faktor-faktor yang memengaruhi tingkat bagi hasil

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT BAGI
HASIL PADA PRODUK DEPOSITO MUDHARABAH BANK
UMUM SYARIAH
RAHMAH SYAFIRA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil pada Produk Deposito Mudharabah Bank
Umum Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Rahmah Syafira
NIM H54100058
ABSTRAK
RAHMAH SYAFIRA. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil
pada Produk Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah. Dibimbing oleh
SAHARA dan DENI LUBIS
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal
yang memengaruhi tingkat bagi hasil pada deposito mudharabah di Bank Umum
Syariah (BUS). Sampel dalam penelitian ini adalah enam BUS di Indonesia, yaitu
Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Negara Indonesia
Syariah, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Central Asia Syariah, dan Bank
Panin Syariah. Estimasi model menggunakan metode regresi panel statis dengan
menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi
hasil. Secara parsial, variabel Net Operational Margin, Non Performing
Financing, Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional, Financing to Deposit
Ratio dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat bagi hasil.
Net Operational Margin dan suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat bagi
hasil, sedangkan Non Performing Financing dan Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil.
Kata kunci: Data panel, Deposito mudharabah, Fixed Effect Model, Rate of
Return.
ABSTRACT
RAHMAH SYAFIRA. The Factors that Influence the Rate of Profit Sharing on
Mudharaba Deposits of Islamic Banks. Supervised by SAHARA and DENI
LUBIS
This research aims to analyze the internal and external factors that influence
the rate of profit sharing on mudharaba deposits of Islamic Banks. Sample of this
research are six banks in Indonesia, which are Bank Syariah Mandiri, Bank
Rakyat Indonesia Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Syariah Mega
Indonesia, Bank Central Asia Syariah, dan Bank Panin Syariah. The model is
estimated using static panel regression method with Fixed Effect Model (FEM).
The results of this research show that independens variabel simultaneously
influence the rate of profit sharing. Partially, Net Operational Margin, Non
Performing Financing, Operating Expenses/Operating Income, Financing to
Deposit Ratio, and interest rates have significant influence to rate of profit sharing.
Net Operational Margin and interest rate positively affect the rate of profit sharing,
while the Non Performing Financing, and Operating Expenses/ Operating Income
negatively affect the rate of profit sharing.
Keywords: Fixed Effect Model, Mudharaba deposits, Panel data, Rate of Return
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT BAGI
HASIL PADA PRODUK DEPOSITO MUDHARABAH BANK
UMUM SYARIAH
RAHMAH SYAFIRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil pada Produk
Deposito Bank Umum Syariah”. Tema yang dipilih dalam penelitian dilaksanakan
sejak bulan Februari 2014.
Penulis menyadari dalam proses penyususnan skripsi terdapat banyak
kekurangan mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun, pada
akhirnya penelitian ini dapat penulis selesaikan atas bantuan doa, dukungan,
bimbingan kepada berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya.
2. Kedua orang tua penulis, Syaripudin Madinah dan Masjanah atas doa,
dukungan moral dan materi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Serta
kepada adik-adik, Laila Saqillah, Amrina Fachrunnisa, dan A. Faisal
Baidhowi atas dukungan semangatnya.
3. Sahara, Ph.D. selaku pembimbing skripsi I dan Deni Lubis, MA selaku
pembimbing skripsi II yang telah dengan sabar membimbing dan
memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses penyusunan
skripsi.
4. Dosen Penguji dan Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan
saran dalam proses penyempurnaan skripsi.
5. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi khususnya dosen Ilmu Ekonomi Syariah atas
segala ilmu yang telah diberikan.
6. Sahabat-sahabat penulis, Fithri Tyas Hapsari, Shella Dwiyuni Lestari, Ghina
Zahra Afifah, Myrella Velika Amanta, Wulandari Sangidi, Fitriyanti, Lia
Annafianti, dan Faqih Aulia Akbar Rasyid atas semua momen, dukungan,
dan semangatnya selama ini.
7. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Zikra Donald, Hardyani Sashikirana,
Elis Maisari, Fitria Permata Sari, Selly Efriani, Faris Rahman Zain, dan
Triana Kusuma Lestari atas kerjasama dan dukungannya selama proses
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman kost putri sinabung, Puti Hanifa, Dyah Ayu Fajar, Hernita
Nur Fadjrina, Nadya Mazaya, Tuty Rachmawati, Syafira Salzabella, Tri
Retno Setyowati, dan Esatri Rosetaati.
9. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 47.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Bogor, September 2014
Rahmah Syafira
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
6
15
Jenis dan Sumber Data
15
Metode Pengolahan Data
16
Metode Estimasi Regresi Data Panel
16
Pengujian Model
17
Evaluasi Model
18
Model Penelitian
21
GAMBARAN UMUM
21
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
21
Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Hasil Estimasi Model
28
Evaluasi Model
28
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
42
DAFTAR TABEL
1 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS)
2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Tahun 2010-2013
3 Uji Chow
4 Uji Hausman
5 Hasil Estimasi Regresi Data panel
4
22
28
28
30
DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2005-2013
2 Jumlah Dana Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS)
3 Besaran Tingkat Suku Bunga Bank Umum dan Tingkat bagi Hasil Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
4 Skema Pembiayaan Mudharabah
5 Kerangka Pemikiran
6 Perkembangan Jumlah Rekening Produk Deposito Mudharabah Pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS)
7 Rate of Return Bank Umum Syariah (BUS) Kuartal 3 2010- Kuartal 4
2013
8 Rate of Return Pada Enam Bank Umum Syariah (BUS) Kuartal 3 2010kuartal 4 2013
9 Net Operational Margin Pada Enam Bank Umum Syariah (BUS)
Kuartal 3 2010- Kuartal 4 2013
10 Non Performing Financing Pada Enam Bank Umum Syariah (BUS)
Kuartal 3 2010- Kuartal 4 2013
11 Biaya Operasional/Pendapatan Operasional Pada Enam Bank Umum
Syariah (BUS) Kuartal 3 2010-Kuartal 4 2013
12 Financing to Deposit Ratio Pada Enam Bank Umum Syariah (BUS)
Kuartal 3 2010- Kuartal 4 2013
1
2
3
8
14
22
23
24
25
26
26
27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Estimasi dengan Pooled Least Square
2 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Menggunakan Pembobotan Cross Section SUR- White Diagonal
3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Random Effect Model (REM)
4 Uji Chow
5 Uji Hausman
6 Uji Normalitas
7 Uji Multikolinieritas
37
38
39
40
40
40
41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Total Aset
(triliun rupiah)
Krisis ekonomi yang terjadi ditahun 1997-1998 telah menyebabkan
beberapa bank dilikuidasi. Bank yang menggunakan sistem bunga mengalami
kesulitan keuangan, namun sistem perbankan syariah dengan menggunakan
prinsip bagi hasil mampu membuktikan diri dapat bertahan ditengah krisis
ekonomi. Dalam kurun waktu delapan tahun bank syariah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan khususnya pada Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah.
Dari data Bank Indonesia (BI) tercatat aset perbankan syariah per Desember 2013
meningkat menjadi Rp 242 triliun, bila ditotal dengan aset Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS), aset perbankan syariah mencapai Rp 248 triliun. Total
Bank Umum Syariah (BUS) mencapai sebelas Bank dan Unit Usaha Syariah
(UUS) mencapai 24 UUS dengan jumlah rekening di perbankan syariah mencapai
kurang lebih 12 juta rekening atau 9.2% dari total rekening perbankan nasional.
Menurut Alamsyah (2012), dalam lima tahun terakhir (2007-2011) industri
perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi
dengan rata-rata sebesar 40.2% pertahun, sementara rata-rata pertumbuhan
perbankan nasional hanya sebesar 16.7% pertahun. Oleh karena itu, industri
perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industryβ€Ÿ.
300
250
200
150
100
50
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Gambar 1 Perkembangan aset perbankan syariah di Indonesia tahun 2005-2013
(miliar rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, BI 2013
Produk-produk bank syariah sifatnya lebih transparan dan tidak spekulatif
sehingga mempunyai daya tahan yang lebih kuat. Penggunaan sistem bagi hasil
menjadikan pengelolaan dana lebih adil dan bermanfaat bagi semua pihak.
Sebagaimana tertulis dalam Al-qurβ€Ÿan pada QS Al-Imron: 130 yang artinya “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”. Menurut Karim (2010), pada dasarnya produk bank syariah
terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran dana, produk
penghimpun dana dan produk jasa perbankan.
Bank membutuhkan sumber dana agar fungsi perbankan sebagai media
intermediasi dapat berjalan dengan lancar. Sumber dana perbankan syariah
terbesar yaitu sebesar 86.75% dari sumber dana Bank Umum Syariah (BUS) dan
2
Total dana deposito
mudharabah BUS dan
UUS (triliun rupiah)
Unit Usaha Syariah (UUS) berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan total
DPK sebesar Rp183.5 trilun. Komposisi terbesar berasal dari dana produk
deposito mudharabah sebesar Rp 107 triliun (Statistik Perbankan Syariah 2013).
Deposito perbankan syariah merupakan bentuk investasi berjangka dengan
menggunakan prinsip mudharabah. Berdasarkan perkembangan produk-produk
perbankan syariah, produk deposito merupakan produk yang stabil mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
120
100
80
60
40
20
0
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Gambar 2 Jumlah dana deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia tahun 2009-2013 (miliar
rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, BI 2013
Berdasarkan Gambar 2 besaran dana deposito syariah dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar dana deposito terdapat pada
tahun 2011 dimana terjadi peningkatan hingga 37.7% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Namun jika dilihat dari besaran market share perbankan syariah,
yakni sebesar ± 4,9 % (OJK 2014), besarannya masih timpang jika dibandingkan
dengan bank konvensional. Oleh karena itu bank syariah perlu mengembangkan
potensi bank syariah agar besaran market share bank syariah lebih meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Syibly (2008), menunjukkan bahwa
pengembangan nasabah dalam perbankan syariah lebih banyak berpotensi pada
floating market. Penelitian yang dilakukan oleh Karim dan Affif (2005)
menunjukkan bahwa floating market merupakan nasabah yang lebih
memperhitungkan alasan yang rasional dalam memilih produk deposito, yaitu
dalam hal kualitas pelayanan dan tingkat bagi hasil yang diperoleh.
