12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai

advertisement
!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan studi peneliti mengambil beberapa referensi berdasarkan
jurnal penelitian skripsi yang menggunakan metode analisis resepsi, berikut
beberapa penelitian yang menggunakan metode analisis resepsi :
1. Skripsi Andri Qoirul Syaifudin, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas
Komunikasi
&
Informatika
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta, dengan judul skripsi “Analisis Resepsi Audience Mengenai Isi
Iklan Rokok Djarum 76 Versi Wakil Dibuang Rakyat Miskin, Kontes
Jin, Korupsi Pungli & Sogokan di Desa Tugu, Mlarak, Ponorogo” Pada
Tahun 2014. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui resepsi
khalayak terhadap pesan iklan Mengenai KKN dalam iklan rokok Djarum
76. Penelitian ini menggunakan Teori Encoding & Teori Decoding (Stuart
Hall). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil
kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan konsep
interview 5 informan yang kemudian menghasilkan 4 dari 5 informan
menyatakan setuju/dominan bahwa iklan tersebut memiliki makna sindiran
terhadap KKN dan Wakil Rakyat.
2. Skripsi Syahaamah Fikria. Mahasiswi jurusan ilmu komunikasi fakultas
ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Diponegoro. dengan judul skripsi
“Interpretasi Khalayak Terhadap Sosok Perempuan dalam Iklan
!
"#!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
"$!
Produk Kebutuhan Rumah Tangga (Analisis Resepsi Terhadap Iklan di
Televisi).” Pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pemaknaan khalayak terhadap sosok perempuan pada iklaniklan produk kebutuhan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan teori
Encoding & Decoding. dan menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya perbedaan
interpretasi
antara
informan
laki-laki
&
perempuan.
Laki-laki
berpandangan bahwa peran dan penggambaran perempuan dalam iklan
adalah sesuatu yang wajar ((Dominant Hegemonic Reading),
Reading sedangkan
informan perempuan cenderung menolak dengan tegas penggambaran
sosok perempuan dalam iklan (Oppositional Reading).
3. Skripsi Zenia Eka Octaviani, Mahasiswi Jurusan Marketing Komunikasi &
Periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta.
dengan judul skripsi "Interpretasi Khalayak Pada TVC Proman
Energenesis Versi Journey (Analisis Resepsi Khalayak Pada Isi
Tayangan TVC Proman Energenesis Versi Journey Durasi 30 detik)”
pada Tahun 2016. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
Interpretasi
khalayak
dalam
memaknai
tayangan
iklan
Proman
Energenesis versi Journey. Penelitian ini Menggunakan Teori Encoding &
Decoding dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif. Hasil
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama pada Dominant Hegemoni
informan menganggap pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan
Proman Energenesis adalah agar stamina dapat terjaga dalam melakukan
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
"%!
berbagai aktivitas. kedua pada Negosiasi informan menganggap Jiika
pesan yang disampaikan para bikers harus meminum proman agar stamina
dapat terjaga dalam melakukan aktifitas touring. Ketiga pada Oposisi
informan menganggap pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut
kurang menjelaskan jika iklan tersebut adalah iklan minuman Energy
Drink produk hanya diperlihatkan di akhir iklan. perilaku khalayak terbagi
dua kategori yang pertama Dominant Hegemoni yaitu dua dari delapan
informan bergender pria setuju mencoba untuk mengkonsumsi proman,
kedua Oposisi yaitu enam informan tidak berniat mengkonsumsi proman
Energenesis, karena merasa tidak terpengaruh oleh iklannya.
4. Skripsi Dwi Mahliza Ulfa, Mahasiswi Jurusan Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan
judul skripsi “Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film
(Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme dalam
Film Cin(T)a)” pada tahun 2013. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
melihat bagaimana interpretasi penonton mengenai pluralisme yang
ditampilkan dalam film Cin(T)a. Penelitian ini menggunakan Teori
Encoding & Decoding (Stuart Hall) dengan metode penelitian Kualitatif.
Hasil Kesimpulan dari penelitian ini adalah 4 dari 5 informan termasuk
dalam Negotiated Position karena terdapat beberapa bagian film yang
disukai/disetujui namun di sisi lain terdapat bagian yang dianggap
bertentangan dengan apa yang informan pahami, 1 informan berada pada
Oppositional Position karena secara jelas mengakui dirinya tidak setuju
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
"&!
dengan konsep pluralisme, juga ketidaksetujuan tanggapannya tentang
pernikahan beda agama.
5. Tesis Rizky Rachdian S, Mahasiswa fakultas ilmu sosial dan Ilmu politik,
Departemen
ilmu
Komunikasi
Program
Pascasarjana
Universitas
Indonesia. Dengan judul Tesis “Indonesia, Nasionalisme dan Iklan
(Analisis Resepsi Terhadap 3 Iklan Televisi Dengan Tema KeIndonesiaan)” pada tahun 2012. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan
yaitu mendeskripsikan apa yang khalayak maknai terhadap iklan-iklan
dengan tema ke-Indonesiaan serta secara khusus juga ingin melihat
bagaimana pendekatan iklan seperti itu dalam brand produk yang
diiklankan. Tujuan lainnya, ingin melihat secara khusus bagaimana
pendekatan iklan seperti itu dalam nasionalisme Indonesia di masa
sekarang dan tujuan terakhir untuk mengetahui apa yang menjadi
latarbelakang munculnya pemahaman khalayak terhadap arti kata
Indonesia dan nasionalisme terutama terkait dengan pengalaman, masa
kecil dan keluarga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan posisi
pemaknaan terhadap fenomena iklan dengan tema ke-indonesiaan
dimaknai beragam oleh informan terpilih. Pemaknaan beragam tersebut
terjadi karena berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang menjadi unit
analisis adalah faktor tingkat pendidikan informan terpilih.
Dari 5 data studi penelitian sebelumnya yang menjadi referensi
penulis, analisis resepsi semuanya menyasar khalayak yang memiliki peran
sebagai khalayak aktif dalam memaknai isi tayangan media. Maka dari data
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
"'!
penelitian tersebut, penulis cukup mendapatkan semacam data pendahuluan
mengenai studi resepsi khalayak. Dari situ penulis dapat melihat dan menganalisa
kepustakaan serta data yang didapat dari penelitian-penelitian tersebut yang
kemudian akan peneliti manfaatkan sebagai salah satu kriteria keabsahan data
penelitian yang akan peneliti lakukan.
2.2
Periklanan
Periklanan merupakan salah satu alat yang paling umum digunakan
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan
masyarakat. Hal ini juga ditegaskan Sunarto yang menyatakan bahwa :
“Periklanan memiliki manfaat untuk memberikan informasi kepada konsumen
mengenai produk perusahaan sekaligus mempengaruhi konsumen untuk membeli
produk tersebut”. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Sunarto
tersebut, tampak bahwa kegiatan periklanan akan mencapai tujuan yang
diharapkan, apabila mampu menarik minat beli, dimana informasi yang
disampaikan dapat diterima konsumen dengan baik.1
Peranan periklanan dalam pemasaran suatu produk adalah untuk
membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan produk yang ditawarkan,
menambah pengetahuan konsumen tentang produk yang ditawarkan, membujuk
calon konsumen untuk membeli dan menggunakan produk tersebut dan untuk
membedakan diri antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"!Sunarto.
