan I-2013 seperti tercermin pada menurunnya indeks tendensi
bisnis (ITB) dari 105,29 pada triwulan IV-2012 menjadi 102,34 (Grafik 2.10). Berdasarkan
komponennya, perlambatan investasi antara lain dipengaruhi penurunan investasi bangunan akibat
rendahnya aktivitas konstruksi dan investasi mesin-mesin, baik produksi domestik maupun berasal
dari impor (Grafik 2.11).
������
������
���
������
���
������
������
���
���
������
��
������
���
��
���������������������
�����������������
������������
����������
�
������
������
���
��������������
�����������
���
��
�
��
���
����
��
�
��
���
����
������������
��
�
����
���
�
���
��������������
����������������
���
���
��
��
��
������
���
���������������
����������
��
������
���
���
������
��
���
���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����
����
����
����
��� ��� ����
����
����������������������������������������������
Grafik 2.10
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik 2.11
Investasi Bagunan dan Indikatornya
Pada sisi lain, kinerja ekspor mulai membaik, meskipun masih terbatas akibat belum solidnya proses
pemulihan ekonomi global. Ekspor mencatat pertumbuhan 3,4% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan periode sebelumnya sebesar 0,5% (yoy) (Tabel 2.2). Perbaikan ekspor tersebut antara lain
didorong peningkatan ekspor ke negara mitra dagang utama, terutama ke China dan Amerika
Serikat, sehingga dapat mengompensasi penyusutan ekspor ke Eropa dan ASEAN. Dari sisi komoditas,
pertumbuhan ekspor beberapa komoditas unggulan manufaktur dan pertambangan seperti pada
tekstil, peralatan listrik, Crude Palm Oil (CPO), dan karet olahan serta ekspor batubara, juga membaik.
Secara keseluruhan, perbaikan kinerja ekspor tersebut sejalan dengan indikator penuntun ekspor
yang menunjukkan ekspor mulai memasuki fase ekspansi (Grafik 2.12).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
13
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
���
����������
���
�����������
���������������
�����������������������
�����������������������
���
��
��
������������
����
��������
������������
����
��������
��
��
�����������������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���
����
����
����
����
����
����
����
���� ����
��������������������������������������
Grafik 2.12
Indikator Penuntun Ekspor
Kinerja impor pada triwulan I-2013 mengalami kontraksi sejalan dengan perlambatan permintaan
domestik. Setelah tumbuh 6,8% (yoy) pada triwulan akhir tahun 2012, penurunan daya serap
konsumsi rumah tangga dan investasi membuat kinerja impor terkontraksi 0,4% (yoy) di triwulan
laporan (Tabel 2.2). Pelemahan impor terjadi di antaranya pada barang modal dan bahan baku,
terutama bahan baku untuk industri dan kendaraan penumpang merespons perlambatan industri
serta moderasi penjualan kendaraan bermotor.
Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 tercermin
pada penurunan kinerja dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sektor industri pengolahan, meskipun masih tinggi, pada
triwulan I-2013 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 6,2% (yoy)
menjadi 5,8% (yoy) (Tabel 2.3). Sumber perlambatan berasal dari kontraksi pertumbuhan sub-sektor
minyak dan gas serta perlambatan sub-sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Sementara
industri alat angkutan masih dapat tumbuh kuat sehingga mampu menahan penurunan lebih lanjut
kinerja sektor industri pengolahan.
Pada sisi lain, beberapa sektor masih mencatat kenaikan pertumbuhan. Sektor pengangkutan dan
komunikasi masih mencatat kenaikan pertumbuhan dari 7,7% (yoy) menjadi 8,4% (yoy) (Tabel 2.2).
Meningkatnya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi terutama didorong oleh subsektor komunikasi yang didukung oleh meningkatnya jumlah pelanggan dan pemakaian data seluler.
Sektor pertanian juga meningkat dari 2,0% (yoy) menjadi 3,7% (yoy) didorong dimulainya masa
panen tanaman bahan makanan.
Secara spasial, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 terjadi di hampir semua
kawasan. Di kawasan Sumatera, perlambatan terdalam terjadi di wilayah Sumatera Bagian Tengah
(Tabel 2.4). Hal itu sebagai dampak dari penurunan hasil migas di Riau dan masih terbatasnya
permintaan ekspor hasil perkebunan. Pertumbuhan ekonomi di KTI mencapai 5,6% (yoy) atau
14
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.3
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha
%, yoy, tahun dasar 2000
2012
2011
Pertanian,Peternakan,Kehutanan,& Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
3,4
1,4
6,1
4,8
6,6
9,2
10,7
6,8
6,7
4,3
2,5
5,5
5,7
7,2
8,7
10,0
6,4
5,5
4,0
3,3
5,2
6,5
7,3
8,7
9,9
7,1
5,8
5,3
(-0,3)
5,9
6,1
7,6
7,2
10,4
7,5
4,5
2,0
0,5
6,2
7,3
7,8
7,8
9,6
7,7
5,3
4,0
1,5
5,7
6,4
7,5
8,1
10,0
7,1
5,2
3,7
(-0,4)
5,8
6,5
7,2
6,5
10,0
8,4
6,5
3,7 - 4,1
0,8 - 1,2
6,2 - 6,6
6,3 - 6,7
7,6 - 8,0
8,0 - 8,4
9,3 - 9,7
7,2 - 7,6
5,5 - 5,9
PDB
6,5
6,3
6,4
6,2
6,1
6,2
6,0
6,2 - 6,6
Triwulan I
Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2012
2012
Komponen
Triwulan I
2013*
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
melambat sebesar 0,4% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan
yang cukup dalam terjadi di wilayah Kalimantan terkait dengan penurunan produksi migas dan masih
lemahnya harga komoditas batubara di pasar internasional. Selain itu, perlambatan pertumbuhan
ekonomi juga terjadi di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Kawasan Jawa sedikit melambat
yang ditengarai sebagai pengaruh dari melambatnya investasi dan sedikit melemahnya konsumsi
domestik. Perlambatan investasi terutama pada jenis investasi non-bangunan sebagaimana terlihat
dari penurunan impor barang modal. Kondisi sedikit berbeda terjadi di kawasan Jakarta yang tumbuh
stabil dibandingkan dengan triwulan IV-2012 maupun triwulan yang sama tahun 2012 dengan
dukungan dari konsumsi rumah tangga.
Tabel 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Wilayah
Komponen
SUMATERA
Sumatera Bag, Utara
Sumatera Bag, Tengah
Sumatera Bag, Selatan
JAKARTA
JAWA
Jawa Bag, Barat
Jawa Bag, Tengah
Jawa Bag, Timur
KTI
Balnustra
Kalimantan
Sulampua
NASIONAL
2010
2011
5,6
5,5
5,4
5,8
6,5
6,2
6,1
5,7
6,7
6,2
7,6
5,8
6,9
6,1
6,2
6,2
5,9
6,5
6,7
6,6
6,5
5,9
7,2
5,8
5,1
5,0
7,2
6,5
2012
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
5,8
5,9
5,4
6,5
6,5
6,7
6,3
6,6
7,3
6,2
3,4
6,1
7,6
6,3
5,7
5,9
5,2
6,2
6,8
6,8
6,5
6,5
7,3
6,5
5,2
5,7
8,1
6,4
5,9
6,1
5,7
5,8
6,4
6,6
6,4
5,8
7,4
5,0
3,2
3,9
7,0
6,2
5,8
5,9
5,5
6,2
6,5
6,2
5,6
6,0
7,1
6,0
4,3
3,7
9,7
6,1
2012
5,8
5,9
5,5
6,2
6,5
6,6
6,2
6,2
7,3
5,9
4,0
4,8
8,1
6,2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
2013
Triwulan I
5,4
5,9
4,6
6,0
6,5
6,1
5,9
5,6
6,6
5,6
5,8
2,6
9,3
6,0
15
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan berada dalam kisaran
6,2%-6,6%. Sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 diperkirakan tetap disumbang oleh
permintaan domestik, meskipun ekspor telah tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya sejalan dengan
prospek perbaikan perekonomian global. Penopang utama permintaan domestik adalah konsumsi
rumah tangga antara lain didorong oleh dampak berbagai kegiatan persiapan penyelenggaraan
Pemilu. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan masih besar.
Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan, perdaganganhotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi diharapkan masih menjadi mesin pendorong
pertumbuhan ekonomi.
2.3. Neraca Pembayaran
Keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan I-2013 mengalami perbaikan sebagaimana yang
diharapkan. Hal itu tercermin pada defisit neraca transaksi berjalan yang menyusut menjadi USD5,3
miliar (2,4% dari PDB) dari defisit USD7,6 miliar (3,5% dari PDB) pada triwulan sebelumnya. Perbaikan
defisit pada transaksi berjalan ini disebabkan oleh surplus neraca perdagangan non-migas yang
meningkat dan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan yang lebih rendah.
�����
�
����������������������������
������������������������
������������������������
�
�
�
�
�
��
��
��
���
���
���
���
���
����
���
���
����
���
���
����
Grafik 2.13
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan non-migas yang mencatat surplus ditopang oleh perbaikan ekspor non-migas
(Grafik 2.13). Kinerja ekspor non-migas secara riil sudah mulai membaik mengikuti peningkatan
pertumbuhan volume perdagangan dunia, meskpiun secara nominal masih tumbuh negatif akibat
harga komoditas ekspor yang masih menurun. Perbaikan neraca perdagangan non-migas juga
disebabkan oleh impor yang turun lebih tajam daripada ekspor. Penurunan impor non-migas tersebut
merupakan dampak dari perlambatan pertumbuhan konsumsi dan investasi domestik yang kemudian
menurunkan impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal.
16
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Defisit neraca jasa yang menurun disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi akibat
turunnya impor non-migas. Penurunan defisit neraca jasa juga disebabkan berkurangnya pengeluaran
jasa perjalanan (travelling), mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar
negeri pasca-berakhir musim haji dan masa liburan akhir tahun. Dalam periode yang sama, defisit
neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar
negeri.
Di tengah perbaikan neraca perdagangan non-migas dan neraca jasa, defisit neraca perdagangan
migas kembali meningkat. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan volume
konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang masih besar dan produksi minyak yang terus menurun.
Pada sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan laporan mengalami defisit sebesar
USD1,4 miliar. Defisit ini antara lain dipengaruhi kebijakan Bank Indonesia yang memperbesar
pasokan valuta asing (valas) untuk pembayaran impor minyak. Kebijakan ini ditempuh untuk
meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan I-2013 yang bersumber dari kuatnya
impor minyak sehingga Bank Indonesia memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian
besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik. Kebijakan ini
berhasil mengurangi permintaan di pasar valas dan meredam tekanan depresiasi rupiah sehingga
memberikan ruang kepada perbankan domestik untuk menambah simpanan valasnya. Dengan
demikian, terjadinya defisit pada transaksi modal dan finansial lebih dikarenakan meningkatnya aset
valas bank dan bukan karena adanya arus keluar investor asing.
Tekanan defisit pada neraca transaksi modal dan finansial dapat berkurang karena pembelian suratsurat berharga berdenominasi rupiah, seperti Surat Utang Negara (SUN) dan saham, oleh investor
asing secara keseluruhan lebih besar dibanding triwulan sebelumnya. Investasi langsung asing
(Penanaman Modal Asing/PMA) juga masih mencatat surplus, walaupun tidak sebesar triwulan
sebelumnya, seiring dengan pertumbuhan investasi domestik yang melambat.
Secara keseluruhan, defisit yang terjadi pada transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial
mengakibatkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2013 mengalami defisit sebesar
USD6,6 miliar. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Maret 2013
turun menjadi sebesar USD104,8 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan.
Pada triwulan II-2013, kinerja NPI secara keseluruhan diprakirakan akan membaik, didukung oleh
transaksi modal dan finansial yang kembali mencatat surplus sehingga diharapkan mampu membiayai
defisit transaksi berjalan. Ekspektasi perbaikan transaksi modal dan finansial tersebut terutama
bersumber dari kenaikan arus modal masuk investasi portofolio asing dan investasi langsung asing
(PMA). Hal ini tercermin dari kenaikan arus modal yang cukup besar pada April 2013, di antaranya
berasal dari penerbitan obligasi pemerintah, sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi
Indonesia dan dampak dari kebijakan moneter global yang masih akomodatif. Perkiraan kinerja NPI
triwulan II-2013 yang membaik tersebut sudah mulai terindikasi dari jumlah cadangan devisa pada
akhir April 2013 yang meningkat menjadi USD107,3 miliar.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
17
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.4. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah pada triwulan I-2013 secara umum masih dalam tren melemah. Pelemahan rupiah
tersebut sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang mencatat defisit pada triwulan
laporan. Kendati demikian, volatilitas nilai tukar rupiah tetap rendah sehingga dapat mendukung
upaya mengelola ekspektasi inflasi.
Nilai tukar rupiah pada triwulan laporan masih dalam tren melemah sejalan dengan kinerja neraca
pembayaran yang mencatat defisit. Rupiah pada akhir triwulan ditutup pada level Rp9.715/USD,
melemah 0,88% dibandingkan akhir triwulan IV-2012 pada level Rp9.630 (Grafik 2.14 dan Grafik
2.15). Tren pelemahan pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan pelemahan
pada triwulan sebelumnya sebesar 0,68%.
�������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�
���
��
���
��
���
��
���
�
���
��
���
��
���
�
���
��
���
��
���
��
���
Grafik 2.14
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Kendati masih dalam tren melemah, volatilitas nilai tukar rupiah tetap dapat dijaga pada level yang
relatif rendah. Pada triwulan I-2013, volatilitas nilai tukar rupiah tercatat sebesar 2,92% lebih rendah
dari triwulan IV-2013 yang sebesar 4,34% (Grafik 2.16). Rendahnya volatilitas rupiah tidak terlepas
dari respons kebijakan Bank Indonesia menjaga pergerakan rupiah agar tidak berfluktuasi secara
berlebihan.
Perkembangan rupiah baik dari sisi level maupun volatilitas tersebut secara umum masih cukup
terkendali bila dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan regional. Pelemahan nilai tukar
rupiah selama triwulan I-2013 relatif tidak terlalu dalam bila dibandingkan dengan mata uang negara
Singapore, Malaysia dan Korea Selatan (Grafik 2.15). Sementara dari sisi volatilitas, pergerakan
rupiah relatif lebih stabil dibandingkan mata uang lain di kawasan regional yang mayoritas mencatat
volatilitas yang lebih tinggi pada triwulan I-2013 (Grafik 2.16).
Dari perkembangan harian, rupiah sepanjang triwulan laporan bergerak cukup dinamis, meskipun
secara keseluruhan rupiah dalam tren melemah. Tren pelemahan rupiah yang mewarnai hampir
18
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
���
���
�����
���
������
������
���
���
������
������
�����
������
���
���
���
������
���
��� ������
���
��
��
��
��
�����
���
����
���
������
��
����
���
���
��
����
���
�����
��
����
���
�����
���
��� ��
����
���
���
���
����
���
��
�
�
�
�
�
�
�
Grafik 2.15
Pelemahan/Penguatan Mata Uang Regional
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
Grafik 2.16
Volatilitas Mata Uang Regional
seluruh periode laporan didorong oleh kuatnya permintaan valas guna memenuhi kebutuhan
impor, di tengah menurunnya pasokan valas dari ekspor. Beberapa sentimen global juga sempat
memengaruhi aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Sentimen global tersebut antara lain
dipengaruhi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh World Bank dan International
Monetary Fund (IMF) yang kemudian sempat menurunkan optimisme pemulihan ekonomi global
dan selanjutnya berdampak terhadap aliran masuk modal asing ke emerging market. Di samping itu,
peningkatan ketegangan politik di Semenanjung Korea dan rencana bailout Cyprus juga mendorong
pengalihan aset ke negara-negara yang dipandang aman (safe haven) sehingga turut memicu
pelemahan mayoritas mata uang regional, termasuk rupiah.
Dalam beberapa hari selama periode laporan, di tengah masih kuatnya permintaan valas untuk
pemenuhan kebutuhan impor, rupiah juga sempat tercatat berada dalam tren penguatan. Penguatan
tersebut disebabkan oleh besarnya aliran masuk modal asing akibat kebijakan quantitative easing
oleh negara maju, yang meningkatkan risk appetite investor terhadap aset berimbal hasil tinggi di
emerging market, termasuk Indonesia. Dalam hal ini, investor asing menjual valas untuk membeli
aset domestik terutama saham dan Surat Berharga Negara (SBN). Peningkatan aliran masuk modal
asing juga dipengaruhi meningkatnya optimisme pemulihan ekonomi global yang dipicu oleh adanya
perbaikan beberapa data perekonomian penting Amerika Serikat dan China.
2.5. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
PUAB pada triwulan I-2013 ditandai dengan suku bunga PUAB yang bergerak relatif stabil. Sementara
itu, volume dan frekuensi transaksi PUAB sedikit meningkat guna memenuhi kebutuhan likuiditas
perbankan.
Perkembangan suku bunga PUAB pada triwulan laporan secara umum cukup stabil dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata harian suku bunga PUAB overnight
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
19
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
(O/N) tercatat 4,17%, cukup stabil dibandingkan perkembangan triwulan sebelumnya sebesar 4,15%
(Grafik 2.17). Demikian pula dengan suku bunga PUAB tenor 1 minggu yang tercatat stabil di level
4,27%, dari sebelumnya 4,26%. Kenaikan hanya terdapat pada suku bunga PUAB tenor 1 bulan dari
sebelumnya sebesar 4,57% menjadi 4,66%, disebabkan oleh adanya penarikan dana nasabah untuk
keperluan akhir bulan guna pembayaran gaji karyawan, pembayaran kewajiban kepada pihak lain,
dan penarikan dana terkait dengan pencairan kredit yang diberikan oleh bank.
Stabilitas suku bunga PUAB juga tercermin pada pergerakan suku bunga Jakarta Interbank Offered
Rate (JIBOR). JIBOR O/N tercatat sebesar 4,18% dari sebelumnya 4,17% (Grafik 2.17). Suku bunga
tenor lain juga relatif stabil tergambar pada suku bunga JIBOR 1 minggu sebesar 4,28% dari
sebelumnya 4,29%, dan suku bunga JIBOR 1 bulan stabil pada level 4,61% (Grafik 2.17).
�
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��������
��������
���������
��������
��������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
�������
����
��������
����
���������
����
��������
����
�������
Grafik 2.17
Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR
Perkembangan suku bunga PUAB O/N yang stabil pada triwulan I-2013 diikuti oleh penurunan
selisih suku bunga tertinggi dan terendah. Rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan
terendah turun 6 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8 bps. Turunnya selisih
suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah terutama disebabkan oleh besarnya likuiditas tenor
pendek yang dikelola perbankan. Kondisi ini tercermin dari posisi operasi moneter yang dimiliki bank
pada instrumen Deposit Facility (DF) dan Term Deposit (TD) dengan tenor kurang dari 1 bulan yang
cukup tinggi.
Di tengah perkembangan suku bunga PUAB yang stabil tersebut, pada sisi lain volume PUAB
tercatat sedikit meningkat. Rata-rata harian volume transaksi PUAB pada triwulan laporan tercatat
sebesar Rp9,72 triliun, meningkat dibanding volume transaksi triwulan sebelumnya yang sebesar
Rp9,56 triliun (Grafik 2.18). Peningkatan cukup besar terjadi pada bulan Maret 2013 terutama
pada transaksi PUAB O/N. Peningkatan volume PUAB tersebut dipengaruhi peningkatan kebutuhan
likuiditas perbankan antara lain terkait pembayaran pajak yang lebih besar dibanding triwulan
sebelumnya serta setelmen penerbitan SBN dan transaksi neto Bank Indonesia lainnya.
20
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
����
��
��
���
��
����
��
���
��
��
��
��
��
��
�
��
�
��
�
��
�
�
�������������
������������
������������������
��
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
�������
����
��������
����
���������
����
��������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
�������
����
�������
Grafik 2.18
Volume Transaksi PUAB
����
��������
����
���������
����
��������
����
�������
Grafik 2.19
Jumlah Bank Pelaku PUAB
Volume PUAB yang meningkat juga diikuti oleh sedikit peningkatan frekuensi transaksi di PUAB.
Perkembangan ini tergambar pada rata-rata frekuensi transaksi pada triwulan I-2013 yang tercatat
157 transaksi/hari dengan jumlah pelaku 65 bank/hari pada triwulan laporan, meningkat dari 153
transaksi/hari dan pelaku 65 bank/hari pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.19).
2.6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan
Suku bunga kredit perbankan selama triwulan I-2013 berada pada tren menurun, sedangkan suku
bunga simpanan cenderung stabil. Penurunan suku bunga kredit akibat semakin baiknya efisiensi
perbankan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat 5,53%, tidak berubah dibanding rata-rata suku
bunga simpanan pada triwulan sebelumnya, sedangkan untuk rata-rata suku bunga kredit menurun
dari 12,11% menjadi 11,97%.
Pada triwulan I-2013, rata-rata suku bunga simpanan satu bulan relatif stabil dibandingkan ratarata suku bunga simpanan pada triwulan IV-2012 menjadi 5,53%. Berdasarkan kelompok bank,
hanya kelompok bank Asing yang mengalami peningkatan suku bunga simpanan dibanding akhir
triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, kelompok bank Persero, bank Swasta dan Bank
Pembangunan Daerah (BPD) mengalami penurunan suku bunga simpanan (Tabel 2.5). Stabilnya suku
bunga simpanan tersebut seiring dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup besar
pada akhir triwulan I-2013, terutama bersumber dari ekspansi rekening pemerintah.
Tabel 2.5
Suku Bunga Simpanan Per Kelompok Bank
Kelompok Bank
Persero
Swasta
BPS
Campuran
Asing
Mar-12
Des-12
Mar-13
qtq
yoy
5,38
6,04
6,48
5,59
3,85
5,23
5,83
6,08
5,66
4,52
5,09
5,65
5,82
5,65
4,60
(0,14)
(0,18)
(0,26)
(0,02)
0,07
(0,29)
(0,39)
(0,66)
0,06
0,75
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
21
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Di tengah suku bunga simpanan yang stabil, penurunan suku bunga kredit terus berlanjut. Ratarata suku bunga kredit selama triwulan I-2013 turun sebesar 12 bps menjadi 11,97% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.20). Penurunan suku bunga kredit yang cukup besar sementara
suku bunga simpanan tetap menyebabkan selisih suku bunga kredit dengan simpanan menurun tipis
dari 6,47% pada akhir triwulan IV-2012 menjadi 6,46% pada akhir triwulan I-2013.
��
��
��
��
�
�
�
���������
���������������������������
�����������
�
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
Grafik 2.20
Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit,
Suku Bunga Deposito Rupiah dan BI Rate
Penurunan suku bunga kredit merupakan dampak positif dari diberlakukannya ketentuan Bank
Indonesia yang mewajibkan bank untuk mempublikasikan data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).1
Perkembangan SBDK pada triwulan I-2013 tercatat menurun pada semua segmen dibandingkan
triwulan IV-2012. Penurunan SBDK tertinggi terjadi pada segmen retail sebesar 22 bps, diikuti oleh
segmen korporasi sebesar 16 bps, segmen KPR sebesar 9 bps dan segmen non-KPR sebesar 3 bps.
Sejak diberlakukannya aturan SBDK pada Maret 2011, hingga akhir triwulan I-2013 terjadi penurunan
SBDK pada semua jenis kredit, yaitu 98 bps untuk segmen korporasi, 94 bps untuk segmen non-KPR,
89 bps untuk segmen retail, dan 83 bps untuk segmen KPR (Tabel 2.6).
Tabel 2.6
Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan
Segmen Kredit
Korporasi
Retail
KPR
Non KPR
2011
Mar Sep
10,51
11,80
11,16
11,56
10,51
12,04
11,04
11,88
Des
10,18
11,61
10,71
11,51
Seluruh Sampel
2012
Mar Jun Sep Des
9,86 9,81
11,23 11,08
10,61 10,50
11,05 10,99
Ket : data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted average
1
SE BI No. 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 tentang Suku Bunga Dasar Kredit.
22
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
9,75 9,69
11,03 11,14
10,45 10,41
10,67 10,65
Jan
2013
Feb
Mar
9,69
11,03
10,44
10,69
9,67
11,03
10,50
10,69
9,53
10,91
10,33
10,62
Des 12- Mar 12- Mar 11Mar 13 Mar 13 Mar 13
(0,16)
(0,22)
(0,09)
(0,03)
(0,33)
(0,32)
(0,28)
(0,43)
(0,98)
(0,89)
(0,83)
(0,94)
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
��
���
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
Grafik 2.21
Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit
per Jenis Penggunaan
Pada triwulan I-2013, rata-rata suku bunga kredit untuk jenis penggunaan Kredit Modal Kerja (KMK)
dan Kredit Konsumsi (KK) mengalami penurunan, sedangkan Kredit Investasi (KI) stabil. Rata-rata
suku bunga KMK dan KK masing-masing turun sebesar 13 bps menjadi sebesar 11,47% dan 27 bps
menjadi 13,30%, sedangkan rata-rata suku bunga KI tetap sebesar 11,27% (Grafik 2.21). Penurunan
suku bunga diantaranya disebabkan oleh berhasilnya kebijakan SBDK yang diterapkan oleh Bank
Indonesia serta tingginya tingkat persaingan antar bank dalam mendapatkan debitur baru.
2.7. Perkembangan Bank Umum
Perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif di tengah kondisi perekonomi global
yang masih tumbuh lambat. Kinerja positif tercermin dari kondisi rasio permodalan perbankan yang
tercatat jauh di atas ambang batas 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan yang
cukup tinggi dan upaya peningkatan efisiensi yang dilakukan perbankan.
Kinerja perbankan nasional pada triwulan I-2013 tetap positif yang dicerminkan oleh fungsi
intermediasi yang berjalan dengan baik dan resiliensi yang tetap terjaga. Pada triwulan I-2013,
perkembangan intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian masih
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan IV-2012. Hal tersebut tercermin dari peningkatan
penyaluran kredit perbankan yang mencapai Rp2.768,37 triliun, tumbuh 2,23% (qtq) dibandingkan
triwulan IV-2012 sebesar Rp2.707,86 triliun. Sementara itu, secara tahunan kredit mengalami
pertumbuhan sebesar 22,16% dari Rp2.262,22 triliun pada triwulan I-2012 menjadi Rp2.768,37
triliun pada triwulan I-2013 (Tabel 2.7).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
23
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.7
Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan
Indikator Utama
Total Aset (Triliun Rp)
DPK (Triliun Rp)
- Giro
- Tabungan
- Deposito
Kredit
Jumlah NPLs (T Rp)
CAR (%)
NPLs Gross (%)
ROA (%)
BOPO (%)
LDR (%)
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
2011
(Dalam Triliun Rp)
2012
2013
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Triwulan I
3.065,83
2.351,36
540,79
722,73
1.087,83
1.814,80
50,97
17,53%
2,81%
3,03%
77,83%
78,43%
3.195,08
2.438,01
577,00
753,68
1.107,34
1.950,70
53,46
16,99%
2,74%
3,03%
85,82%
81,20%
3.371,45
2.544,86
580,56
797,01
1.167,30
2.079,30
55,51
16,62%
2,67%
3,08%
87,01%
82,20%
3.652,80
2.784,91
652,65
898,30
1.233,97
2.200,10
47,69
16,07%
2,17%
2,99%
85,34%
79,20%
3.708,73
2.826,00
656,06
888,92
1.281.02
2.266,20
51,81
18,19%
2,29%
3,01%
76,74%
81,21%
3.891,12
2.955,77
718,27
939,20
1.298,30
2.452,90
53,38
17,45%
2,18%
3,11%
74,74%
83,93%
4.009,37
3.050,00
726,22
981,50
1.342,28
2.555,90
52,91
17,33%
2,07%
3,06%
75,20%
84,63%
4.262,59
3.225,20
767,07
1.076,83
1.381,30
2.707,90
50,64
17,32%
1,87%
3,08%
75,40%
84,70%
4.313,83
3.243,14
754,23
1.047,43
1.441,47
2.768,37
54,42
18,92%
1,97%
2,99%
75,46
86,11%
121
14.202
121
14.454
120
14.604
120
14.797
120
14.840
120
15.372
120
15.899
120
16.625
120
17.089
Ket : Data triwulan I-2013 menggunakan posisi Maret 2013
Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Investasi (KI) mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK). KI pada triwulan I-2013 tumbuh
sebesar 2,23% dibandingkan triwulan IV-2012. Sementara itu, KK dan KMK tumbuh masing-masing
sebesar 1,86% dan 2,47% dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, KI, KK dan
KMK tumbuh masing-masing sebesar 23,17%, 18,92% dan 23,74%. Secara sektoral, pertumbuhan
kredit terbesar pada triwulan I-2013 berasal dari sektor listrik (7,18%), perdagangan (5,60%) dan
pengangkutan (3,59%). Secara tahunan, kredit sektoral tumbuh tinggi pada sektor perdagangan
(38,83%), pengangkutan (27,35%) dan industri (26,45%).
Peningkatan kredit perbankan pada triwulan I-2013 diikuti dengan kualitas kredit yang cukup terjaga
yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan. Pada triwulan I-2013, NPL
gross perbankan sedikit meningkat sebesar 0,10% dari 1,87% pada triwulan IV-2012 menjadi
1,97%. Sementara itu, secara tahunan NPL mengalami penurunan sebesar 32 bps dari 2,29% pada
triwulan I-2012 menjadi 1,97% pada triwulan I-2013. Peningkatan NPL yang terjadi pada triwulan
I-2013 sejalan dengan tren pada tahun-tahun sebelumnya yaitu terjadi penurunan NPL mencapai titik
terendah pada akhir tahun dan cenderung sedikit meningkat pada awal tahun. Namun demikian,
apabila dilihat secara jangka panjang, NPL masih menurun yang menunjukkan semakin baiknya bank
dalam mengelola risikonya.
