PENDAHULUAN Latar Belakang Sejumlah organisme mempunyai mekanisme pertahanan terhadap cekaman xenobiotik baik yang berasal dari biotik maupun abiotik. Mekanisme pertahanan terhadap cekaman xenobiotik ini melibatkan kerja berbagai gen-gen pertahanan. Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang dikenal sebagai gulma invasif di lahan asam berkadar Aluminium (Al) tinggi. M. malabathricum L. mampu mengakumulasi Al pada daun muda, daun dewasa, daun tua dan akarnya masing-masing sebesar 8000 part per million (ppm), 9200 ppm, 14400 ppm dan 10400 ppm tanpa menunjukkan gejala-gejala keracunan (Watanabe et al. 1998). Pertumbuhan dan penyerapan hara pada M. malabathricum L. bahkan semakin meningkat dengan keberadaan Al (Osaki et al. 1997), padahal Al sangat beracun bagi tanaman. M. malabathricum L. juga menghasilkan metabolit berbasis stachyurin, kompleks tannin malabathrin A, E dan F (Yoshida et al. 2010). Metabolit ini adalah bagian dari tanin komplek (flavono-elagitanin), yang merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat antioksidan, anti tumor dan anti bakteri (Yoshida et al. 2000). M. malabathricum L. juga menghasilkan sejumlah senyawa metabolit yang bersifat alelopatik seperti senyawa terpenoid, flovonoid dan senyawa fenolik (Faravani et al. 2008). Menurut Zhao et al. (2005), akumulasi metabolit sekunder sering terjadi pada tanaman yang terpapar oleh cekaman termasuk oleh berbagai elisitor atau molekul sinyal. Kemampuan mengakumulasi Al pada daun dan akar, serta menghasilkan berbagai senyawa metabolit anti bakteri dan zat alelopatik menunjukkan bahwa M. malabathricum L. memiliki mekanisme toleransi terhadap berbagai cekaman xenobiotik melalui sebuah sistem metabolisme detoksifikasi, sehingga tanaman ini berpotensi sebagai sumber gen-gen pertahanan terhadap cekaman xenobiotik. Sandermann (1992) mengemukakan konsep green liver untuk menjelaskan bagaimana tanaman dapat bertindak sebagai penampungan umum berbagai senyawa berbahaya melalui metabolisme xenobiotik yang mirip dengan yang terjadi pada hati (liver). Proses tersebut melibatkan berbagai enzim yang bekerja 1 melalui tahapan transformasi, konjugasi dan kompartementasi. Respon seluler terhadap masuknya senyawa xenobiotik diinisiasi oleh keberadaan reseptor xenobiotik yang melakukan deteksi (sensor). Reseptor ini selanjutnya berperan menginduksi berbagai enzim dan transporter untuk mendetoksifikasi dan menghilangkan senyawa tersebut. Steroid nuclear reseptor (SNR) adalah protein subkelas Nuclear reseptor (NR). Protein NR merupakan faktor transkripsi yaitu protein yang meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen-gen. Aktivitasnya secara spesifik adalah mengatur pengikatan RNA polimerase pada DNA. Protein NR bekerjasama dengan protein lain mengendalikan proses metabolisme, perkembangan dan homeostasis organisme melalui pengaturan ekspresi gen-gen spesifik (Germain et al 2003). Menurut Gronemeyer (2004), NR membentuk sebuah superfamily protein yang mengendalikan fungsi-fungsi terkait penyakit utama seperti diabetes, osteoporosis dan kanker. Menurut Morel et al. (2000), ketika berikatan dengan sebuah ligan senyawa xenobiotik, protein NR berperan krusial dalam induksi enzim-enzim detoksifikasi. Pada metazoan, Steroid Nuclear Receptor dikenal sebagai sensor xenobiotik dan menjadi master pengendali beberapa gen pertahanan terutama untuk drug resistance (Blumberg et al 1998). Pada tanaman SNR diduga mempunyai fungsi paralel dalam sensor pertahanan tehadap patogen yang mendeteksi molekul mikrobial dalam sistem imunitas (Shen and Shulzelefert 2007). Berdasarkan luasnya peran Steroid Nuclear Receptor pada aktivasi berbagai gen-gen pertahanan tersebut dan masih terbatasnya kajian pada tumbuhan, maka peran SNR dalam resistensi terhadap senyawa xenobiotik pada M. malabathricum L. perlu diteliti. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan pengklonan fragmen cDNA penyandi protein Steroid Nuclear Receptor dari M. malabathricum L. 2