!
2003. Prinsip-prinsip Pemasaran. (Yogyakarta: Amus), hlm. 401!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
2.3
"(!
Pengertian Iklan
Otto Klepper (1986), seorang ahli periklanan terkenal asal amerika,
merupakan orang yang berjasa besar dalam meruntut asal muasal istilah
Advertising. Dalam bukunya yang berjudul Advertising Procedure, dituliskan
bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu Ad-vere yang berarti
mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Jadi, pengertian seperti ini
sebenarnya tidak ada ubahnya dengan pengertian komunikasi. Salah satu
pengertian komunikasi adalah mengoperkan pesan dari satu pihak ke pihak lain,
baik melalui lisan, media cetak, radio, televisi, komputer, media luar ruang, dan
sebagainya.
Beberapa ahli memaknai iklan dalam beberapa pengertian. Ada yang
mengartikan dalam sudut pandang komunikasi, murni periklanan, pemasaran dan
ada pula yang memaknai dalam perspektif psikologi. Kesemua definisi tersebut
membawa konsekuensi arah yang berbeda-beda. Bila dalam perspektif
komunikasi cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan. Dalam perspektif iklan cenderung menekankan
pada aspek penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan
melalui media khusus. Perspektif pemasaran lebih menekankan pemaknaan iklan
sebagai alat pemasaran, yaitu menjual produk. Sementara dalam perspektif
psikologi lebih menekankan aspek persuasif pesan.
Beberapa pandangan tentang pengertian iklan telah dituliskan, misalnya
oleh Dunn dan Barband (1978) yang menuliskan bahwa iklan merupakan bentuk
kegiatan komunikasi non-personal yang disampaikan lewat media dengan
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
")!
membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat
membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga nonkomersial, maupun pribadi yang berkepentingan (Dunn & Barban, 1978 : 8).
Seorang ahli pemasaran, Kotler (1991:237) mengartikan iklan sebagai
semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, promosi barang produk
atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar. Artinya, dalam
menyampaikan
pesan
tersebut,
komunikator
memang
secara
khusus
melakukannya dengan cara membayar kepada pemilik media atau membayari
orang yang mengupayakannya.
Di Indonesia, masyarakat periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai
segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu
media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah
periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan (Riyanto,2001).2
2.3.1 Fungsi Iklan
Seiring pertumbuhan ekonomi iklan menjadi sangat penting karena
konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang
dibelinya. Menurut Terence A. Shimp, secara umum periklanan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
#!Rendra
13-16!
!
Widyatama. 2009. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publisher. Yogyakarta. Hlm.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
"*!
mempunyai fungsi komunikasi yang paling penting bagi perusahaan bisnis
dan organisasi lainnya yaitu3 :
1. Informing (memberi informasi) membuat konsumen sadar (aware)
akan merek-merek baru, serta memfasilitasi penciptaan citra merek
yang positif.
2. Persuading (mempersuasi) iklan yang efektif akan mampu
mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk atau
jasa yang diiklankan.
3. Reminding (mengingatkan) iklan menjaga agar merek perusahaan
tetap segar dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif
juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah
ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan
dipilihnya.
4. Adding Value (memberikan nilai tambah) periklanan memberikan
nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi
konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang
lebih elegan, bergaya, bergengsi dan lebih unggul dari tawaran
pesaing.
5. Assisting (mendampingi) peran utama periklanan adalah sebagai
pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan
dalam proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan
mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$!Terence A. Shimp. 2004. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu, Jilid 2. (Jakarta:Erlangga), hlm.261
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#+!
promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan undian. Peran
penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan dari
perusahaan.
2.3.2
Tujuan Iklan
Iklan juga dapat dibedakan berdasarkan kategori sifat tujuan yang
dikehendaki oleh iklan itu sendiri. Dalam kategori ini, secara umum iklan
dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu iklan komersial dan iklan nonkomersial.4
a. Iklan Komersial
Iklan komersial sering disebut pula dengan iklan bisnis.
Sebagaimana namanya, iklan komersial atau iklan bisnis
bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya
peningkatan penjualan. Produk yang ditawarkan dalam iklan
ini sangat beragam, baik barang, jasa, ide, keanggotaan
organisasi, dan lain-lain.
Iklan komersial dapat dibagi kedalam tiga jenis iklan, yaitu
iklan untuk konsumen, untuk bisnis, dan iklan untuk
professional. Perbedaan yang essensial dari ketiganya adalah
pada khalayak yang dituju. Namun semua iklan tersebut tetap
dimaksudkan untuk mendapat keuntungan komersial.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%!Rendra Widyatama. 2009. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publisher. Yogyakarta. Hlm.
102-104!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#"!
b. Iklan Non-Komersial
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk
menyampaikan
informasi,
mempersuasi
atau
mendidik
khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk mendapatkan
keuntungan
ekonomi,
Keuntungan
sosial
melainkan
yang
dimaksud
keuntungan
adalah
sosial.
munculnya
penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan
perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta
mendapatkan citra baik di mata masyarakat.
2.4
Menentukan Daya Tarik Iklan
Suatu daya tarik iklan dapat dipahami sebagai sesuatu yang menggerakan
orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan mereka, dan membangkitkan
ketertarikan mereka.5
Pada dasarnya terdapat berbagai daya tarik yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam mempersiapkan suatu pesan iklan. Secara umum, berbagai daya tarik
itu dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori :
1) Daya tarik informatif / Rasional
Daya tarik informatif atau rasional menekankan pada pemenuhan
kebutuhan konsumen terhadap aspek praktis, fungsional, dan kegunaan
suatu produk dan juga menekankan pada atribut yang dimiliki suatu
produk dan atau manfaat atau alasan atau menggunakan merek produk
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&!Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm 342!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
##!
tertentu. Menurut Belch, beberapa tipe daya tarik iklan yang dapat
dikategorikan sebagai memiliki daya tarik rasional adalah iklan-iklan yang
menekankan pada aspek-aspek :6
•
Iklan yang menggunakan daya tarik atribut
Iklan ini menekankan pada sifat atau kualitas tertentu yang dimiliki
suatu barang dan jasa. Iklan jenis ini cenderung menyajikan
banyak informasi dengan menampilkan sejumlah atribut penting
produk yang diharapkan dapat menimbulkan sikap positif
konsumen sehingga dapat digunakan sebagai dasar bagi keputusan
pembelian yang diambil berdasarkan pertimbangan sosial.
•
Iklan yang menggunakan daya tarik keunggulan
Iklan yang menekankan pada perbandingan baik secara langsung
maupun tidak langsung antara produknya dengan produk
pesaingnya dan biasanya mengklaim memiliki keunggulan pada
satu atau lebih atribut.
•
Iklan yang menggunakan daya tarik harga
Iklan yang menjadikan harga sebagai faktor dominan dalam pesan
iklannya. Iklan dengan daya tarik harga ini paling sering digunakan
oleh perusahaan pengecer dalam bentuk pengumuman promosi
penjualan, penawaran khusus, atau penawaran harga murah.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
'!Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm 344!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#$!