Meskipun pertumbuhan kredit tetap kuat, namun pertumbuhan DPK sedikit lebih rendah. Pada
triwulan I-2013,DPK perbankan tercatat sebesar Rp3.243,14 triliun, meningkat sebesar Rp17,94
triliun atau 0,56% dibanding triwulan IV-2012 yang mencapai Rp3.225,20 triliun. Secara tahunan,
DPK juga mengalami peningkatan sebesar Rp417,14 triliun (14,76%). Lebih lambatnya pertumbuhan
DPK tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya shifting (peralihan) sebagian dana ke produk
investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi baik di pasar saham maupun obligasi.
Pada triwulan I-2013, peralihan DPK terjadi pada jenis simpanan berbunga rendah, yaitu giro
dan tabungan yang masing-masing mengalami penurunan sebesar Rp12,84 triliun (1,67%) dan
24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Rp29,40 triliun (2,73%). Sementara deposito yang memberikan bunga lebih tinggi masih mengalami
peningkatan sebesar Rp60,18 triliun (4,36%). Penurunan DPK terbesar terjadi pada tabungan (2,73%)
dari Rp1.076,8 triliun menjadi Rp1.047,4 triliun, diikuti oleh giro (1,67%) dari Rp767,1 triliun menjadi
Rp754,2 triliun. Deposito mengalami peningkatan sebesar 4,36% dari Rp1.381,3 triliun menjadi
Rp1.441,47 triliun. Penurunan total tabungan dan giro secara triwulanan disebabkan oleh penurunan
tabungan dan giro rupiah masing-masing sebesar Rp36,2 triliun dan Rp21,8 triliun. Penurunan
tersebut disebabkan oleh siklus tahunan dimana pada awal tahun cenderung terjadi penurunan DPK
dibandingkan posisi akhir tahun. Berdasarkan pangsa terhadap DPK, deposito masih mendominasi
dana masyarakat di perbankan, yaitu mencapai 44,45% dari total DPK sebesar Rp3.243,14 triliun.
Secara tahunan, seluruh komponen DPK mengalami peningkatan dengan peningkatan terbesar
terjadi pada deposito sebesar Rp160,46 triliun (12,53%), diikuti oleh tabungan sebesar Rp158,52
triliun (17,83%) dan giro sebesar Rp98,17 triliun (14,96%).
Dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari DPK tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 1,40% dari semula 83,96% pada triwulan IV-2012 menjadi
85,36% pada triwulan I-2013. Secara tahunan, LDR juga mengalami peningkatan sebesar 5,17%.
Intermediasi perbankan yang meningkat juga diiringi oleh resiliensi yang bertambah kokoh. Rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada akhir triwulan I-2013 tercatat
sebesar 18,92%, meningkat dari 17,32% triwulan IV-2012. Peningkatan CAR pada triwulan I-2013
disebabkan oleh peningkatan modal bank dan penurunan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Pada triwulan I-2013, modal bank tercatat sebesar Rp557.41 triliun, meningkat 9,19%
(qtq) dibandingkan modal pada akhir triwulan IV-2012 sebesar Rp510,50 triliun. Sedangkan ATMR
bank pada akhir triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp2.886,97 triliun, mengalami penurunan 2,07%
(qtq) dibandingkan ATMR pada akhir triwulan IV-2012 sebesar Rp2.948,13 triliun. Penurunan ATMR
disebabkan karena pada awal tahun penyaluran kredit yang masih tumbuh namun menunjukkan
perlambatan dan adanya kenaikan modal yang disebabkan oleh penambahan modal dari pemegang
saham dan meningkatnya jumlah laba ditahan.
Intermediasi perbankan yang berjalan dengan baik dan resiliensi yang terjaga diikuti dengan efisiensi
perbankan yang dicerminkan oleh Net Interest Margin (NIM) yang menurun dari 5,49% menjadi
5,41% pada akhir triwulan I-2013. Sementara itu, indikator rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) yang menunjukkan peningkatan tidak mencerminkan inefisiensi
pada industri perbankan. Penurunan rasio BOPO lebih disebabkan oleh pendapatan operasional yang
menurun seiring dengan suku bunga kredit yang juga menurun. Rasio BOPO pada triwulan I-2013
tercatat sebesar 75,46%, mengalami penurunan dibandingkan akhir triwulan IV-2012 yang tercatat
sebesar 74,15%.
Secara triwulanan, laba perbankan mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan I-2013,
perbankan membukukan laba sebesar Rp11,33 triliun, meningkat (10,63%) dibandingkan dengan
laba triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar Rp10,27 triliun.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
25
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Sementara itu, total aset perbankan Indonesia secara triwulanan mengalami peningkatan. Pada akhir
triwulan I-2013, aset perbankan mencapai Rp4.313,83 triliun, meningkat sebesar Rp51,24 triliun
atau 1,20% (qtq) dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar Rp4.262.59 triliun.
Kinerja perbankan yang baik memberikan kontribusi positif pada kestabilan sistem keuangan secara
keseluruhan. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan sistem perbankan yang mendominasi sistem
keuangan Indonesia dengan pangsa aset lebih dari 70%. Dengan kinerja perbankan yang masih
terjaga dan fungsi intermediasi yang masih tumbuh dalam mendukung pembiayaan perekonomian,
stabilitas sistem keuangan pada triwulan I-2013 tetap terjaga. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
(Financial Stability Index/FSI)2 mengalami penurunan tipis pada level 1,61 dibandingkan triwulan
IV-2012 pada level 1,62.
2.8. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sebagaimana halnya kinerja positif bank umum, kinerja BPR selama triwulan I-2013 tetap terjaga.
Perkembangan kinerja yang positif juga ditunjukkan oleh BPR. Selama triwulan I-2013, total aset BPR
mengalami peningkatan sebesar 1,80% (qtq). Pertumbuhan aset BPR didukung oleh permodalan
BPR yang cenderung meningkat dan tingkat efisiensi yang makin membaik.
Fungsi intermediasi BPR selama triwulan laporan berjalan cukup baik. Pada triwulan I-2013, kredit
BPR tumbuh 5,60% (qtq) menjadi sebesar Rp52,6 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp49,8 triliun atau 20,64% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut tidak disertai
dengan peningkatan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio NPL gross BPR pada triwulan
I-2013 sebesar 5,25%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,75% (Tabel 2.8).
NPL tertinggi didominasi oleh kredit kepada sektor listrik, gas dan air yang tercatat sebesar 9,91%
atau meningkat sebesar 168 bps dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang tercatat sebesar
8,23% (qtq). Sementara itu, pertumbuhan NPL tertinggi terjadi pada sektor pendidikan sebesar 195
bps (qtq) yaitu dari 4,46% menjadi 6,40%. Berdasarkan penggunaan kredit, NPL tertinggi didominasi
oleh kredit modal kerja yang tercatat sebesar 7,62%, sedangkan pertumbuhan NPL tertinggi terjadi
pada kredit investasi yaitu meningkat sebesar 70 bps dari 4,65% menjadi 5,36% (yoy).
Sejalan dengan kredit BPR yang tumbuh positif, DPK juga mengalami pertumbuhan positif meskipun
dibawah pertumbuhan kredit yaitu sebesar Rp6,10 triliun atau 15,48% (yoy). Pertumbuhan kredit
BPR ditopang oleh peningkatan DPK yang berhasil dihimpun BPR. Selama triwulan I-2013, DPK BPR
mengalami pertumbuhan sebesar 1,4% (qtq) dari Rp44,87 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi
Rp45,50 triliun. Sejalan dengan penyaluran kredit dan pertumbuhan DPK tersebut, Loan to Deposit
Ratio (LDR) BPR juga sedikit meningkat dari 81,11% menjadi 81,43%.
Intermediasi BPR yang meningkat juga diiringi oleh resiliensi yang bertambah kokoh. Pada akhir
triwulan I-2013, rasio CAR BPR tercatat sebesar 29,39%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan
IV-2012 sebesar 27,55%.
2
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) merupakan rata-rata fungsi perkembangan NPL perbankan, indeks harga saham gabungan, dan
yield obligasi pemerintah.
26
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Dari sisi efisiensi operasional BPR, terdapat peningkatan efisiensi operasional BPR yang dicerminkan
oleh menurunnya rasio BOPO. Selama triwulan I-2013, rasio BOPO BPR menurun sebesar 40 bps dari
77,77% menjadi 77,37% (qtq). Penurunan rasio BOPO juga dipengaruhi oleh meningkatnya LDR,
yang disebabkan oleh peningkatan kredit yang sedikit lebih tinggi dibandingkan DPK.
Pertumbuhan kredit memberikan kontribusi positif pada peningkatan profitabilitas BPR. Hal tersebut
dicerminkan oleh rasio Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Pada triwulan I-2013,
ROA BPR mengalami peningkatan sebesar 31 bps dari 3,46% menjadi 3,77% (qtq), sementara ROE
meningkat sebesar 267 bps dari level 32,63% menjadi 35,30% (qtq).
Pada triwulan I-2013, jumlah BPR tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya.
Jumlah BPR tercatat sebanyak 1.653 BPR yang terdiri dari 1.392 BPR Perseroan Terbatas, 228
BPR Perusahaan Daerah dan 33 BPR Koperasi. Meskipun tidak terdapat penambahan jumlah BPR,
jangkauan pelayanan BPR semakin luas dengan bertambahnya kantor cabang (KC) dan kantor kas
(KK) sebanyak 74 KC/KK (1,67%, qtq). Dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, secara
keseluruhan, jaringan kantor bertambah 260 atau tumbuh 6,1% (yoy) dari 4.239 kantor menjadi
4.499 kantor.
Tabel 2.8
Indikator Utama Kinerja BPR
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
Triwulan
Triwulan
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
Triwulan
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
I
III
IV
I
II
III
IV
II
IV
II
III
IV
I
I
Total Aset (T Rp)
37,6 39,0 40,7
44,2 45,7
DPK (T Rp)
25,6 27,0 28,0 30,1 31,3
- Tabungan
8,3 8,6 8,7 9,3 9,9
- Deposito
17,3 18,4
19,3
20,8 21,5
Kredit
28 29,5
31,5
33,3 33,8
Jml NPLs (T Rp)
2,2
2,1
CAR (%)
24,17 24,5 23,63 23,33 30,01
NPLs Gross (%)
6,90 7,03
6,53
6,51 6,12
NPLs net (%)
4,05 4,25
ROA (%)
3,09 3,91
3,95
3,46 3,16
BOPO (%)
81,82 79,44 78,76
80,4 80,97
LDR (%)
79,61 79,79 82,04 81,79 79,02
47,6
32,9
10,3
22,6
35,7
2,3
31,7
6,41
4,53
3,92
78,86
80
49,6 52,3
34 38,8
10,5 10,9
23,5 24,9
38 39,6
2,3
2,4
29,54 28,69
6,21 6,09
4,45 4,34
3,83 3,57
78,75 79,28
82,69 81,81
56,1
38,2
12
26,1
41,0
2,1
28,68
5,22
3,67
3,32
79,47
78,54
57,2 60,9
39,4 40,8
12,3 12,9
27,1 27,9
43,6 47,6
2,4
2,5
29,74 27,91
5,56 5,27
3,93 3,71
3,71 3,89
79,04 77,57
81,33 83,62
63,4
42,42
13,3
29,1
48,5
2,6
27,51
5,35
3,74
3,71
77,58
82,59
67,4
44,87
14,47
30,4
49,8
2,7
27,55
4,75
3,25
3,46
77,77
81,11
68,6
45,5
14,7
30,8
52,6
2,8
29,39
5,25
3,64
3,77
77,37
81,43
Jumlah Bank 1.733
Jumlah Kantor **
1.679
4.021
1.682
4.114
1.669
4.239
1.665
4.313
1.669 1.653
4.425 4.499
1.653
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
27
1.710
3.820
1.715
3.816
1.717
3.910
1.706
3.970
1.683
4.172
1.669
4.357
*) meliputi Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Kantor Kas
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
2.9. Perkembangan Perbankan Syariah
Kinerja perbankan syariah pada triwulan I-2013 tetap menunjukkan kinerja yang baik, tercermin
dari fungsi intermediasi yang berjalan optimal, perkembangan aset, pencapaian profitabilitas, dan
peningkatan efisiensi.
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Sejalan dengan kinerja bank umum yang positif, kinerja BUS dan UUS relatif cukup baik selama
triwulan I-2013. Total aset BUS dan UUS mengalami peningkatan dengan kinerja yang relatif stabil
pada permodalan, profitabilitas, dan efisiensi perbankan syariah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Fungsi intermediasi BUS dan UUS mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pembiayaan yang
disalurkan BUS dan UUS tercatat sebesar Rp161,08 triliun, meningkat sebesar Rp13,57 triliun atau
9,20% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut lebih tinggi dari triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 1,54% (qtq). Secara tahunan, pembiayaan BUS dan UUS
meningkat sebesar Rp56,84 triliun atau 54,53% (yoy) (Grafik 2.22).
�������
�����������
�����������
����������
�����������������
�����������
�����������
�����������
����������
����������
����������
����������
�
���
���
���
����
���
���
����
Grafik 2.22
Perkembangan Pembiayaan dan DPK
Peningkatan pembiayaan BUS dan UUS pada triwulan I-2013 diikuti dengan sedikit penurunan
kualitas pembiayaan yang tercermin dari kenaikan rasio Non Performing Financing (NPF) gross BUS
dan UUS. Pada triwulan I-2013, NPF gross BUS dan UUS mengalami peningkatan menjadi sebesar
2,75% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,22%. Peningkatan NPF gross ini karena pengaruh
perekonomian global yang secara tidak langsung juga berdampak negatif terhadap pembiayaan sektor
tertentu di dalam negeri (Tabel 2.9).
Penghimpunan DPK BUS dan UUS pada triwulan I-2013 mencapai Rp156,96 triliun, meningkat sebesar
Rp9,45 triliun (6,41%, qtq) dibanding triwulan IV-2012 atau sebesar Rp37,32 triliun (33,8%, yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan komponen DPK tertinggi terjadi
pada deposito mudharabah yang meningkat sebesar Rp11,69 triliun menjadi Rp96,42 triliun, diikuti
28
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
tabungan wadiah dan mudharabah sebesar Rp1,4 triliun menjadi Rp46,4 triliun. Peningkatan DPK
antara lain disebabkan cukup besarnya simpanan dana milik pemerintah (Kementerian Agama) di BUS
dan UUS pada Januari 2013 yang mencapai Rp9,2 triliun.
Sementara itu, giro wadiah mengalami penurunan sebesar Rp3,64 triliun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Penurunan tersebut menunjukkan tingginya tingkat persaingan di perbankan syariah
untuk mendapatkan dana murah dalam bentuk tabungan dan giro. Dibandingkan dengan perbankan
konvensional, jumlah jaringan perbankan syariah masih lebih sedikit dibandingkan jaringan perbankan
konvensional.
Pertumbuhan pembiayaan dan DPK UUS mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pembiayaan dan DPK BUS. Hal tersebut didukung oleh permodalan, dana dan
infrastruktur sumber daya manusia bank induk UUS yang lebih baik dibandingkan BUS.
Dengan perkembangan pembiayaan dan DPK selama triwulan I-2013, rasio financing to deposit (FDR)
BUS dan UUS mengalami kenaikan dari sebelumnya 100,00% menjadi 102,62%. Kenaikan tersebut
disebabkan pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi (9,20%) dari pertumbuhan DPK (3,69%).
Dalam pengelolaan likuiditasnya, perbankan syariah memanfaatkan likuiditas yang ada dan dibantu
dengan pendanaan dari induk. Sejauh ini, dengan mencermati kondisi pasar uang antar bank dan aktiva
likuid dibanding kewajiban yang relevan, perbankan syariah masih dapat mengelola likuiditasnya.
Perkembangan positif perbankan syariah selama triwulan I-2013 juga tercermin dari peningkatan
rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR). CAR BUS dan UUS pada triwulan I-2013 naik
tipis dari 14,13% menjadi 14,38%. Rasio CAR BUS dan UUS tersebut masih jauh di atas ambang
batas sebesar 8%.
Efisiensi BUS dan UUS pada triwulan I-2013 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan IV-2012,
yang tercermin dari perbaikan rasio BOPO untuk BUS dan UUS dari 81,37% menjadi 79,76% (qtq).
Perbaikan rasio BOPO BUS dan UUS menunjukkan telah berjalannya upaya efisiensi yang dilakukan,
antara lain berupa penurunan bertahap tingkat imbal hasil DPK yang harus dibayarkan perbankan
syariah dengan tetap menjaga loyalitas nasabah.
Profitabilitas perbankan syariah sebagaimana tercermin pada rasio Return on Asset (ROA) relatif
stabil selama triwulan laporan. ROA BUS dan UUS mengalami peningkatan dari 2,14% pada triwulan
IV-2012 menjadi 2,39% pada triwulan I-2013.
Pada triwulan I-2013, total aset BUS dan UUS mencapai Rp209,60 triliun, naik7,48% atau sebesar
Rp14,58 triliun (qtq). Dengan perkembangan tersebut, total aset BUS dan UUS merepresentasikan
+4,86% dari keseluruhan aset industri perbankan nasional. Kenaikan jumlah aset tersebut didukung
oleh peningkatan kontribusi UUS dalam pembiayaan dan DPK yang lebih tinggi dibandingkan BUS,
karena semakin baiknya dukungan permodalan, dana dan infrastruktur dari induknya. Peningkatan
kontribusi UUS terhadap industri perbankan syariah tercermin dari dua UUS yang mengalami kenaikan
pangsa lebih dari 6% terhadap induknya pada akhir tahun 2012.
Sejalan dengan perkembangan aset BUS dan UUS, terjadi peningkatan jaringan kantor BUS dan UUS.
Pada triwulan I-2013, jumlah kantor BUS dan UUS meningkat sebanyak 79 kantor(3,49%, qtq) dari
triwulan sebelumnya 2.262 kantor sehingga menjadi 2.341 kantor.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
29
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS menunjukkan kinerja yang positif pada triwulan I-2013. Total aset BPRS mengalami peningkatan
didukung oleh profitabilitas dan efisiensi BPRS yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Namun demikian, permodalan dan kualitas pembiayaan mengalami sedikit penurunan.
Fungsi intermediasi BPRS mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pembiayaan BPRS tercatat
sebesar Rp3,75 triliun, meningkat sebesar Rp0,2 triliun atau 5,63% (qtq) dari triwulan sebelumnya.
Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan tersebut tidak disertai dengan peningkatan kualitas
pembiayaan yang ditunjukkan dengan rasio NPF gross BPRS pada triwulan I-2013 sebesar 7,2%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,15%. Kondisi tersebut antara lain disebabkan
semakin ketatnya persaingan dengan bank umum dalam mendapatkan dan mempertahankan
nasabah pembiayaan. Bank umum mampu mendapatkan dan mempertahankan nasabah karena
ditunjang oleh kualitas dan jaringan infrastruktur yang lebih baik (Tabel 2.9).
Sejalan dengan pembiayaan BPR yang tumbuh positif, DPK pada triwulan I-2013 juga mengalami
pertumbuhan sebesar Rp0,19 triliun atau 6,64% (qtq) menjadi sebesar Rp3,13 triliun. Pertumbuhan
DPK BPRS dipengaruhi oleh pemberian return BPRS yang secara umum lebih tinggi dibandingkan bank
umum. Selain itu, program penjaminan bagi nasabah BPRS dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
juga menjadi daya tarik bagi pemilik dana untuk menyimpan kelebihan dananya di BPRS ditengah
tren penurunan return DPK perbankan Indonesia.
Dengan perkembangan pembiayaan dan DPK selama triwulan I-2013, rasio financing to deposit
(FDR) BPRS mencapai 119,67%, mengalami penurunan dari rasio triwulan sebelumnya sebesar
120,96%. Penurunan tersebut disebabkan pembiayaan tumbuh lebih kecil (5,63%, qtq) dibanding
DPK (6,46%, qtq).
Meskipun intermediasi BPRS mengalami peningkatan, namun permodalan BPRS mengalami sedikit
penurunan. CAR BPRS pada triwulan I-2013 mengalami sedikit penurunan sebesar 3,02% (qtq) dari
25,16% menjadi 24,40%.
Efisiensi BPRS pada triwulan I-2013 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan I-2013, yang
tercermin dari perbaikan rasio BOPO dari sebelumnya sebesar 86,25% menjadi 84,99%. Sejalan
dengan perbaikan rasio BOPO di BUS dan UUS, perbaikan rasio BOPO di BPRS juga menunjukkan
upaya efisiensi yang dilakukan BPRS telah berjalan dengan baik, seperti penurunan bertahap imbal
hasil DPK.
Profitabilitas BPRS mengalami peningkatan selama triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya, sebagaimana tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) BPRS yang meningkat dari
2,64% menjadi 3,06% (qtq). Peningkatan ROA tersebut antara lain disebabkan oleh tingkat
pertumbuhan aset pembiayaan telah dapat menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan
periode sebelumnya.
Pada triwulan I-2013, total aset BPRS mencapai Rp4,90 triliun. Total aset tersebut meningkat Rp0,20
triliun atau 4,26% (qtq). Meskipun terdapat peningkatan total aset BPRS, namun terdapat penurunan
jaringan kantor BPRS sebanyak 5 kantor(1,2%, qtq)dari triwulan sebelumnya 404 kantor sehingga
menjadi 399 kantor.
30
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.9
Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah
Indikator Utama
2012
Triwulan I
Triwulan II
2013*
Triwulan III
Triwulan IV
BUS + UUS
Total aset (Rp. T)
151,86
155,41
168,66
195,02
DPK (Rp. T)
114,32
119,28
127,67
147,51
- Giro
12,51
12,72
13,78
17,71
- Tabungan
33,58
37,67
40,40
45,07
- Deposito
68,23
68,89
73,50
84,73
Pembiayaan (Rp. T)
104,24
117,59
130,36
147,51
Jumlah NPF (Rp T)
2,88
3,39
3,57
3,27
CAR (%)
15,33%
16,12%
14,98%
14,13%
NPF Gross (%)
2,76%
2,88%
2,74%
2,22%
NPF Net (%)
1,69%
1,86%
1,81%
1,34%
ROA (%)
1,83%
2,05%
2,07%
2,14%
BOPO (%)
85,27%
83,52%
83,20%
81,37%
FDR (%)
91,18%
98,59%
102,19%
100,00%
Jumlah Bank
- BUS
11
11
11
11
- UUS
24
24
24
24
Jumlah Kantor
1887
1999
2150
2262
BPRS
Total aset (Rp. T)
3,79
4,06
4,37
4,7
DPK (Rp. T)
2,32
2,48
2,69
2,94
Pembiayaan (Rp. T)
2,91
3,22
3,40
3,55
Jumlah NPF (Rp T)
0,19
0,21
0,23
0,22
CAR (%)
24,9%
24,3%
25,3%
25,16%
NPF Gross (%)
6,42%
6,39%
6,87%
6,15%
NPF Net (%)
5,4%
5,2%
5,6%
5,00%
ROA (%)
2,7%
2,7%
2,6%
2,64%
BOPO (%)
85,5%
85,4%
86,4%
86,25%
FDR (%)
125,5%
129,7%
126,7%
120,96%
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
155
373
156
378
156
386
Triwulan I
209,60
156,96
14,07
46,47
96,42
161,08
4,43
14,38%
2,75%
1,71%
2,39%
79,76%
102,62%
11
24
2341
4,90
3,13
3,75
0,27
24,40%
7,21%
7,20%
3,06%
84,99%
119,67%
158
404
159
399
2.10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Penyaluran kredit ke sektor UMKM selama triwulan I-2013 bergerak stabil. Berdasarkan segmentasinya,
terjadi peningkatan pada seluruh segmen kredit usaha, baik mikro, kecil, maupun menengah.
Berdasarkan jenis penggunaan, terjadi peningkatan untuk kredit modal kerja dan kredit investasi.
Realisasi kredit UMKM pada triwulan I-2013 meningkat sebesar Rp3,4 triliun, tumbuh 0,6% (qtq)
sehingga menjadi Rp555,6 triliun (Tabel 2.10). Relatif rendahnya pertumbuhan kredit UMKM
merupakan fenomena awal tahun karena bank-bank belum banyak menyalurkan kreditnya.
Kontribusi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan tercatat sebesar 19,5%, dengan pangsa
kredit UMKM didominasi oleh usaha menengah (49,2%), diikuti usaha kecil (29,9%) dan usaha mikro
(20,9%) (Tabel 2.10). Pemberian kredit UMKM yang seluruhnya bersifat produktif, sebagian besar
(68,0%) disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, sektor pertanian,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
31
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
perburuan dan kehutanan. Dari sisi kualitas, NPL kredit UMKM pada akhir triwulan I-2013 mencapai
3,77%, lebih tinggi dari posisi akhir triwulan IV-2012 sebesar 3,40% (Grafik 2.23).
Tabel 2.10
Baki Debet Kredit UMKM
Baki
Debet
2012
Februari 2013
Baki
Debet
Growth
Net
Ekspansi Ytd
%
Pangsa
%
Kredit UMKM
Kredit Non UMKM
Kredit Perbankan
Segmentasi
Kredit Usaha Mikro
Kredit Usaha Kecil
Kredit Usaha Menengah
Jenis Penggunaan
Kredit Modal Kerja Investasi
Kredit Konsumsi
552,2
2.226,7
2.779,0
552,2
113,8
169,9
268,6
552,2
425,9
126,3
-
540,7
2.251,4
2.792,1
540,7
114,5
161,5
264,7
540,7
418,4
122,3
-
Maret 2013
19,4%
80,6%
100,0%
100,0%
21,2%
29,9%
49,0%
100,0%
77,4%
22,6%
0,0%
(11,5)
24,6
13,1
(11,5)
0,8
(8,4)
(3,9)
(11,5)
(7,6)
(4,0)
-
Baki
Debet
Pangsa
Net
Ekspansi
%
-2,1%
1,1%
0,5%
-2,1%
0,7%
-4,9%
-1,5%
-2,1%
-1,8%
-3,1%
0,0%
555,6
2.287,1
2.842,7
555,6
116,1
166,2
273,3
555,6
430,2
125,5
-
19,5%
80,5%
100,0%
100,0%
20,9%
29,9%
49,2%
100,0%
77,4%
22,6%
0,0%
3,4
60,4
63,8
3,4
2,3
(3,6)
4,7
3,4
4,2
(0,8)
-
YoY
%
18,0%
27,7%
25,7%
18,0%
12,0%
12,9%
24,3%
18,0%
17,8%
18,7%
0,0%
Growth
Ytd
%
0,6%
2,7%
2,3%
0,6%
2,0%
-2,1%
1,8%
0,6%
1,0%
-0,6%
0,0%
mtm
%
2,8%
1,6%
1,8%
2,8%
1,4%
2,9%
3,3%
2,8%
2,8%
2,6%
0,0%
�
���
���
�����
�����
���
�����
�����
�����
����� �����
�����
�����
�����
���������������
�����
�����
���
�����
���
���
�����
����� �����
�����
�����
�����
��������������������
���
�����
�����
�����
�����
�����
���
���
���
��� ���
����
���
���
���
��� ��� ���
����
���
���
��� ���
����
Grafik 2.23
NPL Kredit UMKM dan perbankan
Sementara itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan hingga Maret 2013 tercatat sebesar
Rp11,5 triliun (ytd) atau sebesar 32% dari target realisasi KUR. Sedangkan total KUR yang telah
direalisasikan bank pelaksana hingga Maret 2013 telah mencapai Rp108,4 triliun. Baki debet KUR
pada Maret 2013 tercatat sebesar Rp41,6 triliun, naik Rp0,8 triliun (2,1%) selama tahun 2013 (ytd).
Penyaluran KUR masih terpusat di Jawa (47,9%), disusul Sumatera (22,0%), Kalimantan (10,6%),
Sulawesi (12,0%), Bali (4,7%) dan Papua Maluku (2,7%). Penyaluran KUR masih didominasi sektor
32
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
perdagangan (53,7%), sementara penyaluran pada sektor pertanian termasuk perikanan hanya
mencapai 19,8%.
Berdasarkan kualitas kredit, NPL KUR pada Maret 2013 mencapai 4,43%, meningkat dibandingkan
akhir triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 3,54%. Sedangkan Non Performing Guarantee (NPG)
yang merupakan perbandingan antara klaim KUR yang dibayar Lembaga Penjamin Kredit (LPK)
dengan KUR yang dijamin oleh LPK, tercatat sebesar 3,4%, relatif tetap dibanding periode akhir
triwulan IV-2012.
2.11. Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi sistem pembayaran tetap dapat berjalan aman dan lancar selama triwulan I-2013.
Pada triwulan I-2013, secara umum operasional sistem pembayaran berlangsung dengan baik dalam
menopang kegiatan ekonomi. Nilai transaksi masih tetap tinggi sebesar Rp20.247 triliun, meskipun
sedikit menurun (5,47%, qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar Rp21.419 triliun (Tabel 2.11).
Penurunan tersebut disebabkan oleh siklus awal tahun terkait menurunnya transaksi pengelolaan
moneter, transaksi keuangan pemerintah, dan transaksi keuangan masyarakat. Sementara itu,
volume (frekuensi transaksi) sedikit meningkat (2,47%, qtq) menjadi 902 juta transaksi, dari 880 juta
transaksi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut utamanya disumbang oleh transaksi kartu
ATM dan ATM/debet (Tabel 2.12) yang menunjukkan makin tingginya aktivitas ekonomi masyarakat
menggunakan instrumen pembayaran non tunai.
Transaksi APMK meningkat dari 816.491 ribu transaksi menjadi 842.697 ribu transaksi. Sementara
itu, volume transaksi BI-RTGS dan SKNBI pada triwulan laporan tercatat menurun. Volume transaksi
sistem BI-RTGS pada triwulan I-2013 tercatat sebanyak 4,25 juta transaksi atau menurun 469
ribu transaksi (9,94%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 4,72
juta transaksi. Volume transaksi SKNBI selama triwulan I-2013 mencapai 24,34 juta transaksi atau
mengalami penurunan sebanyak 3.852 juta transaksi (13,66%) dibanding triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 28,19 juta transaksi.
