musyawarah guru mata pelajaran (mgmp)

advertisement
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)
SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME
GURU SMA DI KOTA BATU
Ilham Mahmud
Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: MGMP sejarah Kota Batu sudah ada sejak tahun 2002 bersamaan
dengan berdirinya Kota Batu. Dalam perkembangannya,MGMP sejarah ini
mengalami pasang surut dalam melakukan berbagai macam kegiatan. Berbagai
macam alasan yang menyebabkan MGMP kurang berjalan secara maksimal mulai
dari masalah pendanaan karena tidak pernah mendapat dana Block Grant dari
P4TK dan LPMP, kesulitan mengatur jadwal pertemuan dan kurangnya dukungan
dari berbagai macam pihak. MGMP sejarah Kota Batu tidak mampu mengatur
jadwal kegiatan yang efektif sehingga mengakibatkan kegiatan-kegiatan MGMP
selama ini kurang berjalan secara maksimal dan kegiatan MGMP masih bersifat
insidental. Untuk itu perlu perbaikan dalam penyusunan jadwal kegiatan dan
peningkatan dari pengurus MGMP sejarah Kota Batu agar lebih aktif lagi dalam
melakukan kegiatan secara rutin.
Kata Kunci: MGMP Sejarah, Kegiatan MGMP, Profesionalisme Guru
MGMP adalah wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran sekolah,
lembaga ini bersifat nonstruktural namun memiliki struktur yang berjenjang mulai
dari tingkat provinsi, kabupaten/Kota, kecamatan sampai sekolah (Yunusshofa,
2008: 2). MGMP ini merupakan suatu perkumpulan yang digunakan oleh guru
untuk memecahkan segala permasalahan dalam proses belajar mengajar di
sekolah. MGMP berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan
bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru
sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. MGMP
sejarah Kota Batu mengalami beberapa masalah dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk meningkatkan profesionalitas sebagai pengajar dikarenakan
beberapa alasan. Pertama masalah kesulitan dalam menentukan waktu karena jam
mengajar antara guru yang satu dan yang lain tidak sama, belum lagi guru dari
sekolah lain. Kadang mereka juga harus mengorbankan jam mengajarnya di
sekolah agar dapat ikut dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP.
Konsekuensi dari hal tersebut adalah kosongnya kelas sehingga siswa yang
dirugikan. Kalau kegiatan tersebut dilaksanakan setelah pulang sekolah malah
kurang efektif karena tidak semua guru mempunyai waktu luang setelah jam
pulang sekolah. Masalah yang kedua adalah keterbatasan dana yang dinilai
masalah paling sensitif karena suatu kegiatan tidak akan berjalan tanpa adanya
dana. Peran forum pertemuan guru di MGMP ini sangat strategis karena
digunakan sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru.
MGMP yang dilaksanakan dengan lebih terarah dapat dijadikan wahana bagi
pengembangan profesionalisme guru yang bermutu, mandiri, dan berkelanjutan
(Depdiknas, 2009: 2). MGMP sejarah Kota Batu perlu memaksimalkan kinerjanya
dengan mengadakan kegiatan rutin setiap tahunnya baik pada semester ganjil
ataupun semester genap, jangan sampai kegiatannya mengalami kevacuman. Jika
kegiatan MGMP vacum maka guru-guru akan sulit untuk menyelesaikan semua
permasalahannya di dalam kelas, mereka menjadi tidak bisa berdiskusi dengan
sesama guru untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Masalah yang
kompleks tersebut meliputi masalah pembuatan perangkat pembelajaran, bahan
ajar, media pembelajaran yang atraktif dan lain-lain. Keberadaan MGMP sejarah
Kota Batu sendiri kurang efisien. Pelaksanaan kegiatan dengan jadwal
kegiatannya sendiri kadang tidak sesuai. Hal ini perlu diperbaiki agar pelaksanaan
kegiatan MGMP berjalan dengan baik. Tempat pelaksanaan kegiatannya juga
perlu diratakan pada semua SMA di Kota Batu, jadi tidak harus bertempat pada
salah satu SMA saja agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Pelaksanaan
kegiatan MGMP sejarah yang masih belum maksimal perlu ditingkatkan lagi
kuantitas pertemuannya agar semakin rutin dan tidak menghambat tujuan dari
MGMP sendiri yakni untuk meningkatkan profesionalisme guru. Sebagai
organisasi guru mata pelajaran, MGMP tentu memiliki serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru sehingga menjadi profesional.
Peningkatan ini meliputi beberapa hal yakni: memahami dan menguasai
kurikulum, perangkat pembelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran efektif,
sarana pembelajaran berbasis IPTEK dan media pembelajaran yang baik. Program
kerja MGMP sejarah sudah dikerjakan oleh para pengurusnya dan direspon secara
baik oleh anggota-anggotanya, walaupun masih kurang maksimal. Beberapa
program kegiatan MGMP sejarah Kota Batu yang sudah dilaksanakan antara lain
program penelitian masalah pendidikan, pembuatan PTK, workshop pembuatan
soal ujian, musyawarah rutin sebulan sekali, pengkajian silabus dan RPP,
pembuatan bahan ajar bersama, pembuatan model pembelajaran dan sebagainya.
