BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dari pernyataan yang telah diterangkan mengenai pajak, kurs rupiah dan tingkat laju inflasi, maka penulis mulai untuk mendeskripsikan variable – variable yang diduga mempengaruhi kenaikan dan penurunan kurs pajak yakni tingkat laju inflasi dan perubahan nilai kurs rupiah pada dollar dari periode 2008 sampai dengan 2011. Dengan periode perolehan data yang berjangka waktu 4 tahun dan merupakan data bulanan, maka jumlah perolehan data adalah 48. A. Penyajian dan Analisis data 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel secara lebih rinci dan akurat. Dalam statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum dan minimum dari setiap variabel yang di gunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Dari table 4.1 menunjukk an bahwa nilai standar deviasi < rata-rata (mean) untuk semua variabel penelitian yakni Kurs Pajak, Kurs Rupiah dan Laju Inflasi. Hal tersebut memberikan makna bahwa semua variabel memiliki sebaran normal (baik). 1. Jumlah sampel yang digunakan pada masing – masing variabel berjumlah 48 sampel. 2. Pada nilai minimum Kurs Pajak berada di angka 8520.35 pada bulan September tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 11653.85 pada bulan Desember tahun 2008 serta memiliki rata-rata sebesar 9490.81 dan standar deviasi sebesar 814.13507 3. Pada nilai minimum Kurs Rupiah berada di angka 8532 pada Bulan Agustus tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 12151 pada bulan November 2008 serta rata-rata sebesar 9506.8542 dan standar deviasi sebesar 915.65630. 4. Pada nilai minimum Laju Inflasi berada di angka 2.41 pada bulan November tahun 2009 dan nilai maksimum berada di angka September tahun 2008 serta nilai rata-rata berada di angka 6.4271 dan standar deviasi sebesar 2.88174. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur atau menguji apakah model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji Kolmogorov – smirnov, dengan hipotesis sebagai berikut : Ho : Data Terdistribusi secara normal Ha : Data tidak terdistribusi secara normal Jika hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan nilai yang tidak signifikan atau nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka untuk data residual terdistribusi secara normal. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Dari tabel diatas, dapat diketahui nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,311 dengan signifikansinya berada diatas 0,05, yakni 0,064. Dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain data berdistribusi normal. a. Uji Multikolinearitas Pengujian ni digunakan untuk menganalisa apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (Independen). Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari variabel independen.jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variable sama dengan nol. Berikut tabel yang menunjukkan multikolinearitas : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas b. U j i Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokeralasi muncul karena observasi secara berurutan (Time Series) sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini menggunakan uji Durbin – Watson(DW-Test), dan dilihat dengan memperhatikan nilai Durbin-Watson yang dibandingkan dengan nilai d tabel. Model regresi yang baik adalah terbebas dari autokorelasi. Hipotesis yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada autokorelasi Ha : terdapat autokorelasi Hasil pengujian autokorelasi ditunjukan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1.665, sedangkan nilai d tabel dengan n=48 dan k=2, diperoleh dl = 1.4500 dan du=1.6231. dengan kriteria pengujian 1.6231<1.665<2.3769 atau (4-1.6231) maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat autokorelasi (Ho diterima dan Ha ditolak). c. Uji Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari heterokedastisitas. Hasil pengujian ditunjukan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Hasil Pengujia n Heteroke dastisitas Da ri gambar 4.3 dapat diketahui hasil pengujian Heterokedastisitas dengan menggunakan Scatterplot diatas, gambar tersebut memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Serta menyebar diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitasdalam model regresi. Untuk lebih meyakinkan hasil pengujian heterokedastisitas, maka akan dilakukan Uji Park. Dengan kriteria pengujian : Ho : tidak ada gejala heterokedastisitas Ha : terdapat gejala heterokedastisitas Berikut hasil output untuk Uji Park : Tabel 4.5 Hasil Pengujian Heterokedastisitas Dengan Uji Park D ari hasil tampila n output pada tabel 4.5 dapat memberikan parameter untuk variable independen bahwa tidak ada yang signifikan yang berarti semua nilai pada variabel tidak lebih besar dari 0.05, jadi Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan model regresi tidak terdapat heterokedastisitas. Hal tersebut konsisten dengan Uji Scatterplot. Berdasarkan hasil diatas maka Laju Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Dollar dapat digunakan untuk memprediksi Kurs Pajak. d. Uji Hipotesis Pengujian ini menggunakan analisis linear berganda yang terdiri dari pengujian korelasi, koefisien, uji F atau ANOVA, dan uji t dengan tingkat signifikan a=5%. Pada tabel 4.5 akan di perlihatkan beberapa koefisien maupun konstanta dari variable-variabel dalam penelitian, seperti tampak dibawah ini. Tabel 4.6 Koefisien Variabel 1. Persa maan Regre si Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat diketahui data variabel yang mempengaruhi kurs pajak yakni kurs rupiah dengan tingkat signifikansi 0.00 yang berarti kurs rupiah sangat mempengaruhi kenaikan dari nilai kurs pajak. Dan laju inflasi dengan signifikansi sebesar 0.014 yang berarti laju inflasi juga mempengaruhi penurunan atau kenaikan nilai kurs pajak. Persamaan diatas dapat disusun sebagai berikut : Kurs Pajak = 1398.461 + 0.876 Kurs_Rp - 36.023 Laju_Inflasi + e Persamaan diatas dapat dimaknai sebagai berikut: 1. Konstanta yang bernilai 1398.461 memiliki arti, bahwa tanpa pengaruh dari nilai kurs rupiah dan laju inflasi maka nilai kurs pajak akan berada di angka 1398.461 2. Koefisien regresi +0.876 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 poin pada nilai kurs akan mengakibatkan kenaikan pada kurs pajak di Indonesia sebesar 0.876 tanda Plus memberikan petunjuk bahwa jika nilai kurs rupiah naik, maka akan mempengaruhi kenaikan dari nilai kurs pajak. 