Berdasarkan penyelenggaraan sistem pembayaran, penurunan nilai transaksi terjadi pada sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Nilai transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui sistem BI-RTGS tercatat sebesar Rp18.778
triliun, menurun sebesar 5,98% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2012 sebesar Rp19.972 triliun. SKNBI
tercatat menurun sebesar 4,19%, dari Rp573,89 triliun pada triwulan IV-2012 menjadi Rp549,87
triliun pada triwulan I-2013. Sementara itu, pada sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh
industri terjadi peningkatan nilai transaksi. Peningkatan nilai transaksi terjadi melalui Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK)3 sebesar 5,28% (qtq) dari Rp871,72 triliun pada triwulan IV-2012
menjadi Rp917,75 triliun pada triwulan I-2013.
3
APMK adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang terdiri dari kartu kredit, kartu ATM, dan kartu ATM/debet.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
33
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.11
Nilai Transaksi Pembayaran
Transaksi Sistem
Pembayaran
Non Tunai
2012
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2012
Nilai (Triliun Rp)
2013
Triwulan I % Naik / (Turun)
QtQ
YoY
RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
Kliring
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
31.406,74
22.738,78
759,31
3.503,07
573,70
671,18
715,75
2.444,96
507,43
368,45
48,99
319,34
0,13
138,98
743,91
47,41
696,50
27.536,93
17.496,92
962,82
3.838,35
499,98
661,14
1.464,29
2.613,42
541,54
384,29
49,66
334,50
0,13
157,25
795,04
50,24
744,80
20.480,63
10.587,75
814,93
3.763,49
580,70
738,85
1.371,69
2.623,20
547,32
387,21
50,81
336,29
0,11
160,11
856,25
51,72
804,53
19.972,81
9.674,21
1.267,51
4.163,88
515,34
644,38
1.188,72
2.518,77
573,89
397,99
55,25
342,63
0,12
175,90
871,72
52,47
819,24
99.397,11
60.497,66
3.804,57
15.268,78
2.169,73
2.715,55
4.740,46
10.200,36
2.170,19
1.537,95
204,71
1.332,75
0,49
632,24
2.960,52
183,28
2.777,24
18.778,31
8.970,98
696,86
3.970,43
469,34
812,88
1.189,97
2.667,86
549,87
394,76
52,40
342,22
0,14
153,11
917,75
51,44
866,31
-5,98%
-7,27%
-45,02%
-4,65%
-8,93%
26,15%
0,10%
5,92%
-4,19%
-0,81%
-5,15%
-0,12%
15,93%
-12,95%
5,28%
-1,97%
5,75%
-40,21%
-60,55%
-8,22%
13,34%
-18,19%
21,11%
66,26%
9,12%
8,36%
7,14%
6,96%
7,17%
11,00%
10,17%
23,37%
8,49%
24,38%
Uang Elektronik
Total
0,32
32.658,41
0,44
28.873,95
0,56
21.884,77
0,65
21.419,06
1,73
104.529,55
0,59
20.246,52
-9,10%
-5,47%
80,58%
-38,01%
Tabel 2.12
Volume Transaksi Pembayaran
Transaksi Sistem
Pembayaran
Non Tunai
2012
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
2012
Volume (Ribu Transaksi)
2013
Triwulan I % Naik / (Turun)
QtQ
YoY
RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
Kliring
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
4.162,40
17,94
172,24
3.642,26
20,40
17,47
10,39
281,72
24.360,98
10.681,43
934,62
9.524,19
222,62
13.679,54
689.906,86
53.699,05
636.207,81
4.301,22
17,11
200,41
3.744,58
15,12
17,51
20,36
286,13
26.870,09
10.884,50
954,61
9.703,50
226,39
15.985,59
743.708,70
55.108,12
688.600,58
4.315,70
19,70
175,61
3.759,56
19,75
16,69
21,62
302,78
26.673,62
10.545,85
923,49
9.403,35
219,02
16.127,77
795.582,00
55.985,75
739.596,25
4.719,10
17.498,42
24,33
79,08
242,27
790,53
4.100,64
15.247,04
19,31
74,57
12,96
64,62
19,25
71,61
300,35
1.170,97
28.193,28
106.097,97
10.585,89
42.697,68
945,04
3.757,76
9.429,85
38.060,89
211,01
879,03
17.607,39
63.400,29
816.490,61 3.045.688,16
56.786,93
201.512,20
759.703,68 2.554.536,47
4.250,03
24,20
135,79
3.752,93
16,30
17,43
19,39
284,00
24.341,27
10.615,23
926,41
9.469,70
219,12
13.726,04
842.696,76
56.655,37
786.041,39
-9,94%
-0,54%
-43,95%
-8,48%
-15,57%
34,51%
0,75%
-5,44%
-13,66%
0,28%
-1,97%
0,42%
3,85%
-22,04%
3,21%
-0,23%
3,47%
2,11%
34,90%
-21,16%
3,04%
-20,08%
-0,23%
86,71%
0,81%
-0,08%
-0,62%
-0,88%
-0,57%
-1,57%
0,34%
22,15%
5,51%
23,55%
Uang Elektronik
Total
17.260,81
735.691,04
24.703,09
799.583,10
27.784,71
854.356,02
30.875,31
90.362,93
880.278,31 2.970.007,99
30.728,04
902.016,09
-0,48%
2,47%
78,02%
22,61%
34
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Secara keseluruhan, pada periode laporan berbagai perkembangan pada sistem pembayaran nasional
tersebut menunjukkan tingkat ketersediaan layanan sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia melebihi target. Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI mencapai 100%, melebihi target
service level yang ditetapkan sebesar 99,90%. Kemampuan setelmen pembayaran melalui Sistem
BI-RTGS juga cukup tinggi mencapai 99,96%, melebihi target 99,0%. Selain itu, penyelenggaraan
transaksi yang aman dan lancar juga terjadi pada sistem pembayaran dengan APMK dan uang
elektronik yang diselenggarakan di luar Bank Indonesia.
2.12. Perkembangan Pengedaran Uang
Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) selama triwulan I-2013 mengalami peningkatan
dibanding periode sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya kebutuhan uang
kartal oleh masyarakat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta pengaruh dari variabel
ekonomi makro lainnya seperti inflasi dan nilai tukar.
Uang kartal yang diedarkan (UYD) selama triwulan I-2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sejalan dengan tetap kuatnya kegiatan ekonomi. Pada triwulan laporan, rata-rata harian
UYD tercatat sebesar Rp397,54 triliun, meningkat sebesar Rp2,46 triliun atau 0,62% dibanding
triwulan sebelumnya (Grafik 2.24). Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor musiman
terkait perayaan hari besar keagamaan, yaitu Imlek pada Februari 2013, dan hari raya Nyepi dan
Paskah pada Maret 2013, serta cuti bersama dalam rangka perayaan hari besar keagamaan.
Berdasarkan komponennya, kenaikan UYD tersebut banyak ditopang oleh uang yang beredar di
masyarakat (uang kartal). Uang yang beredar di masyarakat pada triwulan laporan rata-rata tercatat
Rp332 triliun atau sedikit menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya (Tabel 2.13). Sementara
itu, uang yang beredar di perbankan sedikit meningkat (8,46%) terkait antisipasi bank memenuhi
�
����
����
����
��������������������
�������������������
������
�
��
����
��
����
��
����
����
�
����
�
����
�
����
����
�����
�����
�����
����
�����
�
����
����
�
����������
�����������
������������
����
�����������
����������
����
��
��
������
��
��
������
����
��
����
��
����
����
��
��
����
����������
�����������
������������
����
��������������������
Grafik 2.24
Perkembangan Rata-rata Uang Kartal
yang Diedarkan (qtq)
������
������
����
����
����
��
������
�����������
����������
����
��
�������������������
Grafik 2.25
Perkembangan Rata-rata Uang Kartal
yang Diedarkan (yoy)
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
35
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
permintaan masyarakat menghadapi liburan masyarakat. Dari perkembangan tersebut, komposisi
uang beredar di masyarakat dan perbankan terhadap UYD tidak banyak berubah, yaitu sekitar 84%
dan 16%.
Berdasarkan pecahan, UYD pada triwulan laporan banyak didominasi oleh Uang Pecahan Besar
(Rp20.000 ke atas). Komposisi pecahan Rp100.000, Rp50.000 dan Rp20.000 masing-masing tercatat
sebesar 59,89%, 30,25% dan 2,51% dari total UYD. Perkembangan ini sejalan dengan peningkatan
nilai transaksi kartu ATM dan ATM/Debet untuk memenuhi kegiatan transaksi penarikan tunai dan
transfer.
Tabel 2.13
Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank
Nominal (triliun Rp)
Masyarakat
Pangsa
Bank
Jumlah
Masyarakat
Bank
Jumlah
2012
Periode
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
291,04
300,39
327,65
334,84
52,90
51,88
65,11
60,24
343,93
352,26
392,76
395,08
84,62%
85,27%
83,42%
84,75%
15,38%
14,73%
16,58%
15,25%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
2013
Triwulan I
332,20
65,34
397,54
83,56%
16,44%
100,00%
Di tengah tren peningkatan tersebut, kecukupan UYD masih tetap terjaga, bahkan pada periode
laporan pertumbuhan uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) tercatat menurun. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (qtq), jumlah aliran uang keluar rupiah tercatat Rp74,33 triliun,
menurun 44,35% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 2.14). Sementara itu, jumlah
aliran masuk uang rupiah ke Bank Indonesia (inflow) pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp119,49
triliun, meningkat 51,98% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan outflow dan
peningkatan inflow uang tersebut merupakan siklus normal setiap awal tahun sejalan dengan arus
balik uang kartal pasca Natal dan liburan tahun baru.
Dalam rangka menjaga uang rupiah agar selalu dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia melakukan
sortasi uang yang masuk dengan memisahkan antara Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak
Edar (UTLE). Berdasarkan hasil sortasi tersebut, ULE akan diedarkan kembali, sedangkan UTLE akan
dimusnahkan. Selama triwulan I-2013, jumlah uang rupiah yang dimusnahkan sebesar Rp14,74
triliun atau 1,20 miliar lembar, yang seluruhnya merupakan uang kertas.
36
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.14
Indikator Pengedaran Uang
Indikator
Rata-rata UYD (Triliun Rp)
Pertumbuhan UYD (qtq)
Pertumbuhan UYD (yoy)
Outflow (Triliun Rp)
Pertumbuhan Outflow (qtq)
Pertumbuhan Outflow (yoy)
Inflow (Triliun Rp)
Pertumbuhan Inflow (qtq)
Pertumbuhan Outflow (yoy)
Pemusnahan :
Pemusnahan (Triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Bilyet (Miliar)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
2012
Triwulan I
Triwulan II
2013
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
343,93
1,30%
14,22%
62,31
-41,87%
69,26%
95,34
36,10%
45,88%
352,26
2,42%
16,56%
108,61
74,30%
35,22%
76,70
-19,55%
38,17%
392,76
11,49%
16,09%
125,05
15,14%
1,45%
115,58
50,69%
12,77%
395,08
0,59%
16,37%
133,57
6,81%
24,60%
78,63
-31,97%
12,24%
397,54
0,62%
15,59%
74,33
-44,35%
19,28%
119,49
51,98%
25,33%
33,05
-20,69%
-22,14%
1,52
-15,75%
-4,37%
4,59
-86,12%
-87,87%
0,72
-52,82%
-44,37%
2,54
-44,70%
-93,64%
0,54
-25,07%
-55,34%
7,39
191,35%
-82,26%
1,04
92,33%
-42,71%
14,74
99,48%
-55,39%
1,20
15,84%
-21,24%
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
37
Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan
38
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
BAB 3
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik, Bank Indonesia
menempuh berbagai kebijakan. Kebijakan moneter ditempuh untuk mengarahkan inflasi
pada sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Bank Indonesia juga memperkuat ketahanan perbankan dengan
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian bank. Untuk mendukung kebijakan tersebut,
kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang beredar juga menjadi fokus kebijakan
Bank Indonesia selama triwulan I-2013. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi
dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya, serta melakukan upaya edukasi dan
komunikasi dengan stakeholders.
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
Bank Indonesia tetap konsisten menempuh kebijakan moneter yang dapat menjaga inflasi pada
sasaran yang telah ditetapkan, sambil terus berupaya menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi. Sejalan dengan arah kebijakan itu, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan yang
terdiri dari kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, dan kebijakan makroprudensial, serta terus
memperkuat strategi komunikasi dan mempererat koordinasi kebijakan dengan pemerintah.
3.1.1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia selama triwulan laporan tetap diarahkan untuk
dapat mencapai target inflasi yang telah ditetapkan, sambil terus berupaya menjaga kesinambungan
pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang ditempuh diarahkan untuk
memitigasi pengaruh meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek yang bersumber dari kenaikan
harga pangan (volatile food) dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal.
Konsisten dengan arah kebijakan tersebut, maka sepanjang triwulan I-2013 Bank Indonesia
mempertahankan BI Rate pada level 5,75% yang dinilai masih konsisten dengan pencapaian sasaran
inflasi tahun 2013 dan 2014 sebesar 4,5%+1%.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus menempuh arah kebijakan yang konsisten dengan sasaran
inflasi yang telah ditetapkan sambil terus mencermati berbagai risiko yang dapat memengaruhi
keseimbangan ekonomi makro dan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini
ditempuh akan dilanjutkan dan diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta
asing. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi bersama pemerintah dengan fokus pada
upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan tekanan inflasi dari sisi volatile food.
Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal pemantapan Protokol
Manajemen Krisis (PMK). Program Kerja ini merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, PMK adalah suatu pedoman atau tata cara kerja, mekanisme koordinasi dan
pengambilan keputusan yang terintegrasi dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan/
atau penanganan krisis, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PMK Nasional. Protokol
koordinasi dalam PMK Nasional menggunakan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)
sebagaimana termaktub pada Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan.
Kegiatan utama program kerja pemantapan PMK 2013 mencakup penguatan PMK Bank Indonesia
dan kontribusi pada PMK Nasional. Di sisi penguatan PMK, Bank Indonesia sedang menyiapkan dua
buah kajian yaitu rekalibrasi indikator surveillance (analytical tools) dan opsi kebijakan (policy tools).
Sementara di sisi kontribusi pada PMK Nasional, Bank Indonesia berperan aktif dalam penyusunan
atau penyempurnaan berbagai dokumen sebagai landasan koordinasi dan tata kelola anggota FKSSK
dan ikut serta pada kegiatan simulasi krisis. Sampai dengan triwulan I-2013, pencapaian program
kerja antara lain berupa persetujuan terhadap kerangka acuan pokok kajian, pelaksanaan simulasi
krisis mini PMK nasional, dan penyampaian rancangan skenario simulasi krisis nasional (full dress
simulation).
40
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Koordinasi kebijakan dengan pemerintah juga dilakukan Bank Indonesia melalui berbagai kantor
Bank Indonesia Perwakilan Dalam Negeri (KPw DN) di berbagai wilayah. Terkait hal tersebut, Bank
Indonesia melakukan program inisiatif Penguatan Peran KPw DN untuk mendukung stabilitas moneter,
stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran, serta lebih berkontribusi pada perkembangan
perekonomian daerah. Program inisiatif mencakup tiga kelompok besar kegiatan yakni:
1. Memperkuat aspek formulasi, implementasi dan komunikasi kebijakan yang dituangkan
melalui penyempurnaan ketentuan intern mengenai Kajian Ekonomi Regional dan Program
Pengembangan Sistem Informasi Ekonomi Regional.
2. Memperkuat peran KPw DN Bank Indonesia dalam mendukung perekonomian daerah melalui
kontribusi dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Anggaran
dan Pendapatan Daerah (RAPBD), penyusunan model makro ekonomi daerah dan penguatan
komunikasi serta kerjasama dengan Kementerian/Lembaga dan stakeholders daerah.
3. Memperkuat peran Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
dalam stabilisasi harga melalui penyelenggaraan Rakornas IV TPID tahun 2013, High Level Meeting
TPI dan Pokjanas TPID, membangun website TPI dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID,
serta mengembangkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pilot project Jakarta dan
PIHPS nasional.
Sepanjang triwulan I-2013, program inisiatif penguatan peran KPwDN Bank Indonesia telah
melaksanakan beberapa kegiatan dan mencatat kemajuan yang cukup berarti. Kegiatan-kegiatan
tersebut yaitu:
Uji coba program Sistem Informasi Ekonomi Regional (SIER), khususnya untuk data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh Indonesia dan secara bertahap diperluas untuk mencakup
juga data inflasi daerah. Secara keseluruhan program SIER direncanakan selesai pada akhir tahun
2013.
Penjajakan awal dengan pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengenai pentingnya
penyelarasan asumsi makro daerah dalam penyusunan RKPD dan RAPBD untuk mendukung
pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus mengamankan pencapaian
sasaran inflasi nasional.
Pengembangan Regional Model Bank Indonesia (REMBI) dengan prototype Jakarta sebagai bentuk
kontribusi KPw DN Bank Indonesia bagi perencanaan perekonomian daerah. Selain di Jakarta,
juga dilakukan uji coba REMBI untuk beberapa daerah yang disesuaikan dengan karakteristik
ekonomi daerah.
Penguatan komunikasi mengenai ekonomi daerah yang diselenggarakan dalam bentuk Focus
Group Discussion (FGD) Forum Kajian Pembangunan. Peserta FGD terdiri dari World Bank,
Bank Indonesia, pengamat ekonomi, akademisi dan Kementerian Perencanaan Pembangunan/
Bappenas.
Pertemuan teknis bulanan TPI dan TPID dalam rangka memperkuat peran TPI dan TPID dalam
rangka stabilisasi harga. Selain itu, telah dilaksanakan komunikasi yang lebih efektif melalui High
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
41
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Level Meeting TPID menjelang pelaksanaan Rakornas IV TPID yang diadakan pada 8 Mei 2013.
Dalam rangka pelaksanaan penguatan peran dan komunikasi TPI dan TPID, juga akan dilakukan
pengembangan website TPI dan Pokjanas TPID, sebagai sarana tukar menukar informasi.
Pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dengan pilot project TPID Jakarta,
yang merupakan kelanjutan dari hasil kesepakatan bersama Rakornas III tahun 2012. Saat ini,
tahapan pengembangan PIHPS Jakarta masih berlangsung untuk pengembangan aplikasi.
Pengembangan sistem informasi harga juga dikembangkan di daerah-daerah lain seperti Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Cirebon.
Selain berbagai kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga terus menempuh upaya untuk memperkuat
implementasi kerangka kebijakan stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem
pembayaran yang terintegrasi dan didukung penguatan operasi moneter. Program tersebut meliputi
dua kelompok kegiatan utama yaitu:
a. Implementasi kerangka kerja kebijakan moneter yang terintegrasi dengan kebijakan stabilitas
sistem keuangan dan sistem pembayaran.
b. Harmonisasi operasi moneter dengan framework kebijakan moneter.
Sampai dengan triwulan I-2013, beberapa kegiatan yang telah dilakukan yaitu konsolidasi pelaksanaan
insiatif antar-satuan kerja dan penyusunan dedicated team serta penyusunan konsep Peraturan
Dewan Gubernur (PDG) Kerangka Kerja dan Proses Perumusan Kebijakan Utama Bank Indonesia.
Terkait dengan kegiatan harmonisasi operasi moneter dengan framework kebijakan moneter, telah
dilakukan kajian awal mengenai reposisi BI rate sebagai policy rate.
3.1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar
Arah kebijakan moneter Bank Indonesia tersebut didukung pula oleh pengelolaan operasi moneter
dan nilai tukar. Pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia melalui operasi moneter pada triwulan
I-2013 tetap diarahkan untuk mengelola likuiditas rupiah sehingga dapat mengarahkan suku bunga
pasar uang yang konsisten dengan upaya mencapai target inflasi 4,5%+1%.
Konsisten dengan arah pengelolaan operasi moneter tersebut, Bank Indonesia menerapkan strategi
moneter dengan melaksanakan operasi moneter yang bersifat penyerapan ke tenor yang lebih
panjang. Dalam kaitan ini, rata-rata tertimbang diskonto SBI 9 bulan meningkat dari 4,80% pada
Desember 2012 menjadi 4,87% pada Maret 2013 (Grafik 3.1). Seiring dengan kenaikan rata-rata
tertimbang diskonto SBI tersebut, penggunaan instrumen SBI dan SBIS untuk menyerap ekses
likuiditas juga meningkat 18% dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik 3.2).
Peningkatan penyerapan melalui instrumen SBI tersebut berpengaruh kepada komposi penempatan
di instrumen lain. Posisi Deposit Facility (DF) tenor O/N selama triwulan I-2013 turun sebesar 24%
bila dibandingkan dengan posisi di akhir triwulan IV-2012. Selain itu, posisi Term Deposit (TD) Rupiah
juga menurun 31% dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga menjadi Rp125 triliun pada
akhir triwulan I-2013. Kendati demikian, posisi TD Rupiah tersebut masih dominan yaitu mencapai
34% dari total instrumen moneter.
42
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
�
����
����������
���
���������
���������
���������
����
��
���
����
���
����
���
�
���
��
���������
����������������
���
����
����
����������
��
��
��
��
��
��
��
����
�����
������
����
Grafik 3.1
Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
�����
����
����
Grafik 3.2
Posisi Instrumen Operasi Moneter
Sementara itu, posisi Reverse Repo SBN cenderung stabil, meningkat hanya 1% dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Posisi Reverse Repo SBN per akhir triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp82 triliun
atau 94% dari posisi SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebesar Rp87 triliun. Penggunaan Reverse
Repo SBN sebagai instrumen operasi moneter Bank Indonesia terus dioptimalkan. Selain sebagai
instrumen penyerap ekses likuiditas, penggunaan Reverse Repo SBN diharapkan dapat mendukung
upaya pendalaman pasar keuangan.
Dengan perkembangan strategi penyerapan likuiditas rupiah tersebut, posisi total instrumen moneter
pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp369 triliun. Posisi operasi moneter tersebut menurun
14% dari Rp429 triliun pada akhir periode triwulan IV-2012. Penurunan posisi instrumen moneter
merupakan dampak dari stabilisasi nilai tukar yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan kontraksi neto
keuangan pemerintah pada bulan Januari dan Februari 2013.
Dalam kaitan dengan pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia senantiasa meminimalkan volatilitas
yang dapat terjadi sehingga pergerakan nilai tukar rupiah masih sesuai dengan kondisi fundamental
perekonomian. Untuk itu, Bank Indonesia terus melakukan pemantauan, komunikasi dan upaya
stabilisasi di pasar valas secara terukur. Sejauh ini arah kebijakan tersebut dapat menjaga volatilitas
nilai tukar rupiah tetap terkelola dengan baik dan mendukung tetap terkendalinya ekspektasi inflasi.
Selain kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga melakukan upaya peningkatan pasokan likuiditas valas
domestik melalui instrumen Term Deposit valas (TD valas). Instrumen TD valas tersebut memberikan
alternatif penempatan valas di Bank Indonesia bagi perbankan dalam negeri. Penempatan valas
tersebut selanjutnya dikelola oleh Bank Indonesia untuk menjaga keseimbangan supply dan demand
valas di pasar domestik.
Sepanjang triwuIan I-2013, instrumen TD valas ditawarkan dalam tenor 7 hari, 14 hari, dan 30 hari.
Penawaran instrumen tersebut mendapatkan respons yang positif dari perbankan. Dalam 13 kali
lelang yang diselenggarakan selama periode laporan, secara total Bank Indonesia menyerap likuiditas
valas sebesar USD16,693 miliar. Jumlah peserta lelang TD valas tercatat sebanyak 16 bank peserta,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
43
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dan pada setiap lelang selalu terjadi kelebihan penawaran yang masuk (oversubscribed) dibandingkan
dengan target yang ditetapkan. Pada akhir triwulan I-2013, posisi TD valas tercatat sebesar USD3,250
miliar, naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD2,895 miliar. Ditinjau dari tenornya,
penempatan TD valas didominasi oleh penempatan untuk tenor 7 hari (Grafik 3.3).
�����
�������
�������
������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���
�
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
Grafik 3.3
Term Deposit Valas (USD)
Kenaikan posisi TD valas antara lain dipengaruhi oleh level suku bunga TD valas yang bersaing. Seiring
dengan terjadinya peningkatan suku bunga pasar uang di luar negeri, suku bunga TD valas untuk
seluruh tenor juga meningkat. Pada lelang terakhir triwulan I-2013, suku bunga rata-rata tertimbang
TD valas untuk 1 minggu, 2 minggu dan 1 bulan masing-masing sebesar 0,13%, 0,14%, dan 0,16%,
meningkat dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada lelang TD valas di awal Maret 2013 (lelang
tanggal 11 Maret 2013), yaitu masing-masing 0,12%, 0,13%, dan 0,15% (Grafik 3.4)
����
��������
��������
�������
����
����
����
����
�
��
��� ���
��
���
�� ��
��� ���
�� ��
��� ���
�
���
��
���
�
���
��
�
��
��� ��� ���
Grafik 3.4
Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata TD Valas4
4
Data kosong menunjukkan lelang TD valas tidak ada yang dimenangkan untuk tenor dimaksud.
44
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dalam kaitan dengan upaya mendukung pengelolaan nilai tukar, pada triwulan laporan Bank
Indonesia juga menerbitkan penyempurnaan ketentuan mengenai pembelian valas kepada bank5.
Penyempurnaan ketentuan tersebut terkait dengan pengaturan tentang pembelian valuta asing
terhadap rupiah yang dilakukan oleh Pedagang Valuta Asing (PVA) dan Penyelenggara Transfer Dana/
Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU). Hal tersebut dimaksudkan agar pembelian valuta asing
oleh kedua pelaku ekonomi tersebut sesuai dengan kegiatan usahanya dan menjamin kesetaraan
dengan ketentuan yang telah berlaku bagi nasabah Bank.
Dalam penyempurnaan ketentuan mengenai pembelian valas kepada bank tersebut antara lain
diatur mengenai penyerahan Uang Kertas Asing (UKA) dari bank kepada PVA yang wajib dilakukan
secara fisik (tidak melalui pemindahbukuan). Selain itu, PVA/KUPU wajib menyampaikan dokumen
underlying transaksi untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah di atas USD100.000 per bulan.
Ketentuan tersebut berlaku mulai tanggal 4 Maret 2013, dan khusus untuk pengaturan mengenai
pembelian valuta asing oleh PVA akan berlaku efektif pada tanggal 1 Mei 2013.
3.1.3. Koordinasi Pengendalian Inflasi dengan Pemerintah
Pencapaian tingkat inflasi yang rendah dan stabil tidak terlepas dari berbagai koordinasi kebijakan
yang ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi
antara pemerintah dan Bank Indonesia dilakukan secara intensif melalui berbagai forum, khususnya
Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Pada triwulan I-2013, TPI/TPID melakukan beberapa kegiatan antara lain penyusunan buku Laporan TPI
tahun 2012, konsolidasi program kerja TPI tahun 2013 dan melaksanakan berbagai diskusi mengenai
upaya-upaya pengendalian inflasi. Beberapa program kerja TPI/TPID yang akan dilaksanakan dalam
waktu dekat antara lain penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) dan asesmen mengenai
Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Properti, dan Implikasi Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan dalam
konteks Undang-Undang Pangan.
Selama triwulan I-2013, selain melakukan pembahasan rutin di rapat TPI/TPID, Bank Indonesia juga
menginisiasi pertemuan bilateral dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna
menyikapi tingginya tekanan harga pangan. Pertemuan dilakukan guna membahas mengenai
fenomena lonjakan inflasi bahan pangan tersebut sekaligus menggali informasi mengenai langkahlangkah antisipasi yang telah ditempuh pemerintah dalam mengatasi lonjakan harga pangan
dimaksud. Selain itu, pertemuan tersebut juga dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menjajaki
kemungkinan koordinasi dan sinergi yang lebih baik antara Tim Pemantauan dan Pengendalian
Inflasi (TPI) dengan Tim Stabilisasi Harga Pangan yang koordinasinya berada di bawah Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian. Sehubungan dengan kebijakan pembatasan hortikultura, akan
dilakukan pemantauan tiap bulan terhadap perkembangan harga delapan komoditas hortikultura di
dalam keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK).
5
Surat Edaran No. 15/3/DPM tanggal 28 Februari 2013 perihal Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/42/DPD tentang Pembelian Valuta Asing
Terhadap Rupiah Kepada Bank.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
45
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)
Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pemantauan
perkembangan ULN pemerintah dan swasta. Selain itu, sebagai pemegang kas pemerintah, Bank
Indonesia menatausahakan ULN pemerintah termasuk melakukan pembayaran ULN pemerintah yang
jatuh tempo. ULN pemerintah yang ditatausahakan Bank Indonesia berasal dari kreditor multilateral,
bilateral, kredit ekspor dan komersial serta global bond. Penggunaan ULN dalam membiayai defisit
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan melalui transfer langsung ke rekening kas
umum negara. Sementara itu,untuk membiayai proyek-proyek pemerintah, penarikan pinjaman ULN
dilakukan dengan cara pembayaran langsung, penempatan dana pada rekening khusus, penerbitan
letter of credit (L/C) dan pembiayaan pendahuluan. Untuk ULN swasta mencakup kebutuhan
pembiayaan investasi, modal kerja dan kebutuhan valas.
Posisi ULN Indonesia sampai dengan Maret 2013 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan IV-2012. Posisi ULN meningkat dari USD251,2 miliar menjadi USD253,2 miliar atau
meningkat 0,3% (qtq). Peningkatan posisi terjadi pada ULN Swasta sebesar USD2,8 miliar (2,2% qtq)
menjadi USD129,0 miliar, sementara posisi ULN pemerintah dan Bank Indonesia turun sebesar USD2,0
miliar (-1,6% qtq) menjadi USD124,1 miliar. Peningkatan ULN swasta disebabkan oleh meningkatnya
posisi utang pada instrumen loan agreement and Global Debt Securities sebesar USD2,5 miliar (2,4%
qtq). Sementara itu, penurunan ULN pemerintah dan Bank Indonesia disebabkan oleh penurunan
pada instrumen loan agreement, khususnya terkait dengan pinjaman bilateral.