•
Iklan dengan daya tarik berita
Iklan yang menggunakan berita atau pengumuman di media massa
mengenai produk yang bersangkutan dalam iklannnya untuk
menarik perhatian konsumen. Daya tarik ini dapat digunakan untuk
suatu produk baru atau menginformasikan konsumen mengenai
modifikasi atau perbaikan yang dilakukan terhadap suatu produk.
•
Daya tarik popularitas
Iklan yang menekankan ketenaran suatu barang atau jasa dengan
menampilkan
sejumlah
tokoh
atau
sejumlah
ahli
yang
menggunakan atau merekomendasikan produk bersangkutan untuk
menunjukkan produk bersangkutan sebagai pemimpin besar.
2) Daya tarik emosional
Adalah daya tarik yang terkait atau berhubungan dengan kebutuhan sosial
dan psikologi konsumen dalam pembelian suatu produk. Dalam hal ini,
kebutuhan dan perasaan konsumen pada level emosional.
Menurut Kamp dan Macinnis, pemasaran iklan sering menggunakan
konsep integrasi emosional dimana iklan berusaha menggambarkan
karakter dari orang-orang yang mengalami atau menerima manfaat
emosional setelah menggunakan suatu produk.7
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
(!Morissan,
M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm 346!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#%!
Pemasar menggunakan daya tarik emosi adalah untuk mempengaruhi
interpretasi konsumen terkait dengan pengalaman yang dapat mereka
rasakan ketika menggunakan suatu produk.
2.5
Iklan Televisi
Iklan televisi dibangun dengan kekuatan visualisasi objek dan kekuatan
audio. Televisi menjadi berbeda dan cenderung bisa memengaruhi banyak orang
karena memiliki jangkauan yang sangat luas serta kemampuan audio visual yang
bersatu sehingga menghadirkan sensasi tersendiri bagi yang melihatnya.
Menurut Raymon Williams dan Simon During, iklan televisi telah
mengangkat medium iklan ke dalam konteks yang sangat kompleks namun jelas,
berimajinasi namun kontekstual, penuh dengan fantasi namun nyata.8
Kepercayaan dunia usaha kepada iklan, terutama televisi, dilandasi oleh
kenyataan bahwa televisi adalah media yang paling popular saat ini, banyak
masyarakat yang terpikat dengan berbagai acara televisi, sehingga jika iklan
produk perusahaannya ditayangkan di televisi, maka besar kemungkinan produk
mereka dilihat oleh banyak orang.
Pada umumnya pesan dan konstruksi citra (image) iklan televisi lebih
mudah dilakukan bila dibandingkan dengan media lain karena televisi memiliki
kekuatan ganda yang tidak dimiliki media lain. Konstruksi citra (image) dibangun
menggunakan simbol-simbol kelas sosial, simbol-simbol budaya popular, seperti
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
)!Morissan,
M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm.107!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#&!
kemewahan, kenikmatan dan cita rasa, kemudahan, aktualisasi, serta simbol
budaya popular dan kelas sosial lainnya.
Iklan televisi dirancang berdasarkan konsep dan logika komunikasi, serta
pemberian konsep dasar pemasaran dengan memperhatikan perilaku sosial
masyarakat sebagai wacana kajian. Wacana kajian yang dimaksud berkembang
melalui media interaksi simbolis dan “permainan semiotika” yang dikemas dalam
wacana kreativitas, seni, sosial, budaya popular yang spektakuler, sehingga
menghasilkan sebuah tahap proses dalam koridor realitas sosial.9
2.6
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan media massa
dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi
massa adalah.10
a. Komunikator
b. Media Massa
c. Informasi (Pesan) Massa
d. Gatekeeper
e. Khalayak (Publik)
f. Umpan Balik
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
*!Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm.156!
"+!Apriadi Tamburaka. 2012. Agenda Setting Media Massa. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm. 15!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#'!
Wright (1959) dalam severin dan Tankard, Jr (2010: 4) mendefinisikan
komunikasi massa dalam tiga ciri :
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan
sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi
yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
2.6.1
Media Massa
Adapun media massa adalah institusi yang menghubungkan
seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk
media massa dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah : (1)
sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis; (2) sebagai
institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; (3) keikutsertaan baik
sebagai pengirim atau penerima sukarela; (4) menggunakan standar
professional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan antara
kebebasan dan kekuasaan.11
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
""!Apriadi Tamburaka. 2012. Agenda Setting Media Massa. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm.13!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
2.7
#(!
Konsep Dasar Realitas Sosial Budaya
Realitas sosial dibentuk melalui proses komunikasi. Realitas sosial
berkaitan dengan aturan-aturan, sedangkan aturan merupakan pemandu untuk
memahami peristiwa dan menanggapinya. Seseorang berbicara dan bertindak
untuk mencapai tujuan, dan pencapaian ini dipandu oleh aturan yang ada dalam
masyarakat. Sekalipun demikian, situasi sosial sering bersifat kompleks dan
mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dapat diasosiasikan dengan
suatu peristiwa.12
Kebudayaan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sehingga
memiliki perhatian berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti sosiologi dan
antropologi.
Dalam
pandangan
antropologi,
menurut
Koentjaraningrat
(1990),
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.13
Ada tiga bentuk kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990), yaitu :14
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dan ide, nilai, norma, dan
peraturan, misalnya peraturan perundang-undangan;
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
c. Tindakan berpola dari manusia dan masyarakat, contoh tradisi halal bi
halal.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"#
Sambas Syukriadi, 2016, Antropologi Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 128
1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 80!
"%!Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 85!
"$!Koentjaraningrat,
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#)!
Wujud kebudayaan dalam pengetahuan sehari-hari berupa tari-tarian,
nyanyian daerah, kesenian rakyat, dan sebagainya. Meskipun demikian, secara
umum kebudayaan terwujud dalam bentuk budaya yang bersifat abstrak dan
budaya yang bersifat konkret. Wujud abstrak kebudayaan terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga tidak tertangkap oleh indra, sedangkan wujud konkret budaya
terlihat pada tindakan atau perbuatan yang dapat dilihat dan diamati. Oleh karena
itu, aktifitas dan tindakan manusia dalam menghasilkan barang dapat disebut
agai wujud konkret kebudayaan.15
sebagai
Indonesia sebagai salah satu bangsa yang memiliki beragam suku budaya
memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Higgins dan Bowen
(1986) memandang bangsa Indonesia sebagai bangsa yang membudayakan
musyawarah sebagai teknik dasar untuk pengambilan keputusan yang didalamnya
mengandung nilai-nilai konsensus, koperasi sebagai dasar ekonomi Indonesia, dan
gotong-royong sebagai sifat saling membantu antar masyarakat Indonesia.16
2.7.1
Budaya
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sekelompok orang, yang diwariskan dari generasi ke generasi. 17
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, seperti sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"&!Sambas Syukriadi, 2016, Antropologi Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 130!
"'!John R. Bowen, 1986, On The Political Construction of The Tradition: Gotong Royong in
Indonesia, Journal of Asian Studies, Vol. XLV, No.3, hlm. 545.!