Studi yang dilakukan menunjukkan bahwa walaupun terdapat kepercayaan
masyarakat akan haramnya riba namun konsumen perbankan relatif bukan hanya
melihat dari faktor tersebut, salah satu faktor yang mendasari nasabah dalam
mendepositokan dananya di bank syariah adalah faktor untuk memperoleh
keuntungan. Hasil penelitian membuktikan walaupun terdapat aspek non
ekonomis yang sangat memengaruhi, namun dalam keputusan memilih jasa
perbankan pertimbangan rasional juga menentukan (Rivai 2007). Oleh karena itu,
bank syariah harus terus meningkatkan besaran tingkat bagi hasil. Apabila hasil
yang diperoleh dari deposito rendah, nasabah akan cenderung memindahkan
dananya ke bank lain yang memiliki tingkat bagi hasil lebih tinggi (Natalia 2014).
3
Perumusan Masalah
(Persen)
Pengembangan pada produk bank syariah tidak hanya cukup berdasarkan
aspek legal dan perundangan namun juga harus berorientasi pada pasar atau
masyarakat sebagai pengguna jasa lembaga perbankan (Rivai 2007). Pada
dasarnya nasabah perbankan terbagi menjadi tiga, yaitu: sharia committed market,
floating market, dan conventional market (Sybly 2008). Penelitian yang dilakukan
oleh Syibly (2008), menunjukkan potensi pengembangan nasabah pada floating
market mencapai Rp 720 miliar. Floating market mempercayai bahwa perbankan
syariah merupakan perbankan yang sesuai dengan ajaran Islam, mereka mengenal
produk perbankan syariah, namun itu bukan faktor utama untuk memilih bank
syariah. Floating market lebih memperhitungkan alasan rasional dalam memilih
bank, yakni dari segi pelayanan dan keuntungan bagi hasil yang didapatkan
(Karim dan Affif 2005)
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2010 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013
Suku bunga bank umum
(Tahun)
Tingkat bagi hasil
Gambar 3 Besaran tingkat suku bunga bank umum dan tingkat bagi hasil Bank
Umum Syariah tahun 2010-2013
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, BI 2013
Berdasarkan Gambar 3 tingkat bagi hasil yang dihasilkan oleh bank syariah
bersifat lebih fluktuatif dibandingkan dengan suku bunga bank umum. Besaran
tingkat bagi hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
bank. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam, yaitu kinerja
bank dalam menghasilkan laba. Kinerja bank syariah dapat dilihat melalui rasio
keuntungan bank syariah. Menurut Adhim (2011), rasio keuangan pada perbankan
terdiri atas rasio solvabilitas, rasio kualitas aktiva produktif, rasio rentabilitas,
rasio likuiditas, dan rasio efisiensi.
Rasio solvabilitas (kecukupan modal) merupakan rasio untuk mengetahui
kekuatan aspek permodalan pada bank untuk membangun kondisi bank yang
dipercaya oleh masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Rasio kecukupan
modal yang umum digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut
Wibowo dan Syaichu (2013), variabel CAR dapat memengaruhi tingkat
profitabilitas bank syariah. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan
bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko.
Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional
dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Rasio rentabilitas digunakan sebagai rasio untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank, rasio
4
yang digunakan untuk mengukur efisiensi laba dari pembiayaan digunakan Net
Operational Margin (NOM). Nom merupakan perbandingan antara pendapatan
operasional utama bersih terhadap rata-rata total aktiva produktif. Rasio NOM
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi hasil bersih (Pramudhito 2014).
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek, membayar kembali semua depositonya, dan memenuhi permintaan
pembiayaan yang diajukan, rasio likuiditas yang umum digunakan adalah Finance
to Deposit Ratio (FDR).
Rasio efisiensi merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat
efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Adhim 2011). Rasio
efisiensi yang umum digunakan untuk mengukur efesiensi bank adalah Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio kualitas aktiva produktif
merupakan pengukuran kualitas pada usaha, kinerja debitur dan kemampuan
nasabah yang diberi pembiayaan dalam membayar. Rasio yang dapat digunakan
dalam mengukur kualitas aktiva produktif adalah Non Performing Financing
(NPF). NPF merupakan perbandingan antara aktiva produktif dengan kualitas
aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar, yaitu faktor makro
ekonomi. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Nelwani (2013), tingkat
suku bunga memiliki pengaruh terhadap deposito syariah. Masyarakat yang
menginvestasikan dananya pada produk deposito akan memperhitungkan
keuntungan yang diterima dari suku bunga deposito bank umum dan keuntungan
yang diterima dari bagi hasil deposito bank syariah untuk menentukan bank yang
menghasilkan keuntungan lebih besar. Apabila tingkat suku bunga pada bank
konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bagi hasil pada bank syariah,
maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank
syariah akan beralih menjadi nasabah bank konvensional. Begitupula sebaliknya, jika
tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat
suku bunga di bank konvensional, maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang
semula merupakan nasabah bank konvensional akan beralih menjadi nasabah bank
syariah.
Tabel 1 Rasio keuangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
(UUS) di Indonesia tahun 2010-2013 (%)
Rasio Keuangan BUS
2010
2011
2012
Net Operational Margin
1.68
1.9
2.2
Non Performing Financing
3.02
2.52
2.22
Financing to Deposit Ratio
89.67
88.94
100.00
Biaya Operational/ Pendapatan
80.54
78.41
74.97
Operational
Capital Adequacy Ratio
16.25
16.63
14.13
Syariah
2013
2.62
100.32
78.21
14.42
Sumber : Bank Indonesia 2013
Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2011 besaran NOM mengalami
peningkatan sebesar 0.22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukkan besaran laba bersih dari operasional bank berkembang dengan baik.
Padahal, besaran FDR mengalami penurunan, artinya pembiayaan yang disalurkan
5
mengalami penurunan. Namun, bank mampu meminimalkan pembiayaan yang
bermasalah dan meningkatkan efisiensi biaya operasional jika dilihat dari nilai
NPF dan BOPO yang menurun.
Ditahun 2012 besaran NOM mengalami peningkatan, perolehan NOM yang
meningkat salah satunya diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan sangat tinggi, terlihat dari nilai FDR yang
mencapai 100% ditahun 2012. NPF dan BOPO mengalami penurunan, sehingga
besarnya laba bank mengalami peningkatan. Namun ditahun 2012 besaran tingkat
bagi hasil malah mengalami penurunan.
Secara garis besar masalah yang akan dibahas dan dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum perkembangan tingkat bagi hasil pada produk
deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi tingkat bagi hasil pada deposito
mudharabah Bank Umum Syariah (BUS)? Bagaimana pengaruh faktorfaktor tersebut secara simultan dan parsial?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijabarkan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengidentifikasi gambaran umum perkembangan tingkat bagi hasil pada
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat bagi hasil pada
2.
deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) dan pengaruh faktorfaktor tersebut secara simultan dan parsial.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
Bagi penulis
Penelitian ini dapat menjadi sarana pembelajaran untuk memperoleh
wawasan yang lebih luas mengenai tingkat bagi hasil deposito syariah dan
manajeman keuangan perbankan syariah di Indonesia.
Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, bahan informasi dan
acuan bagi peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan.
Bagi bank syariah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bank syariah didalam
meningkatkan besaran tingkat bagi hasil pada produk deposito.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada enam Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia pada periode tahun 2010-2013. Keenam bank tersebut adalah Bank
Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Rakyat
6
Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah), Bank
Central Asia Syariah (BCA Syariah) dan Bank Panin Syariah. Ruang lingkup
penelitian ini mencakup kinerja keuangan bank syariah yang terdiri atas rasio
keuangan bank dan suku bunga deposito bank umum terhadap tingkat bagi hasil
deposito Bank Umum Syariah (BUS). Rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini dibatasi dengan melihat rasio keuangan yang terdiri atas NOM, FDR,
NPF, dan BOPO. Deposito yang digunakan adalah deposito berjangka satu bulan.
Pemilihan deposito berjangka satu bulan dikarenakan deposito tersebut
merupakan deposito yang paling banyak digunakan oleh nasabah Bank Umum
Syariah (BUS). Data yang digunakan adalah data laporan keuangan triwulan enam
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada periode tahun 2010-2013 dan
laporan suku bunga deposito yang diperoleh dari Bank Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari mayarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank
disebut sebagai financial intermediary yang memiliki fungsi menghimpun dana
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, unit usaha syariah, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah merupakan
bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak
membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan
yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah
tergantung dari akad perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang
terdapat diperbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad
sebagaimana diatur dalam syariah Islam (Ismail 2011).
Menurut Undang-undang Perbankan syariah Nomor 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan segala usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS).
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai
dengan akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional.
Sedangkan unit usaha syariah merupakan unit usaha syariah yang masih di bawah
pengelolaan bank konvensional. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari
kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
7
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berfungsi sebagai kantor
induk dari cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha syariah (Ismail 2011).
Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Menurut Adiwarman (2010), produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
A. Produk Penyaluran Dana (financing)
Dalam menyalurkan dananya ke nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi menjadi:
1)
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (Bai) yang terdiri atas
pembiayaan murabahah, pembiayaan salam dan istishna
2)
Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)
3)
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Syirkah) yang terdiri atas
pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah
4)
Pembiayaan dengan prinsip akad lengkap yang terdiri atas hiwalah
(alih piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman uang), wakalah
(perwakilan), kafalah (garansi bank)
B. Produk Penghimpunan Dana (funding)
Pengimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan
dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan prinsip
mudharabah.
C. Produk Jasa (service)
Bank syariah juga melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa dan keuntungan.
Jasa perbankan tersebut antara lain berupa :
1)
Sharf (Jual beli valuta asing)
2) Ijarah (Sewa)
3)
Produk Deposito Syariah
Menurut Undang-undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan, deposito
berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan. Deposito pada bank syariah merupakan investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak hanya bertentangan dengan prinsip
syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/ atau UUS.
Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 03/DSNMUI/IV/2000 tentang deposito. Deposito ada dua jenis yaitu deposito yang tidak
dibenarkan secara syariah dan deposito yang dibenarkan. Deposito yang tidak
dibenarkan adalah deposito berdasarkan perhitungan bunga, sedangkan deposito
yang dibenarkan adalah deposito berdasarkan prinsip mudharabah (Soemitra
2010).