Selain memonitor posisi ULN, Bank Indonesia juga melakukan pengukuran rasio indikator kerentanan
ULN Indonesia, yang selanjutnya digunakan untuk mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia.
Berdasarkan indikator kerentanan ULN Indonesia, secara umum, perkembangan indikator beban utang
masih berada pada kisaran normal, dengan beberapa rasio mengalami peningkatan dan beberapa
lainnya mengalami penurunan. External Debt to GDP Indonesia dan Debt Service Ratio (DSR) pada
triwulan I-2013 masing-masing sebesar 28,6% dan 34,7% sedikit menurun dibandingkan dengan
triwulan IV-2012 sebesar 28,7% dan 39,1%. Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan utang memberi kontribusi pada membaiknya
rasio External Debt to GDP. Adapun pembayaran utang yang menurun dalam periode laporan seiring
dengan penurunan aktivitas impor, juga berdampak pada perbaikan Debt Service Ratio (DSR).
Dari perkembangan ULN tersebut, secara umum indikator beban utang masih berada pada kisaran
normal. External Debt to GDP Indonesia dan Debt Service Ratio (DSR) pada triwulan I-2013 masingmasing sebesar 28,6% dan 34,7% sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan IV-2012 sebesar
28,7% dan 39,1% (Grafik 3.5). Sementara itu, External Debt to Export dan Short term Debt to reserve
pada triwulan I-2013 masing-masing sebesar 115,4% dan 50,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan IV-2012 masing-masing 113,6% dan 48,5%. Peningkatan rasio External Debt to Export
di antaranya disebabkan oleh berlanjutnya tren penurunan ekspor Indonesia pada triwulan I-2013,
sedangkan peningkatan rasio short term debt to reserve disebabkan terjadinya penurunan cadangan
devisa yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ULN jangka pendek. ULN jangka pendek
turun sebesar USD1,4 miliar (2,5% qtq) lebih kecil dibandingkan dengan penurunan cadangan devisa
sebesar USD8,0 miliar (7,1% qtq).
46
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
�
���
���
���
���
���
���
���
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�
�
�����
�����������������
���������
���������������������������
��������������������
�����
�����
�����
������
�����
�����
�����
����
�����
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����
���
������������������
Grafik 3.5
Indikator Beban ULN Indonesia
Terkait pelaksanaan tugas penatausahaan ULN pemerintah, jumlah penarikan ULN pemerintah yang
diadministrasikan Bank Indonesia pada triwulan I-2013 tercatat sebesar USD 89,8 juta (Tabel 3.1)
dengan realisasi pembayaran ULN pemerintah tercatat sebesar USD1.036,4 juta (Tabel 3.2).
Tabel 3.2
Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah
Tabel 3.1
Realisasi Penarikan ULN Pemerintah
(Juta USD)
Pemerintah
Multilateral
Bilateral
Fasilitas Kredit
Ekspor (FKE)
Komersial
Obligasi
2013
Januari
Februari
Maret
34,3
26,1
4,6
13,2
7,2
1,7
42,2
5,3
0,3
3,2
0,4
34,3
0,5
3,7
36,6
13,1
42,2
Sumber : Statistik ULN Indonesia
Triwulan I
89,8
38,6
6,7
3,8
40,7
89,8
(Juta USD)
2013
Januari
Februari
Pemerintah
500,1
194,2
Multilateral
173,6
95,6
Bilateral
16,6
14,6
Fasilitas Kredit
Ekspor (FKE)
81,4
31,3
Komersial
1,6
5,5
Obligasi
226,8
47,2
Bank Indonesia
Multilateral
Bilateral
Komersial
Total
500,1
194,2
Maret
Triwulan I
318,6
34,5
6,2
1.012,9
303,7
37,3
27,7
6,5
243,6
23,5
140,5
13,7
517,6
23,5
23,5
342,1
23,5
1.036,4
Sumber : Statistik ULN Indonesia
Aspek penting dalam pembayaran ULN pemerintah yaitu terlaksananya pembayaran cicilan pokok
dan bunga yang aman, akurat dan tepat waktu karena dapat berpengaruh pada reputasi Bank
Indonesia dan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Bank Indonesia harus dapat menjamin
ketersediaan valuta asing yang diperlukan pemerintah sesuai dengan valuta pinjaman yang harus
dibayarkan. Untuk mendukung kinerja pembayaran ULN yang aman, akurat dan tepat waktu serta
menjaga keakurasian data realisasi pembayaran ULN pemerintah, setiap bulan dilakukan rekonsiliasi
data realisasi pembayaran dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
47
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sebagai perwujudan dari pelaksanaan transparansi informasi mengenai perkembangan utang luar
negeri, Bank Indonesia bersama-sama dengan Kementerian Keuangan telah menerbitkan publikasi
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) setiap bulan. Publikasi ini menyajikan data ULN
pemerintah, Bank Indonesia dan sektor swasta. Bank Indonesia dan Kemenkeu telah menerbitkan
publikasi SULNI edisi April 2013, dengan posisi data Februari 2013. Publikasi tersebut dapat diakses
melalui website Bank Indonesia.
Selain menerbitkan SULNI, Bank Indonesia dan Kemenkeu juga telah menerbitkan publikasi Statistik
Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI), yang terdiri dari data utang pemerintah, Bank Indonesia dan
BUMN, baik utang domestik maupun ULN. SUSPI (Public Sector Debt Statistics/PSDS) merupakan joint
program antara World Bank dan International Monetary Foundation (IMF) dalam rangka penyediaan
data utang sektor publik di setiap negara dalam standar internasional yang dapat diperbandingkan
(comparable). Data utang pemerintah, utang bank sentral dan utang BUMN untuk periode triwulan
I-2010 s.d. triwulan IV-2012 telah dipublikasikan dalam website World Bank dan saat ini tim SUSPI
tengah menyusun data utang sektor publik untuk triwulan 1-2013.
Upaya peningkatan kualitas data ULN merupakan sebuah keharusan baik dari segi akurasi, cakupan
maupun keterpercayaan. Dalam konteks yang lebih luas, akurasi data menjadi sangat penting karena
statistik ULN selain digunakan untuk keperluan pemantauan risiko ULN, juga digunakan untuk
penyusunan Neraca Pembayaran dan Posisi Investasi Internasional Indonesia serta bahan pendukung
dalam pengambilan kebijakan moneter. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan keakurasian data ULN swasta, diantaranya dengan melakukan validasi data pelaporan
ULN yang disampaikan oleh pelapor swasta, melakukan sosialisasi ketentuan Bank Indonesia tentang
pelaporan ULN serta melakukan beberapa penyempurnaan agar ketentuan pelaporan mudah
diimplementasikan. Selain itu, Bank Indonesia juga terus berupaya menambah cakupan pelapor
dan melaksanakan Forum Kemitraan dengan korporasi untuk meningkatkan efektivitas koordinasi
pelaporan ULN swasta.
3.1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan
Kebijakan
Bank Indonesia juga melakukan kegiatan penyusunan statistik antara lain dalam bentuk penyediaan
data dan informasi ekonomi, keuangan dan moneter, penyusunan laporan/analisis, serta
pelaksanaan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan
sektor riil. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan senantiasa mengedepankan upaya
untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang CRATA yaitu komprehensif (comprehensive),
terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini (timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible) serta
sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional.
Untuk statistik sektor eksternal, pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah mempublikasikan data
Statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2012 beserta laporan lengkapnya yang
berisi penjelasan komprehensif tentang perkembangan NPI selama triwulan laporan. Selain itu, Bank
Indonesia juga telah menyusun laporan perkembangan NPI terkini untuk melengkapi dokumen
(offering circular) penerbitan obligasi pemerintah dalam valuta asing.
48
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sehubungan dengan implementasi ketentuan Devisa Hasil Ekspor (DHE), data ekspor menunjukkan
kualitas yang semakin membaik dan berdampak pada peningkatan kualitas statistik neraca pembayaran
Indonesia.6 Berdasarkan pemantauan sampai dengan akhir triwulan I-2013, aliran DHE melalui bank
devisa di dalam negeri secara kumulatif pada periode Januari s.d. Maret 2013 meningkat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, baik secara nominal maupun pangsanya terhadap total nilai
DHE, yaitu dari USD30,755 juta (80,6% terhadap nilai DHE) menjadi sebesar USD31,672 juta (83,7%
terhadap nilai DHE). Sebaliknya DHE yang diterima melalui bank di luar negeri mengalami penurunan
dari USD7,418 juta (19,4% terhadap nilai DHE) sebesar USD6,166 juta (16,3% terhadap nilai DHE)
untuk periode perbandingan yang sama.
Berdasarkan pemantauan DHE, komoditi utama ekspor Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar
dalam penerimaan DHE adalah coal, palm oils, machinary and mechanic, textile dan textile product,
dan rubber. Tingkat kepatuhan eksportir terhadap ketentuan ini cukup tinggi. Sampai dengan akhir
triwulan I-2013, terdapat 110 perusahaan eksportir yang dikenakan sanksi penangguhan pelayanan
ekspor, dimana 11 diantaranya telah dibebaskan dari sanksi penangguhan tersebut. Perusahaan
eksportir yang dikenakan sanksi penangguhan terutama bergerak pada komoditi peternakan dan
hasil olahan hewan, textile dan textile product, mesin dan mekanik, chemical products, serta batu
bara. Sementara itu, eksportir migas asing telah mematuhi ketentuan DHE dengan menyampaikan
ke Bank Indonesia laporan incoming transfer dari luar negeri pada bank devisa domestik.
Untuk mendukung efektivitas implementasi ketentuan tersebut, Bank Indonesia telah melakukan
berbagai kegiatan antara lain menyusun aplikasi untuk kemudahan akses hasil monitoring DHE
dan melakukan asesmen dampak implementasi ketentuan DHE terhadap akurasi data ekspor pada
dokumen pabean (Pemberitahuan Ekspor Barang/PEB). Berdasarkan hasil asesmen tersebut, terdapat
sejumlah permasalahan yang dapat memengaruhi data ekspor maupun pelaporan DHE, baik yang
bersumber dari eksportir, bank, regulator maupun ketentuan. Menindaklanjuti permasalahanpermasalahan tesebut, Bank Indonesia telah melakukan pertemuan dengan pihak-pihak terkait
antara lain dengan otoritas terkait (BP Migas, Dirjen Bea dan Cukai, Kemenkeu), eksportir, bank dan
beberapa asosiasi, serta melakukan sosialisasi kepada eksportir, bank, asosiasi, maupun lembaga
terkait. Dari sisi ketentuan, dalam rangka meningkatkan efektivitas pemantauan penerimaan DHE
dan menindaklanjuti permasalahan yang telah ditemukan selama pelaksanaan monitoring, Bank
Indonesia telah menyempurnakan ketentuan DHE pada triwulan IV-2012 yang mulai diberlakukan
sejak 1 Januari 2013.7
Untuk statistik ekonomi domestik sektor riil, asesmen terhadap ekonomi nasional dilakukan melalui
penyusunan analisis berdasarkan hasil survei dan liaison. Secara garis besar, survei dan liaison yang
dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi terkini mengenai kondisi usaha dan tingkat
keyakinan konsumen. Selain itu, kegiatan survei yang dilakukan juga bertujuan untuk mengetahui
perkembangan, arah dan sumber tekanan inflasi.
6
7
PBI No. 13/20/PBI/2011 30 September 2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri sebagaimana telah disempurnakan dengan
PBI No. 14/25/PBI/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri.
PBI No. 14/25/PBI/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
49
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah melakukan analisis terhadap kondisi sektor riil berdasarkan
hasil survei dan liaison yang dilaksanakan secara rutin, yaitu meliputi Survei Konsumen (SK), Survei
Penjualan Eceran (SPE), Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR),
Survei Perbankan (SP), Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME), dan survei-survei lainnya. Sebagai
contoh, dalam rangka memperoleh informasi mengenai dampak kebijakan pemerintah menaikkan Tarif
Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap pada tahun 2013 terhadap biaya produksi, Bank Indonesia telah
melakukan survei mengenai strategi konsumsi rumah tangga terhadap kenaikan TTL 2013.
Kegiatan liaison yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan bertujuan untuk memperoleh asesmen
terhadap arah dan sumber pertumbuhan ekonomi serta tekanan terhadap inflasi nasional. Kegiatan
liaison dilakukan melalui kegiatan wawancara ke beberapa perusahaan guna menyusun asesmen
terhadap indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2013 dan potensi resiko
meningkatnya tekanan inflasi sehubungan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan TTL yang akan
menimbulkan tekanan inflasi dari sisi biaya (cost push inflation).
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan survei dan pengelolaan data, mulai
triwulan I-2013 Bank Indonesia telah mengimplementasikan pelaksanaan integrasi aplikasi survei yang
berbasis web (intranet dan internet) untuk SK, SHPR dan SPIME. Selain itu, pada periode tersebut juga
telah disusun persiapan integrasi aplikasi survei untuk SPE, SKDU dan Survei Pemantauan Harga (SPH).
Selain melalui survei dan liaison, penghimpunan data/informasi yang bertujuan untuk menghasilkan
statistik yang CRATA juga dilakukan dengan menyelenggarakan sistem pelaporan bagi seluruh
perbankan nasional. Berdasarkan data hasil pelaporan, Bank Indonesia menyusun statistik dan
analisis baik untuk kepentingan nasional maupun untuk memenuhi komitmen Indonesia terhadap
forum kerja sama internasional.
Dalam rangka terus meningkatkan kualitas pelaporan, Bank Indonesia secara berkesinambungan
melakukan kegiatan edukasi melalui sosialisasi, pelatihan, dan konsultasi. Kegiatan edukasi tersebut
antara lain berupa sosialisasi ketentuan serta tata cara pelaporan Laporan Bulanan Bank Umum
(LBU) kepada perbankan di berbagai provinsi. Kegiatan edukasi dimaksud merupakan salah satu
upaya Bank Indonesia yang secara terus menerus menjaga ketersediaan informasi strategis terkini
dan akurat untuk mendukung kebijakan moneter, perbankan, dan makroprudensial. Pada triwulan
I-2013, pelatihan dan sosialisasi ketentuan LBU tersebut telah dilaksanakan di Makasar. Selain itu,
Bank Indonesia secara periodik juga menyelenggarakan one on one meeting melalui kegiatan ‘klinik
perbankan’ sebagai sarana pelatihan bagi perbankan agar dapat mengelola dan melaporkan data
secara benar. Pada triwulan I-2013, pelaksanaan klinik tersebut diperuntukkan bagi Bank Pemerintah
terkait implementasi Treasury Single Accounts.
Untuk optimalisasi dukungan sistem pelaporan pelaksanaan tugas dan formulasi kebijakan, Bank
Indonesia saat ini tengah mengembangkan sistem pelaporan bank secara terintegrasi. Upaya
tersebut merupakan salah satu program inisiatif multi years Bank Indonesia, yakni Integrasi Sistem
Informasi secara Bertahap dengan Fokus pada Sistem Informasi Perbankan dan Stabilitas Sistem
Keuangan. Pada triwulan I-2013, telah disusun draft awal Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang
Laporan Stabilitas Moneter dan Keuangan (LSMK) dengan Laporan Bulanan Bank Umum Syariah
(LBUS) sebagai pilot project.
50
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia juga telah menyusun berbagai kajian diantaranya analisis
Neraca Arus Dana (NAD) dan analisis Perusahaan Pembiayaan (PP). Untuk memantau perkembangan
pasar saham dan pasar uang, secara bulanan Bank Indonesia melakukan analisis untuk mengetahui
perkembangan pasar saham global dan regional serta perkembangan transaksi perdagangan obligasi
korporasi, reksadana, surat utang negara, dan transaksi pasar uang antar bank.
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan perluasan cakupan data statistik hingga tingkat regional,
Bank Indonesia memiliki program inisiatif Penguatan Peran Kantor Perwakilan Dalam Negeri dalam
Mendukung Kebijakan Kantor Pusat (Sektor Moneter, Sektor Keuangan dan Sistem Pembayaran)
dan Pengembangan Ekonomi Daerah. Salah satu capaian yang dihasilkan pada triwulan I-2013
adalah penyempurnaan ketentuan Statistik Keuangan Ekonomi Daerah dengan menambah cakupan
instrumen Syariah dan penambahan Perusahaan Pembiayaan (PP).
Selanjutnya, untuk memperkuat dukungan penyediaan statistik terhadap formulasi kebijakan, Bank
Indonesia juga melaksanakan program inisiatif lainnya yakni Implementasi Framework Kebijakan
Stabilitas Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran yang Terintegrasi dan
didukung dengan Penguatan Operasi Moneter. Salah satu capaiannya adalah single statistics yang
menggabungkan statistik Sistem Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran.
Sebagai kelanjutan dari proyek tersebut, pada triwulan I-2013 telah disusun draft single statistics
untuk ketiga sektor tersebut.
3.2. Stabilitas Sistem Perbankan
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia terus melanjutkan berbagai kebijakan dalam rangka menjaga
stabilitas perbankan. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan dan pengawasan bank umum, bank
syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta penguatan sektor riil dan UMKM.
3.2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum
Pada triwulan I-2013, kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia terkait pengawasan bank umum
meliputi beberapa aspek, yaitu pengaturan bank umum, kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), penyiapan pengalihan fungsi pengaturan dan pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), serta pengawasan bank umum. Selain itu, Bank Indonesia juga menempuh kebijakan keuangan
inklusif termasuk rencana penyusunan ketentuan branchless banking. Kebijakan ini bertujuan sebagai
strategi distribusi yang digunakan bank sebagai bagian dari program keuangan inklusif secara
nasional.
3.2.1.1. Pengaturan Bank Umum
Pada aspek pengaturan bank umum, Bank Indonesia menerbitkan berbagai Surat Edaran sebagai
petunjuk pelaksanaan dari ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia akhir tahun 2012
terkait penyesuaian perhitungan kecukupan modal bank sesuai dengan standar internasional yang
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
51
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
berlaku.8 Penerbitan Surat Edaran (SE)9 tersebut bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pemenuhan
kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia dengan cara merger atau konsolidasi,
membentuk perusahaan induk di bidang perbankan, dan membentuk fungsi holding.
Selain itu, pada triwulan I-2013, Bank Indonesia juga menerbitkan SE terkait Kepemilikan Saham
Bank Umum10. SE tersebut bertujuan memberikan penjelasan batas maksimum kepemilikan saham
bagi Pemerintah Daerah serta perusahaan induk. Hal lain yang merupakan esensi dari pemberlakuan
SE ini adalah adanya kewajiban penyesuaian kepemilikan dalam hal terjadi perubahan Pemegang
Saham Pengendali (PSP) serta Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) Bank.
3.2.1.2. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Terkait dengan API, Bank Indonesia menempuh kebijakan diantaranya implementasi Basel II dan
persiapan implementasi Basel III. Guna mendukung implementasi Basel II, pada triwulan I-2013,
kebijakan API lebih mengarah pada proses implementasi dan penyusunan kebijakan turunan atas
paket kebijakan Bank Indonesia di bidang perbankan tahun 2012. Sementara itu, kebijakan terkait
keuangan inklusif difokuskan pada rencana penyusunan ketentuan branchless banking yang
bertujuan sebagai strategi distribusi bagi bank dalam memperluas pemberian layanan keuangan
kepada nasabah, tanpa melalui kantor bank sebagai bagian dari program keuangan inklusif secara
nasional.
3.2.1.2.1. Perkembangan Implementasi Basel II
Secara umum, kerangka Basel II meliputi tiga pilar, yaitu (i) Pilar 1: kecukupan modal minimum, (ii)
Pilar 2: proses review oleh pengawas, dan (iii) Pilar 3: disiplin pasar. Pilar 1 mencakup mekanisme
perhitungan modal minimum bank yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive), yang mencakup
risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Pilar 2 merupakan proses review yang dilakukan
otoritas pengawasan, antara lain untuk mengevaluasi aktivitas, profil risiko, dan manajemen risiko
bank untuk menetapkan apakah bank perlu mengalokasikan tambahan modal terkait dengan risiko
yang dihadapi. Sedangkan Pilar 3 mencakup transparansi dan kewajiban bank untuk mengungkapkan
informasi mengenai eksposur risiko baik kuantitatif maupun kualitatif, manajemen risiko yang
dilakukan bank, dan kecukupan permodalan yang dimiliki.
Ketiga pilar dalam kerangka Basel II telah diimplementasikan secara penuh di Indonesia sejak
Desember 2012. Pada triwulan I-2013, kegiatan Basel II lebih difokuskan pada sosialisasi/diseminasi
kepada pihak internal maupun eksternal mengenai informasi atas beberapa ketentuan yang baru
dikeluarkan pada akhir tahun 2012 tersebut.
8 PBI No. 14/24/PBI/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia.
9 SE BI No. 15/2/DPNP tanggal 4 Februari 2013 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia.
10 SE BI No. 15/4/DPNP tanggal 6 Maret 2013 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum.
52
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
��������
����������������
�������������������
��������������������
��������������
����������������������
�������������
������������
��������
����������������
��������
������������
��������
����������������������
���������������������
����������������
����������������������
���������������������
������
�����������
������������
������������
��������
���������������
����������
��������
�����
����������������
���������������
��������
������������
��������
���
����������������
������������
�����������������������
�����������������������
Implementasi Basel II di Indonesia
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan terkait Pilar 1 yang bertujuan
untuk mewujudkan struktur perbankan yang sehat yang dicapai melalui paket kebijakan peningkatan
ketahanan dan daya saing perbankan. Kebijakan tersebut antara lain:
a) Surat Edaran Bank Indonesia Mengenai Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia11
Ketentuan dimaksud merupakan petunjuk pelaksanaan atas Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
14/24/PBI/2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. Ketentuan bertujuan
untuk mengatur pelaksanaan pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan
Indonesia dengan cara merger atau konsolidasi, membentuk perusahaan induk di bidang
perbankan, dan membentuk fungsi holding.
b) Surat Edaran Bank Indonesia Mengenai Kepemilikan Saham Bank Umum12
Ketentuan merupakan petunjuk pelaksanaan atas PBI No. 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan
Saham Bank Umum. Surat Edaran ini bertujuan untuk memberikan penjelasan atas batas
maksimum kepemilikan saham bagi Pemerintah Daerah serta perusahaan induk. Hal lain yang
merupakan esensi dari pemberlakuan SE ini adalah adanya kewajiban penyesuaian kepemilikan
dalam hal terjadi perubahan PSP serta PSPT Bank.
c) Surat Edaran Mengenai Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Modal Inti13
Ketentuan ini merupakan tindak lanjut dari penerbitan PBI No. 14/26/PBI/2012 tanggal 27
Desember 2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.
11 SE No. 15/2/DPNP Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.
12 SE No. 15/4/DPNP Tanggal 6 Maret 2013 Tentang Kepemilikan Saham Bank Umum.
13 SE BI No. 15/6/DPNP tanggal 8 Maret 2013 perihal Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Modal Inti.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
53
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Ketentuan mewajibkan Bank melakukan identifikasi dan menyampaikan action plan atas produk
atau aktivitas yang tidak menjadi cakupan kelompok kegiatan usaha bank berdasarkan modal inti
serta mengajukan permohonan untuk memperoleh persetujuan sebelum menerbitkan produk
atau melaksanakan aktivitas baru yang bukan merupakan produk dan aktivitas dasar dan/atau
memiliki risiko serta kompleksitas yang tinggi.
d) Surat Edaran Mengenai Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Berdasarkan Modal Inti14
Ketentuan ini mengatur bahwa pembukaan jaringan kantor bank perlu didukung dengan
kemampuan keuangan yang memadai, antara lain tercermin dari ketersediaan alokasi Modal Inti
sesuai lokasi dan jenis kantor bank (Theoretical Capital). Selain itu, dalam rangka perimbangan
penyebaran jaringan kantor, bank didorong untuk melakukan perluasan ke wilayah yang kurang
terlayani oleh jasa perbankan guna mendukung upaya pengembangan pembangunan nasional.
Seperti halnya SE mengenai Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Modal Inti, SE ini juga
merupakan turunan dari PBI No. 14/26/PBI/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Kegiatan
Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.
3.2.1.2.2. Persiapan Implementasi Basel III
Terkait penyiapan implementasi Basel III, setelah pelaksanaan domestic Quantitative Impact Studies
(QIS) terhadap seluruh bank umum konvensional dengan menggunakan template Basel Committee
on Banking Supervision (BCBS), Bank Indonesia juga melakukan (i) analisis tingkat permodalan seluruh
perbankan dengan menggunakan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), (ii) penyelenggaraan
workshop Basel III kepada seluruh bank umum konvensional, dan (iii) studi pemetaan kondisi
permodalan perbankan Indonesia. Selanjutnya, pada triwulan I-2013 Bank Indonesia melaksanakan
beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Diskusi dengan dua bank berskala besar sebagai responden guna membahas persiapan
pelaksanaan Global QIS untuk posisi data Desember 2012 dan memberi penjelasan perubahan
template yang akan digunakan.
b) Diskusi dengan seluruh bank umum konvensional guna membahas kerangka permodalan
domestic QIS dan kerangka likuiditas dengan menggunakan template BCBS.
c) Menyusun Memorandum Of Understanding Cross Border Banking Supervision guna meningkatkan
kepatuhan terhadap standar internasional serta meningkatkan efektifitas pengawasan bank yang
beroperasi secara internasional.
3.2.1.2.3. Financial Inclusion dan Perlindungan Nasabah
Pada aspek financial inclusion dan perlindungan nasabah, berbagai kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap empat jenis layanan jasa
keuangan yang dianggap vital bagi kehidupan masyarakat, yakni layanan simpanan dana, kredit/
14 SE BI No. 15/7/DPNP tanggal 8 Maret 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Berdasarkan Modal Inti.
54
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
pembiayaan, sistem pembayaran serta asuransi. Secara lebih luas, financial inclusion dimaksudkan untuk
mendukung pemerintah dalam mencapai kesejahteraan ekonomi (economic welfare). Upaya tersebut
dilakukan melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan pencapaian stabilitas sistem
keuangan di Indonesia serta meningkatkan akses masyarakat unbanked dan underserved kepada
layanan jasa keuangan seperti simpanan, pembiayaan/kredit dan sistem pembayaran.
Kebijakan terkait financial inclusion ditopang oleh berbagai survei dan indikator yang menunjukkan
masih perlunya peningkatan akses masyarakat terhadap lembaga keuangan. Survei Bank Dunia
(2010) menunjukkan hanya 49% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga
keuangan formal. Hal serupa ditemukan Bank Indonesia dalam Survei Neraca Rumah Tangga
(2011) yang menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki tabungan baik di bank,
lembaga keuangan non-bank, dan non-lembaga keuangan adalah sebesar 48%. Dengan demikian,
masyarakat yang tidak memiliki tabungan baik di bank maupun di lembaga keuangan non-bank masih
relatif sangat tinggi, yaitu 52%. Kedua survei tersebut saling mendukung bahwa akses keuangan
masyarakat Indonesia ke lembaga keuangan formal dan non-formal masih relatif rendah.
Salah satu program yang diperkenalkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sistem jasa
keuangan adalah TabunganKu. Bank Indonesia bersama perbankan Indonesia yang tergabung dalam
Pokja Edukasi Perbankan memperkenalkan program TabunganKu sejak Februari 2010. Program
ini bertujuan untuk menumbuhkan minat menabung pada masyarakat. Peluncuran TabunganKu
memperoleh respons positif dari masyarakat yang terlihat dari pertumbuhan jumlah rekening
TabunganKu. Jumlah rekening TabunganKu sampai dengan akhir Maret 2013 berjumlah 3.773.170
rekening dengan nilai Rp4.197 triliun, meningkat dari jumlah rekening pada Desember 2012
berjumlah 3.635.619 rekening dengan nilai Rp.3.941 triliun dan Maret 2012 sebanyak 2.492.405
rekening dengan nilai Rp2.610 triliun.
Untuk meningkatkan jumlah rekening TabunganKu, Pokja Edukasi Perbankan senantiasa melakukan
penajaman konsep strategi komunikasi berupa kampanye nasional terintegrasi dalam bentuk Banks
go to school/pesantren/community, penyediaan mobil operasional TabunganKu, perluasan target
pelanggan TabunganKu, penyediaan informasi di website, call center, counter bank, iklan layanan
masyarakat (melalui media elektronik, media cetak, brosur, poster yang terstandardisasi) dll. Perbankan
mengambil peranan penting dalam penerapan strategi komunikasi. Monitoring dan evaluasi program
TabunganKu telah dilakukan melalui pelaksanaan survei persepsi dan preferensi TabunganKu pada
tahun 2012. Hasil survei menjadi masukan untuk penyempurnaan fitur TabunganKu yang hasilnya
diharapkan mampu meningkatkan jangkauan program TabunganKu.
3.2.1.3. Penyiapan Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank ke Otoritas
Jasa Keuangan (OJK)
Terkait dengan penyiapan pengalihan fungsi pengaturan dan pengawasan bank ke OJK, sebagai tindak
lanjut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, Bank Indonesia telah menerbitkan Surat
Keputusan Bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia15 mengenai penyiapan
15 SKB No. 43/KMK.010/2012 dan Keputusan GBI No.14/6/KEP.GBI/2012.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
55
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
seluruh aspek organisasi OJK. Hingga akhir triwulan I-2013, Bank Indonesia telah menyiapkan
beberapa hal yang masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2013 sebagai berikut:
1. Menyusun dan menyempurnakan standard operating procedure pengawasan Bank Syariah, BPR
dan Pengawasan Bank di Kantor Perwakilan BI Dalam Negeri, mekanisme kerja dan koordinasi
antar kompartemen di OJK dan review terhadap mekanisme koordinasi antara Bank Indonesia
dengan pihak eksternal.
2. Menyusun kajian sistem pengawasan konsolidasi dan terintegrasi serta perumusan prasyarat
untuk implementasi sistem pengawasan secara terintegrasi.
3. Menyediakan infrastruktur teknologi informasi bekerjasama dengan Shared Function OJK untuk
keperluan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial, termasuk melakukan inventarisasi
penggunaan aset dan dokumen sistem penunjang kegiatan pengaturan dan pengawasan sektor
keuangan yang dimiliki Bank Indonesia yang akan digunakan oleh OJK.