"(!Stewart L. Tubs-Sylvia Moss, 2000, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi,
(Buku kedua), Pengantar Deddy Mulyana, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 71.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
#*!
Seseorang yang berusaha berkomunikasi dengan orang yang berbeda
budaya, dan berusaha menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut berarti
sedang mempelajari budaya.18
Budaya merupakan pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks,
abstrak, dan luas yang unsur-unsurnya tersebar luas dan meliputi beragam
kegiatan sosial manusia.19
Budaya secara umum telah dianggap sebagai milik manusia, dan
digunakan sebagai alat komunikasi sosial yang didalamnya terdapat proses
peniruan.20
Klukhohn melalui Universal Categories of Culture (1953) dalam
Burhan Bungin (2006) merumuskan tujuh unsur kebudayaan yang
universal yaitu :21
1. Sistem teknologi, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia
(pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alatalat-alat
produksi, transportasi, dan sebagainya);
2. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, dan sistem perkawinan);
4. Bahasa (lisan dan tulisan);
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
")!Stewart
L. Tubs-Sylvia Moss, 2000, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi,
(Buku kedua), Pengantar Deddy Mulyana, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.73!
"*!Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, 2006, Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 25.!
#+!Sambas Syukriadi, 2016, Antropologi Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 19!
#"!Burhan Bungin, 2006, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Kencana Media, hlm. 53!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$+!
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
6. Sistem pengetahuan;
7. Religi (sistem kepercayaan)
Sumaatmadja
menyatakan
bahwa
pada
perkembangan,
pengembangan, dan penerapan budaya dalam kehidupan berkembang pula
nilai-nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian,
keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai
nilai budaya. Nilai budaya banyak dirumuskan oleh beberapa ahli dengan
rumusan berikut.22
a. Menurut koentjaraningrat (1987), nilai budaya adalah konsepsi
yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat
mengenai hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang
ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam
bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang
mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan
tujuan pembuatan yang tersedia.23
b. Clyde Kluckhohn (Pelly 1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai
konsepsi
umum
yang
terorganisasi,
memengaruhi
perilaku
berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, serta
hubungan antar orang dan tentang hal yang diinginkan dan tidak
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
##!N.
Sumaatmadja, 1980, Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni, hlm. 37!
1987. Pengantar Antropologi II Pokok-pokok Etnografi. Jakarta: Rineka
Cipta, hlm. 85.!
#$!Koentjaraningrat.
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$"!
diinginkan yang mungkin saling berkaitan antara manusia,
lingkungan, dan sesama manusia.24
c. Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari
adat istiadat. Hal ini dikarenakan nilai budaya terdiri atas konsep
mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh
warga suatu masyarakat sehingga berfungsi sebagai pedoman
orientasi
pada
kehidupan
para
warga
masyarakat
yang
bersangkutan. Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai
pedoman hidup warga masyarakat, sebagai konsep, sifat nilai
budaya sangat umum memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan
biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Sejak kecil,
manusia telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup di
dalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep budaya itu telah
berakar dalam alam jiwanya. Oleh karena itu, untuk mengganti
suatu nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain
diperlukan waktu lama.25
Kebudayaan menempati posisi sentral dalam tatanan hidup
manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup diluar lingkup kebudayaan.
kebudayaan dapat memberikan makna pada hidup manusia dan seluruh
bangunan hidup masyarakat berdiri diatasnya.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
#%!Menanti
& Pelly, 1994, Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 203!
#&!Sambas Syukriadi, 2016, Antropologi Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 24!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$#!
Manusia dan kebudayaan saling mengandaikan. Adanya manusia
mengandaikan adanya kebudayaan. demikian pula sebaliknya, adanya
kebudayaan mengandaikan adanya manusia. Dengan kata lain, manusia
dan kebudayaan pada dasarnya berhubungan secara dialektis. Terdapat
interaksi kreatif antara manusia dan kebudayaan. kebudayaan adalah
produk manusia, namun manusia sendiri adalah produk kebudayaan. tanpa
manusia tidak akan ada kebudayaan, manusia tidak dapat melangsungkan
hidup secara manusiawi.26
2.7.2
Ramah Tamah
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia ramah-tamah dapat
diartikan dengan pertemuan kekeluargaan (untuk perkenalana dan
sebagainya), kemudian beramah-tamah mempunyai arti yaitu bercakapcakap (bergaul) antara orang yang bersahabat (berkeluarga) dalam suasana
santai, sementara keramahtamahan memiliki arti yaitu hal ramah-tamah.27
masyarak
Pengertian ramah tamah adalah suatu perilaku dan sifat masyarakat
yang akrab dalam pergaulan seperti suka senyum, sopan serta hormat
dalam berkomunikasi, ringan tangan, suka menyapa, suka membantu tanpa
pamrih
dan
sebagainya
yang
dilakukan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
#'!Sambas
dengan
ketulusan
Syukriadi, 2015, Sosiologi Komunikasi, Pengantar Beni Ahmad Saebani, Bandung:
Pustaka Setia, hlm. 186!
#(!http://kbbi.web.id/ramah%20tamah!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
!
$$!
berprasangka baik terhadap orang lain baik itu yang sudah dikenal ataupun
yang belum dikenal. (Setiadi dkk:2006).28
Pengertian sopan santun adalah sikap suatu aturan atau tata cara
yang berkembang secara turun temurun dalam suatu budaya di masyarakat
yang bisa bermanfaat dalam pergaulan antar sesama manusia sehingga
terjalin suatu hubungan yang akrab, saling pengertian serta saling hormat
menghormati (Taryati dalam Suharti : 2004).29
Pengertian sopan santun dalam islam adalah sopan santun terdiri
dari 2 kata yaitu sopan dan santun. Sopan artinya hormat dengan Takzim
menurut adat yang baik. Sedangkan arti santun adalah baik dan halus budi
bahasa serta tingkah lakunya, suka menolong dan menaruh belas kasihan.
Dengan demikian pengertian sopan santun adalah suatu bentuk tingkah
laku yang baik dan halus serta diiringi sikap menghormati orang lain
menurut adat yang baik ketika berkomunikasi dan bergaul yang bisa
ditunjukkan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Setelah memiliki sopan santun, sikap atau perilaku seseorang akan
semakin sempurna dengan bersikap ramah tamah dalam pergaulan.
Seseorang dikatakan ramah tamah jika ia memiliki kebaikan hati dan budi
bahasa yang baik, sikap dan tutur kata yang manis, suka bergaul, serta
menyenangkan dalam pergaulan.
Seseorang yang memiliki sikap ramah tamah menunjukkan bahwa
ia mengakui dan menghargai keberadaan serta harkat dan martabat orang
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
#)!http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-sopan-santun-dan-ramah-tamah/!
