BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN 1. Pengertian Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010). Kehamilan merupakan waktu transisi, yaitu suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan penyatuan anatara spermatozoa dan ovum yang berimplantasi untuk memiliki seorang anak yang dikandungnya sampai anak tersebut lahir. 2. Tujuan Asuhan Kebidanan Menurut Ari Sulistyawati tahun 2011 asuhan kebidanan terdapat 6 tujuan, yaitu : a. Memantau kemaujuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta social ibu dan bayi. 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 11 c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan. d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal. f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal. 3. Standar Asuhan Kehamilan Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal : a. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu). b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu). c. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu) (Sulistyawati, 2011) 4. Hak-hak Wanita Hamil a. Memperoleh pendidikan dan informasi b. Mendapat jaminan dari pemerintah untuk mendapatkan yang benar dari suatu kehamilan tanpa risiko yang berarti. c. Memperoleh gizi yang cukup. d. Wanita bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya. e. Berhak untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi dan hukuman, seperti dikucilkan oleh masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 12 f. Berhak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan diri dan bayinya. (Sulistyawati, 2011) 5. Tanda-tanda Kehamilan a. Tanda – tanda tidak pasti hamil 1) Amenorea (tidak mendapat haid) 2) Mual dan muntah (nausea and vomiting) 3) Mengidam (ingin makanan khusus) 4) Pingsan 5) Lelah (fatigue) 6) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri. 7) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. 8) Konstipasi / obstipasi. 9) Pigmentasi kulit. 10) Epulis.. 11) Varises b. Tanda – tanda kemungkinan hamil 1) Perut membesar. 2) Uterus membesar. 3) Tanda hegar : ditemukannya serviks dan istmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu. 4) Tanda chadwick : perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. tanda tersebut timbul akibat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 13 pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen. 5) Tanda piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. 6) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika di rangsang = braxtonhicks. 7) Teraba balotement. 8) Reaksi kehamilan positif. c. Tanda pasti (tanda positif) 1) Gerakan janin. 2) Denyut jantung janin : 3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen. 6. Gejala Kehamilan (Sukarni dan Wahyu, 2013) a. Amenorea. b. Perubahan payudara. c. Mual dan muntah. d. Frekuensi berkemih. e. Leukorea (keputihan). f. Tanda chadwick’s (bercak keunguan pada vagina). g. Quickening. h. Sembelit. 7. Fisiologi Kehamilan(total cairan di dalam tubuh kehamilan seorang ibu) Cairan dalam tubuh ibu meningkat sampai rata-rata 8,5 liter dan terdiri dari : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 14 a. Cairan fetus. b. Cairan amnion. c. Jaringan plasenta. d. Jaringan maternal. e. Edema. f. Hidrasi yang meningkat dari meningkat dari substensi dasar jaringan konektif. 8. Perubahan Fisiologik dan Hormonal pada Kehamilan Pengetahuan mengenai perubahan fisiologik kehamilan pada awal kehamilan sangat penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan. Tanda-tanda presumtif merupakan perubahan fisiologis pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa dirinya telah hamil.Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomik dan fisiologik selain selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa.Tandatanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa misalnya seperti denyut jantung janin, gambaran sonogram janin dan gerakan janin (Prawirohardjo, 2010). 9. Perubahan yang Terjadi Saat Kehamilan (Sukarni dan Wahyu, 2013) a. Perubahan kulit Adanya hyperpigmentasi atau kelebihan pigmen pada tempattempat tertentu. b. Perubahan pada kelenjar Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 15 Kelenjar tiroid menjadi besar. c. Perubahan pada mamae (payudara) 1) Mamae membesar, tegang dan terasa sakit. 2) Vena dibawah kulit mamae membesar. 3) Hiperpigmentasi pada areola mamae. 4) Kelenjar Montgomery yang terletak dalam areola mamae membesar dan terlihat dari luar. d. Perubahan perut Perut akan kelihatan makin lama semakin membesar. e. Perubahan alat kelamin luar Pada alat kelamin luar terlihat kebiruan disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah. f. Perubahan pada tungkai Timbulnya varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. g. Sikap ibu pada waktu kehamilan agak tua Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang tersebut menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan keadaan uterus yang membesar. 10. Intervensi yang Dilakukan pada Ibu Hamil (Pinem, 2011) a. Trimester I 1) Memberikan imunisasi tetanus toksoid (TT) sedini mungkin (pada kunjungan antenatal yang pertama), kemudian satu kali lagi dengan jarak 4 minggu yang akan dating. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 16 2) Memberikan tablet besi. 3) Pengobatan atau penanganan penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan. 4) Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan. 5) Pemeriksaan laboratorium sederhana. b. Trimester II Pelayanan yang diberikan pada trimester II sama dengan pelayanan yang diberikan pada trimester I kehamilan ditambah dengan penyuluhan tentang : 1) Keuntungan memberikan ASI. 2) Persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif. 3) Persiapan persalinan. 4) Keluarga berencana post partum. c. Trimester III Pelayanan yang diberikan pada trimester III sama dengan pelayanan yang diberikan pada trimester II kehamilan ditambah dengan penyuluhan tentang : 1) Persiapan menghadapi persalinan, cara meneran yang baik pada kala II. 2) Perawatan bayi baru lahir. 3) Persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan. 4) Kemungkinan adanya komplikasi. 11. Asuhan ntenatal Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 17 melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Andrianz, 2008). 12. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan klinik untuk memperoleh asuhan antenatal dilakukan setiap empat minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk asuhan antenal dilakukan setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu keatas, kunjungan asuhan antenatal dilakukan setiap minggu sekali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4 (Andrianz, 2008). 