4. Menyusun dan mengimplementasikan Struktur Organisasi Pengawasan Bank tahun 2013 di
Kantor Pusat dan Kantor Regional, menyusun sistem sumber daya manusia dan usulan pegawai
yang akan ditugaskan, serta mekanisme pengalihannya termasuk mekanisme pemberhentian
pegawai yang memilih bekerja di OJK.
5. Menyiapkan dokumen pengawasan bank yang akan digunakan oleh OJK, menyiapkan
penandatangan Surat Keputusan Bersama mengenai penggunaan dokumen perbankan dari
Bank Indonesia ke OJK.
3.2.1.4. Pengawasan Bank Umum
Pelaksanaan tugas terkait pengawasan bank umum yang dilakukan Bank Indonesia masih tetap sama
dengan periode-periode laporan sebelumnya, baik dalam kegiatan on-site (pemeriksaan) maupun
off-site supervision. Namun demikian, mengingat tahun 2013 merupakan masa transisi untuk
pengalihan pengawasan bank ke OJK maka upaya yang sedang dan akan terus dilakukan adalah
meningkatkan kualitas dari tugas pengawasan bank sehingga industri perbankan menjadi lebih kuat,
berdaya saing dan efisien.
Fokus dari tugas pengawasan bank selama periode triwulan I-2013 didasarkan pada hasil penilaian
tingkat kesehatan bank posisi akhir tahun 2012. Dari hasil kegiatan pemeriksaan dan penelitian
terhadap laporan-laporan dan kondisi di internal bank, Bank Indonesia menyusun Laporan Analisis
Bulanan (LAB) sebagai instrumen yang tidak terpisahkan dari sistem penilaian tingkat kesehatan bank.
LAB tersebut merupakan hasil analisis pengawas bank mengenai kondisi keuangan dan manajemen
bank selama sebulan terakhir, dan menjadi subsequent event dari posisi penilaian tingkat kesehatan
terakhir.
Sesuai rencana implementasi Basel III, Bank Indonesia memfokuskan pengawasan terhadap kondisi
likuiditas bank melalui parameter Ketahanan Likuiditas Jangka Pendek (KLJD). Bank khususnya bankbank berdampak sistemik diharuskan memelihara rasio KLJD di atas 100%, yaitu perbandingan
antara aset likuid dan kewajiban likuid sampai dengan 30 hari ke depan.
56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dari sisi peningkatan quality assurance sistem pengawasan bank, Bank Indonesia secara rutin
melakukan Forum Panel Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko pada setiap semester. Forum tersebut
dilaksanakan sebagai media check and balance oleh pihak experts yang ditunjuk untuk memastikan
governance, compliance, procedural dan competency dari proses pengawasan bank. Produk
utama dari Forum Panel adalah rekomendasi yang diberikan pihak experts untuk melengkapi dan
memperkaya proses pengawasan bank yang harus segera ditindaklanjuti oleh pengawas. Dalam
periode triwulan I-2013, kegiatan Forum Panel tahap pertama baru mulai dilakukan pada akhir Maret
2013 dan direncanakan berakhir pada akhir Mei 2013.
3.2.2. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah
Terkait kebijakan dan pengawasan perbankan syariah, Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan
terkait upaya memperkuat kemampuan keuangan bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) dalam melakukan pembukaan jaringan kantornya, termasuk ke wilayah yang kurang
terlayani oleh jasa perbankan. Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan
pelaksanaan dalam rangka prudential regulation dalam bentuk SE Ekstern mengenai pembukaan
jaringan kantor BUS dan UUS berdasarkan modal inti.16 Beberapa inti pengaturan dalam ketentuan
dimaksud adalah: (i) delivery channel dan layanan syariah tidak diperhitungkan sebagai Pembukaan
Jaringan Kantor Bank, dan (ii) pengelompokan Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU)
untuk UUS didasarkan pada Modal Inti Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya.
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga melakukan beberapa penelitian terkait berbagai upaya
peningkatan operasional perbankan syariah, terutama dalam hal efisiensi operasi dan standard
operasional syariah. Penelitian tersebut dilakukan dalam tiga topik sebagai berikut:
a. Pola kemitraan bank syariah dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) syariah dan tatakelola
makro level LKM syariah. Hasil kajian diharapkan dapat memberikan rekomendasi bentuk-bentuk
kemitraan yang ideal, dampaknya kepada pertumbuhan industri perbankan syariah dan non
bank syariah termasuk kontribusi yang lebih optimal bagi perekonomian.
b. Pengukuran dan upaya peningkatan efisiensi bank syariah. Kajian difokuskan pada: (i) kondisi
terkini industri perbankan syariah yang cenderung kurang efisien dibandingkan perbankan
konvensional; (ii) tantangan industri perbankan syariah dalam jangka pendek pasca penerapan
beberapa ketentuan baru perbankan syariah seperti Loan to Value/Down Payment, Multiple
license; dan (iii) peralihan otoritas industri perbankan syariah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Selain itu, analisis yang dilakukan meliputi analisis rasio-rasio keuangan dan
model Data Envelopment Analysis (DEA).
c. Analisis peralihan praktek perhitungan bagi hasil bank syariah dari sistem revenue sharing
kepada sistem profit and loss sharing. Dalam penelitian ini dilakukan simulasi dan perhitungan
kemungkinan penerapan bagi hasil di bank syariah. Pola revenue sharing yang selama ini diterapkan
dirasakan belum ideal sementara industri perbankan syariah sudah semakin berkembang dan
siap untuk menerapkan pola bagi hasil di sisi pendanaan maupun pembiayaan.
16 SE BI No. 15/8/DPbS tanggal 27 Maret 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
57
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Terkait pengawasan perbankan syariah, pada triwulan I-2013 hasil analisis Bank Indonesia
menunjukkan profil risiko perbankan syariah secara umum masih tetap tergolong moderat, dan tidak
ada BUS dalam status pengawasan intensif maupun BPRS yang masuk dalam status pengawasan
khusus. Meskipun demikian, Bank Indonesia meminta bank agar selalu meningkatkan kualitas
manajemen risiko dan sistem pengendalian internal serta memperhatikan prinsip kehati-hatian dan
prinsip syariah dalam operasional bank. Fokus pemeriksaan meliputi aspek risiko operasional, risiko
kredit, kepatuhan penerapan prinsip syariah, dan good corporate governance.
Dari sisi perizinan kelembagaan, selama triwulan I-2013 Bank Indonesia telah menerbitkan izin usaha
pendirian satu BPRS baru dan memberikan dua izin prinsip pendirian BPRS. Selain itu, selama triwulan
I-2013 Bank Indonesia juga telah memberikan persetujuan terhadap pengajuan enam produk bank
syariah dan UUS.
3.2.3. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Terkait kebijakan dan pengawasan BPR, Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan dalam
upaya memperkuat kelembagaan BPR sehingga dapat berkembang secara wajar dan sehat serta
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi terutama Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM).
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah melakukan penyempurnaan dan amendemen terhadap
ketentuan BPR.17
Dalam upaya penyempurnaan kebijakan dan strategi pengembangan industri BPR dan sebagai tindak
lanjut penerbitan Bisnis Model BPR sebagai acuan dalam pengelolaan BPR, pada triwulan I-2013
Bank Indonesia melakukan beberapa kajian/penelitian yakni:
1. Penyempurnaan penilaian Tingkat Kesehatan BPR sebagai tool pengawasan BPR. Kajian dilakukan
dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan industri BPR, perkembangan teknologi
dan operasional BPR serta meningkatnya persaingan BPR dengan lembaga keuangan bank/nonbank yang berdampak terhadap tingkat risiko yang dialami BPR.
2. Penerapan Tata Kelola Organisasi BPR yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan BPR
terutama berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) BPR.
Dalam rangka mendorong sinergi antara Bank Umum dan BPR terutama peningkatan pembiayaan
kepada UMKM, telah dilakukan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan linkage program
bersama dengan bank umum peserta lingkage program.
Guna meningkatkan kualitas pemeriksaan dan untuk mendeteksi permasalahan BPR secara dini, telah
dilakukan Forum Panel dan pemeriksaan terhadap BPR Grup di Kantor Pusat dan KPw Dalam Negeri.
Selain itu, dalam mengatasi kekurangan sumber daya pengawas BPR di Kantor Pusat dan KPw Dalam
Negeri, telah dilakukan kerja sama pemeriksaan umum BPR dengan Kantor Akuntan Publik.
17 PBI No. 8/26/PBI/2006 tanggal 8 November 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat.
58
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.4. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM
Bank Indonesia terus berupaya menjembatani kesenjangan informasi antara UMKM dengan
perbankan, melalui dukungan dan koordinasi yang baik antara berbagai pihak yaitu Kementerian,
lembaga pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Upaya tersebut merupakan strategi
Bank Indonesia untuk meningkatkan akses UMKM kepada perbankan dan mendorong bank dalam
membiayai UMKM. Langkah-langkah Bank Indonesia pada triwulan I-2013 terutama dalam bentuk
penelitian dan pengembangan, koordinasi dan kemitraan strategis dengan pemerintah, pengaturan
mengenai kredit UMKM dan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta diseminasi hasil penelitian/kajian.
3.2.4.1. Penguatan Sektor Riil dan UMKM
Dalam rangka mendorong peran intermediasi perbankan khususnya bank umum, Bank Indonesia
terus berupaya untuk meningkatkan akses UMKM kepada bank dan mendorong perbankan untuk
membiayai UMKM. Kebijakan tersebut difokuskan agar UMKM mampu meningkatkan kelayakan
dan kapabilitasnya sekaligus mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah, serta untuk lebih
meningkatkan portofolio pangsa kredit UMKM terhadap total kredit perbankan secara nasional.
Dalam upaya mendorong bank umum untuk meningkatkan akses kepada UMKM, selama triwulan
I-2013 Bank Indonesia menyusun pokok-pokok pengaturan yang akan dituangkan dalam ketentuan
pelaksanaan sebagai berikut:
a. Ketentuan pelaksanaan mengenai pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan
bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah18
Ketentuan mewajibkan bank umum untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau
pembiayaan kepada UMKM dengan pangsa minimal 20% secara bertahap yang diikuti dengan
penerapan insentif/disinsentif. Pemberian kredit atau pembiayaan UMKM dimaksud dapat
dilakukan baik secara langsung dan/atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing,
channeling, dan pembiayaan bersama. Di samping itu, melalui ketentuan tersebut dilakukan
harmonisasi pendefinisian kriteria UMKM sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Di sisi lain, untuk meningkatkan
kapabilitas khususnya kepada UMKM agar mampu memenuhi persyaratan teknis perbankan,
Bank Indonesia menyediakan bantuan teknis berupa penelitian, pelatihan, penyediaan informasi
dan fasilitasi.
b. Ketentuan pelaksanaan mengenai pengalihan pengelolaan kredit likuiditas Bank Indonesia dalam
rangka kredit program19
Ketentuan bertujuan mendudukkan wewenang Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan
dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai koordinator dan penyaluran KLBI oleh bank
18 PBI No. 14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
19 PBI No. 14/19/PBI2012 tanggal 30 November 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit
Likuiditas Bank Indonesia dalam rangka Kredit Program.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
59
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
pelaksana. Di samping itu, ketentuan ini mengatur mengenai penetapan suku bunga Jakarta
Inter Bank Offered Rate (JIBOR) overnight ditambah 200 bps sebagai pengganti suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan sebagai acuan perhitungan sanksi atas pelanggaran dalam
pengelolaan KLBI serta memperjelas batas waktu penyampaian laporan penerimaan angsuran,
penyesuaian baki debet, penyaluran kembali, dan pelunasannya.
3.2.4.2. Peningkatan Penyaluran Kredit kepada Sektor Riil dan UMKM
Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan sektor riil dan UMKM kepada perbankan, Bank
Indonesia melakukan berbagai upaya sebagai berikut:
a. Peningkatan akses kredit atau pembiayaan UMKM kepada perbankan melalui penguatan
infrastruktur keuangan, dalam bentuk kegiatan:
(i) Fasilitasi percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah melalui berbagai
sosialisasi, yang berkoordinasi dengan beberapa Kementerian.
(ii) Perencanaan implementasi pemeringkatan UMKM (credit rating) dalam rangka persiapan
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Saat ini telah diperoleh hasil
pemeringkatan sebanyak 323 peringkat untuk 58 UMKM dengan menggunakan metode
dari masing-masing lembaga pemeringkat.
b. Peningkatan expertise perbankan tentang UMKM dalam bentuk program pelatihan dalam rangka
bantuan teknis guna meningkatkan kompetensi SDM perbankan, khususnya BPR skala kecil
yang bertujuan untuk meningkatkan expertise perbankan tentang UMKM. Untuk mendorong
pembiayaan perbankan kepada UMKM juga diberikan pelatihan kepada Konsultan Keuangan
Mitra Bank (KKMB) dalam rangka akselerasi akses UMKM kepada perbankan.
c. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah, sebagai berikut:
(i) Penguatan Program Minapolitan
Sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan Bersama antara Bank Indonesia dan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) tentang Pengembangan Usaha di Sektor Kelautan dan
Perikanan, telah dilakukan beberapa program aksi baik di Kantor Pusat maupun Kantor
Perwakilan (KPw) Bank Indonesia di daerah yaitu:
a) Focus Group Discussion (FGD) dan seminar tentang hasil penelitian tentang perikanan
tangkap di Muara Angke,
b) FGD dengan pemangku kepentingan untuk memperoleh umpan balik tentang
pengembangan perikanan budidaya komoditas ikan lele di Kabupaten Bogor yang
merupakan salah satu kawasan Minapolitan,
c) Sinergi program kerja KPw dengan program Minapolitan KKP di daerah.
(ii) Fasilitasi percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penyaluran Kredit Program
Pemerintah.
60
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sebagai mitra kerja (counterpart) Komite Kebijakan KUR yang dikoordinasi oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Bank Indonesia turut melakukan: (i) memfasilitasi
program kerja untuk meningkatkan penyaluran KUR terutama di sektor prioritas (pertanian,
perikanan, kehutanan, dan industri pengolahan); (ii) melakukan sosialisasi KUR; (iii) melakukan
edukasi keuangan kepada calon tenaga kerja Indonesia (TKI); dan (iv) berperan aktif dalam
pembahasan SOP pengawasan KUR dan menyampaikan masukan kepada Komite Kebijakan
KUR.
Dalam rangka memfasilitasi percepatan penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKPE), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), dan Kredit Pengembangan Energi Nabati dan
Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), sebagai implementasi dari Nota Kesepahaman antara
Bank Indonesia dan Menteri Pertanian, Bank Indonesia telah melakukan beberapa hal antara
lain:
a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi kredit program khususnya KKPE dan KUPS di beberapa
daerah;
b) Memberikan masukan dalam monitoring dan evaluasi penyaluran kredit program untuk
mengetahui kendala, permasalahan, dan upaya peningkatan penyaluran kredit program;
dan
c) Memfasilitasi pembentukan asuransi pertanian, khususnya asuransi tanaman pangan
dan asuransi ternak sapi dalam rangka mitigasi risiko pembiayaan sektor pertanian yaitu
fluktuasi harga, kegagalan panen, dan kematian ternak.
3.2.4.3. Progress Pelaksanaan Program Kerja Inisiatif Bank Indonesia 2013: Penguatan
Sinergi Bank Indonesia Dengan Pihak Terkait Dalam Rangka Pemberdayaan Sektor Riil
dan UMKM
Dalam upaya untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui optimalisasi
pemberdayaan sektor riil & UMKM, sejak tahun 2012 Bank Indonesia melaksanakan program kerja
inisiatif “Penguatan Sinergi Bank Indonesia dengan Pihak Terkait Dalam Rangka Pemberdayaan
Sektor Riil dan UMKM”. Program kerja dilakukan antara lain dalam bentuk kajian, bantuan teknis
(pelatihan, pendampingan, fasilitasi), dan penyediaan informasi.
Dalam implementasinya, program inisiatif tersebut diharapkan dapat membangun sinergi antar
stakeholders sehingga tujuan untuk mendukung program pemerintah dapat terwujud. Adapun
rincian kegiatan inisiatif tersebut terdiri dari empat program penguatan sinergi melalui:
a. Pengembangan klaster cabai dan bawang merah untuk mendukung pasokan/supply komoditas
cabai dan bawang merah sebagai komoditas yang berkontribusi cukup besar sebagai sumber
inflasi nasional, sehingga dapat mengatasi masalah sisi penawaran dalam rangka stabilitas harga
dan peningkatan kapasitas ekonomi.
b. Penciptaan wirausaha baru sebagai salah satu upaya untuk menciptakan kegiatan atau pusat
aktivitas ekonomi yang mendukung penurunan pengangguran.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
61
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
c. Pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang
inflasi di Indonesia, sebagai upaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah.
d. Penguatan ketahanan pangan daerah: pilot project komoditas beras dan cabai dalam rangka
mendorong penguatan ketahanan pangan daerah dan mendukung upaya stabilisasi harga
pangan yang merupakan komoditas penyumbang inflasi.
Pelaksanaan keempat program di atas melibatkan 30 satuan kerja baik di Kantor Pusat maupun
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPw DN). Pencapaian sampai dengan triwulan
I-2013 adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan klaster cabai dan bawang merah
Pada triwulan I-2013, telah dilaksanaan edukasi keuangan antara lain berupa pelatihan, asistensi
intensif, magang/kunjungan ke koperasi lain baik untuk kebutuhan masing-masing anggota
maupun penguatan kelembagaan. Beberapa klaster telah difasilitasi dengan menggandeng
perbankan setempat (bank umum dan BPR) untuk memperkenalkan produk-produk perbankan
seperti tabungan dan kredit/pembiayaan pertanian. Edukasi keuangan ini merupakan salah satu
upaya untuk mencapai target akhir kinerja 2013 yang ditetapkan yaitu fasilitasi pembiayaan.
Selain edukasi keuangan, pada triwulan I-2013 juga dilaksanakan penguatan dan monitoring
budidaya seperti pelatihan Good Agriculture Practice, membangun jejaring dan komitmen dengan
stakeholder seperti Dinas Pertanian setempat dan instansi terkait, penguatan kelembagaan dan
fasilitasi pemasaran
b. Penciptaan wirausaha baru.
Melanjutkan pencapaian tahun 2012 yaitu pelatihan kewirausahaan bagi peserta, pada triwulan
I-2013 dilaksanakan koordinasi dengan lembaga/konsultan pendamping, penyusunan jadwal dan
kegiatan pendampingan selama tahun 2013. Pendampingan yang dilakukan berupa pelatihan
teknis kewirausahaan (mentoring dan coaching), magang/kunjungan lapang, fasilitasi promosi
usaha dan fasilitasi formalisasi usaha. Tujuan pendampingan 2013 adalah business set up bagi
peserta yang baru memiliki ide bisnis dan scaling up bagi peserta yang usahanya telah berjalan.
c. Pemetaan dan pendalaman klaster
Melanjutkan pencapaian tahun 2012 yaitu penyusunan buku klaster nasional dan daerah, pada
triwulan I-2013 dilaksanakan penguatan koordinasi melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan
instansi terkait dalam rangka penguatan sistem informasi klaster daerah.
d. Ketahanan pangan
Melanjutkan pencapaian tahun 2012 yaitu identifikasi dan implementasi model dalam bentuk pilot
project ketahanan pangan komoditas beras dan cabai, pada triwulan I-2013 telah dilaksanakan
FGD dan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penetapan ukuran keberhasilan
kegiatan penguatan ketahanan pangan daerah.
62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.4.4. Hasil Survei Indeks Kepuasan Stakeholders Atas Peran Bank Indonesia dalam
Mendorong UMKM
Dalam rangka memperoleh feedback dan meningkatkan kualitas program pengembangan sektor
riil yang dilaksanakan Bank Indonesia, secara periodik dilakukan penilaian selama satu tahun
berjalan. Penilaian dilakukan terhadap stakeholders yang memperoleh dampak/manfaat dari
program pengembangan UMKM Bank Indonesia. Untuk periode triwulan I-2013, terdapat penilaian
terhadap kegiatan pelatihan Analisa Kredit dan Laporan Keuangan kepada Koperasi Jasa Keuangan
(KJK) kerjasama Bank Indonesia dengan Dinas Koperasi Pemprov DKI Jakarta. Peserta pelatihan
adalah pengurus KJK terpilih dengan tujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan keuangan KJK
serta kemampuan pengelolaan dana bergulir. Berdasarkan hasil penilaian peserta, diperoleh indeks
kepuasan stakeholders terhadap program tersebut sebesar 5,48, yang terdiri dari peningkatan
kemampuan analisa (perubahan cara berpikir) dan perubahan/perbaikan kompetensi/keterampilan/
kinerja masing-masing sebesar 5,52 dan 5,44. Dari pelatihan tersebut, peserta menyarankan antara
lain agar pelatihan dapat dilakukan secara berkesinambungan dan diperluas kepada KJK yang lain.
Selain itu, peserta juga menyampaikan masukan agar materi pelatihan dapat lebih disesuaikan dengan
kondisi KJK. Untuk penilaian terhadap kegiatan pengembangan UMKM lainnya akan dilakukan setiap
triwulan sampai dengan akhir tahun berjalan.
3.2.5. Perizinan dan Informasi Perbankan
Dalam rangka menciptakan pengelolaan perbankan yang sehat, Bank Indonesia melaksanakan
uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Fit and proper test dilakukan terhadap calon
Pemegang Saham Pengendali (PSP), anggota Dewan Komisaris dan Direksi, termasuk pimpinan
kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan.
Selain itu, Bank Indonesia juga mengelola perizinan kelembagaan bank yang mencakup perubahan
jaringan kantor, rencana akuisisi, perubahan penggunaan izin usaha akibat perubahan nama bank,
pemberian izin sebagai bank umum devisa, dan perubahan bentuk badan hukum. Kegiatan perizinan
merupakan bagian dari pengawasan Bank Indonesia untuk memastikan agar operasional bank sesuai
dengan Rencana Bisnis Bank.
Kegiatan perizinan yang telah dilakukan Bank Indonesia selama 2012 sampai dengan triwulan I-2013
adalah sebagai berikut:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
63
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Tabel 3.3
Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2012 s.d. Triwulan I-2013
JENIS KEGIATAN
1.
2.
3.
2012
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
2013
Triwulan IV
PELAKSANAAN FIT & PROPER TEST PSP
0
0
0
0
Dewan Komisaris
21
13
29
23
Direksi (termasuk pimpinan kantor cabang bank asing
dan pemimpin kantor perwakilan)
28
25
40
16
JARINGAN KANTOR 1. Pembukaan
a. Kantor Wilayah (Kanwil)
0
0
0
3
b. Kantor Cabang (KC)
7
5
16
12
c. Kantor Cabang Pembantu (KCP)
12
18
32
57
d. Kantor Fungsional (KF)
0
79
0
7
2. Penutupan
a. Izin usaha
0
0
0
0
b. Kantor Perwakilan
0
0
1
0
c. Kantor Cabang (KC)
1
0
2
1
d. Kantor Cabang Pembantu (KCP)
2
13
9
7
e. Kantor Fungsional (KF)
1
3
2
6
3.
Pemindahan Alamat
a. Kantor Pusat (KP)
2
2
0
2
b. Kantor Wilayah (kanwil)
0
0
0
0
c. Kantor Cabang
4
4
6
4
d. Kantor Cabang Pembantu
12
35
16
56
e. Kantor Fungsional
0
0
0
2
f. Kantor Perwakilan Bank
0
0
0
0
4.
Perubahan status
a. Peningkatan Status
- KCP menjadi KC
3
4
5
7
- KK menjadi KCP
1
2
0
18
- KF menjadi KCP
0
1
0
0
- KK menjadi KC
0
1
0
0
b. Penurunan Status - KC menjadi Kantor Kas
0
0
0
0
- KC menjadi KCP
1
1
0
0
- KCP ke PP
5
0
0
1
5.
Perubahan Penggunaan izin usaha (Perubahan nama)
0
0
0
1
Triwulan I
0
20
41
1
26
30
3
0
0
2
4
0
1
0
2
18
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
0
3.2.5.1. Perkembangan Sistem Informasi Debitur (SID)
Bank Indonesia terus mengelola Sistem Informasi debitur (SID) sebagai bagian dari infrastruktur
sistem keuangan dalam mendukung prinsip kehati-hatian serta efisiensi penyediaan dana di industri
perbankan. Sampai dengan bulan Maret 2013, tercatat terdapat 1.402 Pelapor SID, terdiri dari 120
Bank Umum, 1.262 BPR, dan 20 Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Angka tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yaitu 1.381 Pelapor, dimana peningkatan
jumlah Pelapor terjadi di BPR. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh LK Pelapor SID, sampai
dengan Februari 2013 terdapat 68,6 juta debitur yang terdapat dalam database SID dengan total
fasilitas kredit mencapai 138,3 juta fasilitas (Tabel 3.4). Dibandingkan dengan posisi di akhir triwulan
I-2013, jumlah debitur yang dilaporkan meningkat sebanyak 14,97%, sedangkan jumlah fasilitas
pinjaman yang berhasil dihimpun meningkat sebesar 22,47%.
64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Tabel 3.4
Jumlah Debitur dan Fasilitas SID
Tahun
S Debitur S Fasilitas 2010
Tw I
(Dalam Jutaan)
2011
Tw II
Tw III
2012
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
43,90 46,00
75,38 79,23
48,10
83,88
51,00
89,26
53,36 55,01 56,80 57,14 59,68 62,63 64,7
95,49 100,05 103,45 109,87 112,92 123,46 128,9
2013
Tw IV
Tw I
65,9 68,6
132,0 138,3
Perkembangan selama triwulan laporan menunjukkan perbankan terus memanfaatkan SID yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia guna meminimalkan risiko gagal bayar dari penyaluran kredit.
Pada triwulan I-2013, jumlah permintaan Informasi Debitur Individu (IDI) oleh bank mencapai 8,6
juta, naik sebesar 1,4 juta dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pemanfaatan IDI sebagai alat
untuk mengukur risiko diharapkan dapat terus meningkatkan efisiensi lembaga keuangan dalam
penyaluran kredit (risk based) baik dari sisi waktu dan biaya, yang pada akhirnya akan menurunkan
biaya penyaluran dana.
Keandalan data yang diakses oleh perbankan antara lain dapat dicerminkan dari jumlah pelapor
keluhan terhadap informasi yang disediakan oleh SID yang mencapai 34 laporan keluhan selama
triwulan I-2013, turun sebanyak 30 laporan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 64
laporan.
3.2.5.2. Pengembangan Sistem Informasi Perkreditan Nasional
Bank Indonesia melakukan perancangan dan implementasi Sistem Informasi Perkreditan Nasional
(SIPNAS). Pengembangan sistem tersebut merupakan sinergi antara Bank Indonesia sebagai pengelola
publik dari informasi kredit (Public Credit Registry) dengan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
(LPIP/credit bureau) yang merupakan pihak swasta.
Dalam SIPNAS, Bank Indonesia menerima data kredit dari lembaga keuangan, dan selanjutnya
disampaikan kepada LPIP. Fokus Bank Indonesia dalam penyediaan data kredit adalah dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Sementara fokus LPIP dalam penyediaan data adalah
untuk memperluas cakupan data baik dari lembaga keuangan maupun non keuangan, antara lain
perusahaan utilitas dan telekomunikasi. Perluasan cakupan data ini diharapkan dapat mendorong
LPIP menghasilkan produk dan layanan informasi perkreditan yang komprehensif dan andal dalam
memenuhi kebutuhan industri keuangan.
Pada triwulan I-2013, telah diterbitkan ketentuan mengenai LPIP dalam rangka mengembangkan
SIPNAS.20 Ketentuan tersebut mengatur aspek kelembagaan, operasional, serta pengawasan LPIP.
Hal tersebut bertujuan agar pengelolaan informasi perkreditan berjalan dengan sehat, aman, dan
memenuhi persyaratan kerahasiaan guna memberikan perlindungan kepada nasabah.
20 PBI No. 15/1/PBI/2013 tanggal 18 Februari 2013 tentang Lembaga Pengelolaan Informasi Perkreditan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
65
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Bank Indonesia terus meningkatkan kualitas data perkreditan dalam SID. Peningkatan kualitas
tersebut dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan pembersihan data, pelaksanaan evaluasi dan
pelatihan kepada lembaga keuangan pelapor SID. Ketiga kegiatan ini melibatkan peran aktif lembaga
keuangan sebagai sumber data SID. Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat
di beberapa Kantor Perwakilan Bank Indonesia, serta publikasi melalui media massa mengenai
pentingnya manfaat informasi perkreditan. Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap informasi perkreditan.
3.2.6. Investigasi dan Mediasi Perbankan
Dalam rangka mewujudkan law enforcement perbankan, Bank Indonesia telah menindaklanjuti
hasil pengawasan bank berupa penanganan kasus-kasus yang diduga mengandung tindak pidana
perbankan (Tipibank). Selama triwulan laporan, telah dilakukan investigasi dugaan Tipibank sebanyak
13 kasus pada 6 bank (Tabel 3.5). Hasil investigasi yang diduga mengandung Tipibank selanjutnya
dibahas dalam forum Tim Koordinasi sebagaimana diatur dalam Nota Kesepahaman antara Bank
Indonesia, Polri dan Kejaksaan RI tentang Koordinasi Penanganan Tipibank.
Temuan yang dibahas dalam Tim Koordinasi sebanyak 15 kasus pada 6 bank (termasuk kasuskasus carry over dari periode sebelumnya). Berdasarkan pembahasan dalam forum Tim Koordinasi,
sebanyak 21 kasus pada 12 bank merupakan dugaan Tipibank yang telah memenuhi bukti awal
adanya dugaan Tipibank yang dilaporkan oleh Bank Indonesia kepada penegak hukum.
