1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme
organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Penggunaan kayu sebagai bahan
baku industri sangat beraneka ragam sehingga kebutuhan akan kayu terus meningkat.
Peningkatan kebutuhan bahan baku industri tersebut mengakibatkan pemanfaatan
berbagai jenis kayu. Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang mampu
menghasilkan berbagai jenis kayu merupakan modal dasar bagi pertumbuhan industri
pengolahan kayu. Peluang untuk tereksploitasinya biodiversitas dalam hutan tersebut
juga dapat meningkat.
Berdasarkan data statistik Kementerian Perindustrian tahun 2013 bahwa
rata-rata pertumbuhan sektor industri barang kayu dan hasil hutan pada beberapa
tahun terakhir cenderung negatif. Pada tahun 2009 minus 1,4%, serta pada tahun 2010
dan 2012 minus mencapai 3,5% dan 2,8%. Pertumbuhan negatif industri barang kayu
dan hasil hutan dipicu oleh beberapa hal. Salah satu alasan terjadinya penurunan
tersebut yaitu suplai bahan baku yang sedikit.
Jenis-jenis fast growing dipilih untuk mengatasi masalah kekurangan suplai
bahan baku industri karena tidak membutuhkan waktu lama untuk dipanen hasilnya.
Menurut Nyland (1996), selama ini kebanyakan spesies daun lebar memiliki tunas
1
2
yang banyak sewaktu muda sehingga lebih memungkinkan untuk dilakukan
perkembangbiakan secara vegetatif. Hal ini lebih mudah dilakukan terutama pada
permudaan tegakan dengan rotasi yang pendek (fast growing species) seperti
Eucalyptus, Gmelina arborea, Populus sp., dan Salix sp. yang biasanya digunakan
sebagai bahan kayu bakar maupun bahan baku serat. Pohon gmelina merupakan salah
satu jenis fast growing yang mampu tumbuh di Indonesia. Permudaan dapat
dilakukan melalui biji (generatif) maupun vegetatif (Hossain, 1999).
Pembiakan secara vegetatif berupa kultur jaringan, sambungan, okulasi,
cangkok, dan stek (Pudjiono, 2008). Salah satu tipe permudaan vegetatif secara alami
yang masih kurang dikembangkan adalah melalui trubusan. Data Perum Perhutani
KPH Nganjuk menunjukkan bahwa pada tahun 2003 luas trubusan jati yang mampu
dikembangkan mencapai 85 Ha. Selain jenis jati, pohon gmelina merupakan salah
satu jenis pohon yang mampu tumbuh melalui trubusan. Trubusan merupakan
tumbuhan muda yang baru timbul dari tunggul/tunggak (Sunarno, 1997). Salah satu
keuntungan pembiakan vegetatif yaitu pertumbuhannya yang lebih cepat, seringkali
tanaman hasil pembiakan seksual tumbuh lebih lambat bila dibandingkan dengan
hasil pembiakan vegetatif (Suginingsih dkk., 2008). Oleh karena itu, pertumbuhan
trubusan jenis fast growing seperti gmelina diharapkan dapat meningkatkan pasokan
bahan baku industri.
Untuk mengetahui kualitas kayu dari trubusan dan anakan dapat juga dilihat
melalui gambaran struktur kayu yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh
Puspitasari (2004) menunjukkan bahwa jenis permudaan biji dan trubusan pada kayu
3
sengon tidak terdapat perbedaan yang nyata pada sifat anatomi kayu baik proporsi sel
dan dimensi serat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian guna mengetahui nilai
dimensi serat dan proporsi sel kayu gmelina dari permudaan biji dan trubusan.
Casey (1960), menyatakan bahwa sifat struktur dan anatomi seperti proporsi
sel dan dimensi serat mempunyai sifat dan ukuran yang bervariasi yaitu tergantung
dari spesies kayu, posisi atau letak dalam batang kayu, serta pertumbuhan kayu. Pada
kedudukan radial variasi sifat-sifat kayu disebabkan oleh keadaan lingkungan dan
perbedaan musim tumbuh yang selalu berubah, serta adanya kehadiran kayu juvenil
(Bowyer dkk, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang variasi sifat
kayu gmelina pada kedudukan radial.
Alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri yang cukup
potensial adalah dari hutan rakyat. Pemerintah mulai melakukan pembangunan dan
pengembangan hutan rakyat sebagai salah satu alternatif penyedia bahan baku kayu.
Berdasarkan data dari Ditjen BPDAS dan Perhutanan Sosial (2010), luas hutan rakyat
di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 16.754,50 Ha. Umumnya pohon gmelina
ditanam luas pada areal HTI (hutan tanaman industri) sehingga penelitian mengenai
kayu gmelina yang berasal dari hutan rakyat diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi tentang kualitas kayu dari hutan rakyat.
4
1.2 Tujuan
1. Membandingkan hasil dari variasi proporsi sel dan dimensi serat kayu melina
jenis permudaan biji dan trubusan.
2. Mengetahui variasi proporsi sel dan dimensi serat kayu melina pada kedudukan
arah radial.
3. Mengetahui variasi proporsi sel dan dimensi serat kayu melina jenis permudaan
dari biji dan trubusan.
4. Mengetahui periode juvenil pada kayu melina jenis permudaan biji dan trubusan
1.3 Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi mengenai sifat anatomi kayu gmelina yang
diperoleh melalui permudaan biji dan trubusan dari hutan rakyat yang tumbuh di
Desa Sumberagung, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro sehingga dalam
penggunaannya supaya disesuaikan dengan sifat kayunya untuk meningkatkan nilai
dari produk yang dihasilkan.
Download