BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Magnet Secara Umum
Magnet dan kemagnetan adalah dua kata yang tidak dapat terpisahkan dalam
membahas bahan magnet. Pembahasan mengenai kemagnetan suatu bahan selalu akan
sangat menarik dan unik. Satu batangan magnet, selalu muncul dalam konfigurasi
terpolarisasi magnet berpasangan yang sering dinotasikan sesuai dengan sistem kutub
bumi, yakni kutub Utara dan kutub Selatan. Pada bahan magnet, polarisasi momen
magnet tetap terjaga walaupun batangan magnet dipotong hingga bagian yang sangat
kecil. Apabila dapat ‘masuk ke dalam atom’ maka akan terlihat bahwa spin momen
elektron akan terpolarisasi secara berpasangan.
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet.
Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu
Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini
bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di mana terkandung batu magnet
yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub
selatan (south/ S).
Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun
tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja
adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh
magnet.Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang
rendah oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut system metrik pada
International System of Units (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik
adalah weber. 1 weber/m2= 1 tesla, yang mempengaruhi satu meter persegi.n
Jenis magnet
Magnet tetap
Magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya
magnet (berelektromagnetik).
Jenis magnet tetap selama ini yang diketahui terdapat pada:
1. Neodymium Magnets, merupakan magnet tetap yang paling kuat
2.
Samarium-Cobalt Magnets
3. Ceramic Magnet
4. Plastic Magnet
5. Alnico Magnet.
Penggunaan magnet permanen dengan produk energi yang tinggi sangat sesuai
dengan usaha miniaturisasi suatu produk teknologi, karena volume magnet yang
diperlukan dapat diperkecil (Manaf, 2013).
Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan densitas fluks,B magnet yang
tinggi dari suatu volume magnet tertentu,stabilitas magnetic yang baik terhadap efek
temperature dan waktu,serta memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh
demagnetisasi.Padaprinsipnya,suatu magnet permanen haruslah memiliki karakteristik
minimaldengan sifat kemagnetan remanen,Br dan koersivitas intrinsic,Hc serta
temperature Curie,Tc yang tinggi.
Sifat fisis magnet PrFeB adalah seperti yang di tunjukkan pada:
Tabel 2.1 Sifat Fisis magnet PrFeB
Residual Induksi,(Br)
9,40-9,80 Kg
Produk Energy,(BH) max
14,3 – 16,3 MGOe
Koersitivitas Intrinsik Hci
6,6 – 7,6 KOe
Kekuatan Koersitivitas,(Hc)
5,5 KOe
Medan Magnet >95%
≥ 20 KOe
Koefisien Temperatur Br,α,pada 100°C
-0,12 %/°C
Koefisien Temperatur Hcl,β,pada 100°C
-0,52%/°C
Temperature Currie ,Tc
291 °C
Temperature operasi Maximum
80-120 °C
Temperature Proses Maximum
250 °C
2.2 Medan Magnet
Medan magnet adalah disekitar magnet yang masih merasakan adanya gaya
magnet.Jika sebatang magnet di letakkan dalam suatu ruang,maka terjadi perubahan
dalam ruangan ini yaitu dalam setiap titik dan ruang akan mendapat medan
magnetic.Arah medan magnetic di suatu titik didefenisikan sebagai arah yang
ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas ketika di tempatkan di titik
tersebut.(Halliday & Resnick,1989)
2.3 Bahan Magnetik
Bahan magnetic adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
komponen pembentuknya.Berdasarkan prilaku molekulnya di dalam medan magnetic
luar,bahan magnetic terdiri atas tiga katagori,yaitu diamagnetic,paramagnetic dan
ferromagnetik.
