UNIT 1 LAYANAN DOMAIN: PERKANTORAN A. PEMAHANAN WAWASAN BUDAYA DALAM DOMAIN PERKANTORAN Deskripsi Setting: Meskipun kantor-kantor di Indonesia sudah banyak ditingkatkan kualitasnya menuju modernisasi, efisiensi dan efektivitas, kebanyakan masih menggunakn pola budaya kerja yang konvensional. Kantor pada umumnya mempunyai staf yang banyak jumlahnya, dan pekerjan masih dilakukan secara manual karena belum semuanya mengenal dan menguasai teknologi informasi. Administrasi bersifat hirarkikal dan tersegmentasi. Pekerjaan dilakukan dalam irama santai, sesuai dengan istilah “alon-alon asal kelakon” (bahasa Jawa), yang dapat diterjemahkan menjadi “biar lambat asal selamat” (bahasa Indonesia). Karena itu kecuali pada kantor-kantor yang telah menerapkan manajemen berkualitas, pada umumnya layanan perkantoran berjalan lamban. Orang biasanya harus sabar 1 menunggu petugas yang khusus diberi tugas tertentu, dan urusan tidak selalu tuntas pada satu saat. Pegawai administrasi tingkat menengah ke bawah pada umumnya bergaji relatif rendah, sehingga mereka harus pandai-pandai mengatur atau menambah pendapatan dengan berbagai cara, supaya keperluan keluarga bisa tercukupi. Karena itu, pada saat pegawai harus bekerja di kantor, adakalanya mereka datang terlambat atau keluar kantor untuk berbagai keperluan lain, misalnya makan pagi, melakukan kegiatan ekonomi seperti bertransaksi bisnis, atau melakukan kegiatan antar-jemput anaknya yang bersekolah. Dalam budaya Jawa dikenal pula istilah “guyub rukun”, yang menunjukkan bahwa masyarakat Jawa gemar melakukan kegiatan sosial dan bercengkerama untuk menunjukkan keakraban mereka sebagai bagian dari pola hidup masyarakat. Hal ini juga berdampak pada kondisi kerja di kantor. Karena jumlah pegawai cukup banyak, mereka lazim bersosialisasi dan bercakap-cakap satu dengan yang lain, atau membaca koran di kantor pada saat jam kantor. Pada masyarakat internasional, pola hidup dan budaya kerja masyarakat lebih dinamis dan bersifat individual. Orang lebih mengutamakan prestasi kerja. Kantor hanya memiliki pegawai terbatas, yang mampu melaksanakan berbagai tugas dengan didukung oleh peralatan dan data melalui teknologi informasi. Tidak heran jika layanan perkantoran berlangsung cepat, efektif, dan efisien. Masalah pada Kontak Budaya: Perbedaan budaya kerja tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah tatkala terjadi kontak budaya, terutama bagi penutur asing yang baru pertama kali memasuki lingkungan budaya kerja dalam budaya lokal tersebut. Masalah yang dihadapi adalah seperti berikut ini: 1. Urusan tidak dapat segera diselesaikan, dan belum tentu bertemu dengan petugasnya. 2. Petugas yang dicari tidak selalu berada di tempat. 3. Orang perlu sabar menunggu tanpa ada kepastian yang jelas kapan urusannya dapat diselesaikan. 2 B. APLIKASI B.1 Model Cakapan Cermati cakapan antara Henry dan petugas di Kantor Kerjasama berikut ini, lalu jawab pertanyaan di bawahnya. Henry (warga Kanada) datang ke Kantor Kerjasama Perguruan Tinggi Ki Ageng Sala di Kota Solo. Henry : Selamat pagi, Bapak. Petugas A: Selamat pagi. Henry : Saya mahasiswa dari Kanada. Saya sudah kirim pesan email mau daftar menjadi mahasiswa di sini. Petugas A: Oo, tunggu sebentar ya. Itu urusannya Pak Kuncahyo. Silakan duduk di sana. Ketika menunggu tersebut, Henry melihat bahwa ada petugas-petugas yang tampak bekerja dengan serius. Tetapi ia merasa heran karena ada beberapa petugas yang tidak hadir, ada yang bercakap-cakap, dan ada pula yang membaca koran, seolaholah tidak ada tugas dalam kantor tersebut. Satu jam kemudian, Petugas B masuk ke tempat kerjanya. Petugas A menghampirinya. Petugas A: Pak Kun, itu ada mahasiswa dari Kanada mau ketemu. Petugas B menemui Henry. 