BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah global tidak hanya
di negara maju saja tetapi juga di negara berkembang. Renu Garg, penasihat
regional WHO (South-East Asia Region Official, SEARO), mengatakan rata-rata
3 dari 5 kasus kematian disebabkan oleh PTM. Sebanyak 55% atau sekitar 7,9 juta
kasus kematian setiap tahunnya di Asia Tenggara disebabkan oleh penyakit tidak
menular (WHO, 2015).
Data International Diabetes Federation (IDF), menunjukkan bahwa
penderita diabetes melitus (DM) di dunia meningkat setiap tahunnya. Tahun 2013
terdapat 382 juta penduduk dunia hidup dengan diabetes melitus. Penderita
diabetes melitus di dunia berada pada kisaran umur 40-59 tahun yang mana 80 %
berada pada negara yang pendapatan perkapitanya menengah ke bawah. Penyakit
ini menyebabkan 5,1 juta kematian di dunia, setiap 6 detik terdapat 1 orang
meninggal akibat diabetes melitus. Pada tahun 2035 diperkirakan penyakit
diabetes yang pada umumnya diabetes melitus tipe 2 meningkat menjadi 50% atau
diperkirakan terdapat 592 juta penduduk menderita DM. Hal ini berarti terdapat
peningkatan prevalensi diabetes melitus pada tahun 2013 sebesar 8,3% menjadi
10,1 % pada tahun 2035. Dari seluruh penderita diabetes di dunia 36% (132 juta
diabetesi) berada pada kawasan Pasifik Barat dan termasuk negara Indonesia di
dalamnya. Indonesia berada di peringkat 7 dari 10 negara dengan penduduk
diabetesi (usia 20-79 tahun) setelah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico
(IDF, 2013).
Diabetes melitus menduduki posisi ke 6 dari semua penyebab kematian di
Indonesia untuk semua golongan usia dan urutan ke 5 penyebab kematian
terbanyak berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013. Jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan pengeliminasian faktor-faktor penyebab dari diabetes melitus maka
1
2
Indonesia akan tetap berada pada peringkat 4 di tahun 2030 dengan 21,3 juta
diabetesi (Riskesdas, 2013).
Prevalensi nasional diabetes melitus Indonesia adalah 1,5% dan prevalensi
diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah berada diatas angka prevalensi nasional
yaitu 1,6% (Riskesdas, 2013). Di Kabupaten Banjarnegara, diabetes menjadi
urutan no 2 penyakit tidak menular dengan kasus terbanyak setelah penyakit
hipertensi (Dinkes, 2015).
Penyakit diabetes mellitus yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan
penyakit kronik yang mengakibatkan komplikasi mata, kaki, ginjal dan vaskuler.
Komplikasi vaskuler terdiri atas komplikasi makrovaskuler (penyakit jantung
koroner, stroke dan penyakit pembuluh darah
perifer) dan mikrovaskuler
(retinopati, nefropati, dan neuropati) (WHO, 2006). Diabetes melitus merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit jantung koroner (PJK) dan angka
kejadian penyakit jantung koroner berkaitan dengan lama menderita diabetes.
Menurut American Heart Association pada Mei 2012, paling kurang 65%
penderita DM meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain itu, orang
dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar terkena
penyakit jantung daripada orang yang tidak menderita DM. Menurut Boon (2013)
menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 meningkatkan risiko terjadinya PJK 2
kali lebih besar pada laki-laki dan 3 kali lebih besar pada perempuan sehingga
bisa meningkatkan mortalitas dan morbiditas PJK pada penderita DM tipe 2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andarmoyo (2013) di Ponorogo
menunjukkan bahwa orang yang berusia kurang dari 45 tahun dengan penyakit
DM memiliki risiko 5,4 kali lebih besar terkena PJK dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki penyakit DM.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kondisi jantung yang bekerja
tidak normal. PJK menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung
sehingga terjadi penyempitan pada arteri koroner. Hal ini disebabkan oleh
menumpuknya lemak sehingga otot jantung menjadi rusak akibat kekurangan
oksigen (Bustan, 2007).
3
Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan mengatasi penyakit dan
penyebab kematian oleh penyakit menular dan penyakit tidak menular (double
burden). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergesaran pola penyebab
kematian dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dalam 12 tahun
terakhir. Distribusi kematian penyakit menular menurun sedangkan penyakit tidak
menular meningkat. Laporan Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi
PJK berdasarkan diagnosis dokter atau gejala di Jawa Tengah sebesar 1,4%.
Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja.
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014, PJK termasuk
10 penyakit penyebab kematian utama di Kabupaten Banjarnegara.
