Identifikasi Karakeristik Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Dataran

advertisement
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November
2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta,
dan Medan. Adapun alasan pemilihan ketiga kota tersebut antara lain:
1. Ketiga kota tersebut merupakan kota-kota yang usianya sudah tua sehingga
dapat dilihat bagaimana perkembangannya dari tahun ke tahun, dan pada
saat ini kota-kota tersebut adalah kota-kota yang mengalami perkembangan
sangat pesat
2. Ketiga kota tersebut mewakili kota-kota dengan tipologi dataran rendah di
setiap pulau di Indonesia
Pengolahan dan analisis data dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor.
Kota Medan
Kota Yogyakarta
Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian
Kota Banjarmasin
21
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer
beserta perlengkapannya yang berguna untuk proses pengolahan dan analisis data,
perangkat lunak Erdas Imagine 9.1, ErMapper 7.1, ArcView 3.3 beserta extension,
Microsoft Excel untuk tabulasi data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas data spasial dan atribut (Tabel 2).
Untuk pengolahan citra digunakan data citra terbaru, tetapi karena adanya
kerusakan sensor satelit milik NASA, maka pada citra tersebut terdapat stripping,
yaitu kerusakan pixel pada citra dan membentuk pola garis lurus yang sejajar.
Oleh karena itu, diperlukan data citra lain dengan path/row yang sama dengan
kondisi yang baik untuk di-overlay dengan peta stripping tersebut.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
Data
Peta Landsat 7 ETM+
Jenis Data
sekunder
Sumber
BTIC Biotrop
Kegunaan
Untuk melihat penutupan
Path/Row: 118/062
lahan di Kota Banjarmasin
Acq: 25 Juli 2009
tahun 2009
Peta Landsat 7 ETM+
sekunder
BTIC Biotrop
untuk mengetahui
Path/Row: 120/065
penutupan lahan di Kota
Acq: 21 Juni 2009
Yogyakarta tahun 2009
Peta Landsat 5 TM
sekunder
BTIC Biotrop
untuk mengetahui
Path/Row: 129/057
penutupan lahan di Kota
Acq: 8 Mei 2008
Medan tahun 2008
Peta Landsat 7 ETM+
sekunder
BTIC Biotrop
untuk overlay pada citra
Path/Row: 118/062
stripping Path/Row:
Acq: 5 Agustus 2007
118/062 Kota Banjarmasin
Peta Penutupan Lahan
sekunder
P4W
untuk overlay pada citra
Kota Yogyakarta
stripping Path/Row:
tahun 2005
120/065 Kota Yogyakarta
Peta Penutupan Lahan
Sekunder
P4W
untuk overlay pada citra
Kota Medan tahun
stripping Path/Row:
2005
129/057 Kota Yogyakarta
22
Data
Jenis Data
Peta Aministrasi Kota
sekunder
Sumber
Kegunaan
website
untuk mengetahui batas
Banjarmasin,
Pemerintah Kota
administrasi kota, overlay
Yogyakarta, dan Medan
BAPPEDA, P4W dengan citra terklasifikasi
Kondisi umum Kota
sekunder
website
Untuk mengetahui sejarah,
Banjarmasin,
pemerintah kota,
kondisi biofisik,
Yogyakarta, dan
website BPS,
pertumbuhan ekonomi,
Medan (kondisi
literatur lainnya
pertumbuhan penduduk
website
untuk mengetahui karakter
biofisik dan kondisi
sosial ekonomi)
Karakter umum kota
sekunder
dataran rendah
lanskap kota pantai
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan terbagi dalam dua tahap, yaitu:
1. Pengumpulan data dengan metode desk study (studi kepustakaan) untuk
mengumpulkan informasi awal terkait dengan ruang terbuka hijau (RTH)
2. metode analisis spasial dengan menggunakan teknik penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografi yang didukung dengan data-data sekunder yang
difokuskan pada penutupan lahan Kota Banjarmasin, Kota Yogyakarta, dan
Kota Medan. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi:
pengumpulan data, analisis awal, analisis lanjutan, dan penyajian hasil.
