ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

advertisement
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER DARI KULIT BATANG TUMBUHAN TURI
(Sesbania grandiflora (L.) Pers. ) SERTA UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI Escherichia coli RESISTEN TERHADAP
KLORAMFENIKOL
(Skripsi)
Oleh
Arif Nurhidayat
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
ISOLATION AND IDENTIFICATION OF THE SECONDARY
METABOLITES COMPOUND FROM THE STEMBARK OF TURI
( Sesbania grandiflora (L.) Pers.) AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY
AGAINTS Escherichia coli RESISTENT TOWARDS
CHLORAMPHENICOL
By
Arif Nurhidayat
Sesbania grandiflora (L.) Pers. is a traditional medical plant which was known the
local nama, turi. This plant is belong to family Fabaceae and the third largest
families of flowering plants. All parts of turi are traditionally used as medicine
including antiinflamation, hepatitis, and the various of infection diseases. This
study was aimed to isolate and identify the secondary metabolites compound from
S. grandiflora stembark collected from Labuhan Ratu area, Lampung. The
stambark of this plant were airdried, powdered, extracted with solvents by
gradient polarity, and separated by repeated coloumn chromatography on silica
gel to afford a new arilbenzofuran compound as a the yellowish needlle (m.p..
214℃ - 216℃). The isolated compound was determined by using spectroscopic
methodes such as UV-Vis, IR, and NMR analysis. Based on the spectroscopy
data, the purified compound was identified as 6-methoxy-2-(2’,3’-dihyroxy-5’methoxyphenyl)-1-benzofuran-3-carbaldehide (5mg). The isolated compound
was assayed againts E. coli resistent toward chloramphenical. The results showed
that the tested compound had no antibacterial activity.
Keyword: 2-arilbenzofuran, Escherichia coli, Sesbania grandiflora, Turi.
ABSTRAK
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
DARI KULIT BATANG TUMBUHAN TURI
(Sesbania grandiflora (L.) Pers.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Escherichia coli RESISTEN TERHADAP KLORAMFENIKOL
Oleh
Arif Nurhidayat
Sesbania grandiflora (L.) Pers. atau turi merupakan salah satu tanaman obat
tradisional Indonesia yang termasuk dalam famili Fabaceae. Keseluruhan bagian
dari turi memiliki manfaat diantaranya sebagai antiinflamasi, hepatitis, dan
beberapa penyakit yang disebabkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung di
dalam kulit batang turi yang diambil di daerah Labuhan Ratu, Bandar Lampung
serta untuk mengetahui aktivitas antibakteri isolat yang didapat. Penelitian ini
dilakukan dimulai dengan pengumpulan dan preparasi sampel, ekstraksi, isolasi,
serta pemurnian dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Vacum dan
Kromatografi Kolom sedangkan elusidasi struktur dilakukan dengan
menggunakan spektroskopi UV-Vis, IR, serta NMR. Isolat yang didapat pada
penelitian ini berupa kristal kuning berbentuk jarum dengan titik leleh 214℃ –
216℃. Berdasarkan intrepetasi data spektroskopi menunjukkan bahwa isolat yang
didapat diidentifikasikan sebagai 6-metoksi-2-(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)1-benzofuran-3-karbaldehid sebanyak 5,0 mg dari kulit batang tumbuhan turi
(S. grandiflora). Uji aktivitas antibakteri Escherichia coli resisten terhadap
kloramfenikol menunjukkan hasil negatif.
Kata kunci: 2-aribenzilfuran, Escherichia coli, Sesbania grandiflora, Turi.
.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
DARI KULIT BATANG TUMBUHAN TURI (Sesbania grandiflora (L.) Pers.)
SERTA UJI ANTIBAKTERI Escherichia coli RESISTEN TERHADAP
KLORAMFENIKOL
Oleh
ARIF NURHIDAYAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Panaragan Jaya, Tulang Bawang Barat
pada tanggal 01 November 1993, sebagai anak bungsu dari 2
bersaudara hasil pernikahan ayahanda Zaenal Arifin dan
Ibunda Siti Hidayatun(Almh).
Penulis mengenyam pendidikan dimulai dari Taman Kanakkanak (TK) Swadek Indah Panaragan jaya yang diselsaikan pada tahun 1999,
kemudian dilanjutkan di SD Negeri 04 Panaragan jaya sampai tahun 2005.
Pendidikan SMP Negeri 04 Pulung Kencana diselsaikan pada tahun 2008 pada
tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA PGRI 01
Tumijajar. Penulis dinyatakan sebagai mahasiswa jurusan kimia fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA) pada tahun 2012 melalui jalur
PMPAP (Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi, dimulai dari
KAMMI (Kader Muda Himaki) 2012, Anggota Biro Kesetariatan (2013),
Anggota Muda Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (2012), Anggota Biro Usaha
Mandiri (2014), Kepala Departemen Pendidikan Unit Kegiatan Mahasiswa
Penelitian (2013).
Selama menjalani perkuliahan penulis pernah menerima beasiswa BBM (Bantuan
Beasiswa Mahasiswa) pada tahun 2012-2013, BBP- PPA (Beasiswa Bantuan
Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2013-2014 serta pada
tahun 2014-2015. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum diantaraya:
asisten praktikum Sains Dasar jurusan Ilmu Komputer (2014), asisten praktikum
kimia dasar jurusan peternakan 2014, asisten praktikum kimia medik jurusan
Kedokteran (2014), asisten praktikum kimia I bidang kimia organik jurusan kimia
(2015), asisten praktikum kimia II bidang kimia organik (2016).
Motto
Maka, nikmat Tuhanmu manakah
yang kamu dustakan?
(QS. Ar-Rahman:13)
Dream, Belive, and
Meka it Happen
(Agnez Mo)
Jangan Pernah Ragu untuk Bermimpi
yang Tinggi, dan Jangan Takut Untuk
Jatuh dariMimpi yang diciptakan
(Arif Nurhidayat)
Persembahan
Tulisan sederhana karya kecil ini kupersembahkan untuk
Ibunda Siti Hidayatun (Almh) serta Ayahanda Zaenal Arifin tercinta
Kakanda Moch. Lukman Asrosi serta Evi
Ibu Noviany, S.Si., M.Si., Ph.D. yang telah memberikan do’a
semangat dan motivasi
Teman-teman
Untuk seseorang yang kelak akan menjadi makmumku dan ibu dari
anak-anakku
serta
Almamater tercinta.
SANWACANA
Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan kehendak-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Turi
(Sesbania grandiflora) serta Uji Aktivitas Antibakteri Escherechia coli
Resisten Terhadap Kloramfenikol”
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayah Zaenal Arifin dan ibuku Siti hidayatun(almh) yang tersayang, atas
curahan kasih sayang, do’a, dan bimbingan yang tak ternilai harganya, kalian
adalah inspirasi dan semangat hidupku.
2. Ibu Noviany, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Pembimbing Utama atas kesediaanya
untuk memberikan ilmu, bimbingan, kritik dan saran dalam proses
penyelesaian skripsi ini serta bimbingan dalam penyelesaian studi.
3. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan kritikan dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M. T., selaku pembahas dan sekaligus
Ketua Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung, yang telah banyak
memberi kritikan, masukan, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Jhon Hendri, M.s. serta ibu Dr. Zipora Sembiring, M.S. selaku
Pembimbing Akademik, terimakasih atas bantun yang diberikan selama penulis
menyelesaikan studi.
6. Bapak Prof. Dr. Warsito, S.SI., DEA., selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen Kimia FMIPA Unila terimakasih atas limpahan ilmu yang
dberikan.
8. Kakakku tercinta Moch. Lukman Asrori serta kakak iparku satu-satunya mbak
Evi yang selalu memberikan motivasi selama penuis menyelesaikan
pendidikan.
9. my partner Noviany’s research Ayu Setianingrum (Ningrum), dan Radius Uly
Artha (Kokom) terimakasih atas bantuan, dukungan, serta motivasi untuk
penulis selama ini.
10.
Adik – adik Noviany’s research Erva Alhusna (Erva), Nita Yulian (Nita),
Nessia Kurnia (Ines), Anggun Ferliasari (Anggun), dan Wahyuni Dewi
terimakasih atas kerja sama serta supportnya selama ini.
11. Sahabat – sahabatku SMP anggota Chippss; Dion Alfiansyah (Dion),Syaiful
Hamid (Hamid), dan Sujud Subekthi (Sujud) Terima kasih atas keceriaan
kegilaan yang telah kalian ciptakan dalam hidupku.
12. Sahabat – sahabatku SMA ; Catur Rohmanto (Chatur), Citra Retno Dwi
Aristya (Ciyex), Dhelly Adelia (Dhelly) Terimakasih atas warna yang kalian
torehkan kedalam hidupku.
13. Terimakasih Arya Rifansyah telah bersedia menjadi sahabat sekaligus
keluarga, bersedia menjadi pendengar keluh kesah penulis selama kuliah,
terimakasih juga atas kritik, saran, serta masukan untuk penulis. Suatu saat
kita akan bertemu dengan kesuksesan kita masing- masing.
14. Sahabat – sahabatku Feby Rinaldo Pratma Kusuma (Peby), Tiand Reno
(Renoo), Edi Suryadi (Eyank uzur), Tri Marital (Maritul) dan Derry Vardella
(Derry) Terimakasih atas persahabatan yang terjalin selama ini. Mari kita
jemput kesuksesan kitaaa.
15. My Sponsorship mbak Ratu Dwi Gustianda Rasyidi, S.Pd. Terimakasih atas
bantuan financial, kritik, saran, serta masukan untuk penulis.
