BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Emosi 1. Pengertian perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 12 kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistemsistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas 2. Pengertian Emosi Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri individu yang sifatnya disadari. Oxford English Dictionary mengartikan emosi sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat. Selain itu, Daniel Goleman merumuskan emosi sebagai sesuatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa marah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu (http://www.e- psikologi.com). Selain pengertian di atas, English and English (Syamsu, 2000:114) mengungkapkan emosi sebagai ―a complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activies‖. Emosi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai dengan karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan ―setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam). Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 13 Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang tidak menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya. Schachter dan Singer (Sunaryo & Sunardi, 2006) mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena ketegangan otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita Menurut James Lange (Sunaryo & Sunardi, 2006), emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang dayang dari luar. Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 14 denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behavior’. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang digeneralisasikan dalam penyesuaian diri dan mental sehingga dapat menerangkan siapa individu tersebut sesungguhnya dan ditunjukan dalam setiap perilakunya. 3. Ciri – Ciri Emosi Anak Ciri khas penampilan emosi anak pra sekolah menurut Elizabeth Hurlock yaitu : a. Emosi yang kuat Anak kecil yang bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh mupun yag serius. b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi menreka meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima. c. Emosi bersifat sementara Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 15 Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum , atau dari cemburu karena sayang merupakan akibat dari 3 faktor; membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang; kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan intelektual dan pengalaman yang terbatas; dan rentang perhatian yangpendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan. Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi lebih menetap. d. Reaksi mencerminkan individualitas Semua bayi yang baru lahir pola reaksinya sama. Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai macam emosi semakin diindivisualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis, dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di belakang kursi atau di balik punggung seseorang. e. Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yangsangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat. Variasi ini sebagian lagi oleh perkembnagan intelektual, dan sebagian lainnya oleh perubahan minat dan nilai. f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi merekam memperlihatkannya secara tidak langsung Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 16 melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit kuku dan mengisap jempol. 4. Karakteristik Emosi Anak Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan amarahnya atau temper tantrums (Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan emosinya. B. Anak Prasekolah 1. Pengertian Usia Anak Pra Sekolah. Menurut Kozier, rentang usia untuk masa prasekolah adalah mulai 3-4 tahun, sedangkan menurut Wong periode prasekolah berkisar antara usia 3-5 tahun. Di Indonesia, masa prasekolah berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990, bahwa yang dimaksud usia prasekolah adalah anak yang berumur kalender antara 3-6 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005) bahwa yang dimaksud usia pra sekolah anak yang berumur kalender antara 3-6 tahun. Menurut Mukhtar Efendi anak adalah anugrah dan amanat yang wajib dipelihara dan Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 17 dididik agar menjadi manusia yang beriman dan berguna bagi ibu, bapak dan bagi agama serta manusia lainnya. Anak dalam konsep Islam merupakan ―rahmat‖ (QS. 42:49) Allah yang diamanatkan kepada kedua orang tuanya yang sangat membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan perhatian. Selain itu anak juga merupakan kabar gembira, hiburan (penyejuk) mata, perhiasan dunia, yang didalam Al-Qur’an kita diperintahkan Allah SWT untuk menjaganya. Anak juga dikatakan sebagai hasil dari sebuah perkawinan antara suami dan istri, memiliki anak berarti membuat suatu komitmen dengan mereka, dengan diri sendiri dan dengan hari depan. Banyak orang telah memberi cap kepada sebagian dari kita sejak masih dalam asuhan orang tua sebagai generasi yang tidak berhasil dalam membuat suatu komitmen pribadi yang paling dalam sekalipun. Dengan adanya anak dalam kehidupan suami istri akan merubah segala bentuk tatanan yang telah ada dan memperkaya orang tua. Kehidupan anak pada masa perkembangannya bersifat tidak statis, melainkan dinamis, maka pendidikan yang diberikan pada masa mereka harus sesuai dengan keadaan kejiwaan anak pada masa tertentu dalam masa perkembangan mereka. Perkembangan tersebut bersifat kontinuitas sesuai dengan fase-fase dan periode tertentu. 2. Karakteristik Perkembangan Anak Pra Sekolah Anak usia TK memiliki ciri-ciri kepribadian yang unik. Beberapa ahli pendidikan dan psikologi memandang bahwa periode ini adalah periode yang sangat penting yang perlu penanganan sebaik mungkin. Maria Montessori (Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun merupakan periode Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 18 sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Sementara itu, Erikson, E. H (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Pendapat lain dikemukakan oleh Kartini Kartono (1986:113) bahwa ciri khas anak usia TK ditandai dengan : (1) bersifat egosentris naif, (2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang fisiognomis. Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia TK. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang ikut bepergian ke daerah-daerah. Ia akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari sesuatu. Dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya, anak usia TK masih memerlukan aktivitas yang banyak. Kebutuhan anak untuk melakukan Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 19 berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk pengembangan otot-otot kecil maupun otototot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik dapat membuat anak bangga akan dirinya. Pada usia TK, anak juga menunjukkan minatnya yang berlebih pada teman temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan. Selain dari itu, kualitas lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. Selain karakteristik anak usia TK seperti yang diungkapkan di atas, ternyata ditemukan berbagai pandangan para ahli pendidikan yang cenderung Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 20 berubah dalam memandang anak. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang sudah terbentuk oleh bawaannya, dan ada pula yang memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk oleh lingkungannya, ada pula yang menganggap anak sebagai miniatur orang dewasa, atau yang memandang anak sebagai individu yang berbeda total dari orang dewasa. Pestalozzi (Solehuddin, 1997 : 25) seorang ahli pendidikan Swiss memandang bahwa anak terlahir dengan berpembawaan baik. Ia memandang bahwa eksistensi manusia terjelma dalam suatu evolusi alam. Perkembangan manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Menurutnya, hukum-hukum fungsional menyebabkan terjadinya suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sinambung dan bertahap. Froebel (Solehuddin, 1997 : 27 ) salah seorang tokoh pendidikan anak usia dini Eropa (Jerman) memandang bahwa anak pada dasarnya berpembawaan baik (innate goodness) dan berpotensi kreatif (creative potential). Hal ini berarti secara bawaan, kecenderungan perkembangan anak itu mengarah kepada suatu kehidupan yang baik, dan pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk mencipta dan berkreasi. Persoalannya terletak pada perlakuan lingkungan, apakah lingkungan cukup memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya atau tidak. Menurut Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993 : 56) masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting, berharga, merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and maleable phase of Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 21 human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ―taman‖ yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar. Maria Montessori (Solehuddin, 1997 : 27) seorang tokoh inovasi pendidikan di Eropa pada abad 20 memandang bahwa anak merupakan suatu kutub tersendiri dari dunia kehidupan manusia. Kehidupan anak dan orang dewasa dipandang sebagai dua kutub yang saling berpengaruh satu sama lain. Kualitas pengalaman kehidupan anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kehidupannya di masa dewasa. Sebaliknya pola kehidupan dan perlakuan orang dewasa terhadap anak akan mempengaruhi pola perkembangan yang dialami anak. Montessori menganggap bahwa pendidikan adalah suatu upaya membantu perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Menurutnya, spirit kemanusiaan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut Montessori, secara bawaan anak sudah memiliki suatu pola perkembangan psikis. Pola perkembangan psikis ini merupakan embrio spiritual yang akan mengarahkan perkembangan psikis anak. Pola perkembangan psikis ini tidak teramati pada saat lahir, namun akan terungkap melalui proses perkembangan yang dijalani anak. Selain dari itu, anak juga memiliki motif yang Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 22 kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self-construction), dengan dorongan ini anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungannya. Untuk mengembangkan pola perkembangan psikis tersebut dilakukan sejak kecil melalui pengalamanpengalaman interaksional pendidikan. Kondisi yang diperlukan untuk perkembangan ini adalah : pertama, adanya interaksi yang terpadu antara anak dengan lingkungannya (baik benda maupun orang), dan kedua, adanya kebebasan bagi anak. Selain konsep self-construction, menurut Montessori dalam perkembangan anak terdapat masa-masa sensitif, yaitu suatu masa yang ditandai dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu dan cenderung mengabaikan objek-objek yang lain. Juga menurut Montessori, dalam jiwa anak terdapat jiwa penyerap (absorbent mind) yaitu gejala psikis yang memungkinkan anak membangun pengetahuannya dengan cara menyerap sesuatu dari lingkungannnya dan menggabungkan pengetahuan yang diperolehnya secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya. Ki Hadjar Dewantara (Solehuddin, 1997 : 31) adalah tokoh dan sekaligus ―Bapak‖ Pendidikan Nasional berpendapat, bahwa anak lahir dengan kodrat atau pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang ada pada anak adalah segala kekuatan dalam kehidupan bathin dan lahir anak yang ada karena kekuasaan kodrat. Kodrat anak bisa baik dan bisa pula sebaliknya, dan kodrat itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 23 Ki Hadjar Dewantara memandang bahwa pendidikan sifatnya hanya menuntun tumbuh kembangnya kekuatan-kekuatan kodrat yang dimiliki anak. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu tumbuh ke arah yang lebih baik. Pendidikan berfungsi menuntun anak yang berpembawaan tidak baik menjadi berbudi pekerti baik dan menuntun yang sudah berpembawaan baik menjadi lebih berkualitas lagi. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada 6 cara pokok menerapkan pendidikan yaitu : (1) memberi contoh, (2) pembiasaan, (3) pengajaran, (4) perintah, paksaan, dan hukuman, (5) disiplin diri sendiri, serta (6) pengalaman lahir dan bathin secara langsung. Menurut pandangan konstruktivis yang dimotori Jean Piaget dan Lev Vygotsky bahwa anak itu bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya. Secara mental anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah makhluk belajar aktif yang dapat mengkreasi dan membangun pengetahuannya. Piaget (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993) menjelaskan bahwa perkembangan anak berlangsung melalui suatu urutan yang bersifat universal dan sama. Masing-masing tahap perkembangan ditandai oleh karakteristik tertentu Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 24 dalam cara berpikir dan berbuat. Pada intinya, proses perkembangan berfikir itu bergeser dari berpikir konkrit ke arah berpikir abstrak. Vygotsky (Berk, L. E & Winsler, A., 1995) menekankan pentingnya konteks sosial untuk proses belajar anak, dan pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Vygotsky juga menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temannya atau orang lain. Oleh karenanya, menurut Vygotsky, untuk memahami perkembangan anak, dituntut memahami relasirelasi sosial yang terjadi pada lingkungan tempat si anak bergaul. Piaget dan Vygotsky sangat menekankan pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk pendidikan anak, terutama untuk kepentingan pengembangan kapasitas berfikir. Mereka berpendapat bahwa perkembangan perilaku moral juga berakar pada aktivitas bermain anak, yaitu pada saat anak mengembangkan empati serta memahami peraturan dan peran kemasyarakatan. Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya masa anak adalah masa yang sangat penting yang akan menentukan proses perkembangan selanjutnya. Pada masa ini anak belajar membentuk dirinya melalui interaksi-interaksi dengan lingkungannya Dukungan lingkungan yang kondusif bagi anak akan membantu perkembangan anak seoptimal mungkin. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 25 Menurut Soemiarti Padmonodewo (1995: 22) dalam bukunya ―Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah‖ menjelaskan karakteristik perkembangan anak usia TK yaitu : a. Perkembangan jasmani Ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat kemajuannya pada tahapan anak pra sekolah. Pada usia 4 tahun anak-anak telah memiliki ketrampilan yang lebih baik, mereka mampu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti. Sedangkan beberapa anak yang telah berusia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sekaligus dan belajar melompat tali. Pada usia 4 – 5 tahun, biasanya mereka sudah mampu membuat gambar, gambar orang. Bentuk gambar orang biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut dan telinga, kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan, kaki dan tangan. b. Perkembangan kognitif Piaget Tahapan anak pra sekolah termasuk dalam tahap pra operasional (2 – 7 tahun) yaitu kecepatan perkembangan anak bersifat pribadi, tidak selalu sama untuk masing-masing anak. Pada tahapan pra operasional anak-anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya. Tahapan bantuan kehadiran sesuatu di lingkungannya, anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik. c. Perkembangan bahasa Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 26 Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja kemudian berekspresi dengan berkomunikasi dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Anak pra sekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan bernyanyi. d. Perkembangan emosi dan sosial Pada tahapan ini emosi anak pra sekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Anak-anak perlu dibantu dalam dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya dan sehatsecara fisik dan mental. Dalam periode pra sekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. C. Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Perkembangan emosi muncul lebih awal dari perkembangan sosial maupun kognitif, dan pada masa bayi, kemampuan ini merupakan alat untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Hubungan emosional yang dibentuk oleh bayi selama masa ini dengan orang-orang yang dekat dengannya akan mempengaruhi cara ia berinteraksi dengan orang lain di masa-masa yang akan Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 27 datang. Pengalaman pada masa ini adalah pengalaman yang sangat penting dan masa bayi adalah masa yang peka untuk perkembangan kepribadiannya. Hasil penelitian Izard, (1982, dalam Shaffer, 1989:394) menunjukkan bahwa berbagai emosi muncul di berbagai kesempatan pada dua tahun pertama kehidupan anak. Beberapa saat setelah kelahiran, bayi dapat menunjukkan minat, sedih, muak dan tersenyum. Ekspresi marah muncul ketika anak berusia 3-4 bulan, demikian pula rasa sedih. Rasa takut tampak pada usia 5-7 bulan yang diikuti dengan timbulnya rasa malu dan perilaku malu-malu. Bayi juga dapat mengekpresikan perasaannya secara vokal. Bayi yang sehat misalnya, akan mengeluarkan berbagai bentuk tangisan. Ada tangis lapar, sakit, manja, marah dan lain-lain. Menurut Sroufe, 1979 (Papalia & Olds, 1989:149) bayi berusia 0-1 bulan relatif tidak responsive, jarang bereaksi terhadap rangsangan luar. Usia 1-3 bulan, bayi terbuka terhadap rangsangan. Bayi mulai memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu serta suka tersenyum terhadap orang lain. Bayi berusia 3-6 bulan mulai dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi dan dapat kecewa bila hal tersebut tidak terlaksana. Kekecewaan bayi diungkapkan dalam bentuk kemarahan atau kewaspadaan. Bayi sering tersenyum, mendekut bahkan tertawa. Saat bayi berusia 7-9 bulan, ia mulai melakukan ―permainan sosial‖ dan mencoba memperoleh tanggapan dari orang lain. Bayi mulai berbicara, menyentuk dan membujuk bayi lain agar mau menanggapinya. Bayi dapat mengekspresikan berbagai macam emosi, memperlihatkan kegembiraan, rasa takut, rasa marah, dan keheranan. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 28 Memasuki usia 9-12 bulan, bayi mulai merasa takut terhadap orang asing, dan berlaku lunak terhadap suatu situasi baru. Pada usia 1 tahun bayi mulai dapat lebih jelas mengkomunikasikan emosi mereka, memperlihatkan ambivalensi dan gradasi perasaannya. Memasuki usia 12-18 bulan, bayi menjelajahi lingkungan, menggunakan orang yang paling dekat dengan dirinya sebagai basis pengaman. Jika bayi telah menguasai lingkungan, ia merasa lebih percaya diri dan lebih berani memaksakan kehendaknya.. Ketika memasuki usia 18-36 bulan, kadangkadang anak menjadi cemas karena mulai menyadari bahwa ia mulai menjauh dari pengasuhnya. Anak mulai menyadari keterbatasan dirinya dalam berfantasi, dalam bermain dan mulai melakukan identifikasi terhadap orang dewasa. Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang. Orang tua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan anak-anak seusianya. Dalam usia 3 tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan anak-anak lain yang bermain di ruangan yang sama. Namun, permainan paralel semacam itu akan segera berakhir ketika anak-anak mulai berinteraksi. Akhirnya, anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada diri sendiri lagi dan belajar untuk merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sebuah taman kanak-kanak dengan Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 29 staf pengajar yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial. Selama 2 atau 3 hari seminggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anakanak dan memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50) menyatakan bahwa permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk menyalurkan energi; memberikan stimulasi yang diperlukan; membantu anakanak mengembangkan keterampilan motorik; dan memampukan anak-anak untuk memerankan dan belajar memahami peranan orang dewasa. Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka. Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong makanan mereka sendiri di piringnya. Mereka mulai berpakaian sendiri, biasanya dengan petunjuk orang tua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan, menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan, dan setelah itu membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka secara sosial karena mereka mulai memunyai banyak teman. Tahun-tahun prasekolah merupakan masa-masa ketika identitas seksual diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orang tua yang sejenis untuk mengidentifikasikan diri dan menolong sebagai figur teladan. Waktu yang Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 30 dihabiskan dengan anak-anak prasekolah harus kuantitatif dan kualitatif. Meskipun orang tua harus menghindari tugas-tugas peniruan, meminta anak lakilaki membantu ayah mereka mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan kaum pria, dan anak perempuan membantu ibu mereka akan membantu proses identifikasi seksual. Selama tahun-tahun ini, pada umumnya anak-anak melalui tahap pemikiran bahwa mereka akhirnya akan menggantikan orang tua dan menikah seperti orang tuanya. Orang tua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak laki-laki