perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Kecerdasan Emosi/Emotional Quotient (EQ)
a. Definisi Kecerdasan
Kecerdasan didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk
mengambil keuntungan dari suatu pengalaman, memperoleh
pengetahuan, berpikir abstrak, bertindak berdasarkan alasan, atau
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan.
Seseorang yang memiliki kecerdasan pada satu area belum tentu
memiliki kecerdasan pada area yang lainnya (Wade, 2007).
b. Definisi Emosi
Emosi berasal dari Bahasa Yunani “emorver” yang berarti
bergerak, kegembiraan dan kegusaran. Emosi merupakan bentuk
tindakan untuk memenuhi kepuasan. Bila dikaji lebih dalam lagi,
perasaan dan emosi penting untuk kesejahteraan, kebahagiaan dan
keselarasan ruang lingkup hidup (Hamid, 2007).
Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks yang
berlangsung tidak lama, yang mempunyai komponen pada badan
dan jiwa individu. Pada jiwa berupa keadaan terangsang dengan
perasaan yang hebat serta biasanya juga terdapat impuls untuk
berbuat sesuatu yang tertentu. Pada badan timbul gejala-gejala dari
commit to user
6 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 susunan saraf vegetatif, misalnya pada pernapasan, sirkulasi dan
sekresi (Maramis, 2005).
Emosi dibutuhkan untuk menunjukkan keberadaannya
dalam masalah manusiawi. Wujud emosi yang ditampakkan antara
lain amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut,
jengkel dan malu (Goleman, 2007).
c. Definisi Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati et al, 2010),
kecerdasan
emosi
merupakan
kemampuan
memantau
dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan
mampu mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang muncul
dalam hidupnya.
Seligman (dalam Setyowati et al, 2010) mengungkapkan
bahwa individu yang cerdas emosinya akan bersikap optimis,
bahwa segala sesuatu dalam kehidupan dapat teratasi kendati
ditimpa kemunduran atau frustrasi.
Kecerdasan emosi bukanlah bakat alami tetapi kemampuan
yang dipelajari (Goleman, 2004). Apabila seseorang memiliki
kecerdasan emosi yang cukup rendah menyebabkan dirinya kurang
peka dengan lingkungan dan perasaan orang sekitar (Hamid, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Menurut
Hamid
(2007),
ada
beberapa
cara
untuk
meningkatkan kecerdasan emosi, antara lain:
1) Dukungan dari pihak lain. Pihak lain yang dimaksud bisa
keluarga, teman ataupun masyarakat sekitar. Pihak lain adalah
cermin untuk membina dan membentuk emosi seseorang.
Kritikan, nasihat, pandangan dari pihak lain yang positif dapat
membantu seseorang memperbaiki emosinya.
2) Pengukuran EQ, dilakukan untuk mengetahui tahapan EQ
dengan cara tes yang berkaitan dengan EQ dalam pekerjaan,
motivasi diri, pergaulan, komunikasi dan sebagainya.
3) Kerja kelompok, dapat meningkatkan kecerdassan emosi
seseorang karena melibatkan nilai kebersamaan dan emosi
dalam melakukan pekerjaan.
4) Belajar bekerjasama, turut melibatkan emosi dalam melakukan
pekerjaan. Dengan belajar bekerjasama akan memberikan
kesempatan untuk membina hubungan dengan orang lain.
d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosi
Faktor yang memengaruhi kecerdasan emosi menurut
Goleman (2007) adalah:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dalam
mempelajari emosi, dan orang tua yang sangat berperan. Anakanak mengidentifikasikan perilaku orang tua kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 diinternalisasikan akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian
anak. Kehidupan emosi yang dibangun di dalam keluarga
sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas
secara emosi.
2) Lingkungan non keluarga
Lingkungan
yang
dimaksud
adalah
lingkungan
masyarakat dan lingkungan pendidikan. Pergaulan dengan
teman sebaya, guru dan masyarakat luas yang dianggap
bertangguang jawab dalam perkembangan kecerdasan emosi.
3) Otak
Otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia,
otak berfungsi untuk memengaruhi dan mengontrol seluruh
kerja tubuh. Struktur otak adalah sebagai berikut.
a) Korteks, berperan penting dalam memahami kecerdasan
emosi serta dalam memahami sesuatu secara mendalam,
menganalisis mengapa orang mengalami perasaan
tertentu,
selanjutnya
berbuat
sesuatu
untuk
mengatasinya.
b) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai bagian
emosi yang letaknya jauh dalam hemisfer otak besar
terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan
impuls. Sistem limbik meliputi hyppocampus, yaitu
tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Selain itu ada amigdala yang dipandang sebagai pusat
pengendali emosi pada otak.