16. Temen – temen angkatan 2012: Organic’s group; Tri Marital (Maritul),
Ajeng Wulandari, S.Si (Ajeeng), Ayu Setianingrum (Ningrum), Dewi Aniatul
Fatimah, S.Si., Ismi Khomsiah, S.Si (Khom), Intan Mailani, S.Si (Hj. ida),
Putri Ramadhona (Dona), Radius Uly Artha (Kokom), Susi Isnaini Hasanah,
S.Si., Tiara Dwi Astuti (Ara), Yepi Triapriani, S.Si (nyepii), Tazkia
Nurul,S.Si. Anorganic’s group; sukamto,S.Si (kamto), Murni Ftria, S.Si
(Murni), Adi Setiawan, S.Si (Adii), Jean Pitaloka, S.Si (jeje), Tiand reno
(Reno), Khoirul Anwar (Anwer), Nila Amalin Nabilah (Komeng 1), Siti Aisah
(Ais), Rifki Khusnul khuluk, Siti Nurhalimah (Imah), Indry Yani Saney
(Indry), Indah Wahyu P. (Iin), Analitic’s group : Eka Hurwaningsih (kutil),
Ulfatun Nurun (Upeh), Yunsi’U, S.Si, Riandra P, S.Si., Rizal Rio S, Dwi
Anggraini, S.Si., Apri Welda, Wiwin Sarwita, Febita glisenda, Elsa Zulha,
Atma Istanami, Derry Vardella, Deborah Jovita (Deby), Adityan Sulung S,
Zubaidi(Ubay), Agus Ardiyansyah (Adam), Physic’s group : Fenti Visiamah,
S.SI., Tiurma Debora S, S.Si., Ferdiand H, Ruliana Juni A, Sopin Sumilat R,
S.Si., Edi Suryadi, S.Si., Arya Rifansyah, S.Si., Suwarda Dua Imatu dela,
S.Si., Feby Rinaldo P (Tazlem), Ana Maria K. Biochemistry’s group : Fifi
Adriyanthi, Rizki Putriana, Syatira Assegaf, Diani Iska M (Didi), Meta Fosfi
B, Ayu Imani (A’im), Rizal Robbani.
17. Moch. Reynaldo Nedya (Aldo), Yusuf Hadi Kurniawan (Ucup), Fikri
Muhamad, Bagus Satrio, Heris terimakasih atas bantuannya selama penulis
mengerjakan penelitian... thank you so much...
18. Punggawa – punggawa Wisma Erlangga : Cukamto gadis termanis, Sopian
Sumilat Rizki ustadz wisma, Rifki khusnul , Novanda Bambang (Pecinta
tidur) Moch. Reynaldo Nedya Adek gua yang paling begajulan, Awan
Sugandi Adek yang paling Cantik, M. Basri, Wahyu, Regie Andica Putri
19. Teman-teman kerja di Laboratorium Kimia Organik : Ningrum, Kokom,
Erva, Nita, Ines, Wahyuni, Anggun, Ajeng, Ismi, Susi, kak Rio, Dona, Inggit,
Badi, Nurul, Vickha, Arni, Yepi, Tiara, Tazkia, Siti, Aul, Shela, Dona’13,
khalimatus, Kak Nawan, kak Ridho, mbak Ratu, Mbak Endah.
20. Mbak Wiwit Kasmawati selaku laboran kimia organik terimakasih atas
bantuan yang diberikan.
21. Teman – teman 2010, 2011, 2013, 2014, dan 2015.
22. Rekan-rekan KKN desa Kanoman Acmad Fibriansyah, Cindy Felixia, Heni
Novianti, Siti Nurhayati, Vera Puspita Ningrum, Wahyu Olan Saputra
terimakasih atas rasa kekeluargaan yang kalian ciptakan.
23. Terimakasih kepada keluarga besar bpk. Azhari Patnoto serta ibu Eli
Setiawati, ibu Lis atas bantuan, kriktik, masukan, dan saran yang telah
diberikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, November 2016
Penulis
Arif Nurhidayat
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTART ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
C. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fabaceae .......................................................................................................... 6
B. Turi (Sesbania grandiflora) .............................................................................. 7
C. Efek farmakologi .............................................................................................. 10
D. Kandungan metabolit sekunder ....................................................................... 11
1. Terpenoid ..................................................................................................... 12
2. Flavonoid ...................................................................................................... 14
3. 2-arilbenzofuran ............................................................................................ 17
E. Isolasi senyawa metabolit sekuder ................................................................... 17
1. Aspek umum ................................................................................................ 17
2. Ekstraksi ...................................................................................................... 18
3. Pemisahan senyawa secara kromatografi .................................................... 19
4. Analisis kemurnian ...................................................................................... 21
F. Identifikasi Spektroskopi ................................................................................... 22
ii
1. Spektroskopi UV-VIS .................................................................................... 23
2. Spektroskopi Inframerah .............................................................................. 24
3. Spektrometri RMI ......................................................................................... 25
4. Spektrometri HSQC ...................................................................................... 26
5. Spektrometri HMBC ..................................................................................... 27
G. Bakteri ........................................................................................................... 27
H. Antibakteri ................................................................................................... 28
I. Metode uji ..................................................................................................... 30
1. Metode dilusi ............................................................................................... 30
2. Metode difusi ............................................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian ......................................................................... 32
B. Alat dan Bahan ............................................................................................... 32
1. Alat-alat yang digunakan ........................................................................... 32
2. Bahan-bahan yang digunakan .................................................................... 33
C. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 33
1. Pengumpulan dan persiapan sampel .......................................................... 33
2. Ekstraksi denagan berbagai pelarut............................................................ 34
3. Kromatografi cair vakum .......................................................................... 34
4. Kromatografi lapis tipis ............................................................................ 35
5. Kromatografi kolom................................................................................... 35
6. Analisis kemurnian ................................................................................... 36
7. Spektroskopi ultraungu-tampak ................................................................ 36
8. Spektroskopi inframerah ........................................................................... 36
9. Spektroskopi Resonansi Magnetik nuklir ................................................. 37
10. Uji aktivitas terhadap E. coli resisten terhadap kloramfenikol ................ 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi sampel ........................................................................................... 39
B. Ekstraksi ........................................................................................................ 39
C. Isolasi dan Pemurnian .................................................................................... 40
iii
1. Kromatografi Cair Vacum (KCV) .......................................................... 40
2. Kromatografi Kolom Gravitas (KKG) .................................................... 44
D. Analisis Kemurnian ........................................................................................ 46
E. Penentuan Struktur Senyawa Hasiol Isolasi ................................................... 47
1. Spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-Vis)............................................. 47
2. Spektroskopi Fourier Transformer Infrared Spektrocopy (FTIR) ......... 48
3. Spektroskopi Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR) ......... 49
F. Uji Bioaktivitas Antibakteri ............................................................................ 53
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................................ 56
B. Saran ............................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 58
LAMPIRAN .............................................................................................................. 65
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Penggolongan kromatografi ..............................................................................19
2. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi ......................................25
3. Nilai geseran kimia untuk 1H dan 13C NMR Nilai geseran kimia
untuk 1H dan 13C NMR .....................................................................................26
4. Korelasi Hidrogen dan Karbon (HSQC) ...........................................................49
5. Data korelasi jarak jauh (HMBC) senyawa AR-1A..........................................51
6. Perbandingan data NMR antara eryvarins P dan AR-1A..................................52
7. Ukuran zona hambat dari senyawa hasil isolasi terhadap bakteri
Escherechia coli ................................................................................................54
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Bagian-bagian dari tumbuhan turi......................................................................9
2. Senyawa diterpenoid yang telah terisolasi dari famili Fabaceae .....................13
3. Senyawa triterpenoid yang telah terisolasi dari famili Fabaceae .....................14
4. Senyawa-senyawa fenolik yang terisolasi dari famili Fabaceae ......................16
5. Kerangka dasar 2-arilbenzofuran .....................................................................17
6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombang....................................23
7. Kromatogram KLT ekstrak kasar etil asetat menggunakan eluen
etil asetat/n- heksan 2 ; 8.................................................................................40
8. Kromatogram KLT KCV etil asetat menggunakan eluen
etil asetat/n-heksan 2 ; 8..................................................................................42
9. Kromatogram KLT 9 fraksi KKV menggunakan eluen aseton/
n-heksan 3 ; 7 ...................................................................................................43
10. KKG fraksi B9, B10, C11, dan C12 menggunakan eluen aseton/n-heksana ... 44
11. Kristal senyawa AR-1A ...................................................................................44
12. Kromatogram hasil KLT AR-1A .....................................................................45
13. Kromatogram KLT kristal AR-1B dari fraksi B (sub-fr.13-15)
setelah disemprot dengan serium sulfat .........................................................46
14. Kromatogram KLT senyawa AR-1A dengan 3 sistem eluen:
(a) aseton/n heksana:3/7; (b) etilasetat/aseton: 9/1;
(c) kloroform/metanol: 99/1.............................................................................46
15. Spektrum UV-Vis senyawa AR-1A .................................................................48
vi
16. Spektrum IR senyawa AR-1A..........................................................................49
17. Struktur-6-hidroksi-2-(4-hidroksi-2,5-dimetoksifenil)-1-benzofuran-3karbaldehid (eryvarins P) .................................................................................51
18. Senyawa AR-1A {6-metoksi-2-(2,3-dihidroksi-5-metoksifenil)-1 benzofuran3-karbaldehid}..................................................................................................52
19. Pengamatan uji antibakteri setelah 2 x 24 jam.................................................54
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan suatu mikroorganisme yang dapat dikelompokkan kedalam
golongan makhluk hidup prokariotik atau organisme yang tidak memiliki
selubung inti. Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dapat diklasifikasikan dalam
2 golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
( Jawatz , 2005). Secara sederhana bakteri dapat dibagi dalam dua golongan besar
yakni patogen yang artinya menunjuk pada bakteri penyebab penyakit serta
nonpatogen yang menunjuk pada bakteri yang tidak menyebabkan penyakit.
Bakteri yang masuk kedalam kelompok patogen secara klasik diduga memiliki
sifat-sifat tertentu yang memperkuat kemampuan bakteri tersebut menimbulkan
penyakit (Shulman, 1994). Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti
contohnya gangguan pada pencernan seperti tifus, dan diare, pnemunia serta
bakteri yang menyerang paru – paru seperti tuberkulosis (TBC). Bervariasinya
bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit manusia, memaksa para peniliti
mengembangkan gagasan pemikiran untuk menangani penyakit yang disebabkan
oleh bakteri.
2
Telah ditemukan cara yang saat ini mampu untuk mengatasi perkembangan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri yakni dengan mengonsumsi antibiotik.
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dalam
jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme
lain. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan
permasalahan yang cukup serius. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis
dapat menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat
menimbulkan bahaya seperti Resistensi, ialah tidak terganggunya sel mikroba
oleh antibiotik yang merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup.