8
Akad Mudharabah
Menurut Ismail (2010), al-mudharabah adalah akad perjanjian antara dua
pihak atau lebih dimana salah satu pihak sebagai pemilik modal yang
menempatkan modalnya sebesar 100%. Pemilik modal ini disebut shahibul maal,
dan pihak lainnya yang bertugas mengelola dana disebut dengan mudharib. Bagi
hasil yang diperoleh oleh pihak yang bekerja sama dihitung berdasarkan nisbah
yang disepakati bersama.
Jenis-Jenis Mudharabah
1)
Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Mutlaqah merupakan akad kerjasama antara shahibul maal
dengan mudharib yang mana pihak shahibul maal menyerahkan sepenuhnya
kewenangan untuk pengelolaan dana yang diinvestasikannya kepada mudharib
untuk menjalankan usaha asalkan sesuai dengan prinsip syariah. Shahibul maal
tidak memberikan batasan mengenai jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi
promosi dan wilayah bisnis.
2)
Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah merupakan akad kerjasama antara shahibul maal
dengan mudharib yang mana pihak shahibul maal memberikan batasan atas
penggunaan dana yang diinvestasikannya mengenai tempat dan cara berinvestasi,
jenis investasi, objek investasi dan jangka waktu.
Secara umum, aplikasi perbankan al-mudharabah dapat digambarkan dalam
skema berikut:
Perjanjian bagi hasil
Keahlian/
keterampilan
Nasabah
(Mudharib)
Modal
%
Bank
(Shahibul mal)
Proyek/ usaha
NisbahX
%
Pembagian keuntungan
Modal
NisbahX
%
Pengambilan modal
pokok
Gambar 4 Skema pembiayaan mudharabah
Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktik (2001); Antonio
Bagi Hasil pada Bank Syariah
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank syariah secara keseluruhan. Sistem bagi hasil merupakan suatu
sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
9
pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan
penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk
produk pada sistem bagi hasil ini menggunakan prinsip mudharabah dan
musyarakah. Prinsip mudharabah dapat digunakan sebagai dasar baik untuk
produk pendanaan maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak
untuk pembiayaan (Antonio 2001).
Menurut Antonio (2001), besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor tersebut diantaranya:
1.
Faktor langsung
Faktor-faktor yang memengaruhi bagi hasil secara langsung adalah:
a) Investment Rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan
dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%,
hal ini berarti 20% dari total dana yang dialokasikan untuk memenuhi
likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
c) Nisbah (Profit Sharing Ratio) merupakan besaran presentase yang
disetujui pada awal perjanjian. Besaran nisbah setiap bank dapat
berbeda, nisbah deposito tiap jangka dan nisbah account yang satu
dengan yang lainnya juga dapat besarannya dapat berbeda.
2.
Faktor tidak langsung
Faktor-faktor tidak langsung yang memengaruhi bagi hasil adalah
penentuan butir-butir pendapatan, biaya mudharabah, dan kebijakan
akunting.
Rasio Keuangan pada Bank Syariah
Adhim (2011) menjabarkan rasio keuangan pada bank syariah terdiri atas :
Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Menurut Dendawijaya (2001), analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika
terjadi likuidasi. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko.
1.
CAR =
2.
x 100%
Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Menurut surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, aktiva kualitas
produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing
dalam bentuk kredit, surat berharga, penanaman dana antar bank, penyertaan,
10
komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Risiko kredit
menurut Susilo et al dalam Ponco (2008), merupakan risiko yang dihadapi bank
karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Rasio
keuangan yang digunakan sebagai indikator terhadap nilai suatu resiko kredit
adalah Non Performing Financing (NPF). Rasio ini menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan,
dan macet) yang diberikan oleh bank. Semakin kecil NPF, maka semakin kecil
pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. NPF dirumuskan dengan:
NPF =
3.
Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan
laba. Net Operating Margin (NOM) mencerminkan tingkat efektivitas bank dalam
menempatkan aktiva produktifnya dalam bentuk pembiayaan (Pramudhito 2014).
Besarnya net margin atau pendapatan bersih bergantung dari besarnya total
penyaluran dana yang dapat disalurkan oleh bank. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa semakin meningkatnya rasio NOM suatu bank, maka bank tersebut semakin
efektif dalam menyalurkan atau menempatkan aktiva produktifnya agar mendapatkan
laba yang lebih tinggi.
NOM =
(
)
4.
Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan
uang tunai dana aset lain yang dengan mudah dijadikan uang tunai (Darmawi
2011). Suatu bank dikatakan liquid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta
dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penanggulangan
(Adhim 2010). Salah satu ukuran likuid dari konsep persediaan adalah rasio
pembiayaan terhadap deposit. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio
total pembiayaan yang disalurkan ke nasabah pembiayaan dari sisi aktiva dibagi
dengan jumlah dana masyarakat yang terkumpul dari sisi kewajiban.
FDR =
5.
(
)
Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio efesiensi adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Menurut
Almilia dan Herdiningtyas dalam Riwayanti (2013) rasio biaya operasional adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya
Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan barometer dalam
mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutupi biaya operasional
dan tingkat efisiensi (Rinaldy 2008).
11
Secara umum, terdapat dua accounting ratio yang biasa digunakan sebagai
indikator untuk mengukur tingkat efisiensi bank, yakni rasio beban operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan Cost to Income Ratio (CIR).
Perbedaan mendasar dari kedua rasio tersebut terletak pada perhitungan beban
bunga. Pada rasio BOPO, perhitungan tingkat cost efficiency bank dihitung dari
seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah pendapatan.
Sedangkan pada CIR, tingkat cost efficiency bank dihitung tanpa
memperhitungkan biaya bunga (Bank Indonesia). Semakin kecil rasio BOPO
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan. Besarnya BOPO dirumuskan dengan:
BO/PO =
Suku Bunga
Bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan pada prinsip konvensional kepada nasabah, sedangkan suku bunga
adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman (Kasmir 2008). Menurut
Nopirin (1996), suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas
pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas
investasinya (Nopirin 1996).
Menurut Kasmir (2008), dalam kegiatan perbankan sehari-hari, ada dua
macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:
1.
Bunga simpanan
Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik
simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada
nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga
tabungan, dan bunga deposito
Bunga pinjaman
2.
Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau
harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi
bank bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah
bunga kredit.
Penetapan suku bunga merupakan instrumen langsung bank sentral berupa
penetapan tingkat suku bunga, baik untuk pinjaman maupun simpanan didalam
perbankan (Ascarya 2007). Besarnya tingkat bunga dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah, baik dari segi
kebijakasanaan pemerintah fiskal maupun dari segi kebijaksanaan moneter.
Penelitian Terdahulu
Isna dan Sunaryo (2012) menganalisis pengaruh ROA, BOPO dan suku
bunga terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah
(BUS) dengan menggunakan metode regresi berganda. ROA sebagai alat ukur
dari rasio profitabilitas, sedangkan BOPO sebagai alat ukur rasio efektifitas. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ROA, BOPO dan suku bunga secara simultan
memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank
12
Umum Syariah (BUS) periode 2009-2011, sedangkan secara parsial ROA dan
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, namun BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah.
Aisiyah (2010) meneliti tentang pengaruh FDR, CAR, Effective Rate of
Return, tingkat bunga pinjaman investasi dan tingkat inflasi terhadap tingkat bagi
hasil deposito dengan studi kasus pada Bank Mandiri dengan menggunakan
metode analisis regresi berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder
laporan keuangan Bank Syariah Mandiri periode Juni 2005-Mei 2009. Hasil
penelitian menunjukan bahwa FDR, CAR, Effective Rate of Return, inflasi dan
suku bunga pinjaman investasi secara bersama-sama berpengaruh positif secara
signifikan terhadap hak pihak ketiga atas bagi hasil Bank Syariah Mandiri,
sedangkan secara parsial, variabel Effective Rate of Return berpengaruh positif
signifikan terhadap bagi hasil.
Pramudito (2014) menganalisis pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR, dan
NCOM Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Proksi
profitabilitas yang digunakan adalah ROA. Hasil penelitian menunjukan bahwa
secara simultan kelima variabel tersebut perpengaruh terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah. Secara parsial CAR, BOPO, FDR dan NCOM berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas bank.
Anggraini (2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah studi kasus pada Bank Muamalat. Metode analisis
yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Kinerja keuangan yang
digunakan dalam penelitian adalah ROA, ROE, FDR, BOPO, dan CAR. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara simultan ROA, ROE, FDR, BOPO, dan
CAR mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Secara parsial ROA dan BOPO mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap bagi hasil, ROE dan FDR secara parsial tidak berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil, CAR memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap
tingkat bagi hasil.
Azmy (2008) dengan menggunakan regresi berganda menganalisis pengaruh
FDR, NPF, CAR, tingkat inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat bagi hasil Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Data yang digunakan
adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan triwulan dari tiga Bank Umum
Syariah (BUS), yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada periode triwulan IV 2005triwulan I 2008. Berdasarkan hasil pengujian statistik dan analisis pembahasan,
secara simultan variabel FDR, NPF, CAR, tingkat inflasi, suku bunga dan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil
simpanan mudharabah Bank Umum Syariah (BUS). Secara parsial CAR, inflasi
dan suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil
simpanan mudharabah Bank Umum Syariah (BUS).
Juwairiyah (2008) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis
pengaruh profitabilitas dan efektivitas terhadap tingkat bagi hasil tabungan dan
deposito mudharabah mutlaqah. Peneliti menggunakan metode analisis regresi
berganda. Variabel yang digunakan adalah ROA dan BOPO sebagai pengukur
rasio profitabilitas dan efektifitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA dan
13
BOPO memiliki pengaruh secara parsial dan simultan terhadap tingkat bagi hasil
tabungan dan deposito mudharabah mutlaqah.
Amelia (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR, NPF, dan
FDR terhadap return bagi hasil deposito mudharabah pada perbankan syariah.
Data yang digunakan adalah data laporan keuangan triwulan dari tiga Bank
Umum Syariah (BUS), yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah
Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada periode Maret
2006 sampai dengan Desember 2010. Metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 18.0. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel CAR, NPF, dan FDR
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return bagi hasil Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia. Secara parsial CAR, FDR, dan NPF mempunyai pengaruh
signifikan secara parsial terhadap return bagi hasil deposito mudharabah Bank
Umum Syariah (BUS).
