ABSTRAK Agama Kristen yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia pada waktu penjajahan, membuat sebagian masyarakat Islam Indonesia menganggap sebagai agama penjajah. Stigma sebagai agama penjajah mengakibatkan banyak orang Kristen mengalami penolakan dan pergolakan. Begitu juga yang terjadi di Jawa Barat, yaitu di Gereja Kristen Pasundan. Keadaan tersebut mengharuskan GKP yang harus hidup berdampingan dengan masyarakat Islam memiliki strategi untuk dapat bertahan dan berkembang. Secara khusus, jemaat-jemaat GKP yang ada di Klasis Wilayah Purwakarta harus menerapkan strategi supaya dapat terus bertahan, tumbuh, dan berkembang. Kekhasan dan keunikan masyarakat Jawa Barat dan budaya Sunda dipakai GKP Klasis Wilayah Purwakarta sebagai strategi untuk bertahan dan bertumbuh. Selain dari pada itu, GKP Klasis Wilayah Purwakarta juga mengembangkan model kehadiran seperti apa yang sesuai dengan konteks wilayah pelayanannya. GKP Klasis Wilayah Purwakarta menyadari panggilannya bukan untuk menobatkan orang dari non-Kristen menjadi Kristen, tetapi untuk melayani sesama tanpa label kristenisasi. Yang oleh karenanya, GKP Klasis Wilayah Purwakarta hadir di tengah masyarakat Sunda bukan menjadi musuh tetapi menjadi tetangga yang baik sehingga GKP Klasis Wilayah Purwakarta dapat diterima dan bertahan, bahkan terus berkembang. Kata kunci: GKP Klasis Wilayah Purwakarta, survival strategy, model kehadiran gereja xi