III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka

advertisement
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket
wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan
penelusuran teori-teori yang relevan dengan penelitian dan bermanfaat bagi
masalah penelitian. Selain itu, dalam kerangka pemikiran teoritis juga dijelaskan
mengenai metode atau teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun
kerangka pemikiran teoritis penelitian ini adalah :
3.1.1
Karakteristik Konsumen
Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku
dalam proses pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari pengetahuan dan
pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi
konsumen (Sumarwan, 2003). Karakteristik demografi dapat dilihat dari faktorfaktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa,
pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografis, dan kelas sosial.
Karakteristik demografi berkaitan dengan konsep sub-budaya yang membagi
masyarakat ke dalam kelompok-kelompok. Pembagian kelompok tersebut
biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, pekerjaan dan
sebagainya. Perbedaan pada kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat
menjadi dasar pada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi.
Kepribadian konsumen dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian
yang dapat dilihat pada tahap pencarian informasi. Konsumen yang memiliki
kepribadian suka mencari informasi, maka konsumen akan meluangkan waktunya
untuk mencari informasi tentang suatu produk atau jasa tertentu. Selain
kepribadian, factor pendidikan menjadi faktor penting dalam proses keputusan
pembelian. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan membuat konsumen
senang untuk mencari informasi tentang suatu produk atau jasa sebelum
memutuskan untuk membelinya (Sumarwan, 2003). Pendidikan juga erat
kaitannya dengan pekerjaan karena pendidikan akan mempengaruhi cara pandang
dan persepsi terhadap suatu produk. Hal tersebut akan berpengaruh pada
19
pengetahuan dan pengalaman untuk termotivasi dalam keputusan pembelian
produk.
Usia menjadi karakteristik yang penting untuk dipahami oleh pemasar
(Sumarwan, 2003). Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk
yang berbeda. Para pemasar harus mengetahui dengan jelas komposisi dan
distribusi penduduk jika usia menjadi dasar dari segmentasi produk atau jasanya.
Tingkat pendapatan juga menjadi karakteristik konsumen yang penting untuk
diketahui oleh pemasar. Jumlah pendapatan dakan menggambarkan besarnya daya
beli dari konsumen (Sumarwan, 2003). Daya beli menjadi indikator yang penting
bagi pemasar dalam jumlah produk atau jenis jasa yang dapat dibeli oleh
konsumen.
Hamidah (2004) mendefinisikan karakteristik konsumen sebagai suatu
variabel yang menggambarkan konsumen, variabel tersebut antara lain dilihat
berdasarkan gaya hidup, demografis, dan karakteristik personalia. Karakteristik
konsumen berhubungan erat dengan perilaku konsumen, yaitu dari adanya
karakteristik konsumen maka akan tercipta suatu perilaku konsumen yang
memiliki ciri tersendiri.
Menurut Kotler (2007), karakteristik konsumen dapat mempengaruhi
keputusan pembelian yang dapat berdampak langsung dalam perilaku konsumen.
Pengaruh karakteristik konsumen terhadap keputusan pembelian dapat dilihat dari
gaya hidup konsumen, usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, dan konsep
dalam individu terkait.
Menurut Engel et all (1994), terdapat tiga variabel yang berguna dalam
menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar target, yaitu
kepribadian, psikografi dan demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon
yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi digunakan sebagai
ukuran operasional dalam gaya hidup, yaitu pada pengukuran kegiatan, minat dan
opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil demografi adalah meliputi
usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, tempat tinggal, ukuran
keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Perbedaan kondisi demografi
konsumen akan mempengaruhi konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan
perbedaan kebutuhan, selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu
20
mengetahui dengan pasti variabel demografi yang dijadikan dasar untuk
segmentasi pasar produknya.