Terdapat beberapa perbedaan pada penelitian ini dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya. Pertama, dalam penelitian ini jumlah sampel bank yang
digunakan lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu
sebanyak enam buah bank. Kedua, periode pada penelitian ini dimulai dari tahun
2010 kuartal tiga hingga tahun 2013 kuartal empat. Ketiga, penelitian ini di
analisis dengan menggunakan regresi data panel, sehingga menghasilkan hasil
estimasi yang lebih baik. Keempat, dalam penelitian ini digunakan variabel
internal lainnya, yaitu variabel NOM, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan variabel ROA. Penggunaan variabel NOM dikarenakan variabel
tersebut lebih menggambarkan laba yang berasal dari operasional bank.
Kerangka Pemikiran
Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Untuk melakukan fungsi
intermediasi dengan optimal, bank memerlukan dana dari deposan untuk
menyalurkan pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan dana. Sumber dana
terbesar pada bank syariah terdapat pada Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK terdiri
atas tabungan, giro, dan deposito. Proporsi terbesar dari DPK tersebut berasal dari
dana deposito. Namun, jika dilihat dari besaran market share, yakni sebesar ±
4,9 % (OJK 2014), masih tertinggal dengan market share bank konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Syibly (2008) menunjukkan bahwa bank syariah
memiliki potensi yang besar pada pemanfaatan potensi floating market. Floating
market mempercayai bahwa perbankan syariah merupakan perbankan yang sesuai
dengan ajaran Islam, mereka mengenal produk perbankan syariah, namun lebih
memperhitungkan alasan rasional dalam memilih bank, yakni dari segi pelayanan
dan keuntungan bagi hasil yang didapatkan (Karim dan Affif 2005).
Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah BUS di Indonesia menjadi
sepuluh bank, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah enam bank.
Peningkatan jumlah bank tersebut mengakibatkan persaingan yang lebih besar
antar bank. Setiap bank berlomba-lomba untuk mengingkatkan kinerjanya
sehingga menghasilkan laba yang besar agar tingkat bagi hasil yang diberikan
kepada nasabah deposito juga baik. Sehingga nasabah tertarik untuk
14
mendepositokan dananya pada bank tersebut. Banyak faktor yang memengaruhi
besaran tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS)
yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari
manajeman bank itu sendiri dalam mengelola dana yang ada, sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar bank. Pada penelitian ini, faktor
internal yang digunakan untuk mengukur kinerja Bank Umum Syariah (BUS)
melalui rasio keungan bank yang terdiri atas rasio solvabilitas, rasio rentabilitas,
rasio efektivitas, rasio kualitas aktiva produktif, dan rasio likuiditas. Sedangkan,
variabel suku bunga digunakan sebagai faktor eksternal yang memengaruhi
tingkat bagi hasil.
Perbankan Syariah
Bank Umum
Syariah
Bank Perkreditan
Rakyat Syariah
Unit Usaha
Syariah
Sumber dana
Modal
Surat berharga
Tingkat bagi
hasil
DPK
Kewajiban
terhadap bank lain
Pinjaman yang
diterima
Internal
NOM
NPF
Eksternal
Suku
bunga
deposito
FDR
BOPO
Rekomendasi
Gambar 5 Kerangka pemikiran
15
Hipotesis Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Net Operational Margin (NOM) berpengaruh positif terhadap variabel Rate
Of Return (ROR). Hal ini dikarenakan tingkat bagi hasil yang diberikan oleh
Bank Umum Syariah (BUS) bergantung pada besarnya laba yang dihasilkan
dari kegiatan operasional bank.
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap variabel
Rate Of Return (ROR) karena semakin banyak pembiayaan yang diberikan
memberikan peluang lebih besar terhadap keuntungan yang akan didapatkan.
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap variabel
Rate Of Return (ROR) karena pembiayaan yang bermasalah (kurang lancar,
diragukan dan macet) akan menurunkan laba Bank Umum Syariah (BUS).
Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif
terhadap variabel Rate Of Return (ROR). Hal ini dikarenakan semakin
tinggi pengeluaran bank terhadap biaya operasional, maka akan menurunkan
laba yang akan diberikan kepada nasabah.
Suku bunga deposito berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR).
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2005) dalam Isna (2011)
menunjukan bahwa besaran Rate of Return (ROR) Bank Umum Syariah
(BUS) dipengaruhi oleh besaran suku bunga bank umum, hal ini disebabkan
masyarakat masih membandingkan besaran keduanya dan memilih besaran
yang lebih menguntungkan.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal
dari laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah (BUS) mulai dari kuartal
tiga 2010 hingga kuartal empat 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Bank Umum Syariah (BUS) yang ada di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
purposive sampling dengan kriteria:
1. Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki kelengkapan data berdasarkan
variabel yang diteliti.
2. Bank Umum Syariah (BUS) yang telah beroperasi dari kuartal tiga tahun
2010 hingga kuartal empat tahun 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut maka bank yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Negara
Indonesia Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, dan
Bank Central Asia Syariah. Adapun data yang digunakan untuk variabel dependen
adalah data Rate of Return (ROR) satu bulan yang didapatkan dari laporan
keuangan triwulan bank terkait. Sedangkan variabel independen yang digunakan
adalah data rasio keuangan dan suku bunga deposito 1 bulan bank umum. Data
rasio keuangan terdiri atas Net Operational Margin (NOM), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO). Semua data rasio keuangan
16
tersebut diperoleh dari bank terkait. Sedangkan data suku bunga diperoleh dari
Bank Indonesia. Penulis juga melakukan studi pustaka yang berasal dari jurnal,
buku, artikel dan berbagai literatur lainnya.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode
deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran umum mengenai tingkat bagi hasil pada produk deposito mudharabah
Bank Umum Syariah (BUS) dan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis data panel.
Data panel merupakan gabungan data time series dan cross section. Dalam
penelitian ini digunakan data time series berupa laporan keuangan triwulan Bank
Umum Syariah (BUS) mulai dari kuartal tiga tahun 2010 hingga kuartal empat
tahun 2013 dan data cross section berupa enam Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia. Alat analisis ini bertujuan untuk menganalisis variabel NOM, NPF,
FDR, BOPO, dan suku bunga terhadap variabel tingkat bagi hasil. Sofware atau
perangkat lunak yang digunakan oleh peneliti adalah Microsoft Excel 2010 dan
Eviews 6.
Data panel memberikan dua keuntungan dibandingkan dengan time series dan
cross section (Verbeek, 2004 dalam Firdaus 2011). Pertama dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section maka jumlah observasi menjadi
lebih banyak. Kedua, keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel
yaitu data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diatasi dalam data lintas individu saja atau data deret waktu
saja.
Metode Estimasi Regresi Data Panel
Analisis regresi adalah analisis yang bertujuan untuk menunjukan hubungan
matematis antara variabel respons dengan variabel penjelas (Setiawan dan Kusrini
2010). Terdapat tiga buah pendekatan pada regresi data panel, yaitu: pendekatan
kuadrat terkecil (Pooled Least Squared), pendekatan efek tetap (Fixed Effect
Model), dan pendekatan efek acak (Random Effect Model). Untuk menentukan
model yang tepat digunakan Chow test dan Hausman test.
Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan Pooled Least Square (PLS) merupakan gabungan dari seluruh
data (pooled). PLS merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan
data panel. Persamaan umumnya adalah:
Yit = α + βXit+ πœ€it
Dimana:
Yit
= nilai variabel dependen untuk setiap unit cross section
𝑋𝑖𝑑
= nilai variabel independen ke-j untuk setiap cross section
α
= intercept yang konstan antar waktu dan cross section
β
= slope untuk variabel ke-j yang konstan antar waktu dan cross section
εit
= komponen error untuk setiap unit cross section ke-i pada periode waktu t
17
Fixed Effect Model (FEM)
Untuk mengatasi kemungkinan adanya intercept yang tidak konstan akibat
tidak semua variabel-variabel masuk kedalam persamaan model dapat digunakan
Fixed Effect Model (FEM). Model FEM menurut Juanda (2009) adalah:
𝑦𝑖𝑑= 𝛼+𝛽𝑋𝑖𝑑+ π›Ύπ‘–π‘Šπ‘–π‘‘+ 𝛿𝑑𝑍𝑖𝑑+ 𝑒𝑖𝑑
dimana
π‘Šπ‘–π‘‘ = 1 untuk individu objek ke-i (i = 2,3, ... , N) dan 0 selainnya.
𝑍𝑖𝑑 = 1 untuk periode waktu ke-t (t = 2,3,...,T) dan 0 selainnya.
Untuk menguji apakah intersep α konstan pada tiap objek ke-i dan tiap
waktu ke-t dapat menggunakan uji F yang juga sering disebut dengan uji Chow.
Kelebihan FEM adalah estimator yang tidak bias dan konsisten.
Random Effect Model (REM)
Model pengaruh acak yaitu model yang diasumsikan bahwa data panel
mempunyai karakteristik komponen sisaannya yang berkorelasi antar waktu dan antar
objek. Metode ini memiliki kelebihan yaitu dapat menghilangkan heteroskedastisitas
pada data. Model pengaruh acak menurut Juanda (2009) adalah:
π‘Œ
𝛼 𝛽𝑋
,
πœ€π‘–π‘‘ = 𝑒𝑖+𝑣𝑑+𝑀𝑖𝑑
Untuk i = 1, 2,...., N
t = 1,2,...,T
Dimana
𝑒𝑖 ~ N(0,σu2)
: komponen cross section error
𝑣𝑑 ~ N(0,σv2)
: komponen time series error
𝑀𝑖𝑑 ~ N(0,σw2)
: komponen error gabungan
Pengujian Model
Pada estimasi data panel terdapat beberapa pendekatan yang ditawarkan,
yaitu: Pooled Least Square, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Untuk
mengetahui model yang paling tepat digunakan uji spesifikasi sebagai berikut:
Uji Chow
Pengujian dengan uji Chow digunakan untuk menentukan metode yang
digunakan apakah model Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Hipotesis
yang digunakan adalah:
H0 : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Jika Chow Statistic (F statistik) lebih dari dari taraf nyata (Fhit>Fα) maka cukup
bukti untuk menolak H0, artinya asumsi semua intersep konstan tidak benar dan
model yang sebaiknya digunakan yaitu Fixed Effects Model.