Tabel 3.5
Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan
Periode Triwulan I-2013
Bank Umum
KETERANGAN
A. Investigasi perbankan yang dilakukan pada periode berjalan
B. Tindak lanjut hasil investigasi (termasuk carry over dari periode
sebelumnya)
1. Dibahas dalam Tim Koordinasi Nota Kesepahaman
2. Dilaporkan kepada Penegak Hukum
BPR
Total
Jumlah
Kasus
Jumlah
Kantor
Bank
Jumlah
Kasus
Jumlah
Kantor
Bank
Jumlah
Kasus
Jumlah
Kantor
Bank
1
1
12
5
13
6
7
9
3
5
8
12
3
7
15
21
6
12
Selain fungsi investigasi, Bank Indonesia juga melaksanakan fungsi mediasi perbankan. Selama
triwulan I-2013, telah diterima 284 permohonan/informasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26
permohonan (9,2%) berpotensi untuk ditindaklanjuti melalui Mediasi Perbankan, sedangkan
sebanyak 85 permohonan (29,9%) tidak berpotensi untuk ditindaklanjuti melalui mediasi perbankan,
dan sebanyak 173 merupakan informasi lainnya (60,9%) (Tabel 3.6). Terhadap permohonan yang
berpotensi ditindaklanjuti, sebanyak 6 permohonan telah diselesaikan pada tahap pra-mediasi dan
19 permohonan dalam proses penyelesaian.
66
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Terhadap permohonan yang diterima pada tahun 2012 dan masih diproses pada tahun 2013 (85
permohonan), terdapat 24 permohonan (28,2%) yang berpotensi untuk ditindaklanjuti melalui
mediasi perbankan, sedangkan 61 permohonan (71,8%) tidak berpotensi untuk ditindaklanjuti
melalui mediasi perbankan. Terhadap permohonan yang berpotensi untuk ditindaklanjuti melalui
mediasi perbankan, telah diselesaikan 9 permohonan pada tahap pra-mediasi, 9 permohonan melalui
proses mediasi dan sisanya sebanyak 6 permohonan masih dalam proses penyelesaian. Rata-rata
tingkat kepuasan nasabah pada proses mediasi mencapai 5.2 dalam skala 1 s.d.6.
Tabel 3.6
Statistik Jenis Informasi dan Tindak Lanjut
Periode 2012 – Triwulan I-2013
No
Jenis Informasi dan Tindak Lanjut
Carry Over
2012
A. Sengketa yang berpotensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui Mediasi Perbankan
1. Sengketa yang diterima (2+3)
24
2. Sengketa yang telah selesai ditangani
18
a. Pra Mediasi
1) Diselesaikan oleh Bank
6
2) Penyampaian Edukasi
3
3) Diteruskan kepada unit kerja/satuan kerja/instansi terkait
0
b. Mediasi
1) Sepakat
5
2) Tidak Sepakat
4
3. Sengketa yang sedang dalam proses penanganan pada periode berjalan
6
B. Permohonan/Informasi yang tidak berpotensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui Mediasi Perbankan
1. Permohonan/Informasi yang diterima (2+3)
61
2. Permohonan/Informasi yang telah selesai ditangani
52
a. Diselesaikan oleh Bank
20
b. Penyampaian Edukasi
24
c. Diteruskan kepada unit kerja/satuan kerja/instansi terkait
7
d. Didokumentasikan langsung
1
3. Permohonan/Informasi yang sedang dalam proses penanganan pada periode berjalan
9
C. Informasi Lainnya
Informasi yang diterima dan didokumentasikan langsung
Total penanganan permohonan/informasi yang diterima :
- Pada periode Triwulan I - 2013 (A.1 + B.1 + C)
- Pada periode sebelumnya (CO 2012) (A.1 + B.1)
85
D. Tingkat Kepuasan Nasabah
5.2
Triwulan I
26
6
3
3
0
0
0
20
85
54
9
15
23
7
31
173
284
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
0
67
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Implementasi kebijakan sistem pembayaran yang dilakukan sepanjang triwulan I-2013 telah berhasil
menjaga sistem pembayaran nasional sehingga tetap lancar, aman dan efisien. Sementara itu,
pengelolaan uang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan uang rupiah di masyarakat dengan
jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, penyediaan yang tepat waktu dan kondisi
yang layak edar.
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
Dalam rangka meningkatkan kelancaran, keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia
telah melakukan finalisasi penyusunan ketentuan yang merupakan petunjuk teknis terkait tata
cara lelang di pasar perdana dan penatausahaan Surat Utang Negara (SUN). Hal ini sejalan dengan
rencana pemerintah c.q. Kementerian Keuangan untuk menerbitkan Rancangan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) terkait perubahan terhadap PMK No. 50/PMK.08/2012 tentang Lelang Surat Utang
Negara Dalam Mata Uang Rupiah dan Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik.
Selain itu, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan agar perlindungan terhadap pengguna jasa
pembayaran mendapatkan prioritas. Kebijakan tersebut diterapkan baik terhadap jasa pembayaran
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun penyelenggara lain.
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia menyusun ketentuan teknis transfer dana dari aspek perizinan,
penyelenggaraan, pemantauan, pelaporan dan perlindungan terhadap pengguna jasa. Ketentuan
teknis ini merupakan penjabaran dari ketentuan tentang Transfer Dana yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan kelancaran dan perlindungan para pengguna jasa pembayaran.21
Selain itu, sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan kelancaran, keamanan dan efisiensi sistem
pembayaran, Bank Indonesia terus melakukan berbagai pengembangan infrastruktur, baik untuk
jasa pembayaran yang bernilai besar maupun kecil (ritel) dengan perkembangan sebagai berikut:
1. Pembentukan National Payment Gateway (NPG)
a. Interkoneksi prinsipal untuk transfer dana menggunakan ATM
Menindaklanjuti telah disusunnya business requirement mengenai interkoneksi transfer
dana antar prinsipal pada periode laporan sebelumnya, pada triwulan I-2013 dilakukan
pertemuan dengan beberapa prinsipal domestik.22 Pertemuan tersebut bertujuan untuk
mendorong terjadinya interkoneksi antar prinsipal dalam transfer dana menggunakan
ATM.23 Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa prinsipal akan menandatangani MoU
interkoneksi layanan transfer dana pada Mei 2013 dengan implementasinya pada triwulan
21 PBI No. 14/23/PBI/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Transfer Dana.
22 Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya baik berperan sebagai
penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian
tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran kepada
pedagang.
23 Interkoneksi layanan transfer dana tersebut merupakan tahapan awal sebelum interkoneksi layanan lainnya (tarik tunai maupun pembayaran melalui ATM)
terwujud.
68
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
III-2013. Sementara itu, Bank Indonesia akan melakukan sosialisasi layanan interkoneksi ini
agar dapat dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
b. Interoperabilitas Uang Elektronik
Pada periode pelaporan telah dilakukan pembahasan interoperabilitas uang elektronik
melalui interkoneksi berbasis server di sektor transportasi menggunakan teknologi Near Field
Communication (NFC) dengan melibatkan penyelenggara uang elektronik dan penyedia jasa
transportasi.
Salah satu model interkoneksi yang dapat dijadikan alternatif ialah interkoneksi bilateral
antara masing-masing pihak. Tindak lanjut pengembangan akan dilakukan dalam 2 fase.
Fase pertama adalah transfer dana antar-individu (Person to Person) dengan penyelenggara
uang elektronik yang berbeda. Fase kedua adalah pembelanjaan di merchant menggunakan
uang elektronik berbasis server yang dikeluarkan operator berbeda. Naskah kesepahaman
mengenai transfer Person to Person antar-operator telekomunikasi akan dilaksanakan pada
Mei 2013 untuk diuji cobakan secara terbatas pada triwulan II-2013. Sedangkan untuk fase
pembelanjaan bersama di merchant, tahapan pengembangannya akan mulai dilakukan
pada pertengahan 2013.
Selain itu, upaya interkoneksi layanan pembayaran menggunakan uang elektronik berbasis
chip dilakukan melalui interkoneksi beberapa penyelenggara di sektor transportasi. Contohnya
adalah pembayaran tarif Trans Jakarta menggunakan uang elektronik yang diresmikan pada 23
Januari 2013 melalui kerjasama enam bank penyelenggara uang elektronik dengan Pemda DKI.
Dalam tahap awal, pembayaran tarif menggunakan uang elektronik baru mencakup koridor I
Trans Jakarta (jalur Blok M – Kota). Penerapan di koridor lainnya dilaksanakan paling lambat
pada triwulan III-2013. Ke depan, penggunaan uang elektronik akan diperluas pada area selain
transportasi misalnya pembelian tiket taman hiburan dan pembayaran parkir.
2. Standardisasi chip pada kartu ATM/Debet
Dalam menjaga keamanan dan kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia juga menerapkan
standardisasi chip pada kartu ATM/Debet. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan
masyarakat dalam bertransaksi menggunakan kartu ATM/debet. Kebijakan yang mulai digulirkan
pada triwulan IV-2011, ditargetkan untuk dapat diterapkan pada akhir 2015. Untuk mencapai
target tersebut, kegiatan pada triwulan I-2013 masih difokuskan pada proses sertifikasi vendor
kartu dan terminal ATM. Pemberian sertifikasi tersebut dilakukan oleh lembaga yang dibentuk
oleh industri kartu ATM/Debet. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan agar pada pertengahan
2013, telah terdapat vendor penyedia kartu dan terminal ATM yang telah memiliki sertifikasi.
Tersedianya vendor bersertifikasi tersebut memungkinkan perbankan dapat melakukan migrasi
kartu dan terminal ATM sehingga mengikuti standar National Standard for Indonesian Chip Card
Specification (NSICCS).
3. Pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II
Pada periode laporan, Bank Indonesia telah mulai melakukan uji coba tehadap sistem BI-RTGS dan
BI-SSSS Generasi II. Kegiatan ini masih akan berlanjut pada triwulan II-2013 dengan serangkaian
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
69
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
uji coba terhadap keseluruhan script dan modul. Selain kegiatan uji coba tersebut, Bank Indonesia
juga telah melakukan beberapa kegiatan lain seperti sosialisasi perkembangan proyek terkini,
konsultasi dengan Working Group (WG) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU),
penjelasan mengenai aplikasi RTGS baru, penyusunan format message transaksi untuk setelmen
surat berharga, pengelolaan token dan jaringan komunikasi data, serta konsultasi dengan bank
untuk mempersiapkan implementasi di sisi bank.
4. Bisnis Model Mobile Payment Dalam Rangka Mendukung Financial Inclusion
Bank Indonesia juga melakukan beberapa kegiatan untuk melaksanakan program keuangan
inklusif (Financial Inclusion). Salah satunya adalah dengan diperkenalkannya uang elektronik
yang diterbitkan oleh perusahaan telekomunikasi (server based), sehingga dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat luas yang belum tersentuh oleh bank namun memiliki akses telepon genggam.
Ke depan, penggunaan uang elektronik yang berbasis telekomunikasi diharapkan terus
berkembang sehingga dapat melengkapi penggunaan produk perbankan yang saat ini sudah
luas. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia terus mendorong terwujudnya interkoneksi
layanan pembayaran menggunakan uang elektronik baik antar penyelenggara layanan secara
individu maupun antar industri seperti perusahaan telekomunikasi dan bank.
Disamping penyempurnaan ketentuan dan pelaksanaan interoperabilitas, Bank Indonesia juga
melakukan peningkatan keamanan dan efisiensi jasa pembayaran melalui pemantauan terhadap
penyelenggaraan dan penggunaan APMK, uang elektronik dan transfer dana. Pemantauan tersebut
bertujuan memastikan pemanfaatan jasa pembayaran berlangsung secara lancar, aman dan efisien
serta perlindungan terhadap konsumen tetap diutamakan.
3.3.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Uang Bank Indonesia
Pengelolaan uang di Bank Indonesia terdiri dari tiga pilar: (i) distribusi uang yang aman dan optimal,
(ii) layanan kas yang prima, dan (iii) ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya.
Pemenuhan kebutuhan uang rupiah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dilakukan oleh Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia (KPwDN BI)
melalui moda transportasi darat, laut maupun udara. Mengingat geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan dengan area yang sangat luas, pelaksanaan distribusi uang memerlukan dukungan
infrastruktur dan moda transportasi yang baik agar uang dapat didistribusikan secara lancar dan
tepat waktu. Distribusi uang tersebut dilakukan secara optimal, meskipun beberapa tantangan
masih mengemuka terkait ketersediaan infrastruktur dan moda transportasi belum memadai. Untuk
mengoptimalkan distribusi uang tersebut, pada triwulan laporan Bank Indonesia telah melakukan
kerja sama dengan PT. PELNI dan PT. KAI.
Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kas khususnya untuk daerah yang tidak terdapat
Kantor Kas Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan kegiatan Kas Titipan melalui kerjasama
dengan perbankan yang ada di daerah tersebut. Pada 22 Januari 2013, telah diresmikan pembukaan
Kas Titipan di Muara Bungo, Provinsi Jambi, sehingga jumlah kas titipan menjadi 20 unit di seluruh
wilayah Indonesia. Kebijakan untuk menambah Kas Titipan akan terus berlanjut sesuai dengan
kebutuhan perbankan dan masyarakat dengan memperhatikan infrastruktur yang tersedia.
70
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Bank Indonesia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang di wilayah terpencil dan terdepan
NKRI, mendorong efektivitas clean money policy, serta memudahkan akses masyarakat mendapatkan
berbagai jenis pecahan uang yang dibutuhkan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kembali
bekerja sama dengan TNI AL dalam ekspedisi ke 11 area di wilayah Papua dan Maluku Utara.24 Dalam
ekspedisi tersebut, Bank Indonesia: (i) memberikan layanan kas, (ii) mensosialisasikan keaslian rupiah,
(iii) melakukan survei kebutuhan uang tunai dan (iv) memberikan bantuan sosial kepada masyarakat
setempat. Ekspedisi ini juga bertujuan menjaga eksistensi rupiah di wilayah terdepan dan terpencil
sekaligus menjaga kedaulatan NKRI.
Dalam rangka menjaga rupiah agar berkualitas dan terpercaya, Bank Indonesia melalui Bank
Indonesia-Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang dibangun tahun 2006 terus mencatat,
mengklasifikasi dan menganalisa rupiah palsu yang diterima dari masyarakat, perbankan dan POLRI
secara berkesinambungan. BI-CAC merupakan basis data yang terus diupayakan agar semakin
lengkap, akurat, dan komprehensif. Pada triwulan I-2013, implementasi BI-CAC telah dilakukan
pada 7 KPwDN BI Wilayah I (Sulawesi, Maluku dan Papua), sehingga sistem aplikasi BI-CACtelah
digunakan di KP BI dan seluruh KPwDN BI.
Selanjutnya, dalam upaya preventif atau pencegahan terhadap tindakan pemalsuan uang, Bank
Indonesia terus melanjutkan kegiatan sosialisasi ciri keaslian rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat.
Selama triwulan laporan, telah dilakukan 17 kegiatan dengan melibatkan sekitar 4.946 audience
yang beragam dari berbagai wilayah NKRI, mulai dari guru, pelajar, aparat penegak hukum, dan
masyarakat. Di samping sosialisasi reguler, Bank Indonesia melakukan sosialisasi ciri keaslian rupiah
dalam bentuk pameran, serta mengadakan training of trainers, pagelaran kesenian tradisional.
Bank Indonesia juga melakukan kegiatan edukasi mengenai ciri keaslian rupiah. Selain melalui iklan
layanan masyarakat, Bank Indonesia juga melakukan beberapa persiapan kegiatan edukasi melalui
jalur pendidikan yaitu, (i) Kerjasama dengan Kementerian Agama RI wilayah Provinsi Jawa Barat yang
telah dirintis dari tahun 2012, bertujuan memberikan materi ajar terkait ciri keaslian rupiah kepada
siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dan Madrasah Aliyah (MA) pada mata pelajaran Ilmu Ekonomi; (ii) Kerjasama dengan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (PUSKURBUK) – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk hal yang
sama, materi ajar terkait ciri keaslian rupiah kepada siswa SMA dan MA secara nasional. Diharapkan
pada tahun ajaran 2013/2014 yang dimulai bulan Juli 2013, materi ajar tersebut telah disampaikan
para guru kepada murid kelas X tingkat SMA dan MA secara nasional.
Guna mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap ketersediaan uang layak edar, Bank
Indonesia melakukan survei. Aspek-aspek yang dinilai antara lain (i) kemudahan mengenali keaslian
uang, (ii) pemenuhan kebutuhan uang dalam jumlah dan jenis pecahan yang sesuai, (iii) kualitas uang,
serta (iv) jumlah temuan uang palsu. Hasil survei menunjukkan masyarakat puas dengan ketersediaan
uang layak edar yang ditunjukkan dengan rata-rata hasil survei 4,50 dari skala 6 (lebih tinggi dari
target sebesar 4).
24 Perjalanan dimulai pada tanggal 6 Februari 2013 dari Jayapura, menyusuri sisi utara wilayah Papua Barat ke Pulau Supiori, Pulau Brass, Sorong, Pulau Waigeo,
kemudian menuju wilayah Maluku Utara yaitu Pulau Gebe, Joronga, dan berakhir di Ternate pada tanggal 16 Februari 2013.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
71
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.4. Kerjasama Internasional
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia berpartisipasi aktif melakukan
kerjasama internasional di berbagai fora baik pada tataran regional maupun multilateral.
3.4.1. Kerjasama ASEAN
Kerjasama ASEAN selama triwulan I-2013 masih difokuskan pada upaya mewujudkan integrasi
keuangan dalam kerangka mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Proses liberalisasi
lebih lanjut aliran modal, integrasi pasar modal, intregrasi sistem pembayaran dan setelmen, serta
liberalisasi perbankan menjadi focus utama pembahasan forum kerjasama ASEAN. Dalam kaitan
ini, pemetaan tingkat keterbukaan aliran modal di negara ASEAN telah dilakukan. Hasil pemetaan
tersebut menunjukkan masih bervariasinya tingkat keterbukaan aliran modal di negara ASEAN.
Selanjutnya hasil pemetaan akan menjadi alat bantu dalam melakukan proses liberalisasi lanjutan ke
tingkat konvergensi dalam memfasilitasi proses integrasi ekonomi ASEAN. Proses integrasi ekonomi
ASEAN dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip liberalisasi bertahap sesuai kesiapan
ekonomi negara serta tersedianya langkah-langkah pengamanan yang memadai (safeguard), guna
memastikan manfaat sebesar-besarnya dari proses liberalisasi.
Upaya intregrasi pasar modal ASEAN juga terus dilakukan dengan tujuan menciptakan sistem
pembayaran dan setelmen yang terintegrasi, nyaman, aman dan efisien yang dapat memfasilitasi
pelaku bisnis dan individu melakukan pembayaran elektronik. Saat ini tengah dilakukan beberapa
inisiatif integrasi dalam 5 koridor utama, yaitu trade settlement, money remittance, retail payment
system, capital market settlement, dan standarisation. Proses integrasi kelima koridor tersebut akan
memfasilitasi proses liberalisasi sektor perdagangan, tenaga kerja, pasar modal, perbankan, dan
pasar modal. Upaya mendorong kemajuan proses integrasi pasar modal ASEAN juga terus dilakukan
melalui penyusunan ASEAN bond market development scorecard (BMDC)25 dan pelaksanaan studi
bersama tentang integrasi pasar modal ASEAN.
Terkait upaya liberalisasi jasa keuangan, saat ini negara ASEAN tengah melakukan proses request
dan offer liberalisasi sektor asuransi, perbankan, dan pasar modal pada forum WC-FSL. Sementara
itu, untuk mempersempit kesenjangan tingkat kemajuan sektor keuangan antar negara di ASEAN,
telah selesai dirancang kegiatan capacity building yang diprioritaskan bagi negara yang relatif belum
berkembang. Inisiatif ini dikoordinasikan oleh Steering Committe on Capacity Building yang diketuai
oleh Asian Development Bank (ADB) dan South East Asian Center (SEACEN). Bank Indonesia bersama
dengan anggota ASEAN5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) telah memberikan
komitmen untuk menjadi penyedia jasa (supplier) kegiatan capacity building dimaksud.
25 BMDC disusun sebagai referensi perkembangan, tingkat keterbukaan dan likuiditas pasar obligasi ASEAN serta basis pemetaan capacity building yang diperlukan
bagi pengembangan lebih lanjut.
72
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.4.2. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)
Selama triwulan I-2013, kerjasama ASEAN dengan mitra dialog Plus Three (China, Jepang dan
Korea) masih dititikberatkan pada upaya pemeliharaan stabilitas sistem keuangan kawasan. Sesuai
dengan hasil pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 (Mei 2012) serta
kesepakatan Deputies (November 2012), fokus kegiatan triwulan I-2013 yaitu finalisasi konsep
amandemen perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dan penyusunan konsep
perjanjian pembentukan ASEAN+3 Macroeconomic Researh Office (AMRO) menjadi organisasi
internasional.
Upaya penguatan CMIM dalam kerangka pencegahan dan penanggulangan krisis terus dilakukan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, telah dilakukan: (i) peningkatan size CMIM dari USD120 miliar
menjadi USD240 miliar, (ii) peningkatan IMF de-linked portion menjadi 30% pada 2012 dan 40%
pada 2014, (iii) perpanjangan maturity period untuk IMF linked portion menjadi 3 tahun dan IMF
de-linked portion menjadi 2 tahun, serta (iv) peluncuran CMIM Precautionary Line (CMIM-PL).
Selain itu, juga dilakukan amandemen perjanjian untuk memayungi kesepakatan atas keikutsertaan
Gubernur bank sentral dalam forum pengambilan keputusan tertinggi CMIM (selama menjadi domain
Menteri Keuangan) dan penyesuaian operational guidelines CMIM untuk merefleksikan amandemen
dimaksud.
Berbagai upaya penguatan fasilitas likuiditas pencegahan krisis tersebut dibarengi dengan
pengembangan indikator kerentanan yang akan membantu proses deteksi dini krisis ekonomi. Sebagai
bagian dari pengembangan indikator tersebut, saat ini tengah dilakukan upaya penguatan landasan
hukum transformasi AMRO menjadi organisasi internasional, sehingga dapat menjalankan perannya
secara lebih efektif. Pada triwulan laporan, proses tersebut sudah mencapai tahap perumusan Draft
AMRO Agreement yang memuat elemen-elemen yang diperlukan bagi pembentukan AMRO sebagai
organisasi internasional yang kredibel dan independen, yakni aspek: (i) keanggotaan, tujuan dan
fungsi, (ii) operasional dan mekanisme kerjasama AMRO dengan anggota, (iii) governance, (iv) status,
priviledges and immunities, serta (v) dispute settlement, ratifikasi, entry into force dan transitional
arrangement.
3.4.3. Kerjasama Bank Sentral
Dalam rangka mendukung pencapaian tugas, Bank Indonesia juga melakukan berbagai kerjasama,
koordinasi, sharing informasi dengan bank sentral negara lainnya baik dalam tataran bilateral, regional,
maupun multilateral. Sepanjang triwulan I-2013, kerjasama antarbank sentral yang telah dilakukan
yaitu pertemuan bilateral Bank Indonesia dengan Bank of Thailand, sementara pertemuan kerjasama
bank sentral dalam forum lain (SEACEN dan EMEAP) baru akan dilaksanakan pada triwulan II-2013.
Pertemuan Bilateral antara Bank Indonesia dengan Bank of Thailand
Pada tanggal 22 Maret 2013, Bank Indonesia melakukan pertemuan bilateral dengan Bank of
Thailand (BOT) untuk membahas mengenai kondisi ekonomi, keuangan, dan perbankan terkini,
serta sistem pembayaran. Bank Indonesia dan Bank of Thailand memiliki kesamaan pandang
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
73
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
mengenai kondisi fundamental ekonomi kedua negara secara umum baik, dengan pertumbuhan
yang didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan risiko inflasi dalam kendali. Kedua negara
memiliki kesamaan tantangan terkait volatilitas aliran modal masuk dan upaya menjaga stabilitas
keuangan. Di tengah kondisi dan tantangan tersebut, kedua bank sentral juga membahas strategi
kebijakan melalui penguatan pelaksanaan kebijakan moneter yang didukung oleh penguatan
kebijakan makroprudensial.
BI dan BOT juga mempunyai kesamaan pandangan terhadap kondisi sistem perbankan dan keuangan
di masing-masing negara berada dalam kondisi stabil, dengan profitabilitas, kapitalisasi, dan likuiditas
yang terjaga baik. Kedua bank sentral memandang penting upaya untuk memperkuat kerangka
kebijakan bank sentral guna menjaga stabilitas moneter dan keuangan. Untuk mengantisipasi berbagai
tantangan ke depan, kedua bank tersebut menekankan pentingnya koordinasi dan kolaborasi antar
otoritas domestik yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas keuangan. Sejalan dengan
upaya ini, kedua bank sentral sepakat untuk mempererat ikatan kerjasama antar kedua bank sentral
yang diwujudkan dengan saling tukar-menukar informasi dan pengalaman.
3.4.4. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS)
Bank Indonesia berpartisipasi aktif dalam forum BIS dalam kerangka tukar-menukar informasi
tentang perkembangan ekonomi, moneter, keuangan serta isu-isu kebanksentralan terkini dan
kebijakan yang ditempuh oleh masing-masing bank sentral/otoritas moneter anggota BIS. Selain itu
juga terkait informasi koordinasi kerjasama pada area banking supervision, financial markets, dan
payment system.
Sepanjang triwulan I-2013, Bank Indonesia berpartisipasi pada BIS Special Governors Meeting
(SGM)26, tanggal 2-3 Februari 2013. Adapun isu yang menjadi fokus BIS SGM yaitu (i) Perkembangan
Pasar Obligasi Korporasi di Asia, serta (ii) Profitabilitas dan Peluang Bank-bank Asia Pasifik. Identifikasi
faktor-faktor penunjang pengembangan pasar keuangan Asia dan berbagai tantangan yang dihadapi
perbankan lokal maupun asing dalam penyediaan pembiayaan jangka panjang serta pengembangan
pasar obligasi domestik, menjadi pokok bahasan dalam pembahasan isu perkembangan pasar olbigasi
dan korporasi di Asia.
Sementara itu, fenomena perbankan di era suku bunga rendah, yang memaksa perbankan mencari
alternatf keuntungan dan sumber pembiayaan lain menjadi fokus pada pembahasan isu profitabilitas
dan peluang bank-bank Asia Pacific. Selain itu, mengemuka pula isu mengenai potensi risiko kredit
macet akibat pesatnya pertumbuhan kredit di tengah iklim pertumbuhan yang moderat di Asia
Pasifik.
26 Pertemuan BIS SGM merupakan pertemuan yang sifatnya terbatas untuk Gubernur bank sentral anggota BIS. Pertemuan tersebut hanya forum diskusi pertukaran
pandangan, tidak melahirkan kesepakatan yang sifatnya mengikat para pihak. Namun demikian insight diskusi tersebut sangat bermanfaat bagi proses pengambilan
kebijakan oleh masing-maisng gubernur bank sentral peserta.
74
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.4.5. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)
Dalam rangka memajukan kerjasama internasional untuk menjaga stabilitas keuangan dan moneter,
Bank Indonesia berpartisipasi aktif pada berbagai pertemuan IMF. Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia
berpartisipasi pada IMFC Deputies di Paris (8 Januari 2013), dengan agenda utama pembahasan yaitu
Review Formula Quota sebagaimana diamanatkan oleh IMFC dalam komunike pada Oktober 2012.
Dalam pembahasan tersebut, Deputies IMFC menyepakati bahwa formula kuota yang baru harus
memiliki dasar-dasar sebagai berikut: (i) formula kuota bersifat simple and transparent, consistent
with the multiple roles of quotas, and feasible to implement based on timely, high quality and widely
available data, (ii) peningkatan pangsa kuota harus sejalan dengan posisi relatif suatu negara dalam
perekonomian global, dan pada akhirnya meningkatkan pangsa kuota negara berkembang secara
keseluruhan, (iii) melindungi hak suara dan representasi negara miskin, dan (iv) diterima secara luas
oleh negara anggota IMF.
Pada pembahasan review formula kuota, khususnya terkait variabel-variabel yang akan masuk dalam
formula kuota yang baru, IMFC Deputies menyepakati: (i) peran penting variabel Gross Domestic
Product (GDP) dalam formula kuota dan menyepakati GDP tetap berperan sebagai the most important
variabel dalam formula kuota serta membuka kemungkinan untuk meningkatkan bobotnya, (ii)
dikeluarkannya variability dari formula kuota yang baru, dan (iii) cadangan devisa (reserve) akan
tetap dipertahankan dalam formula kuota yang baru dengan bobot tidak berubah. Namun, belum
disepakati bagaimana pengalihan bobot variability ke variabel lainnya.
Dari pembahasan review formula kuota tersebut, masih terjadi perbedaan pandangan antara negara
kawasan Eropa dan negara berkembang (dimotori oleh Brazil, Rusia, India, China, South Africa/
BRICS) terhadap beberapa variabel. Negara anggota IMF masih mempunyai perbedaan pandangan
mengenai peran variabel keterbukaan (Openness), pengalihan bobot Variability, peningkatan bobot
GDP PPP serta penyesuaian compression factor dalam formula kuota yang baru.
3.4.6. Kerjasama APEC
Pada tahun 2013, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan Asia Pacific Economi Cooperation
(APEC). Di dalam keanggotaan APEC tersebut, Bank Indonesia berperan aktif dalam salah satu forum
APEC, yaitu Finance Ministers’ Process (FMP). Pada tahun 2013, APEC FMP akan tetap berfokus pada
dukungan terhadap pemulihan global. Peningkatan lebih lanjut juga akan dilaksanakan pada bidang
financial inclusion, pengembangan treasury system, infrastruktur dan trade financing.
