Jaringan Komunikasi Pengertian Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi adalah penggambaran “how say to whom”(siapa berbicara kepada siapa) dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topic tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa, sebuah organisasi, ataupun sebuah perusahaan (Gonzales, 1993). Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu. obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan Farace (Berberg dan Chaffee, 1987) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya. Dari berbagai pengertian tersebut di atas, yang dimaksudkan dengan jaringan komunikasi dalam makalah ini adalah rangkaian hubungan diantara individu sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola atau model-model jaringan komunikasi tertentu. Peranan Jaringan Komunikasi Dalam Proses Perubahan Perilaku Dalam suatu jaringan komunikasi, terdapat pemuka-pemuka opini, yaitu orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik pemukapemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang mereka pengaruhi, Jika pemuka opini terdapat dalam kelompok-kelompok yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelompok, meskipun pemuka opini seringkali bukan termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok-kelompok yang konservatif juga bersikap agak konservatif (Gonzales, 1993). Pada proses difusi, yaitu proses masuknya inovasi dalam suatu kelompok sehingga terjadi perubahan perilaku, hampir semua pemuka-pemuka opini menyokong perubahan. Akan tetapi, pada beberapa kasus tertentu pemukapemuka opini menentang pengadopsian suatu inovasi. Proses Komunikasi pada Jaringan Komunikasi Proses komunikasi pada jaringan komunikasi merupakan suatu proses yang dua arah dan interaktif diantara partisipan-partisipan yang terlibat. Berlo (1960) menganggap partisipanparsitisipan ini sebagai transciever, karena keduanya mengirim dan menerima pesan-pesan. Jadi tidak hanya menjalankan satu fungsi sebagai penerima atau pengirim pesan belaka. Proses komunikasi yang terjadi dalam jaringan komunikasi dapat dijelaskan dengan menggunakan model konvergen sebagai berikut (Berlo, 1960; Rogers dan Kincaid, 1981) : konteksnya, dan untuk mengambil pengertian tergantung pada “frame of reference”. komunikan merupakan tujuan utama berkomunikasi. saluran jaringan komunikasi, yaitu saluran untuk menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain. Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi akan terjadi bila ada kesamaan pengertian terhadap informasi dari pelaku-pelaku yang berkomunikasi dengan menggunakan jaringan komunikasi yang menghubungkan individu dengan inidividu, atau individu dengan kelompok. Atau proses komunikasi untuk menciptakan kebersamaan, memunculkan “mutual understanding” dan persetujuan yang sama sehingga terbentuk tindakan dan perilaku yang sama (yang melandasi jaringan komunikasi). Analisis Jaringan Komunikasi Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa analisis jaringan komunikasi adalah merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisa menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit analisa. Tujuan penelitian komunikasi menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah : (1) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, (2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan komunikasi, misalnya sebagai liaisons,bridges dan isolated, dan (3) mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi, seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan sebagainya. Klik dalam jaringan komunikasi adalah bagian dari sistem (sub sistem) dimana anggotaanggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Dalam proses difusi, untuk mendapatkan informasi bagi anggota kelompok, dalam jaringan komunikasi terdapat perananperanan sebagai berikut (Rogers dan Kincaid, 1981) : (1) Liaison Officer (LO), yaitu orang yang menghubungkan dua atau lebih kelompok/sub kelompok, akan tetapi LO bukan anggota salah satu kelompok/sub kelompok. (2) Gate keeper, yaitu orang melakukan filtering terhadap informasi yang masuk sebelum dikomunikasikan kepada anggota kelompok/sub kelompok. (3) Bridge, yaitu anggota suatu kelompok/sub kelompok yang berhubungan dengan kelompok/ sub kelompok lainnya. (4) Isolate, yaitu mereka yang tersisih dalam suatu kelompok/sub kelompok (5) Kosmopolit, yaitu seseorang dalam kelompok/sub kelompok yang menghubungkan kelompok/sub kelompok dengan kelompok/sub kelompok lainnya atau pihak luar. (6) Opinion Leader, yaitu orang yang menjadi pemuka pendapat dalam suatu kelompok/sub kelompok ANALISIS ISI Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut. 1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). 2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. 3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Desain Analisis Isi Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut ini. 1. Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi. 2. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi. 3. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya komunikasi. 4. Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi (contingency) 5. Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu perbedaan antarkomunikator. Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B. Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with what effect)? Analisis isi merupakan analisa yang dioperasikan oleh seperangkat kategori-kategori konseptual yang berkaitan dengan isi media dan secara kuantitatif menghitung ada atau tidaknya kategori tersebut dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.[1] Pendekatan dasar untuk menerapkan teknik ini adalah (1) memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi. (2) menetapkan kerangka teori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian, (3) memilih satuan analisi isi (kata, kalimat, alinea, kisah, gambar, urutan dan sebagainya (4) menyesuaikan isi dengan kerangka teori per satuan unit yang dipilih (5) mengungkapkan hasil sebagai distribusi menyeluruh dari semua satuan atau per contoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian hal-hal yang dicari untuk acuan.[2] Secara singkat maka prosedurnya di dasarkan atas dua asumsi utama yaitu hubungan antara objek acuan eksternal dan acuannya dalam teks akan cukup jelas dan tidak mendua dan bahwa frekuensi perwujudan acuan yang terpilih secara sahih akan mengungkapkan ”arti” utama teks secara objektif. Analisa isi pada perkembangannya tidak cukup digunakan untuk menekankan isi pesan sebagai area terpenting dalam analisis ilmu-ilmu sosial. Oleh karenanya analisa isi secara kuantitatif seperti ini dianggap sebagai cara tradisional dan berkembang menjadi ilmu analisa wacana, analisis semiotik dan analisis framing. Kelebihan dari analisa isi adalah mampu menyajikan secara lebih sistematis, kuantitatif dan deskriptis sementara kekurangannya tidak mampu menganalisa lekak-lekuk teks secara lebih detail. Dengan kata lain, analisis isi memiliki keterbatasan untuk menganalisis isi pesan apalagi sampai ke tingkat ideologis, padahal pesan dalam sebuah media terlebih media massa merupakan bangunan yang dibentuk dari struktur bahasa yang terdiri dari lambang-lambang (sign) dan berfungsi menyampaikan pesan dari si pengirim pesan melalui penerima pesan. Kurang lebih bisa dikatakan bahwa pesan dapat dianalisa melalui alat penghantarnya yaitu struktur tanda itu sendiri. Jadi tips dalam penelitian analisa isi sebenarnya adalah: Pertama, menentukan tema yang ingin diangkat. Misalkan analisa isi peristiwa (.....) dalam media (......) dari tanggal (......) degan kerangka (.....). Kedua, tentukan kategorisasi. Umumnya kategorisasi menggabungkan antara teori dan data yang tersedia. Jadi setelah tema ditentukan sesegera mungkin anda juga menyediakan data. Jangan setelah proposal selesai baru anda mencari data. Hal ini akan jauh lebih mempermudah anda karena dalam pelaksanaan penelitian maka tidak akan mungkin kategorisasi dalam tipe yang tidak ada.