18
Uji Hausman
Setelah dilakukan uji Chow, selanjutnya dilakukan uji Hausman digunakan
untuk menentukan metode yang digunakan apakah model Fixed Effect Model atau
Random Effect Model. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Menurut Firdaus (2011), sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik
Hausman dan membandingkannya dengan Chi-squared. Jika nilai H hitung lebih
besar dari tabel chi-squared maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
H0, sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effects Model, dan begitupula
sebaliknya.
Evaluasi Model
Setelah selesai dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis
data panel, perlu dilakukan evaluasi terhadap model. Metode estimasi yang
dihasilkan melalui metode analisis data panel tersebut harus dievaluasi
berdasarkan tiga kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Ekonometrika
2. Kriteria Statistik
3. Kriteria Ekonomi
Kriteria Ekonometrika
Model estimasi regresi linear yang ideal dan optimal harus menghasilkan
estimator yang memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Untuk
itu digunakan uji asumsi klasik. Terdapat empat asumsi yang harus terpenuhi, yaitu:
data yang digunakan harus terdistribusi normal, tidak ada multikolinieritas, tidak
terjadi autokorelasi dan datanya harus homogen.
a.
Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji yang digunakan
untuk melihat kenormalan pada data panel yaitu dengan Jarque Bera Test atau
dengan melihat plot dari sisaan. Jarque Bera Test didistribusi dengan tabel chi
squared dengan derajat bebas sebesar banyaknya jumlah peubah bebas. Hipotesis
dalam pengujian normalitas adalah:
H0 : Residual berdistribusi normal
H1 : Residual tidak berdistribusi normal
Jika nilai probabilitas yang diperoleh kurang dari taraf nyata atau Jarque Bera
Test hitung lebih besar dari tabel chi squared maka cukup bukti untuk melakukan
penolakan terhadap H0, sehingga data tidak berdistribusi normal.
19
b.
Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel penjelas (bebas) dari model regresi ganda.
Istilah multikolinieritas dalam arti yang lebih luas, yaitu untuk terjadinya korelasi
linier yang tinggi diantara variabel-variabel penjelas (X1, X2, ...., Xp) (Setiawan
2010).
Menurut Gujarati (2006) multikolinearitas ini dapat dilihat melalui :
a.
Nilai R-square yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan.
b.
Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya
c.
Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel independen
sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap
diberlakukan sebagai variabel independen.
Untuk menguji masalah multikolinieritas dapat dilihat dari matriks korelasi
peubah bebas. Jika terdapat koefisien korelasi lebih dari 0.8 maka terdapat
multikolinieritas (Gujarati 2006).
c.
Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali 2011). Heteroskedastisitas terjadi ketika varians tiap
unsur error tidak konstan. Menurut Gujarati (2006), regresi yang digunakan
dengan data yang heteroskedastisitas akan menyebabkan kesimpulan yang
misleading. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan
membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistic dengan dan Sum
Square Resid Unweighted Statistics. Jika nilai Sum Square Resid pada Weighted
Statistic lebih kecil dari Sum Square Resid Unweighted Statistis maka terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas dapat dengan
menggunakan metode Generalized Least Square (GLS).
d.
Autokorelasi
Autokolerasi berarti komponen error berkolerasi berdasarkan urutan waktu
(pada data berkala) atau urutan ruang (pada data tampang lintang), atau
berkolerasi pada dirinya sendiri (Setiawan, 2010). Salah satu uji yang dapat
digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Sebuah
model dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin-Watson
statistic terletak di area non-autokorelasi. Penentuan area tersebut dibantu dengan
nilai tabel DL dan DU. Jumlah observasi (N) dan jumlah variabel independen (K).
Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Aturan pengujiannya adalah sebagai berikut:
: tolak H0, ada autokorelasi positif
: daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan
: terima H0, tidak ada autokorelasi
: daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan
: tolak H0, ada autokorelasi negatif
20
Kriteria Stastistik
Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi mengambarkan seberapa besar tingkat variabel
independen menjelaskan variabel dependen. Bila R2 mendekati nilai 1 berarti
model semakin baik, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independennya.
1.
2.
F-test (Uji simultan)
Uji F digunakan untuk mengukur apakah variabel indenden secara bersamasama mempengaruhi variabel dependen. Nilai probabilitas merupakan tingkat
marginal dari F-statistik. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0
: bi=0 (i=0,1,…,n)
H1
: bi 0 (i = 0,1,...,n) artinya sekurang-kurangnya variabel bebas tidak
sama dengan nol.
Dengan kriteria :
Tolak H0 jika F hitung lebih besar daripada F tabel atau probabilitas lebih
kecil daripada α. Dengan tolak H0 artinya variabel independen yang digunakan di
dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.
Sedangkan apabila F-hitung lebih kecil daripada F tabel maka artinya terima H0.
Hal ini berarti secara bersamaan variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan
secara nyata keragaman dari variabel tidak bebas.
3.
t-Test (Uji parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah
H0
: βi = 0 (i=0,1,…,n) artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat
H1
: βi 0 (i = 0,1,...,n) artinya sekurang-kurangnya satu koefisien variabel
bebas tidak sama dengan nol, artinya variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Dimana :
i = 1, 2, 3, ..., k
β = dugaan parameter
Dengan kriteria :
Tolak H0 jika t hitung lebih besar dari nilai t hitung, artinya variabel
independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Sedangkan bila t
hitung lebih kecil dari nilai t hitung, artinya variabel independen tersebut tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
21
Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian tanda pada
variabel bebas nilai estimator dengan teori ekonomi dan kesesuaian dengan logika.
Variabel independen tersebut dijelaskan dengan menggunakan teori ekonomi
pengaruhnya terhadap variebel dependen.
Model Penelitian
Dalam penelitian ini semua variabel sudah dalam satuan yang sama, yaitu
dalam persen. Sehingga hasil regresi yang diperoleh akan lebih efisien dan lebih
mudah dalam di interpretasikan. Dalam penelitian ini model dapat dituliskan
sebagai berikut:
RORit = α + 𝛽1 NOMit + 𝛽2 NPFit+ 𝛽3 BOPOit + 𝛽4 FDRit + 𝛽5 SBit+ ε
Dimana
α
: Intersep pada model
β
: Koefisien regresi
i, t
: Bank syariah ke i, triwulan ke t
ε
: random disturbance (error)
RORit : rate of return, yaitu tingkat bagi hasil deposito pada BUS (%)
NOMit : net operasional margin, yaitu laba bersih dari operasional BUS (%)
NPFit : non performing financing, yaitu pembiayaan bermasalah (%)
FDRit : financing to deposit ratio, yaitu pembiayaan yang disalurkan (%)
BOPOit: biaya operasional terhadap pendapatan operasional (%)
SBit : suku bunga deposito (%)
GAMBARAN UMUM
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perbankan syariah mulai dikenal pada tahun 1992 setelah dibentuknya UU
No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi adanya dual banking
system di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank syariah
menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan azas bagi hasil. Secara perlahan,
bank syariah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan sistem
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah. Dengan potensi mayoritas jumlah
penduduk muslim dalam jangka waktu delapan tahun terakhir bank syariah
menunjukan peningkatan yang sangat signifikan terlihat dari pertumbuhan aset
dan jaringan kantor perbankan syariah. Menurut data Statistik Perbankan Syariah
(SPS) jumlah aset perbankan syariah telah mencapai Rp 242 Triliun. Penilian
terhadap kinerja bank dapat terlihat dari rasio keuangan Bank Umum Syariah.
22
Tabel 2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah tahun 2007 -2013
Jenis Bank
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank
6
11
11
11
11
Jumlah Kantor
711
1215
1401
1745
1998
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank
25
23
24
24
23
Jumlah Kantor
287
262
336
517
590
Bank Pengkreditan Rakyat Syariah
Jumlah Bank
138
150
155
158
163
Jumlah Kantor
225
286
364
401
402
Total Kantor
1223
1763
2101
2663
2990
Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI, 2014
Tabel di atas menunjukan perkembangan jaringan kantor Bank Umum
Syariah di Indonesia. Peningkatan jumlah bank terbanyak terjadi di tahun 2010,
yaitu terdapat lima bank syariah baru yang didirikan. Bank Syariah tersebut
adalah Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Central Asia Syariah, Bank Victoria
Syariah, Bank Maybank Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Perkembangan
jumlah bank dan kantor sebanding dengan perkembangan jumlah rekening pada
produk deposito bank syariah, hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
400000
356422
350000
317712
Jumlah rekening (unit)
300000
250000
224217
186400
200000
150348
150000
114739
100000
50000
0
2008
2009
2010
2011
(Tahun)
2012
2013
Gambar 6 Perkembangkan jumlah rekening produk deposito pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2008 hingga tahun 2013
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI, 2014
23
Rate of Return (ROR)
Rate of Return merupakan tingkat bagi hasil yang diberikan pihak bank
kepada deposan pada Bank Umum Syariah (BUS) dalam satu tahun. Jumlah
pengembalian yang akan diterima oleh deposan tergantung pada kinerja
perbankan syariah.
7,00
(Persen)
6,50
6,00
5,50
5,00
4,50
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Gambar 7 Rate Of Return Bank Umum Syariah pada kuartal 3 tahun 2010 hingga
kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
Gambar di atas menunjukan tren ROR yang menurun dari tahun ke tahun.
Penurunan ROR diduga karenakan terjadi penurunan laba bersih yang dihasilkan
dari pembiayaan dan terjadi peningkatan pada pembiayaan yang kurang lancar,
diragukan, dan macet. Besaran ROR tertinggi terdapat pada kuartal dua tahun
2010 yang mencapai 6.65%.
Pada tahun 2013, besaran penyaluran dana untuk pembiayaan cukup tinggi,
namun, jika dibandingkan dengan tahun 2012 peningkatannya mengalami
perlambatan akibat pertumbuhan ekonomi yang juga melambat dari 6.2% ditahun
2012 menjadi 5.78% ditahun 2013. Perlambatan ekonomi tersebut disebabkan
oleh perekonomian negara maju melambat yang menyebabkan menurunnya harga
komoditas dunia. Aset perbankan syariah (BUS dan UUS) tahun 2013 tumbuh
Rp47.25 triliun atau tumbuh 24.23% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
Rp195.01 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp242.27 triliun di tahun 2013.
Dengan pertumbuhan tersebut pangsa pasar aset perbankan syariah terhadap
pangsa pasar aset nasional menjadi 4.89% (Laporan Keuangan BSM 2013).