Suprainfeksi yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan terhadap
infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul berbeda
dengan infeksi primer (Tjay dan Rahardja, 2007). Melihat efek samping yang
ditimbulkan oleh antibiotik, pengembangan metode untuk mengatasi infeksi
bakteri harus terus dilakukan seperti contohnya memanfaatkan bahan alam.
Dewasa ini penggunaan bahan alam untuk pengobatan lebih ditekankan, hal ini
dikarenakan sedikit bahkan hampir tidak ada efek negatif yang ditimbulkan dari
penggunaan obat yang bersumber dari bahan alam. Kemampuan bahan-bahan
alami untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang dapat memberikan
efek farmakologis menjadikan bahan alami tersebut sering digunakan sebagai
salah satu sumber alternatif untuk menyembuhkan penyakit tertentu.
Senyawa metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang disintesis atau
dihasilkan oleh suatu makhluk hidup bukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
akan tetapi untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan
3
ekosistem. Secara umum senyawa metabolit sekunder dibagi dalam beberapa
golongan alkaloid, terpenoid, steroid, dan flavonoid
(Ahmad, 2004). Salah satu tumbuhan yang belum dikaji secara intensif di
Indonesia adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Fabaceae. Famili
Fabaceae ini memiliki bioaktivitas yang cukup menarik seperti antioksidan,
antimalaria, antikanker, serta antibakteri. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada beberapa spesies yang termasuk dalam famili Fabaceae seperti
A. greggii (akasia) dan D. regia (flamboyan) yang menyatakan bahwa ekstrak
etanol A. greggii (akasia) dan D. regia (flamboyan) pada konsentrasi 5 mg/mL
memiliki aktivitas paling baik sebagai antiradikal bebas dengan IC50 masingmasing 2,19 dan 4,03 mg/mL. Sementara itu penelitian pada spesies yang lain
yaitu C. senna menunjukkan bahwa ekstrak metanol dari daun C. senna memiliki
aktivitas sitotoksik yang cukup tinggi (Hossain et al., 2012). Secara umum
kandungan kimiawi dalam satu spesies dengan spesies lain dalam satu genus atau
famili memiliki kandungan yang hampir sama secara kualitatif. Perbedaanya
hanya terdapat pada kuantitas dari senyawa yang dihasilkan, faktor yang
mempengaruhi adalah ekosistem tempat tumbuh, geografis, iklim, topologi, dan
bagian tumbuhan yang digunakan (Venkataraman et al., 1972). Jenis lain dari
tumbuhan yang masih satu famili dengan C. senna, B. purpurea (kupu-kupu),
A. greggii (akasia), P. indicus (angasana), D. regia (flamboyan) yaitu Sesbania
grandiflora (turi).
S. grandiflora atau turi merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili
Fabaceae. Tumbuhan ini memiliki waktu hidup yang cukup panjang dan banyak
ditemukan di daerah Asia. Kajian fitokimia dan efek farmakalogi tumbuhan turi
4
telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti menyatakan bahwa bagian
bunga tumbuhan turi dapat digunakan sebagai sumber vitamin C dan kalsium,
serta memiliki kandungan saponin yang bersifat pencahar. Sedangkan menurut
Reji dan Alphonse (2013), secara umum tumbuhan turi memiliki kandungan
karbohidrat, protein, flavonoid, alkaloid, tanin, dan glikosida . Uji aktivitas
antijamur dilakukan pada ekstrak akuades, etanol, dan aseton dari daun S.
grandiflora (turi), hasilnya menunjukkan bahwa ketiga ekstrak sampel
menunjukkan aktivitas antijamur, namun aktivitas antijamur yang paling baik
ditunjukkan oleh ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak akuades dan aseton.
Sementara itu, ekstrak etanol menunjukkan adanya kandungan alkaloid, tanin,
saponin, steroid, dan glikosida yang cukup tinggi
(Padmalochana dan Rajan, 2014).
Baru - baru ini telah dilakukan skrining fitokimia pada beberapa jaringan
tumbuhan S. grandiflora (turi). Uji pendahuluan yang dilakukan menunjukkan
bahwa pada bagian batang turi mengandung flavanoid, terpenoid, saponin, serta
tanin (Nurhidayat, 2015). Beberapa senyawa jenis isoflavanoid telah berhasil
diisolasi pertama kali dari akar tumbuhan S. grandiflora (turi). Semua senyawa
isolat yang diperoleh menunjukkan aktivitas anti-TB terhadap M. tuberculosis
(Hasan et al., 2012). Berdasarkan pemaparan informasi di atas penulis tertarik
untuk meneliti kandungan senyawa metabolit sekunder dari kulit batang turi.
Mengingat tumbuhan turi memiliki potensi sebagai agen anti-TB, maka pada
penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi pada bagian kulit batang
tumbuhan turi dilanjutkan dengan pengujian aktivitas biologisnya terhadap bakteri
lain selain bakteri M. tuberculosis seperti bakeri Escherichia coli.
5
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari kulit
batang tumbuhan turi (S. grandiflora).
2. Menguji bioaktivitas senyawa hasil isolasi terhadap bakteri E. coli reisten
pada kloramfenikol.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang kandungan
metabolit sekunder dari kulit batang turi (S. grandiflora) serta dapat digunakan
sebagai database tambahan sumber alami tumbuhan yang berpotensi sebagai agen
antibakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fabaceae
Fabaceae atau Leguminosae merupakan salah satu dari tiga famili tumbuhan
terbesar setelah famili Orchidacea dan Asteraceae yang termasuk dalam divisi
Angiospermae atau tumbuhan berbunga. Famili Fabaceae terdiri atas 730 genus
dan 19.400 spesies. Genus terbesar dari famili ini yaitu Astragalus memiliki
sekitar 2000 spesies, Acacia terdiri dari ± 900 spesies, sekitar 700 spesies untuk
genus Indigofera, Crotalaria dengan 600 spesies, dan kurang lebih 500 spesies
termasuk dalam genus mimosa.
Famili Fabaceae dikelompokkan kedalam 3 subfamili yaitu Mimosoidae,
Caesalpiniodeae, dan Papilionoideae. Pengelompokkan ini didasarkan pada
morfologi bunga khususnya pada bentuk kelopaknya. Famili Fabaceae
merupakan salah satu famili tumbuhan yang banyak dijumpai di lingkungan
sekitar atau Indonesia. Fabaceae bersifat kosmopolitan karena dapat dijumpai dari
daerah yang bersuhu dingin sekali hingga sampai hangat, sub-tropis dan tropis.
Famili Fabaceae mempunyai ciri khas yang mudah diamati yaitu terdapatnya buah
polong dan dengan adanya sifat-sifat serta karakteristik
7
pada bunganya. Famili ini dibagi menjadi tiga subfamili yaitu mimosoideae,
papilionoideae, dan caesalpinoideae dibawah ordo fabales (Tjitrosoepomo, 2013).
Beberapa penelitian telah dilakukan dan menyatakan bahwa famili Fabaceae
memiliki kandungan metabolit primer seperti lectin, kitin, dan inhibitor - amilase
serta memiliki kandungan metabolit sekunder contohnya alkaloid, terpenoid,
tanin, dan senyawa fenolik (Carlina and Grossi-de- Sá, 2002; Sotheeswaran and
Pasupathy, 1993; Wink and Mohammed, 2003). Selain itu, famili ini dikenal juga
sebagai sumber lipid, dan memiliki kandungan asam omega 3 lemak tak jenuh
yang telah banyak dikaitkan dengan manfaat kesehatan. Sebagian besar
masyarakat menggunakan tanaman famili fabeceae sebagai obat tradisional atau
pengobatan herbal seperti gangguan pada ginjal, diabetes, sakit mata, sakit gigi,
dan disentri (Neto et al., 2008; Roosita et al., 2008; Vitor et al., 2004; and Watjen
et al., 2007). Kajian farmakologi pada sejumlah senyawa yang berhasil diisolasi
dari beberapa spesies tumbuhan Fabaceae mengindikasikan bahwa isolat yang
diperoleh menunjukkan aktivitas sebagai antimikroba dan antimalaria (Hawas et
al., 2011).
B.
Sesbania grandiflora
S. grandiflora merupakan pohon yang memiliki ukuran relatif kecil dengan tinggi
mencapai 10 m. Tumbuhan ini diyakini berasal dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara dan sekarang telah tersebar diberbagai belahan dunia. S. grandiflora
termasuk dalam famili Fabaceae subfamili papilionoideae, dan dikenal dengan
tuwi (Bali), turi (Jawa), dan toroy (Madura). Tumbuhan ini banyak tersebar
8
dibeberapa negara seperti India, Malaysia, Indonesia, Myanmar, dan Filipina.
Tanaman ini memiliki umur yang panjang dengan pertumbuhan yang cepat serta
cabangnya menggantung (Heering and Gutteridge, 1992).
Dalam taksonomi, tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Sub-famili
: Faboideae
Genus
: Sesbania
Spesies
: S. grandiflora
Nama binomial: Sesbania grandiflora (L.) Poiret
(Sumber :Kementrian Pertanian, 2010).
Tanaman turi (S. grandiflora) memiliki ciri-ciri fisik secara umum berdasarkan
jaringannya, diantaranya memiliki sedikit cabang dengan tinggi sekitar 8-15 m
dan berdiameter 25-30 cm. Kulit luar batangnya berwarna abu-abu
kehitaman, kasar, terdapat retakan vertikal yang panjang selebar 1-2 cm. Kulit
kayu bila ditoreh akan mengeluarkan lender berwarna kuning kemerahan
(Gambar 1a). Daun pada tanaman turi ini memiliki ciri yaitu majemuk menyirip
sepanjang 30 cm dengan jumlah anak daun genap (berpasangan) sekitar 2050 anak daun pertangkai serta berbentuk lonjong atau oval (Gambar 1b).
Sementara pada bagian bunga memiliki bentuk tandan, tumbuh pada ketiak
daun.
