Program KIA Ahmed Haykal Hilman 10.2008.160 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Email : [email protected] PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup. Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam. 1 ISI Angka Kematian Ibu Definisi : Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama satu tahun per 1000 kehamilan hidup pada tahun yang sama. Penyebab : Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo, yang merupakan RS rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru. 1. Perdarahan Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan, selama persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian. Atonia uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim. Penyebab trauma termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus. 2. Eklampsia Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. 2 Preeklampsia, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. 3. Sepsis Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat melahirkan. Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut: menggigil, nyeri perut bawah, keputihan, perdarahan dari vagina, pusing dan pingsan. Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan, misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. 4. Infeksi Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung. Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu. Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk. Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak tahun 2005. Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. 5. Gagal Paru Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru (pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan (postpartum). Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obatobatan anti trombosis dan perawatan kedaruratan.1,2,3 3 Kesehatan Ibu dan Anak Definisi : Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan Tujuan : Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Kegiatan KIA : 1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah. 2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil. 3. Pemantauan tumbuh kembang balita. 4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi. 5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA. 6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan. 7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari). 8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kader-kader kesehatan.1,2,3 4 Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas: 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah. 3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri. 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test laboratorium (rutin dan khusus). 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut : - Minimal 1 kali pada triwulan pertama. - Minimal 1 kali pada triwulan kedua. - Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.1,2,3 Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas 5 pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pencegahan infeksi 2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar. 3. Manajemen aktif kala III 4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. 5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). 6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.1,2 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari). Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari). Pelayanan yang diberikan adalah : 1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus). 3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya. 4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. 6 5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama. 6. Pelayanan KB pasca salin3 Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus : 1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir. 2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir. 3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : 1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir Anamnesis Pemeriksaan Fisis : - Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi. - Lihat pada kulit bayi. 7 - Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi sedang tidak menangis.Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop diletakkan pada dada kiri bayi seting apeks. - Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer. - Lihat dan raba bagian kepala. - Lihat pada mata. - Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir) - Lihat dan raba pada bagian perut - Lihat pada tali pusat. - Lihat pada punggung dan raba tulang belakang. - Lihat pada lubang anus - Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar. - Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar. - Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil. - Timbang bayi. - Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi. - Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya. 2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI. Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan menggunakan Buku KIA. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.3,6 Pelayanan neonatus dengan komplikasi Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh 8 dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta. Faktor resiko pada neonatus akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejalagejala sebagai berikut : 1. Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua 2. Riwayat kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang / Letargis. 4. Frekwensi napas ≤ 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit. 5. Suhu tubuh ≤ 35,5°C dan ≥ 37,5°C 6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat. 7. Merintih. 8. Ada pustule kulit. 9. Nanah banyak di mata. 10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut. 11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat. 12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat. 13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI. 14. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram) 15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit. Komplikasi pada neonatus antara lain : a. Asfiksia bayi baru lahir. b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) c. Gangguan napas d. Kejang e. Infeksi Neonatus f. Klasifikasi dalam MTBM : - Infeksi bakteri (termasuk klasifikasi Infeksi Bakteri Lokal dan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat) - Ikterus (termasuk klasifikasi Ikterus Berat dan Ikterus) 9 - Diare (termasuk klasifikasi Diare Dehidrasi Berat dan Diare Dehidrasi Ringan/Sedang) - Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI. - Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll. Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.1,2,3,6 Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi : 1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan. 2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan. 3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan. 4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi : - Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun. 10 - Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK). - Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan). - Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA. - Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti petugas gizi.1,6 Pelayanan kesehatan anak balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasardasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat . Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : 1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan. 11 2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung. 3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita 5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.2,3 Pelayanan KB Berkualitas Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi : KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus). Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk). Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi). Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan pencapaianyang cukuptinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yangdipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dansuntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.Disamping itu pengelola program KB perlu 12 memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).1,3,6 Evaluasi Program dengan Pendekatan Sistem a. Pengertian Secara umum yang diamksudkan dengan penilaian disini ialah melakukan penilaian yang dapat diterapkan pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pada tahap akhir program untuk melihat apakah program yang direncanakan telah merupakan program yang tepat, dilaksanakan sesuai dengan rencana serta apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Penilaian dapat dibedakan atas tiga macam yakni : 1. Formative Evaluation Penilaian yang dilakukan pada tahap awal yakni sebelum program tersebut dilaksanakan. Jadi penilaian yang dialkukan disini termasuk bagian dari pekerjaan perencanaan. 