13. Komplikasi pada Kehamilan (Manuaba, 2013) a. Trimester I 1) Hiperemesis gravidarum 2) Hamil ektopik 3) Abortus 4) Gravid dan infeksi b. Trimester II 1) Perdarahan 2) Abortus 3) Intrauterine Fetal Dead (IUFD) 4) Persalinan premature 5) Mola hidatidosa 6) Preeklamsia ringan dan berat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 18 7) Eklamsia c. Trimester III 1) Persalinan premature 2) Ketuban pecah dini 3) Perdarahan 4) IUFD 5) Kala I memanjang 6) Kala II lama 7) Operasi vaginal (ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep 8) Seksio sesaria 14. Deteksi Dini Kehamilan Menurut Kusmiyati (2008;h.149-157) menjelaskan tandatanda dini bahaya atau komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda, yaitu : a. Perdarahan pervaginam masa hamil muda. Perdarahan yang meliputi seperti abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa. b. Hipertensi gravidarum c. Nyeri perut pada kehamilan muda Deteksi dini nyeri perut pada kehamilan muda seperti adanya kista ovarium, apendisitis, sistitis, dan pielonefritis akut. d. Hipertensi pada hamil muda Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 19 15. Tanda Bahaya pada Kehamilan Lanjut Kusmiyati (2008;h.158) mengatakan tentang tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut, yaitu : a. Perdarahan pervaginam b. Sakit kepala hebat c. Penglihatan kabur d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan e. Bengkak pada muka dan jari tangan f. Keluar cairan pervaginam g. Gerakan janin tidak terasa B. PERSALINAN 1. Pengertian Persalinan adalah suatu proses alami ditandai dengan terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Pinem, 2011). Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan terbukanya serviks sampai keluarnya janin dan plasenta melalui jalan lahir. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 20 2. Sebab Mulainya Persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) a. Hormone estrogen Berfungs untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis. b. Progesterone Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. 3. Permulaan Persalinan a. Tanda persalinan sudah dekat 1) Lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. 2) Terjadinya his permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Cirri-ciri his palsu adalah sebagai berikut : a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah. b) Dating tidak teratur. c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tandatanda kemajuan persalinan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 21 d) Durasi pendek. e) Tidak bertambah bila beraktifitas. 4. Tanda Masuk dalam Persalinan a. Terjadinya his persalinan Karakter dari his persalinan adalah sebagai berikut : 1) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan. 2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar. 3) Terjadi perubahan pada serviks. b. Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan) Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : 1) Pendataran dan pembukaan. 2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas. 3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. c. Pengeluaran cairan Pengeluaran air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. 5. Tahapan Proses Persalinan a. Kala I Kala I berlangsung mulai dari timbulnya his (kontraksi uterus) secara teratur sampai pembukaan serviks lengkap (10 cm). Pada kala I terbagi dalam 2 fase, yaitu : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 22 1) Fase laten Dari pembukaan 0-3 cm. Pada saat ini terjadi perubahan serviks menjadi tipis, lamanya tidak lebih dari 8 jam. 2) Fase aktif Dari pembukaan 4-10 cm, serviks semakin tipis, kontraksi semakin sering, semakin kuat, dan semakin lama.Pada keadaan normal kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam. b. Kala II Dimulai dari pembukaan serviks lengkap dan berakhir setelah bayi lahir. Pada saat ini refleks ibu akan meneran pada saat ada his untuk mendorong bayi keluar. Meneran akan mempercepat kelahiran bayi lebih dari 30 menit. c. Kala III Dimulai dari bayi lahir sampai dengan plasenta lahir. d. Kala IV Dimuai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam sesudah itu. 6. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan normal adaalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). 7. Mendiagnosis Persalinan Persalinan patut dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu, pasien merasakan adanya nyeri abdoen berulang disertai keluarnya cairan lendir yang mengandung darah atau “bloody show”. Agar dapat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 23 mendiagnosis persalinan harus dipastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). 8. Alur Pelayanan Persalinan a. Melakukan anamnesa. b. Melakukan pemeriksaan fisik, yang meliputi : 1) Pemeriksaan fisik secara umum. 2) Pemeriksaan abdomen. 3) Inspeksi vulva. 4) Pemeriksaan dalam. 9. Intervensi yang Dilakukan dalam Pelayanan Persalinan a. Merujuk ibu ke rumah sakit jika mempunyai satu atau lebih dari riwayat dari hasil pemeriksaan fisik jika diemukan : 1) Gravida 5 atau lebih dari 35 tahun. 2) Pernah mengalami abortus 2 kali atau lebih. 3) Pernah melahirkan bayi lahir mati atau bayi meninggal sebelum berusia satu bulan. 4) Pernah mengalami perdarahan. 5) Pernah mengalami partus lama, retensio plasenta, perdarahan, bedah sesar, vacuum, forsep ekstraksi. 6) Pernah mengalami preeclampsia/eklampsi. b. Melakukan pertolongan persalinan Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan faktor risiko atau komplikasi yang dapat mempengaruhi proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin, maka pertolongan persalinan dapat dilakukan di tingkat puskesmas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 24 10. Penatalaksanaan Persalinan Kala I a. Perawatan ibu 1) Meberikan dukungan moril 2) Mengupayakan kenyamanan. 3) Mencegah dehidrasi. 4) Memelihara kebersihan. 5) Buang air besar 6) Buang air kecil. b. Pemantauan proses persalinan menggunakan partograf Partograf merupakan alat pencatatan perkembangan dan kemajuan persalinan serta pemantauan keadaan ibu dan janin dari waktu ke waktu. 11. Penatalaksanaan Persalinan Kala II dalam 58 langkah APN 58 Langkah APN : 1) Mengenali gejala dan tanda kala II Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala Dua a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina c) Perineum tidak menonjol d) Vulva dan spingter ani membuka 2) Menyiapkan pertolongan persalinan Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana Komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 25 dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi a) Mengelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set. 3) Pakai celemek plastik. 