BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini menjelaskan adanya bukti pergerakan lempeng bumi dengan skala besar (Wikipedia, 2009). Lempeng-lempeng ini senantiasa bergerak saling menjauh, saling bertubrukan atau saling menggeser kesamping (Effendi, 2008). Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Lempeng IndoAustralia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan lempeng Pasifik terdapat di Irian bagian utara dan Maluku utara. Lokasi disekitar pertemuan lempeng ini mengakibatkan terjadinya akumulasi energi tabrakan yang terkumpul pada suatu titik dimana, lapisan bumi tidak sanggup lagi menahan tumpukan energi tersebut sehingga lepas, yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi berada di bawah laut sehingga berpotensi terjadinya bencana tsunami. Gambar 1.1. Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi (Sumber: MSN Encarta Encyclopedia) Jumlah kejadian tsunami yang terjadi di Indonesia dari tahun 416 hingga awal 2008 yaitu 129 kasus pernyataan tersebut sesuai dengan data yang terdapat pada Pusat Data Geofisika Nasional (National Geophysical Data Center/NGDC) NOAA. Tsunami yang terjadi sebagian besar akibat adanya gempa bumi di laut 1 dangkal meskipun ada juga yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi dan tanah longsor. Bagi masyarakat Indonesia bencana tsunami sebenarnya bukan hal asing lagi. Tahun 1990 sampai 2006 setidaknya telah terjadi 19 bencana tsunami besar di Indonesia. Lima belas diantaranya terjadi dikawasan timur Indonesia yang dikenal sebagai daerah seismotektonik aktif dan kompleks. Gelombang tsunami yang menyebabkan kehilangan jiwa paling banyak tercatat yaitu pada saat tsunami Aceh tahun 2006. Indonesia memiliki beberapa wilayah pantai - pantainya yang rawan terhadap tsunami yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Papua. Wilayah-wilayah tersebut memiliki pantai khususnya yang berbatasan langsung dengan laut luas seperti pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai Kepulauan Nusa Tenggara dan barat Papua. Tsunami merupakan gelombang laut yang terjadi akibat terganggunya kestabilan air laut secara mendadak oleh gempa bumi, tanah longsor, atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami dapat bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 meter atau bahkan lebih (BMG, 2007, Wikipedia, 2009). Menurut Diposaptono dan Budiman (2008) bahwa walaupun ketinggian tsunami hanya beberapa puluh sentimeter dan diameter arah horizontal orbit elips lintasan partikel air mencapai 500 m sampai 1 km, namun tsunami bisa menarik anak kecil yang memakai pelampung kelaut secara seketika. Kejadian tsunami tidak dapat dicegah, namun ada hal yang mungkin dilakukan seperti diuraikan oleh RISTEK (2009) adalah dengan mengurangi resiko dengan sistem peringatan dini, prosedur evakuasi, perlindungan pantai, dan perencanaan tata ruang pantai. Penelitian mengenai kajian pengurangan resiko tsunami sangat menarik untuk diteliti dan perlu dilakukan diberbagai wilayah rawan tsunami dengan memperhatikan bencana akibat genangan (inundasi) tsunami serta kerentanan yang ada pada wilayah tersebut. Pemodelan numerik tsunami dengan menggunakan pemodelan genangan (inundasi) tsunami memiliki beberapa parameter diantaranya yaitu kekasaran permukaan, lereng, dan juga skenario ketinggian gelombang tsunami. 2 Ketinggian gelombang tsunami yang berbeda akan menghasilkan distribusi keruangan dari genangan air yang berbeda pula. Distribusi genangan air akibat bahaya tsunami dapat dipetakan berdasarkan ketinggian gelombang tsunami yang dapat digunakan dengan teknik SIG dengan format raster yang menggunakan data DEM. Skenario pemodelan genangan (inundasi) tsunami yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan ketinggian gelombang 4 meter, 8 meter, dan 12 meter digaris pantai. Pembuatan jalur evakuasi tsunami pada penelitian ini dengan memperhatikan bentuk penggunaan lahan wilayah tersebut dan kemiringan lerengannya. Teknologi penginderaan jauh saat ini menjadi sumber data yang sangat penting dalam sistem informasi geografi khususnya bagi sistem informasi bencana. Design dari struktur database SIG umumnya dapat memberikan kontribusi metodologi dan prosedur yang berbeda dalam pemodelan bencana gempa bumi dan tsunami. Kajian ilmu sains informasi geografi ini sangat membantu dalam proses pengurangan resiko tsunami seperti pembuatan jalur evakuasi tsunami. Kajian ini sebagai hasil intergrasi bidang-bidang teknis dibidang geografi yang telah ada sebelumnya