Kelopak bunga berbentuk bulan sabit dan mahkota bunga menggantung
seperti lonceng. Berdasarkan varietasnya, mahkota bunga dibagi menjadi 2
macam, yaitu berwarna merah dan berwarna putih. Penampakan dari bunga
tanaman turi ditunjukkan pada Gambar 1c. Selain jaringan diatas tumbuhan ini
9
juga memiliki buah. Polongnya menggantung berbentuk ramping dan lurus
dengan ujung meruncing. Ukuran panjang polong 30-50 cm dengan lebar
1-1,5 cm. Ketika masih muda, polong berwarna hijau, kemudian setelah tua
berwarna kuning. Polong dari tumbahan turi ditunjukkan pada Gambar 1d.
(Kementrian Pertanian, 2010).
1a
1b
1c
1d
Gambar 1. Bagian-bagian dari tanaman turi (a) Batang (b) Daun
(c) Bunga (d) Biji (Kementrian Pertanian, 2010).
10
C. Efek Farmakologi
Tumbuhan turi telah dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki manfaat dalam
bidang pengobatan, hal ini dikarenakan kemampuan tumbuhan turi dapat
digunakan sebagai oabt tradisional atau obat herbal. Seluruh bagian dari
tumbuhan turi diyakini memiliki manfaat sebagai obat baik pada bagian batang,
bunga, akar serta pada bagian daunnya. Bidang kedokteran di India telah
menggunakan daun turi sebagai media penyembuhan penyakit epilepsi
(Kasture et al., 2002). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Doddola et al
(2008) menyatakan bahwa jus daun turi dapat digunakan sebagai pemecah batu
ginjal yang cukup efektif. Tidak hanya itu saja daun dari tumbuhan turi dapat
digunakan sebagai media penyembuhan keputihan pada wanita serta pada bagian
buah atau biji dapat digunakan sebagai obat hepatitis. Bagian akar secara umum
digunakan sebagai antiinflamasi dan penurun demam (Wagh et al., 2009). Selain
akar, jaringan lain seperti batang turi juga dimanfaatkan sebagai obat. Di Filipina,
bubuk batang turi digunakan sebagai obat borok atau bisul yang terdapat dalam
mulut dan sistem pencernaan, sedangkan di Combodia potongan batang turi
digunakan untuk menyembuhkan penyakit kudis, sementara itudi pulau Jawa
bubuk batang turi digunakan sebagai obat sariawan, polio, dan sakit perut
(Wagh et al., 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Serti et al., (2001) dinyatakan bahwa
ekstrak etanol dari batang turi menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang cukup
baik. Penelitian lain pada tumbuhan turi dilakukan oleh Romesh and Begum
(2006); Romesh et al (2007); Romesh (2010) menyatakan bahwa suplemen daun
turi menunjukkan pencegahan oksidasi yang dapat merusak paru-paru, hati, dan
11
ginjal. Juga telah diujikan pada mencit, sehingga dapat disimpulkan bahwa daun
tumbuhan turi memiliki potensi sebagai antioksidan. Investigasi juga dilakukan
oleh Shareef et al (2012) menyatakan bahwa turi memiliki kemampuan sebagai
anti-inflamasi, antiseptik, analgesik, serta antioksidan. Pada bagian bunga dan
daun memiliki efek antioksidan (Gowri and Vasantha, 2010). Efek antioksidan
dari turi kemungkinan dikarenakan adanya senyawa flavonoid oleh adanya
penangkapan radikal bebas melalui donor proton hidrogen dari gugus hidroksil
flavonoid (Amic et al., 2003). Aktivitas antioksidan flavonoid terutama
dipengaruhi oleh substitusi gugus hidroksi pada posisi orto dan para terhadap
gugus OH dan OR (Pertiwi, 2006).
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu
organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit primer
yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan menggunakan jalur
yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada spesies
tertentu. Tanpa senyawa ini organisme akan menderita kerusakan atau
menurunnya kemampuan bertahan hidup. Fungsi senyawa ini pada suatu
organisme diantaranya untuk bertahan terhadap predator, kompetitor, dan untuk
mendukung proses reproduksi (Herbert, 1996).
D. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder
Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman famili ini cukup
banyak dan beragam, dari susunan molekul sederhana hingga molekul yang paling
12
rumit sekalipun ada pada famili ini. Secara garis besar senyawa metabolit
sekunder dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu senyawa fenolik dan
non-fenolik. Salah satu metabolit sekunder non-fenolik yaitu kelompok
terpenoid. Kelompok terpenoid ini ditemukan dalam berbagai variasi misalnya
diterpen dan triterpen glikosida yang disebut dengan saponin.
1.
Terpenoid
Terpenoid merupakan komponen yang biasa ditemukan dalam minyak atsiri.
Sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Terpenoid mempunyai kerangka karbon yang
terdiri dari dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren (Achmad, 1986).
Berdasarkan jumlah atom C yang terdapat pada kerangkanya, terpenoid
dapat dibagi menjadi hemiterpen dengan 5 atom C, monoterpen dengan 10
atom C, seskuiterpen dengan 15 atom C, diterpen dengan 20 atom C, triterpen
dengan 30 atom C, dan seterusnya sampai dengan politerpen dengan atom C
lebih dari 40 (Nagegowda, 2010; Dewick, 2009).
Linn et al (2005) telah berhasil mengisolasi senyawa pada Fabaceae yaitu
senyawa diterpen berupa senyawa furanoditerpen tipe cassane. Senyawa jenis ini
atau furanoditerpen merupakan senyawa yang telah diselidiki memiliki
kemampuan sebagai antimalaria, senyawa furanoditerpen ini banyak ditemukan
pada genus Caesalpinia. Tidak hanya furanoditerpen yang telah diisolasi dari
famili Fabaceae, contoh lain senyawa yang telah diisolasi yaitu norcaesalpinin E
(1), caesalpinin C (2), caesalpinin D (3) yang ketiganya telah diselidiki memiliki
kemampuan sebagai antimalaria . Struktur- struktur dari ketiga senyawa
ditunjukkan pada Gambar 2.
13
Gambar 2. Senyawa diterpen yang telah diisolasi dari Fabeceae
(Linn et al., 2005)
Selaian senyawa terpen dengan jenis monoterpen atau diterpen yang telah
dijelaskan diatas terdapat juga jenis terpenoid yang lain yaitu triterpen. Jenis
senyawa terpenoid yang lain adalah triterpen. Senyawa triterpen sering ditemukan
dalam bentuk saponin. Misalnya pada genus Astragalus ditemukan gleditsiosida
N, O, dan P yaitu saponin yang terikat dengan monoterpen, senyawa tersebut
diperlihatkan pada Gambar (4-6). Gleditsiosida N dan O terikat dengan dua unit
monoterpen sedangkan gleditsiosida P terikat dengan tiga unit monoterpen yang
terasetilasi pada C3 dan C6 dari gugus glikosidanya (Zhang et al., 1999),
sedangkan dari Astragalus kahiricus telah berhasil diisolasi kahirikosida II yang
disajikan pada Gambar (7) (Radwan et al., 2004).
14
R3
(4) R1 = CH2OH
R2 = H
(5) R1 = CH3, 6= S
R2 = H
(6) R1 = CH3, 6= S
R2 = R3
(7)
Gambar 3. Senyawa triterpen yang diisolasi dari Fabecea
(Zhang et al.,1999;Radwan et al., 2004)
2.
Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak
ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid pada umumnya mempunyai kerangka
flavon C6-C3-C6, dengan tiga atom karbon sebagai jembatan antara gugus
15
fenil yang biasanya juga terdapat atom oksigen. Senyawa ini biasanya
terdapat sebagai pigmen tumbuhan untuk menarik pollinators, atau sebagai
bahan pertahanan bagi tumbuhan untuk melawan serangga dan
mikroorganisme (Rosa, Emilio, and Gustavo, 2010). Senyawa fenolik juga
ditemukan dan telah diisolasi dari famili ini. Senyawa fenolik yang banyak
ditemukan pada Fabaceae adalah flavonoid. Misalnya dari Guibourtia
coleosperma, senyawa flavonoid yang dihasilkan adalah flavonoid yang terikat
dengan glikosida misalnya epikatecin- (4b - 8)- 7-O-β-D- xyloppiranosilepikatecin (8) yang berupa dimer dan 7-O-β-D- xyloppiranosil-epikatecin (9)
yang berupa monomer (Bekker et al., 2006).
Berbeda dengan genus Caesalpinia, flavonoid yang dihasilkan berupa
homoisoflavonoid misalnya bonducellin (10) yang diisolasi dari Caesalpinia
Pulcherima (Zhao et al., 2004). Genus Milletia menghasilkan senyawa flavonoid
yang berbeda dengan dua spesies sebelumnya, genus Milletia ini menghasilkan
senyawa flavonoid berupa isoflavon yang terprenilasi. Milletia papchycarpa
diketahui mengandung millewanins G (11), millewanins H (12), dan furowanin B
(13) (Ito et al., 2006). Senyawa lain yang pernah diisolasi adalah bauhiniastatin
1-2 (14-15) yang diisolasi pada Bauhinia purpurea. Bauhinisantin 1 (14) juga
diketahui memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel murin leukimia
(Pettit., 2006).
16
(8)
(9)
(10)
(11)
(13)
(12)
(14)
(15)
Gambar 4. Senyawa fenolik yang diisolasi dari Fabeceae (Zhao et al., 2004;
Ito et al., 2006; Pettit., 2006).
17
3.
2-Arilbenzofuran
Benzofuran merupakan senyawa heterosiklik yang terdiri dari cincin benzena dan
furan yang berlebur. Struktur benzofuran merupakan induk dari senyawa terkait
yang berstruktur dan lebih kompleks. Benzofuran dibuat dengan O alkilasi
salilsilaldehida dengan asam kloroasetat, diikuti dengn dehidrasi eter yang ,
diikuti dengn dehidrasi eter yang diikuti. Secara biosintesis, senyawa
2-arilbenzofuran berasal dari siklisasi senyawa stilbenoid. Siklisasi terjadi antara
gugus hidroksil pada C-2’ dengan gugus olefin membentuk cincin furan
(Andriyani, 2012).