2. Promotive Evaluation Penilaian yang dilakukan pada saat program tersebut dilaksanakan. Tujuan ialah untuk melihat apakah program berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Jika tidak sesuai atau jika terjadi penyimpangan, maka tentu saja diperlukan penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 3. Summative Evaluation Penilaian yang dilakukan pada akhir program. Tujuannya ialah untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. b. Ruang Lingkup dan Ukuran Penilaian Ruang lingkup penilaian serta ukuran penilaian dari hasil yang dicapai banyak macamnya. Secara umum penilaian dapat dilakukan terhadap tiga hal yang bersifat pokok yakni : 13 1. Terhadap proses pelaksanaan program, yakni mengukur apakah program tersebut berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. 2. Terhadap hasil program (out come/out put) yakni melihat apakah tujuan tercapai atau tidak. 3. Terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh hasil yang dicapai (dampak) c. Cara melakukan penilaian Cara melakukan penilaian banyak macamnya, tergantung dari apa yang akan dinilai dan ruang lingkup atau tingkat penilaian apa yang ingin dikerjakan. Untuk mengukur efisiensi program yakni yang menyangkut pembiayaan yang dilaksanakan, maka sering dilakukan analisa khusus yang disebut cost effectiveness analysis, yakni melakukan analisa program dari suatu pembiayaan dan kesimpulan ditarik dengan membandingkannya terhadap hasil analisa program lain yang sejenis. Penterapannya dalm bidang kesehatan tidaklah semudah yang diperkirakan, karena ukuran keuntungan yang efektif dalam bidang kesehatan sering tidak jelas. d. Pengawasan Dalam banyak buku administrasi dan managemen, malah disebutkan penilaian adalah sebagian dari pengawasan. Penilaian adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan perhitungan terhadap keseluruhan penyelenggaraan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengawasan ialah melakukan pengukuran dan sekaligus koreksi setiap penampilan karyawan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana.2,5 Pelayanan Puskesmas Pengertian Puskesmas : Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsionil yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2004). 14 Kegiatan Pokok Puskesmas : Sesuai dengan tenaga maupun fasilitas yang berbedabeda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian bkegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut: KIA, KB, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan pemantauan penyakit menular, pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena kecelakaan, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan Kesehatan masyarakat, Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana, pencatatan dan pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan, Kesehatan Usia lanjut dan pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004). Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan lain perkataan kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya. Landasan Teori : Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan tempat yang diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari tempat tinggal ibu hamil ke puskesmas. Masih banyak ibu-ibu yang belum menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdektesinya faktor-faktor resiko tinggi. Resiko ini baru dapat diketahui pada saat persalinan yang seringkali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan.2,3,5 Penelitian Epidemiologi Definisi Epidemiologi : Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit,sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit,cedera,cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi telah didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,penyebab, pengendalian dan faktor15 faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia,kelamin,ras geografi dan banyak lagi. Sebagai metode ilmiah, epidemiologi digunakan untuk mengkaji olah kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor risiko yang dapat memberikan dampak pengaruh,pemicu dan efek pada distribusi penyakit,morbiditas dan mortalitas. Tujuan Epidemiologi : Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum epidemiologi yaitu : 1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab) satu penyakit atau kelomok enyakit,kondisi, gangguan,defek,ketidakmampuan atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemilogi menggunakan manajemen informasi seklaigus informasi dari segala bidang. 2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,perilaku dan biomedis terbaru 3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan; dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan masyarakt yang diperlukan. Angka morbiditas dan mortalitas Morbiditas adalah istilah lain untuk sakit. Seseorang dapat memiliki beberapa comorbiditas secara bersamaan. Prevalensi adalah ukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan tingkat morbiditas dalam suatu populasi. Data dikumpulkan sesuai dengan jenis penyakit, usia jenis kelamin, wilayah. Morbiditas skor atau morbiditas diprediksi ditugaskan untuk pasien sakit. Mortalitas adalah istilah lain untuk kematian. Tingkat mortalitas adalah jumlah kematian akibat penyakit dibagi dengan total populasi. Angka kematian dapat dibedakan menjadi tingkat kematian mentah; angka kematian perinatal; angka kematian ibu; angka kematian bayi; angka kematian anak, angka kematian standar; dan usia-spesifik angka kematian. Angka kematian umumnya dinyatakan sebagai jumlah kematian per 1000 individu per tahun. 16 Beberapa angka kematian yang umum dipakai dalam mortalitas: 1. Angka kematian kasar Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu. 2. Angka kematian bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 3. Angka kematian neonatal Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 4. Angka Kematian Post Neo-Natal Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 5. Angka Kematian Anak Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi AngkaKematian Anak tidak termasuk kematian bayi. 6. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). 7. Angka Kematian Ibu (AKI) Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebabsebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.2,3,5 17 Pemberdayaan Masyarakat Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu: 1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin. 2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal. 3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan. 4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional. 5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri. 6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal. 7. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan. Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. 18 Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong. Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.2,7 19 PENUTUP Berdasarkan kasus yang diterima, dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Angka kematian ibu yang sangat tinggi di puskesmas argomulyo 2. Kurangnya atau terbatasnya kemudahan transportasi masyarakat di wilayah Puskesmas argomulyo 3. Kurangnya petugas kesehatan Dengan adanya masukan – masukan berupa hasil evaluasi dan beberapa saran sederhana maka diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi Puskesmas argomulyo, dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program – program terutama program KIA, sehingga mutu dari pada pelayanan puskesmas ini dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Membantu masyarakat untuk menjadi lebih terjangkau dengan pelbagai program yang dianjurkan, selain untuk meningkatkan keadaaan kesehatan dan kesejahteraan serta taraf ekonomi masyarakat itu sendiri. 20 DAFTAR PUSTAKA 1. Trihono. Arrime, pedoman management puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2002. 2. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Binarupa Aksara; 1996.h.17-25,38-9,125-34. 3. Sulaeman ES. Manajemen kesehatan. 2009. h.43-53. 4. Anonim. Berikan imunisasi dasar lengkap untuk melindungi si buah hati. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2009. 5. Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002. Hal 49-52. 6. Mckenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. Kesehatan Masyarakat. Ed 4. EGC . 2006 7. Hartono, Bambang. Sistem Kesehatan Daerah. Departemen kesehatan RI. 2001; hal 28-42; 77-80. 8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), Pedoman Umum pengelolaan Posyandu, Jakarta 21