Tujuan dari MGMP ini ialah untuk meningkatkan profesionalisme guru SMA.
Salah satu caranya ialah dengan sering mengadakan kegiatan rutin sehingga guruguru SMA akan semakin profesional dalam tugasnya sebagai pendidik. Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi ini meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi,
sosial maupun akademis (Kunandar, 2008: 46).
METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian ini berlandaskan atas definisi oleh Bogdan dan Taylor
(dalam Ulfatin, 2004: 3) bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. penelitian deskriptif adalah penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau
menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2009: 47).
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menekankan deskripsi
tentang proses, yaitu untuk melihat bagaimana kecenderungan penyebaran suatu
gejala dilakukan dan bagaimana hubungan antar gejala itu terjadi. Hal ini jelas
berbeda dengan penelitian deskriptif kuantitatif yang menekankan deskripsi
tentang hasil, yaitu untuk menentukan hasil frekuensi penyebaran penyebaran
suatu gejala dan melihat hubungan antara gejala yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pendekatan kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan
sekaligus pengumpul data penelitian. Lokasi penelitian berada di Dinas
Pendidikan Kota Batu, SMAN 1, SMAN 2 dan MAN Batu. Dalam penelitian,
peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan
instrumennya ialah pedoman wawancara, untuk metode observasi menggunakan
instrumen berupa check list dan untuk metode dokumentasi menggunakan
instrumen berupa pedoman dokumentasi (Arikunto, 2006: 149). Data hasil
wawancara dengan hasil observasi dicocokan kemudian dicari mana yang paling
tepat untuk ditulis nantinya. Metode wawancara ini digunakan terhadap masingmasing informan di lokasi penelitian. Informan adalah pelaku utama yakni guru
sejarah dari SMAN 1 Batu, SMAN 2 Batu dan MAN Batu. Observasi dilakukan
sebagai pengamatan dan pecatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada subjek penelitian (Nawawi, 1990: 100). Melalui teknik ini peneliti
mendapatkan deskripsi tentang kurangnya peran MGMP sejarah Kota Batu. Hal
ini terbukti dengan kurang berjalannya kegiatan MGMP yang dikarenakan
beberapa faktor penyebab. Peneliti juga melakukan analisis data, yaitu proses
mencari data dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010: 244).
Aktivitas dalam analisis data meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Reduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian
menyajikan data dalam bentuk teks narasi, grafik dan bagan sesuai dengan aspekaspek penelitian. Langkah selanjutnya ialah menarik kesimpulan. Setelah selesai
melakukan penelitian, peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan baru berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan penelitian ini adalah penjadwalan MGMP sejarah Kota Batu
dilakukan pada setiap semester genap dan satu bulan bisa terjadi dua sampai tiga
kali pertemuan. Dalam waktu sekitar satu semester itu akan dibahas mengenai
beberapa hal penting seperti pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan
media pembelajaran dan sebagainya. MGMP sejarah Kota Batu menjadwalkan
kegiatannya pada setiap hari selasa, tapi kenyataannya tetap saja ada guru yang
tidak bisa hadir karena ada jam mengajar di sekolah. Untuk guru yang tidak
mengikuti pertemuan MGMP bisa mengetahui hasil dari pertemuan MGMP
tersebut dari guru sejarah lain. Kegiatan MGMP sejarah Kota Batu, sejak tahun
2002 cukup berjalan aktif sampai pada tahun 2010, tapi dalam dua tahun
belakangan ini mengalami masalah sehingga jarang melakukan pertemuan rutin
MGMP. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, selain masalah dana juga semakin
sibuknya guru-guru karena harus memenuhi 24 jam pelajaran setiap minggu, jadi
untuk pertemuannya kadang-kadang tidak sesuai agenda dan kurang terjadwal
dengan baik. Kegiatan MGMP perlu diaktifkan lagi agar dapat meningkatkan
profesionalisme guru SMA. Tempat untuk melakukan kegiatan MGMP pada
mulanya hanya berlangsung di SMAN 1 dan SMAN 2 Batu. Hal ini dilakukan
karena cuma kedua SMA ini yang mempunyai fasilitas memadai. Pihak Dinas
Pendidikan sebenarnya sudah menyediakan tempat tersendiri tapi tidak digunakan
karena dianggap kurang efektif dan efisien. MGMP sejarah tidak pernah
mendapatkan dana operasional jadi untuk melaksanakan suatu kegiatan itu sulit
untuk terlaksana. Misalnya saja untuk mendatangkan narasumber itu tidak bisa
karena kesulitan dalam pembiayaannya. Jumlah anggota MGMP sejarah Kota
Batu ialah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Jumlah anggota MGMP sejarah di Kota Batu
No.