Gambar 5. Kerangka Dasar 2-Arilbenzofuran
E. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder
1. Aspek Umum
Isolasi merupakan suatu proses yang untuk memisahkan senyawa aktif atau
kompenen tertentu dari komponen lain yang tidak diinginkan. Seiring
perkembangan, teknik isolasi berkembang menjadi ekstraksi, pada dasarnya
ekstraksi memiliki pengetian yang hampir sama dengan isolasi. Ekstraksi yaitu
suatu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa aktif atau komponen
tertentu dari komponen lain yang tidak diinginkan berdasarkan prinsip
18
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut yang dimulai dari pelapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut (Harborn, 1987).
Hu zhide et al., (2012) menyatakan dalam jurnalnya bahwa tidak terdapat metode
yang baku untuk ekstraksi suatu bahan alam dikarenakan banyaknya variabel yang
berpengaruh. Oleh karena itu, modifikasi pada metode perlu dilakukan untuk
bahan yang akan diekstraksi. Banyak faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi
suatu senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah waktu ekstraksi, suhu, jenis,
dan komponen pelurut serta perbandingan pelarut terhadap bahan yang akan
diekstraksi (Satishkumar et al., 2008).
2.
Ekstraksi
Terdapat macam-macam metode ekstraksi. Secara garis besar ekstraksi dibagi
menjadi dua yaitu ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Pada penelitian ini
digunakan ekstraksi dingin yaitu menggunakan metode maserasi. Maserasi
merupakan suatu teknik ekstraksi dengan melakukan proses perendaman sampel
dengan pelarut organik yang sesuai serta dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga
senyawa metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstrasi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan (Lenny, 2006). Menurut Markham (1988) proses
ini dilakukan beberapa kali dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
lebih maksimal dan ekstrak kemudian disatukan lalu diuapkan dengan
menggunakan penguap-putar vakum.
19
3.
Pemisahaan Senyawa secara Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahaan suatu senyawa yang
didasarkan atas perpindahaan dari komponen-komponen dalam campuran.
Pemisahaan dengan menggunakan teknik ini dilakukan dengan cara
memanfaatkan sifat-sifat fisik dari suatu sampel, seperti kelarutan, absorbansi,
serta kepolaran kelarutan merupakan kecenderungan molekul untuk melarut
dalam cairan. Adsorpsi adalah kecendrungan molekul untuk melekat pada
permukaan halus (Johnson and Stevenson, 1991). Berdasarkan jenis fasa diam
dan fasa gerak yang dipartisi, kromatografi digolongkan menjadi beberapa
golongan (Tabel 1).
Tabel 1. Penggolongan kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa gerak.
Fasa diam
Fasa gerak
Padat
Cair
Cair-adsorpsi
Padat
Gas
Gas-adsorpsi
Cair
Cair
Gas
Cair
(Sumber: Johnson and Stevenson, 1991).
Sistem kromatografi
Cair-partisi
Gas-partisi
Dalam perlakuan kromatografi ini digunakan eluen. Eluen adalah pelarut yang
dipakai dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen
zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponenkomponen senyawa yang akan dipisahkan. Urutan kromatografi diawali dari
eluen yang memiliki tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya
ditingkatkan secara perlahan-lahan (Hosstetmann, 1995). Berikut ini merupakan
urutan eluen pada kromatografi berdasarkan penurunan tingkat kepolarannya
menurut Gritter et al., (1991):
20
Air
Metanol
Asetonitril
Etanol
n-propanol
Aseton
Etil asetat
Kloroform
Metolen Klorida
Toluena
Benzena
Karbon tetraklorida
Sikloheksana
n-heksana
kepolaran menurun
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa jenis metode kromatografi serta
analisis kemurnian. Kromatografi kolom adalah jenis kromatografi cair. Fase
gerak cair disebut dengan eluen sedangkan fase diam padatan yang dikenal
dengan absorben sehingga prinsip kerjanya adalah adsorpsi atau cair prinsip
kerjanya adalah partisi. Kromatografi kolom diterapkan secara luas untuk
pemisahan senyawa-senyawa hasil alam khususnya metabolit sekunder.
Pemisahan dapat terjadi dikarenakan perbedaan daya serap atau partisi fase diam
terhadap komponen-komponen sampel yang akan dipisahkan yang digerakkan
oleh fase gerak (eluen). Komponen yang berinteraksi lemah dengan absorben
akan keluar terlebih dahulu sedangkan komponen yang interaksinya kuat akan
keluar paling akhir dari dalam kolom (Ibrahim and Sitourus, 2013).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang melibatkan
pendistribusian campuran dua atau lebih senyawa antara fase diam dan fase gerak.
Fase diam dapat berupa lapisan tipis dari penyerapan plat, dan fase gerak adalah
cairan pengembang yang (Gritter et al., 1991). Teknik KCV dilakukan dengan
suatu sistem yang bekerja pada kondisi vakum secara kontinu, sehingga diperoleh
21
kerapatan kemasan yang maksimum atau dengan menggunakan tekanan rendah
untuk meningkatkan laju alir fasa gerak. Urutan eluen yang digunakan dalam
kromatografi cair diawali mulai dari eluen yang mempunyai tingkat kepolaran
rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Urutan eluen
yang digunakan dalam kromatografi diawali dari eluen yang mempunyai tingkat
kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan
(Hostettmann et al., 1995).
4.
Analisis Kemurnian
Kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dan uji titik leleh. KLT dilakukan dengan mengelusi larutan sampel yang
ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 dengan fase gerak berupa eluen etil
asetat-heksana (4 : 6). Bercak yang ada diamati dengan sinar tampak, UV 254 nm
dan UV 366 nm kemurnian senyawa ditetapkan secara semi kuantitatif dengan
densitometer pada λ maks = 347 nm (Margono dan Zendrato, 2006). Senyawa
hasil analisis dikatakan murni apabila memberikan noda tunggal pada KLT
dengan berbagai fase gerak (Setyowati et al., 2007).
Sedangkan titik leleh merupakan ciri penting senyawa organik padat. Titik leleh
memiliki arti penting dalam identifikasi dan pengukuran kemurnian. Penggunaan
untuk identifikasi didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa murni mempunyai
titik leleh yang tajam ketika berubah sempurna dari padat ke cair. Selain itu,
penggunaan titik leleh untuk identifikasi juga didasarkan pada fakta bahwa
senyawa yang tidak murni menunjukkan 2 fenomena, pertama yaitu suhu leleh
yang lebih rendah, dan kedua memiliki jarak leleh yang lebih lebar. Alat yang
digunakan untuk menguji titik leleh suatu senyawa adalah termopan. Untuk
22
identifikasi kualitatif, titik leleh merupakan tetapan fisika yang penting terutama
untuk suatu senyawa hasil sintesis, isolasi, maupun kristalisasi. Titik leleh suatu
kristal padat adalah suhu ketika padatan mulai berubah menjadi cairan pada
tekanan udara 1 atm. Jika suhu dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap
energi. Semakin tinggi suhu maka akan semakin banyak energi yang diserap
sehingga akan menaikkan gerakkan vibrasi dan rotasi molekul
(Hadiprabowo, 2009).
F. Karakterisasi Senyawa Secara Spektroskopi
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menganalisis
spektrum suatu senyawa dan interaksi antara radiasi elektromagnetik. Teknik
spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur dari senyawa organik
tersebut (Fessenden and Fessenden, 1999). Radiasi elektromagnetik tersebut
dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X( X-ray), UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra
merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang radio (Harvey, 2000). Berdasarkan
panjang gelombang radiasi elektromagnetik dapat dibagi menjadi beberapa jenis
yang ditunjukkan pada Gambar 6.
23
Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya
(Harvey, 2000).
Metode spektroskopi yang dipakai pada penelitian ini antara lain, spektroskopi
ultraungu-tampak (UV-Vis), spektroskopi inframerah, spektroskopi resonansi
magnetik nuklir (NMR).
1.
Spektroskopi UV-Vis
Dalam spektoskopi UV-VIS penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu
molekul akan menghasilkan transisi diantara tingkat energi elektronik molekul
tersebut. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan, orbital non-ikatan
atau orbital anti-ikatan. Panjang gelombang serapan yang muncul merupakan
ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital suatu molekul (Sudjadi,1983).
Spektroskopi UV mempunyai kisaran sinar dengan panjang gelombang 200-400
nm, sedangkan sinar tampak adalah panjang gelombang sekitar 400-900 nm.
Spektro ini digunkan untuk tujuan analisi kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
menggunakan data yang diperoleh dari analisis berdasarkan spektrofotometer
ultraungu- tampak ini kita dapat mengetahui absorptivitas molar senyawa yang
24
diperoleh. Absorptivitas molar senyawa dihitung dengan menggunakan
persamaan Lambert-Beer berikut :
A = ε b c atau ε =
Keterangan:
A
ε
b
c
= absorbansi
= absorptivitas molar
= tebal sel (cm)
= konsentrasi (mol/liter)
.
Absorbansi (A) ini diperoleh dari data spektrum yang terdapat pada puncakpuncak serapannya.
Tebal sel (b) adalah ketebalan sel dalam alat yang digunakan, sedangkan
konsentrasi (c) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
Konsentrasi (c) =
=
.
Keterangan:
g
= Massa senyawa hasil isolasi (gram)
BM = Berat molekul relatif (gram/mol)
L
= Volume larutan yang digunakan (L)
(Ibrahim and Sitourus, 2013).
2.
Spektroskopi IR
Spektroskopi inframerah (infrared/IR) merupakan suatu analisis senyawa organik
dan anorganik yang berdasarkan pada interaksi antara gelombang elektromagnetik
infra merah (IR) dengan materi. Dengan adanya energi dari gelombang
elektromagnetik menyebabkan terjadinya vibrasi molekul pada materi
tersebut. Ada tiga jenis vibrasi pada spektroskopi infra merah (IR) yaitu rotasi,
regangan, dan guntingan (Gauglitz and Vo-Dinh, 2003). Analisis secara
spektroskopi inframerah digunakan untuk menganalisis gugus fungsi yang
terdapat pada zat yang diuji. Setiap gugus fungsi akan memberikan puncak-
25
puncak yang tetap, informasi inilah yang digunakan untuk menganalisis secara
kualitatif pada zat tersebut. Misalnya gugus fungsi C=O akan memberikan puncak
pada bilangan gelombang 1650 cm-1 sebagai asam karboksilat, 1700 cm-1 sebagai
keton, dan 1800 cm-1 sebagai halida asam (klorida asam) (Harvey, 2000).