Walgito (2004) membagi faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi menjadi dua faktor yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan apa yang ada dalam diri
individu yang memengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor
internal berasal dari dua sumber yaitu segi jasmani dan segi
psikologis. Segi jasmani meliputi faktor fisik dan kesehatan
individu. Segi psikologis meliputi pengalaman, perasaan,
kemampuan berfikir dan motivasi.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal meliputi:
a) Stimulus,
merupakan
memengaruhi
salah
keberhasilan
satu
faktor
seseorang
yang
dalam
memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi.
b) Lingkungan
atau
situasi
yang
khususnya
melatarbelakangi proses kecerdasan emosi.
e. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati, 2010 dan
Hamid, 2007), ada lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat
menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 1) Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri adalah kemampuan mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu. Mengenali emosi diri
melibatkan
kepercayaan
dan
keyakinan
diri.
Dengan
mengenali emosi sendiri dapat menyadari apakah emosi yang
dialami saat itu dan bagaimana emosi itu dapat membantu
dirinya untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak.
2) Mengelola emosi
Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menguasai
perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkapkan
dengan tepat. Memikirkan sejenak akibat baik dan buruknya
suatu perbuatan atau perkataan sebelum dilakukan adalah salah
satu contoh dari mengelola emosi.
3) Memotivasi diri
Memotivasi diri-sendiri adalah kemampuan untuk
menguasai perasaannya sendiri agar perasasaan tersebut dapat
diungkapkan
dengan
tepat.
Kunci
motivasi
adalah
memanfaatkan emosi, sehingga mendukung kesuksesan hidup
seseorang.
4) Mengenali emosi orang lain (empati)
Empati bukan hanya untuk mengetahui pikirannya saja
melainkan juga perasaan orang lain. Seseorang yang mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 berempati adalah seseorang yang mampu membaca perassaan
dan isyarat non verbal, orang lebih mampu menyesuaikan diri
secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih
mudah peka.
5) Membina hubungan dengan orang lain
Membina hubungan adalah kemampuan seseorang
untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan,
sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi
orang lain.
2. Kepribadian
a. Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah terjemahan dari Bahasa Inggris yang
berarti personality. Kata personality sendiri berasal dari Bahasa
Latin yaitu persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para
aktor dalam suatu permainan atau pertunjukkan. Para artis
bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya,
seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu.
Sehingga,
konsep awal dari pengertian personality (pada
masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke
lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat
ditangkap oleh lingkungan sosial (Yusuf dan Nurihsan, 2007).
Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Chairilsyah,
2012) adalah organisasi yang dinamis dari psikofisik atau jiwa raga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu
secara khas. Dari apa yang telah dikemukakan oleh Allport, maka
dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik dan
khas jadi setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda,
tidak ada seorangpun yang memiliki kepribadian yang sama walau
anak kembar sekalipun.
Kepribadian dan tingkah memiliki arti yang berbeda.
Menurut
Sigmund
Freud
menyatakan
bahwa
kepribadian
merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id,
ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku merupakan hasil
konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian
tersebut. Menurut Browner kepribadian adalah corak tingkah laku
sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini
dan sikap seseorang (Chairilsyah, 2012).
Yusuf dan Nurihsan (2007) juga menjelaskan bahwa kata
kepribadian digunakan untuk menggambarkan:
1) Identitas diri, jati diri seseorang.
Contoh: “Saya seseorang yang pemalu”, “Saya seseorang yang
terbuka”.
2) Kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain.
Contoh: “dia agresif” atau “dia jujur”.
3) Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah
Contoh: “saya seorang yang baik” atau “dia pendendam”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 b. Perkembangan Kepribadian
Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2007), individu itu dari
lahir
mengalami
perubahan-perubahan
yang
penting.
Perkembangan kepribadian yang terjadi menurutnya adalah:
1) Kanak-kanak
Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai
makhluk
yang
dilengkapi
dengan
keturunan-keturunan,
dorongan-dorongan/nafsu-nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum
memiliki bermacam-macam sifat yang kemudian dimilikinya.
Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu
lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik
maupun tempramen, yang aktualisasinya tergantung kepada
perkembangan dan kematangan. Dalam masa ini anak itu
merupakan makhluk yang punya tegangan-tegangan dan
perasaan nyaman tak nyaman. Jadi pada masa ini keterangan
yang biologistis yang bersandar pada pentingnya hadiah atau
hukum efek atau prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi
dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidaknyamanan
sampai minimal dan mencari kenyamanan sampai maksimal
anak itu berkembang. Pertumbuhan itu bagi Allport merupakan
proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terusmenerus. Allport menyimpulkan, bahwa setidak-tidaknya pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan dengan
pasti sifat-sifat yang khas (Suryabrata, 2007).