2.3.1 Feromagnetik
Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic
χmPositif yang sangat tinggi.Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetic luar dapat
menyebabkan derajat penyerahan yang tinggi pada momen dipol magnetic
atomnya.Dalam beberapa kasus,penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan
pemagnetannya telah hilang.Ini terjadi karena momen dipol magnetic atom dari bahanbahan feromagnetik ini mengarahkan gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya
sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini diserahkan ini disebut daerah
magnetic.Dalam
daerah
ini,semua
momen
magnetic
diserahkan,tetapi
arah
penyearahnya beragam dari daerah sehingga momen magnetic total dari kepingan
mikroskopik
bahan
feromagnetik
ini
adalah
nol
dalam
keadaan
normal.(Willian,D.callister,Jr.materials,2003)
2.3.2 Paramagnetik
Bahan paramagnetic adalah bahan-bahan yang memiliki suseptibilitas magnetic
χmyang positif dan sangat kecil.Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom-atomnya
memiliki momen magnetic permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat
lemah.Apabila tidak terdapat medan magnetic luar,momen magnetic ini akan
berinteraksi secara acak.Dengan daya medan magnetic luar,momen magnetic ini
arahnya cenderung sejajar dengan medannya,tetapi ini dilawan oleh kecenderungan
momen untuk berorientasi acak akibat gerakan termalnya.Perbandingan momen yang
menyearahkan dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan dan pada
temperaturnya.Pada medan magnetic luar yang kuat pada temperature yang sangat
rendah,
hampir
seluruh
momen
akan
diserahkan
dengan
medannya.(Willian,D.callister,Jr.materials,2003).
2.3.3 Diamagnetik
Bahan diamagnetic merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negative
dan sangat kecil.Sifat diamagnetic ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika
sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet,hal ini memperlihatkan bahwa
medan induksi dari magnet tersebut menginduksi momen magnetic pada bismuth pada
arah
yang
berlawanan
dengan
medan
induksi
pada
magnet.(Willian,D.callister,Jr.materials,2003)
2.4 Histerisis Magnet
Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok : magnet lunak dan magnet
keras.Magnet keras dapat menarik bahan lain yang bersifat magnet.Selain itu sifat
kemagnetannya dapat di anggap cukup kekal.Magnet lunak dapat bersifat magnetic dan
dapat menarik magnet lainnya,namun hanya berada dalam medan magnet.Sifat
kemagnetannya tidak kekal.
Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras atau magnet lunak dapat
dilakukan dengan menggunakan loop histerisis yang telah dikenal seperti pada gambar
2.1.
Bila bahan magnet berada dalam medan magnet,H“garis gaya yang
berdekatan” akan tertarik ke dalam bahan tersebut sehingga rapat fluks
meningkat.Dikatakanbahwa,induksimagnet,Bmeningkat.Dengansendirinya,jumlahind
uksi tergantung pada medan magnet dan jenis bahan.Pada contoh gambar 2.1, rasio
B/H tidak linear,terjadi lompatan induksi mencapai level yang tinggi,kemudian rasio
tersebut hamper konstan dalam medan yang lebih kuat.
Gambar 2.1 kurva magnetisasi.(a) Induksi awal B versus medan magnet H,(b) Loop
histerisis (magnet lunak).(c) Loop histerisis (magnet keras).
Baik induksi remanen (rapat fluks) dan medan koersif,B dan –Hc,masingmasing,besar untuk magnet keras.Hasil perkalian BH merupakan patokan untuk ukuran
energy demagnetisasi.
Pada magnet lunak,terjadi penurunan kembali yang hamper sempurna jika
medan magnet ditiadakan.Medan magnet bolak-balik akan menghasilkan kurva
simetris di kuadran ketiga.Kurva histerisis magnet permanen sangat berbeda,bila
medan
magnet
di
tiadakan
induksi
tersisa
akan
menghasilkan
induksi
remanen,Br.Medan yang berlawanan yang disebut medan koersif,-Hc,diperlukan
sebelum induksi turun menjadi nol,sama dengan magnet lunak loop tertutup,akan tetapi
magnet permanen memiliki simetri 180 °C.