Data rekam medis RSUD Hj.Anna Lesmanah Banjarnegara dan RS
Emmanuel menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus diabetes melitus di 2
rumah sakit ini. Di RSUD Hj.Anna Lesmanah Banjarnegara jumlah kunjungan
kasus diabetes melitus tahun 2012 sebanyak 70 kasus, pada tahun 2013
mengalami peningkatan sebanyak 254 kasus, tahun 2014 sebanyak 273 kasus dan
352 kasus pada tahun 2015. Sedangkan kunjungan kasus untuk penyakit jantung
koroner pada tahun 2013 sebanyak 261 kasus, 283 kasus pada tahun 2014 dan
tahun 2015 sebanyak 236 kasus. Berdasarkan data rekam medis RS Emanuel
diketahui bahwa jumlah kunjungan kasus diabetes melitus di rawat inap dan rawat
jalan yaitu sebanyak 2187 kasus pada tahun 2012, 1182 pada tahun 2013, tahun
2014 sebanyak 1010 kasus dan tahun 2015 mengalami peningkatan dua kali lipat
dari tahun 2014 menjadi 2147 kasus. Sedangkan untuk penyakit jantung koroner
di RS Emanuel pada tahun 2012 sebanyak 64 kasus, 35 kasus pada tahun 2013, 41
kasus pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 sebanyak 183 kasus. Selain itu
diketahui juga bahwa diabetes melitus dan jantung koroner merupakan 5 besar
penyakit penyebab kematian terbanyak di RSUD Banjarnegara dan RS Emanuel.
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada penderita diabetes melitus. Hal ini dikarenakan penderita DM
memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terkena PJK (American Diabetes
Association, 2015). Mekanisme terjadinya PJK pada DM dipengaruhi oleh faktor
yang tidak bisa dimodifikasi dan faktor yang bisa dimodifikasi. Faktor yang tidak
4
bisa dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, lama menderita DM dan
riwayat keturunan PJK. Faktor modifikasi terdiri atas faktor fisiologi (hipertensi
dan obesitas), faktor perilaku (merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik dan pola
tidur/begadang) dan faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara diketahui
bahwa persentase rumah tangga hidup bersih dan sehat pada tahun 2014 yaitu
65,5%. Salah satu indikator dari rumah tangga berperilaku bersih dan sehat yang
merupakan faktor risiko DM seperti aktivitas fisik dan perilaku merokok.
Pengamatan di lapangan ditemukan bahwa pada umumnya masyarakat
Banjarnegara memiliki kebiasaan konsumsi makanan mengandung lemak seperti
gorengan/mendoan tempe dan telur asin yang merupakan makanan khas daerah
Banjarnegara. Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa 40,7% masyarakat
Indonesia memiliki perilaku konsumsi makanan berisiko seperti berlemak,
berkolesterol dan makanan gorengan, diketahui bahwa provinsi Jawa tengah
memiliki
persentase paling tinggi
konsumsi
makan berlemak (60,3%)
dibandingkan provinsi lainnya. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor
risiko PJK pada penderita DM diantaranya yaitu penelitian Noto (2009)
menunjukkan bahwa diabetes melitus dan hipertensi merupakan faktor risiko
kejadian penyakit jantung koroner di Mediterannean. Penelitian Yuliani (2014)
menunjukkan faktor jenis kelamin, merokok, lama DM, hipertensi dan obesitas
merupakan faktor risiko kejadian PJK. Penelitian yang dilakukan Odegaard dkk.
(2011) di Singapura menunjukkan bahwa faktor individu yaitu pola diet, aktivitas
fisik, konsumsi alkohol, kebiasaan tidur, merokok dan berat badan relatif
merupakan faktor risiko kejadian kardiovaskular.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mempertimbangkan perlunya
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung
koroner pada penderita diabetes melitus.
5
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apakah yang
berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes
melitus di Kabupaten Banjarnegara ?
C. Tujuan
1.
Tujuan umum
Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung
koroner pada penderita diabetes melitus di Kabupaten Banjarnegara.
2.
Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi faktor umur, jenis kelamin, hipertensi,
obesitas, lama menderita diabetes melitus, merokok, aktivitas fisik, riwayat
hipertensi, riwayat diabetes keluarga dan riwayat jantung koroner keluarga
dengan kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus
di Kabupaten Banjarnegara.
b. Mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi,
obesitas, lama menderita diabetes melitus, merokok, aktivitas fisik, riwayat
hipertensi, riwayat diabetes keluarga dan riwayat jantung koroner keluarga
dengan kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus
di Kabupaten Banjarnegara.
D. Manfaat
1.
Bagi peneliti
Sebagai media untuk menambah cakrawala berpikir peneliti dalam ilmu
kesehatan masyarakat serta menambah keterampilan dalam melakukan
penelitian.