Tabel 2. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi
Serapan (cm-1)
Gugus
OH
3600
CH 2
N H2
3400
CH
3300
H
3060
Gugus
Serapan (cm-1)
2930
2860
Ar
C H2
C
C
N
O
3030
2870
1460
1375
1200-1000
1470
1200-1000
C
O
C
C
1650
C N
1600
C
C
1200-1000
1750-1600
Sumber : Banwell and McCash (1994).
3.
Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (RMI)
Spektroskopi resonansi magnetik nuklir adalah teknik yang memanfaatkan sifat
magnetik dari inti tertentu. Instrumen yang paling umum dan paling populer
digunanakan adalah spektroskopi proton RMI dan karbon-13 RMI. Metode
spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang
sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam
pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m
26
atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur
(Silverstein et al., 2005). Informasi yang diberikan oleh sinyal-sinyal pada
resonansi magnetik nuklir ini cukup banyak. Pada dasarnya metode ini digunakan
untuk mengidentifikasi suatu struktur senyawa atau rumus bangun molekul
senyawa organik. Beberapa pergeseran kimia senyawa organik dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Pergeseran kimia untuk proton dan karbon dalam molekul organik
(Sudjadi, 1983).
Jenis Senyawa
Monosubtituen
Disubtituen alkana
Siklopropil
R__CH2__NR2
R__CH2__SR2
R__CH2__PR2
R__CH2__OH
R__CH2__NO2
R__CH2__F
R__CH2__Cl
R__CH2__Br
R__CH2__I
Epoksida
Nitril
Alkena
Allilik
Alkuna
Aromatik
1H-NMR (ppm)
2-5
-0.5-0.5
2-3
2-3
2.2-3.2
3.5-4.5
4-4.6
4.2-5
3-4
2.5-4
2-4
2.2-2.7
4.5-7.5
1.6-2.1
2-3
6-9
2.2-2.8
13
C-NMR (ppm)
25-65
0-10
42-70
20-40
50-75
50-75
70-85
70-80
25-50
10-30
-20-0
35-45
100-120
100-150
18-30
75-95
110-145
18-30-
4. HSQC (Heteronuclear Single Quantum Correlation)
HSQC merupakan uji NMR 2D yang memiliki sensitivitas tinggi untuk
menjelaskan hubungan atau korelasi sistem 1H yang terikat secara langsung (satu
ikatan) dengan inti lain seperti 15N atau 13C. Skema dasar uji ini melibatkan
transfer magnetisasi proton ke pada inti kedua, yaitu 15N atau 13C, melalui tahap
INEPT (Insensitive nuclei enhanced by polarization transfer). Setelah waktu
27
tertentu (t1), magnetisasi ditransfer kembali keproton melalui tahap retro-INEPT
dan signal dicatat oleh perekam. Pada HSQC, serangkaian eksperimen dicatat
dimana t1 bertambah. Signal 1H dideteksi dalam dimensi pengukuran secara
langsung dalam tiap eksperimen, sementara pergeseran kimia dari 15N atau 13C
dicatat dalam dimensi tidak langsung yang terbentuk dari serangkaian eksperimen
(Gauglitz and Vo-Dinh, 2003).
5. HMBC(Heteronuclear Multiple Bond Coherence)
HMBC merupakan pengukuran proton yang memiliki korelasi karbon dengan
jarak 2 sampai 3 ikatan dari proton tersebut. Tidak hanya korelasi jarak jauh yang
dapat dideteksi dengan HMBC namum juga dapat mengidntifikasi korelasi karbon
kuartener. Interpretasi data HMBC memerlukan fleksibilitas karena kita tidak
selalu menemukan apa yang diharapkan. Tergantung pada hibridisasi karbon dan
faktor lain, beberapa korelasi dua (2JCH) atau tiga (3JCH) ikatan terkadang tidak
nampak. Variasi korelasi yang ditemukan disebabkan oleh variasi perbesaran
konstanta kopling 2JCH, 3JCH, dan 4JCH (Silverstein et al., 2005).
G. Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron (urutan nukleotida yang
terdapat dalam gen antara ekson) dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga
28
memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid (DNA
ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi) yang berbentuk kecil dan sirkuler
( Jawetz, 2005).
Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif zat
lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori-pori pada dinding sel
akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang
sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan
pada bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya
oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori-pori
mengecil, permeabilitas kurang sehingga kompleks ungu kristal jodium
dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna ungu. Contoh bakteri gram positif
diantaranya adalah Staphyloccocus aureus dan Bacillus subtilis sedangkan bakteri
gram negatif di antaranya adalah E. coli dan Pseudomonas
( Staf Pengajar FKUI, 1993 ) .
H.
Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi
bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia. Beberapa
istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembunuhan bakteri yaitu
germisid, bakterisida, bakteriostatik, antiseptik, desinfektan. Zat antibakteri dapat
bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteriostatik (menghambat
29
pertumbuhan bakteri), dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: konsentrasi zat antimikroba; jenis,
jumlah, umur, dan keadaan mikroba; suhu; waktu; dan sifat-sifat
kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah komponen
didalamnya (Agustrina, 2011). Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dibedakan
menjadi bakteriostatik dan bakterisidal.
Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan antibakteri bakterisidal bekerja dengan cara mematikan bakteri secara
langsung. Bakteriostatik dapat bertindak sebagai bakterisidal dalam konsentrasi
tinggi (Pelczar dan Chan, 2005). Antibakteri yang sangat toksik yang
membahayakan inangnya bukan merupakan antibiotik yang baik dan dianggap
beracun. Antibakteri yang baik adalah antibakteri yang mampu menyembuhkan
penyakit tanpa menimbulkan efek samping terhadap inangnya dan juga harus
memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi.
Zat antibakteri dalam melakukan efeknya harus dapat mempengaruhi
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Menurut Pelczar dan Chan (2005) cara kerja senyawa antibakteri dalam
melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah dengan merusak dinding sel,
mengubah permeabilitas membran sel, kerusakan sitoplasma, menghambat kerja
enzim dan menghambat sintesis asam nukleat protein. Senyawa antimikroba yang
berasal dari tanaman, sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder
tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid dalam minyak atsiri. Beberapa
senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari tanaman diantaranya adalah
30
fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri), fenolik dan beberapa kelompok
pigmen tanaman atau senyawa sejenis (Mawaddah, 2008).
I.
Metode Uji Aktivitas Antibakteri
Penentuan kepekaan bakteria patogen terhadap antibakteri dapat dilakukan dengan
salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi. Penting sekali
menggunakan metode standar untuk mengendalikan semua faktor yang
mempengaruhi aktivitas antibakteri.
1. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antibakeri dengan kadar yang menurun secara bertahap,
baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan
dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat
atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Jawetz et al, 2001).
2. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas
saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah
inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya
sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat).
31
Meskipun demikian, standarisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan
uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al, 2005).
32
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Agustus 2016, bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung. Analisis spektroskopi yang
digunakan meliputi spektroskopi ultraungu-tampak (UV-Vis) dilakukan di
Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung, Spektroskopi
Infra Merah dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Spektroskopi resonansi magnetik inti
(NMR) di Laboratorium NMR dilakukan di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Biokima FMIPA Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap
putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set alat
kromatografi kolom (KK), pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler,
33
inkubator, spektrofotometer FT- Infra Merah, spektrofotometer ultraungu-tampak
(UV-VIS), spektrofotometer NMR Agilent frekuensi 500 MHz 1HNMR, laminar
air flow, autoclave, lemari pendingin, oven, petri disk, dan mikropipet.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah kulit batang tumbuhan turi (S. grandiflora) yang
telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari daerah stasiun kereta api
Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Bakteri Escherichia coli . Pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah
didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis.
Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH),
n-heksana (n-C6H14), aseton (C3H6O), akuades (H2O), toluen, benzen ( C6H6),
serium sulfat 1,5% dalam asam sulfat (H2SO4) 2 N, diklorometana (CH2Cl2),
silika gel Merck G 60 untuk impregnasi, silika gel 60 GF 254 (35-70 Mesh), plat
KLT. Bahan uji bakteri yang diperlukan selain bakteri tersebut diatas yakni
Nutrien agar, amoksilin, dan akuades.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan sampel
Kulit batang tumbuhan turi (S. grandiflora) . Determinasi tumbuhan dilakukan di
Herbarium Bogoriensis bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Kulit batang turi dicuci
bersih dengan air dan diiris kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
di bawah panas sinar matahari selama kurang lebih satu minggu. Kulit batang
34
yang telah kering lalu digiling hingga menjadi serbuk halus, serbuk halus ini yang
kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut
Serbuk halus kulit batang turi ditimbang sebanyak 1500 gram kemudian
direndam dengan menggunakan beberapa pelarut seperti n-heksana selama 1x 24
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, perlakuan yang sama juga dilakukan
menggunakan pelarut etil asetat dan metanol. Ketiga ekstrak hasil perendaman
masing - masing disaring dengan kertas saring. Masing-masing filtrat dari
berbagai pelarut yang didapat lalu dipekatkan dengan (penguap rotari evaporator)
rotary evaporator ekstrak pekat yang didapat lalu ditimbang.
3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam
silika gel halus sebanyak 3 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom.
Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat
vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silika gel
halus terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering
dengan alat vakum dan siap digunakan.
Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada
silika gel kasar, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi
fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan
cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan etil asetat/n-heksana
0% sampai dengan etil asetat 40%. Kolom dihisap dengan vakum sampai kering
pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi
35
yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel
dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti
tahapan KCV awal di atas.
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji KLT dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksifraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan
menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat,
aseton, metanol, dan diklorometana. Hasil kromatogram tersebut kemudian
disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda
dari komponen senyawa tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit
bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT.
Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention factor)
yang sama pada kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh
beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut.
5. Kromatografi Kolom (KK)
Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan
fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom.
Adsorben silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang akan
digunakan dalam proses pengelusian. Slurry dari silika gel dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam kolom, fasa diam diatur hingga rapat (tidak berongga) dan rata.