Pada APEC Finance and Central Bank Deputies’ Meeting, yang merupakan agenda pertemuan
pertama, diselenggarakan pada tanggal 26 - 27 Februari 2013. Pada acara tersebut, Bank Indonesia
menjadi Co-Chairman yang memimpin seluruh agenda pertemuan yang dihadiri oleh para Deputi
(Finance dan bank sentral) Negara-negara APEC dan perwakilan lembaga keuangan internasional
(World Bank, IMF, OECD, ADB, dll). Pertemuan ini membahas empat agenda utama yaitu trade
finance, treasury and budget reform, financial inclusion, dan infrastructure.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
75
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Selain itu, parsitipasi Bank Indonesia dalam forum APEC juga dilakukan melalui penyelenggaraan
Workshop on Financial Inclusion (FI) pada tanggal 27-28 Februari 2013, bertempat di Bank Indonesia,
dengan tema “Promoting Financial Access through Innovative Delivery Channel to Enhance Financial
Inclusion”.
3.4.7. Kerjasama Negara-Negara G-20
Sepanjang triwulan I-2013, Bank Indonesia telah berpartisipasi pada pembahasan isu-isu forum
kerjasama negara-negara G-20 yang diketuai oleh Rusia. Partisipasi tersebut antara lain pada rangkaian
pertemuan tingkat Deputi (G-20 DM) serta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (G-20 MGM)
di Moscow pada tanggal 14-16 Februari 2013 maupun pertemuan level teknis Working Group Meeting
untuk Framework for Strong, Sustainable and Balanced Growth (FSSBG) di New Delhi, India.
Kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Bank Indonesia sepanjang triwulan I-2013 sebagai
berikut:
a) Pertemuan G-20 Framework Working Group, 14-15 Januari 2013, New Delhi – India
Pertemuan Working Group Framework for Strong, Sustinable and Balanced Growth (FWG) G-20
diselenggarakan di New Delhi, India (14-15 Januari 2013). FWG menyimpulkan adanya perbaikan
di perekonomian global, namun perbaikan yang terjadi belum cukup untuk menghilangkan
berbagai uncertainty. Untuk itu perlu adanya kajian untuk melihat apakah pemulihan ekonomi saat
ini sudah memadai atau belum. Selain itu perlu dilakukan pendalaman atas upaya mempercepat
reformasi struktural dan pembangunan infrastruktur, khususnya di negara sedang berkembang.
Disamping itu, forum juga melihat perlunya dilakukan konsolidasi fiskal, khususnya di negaranegara yang tengah mengalami krisis, terutama untuk mendukung kredibilitas dan mengembalikan
kepercayaan pasar keuangan.
FWG juga melihat bahwa upaya penyeimbangan perekonomian global belum menunjukkan
kemajuan yang signifikan. Perbaikan global imbalance lebih banyak disebabkan faktor siklikal.
Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap progress policy actions untuk structural reforms
yang terkait langsung dengan tujuan G-20, khususnya pada bagian yang memiliki gap yang lebih
besar.
Menyikapi perkembangan pemulihan ekonomi global, serta melihat peran penting negaranegara emerging sebagai backbone dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global dewasa ini,
Indonesia memandang perlu upaya menjaga dan meningkatkan peran negara-negara emerging
tersebut, khususnya melalui peningkatan kapasitas perekonomian negara emerging. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mendorong peningkatan investasi jangka menengahpanjang, khususnya di sektor infrastruktur. Selain itu, Indonesia juga menyampaikan informasi
terkait pembentukan ASEAN Infrastructure Fund (AIF) dan komitmen Pemerintah RI dalam
upaya meningkatkan pembiayaan infrastruktur domestik untuk mendukung FSSBG. Selanjutnya,
Indonesia juga mengusulkan pembentukan satu sub-working group (technical experts group)
yang bertugas membahas isu pembiayaan infrastruktur yang lebih terkonsentrasi, yang hasilnya
nanti akan dilaporkan kepada Deputi dan Menteri Keuangan G-20.
76
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
b) Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20, 15-16 Februari 2013
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 (G-20 Finance Ministers and
Central Bank Governors Meeting (G-20 MGM)), tanggal 15-16 Februari 2013 membahas
beberapa isu strategis: (i) Penyelesaian krisis global (downside risks in the global economy), (ii)
peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia (the framework for strong, sustainable and balance
growth, financing for investment); (iii) stabilisasi keuangan internasional (International Financial
Architecture/IFA dan financial regulation/financial inclusion); dan (iv) pembangunan berkelanjutan
(energi dan komoditas).
Terkait perekonomian Global: Anggota G-20 sepakat bahwa tail-risk telah menghilang, dan terjadi
peningkatan market confidence yang disertai perbaikan sektor keuangan. Namun, pertumbuhan
perekonomian global masih lemah dan sejumlah risiko utama masih persisten. Karenanya Menteri
Keuangan dan Gubernur negara-negara G-20 mulai menyoroti langkah-langkah konkrit untuk
memperkuat pertumbuhan ekonomi global, di samping melanjutkan langkah yang telah diambil
untuk mengembalikan kepercayaan kepada sistem keuangan.
Pembahasan intensif juga terjadi pada diskusi mengenai isu global imbalances yang didorong oleh
keinginan beberapa anggota mengangkat issue “currency war” dan menghendaki perluasan
pembahasan isu fleksibilitas nilai tukar. Terkait isu ini, G-20 menegaskan komitmen untuk bergerak
lebih cepat dalam mencapai sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pasar (market-determined
exchange rate systems) dan sistem nilai tukar yang lebih fleksibel sesuai dengan fundamental
perekonomian dan menolak adanya target nilai tukar yang ditujukan untuk meningkatkan daya
saing perekonomian dan menolak segala bentuk proteksionisme.
Melanjutkan upaya reformasi arsitektur keuangan internasional (international financial
architecture-IFA), G-20 sepakat untuk mengintegrasikan pembahasan menuju kesepakatan akhir
review quota formula dengan General Review on Quota ke-15 yang memiliki tenggat waktu
hingga Januari 2014. Dalam kaitan ini, G-20 juga menyepakati roadmap pencapaian komitmen
dan tindaklanjutnya di Leaders Summit (September 2013) dan MGM di bulan Oktober 2013.
G-20 juga mendorong peningkatan kerjasama dan komplementaritas antara IMF dan RFAs.
Sebagai bagian dari kerangka penguatan regulasi sektor keuangan, pertemuan Menteri Keuangan
dan Gubernur Bank Sentral G-20 di Moscow menyepakati penetapan Financial Stability Board
(FSB) sebagai suatu legal entity dengan kewenangan lebih besar dan peningkatan kapasitas untuk
mengoordinasikan pengembangan dan implementasi regulasi di sektor keuangan. G-20 juga meminta
FSB untuk mengkaji kembali representasi negara anggota dan diharapkan selesai pada akhir tahun
2014. Isu ini menjadi perhatian Indonesia yang sejak tahun 2012 memperjuangkan peningkatan
wakil Republik Indonesia di FSB dari 1 kursi menjadi 3 (Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan
dan Kementrian Keuangan). Selanjutnya, terkait isu Financial Inclusion, anggota G-20 menyambut
baik kemajuan yang dicapai oleh Global Partnership Financial Inclusion (GPFI) dalam melaksanakan
Financial Inclusion Action Plan. Sementara itu, pada pembahasan isu energi, komoditas dan climate
finance, G-20 sepakat untuk mendorong peningkatan transparansi dalam pasar komoditas, seperti
pasar batubara dan gas internasional.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
77
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
Kegiatan komunikasi dan edukasi kebijakan dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas
implementasi kebijakan Bank Indonesia
Guna meningkatkan efektivitas implementasi berbagai kebijakan, Bank Indonesia secara intensif
melakukan komunikasi dan edukasi kepada stakeholders. Melalui kegiatan tersebut, Bank Indonesia
berupaya agar perkembangan kondisi ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran serta
arah kebijakan Bank Indonesia menjadi jelas dan dapat dipahami.
Komunikasi dan edukasi kebijakan dilakukan melalui berbagai media, antara lain penyampaian
publikasi, siaran pers, pidato Dewan Gubernur, konferensi pers, dan pencantuman data dan informasi
melalui website Bank Indonesia. Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi, edukasi dan pelatihan
kepada stakeholders yang terkait langsung dengan kebijakan (antara lain perbankan, asosiasi,
kalangan industri, instansi terkait dan akademisi) maupun kepada masyarakat melalui pesan layanan
masyarakat di berbagai media komunikasi.
Selama triwulan I-2013, Bank Indonesia telah melakukan sosialisasi kepada kalangan perbankan
mengenai beberapa ketentuan/kebijakan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Ketentuan yang disosialisasikan meliputi (i) Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK),27
(ii) Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia,28 (iii) Kepemilikan Saham Bank Umum,29 (iv)
Kegiatan Usaha Bank Umum berdasarkan Modal Inti,30 (v) Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum
Berdasarkan Modal Inti,31 (vi) Laporan Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) Bank Umum
yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.32
Pada periode yang sama, Bank Indonesia juga menyelenggarakan sosialisasi fungsi mediasi perbankan
di Bank Indonesia kepada masyarakat. Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai penanganan pengaduan nasabah dan pelaksanaan mediasi perbankan, serta tukar
menukar informasi baik kepada pejabat bank maupun masyarakat umum di wilayah Medan. Peserta
pertemuan dan seminar terdiri dari pejabat bank umum dan perwakilan nasabah bank, akademisi,
serta Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang berada di wilayah
Medan. Selain itu, Bank Indonesia juga menjadi narasumber pada beberapa wawancara di media
cetak terkait perlindungan nasabah dan mediasi perbankan.
Selama triwulan I-2013, Bank Indonesia juga terus melakukan komunikasi dan edukasi serta
pemberdayaan nasabah perbankan syariah bersama stakeholders lain. Citra “inklusif” serta “kesetaraan
(parity)” dan “keunggulan khas (distinctiveness)” perbankan syariahyang dikenali dengan penanda
identitasnya berupa iB (ai-Bi), perlu secara konsisten dikomunikasikan kepada berbagai segmen yang
relevan dan potensial. Program komunikasi dilakukan antara lain melalui sosialisasi dan edukasi
kegiatan iB Campaign secara “on air” maupun “off air”.
27
28
29
30
31
32
SE BI No. 15/1/DPNP tanggal 15 Januari 2013 Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).
SE BI No. 15/2/DPNP tanggal 4 Februari 2013 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia.
SE BI No. 15/4/DPNP tanggal 6 Maret 2013 perihal Kepemilikan Saham Bank Umum.
SE BI No. 15/6/DPNP tanggal 8 Maret 2013 perihal Kegiatan Usaha Bank Umum berdasarkan Modal Inti.
SE BI No. 15/7/DPNP tanggal 8 Maret 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Berdasarkan Modal Inti.
SE BI No. 15/10/DPNP tanggal 28 Maret 2013 perihal Laporan Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) Bank Umum yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pada awal tahun 2013, Bank Indonesia telah menyusun program kerja kegiatan iB Campaign selama
tahun 2013 termasuk rencana kegiatan bersama dengan bank-bank syariah melalui forum Working
Group Marketing & Komunikasi Perbankan Syariah untuk melakukan kegiatan iB Vaganza. Kegiatan
iB Vaganza akan dilaksanakan di delapan kota secara bersama-sama, yaitu Palembang, Medan,
Makassar, Padang, Solo, Semarang, Balikpapan dan Jakarta. Salah satu kegiatan iB Vaganza tersebut
telah dilaksanakan di Palembang pada tanggal 14 - 17 Maret 2013.
Guna mendukung kegiatan iB Campaign, Bank Indonesia telah menyusun rencana kegiatan utama
training of trainers (TOT) perbankan syariah di 6 kota. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menyusun
“media plan” kegiatan iB Campaign secara on air melalui berbagai media, yaitu televisi, radio, koran,
majalah dan on-line (digital).
Berbagai program komunikasi kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia telah berjalan cukup
baik. Namun, kegiatan komunikasi tersebut dirasakan tidak seluruhnya dapat menjangkau kebutuhan
seluruh stakeholders secara spesifik sehingga pada akhirnya memengaruhi keyakinan stakeholders
terhadap kredibilitas kebijakan moneter. Sebagaimana hasil survei pada tahun 2012 mengenai
indeks keyakinan stakeholders terhadap kredibilitas kebijakan moneter, secara total mendapat nilai
4,51 (skala 6). Dari sembilan kategori responden yang dilibatkan dalam survei tersebut, lima kategori
responden memberikan nilai di bawah nilai total 4,51 (skala 6) tersebut, yaitu lembaga negara (4,22),
parlemen (4,50), direktur lembaga keuangan non bank (4,41), media massa (4,33), dan dunia usaha
(4,25). Mempertimbangkan hasil survei tersebut, komunikasi kebijakan moneter kepada lima kategori
responden dimaksud perlu diperkuat.
Mengacu pada hasil survei tahun 2012 dan dalam rangka persiapan pengukuran Indikator Kinerja
Utama (IKU) Bank Indonesia tahun 2013 mengenai “tingkat keyakinan stakeholders terhadap
kredibilitas kebijakan moneter”, dipandang perlu untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang
memengaruhi keyakinan stakeholders, khususnya kelima kategori responden di atas, terhadap
kredibilitas kebijakan moneter. Upaya penggalian informasi dari perwakilan ke lima kategori responden
tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) yang dinilai efektif dalam
memperoleh masukan yang mendalam mengenai kebutuhan spesifik kelompok responden dan
bermanfaat bagi penyusunan strategi peningkatan keyakinan stakeholders terhadap kredibilitas
kebijakan moneter. Selain itu, penyelenggaraan FGD merupakan salah satu upaya Bank Indonesia
untuk meningkatkan intensitas komunikasi dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
terkait pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia kepada stakeholders.
Pada akhir triwulan I-2013, telah diselenggarakan FGD “Meningkatkan Keyakinan Stakeholders
Terhadap Kebijakan Moneter” di Jakarta pada tanggal 6 dan 15 Maret 2013 dengan stakeholders
anggota parlemen, lembaga negara, lembaga keuangan non-bank dan dunia usaha. Selain
mendapatkan pandangan stakeholders, pada kesempatan FGD tanggal 15 Maret 2013 telah dilakukan
survei indikatif kepada peserta FGD mengenai tingkat keyakinan stakeholders terhadap kredibilitas
kebijakan moneter Bank Indonesia. Berdasarkan survei indikatif tersebut, diperoleh informasi bahwa
stakeholders cukup yakin dengan kredibilitas kebijakan moneter. Selain itu, hasil FGD juga sejalan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
79
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dengan hasil survei yang menunjukkan aspek koordinasi dan sinergi kebijakan mendapatkan angka
paling rendah untuk stakeholders lembaga negara. Sementara untuk Dunia Usaha, aspek yang
mendapat penilaian paling rendah adalah aspek komunikasi kebijakan moneter (Tabel 3.7).
Tabel 3.7
Perbandingan Hasil Survei IKU dengan Survei Indikatif FGD
Aspek-Aspek Kredibilitas Kebijakan Moneter
Lembaga Negara
Dunia Usaha
Survei
FGD
Survei
4,67
5,25
4,43
5,25
Kebijakan moneter telah dikomunikasikan kepada stakeholders dengan jelas
4,36
4,75
4,06
3,75
Impementasi kebijakan moneter telah dijalankan dengan konsisten, sesuai 4,33
4,75
4,26
4,75
4,65 4,75 4,37 5,50
4,27
4,25
4,14
4,75
4,46
4,75
4,25
4,80
Perumusan kebijakan moneter telah didasarkan pada
FGD
hasil kajian yang komprehensif
dengan kondisi perekonomian global dan domestik
Kebijakan moneter telah mendukung stabilitas perekonomian nasional Koordinasi dan sinergi kebijakan moneter Bank Indonesia dengan
kebijakan-kebijakan pemerintah (termasuk kebijakan fiskal)
telah dijalankan dengan baik
Rata-rata
Skala : 1 = sangat tidak yakin; 2 = tidak yakin; 3 = kurang yakin; 4 = cukup yakin; 5 = yakin; 6 = sangat yakin
Kegiatan edukasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka memberikan pemahaman kepada
masyarakat dan kalangan akademisi mengenai kebanksentralan. Pada triwulan I-2013, dilaksanakan
beberapa kegiatan edukasi kebanksentralan antara lain pengajaran mata kuliah kebanksentralan di
perguruan tinggi, lokakarya guru SMA/SMK bidang studi ekonomi, Training of Trainers (TOT) dosen
pengampu kebanksentralan serta kegiatan magang penelitian bagi mahasiswa yang terpilih dari
berbagai universitas.
Sampai dengan triwulan I-2013, Bank Indonesia telah menyelenggarakan tiga kali pengajaran
mengenai kebanksentralan di Perguruan Tinggi yang memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia.
Selain menyelenggarakan pengajaran, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan wawasan dan
pengetahuan kebanksentralan melalui kegiatan Training of Trainers (TOT) kebanksentralan. Pada
triwulan I-2013 dilaksanakan satu kali kegiatan TOT bagi dosen pengampu kebanksentralan di
Batam. Kegiatan TOT tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai tugas bank
sentral dan keterkaitannya dengan perkembangan ekonomi, sehingga pada waktunya para dosen
perguruan tinggi dapat secara bertahap menggantikan kehadiran peran pengajar Bank Indonesia
dan mandiri dalam menyelenggarakan kuliah kebanksentralan.
Selain menyelenggarakan pengajaran kebanksentralan di perguruan tinggi dan kegiatan TOT, Bank
Indonesia juga giat menyelenggarakan Lokakarya Kebanksentralan bagi guru SMA/SMK bidang studi
ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia. Lokakarya tersebut diperlukan mengingat masih terbatasnya
pemahaman masyarakat di daerah-daerah mengenai peran dan tugas bank sentral. Pada triwulan
I-2013 telah diselenggarakan tiga kali lokakarya kebanksentralan bertempat di Batam dan Jakarta
80
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dengan peserta yang berasal dari wilayah tersebut dan sekitarnya. Melalui penyelenggaraan lokakarya
ini diharapkan para guru SMA/SMK dapat meneruskan pemahaman mengenai kebanksentralan
kepada murid didiknya dalam berbagai kesempatan belajar mengajar di sekolah, sehingga murid
didik juga dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang kebanksentralan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain aktif mengunjungi perguruan tinggi, Bank Indonesia juga terbuka dalam memberikan
kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang sudah bekerjasama dengan Bank
Indonesia untuk datang dan melakukan kegiatan magang. Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan
dapat memperoleh pengalaman bekerja, khususnya di bidang penelitian. Selama triwulan I-2013,
tercatat sebanyak delapan mahasiswa melakukan magang sebagai asisten peneliti.
Selain melakukan komunikasi di dalam negeri, Bank Indonesia juga melakukan komunikasi dengan
stakeholders internasional. Upaya komunikasi ini khususnya bertujuan untuk meningkatkan persepsi
positif mengenai perekonomian Indonesia. Dalam menjalankan fungsi komunikasi tersebut, Bank
Indonesia membentuk Investor Relations Unit (IRU) pada tahun 2005 sebagai single point of contact
bagi stakeholder internasional, khususnya lembaga pemeringkat dan investor. Selama triwulan
I-2013, IRU melakukan berbagai kegiatan koordinasi dengan instansi yang berkepentingan dengan
penanaman modal di Indonesia dan diseminasi informasi dengan lembaga pemeringkat dan investor
asing.
Dalam rangka koordinasi, pada triwulan I-2013 IRU telah melakukan pertemuan dengan perwakilan
dari Kemenkeu (DJPU dan BKF), OJK (Bapepam-LK), Kantor Menko Perekonomian, BKPM, Kemeneg
BUMN dan Kemeneg ESDM. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar
instansi terkait dan mempersiapkan annual rating visit lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P)
yang direncanakan pada tanggal 8-18 April 2013. Saat ini, S&P merupakan satu-satunya lembaga
pemeringkat resmi yang belum menempatkan Indonesia dalam status investment grade.
IRU melakukan diseminasi kepada investor asing melalui investor conference call yang secara
rutin dilaksanakan setelah pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Triwulanan. Selanjutnya, IRU juga
terlibat untuk membantu persiapan pemerintah dalam penerbitan Surat Utang Negara (SUN) valas
dan penatausahaannya. Selama triwulan I-2013, tim IRU telah menerima kunjungan investor asing
sebanyak tujuh kali kunjungan. Kunjungan investor asing merupakan salah satu sarana untuk
mendiseminasikan informasi mengenai perkembangan perekonomian Indonesia terkini. Selain itu,
kegiatan ini juga digunakan sebagai sarana tukar menukar informasi sehingga diharapkan Bank
Indonesia mendapat masukan yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan. Untuk mempermudah
penyediaan data, IRU juga senantiasa memperbaharui data data dan informasi ekonomi Indonesia
secara berkala bagi stakeholders melalui berbagai media seperti melalui website Bank Indonesia dan
investors meeting secara regular.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
81
Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan
82
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
BAB 4
Manajemen Intern Bank Indonesia
Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia secara akuntabel
dan dalam koridor tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan I-2013 Bank
Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan strategis di bidang manajemen intern. Dalam
pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia memegang prinsip-prinsip akuntabilitas dan
transparansi kepada publik serta memenuhi berbagai kewajiban yang diamanatkan dalam
Undang-Undang tentang Bank Indonesia.
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
4.1. Manajemen Strategi, Akuntabilitas dan Transparansi
Pada triwulan I-2013, seluruh satuan kerja Bank Indonesia telah menjalankan fungsi dan tugasnya
guna mencapai target akhir 2013 yang dilakukan dalam rangka melaksanakan strategi Bank Indonesia
2013. Dengan tetap memperhatikan perkembangan lingkungan dan isu strategis yang terjadi pada
triwulan I-2013, berbagai program kerja di sektor moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan
manajemen intern telah dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja. Hal tersebut memberikan kontribusi
positif untuk pencapaian tujuan utama Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara stabilitas nilai
rupiah.
Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugas sesuai amanat Undang-Undang, pada
awal 2013 Bank Indonesia telah menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2012
kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Selain itu, juga telah disampaikan
Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) Operasional Bank Indonesia 2013 kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada akhir September 2012. Penyampaian RATBI
dilakukan bersamaan dengan penyampaian Laporan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Operasional
Bank Indonesia Tahun 2012.
Selanjutnya, guna memfokuskan arah kebijakan Bank Indonesia 2013, Bank Indonesia telah
menetapkan empat sasaran strategis (strategic outcomes) 2013. Sasaran strategis tersebut meliputi
stabilitas nilai rupiah, stabilitas kondisi moneter, sistem keuangan yang stabil, serta sistem pembayaran
yang lancar, aman, dan efisien. Berbagai langkah strategis dan outcomes Bank Indonesia digambarkan
dalam Peta Strategi Bank Indonesia 2013 sebagai berikut:
Peta Strategi Bank Indonesia 2013
Biru /italic : Enhancement/Baru
Hitam
: sama dengan 2012
1. Stabilitas Nilai Rupiah
Internal
InternalProcess
Process
Perspective
Perspective
Kebijakan yang efektif & terintegrasi
5 . Implementasi
framework SM yg
terintegrasi dg SSK & SP
yg didukung dg penguatan
operasi moneter
Isu #1
Institutional Capacity
Perspective
7. Mempercepat
pendalaman
pasar keuangan
84
Isu #3
Perubahan yg terkelola
dengan baik terkait
pembentukan OJK
Service excellence
8. Memperkuat
kebijakan perbankan
yg mendorong
ketahanan
dan efisiensi Isu #4
Isu #2
6. Implementasi
fungsi SSK
di BI
4. Sistem pembayaran lancar,
aman, dan efisien
3. Sistem keuangan stabil
11. Meningkatkan
kehandalan
layanan operasional
dan infrastruktur SP
13. Memantapkan
pengalihan fungsi
pengawasan bank
ke OJK
Isu #6
Isu #5
9. Mengoptimalkan
peran BI dlm mendukung
pemberdayaan sektor
riil & UMKM
12. Memperkuat
manajemen persediaan
dan fungsi layanan
uang kartal
10. Meningkatkan
Isu #4/6
efisiensi SP dan
perlindungan konsumen
(bank dan SP)
16. Memperkuat
Isu #9
kompetensi SDM dan
Menyempurnakan MSDM
Isu #7
Keuangan BI Sustainable
Financial
Perspective
2. Kondisi moneter
stabil
14. Memperkuat
pengelolaan
keuangan BI
Isu #8
Isu #1
Good Governance
Perspective
Outcome : Stakeholders
Perspective
Misi : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas
sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan
15. Meningkatkan
komunikasi,
akuntabilitas dan
koordinasi
Isu #8
Kesiapan Sumber Daya Internal (readiness)
17. Implementasi organisasi Isu #9
& business process BI baru dgn fokus
kpd SM dan SSK
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
18. Memperkuat integrasi
sistem informasi Isu #9
7
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
Sebagai bagian dari transparansi Bank Indonesia kepada stakeholders, Bank Indonesia senantiasa
mengkomunikasikan berbagai kebijakannya secara transparan kepada masyarakat. Melalui
transparansi, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan sejalan dengan meningkatnya
pemahaman masyarakat terhadap arah kebijakan Bank Indonesia. Komunikasi dilakukan dalam
bentuk siaran pers, konferensi pers, publikasi Tinjauan/Laporan terkait dengan Kebijakan Moneter,
Stabilitas Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan
komunikasi melalui penjelasan langsung kepada masyarakat, media massa, pelaku ekonomi, analis
pasar dan akademisi dalam berbagai kesempatan. Berbagai laporan pelaksanaan tugas, hasil riset,
kajian, survei, statistik dan materi lain terkait tugas Bank Indonesia juga dapat diakses melalui website
Bank Indonesia (www.bi.go.id).
4.2. Audit Intern
Dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Bank Indonesia, kebijakan audit intern Bank Indonesia
yang meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting) ditujukan untuk memberikan nilai
tambah bagi tercapainya tujuan organisasi. Kegiatan audit intern yang telah berjalan dengan baik,
dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam mengevaluasi dan menyempurnakan efektivitas
proses tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian
intern (internal control).
Selama triwulan I-2013, telah dilaksanakan serangkaian kegiatan audit umum dan konsultasi yang
menghasilkan sejumlah rekomendasi perbaikan untuk ditindaklanjuti. Kegiatan audit dan konsultasi
juga didukung oleh peningkatan kompetensi auditor dan telah menghasilkan beberapa auditor yang
memiliki sertifikasi nasional dan internasional.
Selain kegiatan audit dan konsultasi, Bank Indonesia juga memfasilitasi pelaksanaan audit Badan
Pemeriksa Keuangan-Republik Indonesia (BPK-RI) terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank
Indonesia (LKTBI). Selama triwulan I-2013, telah dilakukan beberapa kali pembahasan dengan BPKRI terkait tindak lanjut temuan.
Kebijakan pengembangan audit intern pada tahun 2013 mengacu pada kerangka blueprint
pengembangan audit intern 2010-2014. Sasaran akhir yang akan dicapai adalah terwujudnya audit
intern sesuai dengan standar profesi audit intern dan ekspektasi stakeholder. Dalam mencapai sasaran
tersebut, dilakukan penyediaan sistem informasi audit intern dalam rangka melakukan otomasi
mekanisme kerja dengan target penyelesaian pada Mei 2013.
4.3. Keuangan Intern
Kebijakan manajemen keuangan intern Bank Indonesia diarahkan dalam upaya meningkatkan
pelaksanaan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia yang
mendukung pelaksanaan tugas di bidang kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Dengan berakhirnya tahun anggaran 2012, memenuhi amanat Undang-Undang tentang Bank
Indonesia, pada triwulan I-2013 telah disampaikan LKTBI 2012 kepada BPK-RI. LKTBI tersebut menjadi
dasar bagi BPK-RI untuk menilai pemenuhan penggunaan anggaran Bank Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
85
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
Selama triwulan I-2013, kondisi keuangan Bank Indonesia baik penerimaan maupun pengeluaran
relatif terjaga. Posisi keuangan Bank Indonesia sampai dengan 23 Maret 2013 mencatat surplus
sebesar Rp6,4 triliun. Surplus tersebut terutama berasal dari selisih penerimaan yang lebih besar dari
pengeluaran, yaitu penerimaan sebesar Rp12 triliun dan pengeluaran sebesar Rp5,6 triliun. Penerimaan
terutama bersumber dari selisih kurs karena transaksi valuta asing (valas) dan penerimaan bunga valas.
Sedangkan pengeluaran terutama disebabkan oleh beban operasi moneter dan penyelenggaraan
sistem pembayaran.
Program kerja pengelolaan keuangan tahun 2013 masih merupakan tindak lanjut dari program
kerja tahun 2012, yaitu mendukung sustainabilitas, transparansi dan akuntabilitas keuangan Bank
Indonesia. Program kerja tersebut antara lain:
a. Program Asset Liability Management (ALM) antara Bank Indonesia dengan Pemerintah yang
difokuskan pada pembahasan draft revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) tahun 2006 mengenai
“Mekanisme Penyetoran Sisa Surplus Bank Indonesia kepada Pemerintah dan Pelunasan Obligasi
Negara Seri SRBI-01/MK/2003 oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia”. Proses revisi SKB 2006
tersebut masih tertunda sehubungan dengan penundaan Revisi SKB 2003 tahun 2012 dan
penundaan kesepakatan SKB mengenai tata cara dan ketentuan pelaksanaan konversi Surat
Utang Pemerintah (SUP) menjadi Surat Berharga Negara (SBN)Tradable.
b. Penyusunan Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (Standar Akuntansi
Bank Indonesia). Standard Akuntansi tersebut akan digunakan sebagai dasar referensi dalam
pelaksanaan audit di Bank Indonesia dalam hal telah disepakati bersama dengan BPK-RI.
c. Implementasi Performance Based Budgeting (PBB)tahun 2013 difokuskan pada integrasi proses
bisnis selain evaluasi dan penyempurnaan penerapan PBB tahun 2012. Proses utama yang
dilakukan dalam upaya mencapai target implementasi PBB secara bertahap meliputi: (i) penerapan
seleksi usulan Program Kerja (PK), (ii) penyesuaian nomenklatur anggaran terkait restrukturisasi
organisasi Bank Indonesia, (iii) penyusunan pengukuran kinerja kearah efektivitas PK dan efisiensi
anggaran, serta (iv) penerapan standard cost.