2) Orang dewasa
Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan
tingkah laku adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasikan
dengan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari
perlengkapan-perlengkapan
yang
dimiliki
neonatus.
Bagaimana jalan perkembangan ini yang sebenarnya bagi
Allport tidaklah penting; yang penting ialah yang ada kini.
Sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari
dan
rasional.
Biasanya
individu
yang
normal
mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu
dikerjakannya, untuk memahami manusia dewasa tidak dapat
dilakukan
tanpa
mengerti
tujuan-tujuan
serta
aspirasi-
aspirasinya. Motif-motif itu terutama tidak berasal dari masa
lampau tetapi terutama bersandar pada masa depan. Pada
umumnya orang dapat lebih tahu apa yang akan hendak
dikerjakan seseorang, kalau remaja tahu rencana-rencana yang
disadarinya
daripada
ingatan-ingatan
(Suryabrata, 2007).
commit to user
yang
tertentu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 c. Faktor yang Memengaruhi Kepribadian
Terdapat dua faktor besar yang dapat memengaruhi
kepribadian seseorang dalam hidupnya menurut Sjarkawi (2008),
yaitu:
1) Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri
orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor
genetik atau bawaan. Faktor genetik maksudnya adalah faktor
yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh
keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari
kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi
dari sifat kedua orang tuanya. Misalnya ayah yang pemarah,
maka kemungkinan anaknya akan menjadi anak yang mudah
marah.
2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar orang
tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh
yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan
terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan
pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV, VCD,
internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain
sebagainya.
d. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah suatu gangguan berat dalam
konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Gangguan kepribadian ini cenderung muncul pada akhir masa
kanak atau masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Oleh
karena itu, diagnosis gangguan gangguan kepribadian tidak cocok
bila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun (Mansjoer et al.,
2001).
Menurut Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010),
gangguan kepribadian didefinisikan sebagai suatu varian dari sifat
karakter yang di luar rentang yang ditemukan pada sebagian besar
orang. Jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dapat
menyebabkan
gangguan
fungsional
yang
bermakna
atau
penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan
kepribadian.
Gangguan kepribadian ditandai dengan suatu pola dari
pengalaman dan perilaku dalam diri yang meresap dan tertanam
dengan kuat, tidak dapat diubah, dan berlangsung lama, yang tidak
sesuai dengan budaya individu itu sehingga menyebabkan
kesusahan dan gangguan fungsi pekerjaan atau sosial (Hibbert et
al., 2008).
Ada tiga faktor yang memisahkan antara orang-orang yang
mengalami gangguan kepribadian dan orang-orang yang tidak
mengalami
gangguan
tersebut.
Pertama,
orang-orang
yang
mengalami gangguan tersebut akan terus-menerus menggunakan
tingkah laku itu, sedangkan orang-orang yang tidak mengalaminya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 akan melakukannya kadang-kadang saja. Kedua, orang-orang yang
mengalami gangguan kepribadian akan memperlihatkan tingkah
laku yang lebih ekstrem. Misalnya, ada perbedaan antara sifat yang
suka akan keteraturan dan kompulsif. Ketiga, orang-orang yang
mengalami gangguan kepribadian itu menderita masalah-masalah
yang berat dan berlangsung lama (Semiun, 2006).
e. Penyebab Gangguan Kepribadian
Penyebab munculnya gangguan kepribadian menurut
Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010), yaitu:
1) Faktor genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan
psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat.
Di antara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk
gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu
penelitian, tentang penelitian multiple kepribadian dan
tempramen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap
sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan
bersama-sama.
2) Faktor tempramental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa
anak-anak
mungkin
berhubungan
commit to user
dengan
gangguan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang
secara
temperamental
ketakutan
mungkin
mengalami
kepribadian menghindar.
3) Faktor biologis
a) Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif
seringkali
juga
menunjukkan
peningkatan
kadar
testosrone, 17-estradiol dan esterone.
b) Neurotransmitter, Penilaian sifat kepribadian dan sistem
dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu
fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter
tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat
seretonergik
tertentu
seperti
fluoxetine
dapat
menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik
kepribadian.
Serotonin
menurunkan
depresi, impulsivitas.