Karena hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m2) merupakan
energy per satuan volume,luas daerah hasil integrasi di dalam loop histeris adalah sama
dengan energy yang di perlukan untuk satu siklus magnetisasi mulai dari nol sampai
+H hingga –H sampai 0.Energi yang dibutuhkan magnet lunak dapat di abaikan,akan
tetapi magnet permanen memerlukan energy lebih banyak sehingga pada kondisi ruang
demagnetisasi dapat diabaikan.Dikatakan magnetisasi permanen.
Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan medan koersif yang di
perlukan untuk menghilangkan induksi.Patokan ukuran yang lebih baik adalah hasil
kali BH.Hasil kali sesaat BH maksimum lebih sering di gunakan karena merupakan
barrier energy krisis yang harus di lampaui.Magnet lunak merupakan pilihan tepat
untuk penggunaan pada arus bolak-balik atau frekuensi tinggi,karena harus mengalami
magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang satu detik.Spesifikasi yang
agak kritis untuk magnet lunak adalah induksi jenuh (tinggi),medan koersif
(rendah),dan permeabilitas maksimum (tinggi).
2.5 Mechanical milling
Penggilingan mekanik adalah suatu proses penggilingan bola di mana suatu
serbuk yang ditempatkan dalam suatu wadah penggilingan di giling dengan cara di
kenai benturan bola-bola berenergi tinggi.Metode penggilingan mekanik ini dipilih
karena metode ini disamping memiliki beberapa keunggulan untuk skala
komersial,diantaranya metode ini sangat sederhana,murah dan loss dari produk yang
dihasilkan sangat kecil sehingga sangat efektif untuk kapasitas yang relative besar,juga
merupakan metode pencampuran yang dapat menghasilkan produk yang sangat
homogen.Proses milling di sini dilakukan bertujuan di samping akan memperoleh
campuran yang homogen juga dapat memperoleh partikel campuran yang relative kecil
sehingga di harapkan sifat magnetic dari bahan PrFeB.(F.Izumi,2012).
2.5.1 Komponen Pada proses penggilingan
Untuk melakukan proses penggilingan ,ada empat komponen penting yang
harus di perhatikan,yaitu: bahan baku,bola giling,wadah penggilingan dan alat
penggiling bola.
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses penggilingan adalah serbuk.Ukuran serbuk
yang di gunakan umumnya berkisar antara 1 µm – 200 µm.Semakin kecil ukuran
partikel serbuk yang digunakan,maka proses penggilingan akan semakin efektif dan
efisien.Selain itu serbuk yang di gunakan juga harus memiliki kemurnian yang sangat
tinggi.(C.Suryanarayana,2001).
b. Bola Gilling
Fungsi bola gilling dalam proses penggilingan adalah sebagai penghancur
campuran serbuk.Oleh karena itu,material pembentuk bola gilling harus memiliki
kekerasan yang sangat tinggi agar tidak terjadi kontaminasi saat terjadi benturan dan
gesekan antara serbuk,bola dan wadah penggilingan.Material yang dapat di gunakan
untuk melakukan proses tersebut antara lain:baja tahan karat,baja karbon,baja
perkakas dan baja kromium.(C.Suryanarayana,2001).
Untuk ukuran bola yang dapat digunakan dalam proses penggilingan
bermacam-macam.Pemilihan ukuran bola bergantung pada ukuran serbuk yang akan
dipadu.Bola yang akan di gunakan harus memiliki diameter yang lebih besar
dibandingkan dengan diameter serbuknya.(C.Suryanarayana,2001).
c. Wadah Penggilangan
Wadah penggilingan merupakan media yang digunakan untuk menahan
gerakan bola-bola giling dan serbuk ketika proses penggilingan berlangsung.Akibat
yang di timbulkan dari proses penahanan gerak bola-bola giling dan serbuk tersebut
adalah terjadinya benturan antara bola-bola giling,serbuk dan wadah penggilingan
sehingga
menyebabkan
terjadinya
proses
penghancuran
serbuk.(C.Suryanarayana,2001).