seperti Kartografi, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Danoedoro, 2004). Keberadaan berbagai satelit dengan berbagai sistem sensor akan menghasilkan citra yang sesuai dengan resolusi spasial, resolusi spektral, reolusi temporal, dan resolusi radiometrik. Jenis-jenis citra tersebut antara lain Landsat, Alos, SRTM, Aster, Spot, Quickbird, Ikonos, GOES, NOAA, dan lain sebagainya yang mampu memberikan dukungan data yang memadai untuk kajian pengurangan resiko tsunami. Keberadaan berbagai macam citra penginderaan jauh sangat membantu dalam proses pengenalan obyek karena citra tersebut dapat menyajikan gambaran obyek, daerah dan gejala yang terjadi dipermukaan bumi secara mirip wujud dan letak, relatif lengkap, meliputi wilayah luas juga dapat menyajikan informasi yang cepat meskipun untuk wilayah yang sulit didatangi (Sutanto, 1986). Analisis sistem informasi geografis (SIG) berperan dalam pemodelan genangan tsunami dan juga pembuatan jalur evakuasi tsunami dengan mempergunakan berbagai parameter. 3 1.2. Perumusan Masalah Tsunami merupakan salah satu bencana yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian diantaranya adalah kerusakan bangunan, kerusakan lahan sekitar pantai, dan hilangnya nyawa manusia seperti yang telah terjadi di Aceh, Bengkulu, Pangandaran dan wilayah rawan tsunami lainnya. Bencana alam tidak dapat dicegah, namun dapat dikurangi risiko yang akan timbul yaitu dengan cara manajemen bencana. Langkah yang dilakukan dalam upaya mitigasi bencana tsunami yaitu dengan memetakan zonasi bahaya tsunami beserta memetakan jalur evakuasi tsunami. Skenario variasi ketinggian gelombang tsunami perlu dipertimbangkan untuk menyajikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Wilayah Padang Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia oleh karena itu perlu dilakukan upaya mitigasi tsunami di wilayah tersebut. Upaya mitigasi tersebut perlu adanya data mengenai pemodelan bahaya tsunami, pemetaan kepadatan penduduk sebagai faktor kerentanan, serta jalur evakuasi yang dapat dilalui apabila terjadi tsunami di wilayah Padang. Ketersediaan berbagai data penginderaan jauh dengan berbagai karakteristiknya dan adanya analisis SIG memudahkan dalam tahapan mitigasi tsunami tersebut. Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan, maka penyusun memilih judul : Pemetaan Bahaya Tsunami dan Jalur Evakuasi Melalui Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografi Berdasarkan Ketinggian Gelombang disebagian Wilayah Padang Sumatera Barat Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penyusun menguraikan berbagai pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana aplikasi penginderaan jauh dan analisis SIG digunakan untuk memetakan bahaya tsunami berdasarkan genangan dalam berbagai variasi ketinggian gelombang tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) di wilayah Padang? 2) Bagaimana aplikasi penginderaan jauh dan analisis SIG digunakan untuk menentukan jalur evakuasi tsunami dalam berbagai variasi ketinggian gelombang tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) di wilayah Padang? 4 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) Memetakan bahaya tsunami berdasarkan genangan dalam berbagai variasi ketinggian gelombang tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) dengan aplikasi penginderaan jauh dan analisis SIG di wilayah Padang. 2) Menentukan jalur evakuasi tsunami dalam berbagai variasi ketinggian gelombang tsunami tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) dengan aplikasi penginderaan jauh dan analisis SIG di wilayah Padang. 1.4. Sasaran Penelitian Adapun sasaran yang dicapai untuk memenuhi tujuan diatas adalah : 1) Identifikasi wilayah Padang yang termasuk zona berbahaya tsunami berdasarkan luasan genangan (inundasi) dalam berbagai skenario ketinggian gelombang tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) di wilayah Padang. 2) Pembuatan jalur evakuasi tsunami dalam berbagai variasi ketinggian gelombang tsunami (4 meter, 8 meter, dan 12 meter) di wilayah Padang. 1.5. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai berikut : 1) Menerapkan perkembangan teknologi dan ilmu sistem informasi geografi yang semakin berkembang. 2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan pertimbangan pemerintah daerah dan institusi terkait dalam pembuatan peta jalur evakuasi tsunami yang memperhatikan bahaya tsunami sebagai faktor kerentanan terhadap tsunami serta variasi ketinggian tsunami yang mungkin terjadi. 5