Penyaluran pembiayaan perbankan nasional masih mengandalkan sumber
dana utama dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada tahun 2013 tercatat Rp3 526
triliun atau tumbuh sebesar 13.6% melambat dibandingkan tahun 2012 yang
mencapai 15.8%. Untuk menutup selisih kekurangan bank nasional akibat
peningkatan pembiayaan yang tidak ditopang dengan peningkatan DPK, maka
perbankan nasional mencairkan aset likuid yang ditempatkan di BI dan bank lain
serta obligasi korporasi (Laporan BSMI 2013).
24
9
8
(Persen)
7
6
5
4
3
2
1
0
(Tahun)
Bank Central Asia Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Syariah Mandiri
Gambar 8 Rate Of Return pada enam Bank Umum Syariah mulai dari kuartal 3
tahun 2010 hingga kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
Setiap investasi memiliki hubungan antara return yang diperoleh dengan
risiko tertentu, sesuai dengan ungkapan high risk high return. Berdasarkan
Gambar 8, besaran ROR BRI Syariah merupakan yang terbesar dibandingkan
dengan bank yang lain. Hal ini diduga karena BRI Syariah merupakan bank besar
yang memiliki jaringan kantor cabang yang luas, sehingga pembiayaan yang
disalurkan juga tinggi, terlihat dari besaran FDR yang tinggi (Gambar 12).
Dalam penentuan besaran tingkat bagi hasil pada deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah (BUS) terdapat penerapan PER (Profit Equalization
Reserves) dimana bank mencadangkan laba dari shareholder untuk meratakan
tingkat pengembalian atau untuk menutupi kerugian. Hal ini dimaksudkan agar
bank syariah dapat berkompetisi dengan bank konvensional dalam menawarkan
tingkat suku bunga (Grais dan Pellegrini 2006; Archer dan Karim 2009 dalam
Laela 2012). PER dihasilkan dari total laba sebelum laba didistribusikan ke
shareholders dan deposan. Dalam kontrak pada umumnya deposan telah
menyetujui presentase pendapatan yang akan mereka terima, yang ditentukan
dalam kebijakan bank (Archer dan Rifaat 2006 dalam Hamdi dan Zarai 2013).
Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
Perkembangan ROR pada setiap bank berbeda-beda tergantung pada kinerja
pada bank tersebut, berikut penjabaran kinerja yang dilihat dari rasio keuangan
bank:
25
Net Operational Margin
(Persen)
1.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Tahun
Bank Central Asia Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Syariah Mandiri
Gambar 9 Net Operational Margin enam Bank Umum Syariah mulai kuartal 3
tahun 2010 hingga kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
NOM menggambarkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan
bersih dari operasional bank (Pramuditho 2014). Dari gambar diatas dapat dilihat
besaran NOM paling besar terdapat pada BSMI, yaitu mencapai 16.13% pada
Maret 2011. Namun, mulai Maret 2012 hingga ditahun 2013 nilai NOM terus
mengalami penurunan, padahal terjadi peningkatan total aktiva, Dana Pihak
Ketiga, pembiayaan, dan ekuitas. Pada tahun 2013 total aktiva meningkat sebesar
Rp957 miliar, Dana Pihak Ketiga meningkat sebesar Rp628 miliar, pembiayaan
meningkat sebesar Rp972 miliar dan ekuitas meningkat sebesar Rp150 miliar
dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan pada Net Operational Margin
(NOM) diakibatkan persaingan bisnis pembiayaan UMKM, terutama di segmen
usaha mikro yang cukup ketat.
Peningkatan laba pada bank panin syariah terutama karena adanya kinerja
bank yang kian membaik melalui peningkatan penyaluran pembiayaan yang
diberikan pada sektor aman dan memberikan kontribusi pendapatan operasional
yang optimal. Peningkatan pendapatan operasional yang paling besar berasal dari
pendapatan piutang jual beli (murabahah) dan pendapatan jual beli berbasis bagi
hasil (mudharabah dan musyarakah). Peningkatan pembiayaan tersebut berasal
dari peningkatan kerjasama pembiayaan baik langsung maupun tidak langsung
yang berasal dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS), dan peningkatan
pembiayaan sektor menengah dan pengelolaan manajeman risiko yang ketat.
26
Non Performing Financing
(Persen)
2.
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
(Tahun)
Bank Central Asia Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Syariah Mandiri
Gambar 10 Non Performing Financing pada enam Bank Umum Syariah mulai
dari kuartal 3 tahun 2010 hingga kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
NPF mengukur kemampuan manajeman bank dalam menjaga risiko kredit
dan mengelola pembiayaan yang bermasalah. Berdasarkan gambar 10, nilai NPF
dari keenam bank sangat fluktuatif, namun nilai tesebut masih berada pada
rentang standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar 5%.
Penyaluran pembiayaan yang disalurkan oleh BCA Syariah dilakukan secara
selektif untuk menjaga kualitas aktiva produktifnya, hal ini terlihat besaran NPF
pada BCA berada pada kisaran dibawah 2%.
Biaya Operasional/Pendapatan Operasional
(Persen)
3.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
(Tahun)
Bank Central Asia Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Syariah Mandiri
Gambar 11 Biaya Operasional/Pendapatan Operasional pada enam Bank Umum
Syariah mulai dari kuartal 3 tahun 2010 hingga kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
27
Dari gambar diatas, Bank Panin Syariah mampu memperbaiki kinerja
keuangan melalui efisiensi biaya operasional dan optimalisasi pendapatan
operasional. Penurunan biaya dana dan overhead lainnya berhasil menurunkan
rasio BOPO dari 74.30% menjadi 50.76% di tahun 2012.
4.
Financing to Deposit Ratio
250
(Persen)
200
150
100
50
0
(Tahun)
Bank Central Asia Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
Bank Syariah Mandiri
Gambar 12 Financing to Deposit Ratio pada enam Bank Umum Syariah mulai
dari kuartal 3 tahun 2010 hingga kuartal 4 tahun 2013
Sumber : Bank Umum Syariah terkait, 2013 (Data diolah)
Karakteristik bank syariah dalam kegiatan pembiayaan adalah senantiasa
mengkaitkan kegiatan perbankan dengan aktivitas dalam sektor riil, hal ini terlihat
dengan tingginya nilai FDR pada bank syariah. FDR Bank Panin Syariah
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada September 2011, yakni
hingga mencapai 205%, hal tersebut didukung dengan rasio permodalan yang
cukup tinggi. FDR yang meningkat menunjukkan fungsi intermediasi bank
berjalan baik karena dananya lebih banyak disalurkan dalam bentuk pembiayaan,
bukan investasi atau kegiatan non pembiayaan. Pembiayaan berbasis bagi hasil
dengan akad mudharabah pertumbuhannya sebesar Rp93 miliar ditahun 2012
meningkat menjadi Rp517 miliar.
Keberhasilan kinerja bank panin syariah terlihat dari pertumbuhan dana
pihak ketiga menjadi Rp1 223 miliar rupiah atau tumbuh 191.19% dari tahun
2011 sebesar Rp420 miliar berkat pemasaran dan peluncuran produk pendanaan
yan inovatif. Dari segi permodalan bank panin juga dapat terjaga pada nilai yang
cukup tinggi yaitu sebesar 32.20% ditahun 2012. Dengan begitu bank panin
syariah memiliki modal yang cukup besar untuk melakukan pembiayaan dan
pengembangan usaha (Laporan tahunan Bank Panin Syariah).
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Estimasi Model
Pada regresi data panel terdapat tiga buah pendekatan, yaitu Pooled Least
Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM).
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah dengan Fixed Effect
Model (FEM). Model tersebut didapatkan dengan melakukan uji Chow dan uji
Hausman terlebih dahulu. Secara umum pengolahan model Fixed Effect Model
(FEM) dilakukan dengan Panel Least Square (PLS) tanpa pembobotan atau
dengan menggunakan Generalized Least Square (GLS) dengan pembobotan.
Untuk menentukan model terbaik dilakukan perbandingan antara model yang
menggunakan PLS dan model yang menggunakan GLS. Hasil uji menunjukan
bahwa Fixed Effect Model (FEM) GLS menghasilkan nilai uji t-stastistik dan Rsquared yang lebih baik.
Pooled Least Square vs Fixed Effect Model
Effects Test
Cross-section F
Tabel 3 Uji Chow
Statistic
d.f.
57.76
(5,73)
Prob.
0.0000
Dari hasil uji Chow diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0000 yang berarti
kurang dari taraf nyata α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak cukup bukti
untuk menerima H1, yaitu untuk menggunakan Pooled Least Square, sehingga
model yang digunakan adalah Fixed Effect Model. Selanjutnya dilakukan
pemilihan model yang tepat antara Fixed Effect Model dengan Random Effect
Model.
Fixed Effect Model vs Random Effect Model
Test Summary
Cross-section random
Tabel 4 Uji Hausman
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
17.43
5
Prob.
0.0037
Dari hasil uji Hausman diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0037 yang
berarti kurang dari taraf nyata α (0.05). Hal ini menunjukan bahwa tidak cukup
bukti untuk menerima hipotesis untuk menggunakan Random Effect Model.
Sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect Model.
Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah data residual penelitian
menyebar normal atau tidak dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Dari hasil uji
Jarque Bera diperoleh nilai p-value sebesar 0.47 (lampiran). Hal tersebut
29
menandakan bahwa nilai p-value lebih besar dari taraf nyata α (0,05). Dengan
demikian maka tidak cukup bukti untuk menolak H0, artinya data residual pada
penelitian menyebar normal.
Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas pada model dilihat dari nilai koefisien matriks
antar variabel yang memiliki nilai korelasi lebih dari 0.8. Pada tabel
multikolinieritas terdapat korelasi sebesar 0.99 antara CAR dan BOPO. Peneliti
menggunakan variabel BOPO dan mengeliminasi variabel CAR karena model
yang menggunakan variabel BOPO lebih baik dibandingkan dengan model yang
menggunakan variabel CAR. Dengan demikian persyaratan kecukupan telah
terpenuhi sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi
multikolinearitas dalam estimasi model penelitian.
2.
3.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas pada model dapat dilihat dengan membandingkan Sum
Square Resid Weight Statistic dengan Sum Squared Resid Unweight Statistic.
Pada penelitian diperoleh nilai Sum Squared Resid Unweight Statistic sebesar
22.94. Sedangkan nilai Sum Square Resid Weight Statistic sebesar 81.47 yang
berarti lebih besar daripada nilai Sum Squared Resid Unweight Statistc. Hal ini
membuktikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model. Pelanggaran
asumsi heteroskedastisitas dapat diabaikan apabila dengan pemberian bobot dalam
model perlakuan GLS (Generalized Least-square).