3. Koefisien regresi -36.023 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 poin pada laju inflasi akan mengakibatkan penurunan pada kurs pajak sebesar 36.023 poin. Hal ini sesuai dengan kebijakan fiskal yang menyebutkan bahwa jika terjadi inflasi maka pemerintah akan menurunkan tarif pajak. b. Uji Hipotesis Pertama Pada uji hipotesis pertama ini menggunakan uji korelasi dan koefisien determinasi serta pengujian ANOVA atau uji F, yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua variable tersebut, kurs rupiah dan laju inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Kurs Pajak. Hasil pengujian tersebut sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis a. Dari Uji Korelasi dan koefisien determinasi pada tabel 4.6 diperoleh koefisien korelasi ( R ) sebesar 0.949 yang menunjukan bahwa hubungan atau korelasi antara variablevariabel independen yaitu kurs rupiah dan laju inflasi dengan kurs pajak adalah positif dan sangat erat. b. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai Adjusted R Square 0.897 mengandung arti bahwa 89,7% variasi dari kurs pajak dapat dijelaskan oleh kurs rupiah dan laju inflasi, sedangkan sisanya 10.3% dijelaskan oleh sebab-sebab lain atau variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian ini. c. Dalam uji F pada tabel 4.7, diperoleh F hitung sebesar 204.693 dengan tingkat signifikansi 0.0000. nilai tersebut lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak, yang berarti secara bersama-sama atau simultan variabel kurs rupiah dan laju nflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai kurs pajak. c. Uji Hipotesis Kedua Uji t dalam uji hipotesis kedua adalah untuk mengetahui apakah variabel kurs rupiah secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kurs Pajak. Pada tabel 4.6, dapat diketahui untuk nilai kurs rupiah berada di angka 0.00. yang berarti nilai tersebut berada dibawah 0.05. maka pada hipotesis pertama Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, yang berarti Terdapat pengaruh signifikan antara nilai kurs rupiah terhadap nilai kurs pajak selama periode 2009 – 2011. Hal ini konsisten dengan pernyataan Mentri Keuangan Repuplik Indonesia yang menyatakan bahwa “jika nilai kurs pajak belum muncul maka dapat digunakan nilai kurs rupiah dalam menghitung pajak terutang dalam mata uang asing”. d. Uji Hipotesis Ketiga Pada uji hipotesis ketiga, menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh dari inflasi terhadap kurs pajak. Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi untuk laju inflasi adalah sebesar 0.014. yang berarti berada dibawah 0.05. sehingga pada hipotesis kedua Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Yang berarti Terdapat pengaruh signifikan antara Laju Inflasi terhadap nilai kurs pajak selama periode 2009 – 2011. Hal ini diperkuat dalam pengertian kebijakan fiskal yang menyatakan bahwa untuk mengurangi inflasi dapat dilakukan dengan cara menaikan pajak agar tercipta kestabilan kembali. B. Pembahasan Dari hasil pengujian regresi linear berganda dapat diketahui bahwa nilai kurs rupiah terhadap Dollar memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perubahan nilai kurs pajak dan dari hasil penelitian laju inflasi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai kurs pajak pada periode 2008 – 2011. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan atas variabel – variabel kurs rupiah dan laju inflasi terhadap kurs pajak, maka dapat dijelaskan beberapa hal: 1. Nilai Kurs Rupiah/US$ memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kurs pajak. Nilai kurs rupiah pada dollar memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari nilai alpha (0.00<0.05). yang berarti bahwa nilai kurs rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak terhadap kurs pajak yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi keputusan menteri keuangan dalam menentukan nilai kurs pajak per minggu dengan memperhatikan tingkat permintaan akan valuta asing yang digunakan sebagai alat pembayaran keluar negeri (Impor). 2. Laju Inflasi memiliki pengaruh negative yang signifikan terhadap kurs pajak. Tingkat laju inflasi yang memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari nilai alpha (0.014<0.05), maka semakin tinggi tingkat laju inflasi nilai kurs pajak akan menurun. 3. Setiap peningkatan pada inflasi, akan menyebabkan export barang keluar negeri menjadi meningkat, yang disebabkan oleh daya beli dalam negeri akan menurun dan tarif pajak akan menurun untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar luar negeri.21 4. Pada saat kurs rupiah terhadap dollar meningkat, maka nilai mata uang rupiah akan menurun dan menyebabkan Import barang dari luar negeri lebih besar dibandingkan dengan export barang ke luar negeri. Sehingga, pemerintah akan menaikan nilai kurs pajak untuk menyesuaikan dengan kenaikan kurs rupiah.