1 Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments dan penguasaan diksi terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Polanharjo Oleh : Rina Susi Cahyawati K1205036 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan menulis teks berita siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) lebih baik daripada siswa yang diajar secara konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif lebih baik daripada model konvensional dalam meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. 2. Kemampuan menulis teks berita siswa yang memiliki penguasaan diksi tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat penguasaan diksi sedang maupun rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penguasaan diksi semakin baik pula kemampuan menulis teks berita. 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan penguasaan diksi terhadap kemampuan menulis teks berita siswa. Jadi siswa yang diajar 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional mempunyai kemampuan menulis teks berita yang tidak berbeda untuk tiap kategori, baik kategori tinggi, sedang, maupun rendah. B. Implikasi Berdasarkan kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. Implikasi ini penulis jabarkan baik secara teoretis, pedagogis, maupun secara praktis. 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini 71 membuktikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki keunggulan konvensional. Model jika dibandingkan pembelajaran ini dengan dirancang pembelajaran untuk secara mengalihkan pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered). Siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran karena belajar dengan teman sebaya lebih utama dibandingkan dengan alih informasi dari guru kepada siswa. Hal ini karena dengan teman seakan-akan tidak ada batasan untuk menjalin komunikasi sehingga mereka lebih bebas untuk bertukar pikiran. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments ini menuntut setiap siswa untuk aktif dalam setiap fase pembelajaran yang berlangsung. Model pembelajaran kooperatif ini dirancang untuk menciptakan iklim turnamen sehingga siswa dapat aktif untuk bersaingan secara sehat. Berdasarkan pengelompokan yang heterogen namun dengan tipe pertandingan yang homogen memudahkan siswa untuk berekspresi tanpa merasa takut akan dimonopoli dan diabaikan oleh siswa yang lebih pandai. Dengan kata lain, siswa pandai diberi ajang bertanding dengan dengan siswa berkemampuan setara sedangkan siswa yang kurang pandai akan memperoleh lawan yang sama 3 sehingga tidak ada kasus yang pandai menguasai permainan sedangkan siswa yang di bawah rata-rata hanya sebagai penonton. Siswa sangat menyukai adanya iklim pertandingan sebagai sarana aktualisasi diri. Mereka akan berupaya mengerahkan segala kemampuan untuk beraksi mengumpulkan poin agar kelompoknya meraih gelar juara. Tentunya siswa tidak ingin menjadi pasifis dan tidak memiliki kontribusi bagi tim. Perasaan malu karena menjadi penyebab kekalahan justru akan menjadi pemicu keaktifan siswa dalam setiap turnamen. Meskipun pada akhirnya ada kelompok yang mengalami kekalahan namun setidaknya setiap anggota kelompok telah berusaha. Usaha mereka tidak akan dipandang sebelah mata karena justru itulah inti dari kerja kelompok. Hal positif lainnya yang terdapat dalam model pembelajaran ini adalah adanya sistem permainan merupakan salah satu inti model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments ini. Pada umumnya siswa masih menggemari aktivitas bermain. Permainan menghindarkan mereka dari kejenuhan dan kemonotonan pembelajaran yang disajikan secara konvensional. Semenarik apapun materi yang diberikan namun dengan cara penyampaian yang cenderung selalu sama tampa adanya inovasi tentu akan menghilangkan minat dan semangat siswa. Bentuk permainan yang ditawarkan dalam TGT ini merupakan hal baru bagi siswa. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti setiap fase pembelajaran. Permainan yang dirancang sedemikian rupa ini setidaknya mampu membuat siswa tertarik, merasa senang, dan antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa tingkat penguasaan diksi berpengaruh pada kemampuan menulis teks berita siswa. Dalam mencipta sebuah tulisan yang utuh tidak hanya dibutuhkan penguasaan struktur kalimat, penalaran, maupun ide tulisan. Pemilihan kata yang tepat juga menjadi hal yang penting. Kemampuan memilih kata yang tepat diantara banyak kata yang bersinonim atau memiliki makna yang hampir sama sangat diperlukan untuk menghindari ambiguitas dan kesalahpahaman arti. Diksi yang baik membuat kualitas tulisan semakin baik. Perlu dibedakan antara pilihan kata untuk karya fiksi dan nonfiksi. Ketika karya nonfiksi disajikan 4 dengan kata-kata yang sarat dengan nilai estetika meskipun memiliki makna yang hampir sama tentu akan mengurangi nilai karya. Sebaliknya jika karya fiksi disampaikan dengan bahasa yang lugas dan baku akan mengurangi daya tariknya sebagai karya sastra. Demikianlah pentingnya penguasaan diksi dalam proses kreatif menulis baik itu tulisan bergenre fiksi maupun nonfiksi. 2. Implikasi Pedagogis Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. Hal ini karena dengan model pembelajaran ini siswa belajar dalam forum diskusi dengan teman sebaya sehingga mereka saling bertukar pendapat. Dalam kelompok yang dibentuk secara heterogen yaitu terdapat siswa yang pandai dan yang kurang pandai dalam satu tim memungkinkan siswa untuk melakukan tanya jawab pada siswa yang dianggap mampu. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments, siswa tidak hanya belajar untuk bekerja sama dalam simulasi lingkungan sosial namun juga belajar untuk bertanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini karena model pembelajaran tersebut dirancang dalam bentuk-bentuk kelompok yang heterogen. Sifat-sifat egoistis dengan sendirinya akan hilang mengingat kemenangan tim adalah yang utama. Jika mereka bekerja sama dengan baik tanpa memandang kelemahan sebagai masalah besar yang harus diperdebatkan bukan diperbaiki maka kelompok tersebut akan memenangkan turnamen. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dapat dimanfaatkan guru sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pada pembelajaran menulis teks berita. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab, bersaing secara sehat dalam turnamen, melakukan alih informasi dengan teman sebaya baik secara lisan maupun tertulis, melatih bekerja sama dalam simulasi lingkungan sosial, serta mampu meningkatkan kualitas tulisan mereka karena kuantitas yang memadai untuk praktik menulis dalam turnamen. 3. Implikasi Praktis 5 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya subpokok bahasan menulis teks berita. Guru dapat memilih metode yang lebih efektif dan efisien yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) sebagai alternatif untuk mengajar materi menulis berita. Pemilihan model mengajar yang tepat akan meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan implikasi yang telah diuraikan di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Polanharjo, penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Guru bidang studi Bahasa Indonesia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pengajaran menulis teks berita. Model pembelajaran ini lebih efektif dan menarik perhatian siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. 2. Siswa hendaknya senantiasa membiasakan diri untuk berinisiatif, berpikir kritis dan aktif dalam proses pembelajaran, serta tidak perlu takut untuk mengemukakan ide. Selain itu, siswa juga harus memahami pentingnya menuangkan gagasan maupun fakta secara verbal sehingga sedikit demi sedikit akan terpacu untuk menciptakan tulisan yang berkualitas. 3. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang memadai dan menunjang proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). 4. Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut guna menemukan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kemampuan menulis siswa khususnya menulis teks berita. Selain itu, para peneliti juga dapat melanjutkan penelitian ini dengan meninjau kembali variabel model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan 6 tingkat penguasaan diksi lebih lanjut atau variabel bebas yang lain sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap dan baik.