Skripsi PDF - IPB Repository

advertisement
1
PENDAHULUAN
Kaolin adalah salah satu golongan mineral
aluminasilikat. Kelompok mineral kaolin
meliputi kaolinit, nakrit, dikit, dan haloisit.
Kaolinit
ditemukan dalam jumlah yang
paling banyak dalam mineral kelompok
kaolin. Kaolinit merupakan mineral liat tipe
1:1 yang paling banyak dijumpai di Indonesia.
Mineral kaolinit umumnya terbentuk pada
lingkungan reaksi tanah masam dengan
drainase tanah yang relatif baik. Kaolinit
dapat terbentuk oleh Al dan Si yang dilepaskan
oleh mineral-mineral primer ataupun sekunder
(Prasetyo et al. 2001). Selain digunakan dalam
pengolahan limbah, kaolin juga dapat
digunakan sebagai adsorben pada tahap
pemucatan (bleaching) dalam pemurnian
minyak goreng.
Selain jenis adsorben dari golongan
mineral aluminasilikat, saat ini banyak
digunakan adsorben yang mengandung
selulosa, salah satunya adalah limbah padat
tapioka yang dihasilkan pada saat pembuatan
tepung tapioka. Ketersediaan limbah padat
tapioka terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya produksi tapioka. Limbah padat
tapioka diketahui sebagai bahan sumber
energi yang memiliki kadar protein kasar
rendah, tetapi kaya akan karbohidrat. Oleh
karena itu, limbah padat tapioka dapat
digunakan sebagai pakan ternak. Beberapa
penelitian tentang pemanfaatan limbah padat
tapioka telah dilakukan (Tjiptadi 1985,
Rinaldy 1987, Ali 2008, dan Widiarto et al.
2008). Namun demikian, pemanfaatan limbah
padat tapioka sebagai adsorben dalam
pengolahan minyak goreng bekas belum
banyak dilakukan.
Kebutuhan Indonesia terhadap minyak
goreng sebagai bahan untuk mengolah
makanan semakin meningkat. Penggunaan
minyak berulang kali sangat membahayakan
kesehatan. Hal ini dikarenakan selain semakin
banyaknya kotoran yang terkandung dalam
minyak goreng akibat penggorengan bahan
makanan sebelumnya dan semakin banyaknya
senyawa-senyawa asam karboksilat bebas di
dalam minyak serta warna minyak goreng
yang semakin tidak jernih jika dipakai
berulang kali. Selama proses penggorengan,
terjadi pemanasan dan minyak berubah
menjadi berwarna gelap karena terjadinya
reaksi kimia. Pembuangan minyak goreng
bekas secara langsung ke lingkungan akan
menimbulkan pencemaran (Buchori dan
Widayat 2009).
Minyak goreng bekas tersebut tidak
disarankan untuk digunakan kembali dan
harus segera diganti dengan minyak goreng
yang baru. Frekuensi penggantian minyak
goreng ini menjadi salah satu kendala yang
dihadapi industri makanan karena akan
mempengaruhi biaya operasional. Salah satu
cara mengatasi masalah tersebut adalah
mengolah minyak goreng bekas dengan
metode adsorpsi. Suhu yang tinggi pada
proses penggorengan yang berulang-ulang ini
akan menghasilkan asam lemak bebas. Asam
lemak bebas terbentuk akibat panas dan
keberadaan air dari bahan yang akan digoreng
sehingga terjadi reaksi hidrolisis (Ketaren
1986). Kadar asam lemak bebas merupakan
karakteristik yang paling umum untuk
mengendalikan mutu minyak goreng. Minyak
goreng
dengan
kualitas
yang
baik
mengandung asam lemak bebas maksimal 0.6
mg KOH/g (SNI 01-3741-2002). Dengan
demikian diperlukan adanya upaya untuk
menghilangkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak goreng bekas tersebut,
yaitu dengan cara menjerap asam lemak bebas
(Romaria 2008).
Permasalahan industri di Indonesia tidak
hanya minyak goreng bekas yang digunakan
oleh industri makanan, contoh lainnya adalah
masalah limbah yang mengandung zat warna.
Masuknya limbah zat warna ke perairan akan
mencemari lingkungan. Pengelolaan dan
pengolahan limbah tersebut sangat diperlukan
untuk mencegah kerusakan lingkungan.
Metode yang umum digunakan untuk
pengolahan limbah zat warna adalah metode
adsorpsi. Beberapa penelitian yang terkait
dengan adsorpsi limbah zat warna telah
banyak dilakukan di antaranya pemanfaatan
tongkol jagung sebagai biosorben zat warna
biru metilena (Fahrizal 2008), biosorpsi biru
metilena oleh kulit buah kakao (Alamsyah
2007), dan adsorpsi biru metilena oleh kaolin
(Ghosh dan Bhattacharyya 2002).
Penelitian ini menggabungkan kaolin dan
limbah padat tapioka dengan nisbah tertentu
yang masing-masing telah diaktivasi secara
kimia
maupun
pemanasan,
kemudian
gabungan keduanya digunakan sebagai
adsorben. Dalam penelitian ini juga
ditentukan kapasitas adsorpsi dari adsorben
tersebut terhadap dua adsorbat yang memiliki
karakter permukaan yang berbeda, yaitu asam
lemak bebas yang bersifat nonpolar dan zat
warna biru metilena yang bersifat polar.
Download