Karakteristik konsumen yang digunakan dalam penelitian di agrowisata
lebih diutamakan untuk melihat kondisi konsumen berdasarkan status pernikahan,
pendidikan dan pendapatan. Hal ini karena agrowisata merupakan suatu objek
wisata yang memiliki ciri khas tertentu yang kemungkinan tidak semua kalangan
masyarakat ingin mengunjunginya.
3.1.2 Konsumen dan Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) konsumen diibaratkan raja
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menilai dan menanggapi semua
pengaruh yang ada untuk memutuskan suatu pembelian. Hasil penilaian tersebut
akan mempengaruhi perusahaan yang menjual suatu produk menyesuaikan
dengan keinginan serta motivasi konsumen. Bujukan dan pengaruh konsumen
memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum,
etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Sumarwan (2002) membagi konsumen menjadi dua jenis, yaitu konsumen
individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang
membeli suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,
sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang meliputi suatu organisasi
atau sekumpulan individu yang membeli suatu produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan organisasi atau kelompoknya.
Pengertian konsumen menurut Kotler (2007) yaitu konsumen merupakan
individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang
atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Secara umum, konsumen
dapat diartikan sebagai setiap individu yang memakai suatu produk atau jasa
untuk kebutuhan pribadinya atau kelompoknya serta kebutuhan makhluk hidup
lainnya yang tidak diperdagangkan.
Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengiringi tindakan ini (Engel,
Blackwell, dan Miniard, 1994). Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
21
kegiatan persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang
berkuasa dan dengan maksud tertentu.
Menurut Sumarwan (2002), perilaku konsumen adalah seluruh kegiatan
berupa tindakan dari proses psikografi untuk melakukan suatu pembelian mulai
dari awal membeli produk atau jasa sampai menggunakannya dan kemudian
menghabiskannya. Selain itu, perilaku konsumen dapat juga disebut sebagai
aktivitas untuk mengevaluasi pembelian yang telah dilakukan.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), perilaku konsumen adalah suatu
perilaku yang menggambarkan pencarian, pembelian, penggunaan, evaluasi dan
penentuan produk atau jasa yang akan memberikan kepuasan atas kebutuhan
mereka.
Perilaku
konsumen
fokus
memperhatikan
bagaimana
individu
memanfaatkan atau menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk
melakukan konsumsi suatu barang atau jasa. Hal tersebut meliputi alasan
membeli, apa yang dibeli, kapan dan dimana melakukan pembelian, serta evaluasi
dari pembelian yang telah dilakukan untuk memperoleh referensi dalam
pembelian berikutnya.
3.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Engel et al (1994) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang
dilakukan konsumen harus melalui tahapan dalam proses pembelian. Tahapan
dalam proses pengambilan keputusan tersebut antara lain :
1.
Pengenalan kebutuhan : konsumen mempersepsikan perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Pada tahap ini
konsumen mencari manfaat apa yang akan diperoleh dalam mengkonsumsi
suatu produk atau jasa termasuk juga mengungkapkan motivasi apa
sehingga konsumen ingin mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.
2.
Pencarian informasi : konsumen berusaha mendapatkan informasi
mengenai produk atau jasa yang ingin dibeli. Sumber informasi ini berasal
dari dalam individu konsumen sendiri melalui pencarian informasi yang
tersimpan dalam ingatan. Sumber informasi lainnya dapat berasal dari
lingkungan yang berkaitan atau relevan dengan suatu produk atau jasa
yang diinginkan.
22
3.
Evaluasi alternatif : konsumen menentukan kriteria dan alternatif pilihan,
kemudian menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan serta
memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan
akhir. Memilih alternatif pada kriteria evaluasi konsumen menggunakan
atribut tertentu seperti rasa, warna, harga.
4.
Pembelian : konsumen memperoleh alternatif yang dipilih yaitu memilih
alternatif yang paling menonjol atau alternatif lain yang dapat diterima bila
perlu.
5.
Evaluasi pembelian : konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang
dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.