Selanjutnya sampel yang telah diimpregnasi dimasukkan pada silika gel ke
dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, kolom
diusahakan tidak kering/kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa diam
36
yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu (Gritter et
al., 1992).
6. Analisis Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian
secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian suatu senyawa
ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang
digunakan, kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk
menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Untuk kristal yang
berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk
kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng
kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik
leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali
mulai meleleh sampai semua zat meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut.
7. Spektroskopi Ultraungu–tampak (UV-VIS)
Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,0001 gram dilarutkan dalam 10 mL
metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali
pengukuran. Pertama, sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol lalu
sampel kristal tersebut dilarutkan dalam 10 mL metanol kemudian larutan diukur
serapan maksimumnya.
8. Spektroskopi Inframerah
Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan
spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni dibebaskan dari air
kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal
37
murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat
penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas kemudian pelet tersebut diukur
puncak serapannya.
9. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)
Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan ke dalam pelarut
aseton, kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini ditempatkan
dalam tabung gelas tipis dengan tebal 5 mm di tengah-tengah kumparan frekuensi
radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat kuat kemudian energi dari
kumparan rf ditambah secara terus-menerus. Energi pada frekuensi terpasang dari
kumparan rf yang diserap cuplikan direkam dan memberikan spektrum NMR.
10. Uji Bioaktivitas tarhadap Bakteri (E. coli) Resisten
Terdapat langkah utama yang tidak boleh terlupkan pada tahap uji antibakteri
yaitu sterilisasi alat dan media dengan menggunakan autoclave selama 15 menit.
Mempersiapkan bahan yang akan digunkan pada uji ini yaitu Nutrien Agar (NA).
Sebanyak 3 gram NA dilarutkan dalam 100 mL akuades dan dipanaskan selama
15menit hingga homogen. Dibutuhkan sekitar 9 tabung reaksi yang digunakan
untuk menampung sebanyak 15 mL NA / tabung reaksi sebanyak tiga tabung
reaksi, 5 mL media/ tabung reaksi sebanyak 3 tabung reaksi, serta tiga tabung
reaksi digunkan untuk menampung akuades. Selanjutnya, bahan yang disiapkan
distrerilisasi selama 15 menit.
Senyawa hasil isolasi yang telah didapatkan dari tumbuhan turi (S. grandiflora)
selanjutnya diuji bioaktivitasnya terhadap bakteri E. coli resisten menggunakan
metode difusi agar. Dibuat sebanyak tiga variasi konsentrasi yaitu 0,15 mg/disk;
38
0,10 mg/disk; 0,05 mg/disk. Kristal sebanyak 1,5 mg dilarutkan dalam 500 µL,
setelah itu diambil 50 µL; 33,3 µL; 16,7 µL untuk dimpreknasikan kedalam paper
disk hal yang sama juga dilakukan terhadap kontrol positif.
Seluruh alat dan bahan yang telah disiapkan disterilisasi kemudian dimasukkan
kedalam laminar air flow. Media sebanyak 15 ml NA dimasukkan kedalam cawan
petri dan ditunggu sampai kering, kemudian dimasukkan media agar 5 ml dengan
akuades serta bakteri 1 ose. Setelah itu, paper disk yang telah diimpreknasikan
larutan uji, kontrol positif, dan kontrol negatif dimasukkan kedalam cawan petri
kemudan ditutup dengan menggunakan plastic wrap dan dibalut kertas dan
diletakkan dalam inkubator selama 24 jam.
56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada penelitian ini telah diisolasi dan diidentifikasi senyawa
6-metoksi-2-(2,3-dihidroksi-5-metoksifenil)-1-benzofuran-3-karbaldehid.
pada fraksi semi polar dari kulit batang tumbuhan turi
(Sesbania grandiflora).
2.
Senyawa hasil isolasi berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning
sebanyak 5,0 mg dengan titik leleh 214o C - 216o C.
3.
Senyawa hasil isolasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli
resisten kloramfenikol dengan kategori sangat lemah pada pengamatan
2x 24 jam.
57
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran untuk penelitian selanjutnya
yaitu;
1. Melakukan penambahan sampel kulit batang tumbuhan turi turi
(S. grandiflora) agar didapat kristal lebih banyak.
2. Melakukan uji bioaktivitas dengan konsentrasi yang lebih tinggi untuk
mendapatkan zona bening yang baik serta dilakukan pada bakteri E. coli
yang tidak resisten.
3. Melakukan uji aktivitas biologis lain seperti uji antituberkulosis.
4. Penelitian lebih lanjut terhadap sampel kulit batang tumbuhan turi
(S. grandiflora) perlu dilakukan agar didapat informasi lain tentang
senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam.
Karunika Universitas Terbuka. Jakarta. Hlm. 39.
Agustrina G. 2011. Potensi Propolis Lebah Madu Apis Mellifera Spp Sebagai
Bahan Antibakteri. Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 1-2, 5-7.
Ambarwati. 2007. Efektivitas Zat Antibakteri Biji Mimba ( Azadirochta indica)
untuk Menghambat Pertumbuhan Salmonella thyposa dan Staphylococus
aureus. Biodiversitas. 8. Hlm 320-325
Amic, D. Dusanka., D. A. Beslo., and Trinastjia. 2003. Structure- Radical
Scavenging Activity Relenship of Flavanoid. Croatia. Chem. Acta. 76.
Hlm 55-61
Andiyani. 2012. Isolasi dan Uji Antioksidan Flavonoid Terprenilasi dari Daun
Erythrina crista-galli. (Skripsi). Universitas Airlangga. Surabaya.
Bakker, M., Bekker, R., and Brandt, E. 2006. Two Flavonoid Glycosides and a
miscellaneous flavan from the Bark of Guibourtia Coleosperma.
Phytochemistry 67: 818-823.
Banwell, C.N. and E.M. McCash. 1994. Fundamental of Molecular
Spectroscopy. Mc Graw-Hill Book Company. London. Hlm 1204-1206.
Carlina, C. R., and Grossi-de-Sá, M. F. 2002. Plant Toxic Protein with Insecticidal
Properties. A Review on Thare Potentialities as Bioinsecticides. Toxicon.
40(11). Hlm 1515-1539
Dewick, Paul M. 2009. Medicinal Natural Products Isolation: A Biosynthetic
Approach, 3rd Edition. Jhon Wiley & Sons Ltd. Wiltshire. Pp 8-166
Doddola, Sujatha., H. Pasupulati., B. Koganti., Koganti V., S. R. G. Prasad. 2008.
Evaluation of Sesbania grandiflora for antiurolithiatic and antioxidant
properties. J Nat Med. 62. Hlm 300–307
Fessenden, R.J. dan J. S. Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid I. Erlangga.
Jakarta. Hlm 525.
59
Gauglitz, G., and T. Vo-Dinh. 2003. Handbook of Spectroscopy. WileyVCH.Weinheim, Jerman.Hlm. 89;125;129;dan347
Gowri, Shyamala and K. Vasantha. 2010. Free Radical Scavenging and
Antioxidant Activity of Leaves from Agathi (Sesbania grandiflora ) (L.)
Pers. American-Eurasian Journal of Scientific Research. 5. Hlm 114-119
Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, dan A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.
Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Hlm 266.
Hadiprabowo, T. 2009. Optimasi Sintesis Analog Kurkumarin 1,3-Bis- (4Hidroksi-3-Metoksi Benzilidin) Urea pada Rentang pH 3-4. (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Hlm 10-11.
Hasan, N., H. Osman., S. Mohamad., W.K. Chang. 2012. The Chemical
Components of Sesbania grandiflora Root and Their Antituberculosis
Activity. Pharmaceuticals. 5. Hlm 882-889.
Harborn, J. B. 1987. Metode fitokimia. Terbitan ke- II. Terjemahan Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hlm 75-80.
Harvey, David.2000. Modern Analitical Chemistry.McGraw-Hil. USA. Hlm. 369;
372; dan 402.
Hawas. U. W., S. A. Eltomy., S. Abauzid., G. A. El-Hosany and R. M. Nassif.
2012. Lipid Content and antimicrobial Activity of Some Egyption
Leguminoseae Plants. Joural of Medical Plants Research. 6(44). Hlm
5606-5608.
Heering, J. H., and Gutteridge, R. C. 1992. Sesbania grandiflora (L.) Poitret. In :
Mannetje, L. And Jones, R. M. (eds) Plant Resources of South East Asia.
Pudoc Scientific Publishers. Wageningen, Netherlands. Pp. 196-198.
Herbert, R.B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Alih Bahasa Bambang
Srigandono. IKIP Semarang Press. Semarang. Hlm 103-123.
Harmita dan Radji, M. 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar
Analisis Hayati, Ed.3. EGC. Jakartar. Hlm 1-5.
Hu Zhide., Liu Huitao., Wang Ketai., Xu Hangping. 2002. Application of
Experimental Design and Artifical Neural Network to separation and
Determination of Active Component by Capillary Electrophoresis.
Chromatograihia. 55. Hlm 579-583.
Hossain, Kamal., M. Hasan., M. N. Parvin., M. Hasan., S. Islam., A. Haque. 2012.
60
Antimicrobial, Cytotoxic and Thrombolitic Activity of Cassia senna
Leaves (Family : Fabacee). Journal of Applien Pharmacetical science.
06. Hlm 186-190.
Hostettman, K., M. Hostettman, dan A. Manson. 1995. Cara kromatografi
Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih
Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 27-34.
Ibrahim, S. dan Sitourus, M. 2013. Teknik Laboratotium Kimia Organik. Graha
Ilmu. Yogyakarta. Hlm 20-23.
Ito Chihiro., Tomiyasu Murata., Masataka Itoigawa., Keisuke Nakao.,Minako
Kumagai., Norio Kaneda., and Hiroshi Furukawa . 2006. Induction of
Apoptosis by Isoflavonoids From the Leaves of Millettia Taiwaniana in
Human Leukemia HL-60 Cells. Planta Med 72 (5), 424-429. 4
Jawetz, M. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Alih Bahasa: Huriwati
Hartanto dkk. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG.Hlm 375-379.
Johnson, L.E. dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Alih bahasa
Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 365.