4.4. Teknologi Informasi
Kegiatan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Bank Indonesia dilakukan dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
sistem pembayaran. Pengelolaan sistem informasi Bank Indonesia tahun 2013 didasarkan pada
Rencana Strategis Sistem Informasi Bank Indonesia (Renstra SIBI) yang mengusung tema penerapan
pertukaran informasi antar lembaga. Tema dilatarbelakangi antara lain oleh pengalihan fungsi
pengaturan dan pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Saat ini sedang disiapkan sistem pengelolaan pertukaran informasi antar institusi, yaitu Bank Indonesia
dan OJK serta Lembaga Penjamin Simpanan, dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas bersama. Pengelolaan pertukaran informasi dilakukan dalam upaya memperoleh informasi
yang handal dan berkualitas terkait pasar keuangan dan lembaga keuangan, khususnya perbankan.
86
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
Dukungan sistem informasi terhadap sektor moneter khususnya dalam mendukung proses
pengambilan keputusan telah diwujudkan melalui pengembangan beberapa aplikasi. Salah satu
contoh adalah pengembangan Dashboard Crisis Management Protocol (CMP) yang telah siap
diimplementasikan. Dashboard CMP menjadi cikal bakal Dashboard Dewan Gubernur bersama
Dashboard Micro Prudential dan Dashboard Early Warning System (EWS) Stabilitas Sistem Keuangan
(Macro Prudential) yang telah dikembangkan sebelumnya. Pengembangan Dashboard Dewan
Gubernur saat ini tengah dalam tahap penyusunan spesifikasi kebutuhan.
Terkait dukungan terhadap sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), selain melalui pengembangan
Dashboard Micro dan Macro Prudential, juga dilakukan peningkatan kualitas Sistem Informasi
Pengawasan Bank (SIP) yang telah memasuki tahap pemrograman. Pengembangan SIP selain untuk
mendukung pelaksanaan tugas pengawasan bank, juga dalam rangka persiapan transisi pengalihan
fungsi pengawasan bank ke OJK.
Terkait dukungan terhadap kelancaran sistem pembayaran, selama triwulan I-2013 Bank Indonesia
melanjutkan pengembangan aplikasi Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan
Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II. Sistem aplikasi tersebut
ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan transfer dana antar bank, baik mencakup aspek
kuantitas jumlah transaksi yang dapat diakomodir, kecepatan, maupun keamanan sistem aplikasi.
Saat ini pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II dalam proses user acceptance test.
Selain pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, saat ini juga tengah dikembangkan
sistem layanan informasi yang mendukung pengawasan sistem pembayaran. Pengembangan sistem
tersebut saat ini tengah dalam tahap finalisasi spesifikasi kebutuhan. Selain untuk mendukung
kelancaran dan kehandalan Sistem Pembayaran, sistem informasi pengawasan sistem pembayaran
juga ditujukan untuk perlindungan nasabah.
Selain mengembangkan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II serta sistem informasi pengawasan
sistem pembayaran, pada triwulan I-2013 Bank Indonesia juga melakukan Integrasi Sistem Informasi.
Kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari inisiatif yang sudah dimulai dari 2012. Kegiatan diawali
dengan mengintegrasikan seluruh proses capturing data dari lembaga keuangan menjadi satu
platform Laporan Statistik Moneter dan Keuangan (LSMK). Integrasi capturing data bertujuan untuk
meningkatkan kualitas informasi dalam rangka mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia
dan meminimalkan duplikasi data.
Pada aspek integrasi informasi, saat ini telah dilakukan penyusunan kamus data (data dictionary)
untuk laporan perbankan syariah dan selanjutnya akan dilakukan untuk LSMK secara utuh. Sementara
itu, terkait dengan aspek integrasi aplikasi, saat ini tengah dikembangkan sistem pelaporan baru
untuk perbankan syariah sebagai pilot project dengan menggunakan metodologi eXtended Business
Reporting Language (XBRL) yang saat ini telah memasuki tahap pemrograman.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
87
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
4.5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM terutama difokuskan pada pemenuhan SDM
secara kuantitas dan kualitas, dan penyempurnaan organisasi sejalan dengan arah dan strategi Bank
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan SDM tersebut, Bank Indonesia melakukan pengelolaan SDM
yang mencakup perencanaan kebutuhan, pemenuhan dan pengembangan SDM.
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia melakukan perencanaan kebutuhan SDM dengan
memperhitungkan dampak penyempurnaan Struktur Organisasi Level Atas (SOLA) sehubungan
dengan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemenuhan kebutuhan SDM dilakukan melalui
proses promosi dan mutasi untuk jabatan Direktur Eksekutif dan setingkat Direktur, serta penerimaan
pegawai dan Tenaga Honorer Outsourcing (THOS).
Penyempurnaan SOLA sebagai konsekuensi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK,
menghasilkan rekomendasi 24 satuan kerja setingkat Departemen yang akan melaksanakan tugas
Bank Indonesia di bidang moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran. Beberapa kegiatan
terkait SOLA yang telah dilakukan pada triwulan I-2013 yaitu: (i) penetapan Matriks Pengalihan Fungsi
dan penyempurnaan konsepsi organisasi satuan kerja mengacu pada nomenklatur Bank Indonesia,
(ii) proses verifikasi terhadap usulan konsepsi penyempurnaan organisasi, dan (iii) proses evaluasi
oleh Forum Panel Penguji yang beranggotakan Anggota Dewan Gubernur, Asisten Gubernur, dan
Pimpinan satuan kerja tertentu.
Sebagai bagian dari perencanaan kebutuhan SDM dan dalam rangka implementasi SOLA, pada
triwulan I-2013 Bank Indonesia juga telah melakukan pemetaan SDM untuk mutasi khusus dan
menyusun proyeksi kebutuhan SDM ke depan termasuk rencana pemenuhannya. Pemenuhan
kebutuhan SDM dilakukan dengan menjajaki proses rekrutmen Pendidikan Calon Pegawai Muda
(PCPM) melalui jalur talent scouting yang berasal dari berbagai Universitas terkemuka di Indonesia.
Selain itu, Bank Indonesia telah menyiapkan pedoman atau ketentuan penugasan SDM Bank
Indonesia ke OJK, antara lain terkait dengan pengembangan dan penilaian kinerja. Dalam membantu
penyiapan pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK yang efektif berlaku mulai 1 Januari 2014,
telah ditugaskan 16 pegawai pengawas bank sebagai tim transisi di OJK.
Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan motivasi pegawai, Bank Indonesia terus melaksanakan
berbagai program pengembangan kompetensi SDM. Selama triwulan I-2013, telah dilakukan lima
program pengembangan kompetensi SDM sebagai berikut:
1. On Boarding
Program pengembangan on boarding ditujukan bagi calon pegawai baru dengan menggunakan
kombinasi program klasikal dan On The Job Training (OJT). Program on boarding tersebut
diberikan kepada pegawai melalui jalur PCPM, Multi Level Entry (MLE), Kasir, dan Satpam.
2. Leadership Development Program (LDP)
LDP meliputi Program Kepemimpinan Bank Indonesia (PKBI) Tingkat Dasar, PKBI1, PKBI 2, SESPIBI
dan Refreshment Program. LDP yang telah dilaksanakan pada triwulan I-2013 meliputi PKBI
Tingkat Dasar yang diikuti oleh 108 pegawai dan PKBI 1 yang diikuti oleh 170 pegawai.
88
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
3. Competency Development Program (CDP)
Dalam rangka pengembangan kompetensi, telah dilaksanakan program pengembangan
kompetensi perilaku dan kompetensi teknis, program sertifikasi di bidang moneter, perbankan,
dan internasional, serta program non-sertifikasi di bidang moneter, sistem pembayaran, dan
manajemen intern. Selain program tersebut, khusus untuk pegawai di sektor perbankan telah
dilaksanakan program pengembangan Readiness OJK guna membekali dan memperkuat pegawai
dengan materi-materi non banking activities dan stabilitas sistem keuangan.
4. Program Tugas Belajar Jangka Panjang (PTB)
Bank Indonesia juga secara rutin mengirimkan pegawai untuk mengikuti PTB S2 dan S3 di dalam
dan luar negeri. Sampai dengan triwulan I-2013, pegawai yang mengikuti PTB berjumlah 63
orang untuk program S2 dan 19 orang untuk program S3.
5. Attachmentand Assignment Program
Sampai dengan akhir triwulan I-2013, terdapat delapan orang pegawai yang sedang mengikuti
program attachment dan 43 orang pegawai yang menjalani penugasan di berbagai institusi di
dalam dan luar negeri.
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia juga telah menyempurnakan sistem penilaian kinerja pegawai.
Penyempurnaan tersebut bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada pegawai atas
pencapaian kinerjanya, sekaligus memberikan kemudahan bagi line manager melakukan diferensiasi
dalam penilaian kinerja. Selain tujuan tersebut, dengan disempurnakannya sistem penilaian kinerja
pegawai diharapkan dapat meningkatkan motivasi pegawai agar berkinerja lebih baik.
Selain itu, Bank Indonesia juga terus melanjutkan program penyelarasan kultur yang difokuskan untuk
mewujudkan organisasi yang berkinerja tinggi. Program penyelarasan kultur juga mencakup program
komunikasi perubahan kebijakan manajemen SDM. Pada tahun 2013, program penyelarasan kultur
difokuskan pada manajemen perubahan guna menyiapkan organisasi Bank Indonesia ke depan.
4.6. Aspek Hukum
Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan badan hukum
publik yang berwenang menetapkan peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam
pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah mengeluarkan
beberapa peraturan baik yang berlaku untuk pihak eksternal maupun internal Bank Indonesia.
Peraturan yang dikeluarkan mencakup Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Dewan Gubernur
(PDG), Surat Edaran Ekstern (SE Ekstern), dan Surat Edaran Intern (SE Intern). Terdapat 26 buah
peraturan yang dikeluarkan, yang terdiri dari satu PBI, lima PDG, 10 SE Ekstern, dan 10 SE Intern
(daftar produk hukum sebagaimana terlampir).
Dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dukungan perangkat peraturan perundangundangan sebagai landasan hukum menjadi diperlukan. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa
berpartisipasi dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP), yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia baik sebagai
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
89
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
narasumber maupun anggota tim penyusun. RUU yang dibahas selama triwulan I-2013 antara
lain RUU Amandemen Undang-Undang Bank Indonesia dan RUU tentang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan.
Selain pembahasan RUU yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia, dalam rangka
koordinasi dan harmonisasi peraturan, Bank Indonesia juga berperan aktif dalam pembahasan RUU
antar kementerian. Beberapa pembahasan RUU dengan partisipasi aktif Bank Indonesia antara lain
RUU tentang Koperasi, RUU tentang Balai Harta Peninggalan, RUU tentang Lembaga Keuangan
Mikro, RUU tentang Badan Usaha di Luar Perseroan Terbatas dan Koperasi, RUU tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terrorisme. Selain dalam pembahasan RUU, Bank
Indonesia juga secara aktif melakukan diskusi dengan akademisi dan asosiasi perbankan dalam
upaya mengumpulkan informasi terkait usulan materi penyempurnaan Undang-Undang Perbankan
yang saat ini sedang disusun oleh Komisi XI DPR RI.
Dalam penyusunan RPP,Bank Indonesia senantiasa ikut berpartisipasi dalam pembahasannya.
Partisipasi Bank Indonesia antara lain dalam pembahasan RPP tentang Fasilitas dan Insentif
Hortikultura, RPP tentang Tata Cara Pengerahan dan Pemupukan Dana dan Pelaksanaan Kemudahan
dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan dan Kawasan Pemukiman, dan
RPP tentang Tata Cara Pembawaan Uang Tunai Keluar/Masuk Wilayah Pabean Indonesia.
Sebagai upaya mendukung pengembangan hukum nasional, Bank Indonesia melakukan sosialisasi
secara berkala mengenai perkembangan aspek hukum yang terkait Kedudukan, Fungsi, dan Tugas
Bank Indonesia sebagai bank sentral, serta perkembangan sektor keuangan di Indonesia. Sosialisasi
dilakukan baik melalui diskusi terbatas, seminar maupun pemberian kuliah umum di perguruan tinggi
maupun di instansi Kepolisian, Kehakiman, dan Kejaksaan.
Selain kegiatan sosialisasi, juga dilakukan serangkaian penelitian hukum bekerja sama dengan
perguruan tinggi yang difokuskan pada penelitian mengenai Pembatasan Transaksi Tunai di
Indonesiadan Kedudukan Lembaga-Lembaga “Kuasi Eksekutif” dalam Ketatanegaraan Republik
Indonesia.Selain sosialisasi dan penelitian hukum, secara berkala, Bank Indonesia juga menerbitkan
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan yang didistribusikan antara lain kepada perguruan
tinggi, perbankan, lembaga penelitian, lembaga eksekutif/yudikatif/legislatif, dan kantor hukum.
Dengan adanya liberalisasi sektor jasa termasuk sub sektor jasa perbankan, Bank Indonesia turut
aktif dalam pembahasan dengan instansi terkait baik dalam forum nasional maupun internasional.
Partisipasi dalam forum internasional dilakukan dengan menghadiri sidang terkait WTO, ASEAN,
APEC, serta kerjasama bilateral maupun regional. Peran Bank Indonesia dalam forum internasional
tersebut terkait dengan aspek hukum dalam pembahasan legal text maupun dalam penyusunan
Schedules of Specific Commitments (SoC) sub sektor perbankan. Melalui peran aktif tersebut,
diharapkan dapat mengamankan kepentingan Indonesia khususnya di sub sektor jasa perbankan
dan sektor jasa pada umumnya.
90
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
Bank Indonesia bersama kementerian terkait juga menghadiri sidang United Commission on
International Trade Law (UNCITRAL), khususnya dalam pembahasaan model law dimana Bank
Indonesia menjadi focal point di tingkat nasional untuk Working Group Insolvency dan Working
Group e-commerce. Hasil dari sidang-sidang tersebut menjadi masukan bagi Bank Indonesia dalam
pengembangan dan pembangunan sistem hukum nasional.
4.7. Program Sosial Bank Indonesia
Tema Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) pada tahun 2013 adalah mendorong pembangunan
ekonomi berkelanjutan. Tema tersebut diterjemahkan melalui penguatan beberapa program
unggulan, yakni program pengembangan pertanian, penguatan komoditas unggulan, program
mencetak tenaga kerja siap pakai dan pengembangan ekonomi kreatif.
Pada triwulan I-2013, Bank Indonesia melaksanakan berbagai program sosial pada beberapa bidang.
Di bidang pengembangan ekonomi, Bank Indonesia memberikan bantuan pengembangan ekonomi
berkelanjutan, terintegrasi dan bersifat community based empowerment. Sebagai kelanjutan dari
program sebelumnya, bantuan diberikan melalui kegiatan penciptaan wirausaha baru dengan
pemberian bantuan modal usaha kepada para mahasiswa.
Selain pengembangan ekonomi berkelanjutan, telah dilaksanakan pengembangan klaster kopi
Arabika di Kintamani Bali, klaster sapi di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, perikanan lele di Tanjung
Pinang serta pembangunan infrastruktur pasca-panen padi serta alat pertanian di Sopeng Sulawesi
Selatan, Subang, dan Majalengka. Guna memudahkan akses informasi harga bagi para petani dan
masyarakat, Bank Indonesia juga memberikan bantuan pemasangan papan informasi elektronis yang
memuat harga pangan pada beberapa lokasi pasar di Pasar Kosambi Bandung dan di Tasikmalaya.
Di bidang sosial dan keagamaan, Bank Indonesia memberikan dukungan perbaikan sarana ibadah di
Pura Dalem Sudha Sidakarya, Pura Khayangan Jagat Berangbang Agung-Jembrana, serta Pura Puseh
Ds. Pekraman Br. Gunung Penebel di Bali. Selain itu, Bank Indonesia juga menyalurkan bantuan
untuk renovasi dan pembangunan Masjid Asy-Syaamil di Ciamis Selatan, Masjid Al Munawar di
Bekasi dan Mushola Yayasan Lantaz 2000 di Pandeglang, Banten. Selanjutnya, sebagai bentuk
kepedulian terhadap korban bencana alam, Bank Indonesia memberikan bantuan tanggap darurat
kepada korban bencana banjir di Jakarta dan korban kebakaran di wilayah Kayu Putih, Pulo Gadung,
Jakarta.
Di bidang pendidikan, Bank Indonesia memberikan bantuan dalam renovasi Sekolah Luar Biasa (SLB)
Kusuma Asih, pembangunan sarana prasarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Harapan Bangsa
di Sukabumi, pemberian bantuan kepada Ponpes Musthafawiyah Purba Baru Sibolga, pembangunan
perpustakaan di SD Wukirsari Yogyakarta, serta renovasi di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al
Muawanah.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
91
Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan
92
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
LAMPIRAN
Produk Hukum Bank Indonesia
Triwulan I-2013
Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2013
1. Peraturan Bank Indonesia
No
Nomor PBI
1
15/1/PBI/2013
Tanggal
Perihal
18 Februari 2013 Lembaga Pengelolaan Informasi Perkreditan
2. PERATURAN DEWAN GUBERNUR
94
No
Nomor PDG
Tanggal
1
15/1/PDG/2013
25 Januari 2013
Perihal
Remunerasi Asisten Gubernur Bank Indonesia
2
15/2/PDG/2013
15 Januari 2013
Perubahan Ketiga Atas PDG No. 10/11/PDG/2008 tentang Remunerasi Pegawai Bank Indonesia
3
Penilaian Kinerja Pegawai Bank Indonesia
15/3/PDG/2013
26 Februari 2013
4
15/4/PDG/2013
15 Maret 2013
Perubahan Keempat atas PDG No. 10/11/PDG/2008 tentang Remunerasi Pegawai Bank Indonesia
5
Remunerasi Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
15/5/PDG/2013
15 Maret 2013
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2013
3. SURAT EDARAN EKSTERN BANK INDONESIA
No
Nomor SE
Tanggal
Perihal
1
15/1/DPNP
15 Januari 2013
Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit
2
15/2/DPNP
4 Februari 2013
Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia
3
15/3/DPM
28 Februari 2013
Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/42/DPD perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank
4
15/4/DPNP
6 Maret 2013
Kepemilikan Saham Bank Umum
5
15/5/DSM
6 Maret 2013
Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Selain Utang Luar Negeri
6
15/6/DPNP
8 Maret 2013
Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Modal Inti
7
15/7/DPNP
8 Maret 2013
Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Berdasarkan Modal Inti
8
15/8/DPbS
27 Maret 2013
Pembukaan Jaringan Kantor BUS dan UUS Berdasarkan Modal Inti
9
15/9/DSM
27 Maret 2013
Penerimaan Devisa Hasil Eksport
10
15/10/DPNP
28 Maret 2013
Laporan Kegiatan Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) Bank Umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia
4. SURAT EDARAN INTERN BANK INDONESIA
No
Nomor SE
Tanggal
Perihal
1
15/1/INTERN
23 Januari 2013
Perubahan atas SE BI No. 14/42/INTERN tanggal 28 September 2012 tentang Tunjangan Hari Tua bagi Pegawai Bank Indonesia
2
15/2/INTERN
23 Januari 2013
Perubahan atas SE BI No. 14/43/INTERN tanggal 28 September 2012 tentang Tunjangan Hari Tua bagi Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
3
Pedoman Pelaksanaan Penelitian Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPUJ)
15/3/INTERN
18 Februari 2013
Unggulan UMKM
4
Penilaian Kinerja Pegawai Bank Indonesia
15/4/INTERN
26 Februari 2013
5
15/5/INTERN
15 Maret 2013
Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/70/INTERN tanggal 27 November 2008 tentang Gaji dan Penghasilan Lain Pegawai Bank Indonesia
6
15/6/INTERN
18 Maret 2013
Perubahan atas SE Nomor No. 14/10/INTERN tanggal 2 April 2012 tentang Nama Jabatan, Nama dan Rubrik Satuan kerja dan Unit Kerja di Bank Indonesia
7
Petunjuk Pelaksanaan Laporan Kantor Pusat Bank Umum
15/7/INTERN
27 Maret 2013
8
15/8/INTERN
27 Maret 2013
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/39/INTERN tanggal 21 November 2011 tentang Serah Terima Jabatan Pemimpin Bank Indonesia
9
Penyempurnaan Pedoman Pengelolaan Nilai Tukar (terbatas)
15/9/INTERN
28 Maret 2013
10
15/10/INTERN
28 Maret 2013
Perubahan Keempat atas Surat Edaran No. 13/14/INTERN tanggal 9 Mei 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Transaksi Operasi Pasar Terbuka
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
95
Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
96
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Daftar Istilah
DAFTAR
ISTILAH
Administered price
Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO)
BI Rate
Bank Indonesia Real-Time Gross
Settlement (BI-RTGS)
Bank Indonesia – Scripless
Securites Settlement System (BISSSS)
Cadangan Devisa
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Deposit Facility
Early Warning System (EWS)
Financial Inclusion (Keuangan
Inklusif)
Financial Stability Index
Financing to deposit ratio (FDR)
atau Loan to deposit ratio (LDR)
: Harga barang/jasa yang diatur oleh Pemerintah, misalnya harga bahan
bakar minyak dan tarif dasar listrik.
: Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak
efisien operasi bank.
: Suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
: Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer
dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
secara individual.
: Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaanya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
: Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat
pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka,
wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada
pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar
negeri
: Rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan perbandingan
antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
: Penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka
operasi moneter
: Sistem Peringatan Dini
: Suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan segala
bentuk hambatan baik yang bersifat harga maupun non harga, terhadap
akses masyarakat dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan
jasa keuangan.
: Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan
membantu mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.
: Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.
FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
97
Daftar Istilah
Foreign Direct Investment (FDI)
Good Governance
Imported inflation
Inflasi Indeks Harga Konsumen
(IHK)
Investment Grade (Peringkat
Investasi)
Jakarta InterBank Offered Rate
(JIBOR)
Kliring
Inflasi inti
Likuiditas
Makroprudensial
National Payment Gateway
Neraca Pembayaran Indonesia
Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Financing (NPF)
Operasi Moneter
Pasar Uang Antar Bank
(PUAB O/N)
98
: Pemberian Pinjaman Atau Pembelian Kepemilikan Perusahaan Di Luar
Wilayah Negaranya Sendiri
: Tata kelola organisasi yang baik dan sehat.
: Inflasi yang disebabkan karena adanya perubahan harga di luar negeri
dan atas perubahan nilai tukar.
: Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen,
yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan
masyarakat luas.
: Peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat terkemuka.
: Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang
berasal dari kontributor JIBOR.
: Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan
(clearing).
: Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan
administered prices.
: Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi
segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid
apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih
besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
: Kegiatan pemantauan dan analisis kinerja lembaga keuangan secara
industri dalam kerangka pengawasan terhadap sistem keuangan.
: Kebijakan yang menitikberatkan pada upaya mengarahkan industri
pembayaran untuk bekerjasama menciptakan platform standar sistem
atau infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama.
: Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing,
dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan
item-item finansial.
: Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet.
: Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk
bank syariah.
: Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku
Bunga (Standing Facilities).
: Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar
Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Daftar Istilah
Prinsipal Profitabilitas
Rencana Bisnis Bank
Risk Based Supervision
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
Surat Utang Negara (SUN)
Sovereign Credit Rating
Strategy Map
Term Deposit
: Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung
jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya
baik berperan sebagai penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama
dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian tertulis. Sedangkan
yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank
yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain
acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian
pembayaran kepada pedagang.
: Ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu.
: Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana kegiatan usaha
Bank jangka pendek (satu tahun) dan jangka menengah (tiga tahun),
termasuk strategi untuk merealisasikan rencana tersebut, rencana untuk
memperbaiki kinerja usaha, dan rencana pemenuhan ketentuan kehatihatian sesuai dengan target dan waktu yang ditetapkan.
: Pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking)
dimana pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risikorisiko yang melekat (inherent risk) pada aktivitas fungsional bank serta
sistem pengendalian risiko (risk control system).
: Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
: Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam
penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank.
: Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
berlaku.
: Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu
pemerintah. Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat resiko
dari sebuah lingkungan investasi dari suatu negara dan digunakan oleh
investor asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut.
: Interelasi antara pengukuran-pengukuran yang terkait satu sama lain
dalam hubungan sebab akibat, yang menggambarkan strategi organisasi
Bank Indonesia.
: Penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter secara berjangka
di Bank Indonesia. Term deposit dapat dicairkan sebelum jatuh waktu
(early redemption) sepanjang memenuhi persyaratan tertentu dan atas
pencairan tersebut dikenakan biaya.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
99
Daftar Istilah
Transaksi Reverse Repo
Uang Kartal
Unqualified Opinion
Volatile food
100
: Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka
(OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh
peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
: Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia.
: Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi,
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
: Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang
harganya sangat berfluktuasi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Daftar Singkatan
DAFTAR
SINGKATAN
AMRO
APBN
API
APMK
ASEAN
ASEAN+3
ATM
ATMR
Bapepam-LK
BBM
BCBS
BI
BI-CAC
BI-ETP
BI-RTGS
BIS
BI-SSSS
BOPO
BPD
BPK RI
BPR
BPRS
bps
BRC
BUMN
BUS
CAR
CCP
CDS
CEMA
CMIM
CMP
CP
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Arsitektur Perbankan Indonesia
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
The Association of Southeast Asian Nations
ASEAN + Jepang, China, Korea
Anjungan Tunai Mandiri
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
Bahan Bakar Minyak
Basel Committee on Banking Supervision
Bank Indonesia
Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center
Bank Indonesia-Electronic Trading Platform
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
Bank for International Settlement
Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
Bank Pembangunan Daerah
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Basis Point
BPD Regional Champion
Badan Usaha Milik Negara
Bank Umum Syariah
Capital Adequacy Ratio
Central Counterparty
Credit Default Swap
Capital Equivalency Maintained Assets
Chiang Mai Initiative Multilateralization
Crisis Management Protocol
Consultative Paper
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
101
Daftar Singkatan
CRATA
DF
DHE
DPK
DPR
EDW
EMEAP
FDI
FDR
FGD
FIN
FKSSK
FLS
FPJP
FPJPS
FSI
FTV
GCG
GDP
GKG
GMRA
GWM
IDI
IFRS
IFSB
IHK
IMFC
IRU
IRS
JIBOR
KI
KK
KMK
KPJU
KPK
KPw BI
KSSK
KTI
KUR
LBU/S
LDR
102
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Comprehensive, Realible, Accuracy, Timeliness dan Accessible
Deposit Facility
Devisa Hasil Ekspor
Dana Pihak Ketiga
Dewan Perwakilan Rakyat
Enterprise Data Warehouse
The Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks
Foreign Direct Investment
Financing to Deposit Ratio
Focus Group Discussion
Financial Identity Number
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
Financial Literacy Survey
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah
Financial Stability Index
Financing to Value
Good Corporate Governance
Gross Domestic Product
Gabah Kering Giling
Global Master Repo Agreement
Giro Wajib Minimum
Informasi Debitur Individual
International Financial Reporting Standard
International Financial Stability Board
Indeks Harga Konsumen
International Monetary Financial Committee
Investor Relations Unit
Interest Rate Swap
Jakarta Interbank Offered Rate
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
Kredit Modal Kerja
Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
Kawasan Timur Indonesia
Kredit Usaha Rakyat
Laporan Bank Umum/Syariah
Loan to Deposit Ratio
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Daftar Singkatan
LK
LKTBI
LPS
LSMK
LTV
MoU
Mtm
NAD
NKRI
NPF
NPG
NPI
NPL
OJK
PBB
PBC
PBI
PDB
PDG
PDN
PER
Perbarindo
PHR
PIHPS
PKE
PMK
POLRI
PP
PPATK
PPKD
PSAK
PSBI
PSP
PUAB
PUAB O/N
QIS
qtq
RBBR
RI
ROA
RR-SBN
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
Lembaga Penjamin Simpanan
Laporan Statistik Moneter dan Keuangan
Loan to Value
Memorandum of Understanding
Month to month
Neraca Arus Dana
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Non Performing Financing
National Payment Gateway
Neraca Pembayaran Indonesia
Non Performing Loan
Otoritas Jasa Keuangan
Performance Based Budgeting
Performance Based Culture
Peraturan Bank Indonesia
Produk Domestik Bruto
Peraturan Dewan Gubernur
Posisi Devisa Neto
Profit Equalization Reserves
Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
Pembiayaan Kepemilikan Emas
Protokol Manajemen Krisis
Kepolisian Republik Indonesia
Perusahaan Pembiayaan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keungan
Perusahaan Penjamin Kredit Daerah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Program Sosial Bank Indonesia
Pemegang Saham Pengendali
Pasar Uang Antar Bank
Pasar Uang Antar Bank Overnight
Quantitative Impact Study
quarter to quarter
Risk Based Bank Rating
Republik Indonesia
Return on Assets
Reverse Repo-Surat Berharga Negara
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
103
Daftar Singkatan
RTGS
RUU
SBDK
SBI
SBN
SDM
SHPR
SID
SIP
SK
SKB
SKDU
SKNBI
SP
SPE
SPIME
SRG
SSB
STKE
SULNI
SUSPI
TD
Tipibank
TNI-AL
ToT
TPI
TPID
ULN
UMKM
UU
UUS
UYD
Valas
XBRL
YKK-BI
yoy
ytd
104
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Real Time Gross Settlement
Rancangan Undang-Undang
Suku Bunga Dasar Kredit
Sertifikat Bank Indonesia
Surat Berharga Negara
Sumber Daya Manusia
Survei Harga Properti Residensial
Sistem Informasi Debitur
Sistem Informasi Perbankan
Survei Konsumen
Surat Keputusan Bersama
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
Survei Perbankan
Survei Penjualan Eceran
Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi
Sistem Resi Gudang
Surat-Surat Berharga
Sistem Transfer Kredit Elektronik
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
Term Deposit
Tindak Pidana Perbankan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
Training of Trainer
Tim Pengendali Inflasi
Tim Pengendali Inflasi Daerah
Utang Luar Negeri
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Undang-Undang
Unit Usaha Syariah
Uang yang Diedarkan
Valuta Asing
eXtensible Business Reporting Language
Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia
year on year
year to date
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan I - 2013
Download