Nama Sekolah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
SMAN 1 Batu
SMAN 2 Batu
MAN Batu
SMA Islam
SMA Muhammadiyah
SMA PGRI
SMAK Yos Sudarso
SMA Immanuel
SMA Hasyim Asyari
Jumlah
(Sumber: Catatan Pribadi oleh Ilham Mahmud)
Jumlah
4
2
2
1
1
1
1
1
1
14
Forum MGMP kurang bervariasi dalam melakukan kegiatan. Sejak dulu,
mereka tidak melakukan pengembangan dari kegiatan tersebut sehingga tampak
membosankan. Kegiatannya hanya membahas perangkat mengajar, melihat guru
mengajar kemudian diberi umpan balik atau mengajar sesama guru dan mengkaji
buku untuk membahas materi ajar. Kegiatan yang bervariasi belum dilaksanakan,
misalnya seperti, mengujicobakan kegiatan baru, mengunjungi sekolah lain atau
studi banding, dan mencoba teknik baru ataupun mendatangkan narasumber yang
ahli dalam bidang pengajaran. Kurangnya perhatian dari sekolah menjadi masalah
tambahan bagi MGMP untuk meningkatkan profesionalisme guru sejarah.
Kurikulum yang dibuat oleh sekolah-sekolah seakan-akan tidak mendukung guruguru sejarah untuk melaksanakan kegiatan MGMP. Sekolah seharusnya membuat
jadwal menyesuaikan jadwal dari MGMP, jadi pada hari selasa tidak ada guru
sejarah yang ada jadwal untuk mengajar sehingga otomatis mereka bisa mengikuti
kegiatan MGMP. Peran dari Dinas Pendidikan Kota Batu untuk pengembangan
MGMP khususnya MGMP sejarah masih kurang maksimal. Hal ini terbukti tidak
adanya laporan secara rutin dari pengurus MGMP sendiri tentang berjalan atau
tidaknya program MGMP. Selain itu pihak dinas pendidikan juga tidak pernah
mengecek dan memberi arahan kepada guru-guru atau kepala sekolah agar terus
menjalankan kegiatan MGMP. MGMP harus terus aktif, maka dengan begitu
mereka bisa berdiskusi dengan guru lain antar sekolah sehingga ada banyak solusi
untuk permasalahan yang dihadapi. Jika hal ini teratasi maka keprofesionalan
sebagai guru akan meningkat dengan sendirinya tanpa disadari. Dari penelitian ini
diharapkan forum MGMP sejarah Kota Batu akan lebih aktif lagi dalam
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mewujudkan tujuan
dari MGMP yakni meningkatkan profesionalisme guru SMA. Seorang guru yang
profesional seharusnya memiliki beberapa kriteria yang menjadi persyaratan
untuknya yakni: mempunyai bakat sebagai guru, mempunyai keahlian sebagai
guru, mempunyai keahlian yang baik dan terintegrasi, mempunyai mental yang
cukup kuat, kondisi jasmani sehat, mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang
luas, berjiwa pancasila, dan ia adalah seorang warga negara yang baik (Hamalik,
2003: 118).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: (1) MGMP sejarah Kota Batu mengalami kesulitan dalam mengatur
jadwal pertemuan. Perbedaan jadwal mengajar guru-guru sejarah pada masingmasing sekolah menjadi penyebabnya. Seharusnya sekolah menyesuaikan jadwal
MGMP bukan malah sebaliknya; (2) Dalam pelaksanaannya, kegiatan MGMP
sejarah Kota Batu tidak berjalan sesuai dengan jadwal yang ada, jadi
pertemuannya dilakukan secara insidental karena ketidaksamaan jadwal masing-
masing guru; (3) MGMP sejarah Kota kesulitan dalam melakukan kegiatan karena
keterbatasan dana dan tidak pernah mendapatkan dana Block Grant dari P4TK dan
LPMP. Akibatnya MGMP masih kurang maksimal dalam melakukan kegiatan.
Hal ini perlu dukungan dari semua pihak yang terkait mulai dari guru, kepala
sekolah, sekolah hingga dinas pendidikan agar MGMP dapat berjalan lebih aktif
lagi.
MGMP sejarah perlu melakukan penjadwalan ulang agar semua
kegiatannya dapat berjalan lebih baik. Walaupun belum ada dana operasional dari
P4TK dan LPMP, mereka diharapkan tetap rutin melakukan kegiatan-kegiatan
walaupun harus menggunakan iuran sendiri. Dinas Pendidikan diharapkan juga
bisa menemukan solusi tentang masalah dana untuk MGMP sejarah Kota Batu
agar semua program-program MGMP sejarah yang bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme guru sejarah bisa terlaksana secara maksimal. Pihak dinas
pendidikan juga diharapkan agar mengawasi dan memberi arahan bagi MGMP
sejarah Kota Batu agar terus melanjutkan program-programnya sehingga MGMP
sejarah tidak vakum.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Depdiknas. 2009. Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP.
Jakarta: Depdiknas Dirjen PMPTK.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kunandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Nawawi. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang: UM FIP Jurusan Administrasi
Pendidikan.
Yunusshofa. 2008. Keefektifan MGMP PAI SMP Terhadap Peningkatan
Profesionalisme Guru PAI Kabupaten Cianjur. (Online), (http://
Yunusshofa.blogspot.com/2008/05/keefektifan-mgmp-pai-dalammeningkatkan.html).
Zuriah, N. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Download