4) Lepaskan danb simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam. 6) Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik). 7) membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% 8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 26 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi. 9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkantangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit). a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 27 12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman). 13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran: a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama). d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu. f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum). g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran (multigravida). 14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15) letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 28 16) letakan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian di bawah bokong ibu 17) buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18) pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi depleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untukmeneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal. 20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut 21) Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipareatal. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi,. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 29 23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebaelah atas. 24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan peganmg masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) 25) Lakukan penilaian (selintas) : a) Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan? b) Apakah bayi bergerak aktif Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi (langkah 25 ini berlanjut ke langkag-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia). 26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu a) Keringakn bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan. b) Ganti handuk basah dengan handuk kering c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap dia atas perut ibu 27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak adabayi lain dalam uterus (bayi tungal) 28) Bertahuakan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 30 29) Dalam waktu bsatu menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit (intramuskular) di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat,( dua meit setelah lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbulikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi talipusatke arah distal (ibu dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. 31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakuakn pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) dianatara dua klem tersebut. b) Ikat tali pusat dengan benang DTT /steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci. c) Lepaskan klem dan masukan ke dalam wadah yang telah disediakan. 32) Temaptka bayi untuk melakuakn kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakan posisi bayi tengkurap di dada ibu. Luaruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada sampai perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posoisi lebih rendah dari puting payudara ibu,. 33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 31 35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. 37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kraniak). a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjaraj sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : (1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM. (2) Lakukan katerisasi (asetik) jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. (5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir. (6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 32 38) Saat plasenta muncul di introitus vagina , lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase. 40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan 42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 33 a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menysu dari satu payudara. b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. 44) Lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin k 1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu –bayi. 45) Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin k1 ) dipaha kanan anterolateral. a) Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. b) Letakan bayi kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi menyusu. 46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan c) Setiap 20-30menit pada jam kedua pasca persalinan d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan uterus dan menilai kontraksi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 34 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam persalinan b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal 50) Periksa kembali kondisi bayi yang telah memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 x/menit ) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5) 51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering 54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan 55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 35 56) Celubkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisue atau handuk pribadi yang kering dan bersih. 58) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. 12. Deteksi dini komplikasi pada persalinan Deteksi dini dan komplikasi pada ibu dilakukan dengan beberapa penilaian, antara lainadalah : a. Tanda-tanda vital, kondisi keseluruhan dan urin untuk menemukan adanya tanda dan gejala syok. b. Menilai nadi dan urin untuk mengetahui adanya tanda atau gejala dehidrasi. c. Menilai nadi, suhu, cairan vagina dan kondisi secara umum untuk mengetahui adanya tanda atau gejala infeksi. d. Menilai tekanan darah, urin, keluhan, kesadaran serta terjadi kejang untuk mengetahui tanda atau gejala eklamsi, preeklamsi ringan dan berat. e. Menilai adanya kontraksi untuk mengetahui tanda-tanda inersia uteri. f. Menilai denyut jantung janin untuk mengetahui adanya tanda gawat janin. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 36 g. Menilai penurunan kepala bayi untuk mengetahui apakah kepala bayi turun atau tidak. h. Menilai lahirnya bahu bayi, untuk mengetahui tanda distosia bahu. i. Menilai cairan ketuban, untuk mengetahui apakah ketuban bercampur dengan mekoneum. j. Menilai tali pusat untuk mengetahui apakah tali pusat menumbung dan terdapat lilitan. k. Menilai adanya kehamilan kembar yang tidak terdeteksi. C. BAYI BARU LAHIR 1. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2.500 sampai 4.000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2013). 2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal Menurut Rukyah dan Yulianti tahun 2013, bayi baru lahir akan dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda, antara lain : a. Warna kulit tubuh kemerah-merahan. b. Frekuensi jantung > 100 kali per menit. c. Bereaksi terhadap rangsangan. d. Menangis. e. Batuk/bersin. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 37 f. Tonus otot. g. Gerakan aktif. h. Ada usaha nafas. i. Bayi menangis kuat. 3. Penampilan pada bayi baru lahir a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling. b. Keaktifan. c. Simetris. d. Muka wajah. e. Mulut. f. Leher, dada, dan abdomen. g. Punggung. h. Kulit dan kuku. i. Kelancaran menghisap dan pencernaan. j. Refleks. k. Berat badan. 4. Penilaian Segera setelah bayi lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan diatas perut ibu, pastikan area tersebut bersih dan kering dan keringkan bayi terutama muka dan permukaan tubuh dengan kain kering, hangat dan bersih. Kemudian lakukan 2 penilaian awal, sebagai berikut : a. Menilai bayi menangis kat atau bernafas tanpa kesulitan. b. Bergerak aktif atau lemas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 38 Jika bayi tidak bernafas, megat-megap, atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir. (Rukiyah dan Yulianti, 2013) 5. Inisiasi Menyusui Dini Manfaat melakukan IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Tatalaksana inisiasi menyusui dini, yaitu diantaranya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) : a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan. b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan. c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih. d. Dalam keadaan ibu dan bayi yang tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi, kemudian menyelimuti. e. Anjurkan ibu memberkan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting. f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya. g. Biarkan kulit bayi dan kulit ibu bersentuhan minimal selama 1 jam walaupun proses menyusui telah terjadi. h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, memberikan suntikan vitamin K sampa proses menyusui selesai. i. Proses menyusui dini dan kontak kult ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 39 j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas. 6. Mekanisme Kehilangan Panas (Prawirohardjo, 2009) Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : a. Konduksi Konduksi terjadi melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi. b. Konveksi Konveksi terjadi akibat pendinginnan melalui aliran udara disekitar bayi. c. Evaporasi Evaporasi merupakan kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. d. Radiasi Radiasi terjadi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bati. 7. Mencegah Kehilangan Panas (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) a. Keringkan bayi segera setelah lahir. b. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. c. Selimuti bayi bagian kepala. d. Anjurkan ib untuk memeluk dan menyusui bayinya. e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. f. Jangan segera atau menimbang bayi atau memandkan bayi sebelum lahir. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 40 8. Pemberian ASI Rangsangan hisapan bayi pada putting akan diteruskan oleh serabut saraf hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) 9. Masalah Janin atau Gawat Janin Prawirohardjo (2008;h.334), mengatakan bahwa kegawatdaruratan pada janin terjadi bila janin tidak menerima O 2 cukup, sehingga mengalami hipoksia. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan adalah : a. Janin yang pertumbuhannya terhambat b. Janin dari ibu diabetes c. Janin preterm dan postterm d. Janin dengan kelainan letak e. Janin kelainan bawaan atau infeksi Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila : a. Persalinan berlangsung lama b. Induksi persalinan dengan oksitosin c. Ada perdarahan atau infeksi d. Insufisiensi plasenta (postterm dan preeklamsia) Tanda gawat janin yaitu adanya DJJ yang abnormal dan terdapat mekoneum. 10. Reflek pada Bayi Baru Lahir Ay Yeyeh Rukiyah (2013;h.63) mengatakan bahwa terdapat macammacam reflek bayi baru lahir, yaitu : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 41 a. Reflek menghisap (sucking) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah dan langit-langit sehingga laktoferus tertekan dan memancarkan ASI. b. Reflek mencari (rooting), bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di dekat mulut dan berusaha untuk menghisap. c. Rerflek mengedip merupakan gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata, serta berespon terhadap cahaya terang d. Reflek leher (tonic neck), gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya. e. Reflek menggenggam (grasping), bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat. f. Reflek moro adalah reflek yang terjadi apabila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya. g. Sttapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan. h. Reflek menelan (swallowing), di mana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 42 i. Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakkan dan gerakan seperti menggejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangisan. j. Reflek plantar, berupa gerakan jari-jari mencengkeram ketika tepak kaki diusap. k. Breathing refleks, gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas (bernafas). D. NIFAS 1. Pengertian Masa Nifas Masa Nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari dan Handayani, 2011). Masa Nifas (puerpurium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi (Prawirohardjo; 2009). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nifas merupakan fase dalam kehidupan dimana masa pulihnya alatalat reproduksi setelah persalinan kembali pada saat sebelum hamil selama 8 minggu sampai 40 hari. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 43 2. Tujuan Masa Nifas Tujuan masa nifas normal dibagi menjadi 2, yaitu : a. Tujuan umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. b. Tujuan khusus 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya. 2) Melaksanakan skiriningyang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat. (Ambarwati dan Wulandari, 2008) 3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas (Wulandari dan Handayani, 2011) Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu, selain itu juga : a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas. b. Menentukan diagnose dan kebutuhan dasar asuhan kebidanan pada masa nifas. c. Menyusui rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 44 d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan. f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien. 4. Tahapan Masa Nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2008) Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : a. Puerpurium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. b. Puerpurium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote puerpurium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. 5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas (Wulandari dan Handayani, 2011) : a. 6-8 jam setelah persalinan. b. 6 hari setelah persalinan. c. 2 minggu setelah persalinan. d. 6 minggu setelah persalinan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 45 6. Proses Laktasi dan Menyusui a. Pengertian Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Menyusui adalah proses yang terjadi secara alami, jadi jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya (Wulandari dan Handayani, 2011). b. Fisiologi Laktasi (Wulandari dan Handayani, 2011) Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu : 1) Refleks prolactin Sewaktu bayi menyusui, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. 2) Refleks aliran (Let Down Reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolactin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. c. Dukungan bidan dalam pemberian ASI 1) Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah melahirkan selama beberapa jam pertama. 2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. 3) Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 46 4) Bayi harus ditempatkan dekat pada ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, rooming-in). 5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. 6) Hanya diberikan kolostrum dam ASI saja. 7) Hindari susu botol dan dot. d. Manfaat Pemberian ASI (Handayani dan Wulandari, 20011) 1) Bagi bayi a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. b) Mengandung antibody. c) ASI mengandung komposisi yang benar. d) Mengurangi kejadian karies dentis. e) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi. f) Terhindar dari alergi. g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi. h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. 2) Bagi ibu a) Aspek kontrasepsi. b) Aspek kesehatan ibu. c) Aspek penurunan berat badan. d) Aspek psikologi 3) Bagi keluarga a) Aspek ekonomi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 47 b) Aspek psikologi. c) Aspek kemudahan. 4) Bagi Negara a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. b) Menghemat devisa Negara. c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. d) Peningkatan kualitas generasi penerus. e. Tanda Bayi Cukup ASI (Wulandari dan Handayani, 2011) 1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda. 2) Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”. 3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. 4) Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam. 5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. 6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu. 7) Bayi bertambah berat badannya. 8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI. f. ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the dan aor putih, serta tanpa tambahan makanan padat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 48 seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim (Ambarwati dan Wulandari (2008). g. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 1) Pengertian Inisiasi Menyusui Dini atau permulaan menyusu adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. (Ambarwati dan Wulandari, 2008) 2) Keuntungan IMD (Ambarwati dan Wulandari, 2008) a) Bagi bayi (1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. (2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. (3) Meningkatkjan kecerdasan. (4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. (5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi. (6) Mencegah kehilangan panas. (7) Merangsang kolostrum segera keluar. b) Bagi ibu (1) Merangsang produksi oksitosin dan prolactin. (2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI (3) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi. ` Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 49 7. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir a. Bounding attachment 1) Pengertian Bounding attachment adalah seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium, merasa, mendengar, dan melihat (Ambarwati dan Wulandari, 2008). 2) Interaksi yang menyenangkan : a) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu. b) Sentuhan pada pipi. c) Tatap mata bayi dan ibu. d) Tangis bayi. 3) Menurut Wulandari dan Handayani tahun 2011, Ikatan antara ibu dan bayi bias tertunda karena : a) Prematuritas. b) Bayi atau ibu sakit. c) Cacat fisik b. Respon ayah dan keluarga (Wulandari dan Handayani, 2011) 1) Respon positif a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan sangat suka cita. b) Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah karena ingin memenuhi kebutuhan bayi dengan baik. c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam merawat bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 50 d) Sebagian ayah dan keluarga lebih menyayangi dan mencintai ibu yang telah melahirkan anak yang diidamkan. 2) Respon negastif a) Keluarga atau ayah dari bayi tidak menginginkan kelahiran bayinya. b) Kurang bahagia karena kegagalan KB. c) Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari ibu. d) Adanya faktor ekonomi. e) Anak lahir cacat yang menyebabkan rasa malu bagi keluarga. f) Bayi yang dilahirkan hasil hubungan haram. 3) Menurut Ambarwati dan Wulandari tahun 2008, respon ortang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu : a) Factor internal Factor internal, yaitu genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan, dan efek pelatihan selama kehamilan. b) Factor eksternal Factor eksternal, yaitu perhatian yang diterima selama hamil, melahirkan dan post partum, sikap dan perilaku, pengunjung dan apakan bayinya terpisah dari orang tua Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 51 selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya. 4) Respon antara ibu dan bayi sejak kontak awal hingga tahap perkembangan (Wulandari dan Handayani, 2011) a) Touch (sentuhan). b) Eye to eye contact (kontak mata) c) Bau badan. d) Kehangatan tubuh. e) Suara. f) Gaya bahasa. g) Irama kehidupan. 