Jika material yang di gunakan sebagai wadah penggilingan sama dengan
material serbuk yang akan digiling,maka proses penghancuran serbuk tidak akan
efektif dan efesien karena kedua material tersebut memiliki kekerasan yang
sama.Sedangkan jika kedua material tersebut memiliki kekerasan yang berbeda maka
akan
terjadi
kontaminasi
pada
material
serbuk
yang
akan
di
giling.(C.Suryanarayana,2001).
Untuk menghindari terjadinya kontaminasi serbuk akibat benturan yang terjadi
selama proses penggilingan berlangsung,maka material yang di gunakan sebagai
wadah harus memiliki kekerasan yang lebih tinggi di bandingkan dengan kekerasan
material serbuknya.Material yang dapat di gunakan sebagai wadah penggilingan antara
lain : Baja perkakas,baja kromium dan baja tahan karat.(L.lu.M.O lax,1998).
Kontaminasi serbuk juga dapat terjadi akibat perbedaaan jenis material yang di
gunakan sebagai wadah penggilingan dan bola penggiling.Untuk menghindari hal
ini,material wadah penggilingan dan bola penggiling yang di gunakan terbuat dari jenis
material yang sama.(C.Suryanarayana,2001).
Jika menggunakan jenis material yang berbeda,usahakan kekerasan kedua material
tersebut tidak jauh berbeda.
Gambar 2.2Bola giling dan wadah penggilingan
2.5.2 Alat Penggiling bola
Ada beberapa jenis alat penggiling bola dapat di gunakan untuk melakukan
proses panggilingan,antara lain:Planetary ball mill,conventional horizontal ball
mill,horizontal ball mill controlled by magnetic force,atritor mill dan shaker ball
mill.(L.lu.M.O lax,1998).
Alat-alat penggiling bola tersebut terus di kembangkan untuk meningkatkan
keefektifan dan efisiensinya dalam proses penggilingan.HEM-3D,merupakan salah
satu jenis shaker ballmill,merupakan generasi termutakhir alat penggiling bola yang
dapat melakukan proses penggilingan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang
tinggi.
a. HEM-3D
Gambar 2.3 HEM-E3D
Gambar 2.3 High Energy Mill-Elips 3 Dimentions
HEM-3Dadalah singkatan dari High Energy Mill-Elips 3 Dimentions.HEME3D merupakan alat penggiling bola yang digunakan untuk melakukan proses
penggilingan serbuk berskala kecil dalam laboraturium.Spesifikasi HEM-E3D tampak
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2.Spesifikasi HEM-E3D
Sfesifikasi
Nilai
Dimensi
75 cm x 60 cm x 40 cm
Berat
63 kg (tanpa wadah penggilingan)
Sumber Daya
380 volt
Daya Motor
0,5 PK
Kecepatan Motor
0 rpm – 500 rpm
b. Prinsip kerja HEM-E3D
Dalam proses penggilingan,HEM-E3D bekerja dengan cara menghancurkan
campuran serbuk melalui mekanisme pembenturan bola-bola giling yang bergerak
mengikuti pola gerakan wadahnya yang berbentuk elips tiga dimensi inilah yang
memungkinkan pembentukan partikel-pertikel serbuk berskala nanometer akibat
tingginya frekuensi tumbukan.Tingginya frekuensi tumbukan yang terjadi antara
campuran serbuk dengan bola-bola giling di sebabkan karena wadah yang berputar
dengan kecepatan tinggi,yaitu mencapai 500rpm,dan bentuk bola gerakan yang
berbentuk elipstiga dimensi tersebut.Prinsip kerja HEM-E3D tampak pada gembar
berikut ini.
Gambar 2.4. Prinsip kerja HEM-E3D (Nurul T.R.Agus S.W.Alfian N.Wahyu
B.W.Suryadi.Djanjani,2007).