2.
Bagi institusi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan atau informasi dalam
pengembangan program dalam mengupayakan pencegahan timbulnya
kejadian diabetes melitus serta upaya penanggulangan komplikasi diabetes
khususnya penyakit jantung koroner.
6
3.
Bagi peneliti lain
Sebagai bahan tambahan kepustakaan atau tambahan bukti ilmiah dan
informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu/penelitian
sejenis yang membutuhkan.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian pernah dilakukan sebelumnya mengenai kajian
komplikasi pada penderia diabetes melitus. Penelitian tersebut terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan yang digunakan dan pada variabel yang diteliti.
1.
Yuliani (2014) di Padang melakukan penelitian dengan judul hubungan
berbagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada
penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini dilakukan di RS M.Djamil
Padang dan RS Khusus Jantung Sumatera Barat dengan desain penelitian
cross sectional study comparative. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan terletak pada variabel independen yang akan diteliti
yaitu obesitas, merokok, hipertensi dan lama menderita diabetes melitus,
sedangkan perbedaannya yaitu pada variabel independen lain, desain
penelitian case control study, subyek yang diteliti dan analisis data yang akan
dilakukan sampai dengan analisis multivariat.
2.
Yanti (2010) di Semarang melakukan studi kasus dengan judul faktor-faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus tipe
2 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian studi kasus
kontrol. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu variabel merokok, obesitas, lama menderita diabetes melitus dan
riwayat jantung koroner serta desain penelitian. Sedangkan perbedaannya
yaitu subyek penelitian dan variabel independen lainnya yang akan diteliti.
3.
Huffman (2014) di Jamaica melakukan penelitian dengan judul a cross
sectional study of Jamaican adolescents risk factor for type 2 diabetes and
cardiosvascular diseases. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
study. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel aktivitas fisik,
7
sedangkan perbedaannya yaitu variabel independen lainnya yang akan diteliti
dan metode penelitian.
4.
Gorrian (2010) meneliti dengan judul combinating modifiable coronary heart
disease in multiple regions of the world dengan desain case control study.
Adapun variabel yang diteliti yaitu merokok, hipertensi, obesitas, diet,
aktivitas fisik dan psikososial. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel independen lainnya yang
akan diteliti.
5.
Boon (2013) di Cina meneliti dengan judul age ≥60 years was an
independent risk factors for diabetes-related complications despite good
control of cardiovascular risk factors in patients with type 2 diabetes
mellitus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam
medis Adult Diabetes Control and Management (ADCM). Persamaan yang
ditemukan dalam penelitian ini yaitu variabel lama menderita diabetes
melitus, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terleak
pada metode penelitian dan variabel independen lainnya.
6.
Appiah (2015) di United States meneliti dengan menggunakan metode survey
yang diambil dari data National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES). Judul penelitian cardiovascular disease among women with and
without diabetes mellitus and bilateral oophorectomy. Persamaan variabel
yang diambil yaitu merokok, riwayat keluarga dengan jantung koroner dan
diabetes melitus dan body mass index (BMI). Perbedaan terletak pada desain
penelitian, variabel independen lainnya dan subyek yang akan diteliti.
7.
Turner (1998) melakukan penelitian dengan judul risk factors for coronary
heart disease in non insulin dependent diabetes melitus dengan desain
penelitian prospective study (cohort). Penelitian ini dilakukan di 23 rumah
sakit yang berada di United Kingdom. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel merokok, hipertensi, aktivitas
fisik dan indeks massa tubuh (IMT) serta desain penelitiannya.
8.
Richard (2001) meneliti dengan judul a model for the risk of coronary heart
disease in type II diabetes dengan desain penelitian prospective study
8
(cohort). Variabel yang diteliti yaitu glikemia, hipertensi, umur, jenis
kelamin, etnis, status merokok dan lama mengidap DM. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu desain penelitian yang dipilih
dan variabel independen lainnya.
9.
Odegaard (2011) meneliti dengan judul combined lifestyle fakctors and
cardiosvascular disease mortality in chinese men and women. Desain
penelitian yang digunakan yaitu cohort. Variabel yang diteliti yaitu diet,
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, kebiasaan tidur, merokok dan IMT.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak
pada pemilihan desain penelitian serta subyek yang akan diteliti.
10. Roche (2013) di Canada meneliti dengan judul sex diffrerences in all cause
and cardiovascular mortality, hospitalization for individuals with and without
diabetes and patiens with diabetes diagnosed early and late. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian retrospective cohort study, berbeda dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu desain kasus kontrol dan variabel
independen lainnya yang akan diteliti.
Download