4.
Uji Autokorelasi
Uji yang paling umum digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah
dengan melihat nilai Durbin Watson. Nilai Durbin Watson sebesar 1.82, dimana
tidak berada pada kisaran angka 1.54723 – 1.77318. Namun permasalahan tersebut
dapat diabaikan dengan model estimasi FEM menggunakan SUR standar errors,
karena metode ini mengizinkan korelasi residual antar komponen cross section.
(Eviews userβ€Ÿs guide, hlm 866)
Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Statistik
1.
Koefisien Determinasi (R Squared)
Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh R-Squared (R2) yang dihasilkan
adalah sebesar 85.69 yang menunjukkan bahwa besar keragaman tingkat bagi hasil
produk deposito mudharabah dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
sebesar 85.69%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
2.
Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel Rate of Return (ROR secara bersama-sama. Dari hasil uji F diperoleh
nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000 < α (5%). Hal ini menunjukan bahwa
secara simultan terdapat setidaknya satu variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel Rate of Return (ROR).
30
3.
Uji-t
Uji-t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhap variabel
Rate of Return (ROR) secara parsial. Dari hasil uji-t diperoleh hasil variabel NOM,
NPF, BOPO, dan suku bunga deposito bank umum berpengaruh signifikan pada
taraf nyata sebesar 1% terhadap variabel ROR.
Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Evaluasi berdasarkan kriteria ekonomi perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian tanda pada variabel bebas. Hasil uji menunjukkan bahwa Fixed Effect
Model (FEM) dengan menggunakan pembobotan cross section sur-white
menghasilkan nilai uji t-stastistik dan R-squared yang paling baik.
Tabel 5 Hasil estimasi model dengan menggunakan metode fixed effect ModelCross Section SUR
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
NOM
NPF
FDR
BOPO
SB
3.373
0.078
-0.264
-0.001
-3.83 x 10-5
0.358
0.500
0.018
0.083
0.002
9.67E-06
0.083
6.739
4.344
-3.184
-0.447
-3.960
4.309
0.0000
0.0000*
0.0021*
0.6563
0.0002*
0.0001*
Keterangan: Berdasarkan hasil t-test * signifikan pada alpha 1%
Pengaruh Net Operational Margin (NOM) terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
Net Operational Margin (NOM) menunjukkan kemampuan manajeman
bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bagi
hasil bersih dari pembiayaan yang diberikan. Pendapatan bagi hasil didapatkan
dengan cara selisih pendapatan bagi hasil dikurangi dengan biaya bagi hasil.
Apabila bank syariah memiliki nilai NOM yang tinggi, maka bank tersebut sudah
efektif dalam menyalurkan dana dan mampu menghasilkan pendapatan bagi hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bagi hasil yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil estimasi, NOM berpengaruh positif terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah. Nilai koefisien yang dimiliki oleh NOM pada model
yaitu sebesar 4.34 yang berarti jika nilai NOM naik sebesar 1% maka tingkat bagi
hasil deposito mudharabah akan mengalami kenaikan sebesar 4.34%. Hasil
estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya yaitu,
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Hubungan positif
ini dapat dijelaskan karena peningkatan laba yang dihasilkan dari pembiayaan
akan pula meningkatkan tingkat bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah.
31
Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
Non Performing Financing (NPF) menunjukkan besarnya risiko
pembiayaan yang diberikan oleh bank, semakin kecil NPF, maka risiko
pembiayaan yang ditanggung bank juga semakin kecil. Apabila nilai NPF
semakin besar, maka laba bank akan menurun, sehingga tingkat bagi hasil yang
diberikan kepada nasabah juga menurun. Berdasarkan hasil estimasi, NPF
berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Nilai
koefisien yang dimiliki oleh NPF pada model yaitu sebesar -3.18 yang berarti jika
nilai NPF naik sebesar 1% maka tingkat bagi hasil akan mengalami penurunan
sebesar -3.18%.
Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan
sebelumnya, yaitu NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat bagi
hasil. Pembiayaan yang diberikan oleh bank apabila mengalami kredit yang
kurang lancar, macet, dan diragukan maka akan merugikan bank. Kerugian
tersebut akan berpengaruh terhadap laba bank yang juga akan memengaruhi
pembagian tingkat bagi hasil kepada nasabah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arifa (2008) dan Amelia (2011).
Pengaruh Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah
Biaya operasional/ pendapatan operasional menunjukkan efisiensi bank
dalam mengontrol biaya operasional yang dikeluarkan dan efisiensi bank dalam
menjalankan usahanya. Semakin rendah BOPO maka kinerja bank tersebut
semakin baik, begitupula sebaliknya, apabila nilai BOPO tinggi, maka kinerja
bank tersebut tidak efisien. Berdasarkan hasil estimasi, BOPO berpengaruh
negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Nilai koefisien yang
dimiliki oleh BOPO pada model yaitu sebesar -3.96 yang berarti jika nilai BOPO
naik sebesar 1% maka tingkat bagi hasil akan mengalami penurunan sebesar 3.96%. Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan
sebelumnya, yaitu BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
bagi hasil. Apabila besaran BOPO menurun, maka pendapatan bank akan
meningkat dengan begitu maka tingkat bagi hasil yanh diterima nasabah juga
meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini
(2010) dan Juwairiyah (2008).
Pengaruh suku bunga deposito bank umum terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
Dalam ekonomi islam uang merupakan medium of change. Sedangkan,
dalam sistem kapitalis, uang bukan hanya didefinisikan sebagai alat tukar, namun
uang juga merupakan komoditas. Uang dapat diperjualbelikan dengan kelebihan
baik on the spot maupun secara tangguh dan dapat disewakan. Ketika uang
diperlakukan sebagai komoditas, maka berkembanglah pasar uang dengan
instrumen bunga sebagai harga dari produk-produknya. Transaksi pada pasar uang
dan pasar derivatifnya tidak berlandaskan pada motif transaksi riil sepenuhnya.
Padahal ekonomi yang demikian dapat menciptakan ekonomi gelembung (buble
economic), suatu kondisi yang melibatkan transaksi yang besar sekali namun
32
sesungguhnya tidak ada isinya karena tidak dilandasai transaksi ril yang setara
(Huda N et al 2008).
Berdasarkan hasil estimasi, suku bunga deposito bank umum berpengaruh
positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Nilai koefisien yang
dimiliki suku bunga pada model yaitu sebesar 4.31 yang berarti jika nilai suku
bunga naik 1% maka tingkat bagi hasil akan mengalami peningkatan sebesar
4.31%. Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isna dan Sunaryo
(2012) dan Azmy (2008) yang juga membuktikan bahwa ada pengaruh yang
positif terhadap besaran tingkat bagi hasil BUS dengan tingkat suku bunga bank
umum. Meskipun bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil, namun dalam
kenyataannya pengaruh tingkat suku bunga deposito bank umum terhadap tingkat
bagi hasil menjadi dilema karena kecenderungan berpindahnya nasabah apabila
tingkat bagi hasil pada deposito bank syariah nilainya lebih rendah dari pada
tingkat suku bunga. Nasabah akan cenderung memilih bank yang memberikan
keuntungan yang lebih tinggi (Natalia 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat bagi hasil merupakan salah satu faktor penting yang mendorong
nasabah dalam mendepositokan dananya. Berdasarkan perumusan masalah dan
tujuan dalam penelitian, adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1.
Tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS)
memiliki tren yang menurun dari tahun ke tahun, hal ini diakibatkan terjadi
penurunan pada laba bersih operasional dan terjadi perlambatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2.
Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat bagi
hasil, secara simultan variabel independen memengaruhi variabel tingkat
bagi hasil. Secara parsial, variabel rasio Net Operational Margin, Non
Performing Financing, Financing
to
Deposit
Ratio,
Biaya
Operasional/Pendapatan Operasional dan suku bunga deposito bank umum
berpengaruh nyata terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Variabel Net Operational Margin dan suku bunga deposito bank umum
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil. Sedangkan Non
Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Biaya Operational/
Pendapatan Operasional memiki pengaruh negatif terhadap tingkat bagi
hasil.
Saran
1.
Adapun saran untuk penelitian ini adalah:
Bank Umum Syariah lebih meningkatkan laba operasional dengan
mengoptimalkan pendapatan dan mengefisienkan biaya operasional
sehingga laba bersih yang dihasilkan akan meningkat. Bank syariah perlu
berhati-hati dan teliti dalam menyalurkan pembiayaan agar meminimalkan
33
2.
3.
risiko pembiayan yang bermasalah. Selain itu, untuk mengefisienkan biaya
operasional bank syariah dapat mengefisienkan beban-beban administrasi,
dan mengurangi beban penyisihan kerugian dari aset produktif.
Bank Umum Syariah di Indonesia lebih meningkatkan kinerja keuangannya
agar menjadikan rasio keuangan BUS lebih baik, sehingga memunculkan
kepercayaan nasabah untuk menggunakan produk deposito BUS, dengan
begitu market share perbankan syariah dapat meningkat. Hal ini didasarkan
pada hasil estimasi yang menunjukkan bahwa rasio keuangan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Hasil estimasi juga menunjukkan
bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Hal
ini diakibatkan karena persaingan antar bank terhadap besaran tingkat bagi
hasil dan besaran suku bunga terutama pada segmen floating market yang
lebih memperhatikan pertimbangan yang rasional, yaitu pelayanan yang
didapatkan dan besaran tingkat bagi hasil yang diperoleh. Untuk mengatasi
besaran tingkat bagi hasil yang tidak kompetitif bank syariah dapat
menggunakan kebijakan PER (Profit Equalization Reserves) agar
besarannya kompetitif.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan data seluruh
Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia yang berjumlah sebelas bank,
keterbatasan data menyebabkan penelitian ini hanya menggunakan enam
Bank Umum Syariah (BUS). Selain itu variabel terikat yang digunakan
adalah tingkat bagi hasil pada deposito 1 bulan, untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menganalisis tingkat bagi hasil pada deposito 3, 6, 12 dan
lebih dari 12 bulan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aisiyah S. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil pada Bank
Syariah Mandiri (Periode Juni 2005- Mei 2009). [skripsi]. Yogyakarta
(ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Alamsyah H. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan dalam Menyongsong MEA 2015. [diunduh pada 16 Februari
2014] Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewangubernur/Documents/6bf00812e40b4d0cb140ea80239c4966Perkembanga
nProspekPerbankanSyariahIndonesiaMEA201.pdf
Amelia R. 2011. Pengaruh CAR, FDR, dan NPF Terhadap Return Bagi Hasil
Deposito pada Perbankan Syariah. [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Anggraini D. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah (Study Kasus PT Muamalat Indonesia Tbk Periode
2002-2009). [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Anisah N. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Deposito
Mudharabah Bank Syariah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.Vol 1 Nomor
2, Maret 2013.