Kasture V. S., V. K. Deshmukh., and C. T. Chopde. 2002. Anxiolytic an
Anticonvulsive Activity of Sesbania grandiflora Leaves in Experiment al
Animals Phytother. Res.16. Hlm 455–460.
Kementrian Peternakan. 2010. Keunggulan turi sebagai pakan ternak. Palembang.
Hlm 1-41.
Ketaren. 1987. Minyak Atsiri, UI Press, terjemahan : Guenther. E., 1947.
Essential Oils, Vol 1. John Willey and Sons. New York, Hlm 21- 25
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid, dan alkaloid. Karya
ilmiah. Departemen Kimia. FMIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hlm 7.
Lestari, Puji. 2011.Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Ekstrak Etanol Buah
Merah (Pandanus conodeus Lam.). (Skripsi). UNS. Surakarta.
Linn, T.Z., S. Awale, Y. Tezuka, A.H. Banskota and S.K. Kalauni et al., 2005.
Cassane- and norcassane-type diterpenes from Caesalpinia crista of
Indonesia and their antimalarial activity against the growth of Plasmodium
falciparum. J. Nat. Prod. 68. Hlm 706-710.
Margono, S.A. dan R.N. Zendrato. 2006. Sintesis Diasetil Gamavuton-0 dengan
menggunakan Asetil Klorida sebagai Acylating agent. M. Far Indo. 17.
(1). Hlm 25-31.
61
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa Kosasih
Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 117.
Maulida, Ria dan Gauntarti, Any. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam
(Oriza sativa L.) terhadapa Rendemen Ekstrak dan Kandungan Total
Antosianin. Pharmaciana. 01. Hlm 9-16.
Mawaddah, R. 2008. Kajian Hasil Riset Potensi Antimikroba Alami dan Aplikasi
dalam Bahan Pangan di Pusat Informasi Teknologi Pertanian Fateta IPB.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Nagegowda, Denis. A. 2010. Plant Volatile Terpenoid Metabolism : Biosynthetic
Genes, Transcriptional Regulation and Subcellular Compartmentation.
FEBS Latter. Hlm 2965-2973.
Neto, M. M., Neto, M. A., Filho, R. B., Lima. M. A. S., and Silveira, E. R. 2008.
Flavanoids and Alkaloids from Leaves of Bauhinia ungulate L. Biochem.
Syst. Ecol., 36. Hlm 227-229.
Nurhidayat, Arif. 2015. Skrining Fitokimia, Uji Kromatografi Lapis Tipis, dan
Antioksidan Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Daun, Kulit
Batang dan Biji Tanaman Alpukat(Persea americana Mill), Rambutan
(Nephelium lappaceum L), serta Turi (Sesbania grandiflora ). Laporan
Praktik Kerja Lapangan. Bandar Lampung.
Padmalochana, K and M.S. Dhana Rajan. 2014. Antimicrobial activity of
Aqueous, Ethanol and Acetone extracts of Sesbania grandiflora leaves
and its phytochemical characterization. IJPSR. India.
Pelczar Michael J. ECS Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta. Hlm 711-712 dan 867-868.
Pertiwi. 2006. Nilai Peroksida dan Aktivitas Anti Radikal Bebas DPPH Ekstrak
Metanol Knema laurina. Puslit Biologi. Bogor.
Pettit. G.R., Numata. A.,Iwamoto. C., Usami. Y., Yamada. T., Ohishi. H. and
Cragg. G.M. 2006. Antineoplastic Agents. Isolation and Structures of
Bauhiniastatins 1-4 from Bauhinia purpurea. J. Nat. Prod.69:323-327.
Rachmawati Syukur, Gemini Alam, Mufidah, Abdul Rahim, Rosany Tayeb.2011.
Aktivitas Antiradikal Bebas Beberapa Ekstrak Tanaman Familia Fabaceae.
JST Kesehatan. Indonesia. 1. Hlm 61 – 67.
Radwan., El-Sebakhy NA., Asaad AM., Toaima SM., and Kingston DG. 2004.
Kahiricosides II-V Cycloartane Glycosides from an Egyption Collection
of Astragalus Khiricus. Phytochemistry. 65: 2909-2913.
Ramesh, T., and Begum, V. 2006. Hypolipidemic Effect of Sasbania grandiflora
62
On Membran- Bond ATPasess in Cigarette Smoke Exposed Rats.
Pharmacologyonline. 3. Hlm 309-323
Ramesh, T., Mahesh, R., and Begum, V. H. 2007. Effect of Sasbania grandiflora
on Cigarette Smoke Exposed Rats. J Pharmacol Toxicol. 2. Hlm 559-566.
Ramesh, T., Sureka, C., Bhuvana, S., and Hazeena, B. V. 2010. Sesbania
grandiflora Diminishes Oxidative Stress and Ameliorates Antiocidant
Capacity in Lever and Kidney of Rats Exposed to Cigarette Smoke. J.
Phys. Pharm. 61. Hlm 467.
Reji. A. F, and N. R. Alphonse. 2013. Phytochemical study on Sesbania
grandiflora. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 5. Hlm
196-201.
Rizqina, N. 2014. Uji Efektivitas Antibakteri Infusum Daun Jambu Biji ( Psidium
guajava L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Karies
Sroptocococus mutans Secara Invitro (skripsi). Universitas Andalas.
Padang.
Roosita, K., Kusharto, C. M., Sekiyama, M., Fachrurozi, Y., and Ohtsuka, R.
2008. Medical Plants Used by the Villeagers of a Sundanese Comunity. J.
Ethnopharm. 115. Hlm 72-81.
Rosa, Laura A. De al, Emilio Aluarez-Parrilla, & Gustavo A. Gonzalez-Aguilar.
2010. Fruit and Vegetable Phytochemical: Chemistry, Nutritional Value,
and Stability. Wiley-Blackwell. Iowa. Hlm 53.
Sumaryono, W. 1996. Pengkajian Metabolit Sekunder dan Prospeknya dalam
Perkembangan Industri Nasional. Kuliah Tamu pada Forum Himpunan
Mahasiswa Kimia FMIPA-ITS-Surabaya. Sub Direktorat MedikaDirektorat Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan BPPT. Jakarta. Pp. 448.
Sathiskhumar, T., Baskar., R. Shanmugam., S. Rajasekaran., P. Sadasivam. and V.
Manikandan. 2008. Optimization of Flavanid Extraction from The Leaves
of Tabrnamantana heyneana, Wall, using L16 Orthogonal Design. J.
Nature and Science 6(3).
Shareef, H., Rizwani, G. H., Zia-Ul-Haq, M., Ahmad, S., and Zahid, H. 2012.
Tocopherol and Phytosterol Profie of Sasbania grandiflora (Linn.) Seed
Oil. J Med. Plants Res. 6(18). Hlm 3478-3481.
Shulman, dkk. 2004.Dasar Biologis Dan Klinis Penyakit Infeksi edisi Keempat.
gadjah mada univesty press. Yogyakarta. Hlm 70-74.
Setyowati, E. P., U. A. Jenie, Sudarsono, B. Kardono, R. Rahmat, dan E.
Meiyanto. 2007. Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons Kaliasis. M. Far. Indo.
18. (4). Hlm 183-189.
63
Serti, J. A., Wieze, G., Woisky, R. G., and Carvalho, J. C. 2001. Antiulcer
Activity of the Etanol Extravt of Sasbania grandiflora. Brazilian J.
Pharm. Sci. 37. Hlm 107-111.
Silverstein, B. dan Morcill. 1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik.
Alih bahasa Drs. A. J. Hartomo. ITS. Semarang. Hlm 191-195.
Sotheeswaran, S., and Pasupathy, V. 1993. Distribution of Resveratrol Oligomer
in Plants. Phytochemistry. 32. Hlm 3478-3481.
Staf Pengajar FKUI. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. UI
Press. Depok. Hlm: 192.
Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hlm 283.
Tanaka, H., Hirata, M., Etoh, H., Sako, M., and Sato, M. 2004. Six New
Constituents from The Roots of Erythrina variegate. Chemistry and
Biodiversity. 1. Hlm 1101-1108.
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Hlm 447.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting
Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. Elex
Media Komputind. Jakarta. Hlm 66-68.
Vitor, R. F., Mota-Filipe, H., Teixeira, G., Borges, C., Rodrigues, A. I., and Paulo,
A. 2004. Flavanoids of an Extract of Pterospartum tridentatum Showing
Endothelial Protection Against Oxidative Injury. J. Ethnopharm. 93. Hlm
363-370.
Venkataraman, K. 1972. Wood Phenolic in the Chemotaxonomy of the
Moraceae. Phytochemistry. 11. Hlm 1571 -1586.
Watjen, W., Kulwalik, A., Suckow-Schnitker, A. K., Chovolou, Y., Rohrig, R.,
Ruhl, S., Kampakotter, A., Addae-Kyereme, J., Wright, C. W., and
Passreiter, C. M. 2007. Pterocarpans Phaseollin and Neurautenol Isolation
from Erythrina addisaniae Induce Apoptatic Cell Death Accompanied by
Inhibition of ERK Phosporilation. Toxicol. 242. Hlm 71-79.
Wagh, V. D., Wagh, K.V., Tandale, Y. N., and Salve, S. A. 2009. Phytochemical,
Pharmacological, and Phytopharmaceuitcs Aspects of Sasbania grandiflora
(Hadga) : A Riview. J. Pharm Res. 2 (5). Hlm 889-892.
Wink, M., and Mohamed. G. I. A. 2003. Evaluation of Chemical Defents Traits in
The Leguminoseae: Mepping of Distribution Patterns of Secondary
Metabolits on a MolecularPhylogeny Inferred from Nucleotide Sequances
of The rbcl Gene. Biochem. Syst. Ecol. 31(8). Hlm 897-917.
64
Zhang., Shen JP., Zhu SH., Huang DK., Ding Y., and Zhang XL. 1999. Effect of
Astragalus on Experimental Liver Injury. Yao Xue Xue Bau 27: 725-736.
Zhao P, Iwamoto Y, Kouno I, Egami Y, Yamamoto H. Stimulating the production
of homoisoflavonoids in cell suspension cultures of Caesalpinia
pulcherrima using cork tissue. Phitochemistry. 65.
.
Download