#*!http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-sopan-santun-dan-ramah-tamah/!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$%!
lain, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta lebih mengutamakan
kepentingan bersama agar tercapainya kesejahteraan. Dengan bersikap
ramah tamah orang lain akan merasa dihargai dan diterima dalam
pergaulan.30
Sifat keramah-tamahan sebagai salah satu ciri khas kehidupan
bangsa. Keramah-tamahan bukan sekedar ungkapan sopan santun belaka,
melainkan kesediaan berdialog yang disampaikan secara jujut dengan
kehendak baik. Jadi keramah-tamahan adalah kesediaan berdialog dengan
disertai kehendak baik, dan penghargaan yang tulus, yang disampaikan
secara jujur dan wajar kepada pihak lain. Contoh keramah-tamahan dalam
kehidupan sehari-hari yang muda menghormati yang tua, yang tua
menyayangi yang muda, hormat terhadap tamu.
Keramah-tamahan seperti itu tentu merupakan hal yang amat
penting, tidak saja demi adanya kenyamanan hidup dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Juga dalam rangka kerjasama dengan bangsa
dan negara lain. Tanpa adanya keramah-tamahan atau kesediaan berdialog
dengan disertai maksud baik dan jujur, mustahil dapat terjalin kerjasama
yang baik dengan bangsa atau negara lain.
Sifat dan kepribadian bangsa Indonesia itu antara lain ramah
tamah, lapang dada, berjiwa besar, kekeluargaan, saling menghargai,
saling menghormati sesama, dan suka menolong. Masih banyak lagi sifat
dan kepribadian bangsa Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$+!http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-sopan-santun-dan-ramah-tamah/!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$&!
yang intinya adalah bangsa yang penuh dengan rasa kekeluargaan dan
kegotong-royongan.
Sifat keramah-tamahan sebagai salah satu ciri khas kehidupan
bangsa Indonesia tercermin dalam pancasila, khususnya sila Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab. Kata kemanusiaan yang adil dan beradab dapat
dijelaskan :31
a. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi
yang memiliki potensi pikir, rasa, dan citra.
b. Kemanusiaan berarti sifat manusia yang selaras dengan identitas
martabatnya sebagai makhluk yang setia.
c. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan yang selalu
didasarkan atas norma-norma yang objektif.
d. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya, beradab
berarti berbudaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup keputusan
dan tindakan selalu didasarkan pada nilai-nilai budaya.
2.8
Iklan dan Konstruksi Realitas
Iklan adalah bagian terpenting dari serangkaian kegiatan mempromosikan
produk yang menekankan unsur citra. Dengan demikian, objek iklan tidak sekedar
tampil dalam wajah yang utuh, akan tetapi melalui proses pencitraan, sehingga
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$"https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmateri=66&lvl1=4&l
vl2=3&lvl3=0&kl=8!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$'!
citra produk lebih mendominasi bila dibandingkan dengan produk itu sendiri.
Pada proses ini cita produk diubah menjadi citra produk.32
Perjalanan mengubah cita menjadi citra, adalah persoalan interaksi
simbolis dimana objek iklan dipertontonkan. Fokus perhatian pada makna
simbolis konsumen iklan yang ditampilkan dalam iklan itu sendiri, dimana
simbol-simbol budaya dan kelas sosial menjadi bagian dominan dalam
kehidupannya.33
Umumnya pencitraan dalam iklan televisi disesuaikan dengan kedekatan
jenis objek iklan yang diiklankan, walaupun tidak jarang pencitraan dilakukan
secara ganda, artinya iklan menggunakan beberapa pencitraan terhadap satu objek
iklan. Pada beberapa iklan yang menonjol dalam pencitraan, diperoleh beberapa
kategorisasi penggunaan dalam iklan televisi, sebagai berikut34 :
1. Citra Perempuan
Seperti yang dijelaskan oleh Tomagola, citra perempuan ini tergambarkan
sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan. Dalam
banyak iklan terjadi penekanan terhadap pentingnya perempuan
untuk
tampil memikat dengan mempertegas sifat kewanitaannya secara biologis.
2. Citra Maskulin
Iklan juga mempertontonkan kejantanan, otot laki-laki, ketangkasan,
keperkasaan, keberaniaan menantang bahaya, keuletan, keteguhan hati,
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$#!Burhan
Bungin. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), hlm.79!
$$!Burhan Bungin. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), hlm.79!
$%!Burhan Bungin. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), hlm.122!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$(!
bagian-bagian tertentu dari kekuatan daya tarik laki-laki sebagai bagian
dari citra maskulin. Citra maskulin adalah stereotype laki-laki dalam
realitas sosial nyata. Untuk
menggambarkan realitas tersebut, maka
iklan mereproduksinya ke dalam realitas media, tanpa memandang bahwa
yang digambarkan itu sesuatu yang real atau sekedar mereproduksi realitas
itu dalam realitas media yang penuh kepalsuan.
3. Citra Kemewahan dan Eksklusif
Kemewahan dan eksklusif adalah realitas yang diidamkan oleh banyak
orang dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang bekerja keras, berjuang
hidup untuk memperoleh realitas kemewahan dan eksklusif, karena itu
iklan televisi mereproduksi realitas ini ke dalam realitas iklan dengan
maksud memberi simbol-simbol kemewahan ke dalam objek iklan televisi.
4. Citra Kelas Sosial
Dalam realitas sosial nyata, selain kemewahan, rasa ingin masuk ke dalam
kelas sosial yang lebih baik, merupakan realitas yang didambakan banyak
orang.
5. Citra Kenikmatan
Kenikmatan dalam realitas kehidupan sosial sehari-hari adalah bagian
kehidupan yang amat didambakkan banyak orang, tanpa memandang kelas
sosial mereka, sedangkan dalam iklan televisi kenikmatan adalah realitas
yang menembus jarak sosial. Namun disaat kenikmatan itu dapat
memindahkan seseorang dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$)!
diatasnya, maka hal itu adalah sebuah hiper-realitas yang diciptakan untuk
tujuan pencitraan terhadap produk yang diiklankan.
6. Citra Manfaat
Citra manfaat juga dapat memberi penilaian yang lebih positif terhadap
suatu produk sehingga dapat menciptakan kebutuhan orang terhadap objek
iklan. Penciptaan kebutuhan ini penting dalam iklan, karena kebutuhan
adalah awal tindakan seseorang untuk membuat keputusan pembeliaan.
7. Citra Persahabatan
Citra Persahabatan ditampilkan pada sebuah iklan, sebagai jalan keluar
terhadap banyaknya problema rendah diri yang terjadi di kalangan remaja,
terutama yang bersumber dari diri remaja itu sendiri.
8. Citra Seksisme dan Seksualitas
Ketika iklan televisi berani muncul dengan citra seksualitas ini, menjadi
daya tarik yang luar biasa, karena selain berani menembus tradisi, citra
seksualitas dalam ruang publik dianggap sebagai hiburan yang
menyegarkan.
Tugas utama iklan itu sebenarnya untuk mengubah produk menjadi sebuah
citra, dan apapun pencitraan yang digunakan dalam sebuah iklan, pencitraan itu
memiliki efek terhadap produk dan akan menambah nilai ekonomisnya. Jadi,
dengan demikian, maka pencitraan iklan televisi adalah bagian terpenting dalam
konstruksi iklan televisi dan realitas sosial.