Kotler (2000) memaparkan proses pembelian dimulai jauh sebelum
pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu.
Pengambilan keputusan konsumen harus melalui lima tahap dalam proses
pembelian suatu produk, namun urutan itu tidak berlaku terutama atas pembelian
dengan keterlibatan yang rendah. Tahapan proses pengambilan keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut yaitu pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian seperti terlihat pada Gambar 1.
Pengenalan
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Evaluasi
masalah
informasi
alternatif
pembelian
pembelian
Gambar 1. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Engel et all (1994)
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan atau
masalah dimana konsumen merasakan adanya perbedaan antara kondisi aktual
dengan yang diinginkan. Hal ini terjadi karena stimulus internal (seperti rasa haus
dan lapar) atau stimulus eksternal (iklan, pajangan produk). Engel et all (1994)
mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian suatu produk atau jasa terjadi
ketika kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut
disebabkan ketidaksesuaian yang terjadi pada kondisi actual dengan kondisi yang
23
diinginkan oleh konsumen, sehingga berada pada suatu tingkat ambang. Jika
ketidaksesuaian tersebut berada
di bawah tingkat ambang, maka pengenalan
kebutuhan pun tidak terjadi.
Pencarian Informasi
Menurut Kotler (2000), sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari
empat kelompok, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kerabat.
Sumber komersil : iklan, tenaga penjual, pedagang dan perantara.
Sumber publik : media massa, organisasi penilaian konsumen.
Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
Evaluasi Alternatif
Kotler (2000) mengemukakan bahwa konsumen yang melakukan evaluasi
alternatif berusaha memuaskan kebutuhan dan mencari manfaat tertentu dari
solusi produk atau jasa. Konsumen akan emmandang produk atau jasa sebagai
serangkaian produk dengan atribut yang berbeda. Atribut-atribut produk yang
dianggap relevan dan menonjol akan emndapat perhatian dari konsumen. Selain
itu, pasar suatu produk dapat disegmentasikan berdasarkan atribut-atribut yang
menonjol bagi kelompok atau konsumen yang berbeda.
Pembelian
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan
pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif produk yang disukai. Faktorfaktor tersebut yaitu : (a) intensitas dari pendirian negatif orang lain, (b) motivasi
konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Adapun langkah-langkah antara
evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terlihat pada Gambar 2.
24
Pendirian
orang lain
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Maksud
pembelian
Situasi yang
tidak
diantisipasi
Gambar 2. Langkah-Langkah antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan
Pembelian
Sumber : Engel et all (1994)
Menurut Kotler (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pembelian adalah :
a. Faktor budaya : kultur, sub-kultur, dan kelas social.
b. Faktor sosial : kelompok acuan, keluarga, peranan dan status.
c. Faktor kepribadian : usia dan tingkatan kehidupan, jabatan, keadaan
ekonomi, gaya hidup dan kepribadian serta konsep diri.
d. Faktor kejiwaan : motivasi, pandangan, belajar, kepercayaan, dan
sikap.
Evaluasi Pembelian
Perilaku konsumen setelah proses pembelian yaitu konsumen akan
mengalami
suatu
tingkat
kepuasan
dan
ketidakpuasan.
Hal
ini
akan
mempengaruhi tindakan pembelian selanjutnya. Konsumen yang tidak puas akan
menghentikan pembelian produk atau akan menceritakan yang kuranng baik
kepada orang lain. Hal ini akan memberikan pengaruh buruk terhadap produk atau
jasa tertentu. Sebaliknya jika konsumen puas maka mereka akan melakukan
pembelian selanjutnya (loyal) dan mengkonsumsi produk untuk jangka panjang.
Kotler (2000) menggambarkan bagaimana konsumen menangani ketidakpuasan
dari konsumsi suatu produk, seperti terlihat pada Gambar 3.