3.3.1 Pengumpulan Data Sekunder
Tahapan pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data sekunder
yang dibutuhkan dalam penelitian dari berbagai pihak/instansi terkait. Data yang
diperoleh berupa data spasial dan data tabular. Data spasial merupakan data yang
bersifat keruangan, berupa citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009 untuk Kota
Banjarmasin dan Kota Yogyakarta, serta tahun 2008 untuk kota Medan yang
diperoleh dari BTIC-BIOTROP dan peta administrasi Kota Banjarmasin,
Yogyakarta, dan Medan. Data tersebut digunakan untuk pengindentifikasian
penutupan lahan pada Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan. Data tabular
merupakan data yang berbentuk tulisan atau angka-angka yang terdiri dari data
23
kondisi biofisik dan sosial ekonomi kota yang diteliti, tata guna lahan, sejarah
perkembangan kota, serta aspek legal yang berkaitan dengan RTH Kota
Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan.
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Awal
Sebelum melakukan analisis citra, perlu dilakukan beberapa tahap persiapan
yang mencakup koreksi geometris, perbaikan citra (overlay peta stripping),
pembatasan wilayah penelitian, interpretasi citra, dan delineasi citra.
1. Koreksi Geometri
Koreksi geometri merupakan tahap awal pengolahan citra yang tujuannya
untuk melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra
sehingga koordinat citra sesuai dengan koordinat bumi, juga untuk registrasi
(mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau mentransformasi sistem
koordinat citra ke peta, yang menghasilkan citra dengan sistem proyeksi
tertentu (Purwadhi 2001 dalam Meiliyani 2008).
Proses koreksi geometris dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak Erdas Imagine 9.1 dengan menentukan titik kontol GCP (Ground
Control Point) pada masing-masing data acuan dan data yang dikoreksi.
Penentuan GCP akan menimbulkan nilai RMSE (Root Means Square Error),
yaitu suatu nilai yang menunjukkan besarnya simpangan antara posisi
sebenarnya dengan posisi GCP. Besarnya nilai RMSE ini disarankan agar lebih
kecil dari 0,5 piksel atau sebesar 0.10 (10%) (Jaya, 2002 dalam Hakim, 2006).
Pada proses ini koordinat raster maupun vektor diubah ke dalam sistem
koordinat UTM (Universal Tranverse Mecator) dengan sistem proyeksi WGS
84.
Setelah dilakukan koreksi geometris terhadap citra satelit, selanjutnya
tahap mengkompositkan citra (color composit). Komposit citra digunakan
untuk mengkombinasikan band-band dari citra satelit TM sehingga
menghasilkan citra komposit yang dapat menggambarkan keadaan penutupan
lahan secara lebih mudah. Kombinasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kombinasi band 5,4,2.
24
2. Perbaikan Citra (overlay peta stripping)
Perbaikan citra merupakan suatu proses untuk mengurangi kesalahan
yang terdapat pada citra pada saat perekaman, sehingga kualitas citra pada saat
penyadapan data dapat dipertanggungjawabkan dan mempermudah dalam
proses analisis selanjutnya. Proses perbaikan citra dalam penelitian ini adalah
memperbaiki citra dari kerusakan (stripping).
Pada tahap ini data pixel yang hilang pada suatu citra diisi oleh citra lain
yang kondisinya baik sebagai penambal. Proses ini menggunakan perangkat
lunak Er Mapper 7.1. Kedua citra (band yang sama) yang akan disatukan
berada dalam satu layer pseudocolor dengan posisi citra penambal berada di
bawah citra stripping. Untuk menambalnya menggunakan rumus algoritma: if
i1>1 then i1 else null. Hal tersebut dilakukan untuk dua band lainnya. Setelah
ketiga band citra stripping tersebut telah diperbaiki, kemudian dilakukan
penyatuan band (union).