Realitas sosial ini adalah sebuah konstruksi pengetahuan dan/atau wacana
dalam dunia kognitif yang hanya hidup dalam pikiran individu dan simbol-simbol
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
$*!
masyarakat, namun sebenarnya tidak di temukan dalam dunia nyata. Refleksi
realitas itu baru terlihat saat individu mengidentikkan dirinya dengan lingkungan
sosialnya, dalam bentuk-bentuk yang lebih konkret terlihat di saat mereka
menentukan pilihan-pilihan mereka terhadap sebuah produk yang akan mereka
gunakan.
Koridor realitas inilah yang dimaksud dengan realitas media, karena itu
ketergantungan mereka yang hidup dalam realitas media iklan televisi adalah
mereka yang selalu memiliki kesadaran realitas ini, sebagai mana ia menyadari
sebagai bagian dari realitas itu sendiri.
Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran
masyarakat, televisi telah menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara
membangun teater dalam pikiran manusia (Theater of Mind), sebagaimana
gambaran realitas dalam iklan televisi. Realitas tersebut dibangun berdasarkan
gambaran realitas seorang copywriter dan visualizer tentang dunia atau citra
produk yang diinginkannya.35
Realitas yang dibangun oleh copywriter dan visualizer amat bisa kepada
lingkungan
mereka,
termasuk
pula
simulasi
(Objek
realitas)
untuk
menggambarkan realitas tersebut. Wacana simulasi adalah ruang pengetahuan
yang dikonstruksikan oleh iklan televisi, dimana perbedaan antara yang nyata atau
fantasi, atau yang benar dengan yang palsu, menjadi sangat tipis.36
Realitas sosial media massa memiliki makna dimana pemirsa melakukan
decoding makna konten siaran media massa (konten iklan televisi). Proses
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$&!Burhan
$'!Burhan
!
Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media), hlm.222!
Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media), hlm.223!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%+!
decoding itu menghasilkan makna yang berbeda-beda, karena pemirsa iklan
televisi berasal dari ruang dan kelompok sosial yang berbeda-beda pula. Sehingga
makna realitas sosial iklan televisi, dipahami secara berbeda berdasarkan ruang
dan kelompok sosial.
2.9
Khalayak Aktif
Menurut Littlejohn dan Foss audiens dapat dibedakan menjadi audiens
pasif dan audiens aktif. Audiens pasif maksudnya adalah pengertian yang
menganggap bahwa masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh media. Masyarakat
secara pasif menerima apa yang disampaikan media, masyarakat menerima secara
langsung apa-apa yang disampaikan oleh media. Sedangkan audiens aktif berlaku
sebaliknya, kelompok ini lebih selektif dalam menerima pesan-pesan media,
mereka juga selektif dalam memilih dan menggunakan media.37
Khalayak
adalah
partisipan
aktif
dalam
membangun
dan
menginterpretasikan makna atas apa yang mereka baca, dengar dan lihat sesuai
dengan konteks budaya. Isi media dipahami sebagai bagian dari sebuah pro
proses
dimana common sense dikonstruksi melalui pembacaan yang diperoleh dari
gambar dan teks bahasa. Sementara, makna teks media bukanlah fitur yang
transparan, tetapi produk interpretasi oleh pembaca dan penonton. Asumsinya
adalah, sebelumnya media hanya menjadi penyalur informasi, maka kini ia
menjadi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi. Media
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$(!Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2005. Theories of Human Communication, 8th Edition,
Usa: Thomson Wadsworth. Hlm.333!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%"!
kini bertugas untuk membawa audiens-nya masuk dalam dunia makna yang lebih
luas, tidak terbatas pada tempat dan waktu kejadian sebuah peristiwa.38
Konsep khalayak aktif (Active Audience) pada mulanya berangkat dari
Stuart Hall dalam tradisi cultural studies ketika mengintrodusir model komunikasi
encoding/decoding, yang kemudian dikenal juga dengan semiotik. Ini berisi
gagasan tentang proses komunikasi di mana gagasan/idea di-encode dalam pesan,
dikirim dan diterima untuk di-decode, yang bisa jadi ide yang dikirimkan tadi
tidak dipahami secara identik dengan yang mengirim, karena makna tidaklah ada
dalam pesan, melainkan bahwa pemaknaan ditentukan oleh faktor seperti konteks,
tujuan, ideologi, kepentingan atau bahkan juga media yang digunakan. Di situlah
muncul bahwa khalayak tidaklah pasif, tapi aktif karena berhak menentukan
sendiri makna dan refleksi pengalamannya terhadap teks yang dikonsumsinya.
Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang
berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and Passive
Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi
tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus
khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif.39
1. Selektifitas (Selectivity)
Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang
mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam
mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
$)!Hadi, Ido Prijana. 2009. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis – Jurnal
Ilmiah SCRIPTURA. Surabaya: Universitas Kristen Petra.!
$*!Junaedi,Fajar. 2007. Komunikasi Massa Pengantar Teoretis. (Yogyakarta: Santusa), hlm.82-83!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%#!
Misalnya, kalangan bisnis lebih berorientasi mengkonsumsi Majalah
Swasembada
dan
Harian
Bisnis
Indonesia
untuk
mengetahui
perkembangan dunia bisnis, penggemar olahraga mengkonsumsi Tabloid
Bola untuk mengetahui hasil berbagai pertandingan olah raga dan
sebagainya.
2. Utilitarianisme (Utilitarianism)
Dimana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka
suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang
mereka miliki.
3. Intensionalitas atau Intentionality
Mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media.
4. Involvement atau Keikutsertaan
Khalayak
secara
aktif
berfikir
mengenai
alasan
mereka
dalam
mengkonsumsi media.
Khalayakan Aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam
menghadapi pengaruh media atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.
Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari
khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi
sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.
Peran aktif khalayak di dalam memaknai teks media dapat terlihat pada
premis-premis dari model encoding/decoding Stuart Hall yang merupakan dasar
dari analisis resepsi. Teks media biasanya mengarahkan pemaknaan khalayak ke
arah yang diinginkan. Untuk mengetahui makna dominan yang ditawarkan oleh
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%$!
media, kita bisa melakukan analisis struktur internal dari teks.
Analisis resepsi memfokuskan pada perhatian individu dalam proses
komunikasi massa (decoding), yaitu pada proses pemaknaan dan pemahaman
yang mendalam atas media teks, dan bagaimana individu menginterpretasikan isi
media. Hal tersebut bisa diartikan individu secara aktif menginterpretasikan teks
media dengan cara memberikan makna atas pemahaman pengalamannya sesuai
apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari (Verstehen atau understanding)
Interpretasi didefinisikan sebagai kondisi aktif seseorang dalam proses berpikir
dan kegiatan kreatif pencarian makna. Sementara makna pesan media tidaklah
permanen, makna dikontruksi oleh khalayak melalui komitmen dengan teks media
dalam kegiatan rutin interpretasinya. Artinya, khalayak adalah aktif dalam
menginterpretasi dan memaknai teks media.40
Khalayak mungkin melakukan pembacaan alternatif yang berbeda dengan
pemaknaan yang ditawarkan oleh media. Biasanya perbedaan makna muncul
karena perbedaan posisi sosial dan/atau pengalaman budaya antara pembaca dan
produsen media.