25
Mengadu langsung ke
perusahaan
Mengambil
tindakan
Mengambil
tindakan
umum
Mengambil tindakan
hukum untuk
memperoleh tanggapan
Mengadu ke badan
swasta atau pemerintah
Terjadi
ketidakpuasan
Tidak
mengambil
tindakan
Mengambil
tindakan
pribadi
Memutuskan untuk
berhenti membeli
produk atau
memboikot penjual
Memperingatkan
teman-teman
mengenai produk dan
atau menjual
Gambar 3. Bagaimana Konsumen Menangani Ketidakpuasan (Kotler 2000)
Konsumen membentuk harapan mereka atas pesan-pesan yang diterima
dari penjual/pemasar, teman dan sumber informasi lainnya. Jika penjual
membesar-besarkan menfaat produk, kemungkinan konsumen akan mengalami
harapan yang tidak tercapai yang menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar
jarak antara harapan dengan hasil yang dirasakan maka semakin besar
ketidakpuasan.
3.1.4 Preferensi Konsumen
Menurut Tasman dalam Teori Preferensi Konsumen menyatakan bahwa
preferensi konsumen terjadi ketika terdapat dua pilihan atau lebih produk atau jasa
untuk dikonsumsi dan konsumen dapat memilih di antara semua pilihan yang ada
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pemilihan konsumen terhadap suatu produk
26
atau jasa yang tersedia dilakukan dengan meranking sekumpulan barang yang ada
sesuai dengan keinginan mereka. Preferensi konsumen sangat bergantung pada
kebutuhan dan kesenangan tiap individu, sehingga pada hasil akhirnya antara satu
individu dengan individu lain dapat berbeda. Oleh karena itu, dalam menentukan
preferensi konsumen harus memperhatikan bahwa setiap konsumen memiliki
preferensi masing-masing, setiap individu dapat menilai suatu barang misalnya A
dan B dimana A lebih disukai daripada B atau B lebih disukai daripada A atau
kemungkinan A dan B sama-sama disukai.
Menurut Nicholson (1995) semua analisis tentang pilihan konsumen
dimulai dari preferensi konsumen, yaitu proses menilai suatu produk atau barang
yang dilakukan oleh konsumen dimana konsumen dapat menyatakan bahwa
barang A lebih disukai daripada barang B atau sebaliknya. Adapun hubungan
preferensi dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain :
1.
Kelengkapan, yaitu suatu situasi dimana individu selalu dapat menentukan
pilihannya diantara tiga pilihan berikut :
Saya lebih menyukai A daripada B.
Saya lebih menyukai B daripada A.
Bagi saya A dan B sama-sama saya sukai.
2.
Transitivitas, yaitu kondisi dimana konsumen dapat menentukan suatu
produk atau jasa yang dipilihnya juga mewakilkan pemilihan terhadap
produk atau jasa lainnya. Hal tersebut dapat dicontohkan ketika konsumen
lebih memilih barang A daripada barang B, dan lebih memilih barang B
daripada barang C. Kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen
lebih memilih barang A daripada barang C.
3.
Kontinuitas, yaitu kondisi dimana ketika konsumen lebih memilih suatu
produk atau jasa tertentu maka adanya kemiripan dari produk atau jasa
yang dipilih dapat mewakilkan pilihan konsumen tersebut dengan
keputusan pilihan yang sama. Hal tersebut dapat dicontohkan ketika
konsumen lebih menyukai barang A daripada B, maka ketika ada barang
yang mirip dengan barang A, konsumen harus pula lebih menyukai barang
yang memiliki kemiripan tersebut.
27
Kotler (2000) mendefinisikan preferensi konsumen sebagai pilihan suka
atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang
dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai
pilihan produk yang ada.