4) Elektrofisiologi
Perubahan
konduktansi
elektrik
pada
elektroensefalogram ditemukan pada beberapa pasien dengan
gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial
dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
5) Faktor psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian
berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu
anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat
menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
f. Macam-Macam Gangguan Kepribadian
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder
edisi
keempat
(DSM-IV),
gangguan
kepribadian
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid,
skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini
seringkali tampak aneh dan eksentrik.
2) Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,
ambang, histrionik, dan narsistik. Orang dengan gangguan
ini sering tampak dramatik, emosional dan tidak menentu.
3) Kelompok
C,
terdiri
dari
gangguan
kepribadian
menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu
kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak
ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasifagresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan
gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan (Hibbert
et al, 2008).
Pada penelitian ini, gangguan kepribadian yang akan diteliti
adalah gangguan kepribadian skizoid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 g. Gangguan Kepribadian Skizoid
Gejala utama gangguan kepribadian skizoid ialah tidak
tertarik dengan orang lain atau hubungan sosial.
Pola
ketidakramahan kepribadian skizoid terlihat pada sejarah awal
kehidupannya, dan biasanya dibarengi oleh ketakutan, menghindari
persaingan tidak emosional. Semasa kanak-kanak, orang itu
biasanya sangat penurut, sangat pemalu dan suka menyendiri, serta
sangat sensitif. Sifat ini menjadi sangat jelas pada permulaan masa
remaja, terutama sifat menyendirinya (Semiun, 2006).
Menurut
(PPDGJ-III)
Pedoman
Penggolongan
dan
Diagnosis Gangguan Jiwa, seseorang dikatakan memiliki gangguan
kepribadian skizoid apabila memiliki paling sedikit 3 dari ciri-ciri
berikut:
1) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan;
2) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment);
3) Kurang
mampu
untuk
mengekspresikan
kehangatan,
kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain;
4) Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun
kecaman;
5) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan
orang lain;
6) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 7) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan;
8) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang
akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk
menjalin hubungan seperti itu;
9) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku (Maslim, 2001).
3. Hubungan Kepribadian dengan Kecerdasan Emosi
Perkembangan
emosi
merupakan
bagian
dari
proses
pembentukan kepribadian. Perlakuan setiap anggota keluarga, terutama
orang tua, akan “direkam” oleh anak dan memengaruhi perkembangan
emosi dan lambat laun akan membentuk kepribadiannya (Setyowati,
2005).
Individu skizoid memiliki susunan kepribadian yang rendah
sehingga individu tidak berani memiliki hubungan emosional yang
akrab sebab individu memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki
dorongan emosional. Orang yang mengalami gangguan kepribadian
skizoid juga memperlihatkan emosi yang sangat sedikit, dan dengan
demikian individu kelihatannya menjauhkan diri, tanpa humor, dan
emosi tumpul (Semiun, 2006).
Seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik apabila
terdapat komponen-komponen kecerdasan emosi terdapat dalam
keseharian seseorang tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri empati, dan
membina hubungan dengan orang lain (Setyowati, 2010).
Salah satu aspek kepribadian adalah kecerdasan emosi, aspek
tersebut penting bagi peningkatan keberhasilan seseorang baik dalam
bidang akademik, maupun dalam bidang kehidupan lainnya (Lestari,
2012). Goleman (dalam Elmubarok, 2008) juga
mengatakan
pentingnya kemampuan untuk menguasai emosi (kecerdasan emosi)
sebagai penentu keberhasilan akademik anak, melebihi kemampuan
intelektual
(Intellectual
Quotient/IQ)
yang
selama
ini diakui
berhubungan nyata dengan prestasi akademik siswa. Lebih lanjut
ditegaskan, bahwa 80 persen kesuksesan seseorang ditentukan oleh
kecerdasan emosinya (Emotional Quotient/EQ), sementara hanya 20
persen ditentukan oleh IQ – nya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 B. Kerangka Pemikirian
Gangguan Kepribadian
Faktor internal:
Remaja
1.C.Genetik atau bawaan
2.D.Faktor tempramental
3. Faktor biologis
4. Faktor psikoanalitik
Tipe Kepribadian dasar
Skizoid
Faktor eksternal:
1. Lingkungan
2. Media audiovisual
Kecerdasan Emosi
Remaja Kepribadian
Dasar Skizoid Kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi
tinggi:
rendah:
Bersikap optimis
Kurang peka dengan
bahwa segala
lingkungan dan
sesuatu dapat diatasi
perasaan orang
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Perbedaan Skor Kepribadian Skizoid pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS
Angkatan 2013 dengan Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 C. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan skor kepribadian skizoid pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 dengan kecerdasan
emosi tinggi dan rendah.
commit to user
Download