2.10
Analisis Resepsi
Reception analysis adalah metode yang merujuk pada sebuah komparasi
antara analisis tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasil
interpretasinya merujuk pada konteks, seperti cultural setting dan context atas isi
media lain. Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%+!Hadi,
Ido Prijana. 2009. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis – Jurnal
Ilmiah SCRIPTURA. Surabaya: Universitas Kristen Petra.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%%!
selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya
sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang diproduksi
oleh media massa (Hadi,2007: 16).41
Peran aktif penonton dalam memaknai teks juga dapat terlihat pada model
encoding/decoding Stuart Hall, yaitu model yang menjelaskan bahwa sebuah
pesan yang sama dapat dikirimkan atau diterjemahkan lebih dari satu cara.
Menurut Hall akan ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan
pembaca serta bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya (Durham &
Kellner, 2002:174-175).42
1. Dominant-Hegemonic Position
Yaitu, audiens mengambil makna yang mengandung arti dari isi
media dan meng-decode-nya sesuai dengan makna yang dimaksud
(Preferred reading) yang ditawarkan teks media. Audiens sudah punya
pemahaman yang sama, tidak akan ada pengulangan pesan, pandangan
komunikator dan komunikan sama, langsung menerima.
2. Negotiated Position
Yaitu, mayoritas audiens memahami hampir semua apa yang telah
didefinisikan dan ditandakan dalam teks media. Audiens bisa menolak
bagian yang dikemukakan, di pihak lain akan menerima bagian yang lain.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%"!Hadi,
Ido Prijana. 2009. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis – Jurnal
Ilmiah SCRIPTURA. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
%#!Durham, M. G., & D. M. Kellner. (Eds.). 2002. Media and Cultural Studies : Keyworks.
Massachusetts: Blackwell Publisher. Hlm 174-175
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%&!
3. Oppotional Position
Yaitu, audiens memaknai pesan secara kritis dan menemukan
adanya bias dalam penyampaian pesan dan berusaha untuk tidak
menerimanya secara mentah-mentah. Dalam hal ini audiens berusaha
untuk melakukan demitologisasi terhadap teks.
a. Hegemoni : Pengaruh Atas Massa
“Hegemoni” merupakan salah satu konsep penting dalam teori
studi kultural, dan sebagian besar teori ini bersandar pada pemahaman ki
kita
terhadap istilah “Hegemoni” ini. Hegemoni dapat didefinisikan sebagai
pengaruh, kekuasaan, atau dominasi kelompok sosial tertentu atas
kelompok sosial lainnya yang biasanya lebih lemah.43
Persetujuan (Consent) merupakan faktor penting dalam hegemoni.
Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka diberikan imbalan
(missal kebebasan, barang dan lain-lain). Pada akhirnya, orang akan lebih
menyukai hidup dalam masyarakat dengan berbagai pemberian tersebut
dan menerima atau setuju dengan ideologi budaya dominan.
Namun demikian hegemoni merupakan proses yang bersifat cair
dan Hall menyebut hegemoni bersifat temporer dengan ciri adanya
“Pertunjukan pertarungan” (Theatre of Struggle) yang berarti berbagai
ideologi yang ada pada masyarakat bersifat kontradiktif, saling bersaing
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%$!Richard West & Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory, McGraw Hill, 2007,
hlm. 394-395.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%'!
dan selalu dalam keadaan konflik.44 Dengan kata lain, perjuangan di antara
berbagai ideologi yang saling berkontradiksi itu akan terus-menerus
menghasilkan perubahan. Dengan demikian, sebagaimana sikap dan nilainilai atas berbagai topik kehidupan yang mengalami perubahan dalam
masyarakat, demikian pula halnya dengan berbagai ideologi yang terkait
dengan topik-topik tersebut.
Dalam budaya yang bersifat hegemonik akan terdapat kelompokkelompok yang menerima keuntungan sedangkan kelompok lainnya akan
dirugikan. Masyarakat hegemonik akan lebih mudah dipengaruhi melalui
persetujuan yang mereka berikan daripada keterpaksaan melalui kekerasan
(Real, 1996). Mereka juga akan lebih mendukung ideologi budaya yang
dominan.
b. Hegemoni Tandingan
Walaupun masyarakat seringkali mudah dipengaruhi oleh berbagai
ideologi dominan yang kuat dan berpengaruh, namun adakalanya orang
berupaya menunjukkan ideologi mereka sendiri yang bertentangan dengan
hegemoni dominan yang mengakibatkan munculnya apa yang disebut
Gramsci sebagai “Hegemoni Tandingan” (Counter Hegemony). Dengan
kata lain, khalayak masyarakat tidak selamanya mau menerima dan
mempercayai apa saja yang disampaikan ideologi dominan.45
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%%!Littlejohn
dan Foss, Theories of Human Communication, Op.cit., hlm.325!
Introducing Communication Theory, Loc. Cit. hlm. 397.!
%&!West-Turner,
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%(!
Dalam mengemukakan ideologi tandingan orang menggunakan
sumber daya dan strategi yang sama sebagaimana yang digunakan
kelompok sosial dominan sebagai “pemilik” ideologi dominan. Misalnya
melalui media massa seperti televisi. Sejumlah individu akan melakukan
tindakan sebagaimana dilakukan kelompok dominan, namun dengan
tujuan untuk menentang dominasi ideologi kelompok dominan.
Salah satu tujuan hegemoni tandingan adalah “to understand
history from other lenses, particularly from women’s, workers, and racial
minorities perspective” 46 (untuk memahami sejarah dari lensa yang
berbeda, khususnya dari pandangan kelompok wanita, kelompok pekerja,
dan kelompok minoritas). Dengan demikian, dalam studi mengenai
ideologi tandingan, peneliti berupaya untuk menyuarakan pandangan
kelompok-kelompok yang selama ini diam.47
c. Dekoding
Hegemoni dan hegemoni tandingan tidak akan ada tanpa adanya
kemampuan khalayak untuk menerima pesan dan membandingkan pesan
tersebut dengan makna yang sebelumnya telah disimpan di dalam ingatan
mereka. Proses ini disebut dengan decoding. Ketika kita menerima pesan
dari pihak lain maka kita akan melakukan decoding terhadap pesan itu
berdasarkan persepsi, pemikiran, dan pengalaman di masa lalu.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%'!Danny
Lesh dalam Counter Heg, Suatu newsletter yang ditujukan untuk gerakan untuk
hegemoni tandingan dalam West-Turner, Introducing Communication Theory, hlm. 397.!
%(!Morissan, 2013. Teori Komunikasi: Individu hingga Massa. Kencana prenada media grup.
Jakarta. hlm. 544!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%)!
Individu yang menerima pesan iklan dari media yang menawarkan
suatu produk maka ia akan menghubungkan pesan iklan itu dengan
berbagai perilaku mentalnya (Mental Behaviour) seperti keinginannya
untuk membeli produk tersebut, percakapan yang dilakukannya dengan
mereka yang telah membeli, pengetahuannya terhadap produk, dan fakta
bahwa ia mungkin belum pernah memiliki produk itu. Ia akan menyimpan
segala informasi yang dimilikinya, dan menggunakan informasi itu
kembali ketika ia berbicara dengan orang lain mengenai produk tersebut.