dan perempuan, tetapi mereka harus menghindari stimulasi yang berlebihan terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang lebih muda bisa saja akan terus mengikuti orang tua mereka ketika berpakaian, menggunakan toilet, atau mandi, dan bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Orang tua harus dengan lembut tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anakanak prasekolah biasanya tidak akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi mereka sendiri. Pola yang paling umum, rangsangan yang membangkitkan emosi, dan reaksi yang khas dari setiap pola bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak -kanak yang di kemukakan oleh Elizabeth. B Hurlock adalah: 1. Rasa takut Ketakuatan tertentu secara khas dijumpai pada usia tertentu dan karenanya disebut sebagai ―ketakkutan yang khas‖ untuk taraf usia tersebut. Tidak ada peralihan yang sekonyong-konyong dari suatu jenis ketakutan ke jenis ketakutan Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 31 lainnya, tetapi lebih merupakan peralihan yang bertahap dari ketakutan yang spesifik ke ketakutan yang bersifat umum. Anak kecil lebih takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau anak yang lebih tua. Usia antara 2 sampai 6 tahun merupakan masa puncak bagi rasa takut yang khas di dalam pola perkembangan yang normal. Alasannya karena anak kecil lebih mampu mengenal bahaya dibandingkan dengan bayi, tetapi kurangnya pengalaman menyebabkan mereka kurang mampu mengenal apakah sesuatu bahaya merupakan ancaman pribadi atau tidak. Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut dalam arti bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini ialah rasa takut. Yang paling penting di antaranya ialah rasa malu (shyness), rasa canggung (embrassment), rasa khawatir (worry) dan rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan diterangkan sebagai berikut. a. RASA MALU. Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa. Rasa malu seperti ditimbulkan oleh manusia, bukan oleh binatang atau situasi. Anak-anak lebih menunjukkan rasa malu dengan muka memerah, dengan menganggap, dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan tingkah yang gugup seperti menarik-narik telinga atau baju dengan menolehkan wajah ke arah lain dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu untuk menatap orang yang tidak dikenal itu. Mereka berusaha Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 32 membuat diri mereka sesedikit mungkin menarik perhatian dengan cara berpakaian seperti orang lainnya berbicara sesedikit mungkin. b. RASA CANGGUNG. Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia bukan pada objek atau situasi. Rasa canggung berbeda dari rasa malu dalam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keragua-raguan tentang penilaian orang lain terhadap perilaku atau diri seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri (self-conscious distress). Reaksi paling umum dari rasa malu – antara lain muka yang memerah, tingkah yang gugup, bicara menggagap, dan penghindaran diri dari situasi yang semula membangkitkan emosi— semuanya juga merupakan ciri khas rasa canggung. c. RASA KHAWATIR. Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan‖ atau ―gelisah tanpa alasan‖. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena membayangkan situasi berbahaya yangmungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anak-anak yang penyesuaiann paling baik sekalipun. Bagaimanapun juga, hampir semua anak mengekspresikan kekhawatiran mereka melalui ekspresi wajah. Mereka ―tampak khawatir‖ dan kemudian orang lain tahu bahwa mereka sedang Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 33 mengalami kekhawatiran. Dengan meningkatnya usia maka anak-anak menyadari bahwa kekhawatiran bukanlah pola emosi yang dapat diterima secara sosial, sehingga mereka akan berusaha menyembunyikan ekspresi wajah mereka. Meskipun demikian, ada anak-anak yang dengan sengaja berusaha agar tampak khawatir sehingga memperoleh perhatiann dan simpati. d. RASA CEMAS. Rasa cemas ialah keadaan mentl yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan disertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Ciri-ciri keadaan mental yang tidak enak dalam rasa cemas pada suatu saat mungkin meningkat menjadi kecemasan yang disebut ―kecemasan yang mengembang‖ (free floating anxiety). Pada kecemasan yang mengambang ini anak mengalami keadaan takut yang ringan setiap menghadapi situasi yang dianggap sebagai ancaman yang potensial. Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun dalam berbagai segi berbeda satu sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan dengan rasa takut. Tidak seperti rasa takut, rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata, tetapi oleh situasi yang dibayangkan. Sebagaimana rasa khawatir, rasa cemas lebih ditimbulkan oleh sebab yang dibayangkan dibandingkan dengan sebab yang nyata. Meskipun demikian, rasa cemas berbeda dari rasa khawatir dalam dua segi. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 34 Pertama, rasa khawatir berkaitan dengan situasi khusus, seperti pesta, ujian, atau masalah keuangan; sedangkan rasa cemas adalah keadaan emosi yang bersifat umum. Kedua, rasa khawatir disebabkan oleh masalah objektif, sedangkan rasa cemas disebabkan oleh masalah subjektif. 2. Rasa Marah Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengatahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Sebaliknya, reaksi rasa takut semakin berkurang karena kemudian anak-anak menyadari bahwa umumnya tidak ada perlunya merasa takut. Anak-anak prasekolah menjadi marah karena kondisi yang banyak kesamaannya dengan kondisi yang menimbulkan kemarahan bayi. Mereka terutama tidak menyukai gangguan terhadap milik mereka, dan selalu melawan anak lain yang mencoba meraih mainan mereka atau mengganggu mereka selagi bermain. Mereka marah jika mainan atau objek lainnya tidak sebagaimana yang mereka kehendaki dan jika mereka melakukan kesalahan dalam hal yang mereka lakukan. Mereka juga marah jika disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan pada saat itu. Reaksi kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongann besar: impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya disebut agresi. Reaksi ini Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 35 ditujukan kepada manusia, binatang, atau objek. Reaksi ini dapat berupa reaksi fisik atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Ledakan kemarahan yang kuat atau ―tempertantrums‖ adalah khas pada anak-anak kecil. Anak-anak tidak raguragu melukai orang lan dengan cara apapun, antara lain memukul, menggigit, meludah,, menyepak, meninju, menyodok, atau merenggut. Reaksi yang ditekan selalu berada di bawah pengendalian atau ―ditekan‖. Mereka mungkin memperlihatkan kemarahan dengan cara bersikap menderita, cemberut, mengasihani diri sendiri atau mengancam untuk melarikan diri. 3. Rasa Cemburu Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu baru timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditunjukkan kepada orang lain. Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah. Orang yang cemburu merasa tidak tenteram dalam hubungannya dengan orang yang dicintai dan takut kehilangan status dalam hubungan kasih sayang itu. Situasi yang menimbulkan rasa cemburu selalu merupakan situasi sosial. Rasa cemburu pada masa kanak-kanak umumnya ditumbuhkan di rumah dan sekolah : artinya timbul dari kondisi yang ada di lingkungan rumah dan sekolah. Karena bayi yang baru lahir meminta banyak waktu dan perhatian ibu, maka anak yang lebih tua menjadi terbiasa menerima rasa diabaikan. Kemudian ia merasa sakit hati terhadap adik yang baru dan ibunya. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 36 Situasi sosial di sekolah juga merupakan sumber berbagai kecemburuan bagi anak-anak. Kecemburuan yang berasal dari rumah sering dibawa ke sekolah dan mengakibatkan anak-anak memandang setiap orang di sana yaitu para guru atau teman sekelas sebagai ancaman bagi keamanan mereka. Untuk melindungi keamanan mereka, anak-anak kemudian mengembangkan sikap kepemilikan terhadap guru atau teman sekelas yang mereka pilih sebagai teman, dan marah apabila orang yang dianggap sebagai miliknya itu memperlihatkan oerhatian kepada orang lain. Dalam situasi di mana anak-anak merasa diterlantarkan dalam hal pemilikan benda-benda seperti yang dimiliki anak lain membuat mereka cemburu kepada anak lain itu. Jenis kecemburuan ini berasal dari rasa iri, yaitu keadaan marah dan kekesalan hati yang ditujukan pada orang yangmemiliki benda yang diirikan. 4. Dukacita Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. Terlepas dari intensitas dan umur tatkala hal tersebut dialami, duka cita adalah emosi yang paling tidak menyenangkan. Ekspresi duka cita yang umumnya tampak pada masa anak-anak adalah menangis. Tangisan itu mungkin sangat memilukan dan berlarut-larut sehingga anak akan sampai pada satu keadaan yang mendekati hysteria yang akan berlangsung sampai mereka sangat lelah. Jika mereka menafsirkan kehilangan itu Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 37 sebagai hukuman bagi perilaku mereka yang buruk hal itu akan memperkuat duka cita mereka. 5. Keingintahuan Maw and Maw menerangkan tentang anak penuh keingintahuan dengan cara berikut : (anak ) (a) berekasi secara positif terhadap unsur-unsur yang baru, aneh, tidak layak, atau misterius dalam lingkungannya dengan bergerak kearah benda tersebut, memeriksanya, atau mempermain-mainkannya; (b) memperlihatkan kebutuhan atau keinginan untuk lebih banyak mengetahui tentang dirinya sendiri dan / atau lingkungannya; (c) mengamati lingkungannya untuk mencari pengalaman baru; dan / atau (d) bertekun dalam memeriksa dan/atau menyelidiki rangsangan dengan maksud untuk lebih banyak mengetahui selukbeluk unsur-unsur tersebut. Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anakanak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri sendiri. Mereka ingin mengetahui tubuh mereka, bermacam-macam bagian tubuh, apa yang dilakukan oleh setiap bagian tubuh, mengapa mereka mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang mereka punya. Mereka juga ingin mengetahui apa yang ada di dalam tubuh mereka seperti: dimana letak perut, jantung, paru-paru, dan sebagainya serta apa fungsi masing-masing. Anak-anak juga ingin tahu tentang manusia; mengapa berpakaian, berbuat, dan berbicara seperti yang mereka lakukan, mengapa orang yang lebih tua berbeda dari orang yang lebih muda, dan mengapa laki-laki berbeda dari perempuan. Mereka ingin tahu tentang berbagai objek yang ada sehari-hari, Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 38 misalnya kue-kue, sabun, atau panci dan tentang benda-benda yang dipakai pada saat atau musim tertentu, misalnya untuk permadani atau mesin pemotong rumput. 6. Kegembiraan, Keriangan, Kesenangan Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan, yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Setiap anak berbeda-beda intensitas kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengekspresikannya sampai batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh, ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih mencolok daripada anakanak yang lebih tua. Di kalangan bayi, emosi kegembiraan, keriangan dan kesenangan berasal dari keadaan fisik yang sehat. Emosi yang menyenangkan juga berkaitan dengan aktivitas bayi seperti mendekut, mengoceh, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Anak pra sekolah bereaksi terhadap rangsangan yang lebih banyak dibandingkan dengan bayi. Rasa senang mereka umumnya timbul dari aktivitas yang menyenangkan anak lain, terutama teman sebaya, dan rasa senang sangat kuat apabila prestasi mereka melebihi teman sebaya. 7. Kasih Sayang Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang atau benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata (verbal). Faktor belajar memainkan peran penting untuk menentukan kepada siapa kasih sayang itu ditunjukkan pada orang atau objek yang khusus. Anak-anak cenderung paling suka pada orang yang menyukai Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 39 mereka dan anak-anak bersikap ―ramah tamah‖ terhadap orang itu. Kasih sayang mereka terutama ditunjukkan kepada manusia. ―objek kasih sayang‖ yang berupa binatang atau benda kadang-kadang merupakan pengganti bagi objek kasih sayang kepada manusia. Karena kasih sayang anak-anak terhadap orang lain dipengaruhi oleh jenis hubungan yang ada diantara mereka, sehingga dapat dimengerti bahwa kasih sayang anak-anak kepada masing-masing anggota keluarga berbeda. Umumnya anak kecil lebih banyak menaruh kasih sayang kepada ibu daripada kepada ayah. Karena ibu lebih banyak bergaul dengan mereka, dan sebagai penguasa yang menggariskan peraturan, kurang menerapkan disiplin yang ketat dibanding dengan ayah. Anak-anak memperlihatkan kasih sayang yang lebih besar terhadap saudara yang memperlihatkan kasih sayang kepada mereka dan yang tidak mengritik, menggoda, menggertak, atau yang tidak bersikap acuh tak acuh. Menurut Stewart mengutarakan perasaan senang, marah, takut dan sedih sebagai basic emotions. a. Senang (gembira) Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum(tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitas pada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan. b. Marah Emosi, marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat, frustasi karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai. c. Takut Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 40 d. Sedih. Dalam kehidupan sehari–hari anak akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lainnya. Dari ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi yang diklafikasikan kedalam kelompok emosi positif dan emosi negative. Contoh dari Emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh Reynold tersebut adalah : Emosi Positif: Humor (lucu) , kesenangan, rasa ingin tahu, kesukaan. Emosi Negatif: Tidak sabaran, rasa marah, rasa cemburu, rasa benci, rasa cemas, rasa takut. Kesimpulan:Bahwa perkembangan emosi bisa terjadi atau timbul kapan saja, emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Contoh: Dalam permainan menjadi tidak menyenangkan, akan timbullah pertengkaran, Anak akan dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi merasa aman dan nyaman dalam lingkungan. Ada beberapa Masalah perkembangan emosi Umum Anak Masa Prasekolah yaitu : 1. Kemarahan Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba. Dalam hal ini orang tua jangan memberikan apa yang diminta anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu dipukul. 