2.5.3 Parameter Proses Pada saat penggilingan
Parameter proses yang harus di perhatikan pada proses penggilingan antara
lain: kecepatan dan waktu penggilingan,perbandingan berat bola terhadap berat
serbuk,volume pengisian wadah penggilingan,atmosfer penggilingan process control
agent dan temperature penggilingan.
a. Percepatan dan waktu penggilingan
Semakin cepat proses penggilingan,maka semakin cepat pula proses
penghancuran campuran serbuk.Namun jika kecepatan penggilingan terlalu
tinggi,maka temperature komponen-komponen pada proses penggilingan akan
meningkat.(C. suryanarayana,2001).
b. Perbandingan berat bola terhadap berat serbuk
Untuk skala kecil atau laboratorium,umumnya perbandingan bola terhadap
berat serbuk yang di gunakan sekitar 10:1, 10 gr bola dan 1 gram serbuk,sedangkan
untuk skala besar atau industry,jumlah perbandingan berat bola terhadap berat serbuk
yang digunakan dapat mencapai 100:1.Semakin tinggi jumlah perbandingan berat
bola terhadap berat serbuk yang di gunakan,maka frekuensi benturan juga semakin
singkat.(c. suryanarayana,2001)
2.5.4. Proses penggilingan
Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan High Energy Milling –
Ellips 3 Dimention (HEM-3D) buatan Laboraturium Material Lanjut dan
Nanoteknologi Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Wadah penggilingan yang di gunakan terbuat dari baja kromium,sedangkan
bola giling yang di gunakan terbuat dari besi baja.Ukuran bola giling yang di gunakan
yaitu bola giling kecil berdiameter 5 mm dengan berat 0,5 gram.Perbandingan antara
berat bola giling terhadap berat serbuk dalam wadah penggiling yang di gunakan
sebesar 10 : 1.Berat bola giling adalah 150 gram sedangkan jumlah serbuk adalah 15
gram.Proses penggilingan di lakukan dalam udara.
2.6Celuna (WE-518)
Celuna (WE-518) dengan nama kimia etil selulosa merupakan erer selulosa
yang
di
buat
dengan
mereaksikan
etil
klorida
dengan
alkali
selulosa
(Wallace,1990).Celuna (WE-518) yang digunakan berbentuk cairan putih,kental,tidak
berbau,tidak berasa,sering di gunakan sebagai bahan pengikat yang bersifat mudah
mengalir sehingga dapat berfungsi sebagai filler-binder (Anonim,1994).
2.7 Pengukuran Densitas
Pengukuran densitas di sini di lakukan dengan alat picknometer
Gambar 2.5 Picknometer brukuran 10 ml
Massa jenis sebuah sampel berbertuk serbuk sama dengan massa serbuk dibagi volume
yang
ditempati
serbuk.(Teresa
p.Santos,M,Fatima
Vas,moises
L.Pinto,Ana
P,carvalho.2012).
Secara matematis
ρ=
𝑚
(1)
𝑣
Dimana:
ρ = Densitas (gram/cm³)
m = Massa sampel (gram)
v = Volume sampel (cm³)
Secara umum,densitas suatu bahan yang bergantung pada factor lingkungan seperti
suhu dan tekanan.(Young D.Hugh,2002)
Dalam pelaksanaannya kadang-kadang sampel yang diukur mempunyai ukuran
bentuk yang tidak teratur sehingga untuk menentukan volumenya menjadi
sulit,akibatnya nilai kerapatan yang di peroleh tidak akurat.Untuk menentukan rapat
massa (bulk density) dari suatu bahan mengacu pada standart (ASTM C 373).Oleh
karena itu untuk menghitung nilai densitas suatu material yang memiliki bentuk yang
tidak teratur di gunakan metode Archimedes yang persamaannya sebagai berikut:
𝑀𝑘
ρ = 𝑀𝑘−𝑀𝑏 x ρair
Dengan :
ρ = Densitas Sampel (gr/cm³)
ρair= Densitas air (gr/cm³)
Mk= Massa sampel setelah dikeringkan di oven (gr)
Mb = Massa sampel setelah di rendam di air (gr)
(2)
2.8Scanning Electron Microscope (SEM)
Gambar 2.6 Secanning Electron Microscope (SEM)
Gambar 2.6 Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan alat yang di gunakan untuk
pengamatan struktur mikro bahan.Alat ini mempunyai perbesaran antara 20x sampai
30.000x.SEM dapat di gunakan untuk menggambarkan secara detail struktur mikro
seluas nm dari bagian sel.Pengamatan srtuktur mikro dari SEM dapat menggambarkan
dalam bentuk tiga dimensi.Alat ini umumnya di gunakan untuk karakterisasi susunan
serbuk dan melihat retakan pada permukaan sampel.Mikroskop electron adalah alat
optic yang dapat di gunakan untuk mengamati benda berukuran kecil (mikro).Pancaran
berkas electron yang di tembakkan pada sampel akan berinteraksi dengan atom-atom
atau electron dari sampel.
