Filariasis atau yang lcbih dikenal ioi ~i karakteristik sendiri, baik dari dcngan penyakit kaki gajab mcrupakan segi morfologi caciJI&nya maupun periojenis penyakit menular menablitl. disitas atau walttu aktifuya. Biasanya Mungkin bagi sebagian orang penyak.it daerab endemis Brugia molayi adalab daerab dengan butan rawa, sepanjang sunini masih asing didengar mengingat gai atau badan air yang laiD dengan tanakebcradaan penyakit ini tidak setenar demam berdarah, malaria, atau jenis man air. Sedangkan untuk Wuchereria bancrofti adalab daerab perkotaan yang penyakit menular lainnya. Namun, keberadaan pen- piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilliiiiiiiiiiiiiiiiiii!iii~~i!iii-.J kurnub, padat penyakit ini di lndoncduduknya dan bdllyak sia tidak botch genangan air kotor d isepeIe kan sebagai habitat vektor mengingat penyepenular. Selain di pabaraonya saat ini kotaan, Wuchereria bancrofti juga dapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, bcrkembang di daerah seperti daerah pedesaan dcngan lingSumatra, Jawa, kungan yang sama dengao daerah endemis Kalimantan, Sulawesi, Nusa TengBrugia malayi. gara, dan Papua. Adanya lingkungan Penyakit ini diteyang cocok untuk kemukan di daerah hidupan vektor akan perkotaan maupun sangat potensial untuk pedesaan. Untuk terjadi penularan penkasus di daerah yakit kaki gajah. Sepedesaan banyak ~~!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!i!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!~ seorang dapat tertular ditemukan di ka- "" atau terinfeksi pcnyakit wasan Indonesia bagian timur, sedangkaki gajab apabila orang terscbut mendakan untuk di daerah perkotaan penyakit pat gigitan nyamuk vektor yang mengandkaki gajah ini banyak di temukan di ung larva cacing filaria yang infektif. Nyadaerah seperti Jakarta, Bekasi, Semamuk vektor dapat menjadi infektif apabila rang, Tangerang, Pekalongan, dan nyamuk tersebut menghisap darah dari Lebak (Banten). orang atau binatang rescrvoar yang menFilariasis adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing dan ditularkan oleh vektor berupa nyamuk. Ada tiga jenis caciog yang menyebabkan penyakit ini, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga jenis cacing Vol.l.No.Ol/Talum 2006 gandung larva cacing filaria (rnikrofiJaria). Dengan demikian manusia atau hewan yang mengandung mikrofllaria mcrupakan sumber penularan penyakit. Apabila di sekitar kita terdapat penderita filariasis sewaktu-waktu mungkin kita dapat tertular. FOKUSUTAMA Berbeda dengan penularan yang terjadi pada penyakit malaria atau demam berdarah, seseorang dapat terinfeksi filariasis apabila orang tersebut mendapat gigitan dari nyamuk vektor ribuan kali. Dengan demikian, kepadatan vektor dalam penularan penyakit kaki gajah sangat berperan. Umurnnya penyebaran penyakit ini terjadi pada malam hari. Hal ini terkait dcngan waktu aktif mikrofilaria dalam darah manusia dan perilaku menggigit nyamuk vektor. Dilihat dari jumlah dan jenisnya, vektor penyakit filaria memiliki Jebih banyak keragaman dibanding vektor penyakit malaria dan deman berdarah. Di Indonesia saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang berperan sebagai vektor penyakit kaki gajah. Di Indonesia bagian timur genus Mansonia dan Anopheles barbirostris banyak berperan sebagai vektor. Untuk daerah perkotaan nyamuk Culex quinquefasciatliS merupakan vektor dari Wuchereria bancrofti. Nyamuk ini merupakan nyamuk rumah yang sering dijumpai pada malam hari. Umumnya gcjala penyakit kaki gajah ini yang utama adalah peradangan dan penyumbatan saluran gctah bening. Namun, jika ditinjau lebih detail perjalanan penyakit filaria ini dapat dibagi menjadi beberapa stadium yaitu stadium pertama adalah mikrofiJaremia, stadium yang kcdua adalah stadium akut dan yang ketiga adalah stadium menahun. Ketiga stadium itu tidak ada batasan yang nyata. Stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis. Tapi dalam tubuh orang tersebut sebenarnya sudah terdapat mikrofilaria dalam jumlah kecil. Stadium akut ·ditandai dengan gcjala pcradangan pada saluran dan kclcnjar 20 Vol.l.No.Ol/Talzun 2006 limfe berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd. Gejala tcrsebut hilang timbul beberapa hari dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Yang paling sering di jumpai adalah pcradangan pada sistcm Iimfatik alat kelamin pria yang dapat menimbulkan fenikulitis, epididimitis, dan orkitis. Saluran sperma meradang membengkak dan sangat nyeri pada pcrabaan. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Kadang di jumpai gejala limfcdema dan elephantiasis yang dapat mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, buah zakar, payudara, dan vulva. Filariasis bukan pcnyakit yang langsung mematikan, tapi bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin. Akibatnya, pcnderita tidak dapat bekerja secara optimal, bahkan hidupnya bergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga. Selama ini pengobatan penderita filariasis adalah dengan menggunakan obat dietil karbamasin sitrat (DEC). Selain DEC, ada obat lain yang dipakai dalam pengobatan filariasis yantu ivermektin. ' Mcskipun ada obatnya pencegahan sejak dini perlu dilakukan masyarakat, terlebih masyarakat yang lingkungan sekitarnya terdapat penderita filariasis. Pencegahan yang paling efektif adalah mencegah terhadap gigitan nyamuk dan pcrilaku hidup sehat serta senantiasa menjaga kesehatan lingkungan. ** * Heni Prasetyowati., Loka Litbang P282 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I. lmlde