2. Cacat Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 41 Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. orang tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap anak itu mungkin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat harus didorong untuk sebisa mungkin mandiri, tanpa menyangkal kondisi cacatnya. 3. Kegemukan Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek teman-temannya, jadi orang tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu banyak makanan, kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa menyebabkan kegemukan. 4. Mengompol Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi masalah besar jika masih berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih mengompol setelah berumur 5 tahun (RaeGrant, Carr, dan Berman, 1983, 181). orang tua tidak boleh mengolok-olok anak yang masih mengompol; sebaliknya orang tua sebaiknya menyuruh anak itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi. 5. Buang Air Besar di Celana – Enkopresis Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua bisa melakukan konsultasi dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 42 atau buang air besar di celana merupakan masalah medis yang bisa diobati dengan obat-obatan tertentu. 6. Menggigit Jari Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah; namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan. 7. "Gerenyet" Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan mata dan berdehem terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku seperti ini mungkin memerlukan konseling karena perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang mendasarinya. Gerenyet tersebut akan hilang dengan sendirinya jika konflik tersebut diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dapat dipakai untuk mengatasi masalah itu sementara. 8. Gagap Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang saat anak itu berumur 6 tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. orang tua sebaiknya mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut sampai masa sekolah. Makin banyak diberi perhatian, masalah ini justru makin bertambah parah. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 43 9. Rasa Takut dan Masalah Tidur Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan, terutama dengan teror malam di mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak bangun. Lampu malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan pengobatan. 10. Depresi Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang tua atau benda yang dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-larut, dan peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas yang mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan. 11. Stres Sekolah minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter gigi atau ke dokter, atau kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat bagi anak. Orang tua perlu mempersiapkan anak itu dengan membicarakan kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 44 D. Asesmen 1. Pengertian Asesmen Selain istilah penilaian kini juga populer istilah asesmen (assessment) dan orang yang melakukan asesmen disebut asesor. Menurut popham (1995:3) asesmen pendidikan merupakan sebuah usaha formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru. Di pihak lain, menurut Airasian (1991:3) asesmen merupakan proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat keputusan. Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dengan proses pembelajaran dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsungnya proses pembelajaran tersebut. Dengan asesmen proses berbagai kegiatan peserta didik akan dapat dipantau dan dapat dijadikan bukti dan informasi yang diperlukan dalam penilaian. Jadi asesmen dilakukan baik secara informal maupun formal baik lewat pengamatan, penugasan, maupun tes dan lain – lain yang dapat memberikan informasi otentik tentang peserta didik. Dengan demikian, tes yang dimaksudkan untuk mengukur kopetensi peserta didik berkaitan dengan hasil pembelajaran, hanyalah bagian dari asesmen. Menurut Brown (2004:6) semua tes bersifat formal, tetapi tidak semua asesmen formal merupakan tes. Misalnya, asesmen porto - folio dan proyek. Goodwin & Goodwin (Wortham, 2005) mengatakan bahwa asesmen adalah: “the process of determining, through observation or testing, an Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 45 individual’s traits or behavior, a program’s characteristics, or the properties of some other entity, and then assigning a number, rating, or score to that determination”. Dengan perkataan lain, asesmen adalah suatu proses menentukan, melalui observasi atau pengetesan, ciri atau perilaku seorang individu, karakteristik program, atau sifat suatu identitas, kemudian menetapkan suatu jumlah, nilai (rating), atau skor atas penentuan tersebut. Istilah asesmen sering dikacaukan dengan evaluasi, tes, dan diagnostik. Memang istilah-istilah tersebut berhubungan, tetapi tidak sinonim. Secara umum, baik evaluasi, tes, dan diagnostik digunakan dalam asesmen, namun hanya merupakan bagian dari strategi dalam asesmen. Dalam konteks pendidikan, evaluasi dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan belajar atau tingkat penguasaan materi belajar dan kemajuan belajar anak. Karena itu, evaluasi biasanya diberikan setelah anak mendapat perlakuan atau memperoleh pengalaman belajar tertentu. Sedangkan dalam konteks intervensi dini, pengertian tersebut tidak hanya diterapkan selama dan sesudah anak mengikuti program intervensi, tetapi juga sebelumnya. Dijelaskan dalam NICHCY bahwa evaluasi merujuk pada prosedur yang digunakan untuk menentukan apakah anak memenuhi syarat untuk mendapat layanan intervensi, sedangkan asesmen merujuk pada proses pengumpulan dan penggunaan informasi yang terus menerus Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 46 tentang bagaimana perkembangan anak dan jenis bantuan yang dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan asesmen pendidikan, tes, dan diagnosa, Mcloughlin dan Lewis (1986) menjelaskan bahwa asesmen pendidikan anak berkelainan adalah proses pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan pendidikan anak, yang dilakukan secara sistematis dalam rangka pembuatan keputusan pengajaran atau layanan khusus. Tes merujuk pada respon anak terhadap pertanyaan atau perintah dibawah kondisi yang terkontrol, dan hasilnya dapat berupa skor atau ketrampilan yang telah dikuasai. Tes hanyalah salah satu dari beberapa strategi dalam asesmen pendidikan. Sedangkan diagnosa merupakan istilah yang berasal dari profesi medis dan digunakan dalam rangka menemukan sebab-sebab suatu penyakit dan untuk mendeskripsikan tretmennya secara tepat. Penyakit secara