3.1.5 Atribut Produk
Atribut produk adalah sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung dalam
suatu produk dan yang nantinya akan menjadi penentu serta pertimbangan
konsumen untuk menyenangi dan kemudian membeli produk tersebut. Atribut
produk dapat dibagi menjadi dua yaitu atribut teknis (fungsional) dan atribut non
teknis (emosional). Atribut teknis pada suatu produk hanya menampilkan daya
guna produk tersebut. Sedangkan atribut non teknis bukan hanya menampilkan
daya guna saja tetapi juga daya beda dan daya tarik pada suatu produk.
Menurut Engel et al (1994), atribut produk adalah karakteristik suatu
produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan
dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya. Pelaku pasar
(penjual) perlu mengetahui sikap konsumen yang mendukung atau tidak
mendukung produk mereka. Pelaku penjualan perlu untuk mengerti alasan pada
sikap ini, terutama pada atribut yang diinginkan konsumen seperti pada tipe ciri
dan tipe manfaat. Atribut pada tipe ciri dapat berupa ukuran, atau karakteristik
suatu produk (rasa, warna, dan harga). Sementara manfaat dapat berupa
kesenangan yang berhubungan dengan panca indera atau manfaat non material
seperti kesehatan.
Kotler (2005) menyatakan bahwa atribut produk adalah mutu ciri
(keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan), dan model produk (produk
untuk melaksanakan fungsinya meliputi keawetan, keandalan, ketepatan,
kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut lainnya).
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa atribut produk terdiri dari dua tipe,
yaitu : atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik
dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik
subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen.
28
3.1.6 Paket Wisata
Paket wisata adalah suatu strategi yang dilakukan perusahaan dalam hal
pemasaran. Paket wisata dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke
perusahaannya. Paket wisata umumnya ditawarkan oleh perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa.
3.1.7 Analisis Deskriptif
Menurut Hasan (2004), analisis deskriptif adalah suatu bentuk analisis data
penelitian yang dilakukan untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan
satu sampel. Analisis ini dapat menggunakan satu variabel atau lebih yang bersifat
mandiri sehingga analisis ini tidak dapat menggambarkan suatu hubungan atau
perbandingan. Selain itu, analisis ini hanya memberikan gambaran tentang suatu
fenomena atau kondisi tertentu.
Menurut Suryoatmono (2004), analisis deskriptif adalah suatu analisis
yang hasil akhirnya menggambarkan atau menjelaskan suatu kondisi kelompok
tertentu yang memberikan kesimpulan hanya untuk kelompok itu. Menurut
Sudjana (1996), hasil dari analisis deskriptif tidak dapat menggambarkan kondisi
dari populasi lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian.
3.1.8 Analisis Konjoin
Analisis konjoin sudah relatif lama dikenal dan diaplikasikan dalam
berbagai riset sejak tahun 1971. Suatu studi menunjukkan bahwa alat analisis ini
diaplikasikan tidak kurang dari 400 riset perusahaan-perusahaan di dunia setiap
tahunnya selama dekade 1980-an. Alat analisis ini banyak diterima karena luasnya
ruang lingkup aplikasi, khususnya untuk menyeleksi fitur atau atribut dalam
pengembangan produk dan jasa (Malhotra 1998 dalam Firdaus 2008).
Analisis konjoin tergolong metode tidak langsung (indirect method).
Kesimpulan diambil berdasarkan respons subjek terhadap perubahan sejumlah
atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja atribut suatu produk
atau merek. (Simamora 2005). Tujuan dari analisis konjoin adalah untuk
mengetahui preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang nantinya
29
dapat digunakan untuk mereancang suatu inovasi baru untuk meningkatkan
pemasaran.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan kebutuhan konsumen akan objek wisata merupakan peluang
untuk menjalankan suatu usaha. Agrowisata merupakan salah satu objek wisata
yang banyak dikunjungi karena memiliki daya tarik tersendiri yaitu keunikan
dalam mengelola alam menjadi kawasan wisata dengan pengaturan yang sesuai
sehingga memberikan kesan adanya pemandangan indah. Selain itu, daya tarik
agrowisata adalah suatu wisata yang dapat memberikan pengalaman baru bagi
wisatawan
seperti
pengalaman
memetik
buah
langsung
dari
pohon.