8. Respon Orang Tua Terhadap Sibling Rivalry Sibling Rivalry merupakan persaingan antara saudara kandung.Persaingan antara saudara kandung merupakan hal yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru (Ambarwati dan Wulandari, 2008). a. Penyebab sibling rivalry 1) Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan. 2) Ciri emosional, yakni temperamen, seperti halnya mudah bosan, mudah frustasi, mudah marah atau sebaliknya. 3) Sifat perasaan anak seusia sampai dengan umur 2-3 tahun. 4) Kelemahan perkembangan seperti halnya lemahnya atau lambatnya kemampuan bahasa kurang, biasanya hal interaksi social, sehingga mudah terjadi friksi dan konflik. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 52 b. Segi positif sibling rivalry Sibling perbedaan rivalry dengan mendorong anak mengembangkan untuk beberapa mengatasi ketrampilan penting, diantaranya adalah bagaimana menghargai nilai dan prespektif (pandangan) orang lain (Wulandari dan Handayani, 2011). 9. Perubahan Fisiologi Masa NIfas a. Perubahan sistem reproduksi 1) Involusi a) Pengertian Involusi atau pengkerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. (Ambarwati dan Wulandari, 2008) Involusi uterus adalah kembalinya bentuk uterus ke keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi.Selain uterus, vagina, ligament uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hami (Wulandari dan Handayani, 2011). b) Perubahan normal pada uterus selama post partum Plasenta lahir : tinggi fundus uteri setinggi pusat, berat uterus 1000 gram, diameter uterus 12,5 cm dan palpasi serviksnya lunak. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 53 Minggu pertama : tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat shympisis, berat uterus 500 gram, diameter uterus 7,5 cm dan palpasi serviks 2 cm. Minggu kedua : tinggi fundus uteri tidak teraba, berat uterus 350 gram, diameter uterus 5 cm, dan palpasi serviks 1 cm. Minggu keenam : tinggi fundus uteri normal, berat uterus 60 gram, diameter uterus 2,5 cm dan palpasi serviks menyempit (Wulandari dan Handayani, 2011). c) Lochea Menurut Ambarwati dan Wulandari tahun 2008, lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Proses keluarnya darah pada tahap nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu : (1) Lochea rubra/merah (kruenta) Muncul hari ke 1-4 masa post partum, darah segar, terdapat jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan meconium. (2) Lochea sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir, berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 54 (3) Lochea serosa Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum. (4) Lochea alba/putih Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum. (5) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Serviks menjadi berwarna kehitamhitaman, konsistensinya luinak, terkadang terdapat laserasi/perlukaan kecil.(Wulandari dan Handayani, 2011). (6) Ovarium dan tuba valopi Produksi estrogen dan progesterone menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi.(Wulandari dan Handayani, 2011). (7) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta pergangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 68 minggu. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 55 b. Perubahan Sistem Pencernaan Ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi) (Ambarwati dan Wulandari, 2008). c. Perubahan Sistem Perkemihan Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Hal ini disebabkan karena pengaruh selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. Pada awal post partum, kandung kemih mengalami oedema, kongesti dan hipotonik, karena adanya overdistensi pada saat kala II persalinan dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan (Wulandari dan Handayani, 2011). d. Perubahan Sistem Endokrin 1) Hormone plasenta Penurunan hormone Human Placental Lactogen (HPL), estrogen dan progesterone serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas. 2) Hormone pituitary Prolactin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 56 3) Hormone oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Pada wanita menyusui, isapan bayimerangsang keluarnya oksitosin lagi dsan membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu. 4) Hipotalamik pituitary ovarium Untuk wanita menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi. Menstruasi pertama bersifat anovulasi dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone. e. Perubahan Tanda-tanda Vital Menurut Wulandari dan Handayani tahun 2011, perubahan tanda-tanda vital terdiri dari : 1) Suhu badan Pada 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit menjadi 37,50C-380C. 2) Nadi Denyut nadi normal 60-80 kali permenit. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda. 3) Tekanan darah Tekanan darah akan rendah setelah ibu bersalin karena ada perdarahan. Tekanan darah yang tinggi akan mengakibatkan preeklampsi post partum. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 57 4) Pernafasan Keadaan pernafasan ibu berhubungan dengan denyut nadi ibu. f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300400 cc. bila kelahiran melalui SC kehilangan darah dapat dua kali lipat.Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Keadaan ini akan kembali normal setelah 4-6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2008). g. Perubahan Sistem Hematologi Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama, dapat meningkat pada awal masa nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah (Wulandari dan Handayani, 2011). h. Perubahan Sistem Musculoskeletal Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, segera berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus menjadi retrofleksi,karenaligamen rotundum menjadi kendor (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 58 10. Proses Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas a. Adaptasi psikologis ibu masa nifas (Wulandari dan Handayani, 2011) Terdapat 3 tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas, antara lain : 1) Fase taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. 2) Fase taking hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu akan merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. 3) Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri terhadap ketergantungan bayinya. b. Rooming in Rooming in plan adalah rencana perawatan ibu dan bayi merupakan perawatan bersama. Artinya ibu dirawat bersamasama dengan bayinya didalam satu kamar, jadi tempat tidur anak akan terdapat disamping tempat tidur ibu, agar anak tinggal disamping ibunya dan ibunya dapat melihat anaknya setiap saat yang ia kehendaki (Wulandari dan Handayani, 2011). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 59 c. Post partum blues (Wulandari dan Handayani, 2011) Baby blues adalah ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. 1) Periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dank ke 10 setelah persalinan. 2) 80 % pada ibu post partum. 3) Karakteristik : a) iritabilitas meningkat. b) Perubahan mood. c) Cemas. d) Pusing. e) Perasaan sedih. f) Kesendirian. 4) Penyebabnya ada beberapa faktor yang berperan, yaitu : a) Perubahan level hormon. b) Ketidaknyamanan. c) Kecemasan. d) Breast feeding. e) Perubahan pola tidur. f) Managemen. 5) Tidak ada perawatan khusus pada post partum blues jika tidak ada gejala yang signifikan. 6) Empathy dan support dari keluarga dan staf. 7) Gejalanya : a) Menangis. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 60 b) Mengalami perubahan perasaan. c) Cemas. d) Kesepian. e) Khawatir mengenai sang bayi. f) Penurunan gairah seeksual. g) Kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi ibu. 11. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas a. Nutrsi dan cairan Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan dasar ibu masa nifas harus mengandung : 1) Sumber tenaga (energy). 2) Sumber pembangun. 3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, air). b. Ambulasi Ambulasi disebut juga early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Wulandari dan Handayani, 2011). c. Eliminasi 1) Miksi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. 2) Defekasi Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit BAB. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 61 d. Kebersihan diri/perineum dan kebersihan bayi Melakukan perawatan perineum dan perawatan payudara, e. Istirahat Anjurkan ibu untuk : 1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan. 2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. 3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. 4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waku untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dam malam hari 7-8 jam. f. Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. g. Latihan atau senam nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari ke 10, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. h. Keluarga berencana i. Pemberian ASI atau laktasi j. Menghindari kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan. 12. Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah 1) Menentukan jadwal kunjungan rumah. 2) Asuhan lanjut masa nifas dirumah. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 62 3) Penyuluhan masa nifas. 4) Pelaksanaan asuhan nifas. 5) Kunjungan nifas. E. KELUARGA BERENCANA 1. Program Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut WHO (Expert Committee 1970), Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati,2011). Menurut Undang-Undang N0. 10 tahun 1992, Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejartera (sulistyawati,2011). Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan (Sulistyawati,2011). Keluarga Parenthood) Berencana merupakan suatu (Family usaha Planning/Planned menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (anggraini dan martini,2011). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 63 Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1999, program Keluarga Berencana merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Handayani,2010). Berdasarkan disimpulkan bahwa beberapa program pengertian Keluarga diatas dapat Berencana adalah peningkatan yang membantu individu untuk mengukur jumlah anak serta menjarangkan kehamilan atau menunda kehamilan untuk menciptakan keluarga kecil dengan menggunakan kontrasepsi yang bertujuan menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya untuk mewujudkan keluarga sejahtera. b. Tujuan Program KB Program keluarga berencana mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan pokok. Tujuan umum Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu juga terdapat tujuan umum yang lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan tujuan umum pemerintah untuk lima tahun kedepan dalam mewujudkan visi dan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 64 misi program KB, yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015 (Sulistyawati,2011). Tujuan pokok Keluarga Berencana yaitu menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu : 1) Fase Menunda/Mencegah Kehamilan Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia isteri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda/mencegah kehamilan : a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. b) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda. c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. d) Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap Pil oral. Cirri-ciri kontrasepsi yang diperlukan : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 65 a) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hamper 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak. b) Efektifitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program. 2) Fase Menjarangkan Kehamilan Periode usia isteri antara 20 sampai 30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirka, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 sampai 4 tahun. Alas an menjarangkan kehamilan, yaitu : a) Umur antara 20 sampai 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini bersangkutan tidak/kurang berada berbahaya pada usia karena mengandung yang dan melahirkan yang baik. d) Disini kegagalan kontrasepsi buknlah kegagalan program. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitu : a) Efektivitas cukup tinggi b) Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 66 c) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan. d) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. 3) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan Peiode umur isteri di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyaai 2 orang anak. Alas an mengakhiri kesuburan yaitu : a) Ibu-ibu dengan usia ditas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi, karena alas an medis dan alas an lainnya. b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. c) Dan Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relative tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi. (Pinem, 2011) c. Sasaran Keluarga Berencana Menurut Anggraini dan Martini tahun 2011, sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009, adalah sebagai berikut: a) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun. b) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per tahun. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 67 c) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%. d) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%. e) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. f) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. g) Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. h) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. i) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan program KB Nasional. (Sulistyawati, 2011) 2. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelyanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehmilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk social (BKKBN, 2010). Menurut Prawirohardjo tahun 2009, daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness), daya guna pemakaian (use effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 68 diberikan. Daya guna pemakaian adalah kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak berhati-hati, kurang taat pada peraturan, dan sebagainya. 3. Macam-macam alat kontrasepsi a. Metode Amenorea Laktasai (MAL) b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) c. Metode Senggama Terputus atau Coitus Interuptus d. Metode Barrier e. Kontrasepsi Hormonal 1) Pil Oral Kombinasi 2) Kontrasepsi Pil yang Berisi Progestin Saja atau Mini Pil. 3) Kontrasepsi Suntikan Berdasarkan BKKBN tahun 2010, kontrasepsi suntikan progestin sangat efektif dan aman, serta dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, dan cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu : a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 69 b) Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Nerotindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular. Cara Kerja : a) Mencgah ovulasi b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Efektivitas : Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahunnya, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Keuntungan : a) Sangat efektif. b) Pencegahan kehamilan jangka panjang. c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri. d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah. e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. f) Sedikit efek samping. g) Ibu tidak perlu menyimpan obat suntik. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 70 h) Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun sampai perimenopause. i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell). Keterbatasan : a) Sering ditemukan gangguan haid. b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, virus hepatitis B, atau infeksi virus HIV. f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan). h) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 71 i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas). j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. Yang bpleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a) Usia reproduksi. b) Nulipara dan yang tidak memiliki anak. c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. f) Setelah abortus atau keguguran. g) Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. h) Perokok. i) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. j) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin). k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. m) Anemia defisiensi besi. n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 72 Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada pada janin 7 per 100.000 kelahiran). b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea. d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. e) Diabetes mellitus disertai komplikasi. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil. b) Mulai hari pertama sampai hari he 7 siklus haid. c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah disuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi. f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 73 subtikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya dating. g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. h) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. 4) Kontrasepsi Implan (Subdermal) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) f. Kontrasepsi Non Hormonal 1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD 2) Kontrasepsi dengan Metode Operasi Wanita (MOW) atau Tubektomi 3) Kontrasepsi dengan Metode Operasi Pria (MOP) atau Vasektomi F. ASPEK HUKUM Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/x/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyebutkan bahwa : 1. Penyelenggaraan praktik a. Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 74 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Pasal 10 1) Ayat 1 Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 (pelayanan kesehatan ibu) diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2) Ayat 2 Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 3) Ayat 3 Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk : a) Episiotomi b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 75 c) Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas f) Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h) Penyuluhan dan konseling i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil j) Pemberian surat keterangan kematian k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin c. Pasal 11 1) Ayat 1 Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 angka 2) diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah 2) Ayat 2 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hr) perawatan tali pusat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 76 b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah e) Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f) Pemberian konseling dan penyuluhan g) Pemberian surat keterangan kelahiran h) Pemberian surat keterangan kematian d. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk 1) Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom e. Pasal 13 1) Ayat 1 Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi bawah kulit Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014 77 b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya h) Pencegahan dan penyalahgunaan Zat Adiktif Narkotika, Psikotropika lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah, 2) Ayat 2 Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fadilla Nur Octaviarini, Kebidanan DIII UMP, 2014