umum dikategorisassikan dengan label, dan label mengimplikasikan tretmen. Asesmen tidak untuk menemukan sebab, label, atau menentukan tretmen yang diperlukan berdasar label tersebut, tetapi lebih pada upaya perumusan program yang berbasis pada ketrampilan defisit, kebutuhan khusus anak, dan layanan yang dibutuhkannya. Sementara itu Fallen dan Umansky (1988) menjelaskan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai dari diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak, serta merupakan salah satu komponen dari dua komponen utama Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 47 dalam perkembangan manusia yang sengaja didesain untuk mencegah kelainan agar dapat berkembang secara optimal. Komponen yang satunya adalah intervensi. Sedangkan Lidz (2003) menyebutkan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak Hakekat asesmen adalah proses pengumpulan informasi yang relevan tentang anak secara individual dan lingkungannya, sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Dalam konteks intervensi dini anak berkebutuhan khusus, informasi tersebut berfokus pada hambatan belajar dan perkembangan yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individual, serta daya dukung lingkungan untuk digunakan sebagai landasan utama dalam penyusunan program intervensi secara tepat. 2. Fungsi Asesmen Fungsi asesmen fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM. Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995:184) berikut ini. a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu. b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 48 c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar. d. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut. a. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas. b. Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar. c. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain. d. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik e. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum) f. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya. 3. Tujuan Asesmen Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat. Menurut para ahli tujuan asesmen adalah : a. Tujuan Asesmen Menurut Robb Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 49 1) Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak 2) Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak 3) Untuk merancang individualisasi pendidikan 4) Untuk memonitor kemajuan anak secara individu 5) Untuk mengevaluasi kefektifan program. b. Menurut Sunardi & Sunaryo (2006) 1) Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini 2) Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak 3) Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya. c. Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutif Lerner (1988: 54) Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu : 1) Penyaringan (screening) 2) Pengalihtanganan (referal) 3) Klasifikasi (classification) 4) Perencanaan Pembelajaran (instructional planning) 5) Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress) d. Menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut: 1) Kemajuan siswa dapat terlihat jelas. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 50 2) Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar. 3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang lain. 4) Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik. 5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum) 6) Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi dirinya, orang tua, atau lainnya Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara tepat. 4. Persyaratan Asesmen Goodman dan Field (1991, Lidz : 2003) menyatakan bahwa asesmen terhadap anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah. Mereka adalah anak-anak yang mengalami kesukaran, berarti sukar pula evaluator untuk mendiagnosisnya. Terkait dengan ini, agar diperoleh kemudahan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan : Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 51 a. Petugas asesmen harus memiliki pengalaman dan bahan / alat / media yang cukup dan cocok untuk mengungkap hambatan belajar dan hambatan perkembangan anak. b. Pelaksanaan asesmen hendaknya dilakukan dalam susunan ruangan yang tepat. Pencahayaan cukup, ukuran mebeler sesuai, meminimalkan bendabenda atraktif yang mudah dijangkau, dan gunakan bahasa yang menuntut anak untuk mengeksplorasi lebih jauh (hindari penggunaan pertanyaan pilihan). c. Dilakukan dengan berbasis ekologis dan kontekstual, dengan mengintegrasikan beberapa variabel yang berpengaruh (keluarga, pengasuh, atau teman) dan memfokuskan kepada keberfungsian anak dalam aspek perkembangan sosial emosi. d. Agar komprehensif, pengumpulan data harus menggunakan beberapa pendekatan, termasuk wawancara dengan orang tua, observasi alamiah secara terus menerus, dan yang lainnya. e. Pengggunaan tes standar harus sangat hati-hati, karena disamping secara teknis lebih sulit, hasilnya sering kurang akurat dan kurang prediktif. Karena itu, penggunaan asesmen yang sifatnya formal ini harus dibarengi dengan hasil observasi, termasuk hasil observasi dari orang tua. f. Memfokuskan kepada informasi yang relevan, sehingga mampu menghemat waktu dan tenaga. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 52 g. Memanfaatkan secara maksimal hasil-hasil penilaian psikologis, sosial, medis, dan pendidikan yang telah dilakukan oleh ahli sebelumnya atau catatan-catatan atau dokumen hasil pekerjaan anak. h. Dilakukan melalui kolaborasi antara tim ahli dengan orang tua, sehingga dimensi-dimensi hambatan perkembangan sosial emosi yang dialami anak dapat diketahui dan dipahami lebih jelas. i. Data hasil asesmen harus disimpan dengan baik, sehingga dapat memberikan informasi yang banyak tentang area kesulitan atau hambatan anak, serta kemajuan-kemajuan yang secara bertahap telah dicapai. Data yang berupa catatan sebaiknya mudah dibaca dan diinterpretasikan. Bagnato (lidz, 2003) mengemukakan bahwa dalam menentukan metode asesmen, terdapat enam persayaratan atau standar yang harus dipenuhi, meliputi : a. Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata b. Konvergen, sumber informasi yang beragam c. Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh. d. Ekuiti, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak e. Sensitivitas, dapat memasukkan materi yang cukup untuk perencanana keputusan maupun untuk mendeteksi perubahan. f. Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam perkembangan maupun evaluasinya. Sementara itu menurut National Association of School Psychologist Position Statement on Early Chilhood Assessment (Lidz, 2003) dinyatakan bahwa Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 53 dalam asesmen, pengertian tim multidisiplin harus mencakup multi sumber informasi, multi pendekatan, dan multi setting dalam rangka menghasilkan pemahaman yang komprehensif terhadap ketrampilan dan kebutuhan anak. Karena itu asesmen harus berpusat pada sistem keluarga dan lingkungan anak, yang kedua-duanya secara substansial sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. 