Semuanya dilakukan dengan cepat dan ia akan segera membuat keputusan
mengenai bagaimana menafsirkan pesan ketika ia harus membahas hal
yang sama.
Proses decoding pesan media merupakan hal penting bagi studi
kultural. Kita telah mengetahui bahwa masyarakat menerima informasi
dalam jumlah besar dari kelompok elite masyarakat yaitu media, dan
khalayak secara tidak sadar menerima, menyetujui, atau mendukung apa
yang dikemukakan ideologi dominan. Para ahli teori studi kultural
berpandangan bahwa masyarakat harus dilihat sebagai bagian dari konteks
yang lebih besar, salah satunya adalah mereka yang tidak terdengar
suaranya karena tertekan oleh pandangan dominan.
Berbagai
hubungan
sosial
secara
hierarkis
berada
dalam
masyarakat yang tidak imbang yang menghasilkan situasi dimana mereka
yang berada pada kelas sosial rendah harus menerima pesan dari mereka
yang berada pada kelas sosial yang lebih tinggi. Media melakukan control
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
%*!
terhadap isi pesan dengan melakukan encoding terhadap pesan.
Sebagaimana dikemukakan Becker, untuk dapat dimengerti maka isi
media harus diubah kedalam bentuk-bentuk simbolis. Komunikator
memiliki pilihan terhadap sejumlah kode dan simbol yang akan
mempengaruhi makna isi pesan bagi penerimanya. Karena kode, simbol
dan bahasa memiliki latarbelakang ideologi maka pemilihan kode, simbol
dan bahasa, sadar atau tidak sadar, juga menjadi pilihan terhadap
ideologi. 48 Misalnya, seorang perancang iklan televisi secara cermat
merancang iklan untuk menciptakan gambaran atau citra tertentu untuk
mempromosikan atau menjual suatu produk, begitu pula program televisi
seperti berita atau komedi.
Pada saat bersamaan, audiens akan menggunakan berbagai kategori
yang mereka miliki untuk melakukan decoding terhadap pesan, dan
mereka seringkali menginterpretasikan pesan media melalui cara-cara
yang tidak dikehendaki oleh sumber pesan sehingga menimbulkan makna
yang berbeda. Sebagai akibat munculnya makna yang berbeda ini, ideologi
yang berlawanan akan muncul dimasyarakat. Makna yang diinginkan
suatu pesan iklan dapat hilang atau tidak diterima oleh kelompok audiens
tertentu karena mereka memberikan interpretasi dengan cara berbeda.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%)!Samuel L. Becker, Marxist Approaches to Media Studies.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
&+!
Menurut Hall, khalayak melakukan decoding terhadap pesan media
melalui tiga kemungkinan posisi yaitu : 1) Posisi Hegemoni Dominan; 2)
Negosiasi; dan 3) Opposisi.49
Posisi Hegemoni Dominan (dominant hegemonic position). Hall
menjelaskan hegemoni dominan sebagai situasi dimana “The media
produce the messages; the masses consume it. The audience reading
coincide with the preferred reading” 50 (media menyampaikan pesan,
khalayak menerimanya. Apa yang disampaikan media secara kebetulan
juga disukai khalayak). Ini adalah situasi dimana media menyampaikan
pesannya dengan menggunakan kode budaya dominan dalam masyarakat.
Dengan kata lain, baik media dan khalayak, sama-sama menggunakan
budaya dominan yang berlaku. Media harus memastikan bahwa pesan
yang diproduksinya harus sesuai dengan budaya dominan yang ada dalam
masyarakat. Jika, misalnya, khalayak menginterpretasikan pesan iklan di
media melalui cara-cara yang dikehendaki media maka media, pesan
(Iklan) dan khalayak sama-sama menggunakan ideologi dominan.
Posisi Negosiasi (Negotiated Position). Posisi dimana khalayak
secara umum menerima idelogi dominan namun menolak penerapannya
dalam kasus-kasus tertentu (sebagai mana dikemukakan Hall: the audience
assimilates the leading ideology in general but opposes its application in
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
%*!Stuart
Hall, Encoding/Decoding dalam Stuart Hall, D.Hobson,A.Lowe dan P. Willis (Eds.),
Culture, Media, Language, Hutchhinson, 1980, hlm.128-138.!!
&+!E.M., Griffin, A Firstlook At Communication Theory, Special consultant Glen McClish, Fifth
Edition, MacGraw Hill, 2003, hlm. 374-375.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
&"!
specific case). 51 Dalam hal ini, khalayak bersedia menerima ideologi
dominan yang bersifat umum, namun mereka akan melakukan beberapa
pengecualian dalam penerapannya yang disesuaikan dengan aturan budaya
setempat.
Misalnya,
media
memberitakan
pemerintah
pusat
memberlakukan undang-undang nasional baru namun masyarakat lokal
akan menginterpretasikan pelaksanaan undang-undang tersebut pada level
lokal. Ketika undang-undang anti pornografi melarang orang untuk
mempertontonkan auratnya ditempat umum, maka masyarakat lokal
didaerah wisata pantai di Pulau Bali menginterpretasikan undang-undang
tersebut sebagai tidak berlaku didaerahnya karena situasi khusus atau
berbeda yang ada didaerah tersebut.
Posisi Opposisi (Oppositional Position). Cara terakhir yang
dilakukan khalayak dalam melakukan decoding terhadap pesan media
adalah melalui “opposisi” yang terjadi ketika khalayak audiens yang kritis
mengganti atau mengubah pesan atau kode yang disampaikan media
dengan pesan atau kode alternatif. Audiens menolak makna pesan yang
dimaksudkan atau disukai media dan menggantikannya dengan cara
berfikir mereka sendiri terhadap topik yang disampaikan media. Misalnya,
perancang iklan menggunakan simbol daya tarik fisik wanita untuk
menarik para pria agar mau membeli suatu merek produk, tetapi kelompok
pembela hak-hak wanita (Feminist) melihat iklan tersebut sebagai hal yang
merendahkan harkat wanita. Iklan lain menggunakan gambaran kehidupan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&"!E.M.,
!
Griffin, A Firstlook At Communication Theory, Ibid., hlm. 374-375!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
&#!
alam liar untuk menarik minat konsumen membeli suatu produk, tetapi hal
ini ditolak para pecinta lingkungan.
Hall menerima fakta bahwa media membingkai pesan dengan
maksud tersembunyi yaitu untuk membujuk, namun demikian khalayak
juga memiliki kemampuan untuk menghindari diri dari kemungkinan
tertelan oleh ideologi dominan, namun demikian seringkali pesan bujukan
yang diterima khalayak bersifat sangat halus. Para ahli teori studi kultural
tidak berpandangan khalayak mudah dibodohi media namun seringkali
khalayak tidak mengetahui bahwa mereka telah terpengaruh dan menjadi
bagian dari ideologi dominan.52
!
!
!
!
!
!
!
!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
&#!Stuart Hall, Cultural Studies and the Centre dalam Richard West dan Lynn H. Turner,
Introducing Communication Theory, McGraw-Hill, 2007.!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download