SEM menggunakan prinsip “Scanning” sesuai dengan namanya.Maksudnya
ialah bahwa berkas electron diarahkan dari titik ke titik yang lain pada suatu daerah
obyek.Gerakan berkas electron dari satu titik ke titik yang lain pada suatu daerah obyek
menyerupai “gerakan membaca” hal ini disebut Scanning.
Gerakan scanning tersebut ditimbulkan oleh scanning coil sedangkan pantulan
dideteksi oleh foto mulfier.Data sinyal dari suatu titik sampel ke titik yang lain di
perkuat oleh video amplifier dan selanjutnya setelah disinkronkan oleh scanning circuit
di gambarkan pada layar CRT (Cathode Ray Tube).Layar CRT yang di gunakan pada
SEM merupakan CRT dengan daya pisah yang sangat tinggi.(Eko Sulisto,2005).
2.9Analisa Fasa dengan Difraksi Sinar-X
Gambar 2.7 Difraksi Sinar –
Gambar 2.7 X-ray Difraction
Difraksi sinar –x adalah alat yang dapat memberikan data-data difraksi
kuantitas intensitas difraksi pada sudut-sudut difraksi pada suatu bahan.Sinar x adalah
bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang di pancarkan dari tabung sinar x
dengan panjang gelombang ƛ,kemudian di tembakkan mengenai sampel yang tepat
pada pusat gencometer dan terdifraksi menurut hukum Bragg.
Suatu berkas sinar x yang panjang gelombangnya ƛ jatuh pada Kristal dengan
sudut Ɵ terhadap permukaan bidang Bragg yang jaraknya d.Seberkas sinar mengenai
atom A pada bidang pertama dan atom B pada bidang berikutnya,dan masing-masing
menghambur sebagai berkas tersebut dalam arah rambang.Interfensi konstruktif hanya
terjadi antara sinar terhambur yang sejajar beda jarak jalannya tepat ƛ,2ƛ,3ƛ,dan
sebagainya.Jadi beda jarak jalan harus nƛ,dangan n menyatakan bilangan bulat.(Eko
Sulisto,2005).
Metoda difraksi merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk
menganalisis struktur Kristal.Sumber yang di gunakan dapat berupa sinar x,electron
atau neutron,bergantung pada berat atom-atom yang akan di analisis.Neotron biasanya
digunakan untuk menganalisis atom-atom yang ringan sedangkan sumber sinar X dapat
mengahasilkan informasi yang cukup akurat untuk atom-aton berat.Sifat-sifat bahan di
teliti dapat diketahui dari data yang di peroleh dari analisis struktur Kristal
menggunakan metode difraksi. (Herawati,2011)
2.10 Reaksi kimia
Reaksi kimia yang terjadi pada proses milling yaitu:
Karena besi sangat mudah bereaksi dengan oksigen maka saat proses milling terdapat
O2 seperti yang di tunjukkan pada reaksi di bawah ini:
Energi + Pr2 Fe14 B
Pr2 Fe14 B + O2
Pada saat penggilingan terjadi panas,sehingga bahan teroksidasi.
Karena pada jar HEM (High Energy Milling) menggunakan bahan yang mengandung
cobalt maka terjadi reaksi sebagai berikut:
Pr2 Fe14 B + Co
Pr2 Fe11,2BCo2,8
Gambar struktur heksagonal pada PrFeB
Download