bab 5 simpulan, diskusi, dan saran - Library Binus

advertisement
BAB 5
SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
.Berdasarkan uji One Way ANOVA, menujukan nilai signifikansi penelitian.
Signifikansi sebesar 0,082 > 0,05. dimana tidak ada perbedaan signifikan pada dua
kelompok yang diteliti, F(5, 93) = 2,024; p > 0,05, maka Ho dari penelitian ini diterima
dan Ha ditolak. Yang artinya kecerdasan emosi tidak berbeda secara signifikan tinjau
dari gaya pengelolaan konflik pada mahasiswa psikologi Binus University.
5.2 Diskusi
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah perbedaan kecerdasan emosi
ditinjau dari gaya pengelolaan konflik pada mahasiswa psikologi Binus University
menunjukkan nilai signifikansi 0,082 > 0,05 artinya kecerdasan emosi tidak berbeda
secara signifikan tinjau dari gaya pengelolaan konflik pada mahasiswa psikologi Binus
University. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Wirawan (2010)
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya pengelolaan konflik adalah
kecerdasan emosi dikarenakan keterampilan individu dalam mengelola emosi menjadi
salah satu faktor menentukan gaya pengelolaan konflik. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imran (2013. Bahwa dalam mengelola
konflik membutuhkan strategi-strategi pilihan dimana bergantung pada keterampilan
mengelola dari seorang individu yang disebut kecerdasan emosi Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pooya, dkk. (2013) tentang hubungan
antara kecerdasan emosi dan strategi pengelolaan konflik pada 90 karyawan perusahaan
gas di provinsi Golestan, Iran menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
kecerdasan emosi dengan gaya pengelolaan konflik.. Pada penelitian Pooya, dkk.,
aspek-aspek kecerdasan kecerdasan emosi yang dijabarkan oleh Goleman (1999) yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, empati, motivasi, dan keterampilan sosial dihubungkan
dengan gaya pengelolaan konflik menghindar, kompetisi, kolaborasi , dan kompromi
secara statistik tidak berkorelasi secara signifikan. Pada penelitian Pooya, dkk. (2013)
jumlah subyek penelitiannya adalah 90 namun yang valid dan dapat diolah datanya
hanya 79 subyek penelitian. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Heris dan Heris (2011) tentang hubungan antara kcerdasa emosi
dan strategi pengelolaan konflik pada ahli pendidikan jasmani dari berbagai universitas
67
68
negeri di Tehran , Iran menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kecerdasan
emosi dengan gaya pengelolaan konflik. Pada penelitian ini, Heris dan Heris (2011), ada
korelasi positif signifikan antaara kecerdasan emosi dan gaya pengelolaan konflik
kolaborasi. Ada korelasi posiif signifikan antara kecerdasan emosi dengan gaya
pengelolaan konflik kompetisi. Ada korelasi positif signifikan antara kecerdasan emosi
dengan gaya pengelolaan konflik kompromi, Ada korelasi positif signifikan antaara
kecerdasan emosi dengan gaya pengelolaan konflik menghindar. Namun, tidak ada
korelasi signifikan antara kecerdasan emosi dengan gaya pengelolaan konflik
akomodasi. Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan oleh Heris dan Heris (2011)
menunjukan bahwa ada korelasi positif signifikan antara kecerdasan emosi dengan gaya
pengelolaan konflik.
Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya perbedaan kecerdasan emosi ditinjau dari
gaya pengelolaan konflik pada mahasiswa psikologi Binus University karena tidak
mencari nilai mean aspek-aspek kecerdasan emosiyang dijabarkan oleh Goleman (1999)
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, empati, motivasi, dan keterampilan sosial pada
gaya pengelolaan konflik kompetisi, kolaborasi, kompromi, menghindar, akomodasi,
dan lain-lain.
Dari segi tingkat kecerdasan emosi juga mayoritas mahasiswa psikologi Binus
University yang memiliki kecerdasan emosi sedang diikuti dengan yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi. Tidak ditemukannya mahasiswa psikologi yang memiliki
kecerdasan emosi rendah kemungkinan juga mempengaruhi hasil penelitian ini.
Tidak signifikannya hasil penelitian juga kemungkinan karena peneliti tidak
menjadikan faktor yang mempengaruhi gaya pengelolaan konflik sebagai variabel
penelitian salah satunya adalah faktor kepribadian (Wirawan, 2010). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Safitri, dkk. (2013), tentang gaya manajemen konflik dan
kepribadian Big-Five ditemukan hasil individu yang memiliki kepribadian openness
yang tinggi menunjukkan kecenderungan untuk melakukan berbagai gaya pengelolaan
konflik sekaligus (kompromi, kolaborasi, akomodasi, dan kompetsi). Individu yng
memiliki derajat kepribadian conscientiousness yang tinggi berasosiasi dengan gaya
manajemen konflik kompromi. Individu dengan kepribadian extraversion yang tinggi
cenderung menggunakan gaya pengelolaan konflik kolaborasi dan tidak menerapkan
gaya menghindar (avoidance). Derajat kepribadian agreeableness yang tinggi
69
berasosiasi positif dengan gaya pengelolaan konflik kompromi dan kolaborasi.
Kepribadian neuroticism yang tinggi berasosiasi positif dengan gaya pengelolaan
konflik menghindar (avoidance).
Pada saat penyebaran kuesioner, peneliti melihat tentang sumber penyebab
konflik pada mahasiswa psikologi Binus University dan hasil menunjukkan bahwa
sumber penyebab konflik yang banyak dipilih sebagai peringkat pertama antara lain
perbedaan pendapat, kesalahan persepsi atau stereotype dan kesalahan dalam
berkomunikasi namun peneliti tidak menjadikan sumber konflik sebagai variabel
penelitian. Sumber penyebab konflik pada setiap individu berbeda-beda dan peneliti
berasumsi bahwa sumber penyebab konflik juga dapat memberikan kontribusi dalam
pemilihan gaya pengelolaan konflik seorang individu.
5.3 Saran
Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran-saran yang dirasa akan dapat lebih
memperkaya pada penelitian selanjutnya. Dikarenakan sudah banyak penelitian yang
dilakukan mengenai mengenai hubungan kecerdasan emosi dan gaya pengelolaan
konflik, dianjurkan agar melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya pengelolaan konflik salah satunya adalah sumber penyebab konflik
(Moore dalam Ruman,dkk., 2013; Janasz, dkk., 2006; Nurhidayah, 2011) dan faktor
kepribadian (Wirawan, 2010) dengan menjadikanya sebagai variabel penelitian.
Pada penelitian selanjutnya juga disarankan untuk meneliti aspek-aspek
kecerdasan emosi atau dengan gaya pengelolaan konflik. Selain itu, jumlah responden
dalam penelitian juga harus lebih banyak agar dapat terlihat lebih banyak lagi
keberagaman dari tingkat kecerdasan emosi dan gaya pengelolaan pengelolaan
konfliknya. Seperti saran yang diungkapkan oleh Kerlinger dan Lee (2000) agar peneliti
menggunakan sebanyak mungkin sampel, untuk menghasilkan statistik yang lebih
akurat.
70
Download