3. Pembatasan daerah penelitian
Pembatasan wilayah dilakukan untuk memotong wilayah yang menjadi
objek penelitian. Dalam tahap ini diperlukan data vektor batas administrasi
Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan serta data raster terkoreksi. Peta
administrasi kota-kota tersebut di-overlay dengan citra digital kota yang telah
ada. Peta administrasi tersebut digunakan sebagai batas wilayah penelitian
yang dibuat dengan menggunakan Area of Interest (AOI). Setelah diketahui
batas wilayah penelitian pada citra, selanjutnya dilakukan pemotongan citra
dengan bantuan perangkat lunak Erdas Imagine 9.1.
4. Interpretasi citra
Merupakan tahap mengartikan kenampakan obyek yang terdapat pada
citra. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses identifikasi pola sebaran
penutupan lahan yang akan dilakukan dalam tahap klsifikasi citra. Tahap ini
dilakukan dengan perangkat lunak Er Mapper 7.1 menggunakan kombinasi
band 5, 4, 2. Selanjutnya dilakukan dengan pembagian kelas penutupan lahan
bedasarkan interpretasi yang dilakukan. Kelas penutupan lahan hasil
25
interpretasi ini adalah RTH, ruang terbangun, badan air, serta tidak
terklasifikasi (awan dan bayangan)
5. Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra merupakan tahap awal yang dilakukan untuk
menghitung persentase sebaran ruang terbuka hijau di suatu wilayah.
Klasifikasi citra dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised
classification) dan secara visual. Proses klasifikasi ini merupakan serangkaian
tugas yang mengelompokkan sekumpulan data digital (nilai pixel) yang sama
ke dalam kelas tertentu yang khas dan dapat memberikan informasi. Hasil
klasifikasi ini akan diuji, apabila akurasi hasil klasifikasi rendah, maka proses
klasifikasi ini harus diulang dengan memperbaiki training set yang lama.
Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa kelas lahan, seperti RTH,
ruang terbangun, badan air, dan tidak terklasifikasi (awan dan bayangan).
Proses klasifikasi citra ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Erdas Imangine 9.1.
6. Delineasi citra
Tahap delineasi adalah tahap atau proses mengubah data raster citra hasil
klasifikasi menjadi data vektor. Data vektor inilah yang selanjutnya digunakan
dalam proses analisis selanjutnya dengan menggunakan perangkat lunak Arc
View 3.3.
3.3.3 Analisis Lanjutan
Tahap ini meliputi analisis spasial dan analisis deskriptif dari citra hasil
delineasi.
1. Analisis Spasial
Analisis spasial dilakukan dengan meng-overlay citra hasil delineasi
dengan peta administasi sehingga dapat diketahui jumlah, persebaran RTH dan
ruang terbangun, serta luas persebarannya. Analisis spasial ini menggunakan
perangkat lunak Arc View 3.3.
26
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan setelah analisis spasial untuk melihat
karakter umum penutupan lahan di kota dataran rendah serta melihat pula
karakteristik persebarannya.
3.3.4 Penyajian Hasil
Hasil analisis tersebut berupa informasi spasial dan atribut berupa
penutupan dan penggunaan lahan Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan,
serta pola persebarannya sehingga karakteristik RTH kota dataran rendah dapat
dideskripsikan. Bentuk penyajian hasil akhir tidak hanya disajikan dalam bentuk
informasi spasial, tetapi juga dalam bentuk deskripsi mengenai distribusi, pola
penyebaran, dan luasan ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan grafik dan
tabel. Diagram alir pengolahan data penginderaan jauh untuk produksi spasial
liputan lahan disajikan pada Gambar 3.
Perbaikan Citra
Koreksi Geometrik
Peta Digital
Adminsitrasi
Overlay citra stripping
Pembatasan Daerah
Digitation on
Screen
Interpretasi citra
Citra Landsat
TM tahun
2009 (Kota
Banjarmasin
dan
Yogyakarta)
dan Tahun
2008 (Kota
Medan)
Peta RTRW
Kota
Klasifikasi Citra Terbimbing
Sumber:
BTICBIOTROP
Analisis Spasial
Pola Penutupan Lahan dan
distribusinya
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengolahan Data
Download