3 Petugas B: Saudara Henry? Henry : Ya, Pak. Petugas B: Saudara yang kirim email minggu lalu dan kemarin? Maaf ya, saya harus mengantar anak saya ke Puskesmas. Semalam badannya panas. Saudara bermaksud untuk mengikuti kelas Seni Murni di Fakultas Seni Rupa? Henry : Ya, Pak. Petugas B: Seperti yang saya jawab dalam email, Saudara perlu menyerahkan suratsurat imigrasi dan surat pendaftarannya di Kantor Kerjasama ini. Suratsuratnya dibawa? Henry : Ya Pak, ini dokumennnya. Setelah Petugas B memeriksa semua dokumen. Petugas B: Baik, untuk sementara ini sudah lengkap. Ini saya beri Surat Pengantar untuk ke Dekan dan Ketua Jurusan. Beliau berdua sudah diberitahu Rektor akan ada mahasiswa dari Kanada. Sebentar ya, saya kemarin sudah memanggil mahasiswa yang dapat mengantar Saudara ke sana. ... Nah ... itu sudah datang ... Saudara Muji, ini mahasiswa dari Kanada yang saya ceritakan kemarin ... Kenalkan ... Henry : Henry ... Mujianto : Mujianto ... Panggil saja Muji. Petugas B: (kepada Muji) Mas Muji, tolong Saudara Henry ini diantar ke Dekan Fakultas Seni Rupa, harap catat petunjuk Dekan. Dari sana ke Ketua Jurusan Seni Rupa, juga harap catat petunjuk Ketua Jurusannya. Jelaskan pada dia seandainya ada yang kurang dimengerti. Lalu tunjukkan Wisma Putra yang sudah dipesan kamarnya untuk dia. (kepada Henry): Silakan mengikuti Saudara Muji. Dia juga mahasiswa di Jurusan Seni Rupa dan dapat menjadi mentor selama Saudara di sini. ... Harap besok melapor ke saya ya ... Lengkapi dengan surat tinggal dan surat akademik lain ... Bantu ya, Mas Muji ... Henry : Baik Pak, terima kasih. Mujiyanto: Baik Pak. 4 Pada model cakapan di atas, Henry mengalami masalah karena ia harus menunggu lama untuk dilayani keperluannya, meskipun mungkin ia sudah datang pada waktu jam kantor. Di sini Petugas A tidak memahami ihwal mahasiswa asing tersebut dan mengharapkan Petugas B untuk melayaninya. Rupanya tidak ada komunikasi antara Petugas A dan Petugas B tentang kedatangan Henry. Sementara itu Petugas B terlambat karena suatu urusan keluarga. Ia sudah siap dan telah mempersiapkan kunjungan Henry dengan baik, sehingga urusan di kantor tersebut berjalan lancar. B.2 Pertanyaan Jawablah pertanyaan berikut. 1. Masalah budaya apa yang dihadapi Henry ketika berada di Kantor Kerjasama itu? 2. Tunjukkan cara Petugas B menangani kasus Henry. Dalam hal apa masalahnya bisa dijembatani? 3. Jelaskan peran Mujianto dalam membantu masalah yang mungkin dihadapi Henry. 5 B.3 Diskusi Diskusikan dengan mahasiswa penutur asing tentang pengalamannya pada saat ia pertama kali ke Kantor Kerjasama yang biasanya bertugas untuk menangani mahasiswa asing di Kota Solo. 1. Diskusikan tentang peristiwa budaya di luar dugaan yang terjadi, dan menyebabkan timbulnya keterkejutan budaya. 2. Diskusikan peristiwa-peristiwa atau strategi tentang cara keterkejutan budaya tersebut dapat diatasi. C. PENGEMBANGAN 6 Model kegiatan untuk pengembangan kompetensi antar budaya: 1. Pikirkan tentang peristiwa budaya dalam domain perkantoran, mirip dengan yang dialami Henry. Kata kunci: merasa asing, aneh, tidak terbiasa terhadap budaya alon-alon waton klakon, dan guyup rukun dalam domain perkantoran. 2. Jelaskan bagaimana Saudara dapat memahami penutur dalam domain perkantoran pada budaya lokal di Kota Solo. Kata kunci: pencarian nilai-nilai pada budaya alon-alon waton klakon, dan guyup rukun dalam domain perkantoran dengan mendekonstruksi nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. 3. Tunjukkan lesson learned dari peristiwa budaya tersebut sehingga terjadi pengembangan kompetensi budaya pada diri Saudara. Kata kunci: pengembangan budaya dalam hal menerima budaya lokal apa adanya dan melaksanakannya sesuai kesantunan yang berlaku pada komunikasi antar budaya dalam domain perkantoran. 7