Pengembangan agrowisata penting untuk dilakukan agar manfaat agrowisata
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat khususnya yang berada di sekitar lokasi
agrowisata.
Kusuma Agrowisata merupakan salah satu objek wisata alam yang
mencoba menawarkan beberapa paket wisata menarik untuk meningkatkan daya
saingnya dengan para pesaing di sekitarnya. Akan tetapi, kondisi yang terjadi di
Kusuma Agrowisata adalah penetapan paket wisata tersebut hanya berdasarkan
pada keperluan manajemen usaha tanpa melihat keinginan pengunjung. Kondisi
tersebut mengakibatkan kurangnya minat pengunjung untuk kembali berwisata
hingga akhirnya jumlah total pengunjung mengalami penurunan pada tahun
tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat preferensi
konsumen terhadap atribut paket wisata yang ditawarkan Kusuma Agrowisata dan
juga melihat proses pengambilan keputusan pengunjung untuk melakukan wisata
ke Kusuma Agrowisata.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konjoin
dan analisis deskriptif. Analisis konjoin digunakan untuk mengetahui preferensi
konsumen terhadap atribut-atribut paket wisata. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengetahui karaktreristik konsumen dan proses pengambilan keputusan
untuk mengunjungi Kusuma Agrowisata. Hasil akhir dari analisis ini adalah
penetapan kombinasi paket wisata yang sesuai dengan keinginan konsumen.
30
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan mampu untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dalam mengelola paket wisata dengan
merumuskan desain paket wisata yang tepat sesuai kebutuhan dan keinginan
konsumen. Selain itu, perusahaan juga tetap memperhitungkan biaya produksi
yang dikeluarkan serta administrasi manajemen perusahaan. Dengan hal tersebut
diharapkan perusahaan mampu untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan
jumlah pengunjungnya. Hasil yang diperoleh dari analisis ini akan diserahkan
kepada perusahaan dan diberikan kebebasan kepada perusahaan untuk
mengelolanya. Jadi, keberlanjutan pelaksanaan dari hasil analisis ini menjadi hak
perusahaan sepenuhnya tanpa ada penanggung jawab dari penulis. Adapun
kerangka pemikiran secara skematik dapat dilihat pada Gambar 4.
31
Fakta:
1. Kusuma Agrowisata menetapkan paket wisata belum mengandung
keseluruhan unsur yang sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Terjadi penurunan jumlah pengunjung Kusuma Agrowisata pada tahun
tertentu sedangkan objek wisata lain mengalami peningkatan
pengunjung pada tahun yang sama.
Masalah :
1. Bagaimana karakteristik dominan responden yang berkaitan dengan
keputusan untuk membeli paket wisata Kusuma Agrowisata
2. Bagaimana proses keputusan pembelian paket wisata Kusuma
Agrowisata
3. Bagaimana preferensi pengunjung terhadap paket wisata Kusuma
Agrowisata
Karakteristik
pengunjung
Kusuma
Agrowisata :
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Tingkat
pendapatan
Tingkat
Pendidikan
Kota Asal
Status
pernikahan
Pekerjaan
Jenis
Pekerjaan
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Evaluasi pembelian
Atribut :
Harga paket
wisata
Wisata petik
Arena
bermain
Presentasi
budidaya
Analisis deskriptif
Analisis konjoin
Proses pengambilan
keputusan berkunjung ke
Kusuma Agrowisata dan
karakteristik pengunjung
Preferensi konsumen
terhadap paket wisata di
Kusuma Agrowisata
Hasil preferensi konsumen dan penetapan paket wisata yang sesuai dengan
keinginan konsumen dan kondisi manajemen Kusuma Agrowisata untuk
mampu meningkatkan jumlah pengunjung
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
32
Download