5. Teknik – Teknik Asesmen Teknik - teknik yang dipakai dalam proses asesmen, diantaranya adalah: a. Pengisian Kuesioner Angket atau kuesioner adalah serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada responden untuk memperoleh jawaban secara tertulis pula. Pertanyaan/pernyataan dalam angket akan bergantung pada maksud serta tujuan yang ingin dicapai dari pemberian angket tersebut. Pada umumnya, angket mengandung dua bagian pokok, yaitu: 1) Bagian yang mengandung data identitas, merupakan bagian yang mengandung data tentang keadaan diri individu yang mengisi angket tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, dsb. 2) Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fakta atau opini, pertanyaan tentang pendapat dan sikap (perasaan dan sikap responden tentang sesuatu), pertanyaan tentang informasi (mencakup apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya), Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 54 dan pertanyaan tentang persepsi diri (mencakup penilaian responden terhadap perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain). Ada berbagai macam jenis angket. Berikut ini akan dijelaskan jenisnya satu persatu: 1) Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan sebagai berikut: (i) angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung diberikan kepada orang yang dimintai pendapat atau jawabannya atau responden yang ingin diselidiki, (ii) angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang keadaan seseorang, membutuhkan perantara untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari sumber pertama. Misal: angket orangtua tentang anaknya, angket guru tentang siswanya, dan lain-lain. 2) Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai: (i) angket berstruktur, yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret, (ii) angket tidak berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden. 3) Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan sebagai: (i) angket dengan pertanyaan terbuka (open questions), yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya, (ii) pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaanpertanyaan yang membuat responden tinggal memilih jawaban yang telah Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 55 disediakan di dalam angket itu sehingga jawabannya terikat tidak secara bebas, (iii) kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed questionaire), yaitu jika jawabannya sudah ditentukan, kemudian disusul pertanyaan terbuka. Contoh:Pernahkah Anda mendapat penjelasan tentang jenis-jenis gaya belajar? a. Pernah b. Tidak pernah Jika pernah, gaya belajar Anda sekarang termasuk gaya belajar yang mana? .......... 4) Menurut bentuk jawabannya, angket dibedakan sebagai jawaban tabuler, yaitu responden diminta menjawab dengan mengisi kolom pada tabel yang sudah tersedia. Contoh: Berikan keterangan tentang orangtua/ wali Orang tua/wali Nama Pekerjaan Pendidikan Agama Ayah Ibu Selain itu ada jawaban berskala, yaitu jawaban terhadap pertanyaan disusun berjenjang dimana responden diminta menyatakan pembenaran atau penolakan terhadap setiap pertanyaan sikap, sehingga diperoleh gambaran tentang derajat kecakapan, keadaan sikap dan keadaan diri responden. Contoh: ‖Penguasaan berhitung dalam pelajaran matematika saya adalah:‖ Baik/Cukup/Kurang Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 56 Selain itu masih ada jawaban dengan cek, yaitu responden menjawab dengan cara memilih salah satu dari pilihan-pilihan yang tersedia. Pertanyaan diurai dalam bentuk daftar,dan tugas responden hanyalah membubuhkan tandatanda cek sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jenis jawaban ini disebut juga dengan jawaban pilihan ganda. Contoh: ‖Apakah alasan Anda masuk SMP?‖ a. untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi b. disuruh oleh orangtua c. disuruh oleh kakak/ saudara d. karena ajakan teman e. untuk memperoleh pekerjaan f. atas nasihat guru g. tidak tahu h. …………….. Terakhir adalah jawaban kategorikal, yaitu responden diminta memilih satu diantara dua pilihan yang tersedia. Dapat juga dikatakan bahwa jawaban kategorikal ini bentuk jawaban benar-salah. Contoh: ―Apakah Anda mengikuti les?‖ Ya/Tidak b. Wawancara Wawancara dapat dilakukan terhadap anak yang bersangkutan atau dengan orang dewasa lain yang mengetahui tentang anak, dapat berupa percakapan bebas Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 57 atau terstruktur untuk mengetahui perilaku tertentu. Dengan wawancara diharapkan diperoleh informasi tentang bagaimana anak berinteraksi dan berpandangan terhadap orang lain, jenis perilaku anak yang baik dan jenis yang menyimpangserta jenis asesmen lain yang masih diperlukan untuk melengkapi hasil wawancara. Kanfer & Grimm dalam Sunardi (1995:45) mengidentifikasi hal dan masalah yang dapat digali melalui wawancara, antara lain: 1) Jenis perilaku yang tidak dimiliki anak (behavioral deficits), misalnya kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana bersikap, keterampilan social, keterampilan bina diri, mengendalikan dan memantau perilaku sendiri, dsb. 2) Perilaku yang berlebihan, misalnya cemas, rendah diri. 3) Cara mengendalikan lingkungan secara tidak benar, misalnya kelainan perilaku seksual, tidak sensitive terhadap hal-hal yang mengganggu. 4) Cara merespon diri dengan tidak benar, misalnya harapan yang tidak realistic, tidak dapat menafsirkan perasaan orang lain secara tepat. 5) Cara lingkungan memperlakukan anak dengan tidak tepa, misalnya dimanjakan, tidak pernah ditegur walau berbuat salah, dsb. Wawancara diharapkan dapat menggali informasi, seperti: 1) Setting, tempat perilaku menyimpang terjadi (sekolah, rumah, kelas, tempat bermain). 2) Frekuensi atau durasi tingkah laku. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 58 3) Apa yang terjadi sebelum perilaku itu muncul yang tampaknya menjadi penyebab munculnya perilaku tersebut, dan apa yang terjadi sesudahnya yang tampaknya memperkuat atau mengurangi dorongan perilaku tersebut. 4) Respon atau jenis perilaku menyimpang lain yang juga muncul. 5) Jenis perilaku yang baik yang dapat dilatihkan untuk mengurangi perilaku menyimpang yang terjadi. c. Observasi Cara yang bersumber dari konsep psikodinamika bahwa masalah perilaku berlatar belakang dari konflik psikis yang tersembunyi ini sebenarnya mempunyai tingkat reliabilitas rendah (Sunardi, 1995:46). Konsep behavioristik mulai menekankan obervasi langsung atas perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari, dengan asumsi bahwa apa yang terjadi sebelum dan sesudah perilaku menyimpang muncul sangat berpengaruh pada perilaku tersebut. Misalnya, jika tiba-tiba anak marah dan merusak apa yang ada disekitarnya, harus digali apa yang terjadi sebelumnya dan bagaimana anak menghentikan perilaku tadi. Teknologi untuk observasi langsung dan merekam perilaku telah dikembangkan secara besar-besaran. Meskipun ada beberapa masalah validitas dan reliabilitas, hal ini dapat dibuat minimal dengan menggunakan reliabilitas antar observer, yaitu kesepakatan antar beberapa observer. Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 59