Antonio MS. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema
Insani.
Arifa U. 2008. Analisis Pengaruh Non Performing Financing dan Financing to
Deposit Ratio Terhadap Presentase Return Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Mutlaqah pada Bank Muamalat Indonesia. [skripsi]. Jakarta
(ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ascarya. 2007. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Azmy MS. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun
2005-2008. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
[BI] Bank Indonesia. 2014. Statistik Perbankan Syariah Desember 2013. [internet].
[diunduh: 2014 Februari 14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id
[BSM] Bank Syariah Mandiri. 2013. [internet]. [diunduh: 2014 Februari 18].
Tersedia pada http://www.syariahmandiri.co.id/en/category/investorrelation/laporan-triwulan/
[BRIS] Bank Rakyat Indonesia Syariah. 2013. [internet]. [diunduh: 2014 Februari
18]. Tersedia pada http://www.brisyariah.co.id/?q=laporan-keuangan
[BSMI] Bank Syariah Mega Indonesia. 2013. [internet]. [diundur: 2014 Februari
18]. Tersedia pada http://www.bsmi.co.id
[BCA Syariah] Bank Central Asia Syariah. 2013. [internet]. [diunduh: 2014
Februari 18]. Tersedia pada http://www.bcasyariah.co.id/laporankeuangan/tahunan/2012-2/
[BNI Syariah] Bank Negara Indonesia Syariah. 2013. [internet]. [diunduh 2014
Februari 18]. Tersedia pada http://www.bnisyariah.co.id/en/laporankeuangan
35
[Bank Panin Syariah] Panin Bank Syariah. 2013. [internet]. [diunduh 2014
Februari
18].
Tersedia
pada
http://www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mtentangkami/laporankeuan
gan
Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia
Fahmi I. Pengantar Manajemen Perkreditan. 2010. Bandung (ID): Alfabeta.
Fauzan A. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbankan konvensional. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 2, No. 2,
September 2011.
Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): PT
Bumi Aksara.
Ghozali I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPPS. Semarang
(ID): Badan Penerbit UNDIP
Gujarati D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga
Hamdi FM, Zarai MA. 2013. Earning Management and Investment Accounts
Holders Interests in Islamic Banking Institutions. International Journal os
Business and Management Invention. Volume 2 Issue 12.
Huda N et al. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta (ID): Kencana
Isna A, Sunaryo K. 2012. Analisis Pengaruh Return on Assets, BOPO, Suku
Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 11, No. 1, September
2012.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta (ID): Kencana.
Juwairiyah S. 2008. Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah Mutlaqah.
[skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Judisseno RK. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Karim A. 2010. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
Karim A, Affif AZ. 2005. Islamic Banking Consumer Behavior in Indonesia: A
Qualitative Approach.
Kasmir. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta (ID): Raja grafindo.
Laela SF. 2012. Kualitas Laba dan Corporate Governance: Benarkah Kualitas
Laba Bank Syariah Lebih Rendah dari Bank Konvensional?. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 9 No 1 Juni 2012.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta (ID): UPP AMP
YKPN.
Natalia E, Dzulkirom M, Rahayu SM. 2014. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil
Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah.
Jurnal Admisnistrasi Bisnis. Vol.9 No.1 April 2014.
Nelwani CYE. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah
pada Bank Umum Syariah (BUS) (Periode 2009-2012). [skripsi].
Yogyakarta (ID). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Yogyakarta (ID): BPFE
Pramudhito RAS. 2014. Analisis Pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR, dan NCOM
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Kasus
36
pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008-2012). [skripsi].
Semarang (ID). Universitas Diponegoro.
Ponco B. 2008. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap
ROA (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia). [tesis]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro.
Rivai HA, Lukviarman N, Syafrizal, Lukman S, Andrianus F, Masrizal. 2007.
Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih Jasa
Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional. Bank Indonesia dan
Centre for Banking Research (CBR) Universitas Andalas
Riwayanti HE. 2013. Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap
Profitabilitas Bank Persero. Jakarta (ID). Institut Perbanas
Rinaldy E. 2008. Membaca Neraca Bank. Jakarta (ID): Indonesia Legal Center
Publishing
Sabir MA, Muhammad. Habbe, Abd Hamid. 2012. Pengaruh Rasio Kesehatan
Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank
Konvensional di Indonesia. 2012. Jurnal Analisis. Vol. 1, No. 1 : 79-86.
Setiawan, Kusrini DE. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta (ID): Andi
Soemitra A. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana.
Suseno, Astiyah S. 2009. Inflasi. Jakarta (ID): Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) BI.
Syibly MR. 2008. The Need of Muslim Floating Market for Bank Syariah (A
Case Study of the Member of Pengajian Bisnis Al-Kautsar NU in Special
District of Yogyakarta). Jurnal Studi Agama. Vol. 8, No. 1
Wibowo ES, Syaichu M. 2013. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR,
BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro Journal of
Management. Volume 2, Nomer 2, Tahun 2013, Halaman 1-10.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Estimasi Panel Data dengan menggunakan Pooled Least Square
terhadap tingkat bagi hasil
Dependent Variable: ROR
Method: Panel Least Squares
Date: 07/31/14 Time: 10:01
Sample: 2010Q3 2013Q4
Periods included: 14
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 84
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
NOM
NPF
FDR
BOPO
SB
4.600358
-0.076650
0.282091
-0.001578
-8.20E-06
0.278300
3.908948
-2.116869
2.446093
-0.321582
-0.158752
1.961289
0.0002
0.0375
0.0167
0.7486
0.8743
0.0534
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.170053
0.116851
0.894705
62.43877
-106.7324
3.196374
0.011197
1.176879
0.036209
0.115323
0.004906
5.16E-05
0.141896
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
5.857857
0.952057
2.684104
2.857734
2.753902
0.393958
38
Lampiran 2 Hasil Estimasi Panel Data dengan menggunakan Fixed Effect Model
(FEM) dengan pembobotan (cross-section weight) white cross
section covariance
Dependent Variable: ROR
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 07/31/14 Time: 09:54
Sample: 2010Q3 2013Q4
Periods included: 14
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 84
Linear estimation after one-step weighting matrix
White diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
NOM
NPF
FDR
BOPO
SB
3.373155
0.078178
-0.264120
-0.000860
-3.83E-05
0.358429
6.739387
4.344787
-3.183729
-0.446807
-3.960071
4.308715
0.0000
0.0000
0.0021
0.6563
0.0002
0.0001
0.500514
0.017993
0.082959
0.001925
9.67E-06
0.083187
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.856961
0.837366
1.056448
43.73493
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
7.752636
10.19258
81.47395
1.825042
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.691829
23.18438
Mean dependent var 5.857857
Durbin-Watson stat 0.925220
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
39
Lampiran 3 Hasil Estimasi Panel Data dengan menggunakan Random Effect
Model (FEM)
Dependent Variable: ROR
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/31/14 Time: 10:04
Sample: 2010Q3 2013Q4
Periods included: 14
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
NOM
NPF
FDR
BOPO
SB
3.053082
0.079990
-0.253905
-0.001369
-2.56E-05
0.412496
2.905913
1.717528
-1.477832
-0.359512
-0.754402
4.397706
0.0048
0.0899
0.1435
0.7202
0.4529
0.0000
S.D.
Rho
1.361314
0.560587
0.8550
0.1450
1.050645
0.046573
0.171809
0.003809
3.39E-05
0.093798
Effects Specification
Cross-section random
Idiosyncratic random
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.230224
0.180880
0.552262
4.665640
0.000887
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.640833
0.610199
23.78948
0.946551
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
-0.226076
92.24045
Mean dependent var 5.857857
Durbin-Watson stat 0.244122
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
40
Lampiran 4 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
d.f.
Cross-section F
57.766898 (5,73)
Prob.
0.0000
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
Lampiran 5 Hasil uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Cross-section random
17.435791 5
Chi-Sq. d.f. Prob.
0.0037
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas
12
Series: Standardized Residuals
Sample 2010Q3 2013Q4
Observations 84
10
8
6
4
2
0
-2
-1
0
1
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-1.31e-17
-0.017773
2.615744
-2.039727
0.990764
0.327012
2.970336
Jarque-Bera
Probability
1.500195
0.472320
41
Lampiran 7 Hasil Uji Multikolinieritas
ROR
NOM
FDR
CAR
NPF
BOPO
SB
ROR
1.000000 -0.200237 -0.002419 -0.012578 0.258182 -0.011938 0.263132
NOM -0.200237 1.000000 -0.309081 -0.085021 0.141760 -0.082015 -0.070200
FDR
-0.002419 -0.309081 1.000000 -0.055933 -0.030354 -0.062940 -0.154838
CAR -0.012578 -0.085021 -0.055933 1.000000 -0.173647 0.999747 0.120839
NPF
0.258182 0.141760 -0.030354 -0.173647 1.000000 -0.159409 0.126264
BOPO -0.011938 -0.082015 -0.062940 0.999747 -0.159409 1.000000 0.118995
SB
0.263132 -0.070200 -0.154838 0.120839 0.126264 0.118995 1.000000
Hasil : Output regresi data panel Eviews 6
42
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmah Syafira lahir di Jakarta pada tanggal 1 Oktober
1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan
Syaripudin Madinah dan Masjanah. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan
menamatkan sekolah dasar di SDIT An-Nizomiyah Jakarta, kemudian
menanjutkan ke SMPN 107 Jakarta dan SMAN 60 Jakarta. Pada tahun 2010
penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
SNMPTN pada Departemen Ilmu Ekonomi program studi ilmu ekonomi syariah.
Selama menjadi mahasiswi penulis menjadi anggota pada organisasi Sharia
Economics Student Club (SES-C) divisi usaha mandiri (USMAN) dan menjadi
anggota pada organisasi Forum For Indonesia (FFI) divisi Business
Entrepreneurship (BE).
Download