ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus: Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) OLEH: OKA FAUZI NIM: 104081002513 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 i ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Oleh : OKA FAUZI NIM : 104081002513 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, MSi NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M ii ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Oleh : OKA FAUZI NIM : 104081002513 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746 Penguji Ahli Dr. Yahya Hamja NIP. 160 676 334 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA iii 1430 H / 2009 M Hari ini, Kamis Tanggal 30 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Delapan (Tiga Dzulhijjah Seribu Empat Ratus Dua Puluh Sembilan) telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Oka Fauzi dengan NIM : 104081002513 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING” (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 30 Oktober 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Herni Ali HT, SE, M.Si Ketua Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. DATA PRIBADI Nama : Oka Fauzi Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Oktober 1986 Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Alamat : Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Rt 002/09 No.52 Paninggilan Utara Ciledug Tangerang Banten Telepon : 085814151647/02195144147 II. PENDIDIKAN FORMAL SDN Paninggilan 05 Ciledug Tangerang 1998 SMPN 219 Joglo Jakarta Barat 2001 SMAN 32 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2004 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan 2009 v ABSTRACT This Research is taken to analyze the influence of Investment Opportunity Set (IOS) the company value and to analyze the influence of Investment Opportunity Set (IOS) directly and directly to the company value by using policy of dividend as variable intervening. To the clasify grow company an non grow company is using Common Factor Analysis. Five variable are used in this research as potensial growth indicator. Such as is Price to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA), Market to Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market Value of Asset (CAPMVA) and Capital Addition to Asset Book Value (CAPBVA). The population in this research is done in the companies that are listed in Indonesian Stock Exchange. By using Purposive Sampling methode the writer gained 186 samples of company, 76 of them are consistently grow and other 76 are no grow. The hypothesis test uses Linier Regression and Path Analysis. The result of this research which was taken with Liniear Regression test, shows that Investment Opportunity Set (IOS) has significant influence to the grow company and non grow company. Beside that, by using Path Analysis Investment Opportunity Set (IOS) has also negative influences either directly an indirectly to the growth company and Investment Opportunity Set (IOS) has directly negative influence and indirectly positive influence to the company value by using dividend as intervening variable. Keywords : Investment Opportunity Set (IOS), Dividend Policy, Company Value vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan dan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Untuk mengklasifikasikan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh menggunakan Common Factor Analysis. Lima variabel digunakan dalam penelitian ini sebagai indikator potensi pertumbuhan, yaitu is Price to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA), Market to Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market Value of Asset (CAPMVA) dan Capital Addition to Asset Book Value (CAPBVA). Populasi dalam penelitian ini pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode Purposive Sampling diperoleh sampel sebanyak 186 perusahaan, yang konsisten 76 perusahaan tumbuh dan 76 perusahaan tidak tumbuh. Pengujian hipotesis menggunakan Regresi Llinier dan Analisis Jalur. Hasil dari penelitian ini dengan Uji Regresi Liniear menunjukkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaaan tumbuh dan tidak tumbuh. Selain itu, Dengan Uji Analisis Jalur Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan tumbuh dan Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh negatif secara langsung dan positif secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Kata Kunci : Investment Oportunity Set (IOS), Kebijakan Dividen, nilai perusahaan vii Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya selama ini. Shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Alhamdulillahi Robbil`alamin dengan pertolongan Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening” dan penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki, maka inilah hasil kerja yang dapat penulis berikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, juga pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menjalankan kuliah hingga selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada : 1. Kedua Orang Tua Tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan perhatian serta selalu memberikan dukungan baik moril spiritual maupun materiil pada penulis. Segala kasih sayang mereka yang telah berikan kepada penulis begitu indah dan tulus sehingga menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam menjalankan hidup. Kepada SaudaraKu : Yuli, Adam, Aldi, Tomi dan Echi (kita adalah keluarga yang terbaik). 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama kuliah. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen Pembimbing II, terima kasih untuk semua advice, bimbingan, dan waktunya dalam proses bimbingan. viii 4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial terima kasih untuk ilmu serta bimbingannya selama perkuliahan. 5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan. 6. Seluruh Dosen dan Assisten Dosen yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu yang dimilikinya. 7. Seluruh karyawan dan civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Bu Lilik, Pak Rahmat, Pak Bambang, Bu Siska, Bu Umi atas kerjasamanya. 8. Seluruh anggota Fikma Com, Gubuk Fc dan Debi Fotocopy. 9. Seluruh Rismada (Remaja Islam Masjid Raudhatul Huda) yang telah memberikan inspirasi rohani yang sangat berharga kepada Penulis. 10. Sahabat seperjuangan : Sodikin, Rahman, Imam, Vivi, Dyah, Nisa, Iik, Isna dan Eko (terima kasih sudah menjadi tempat bertukar pikiran sewaktu kompre). 11. Thank`to: Irsad, Miftah, Sugih, Adul, Tia, Ekowati, Pani, Apri, Ryan, Robby, Opank, Ahmad dan Dennis yang telah banyak membantu penelitian skripsi ini. 12. Keluarga Besar Manajemen C 2004 terima kasih semua untuk kebersamaannya selama ini, jalanin masa-masa kuliah bersama. Jakarta, 22 Juni 2009 Oka Fauzi ix DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv ABSTRACT ........................................................................................................ v ABSTRAK ........................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. .............................................................................................................. L atar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B................................................................................................................ P erumusan Masalah ........................................................................................ 9 C................................................................................................................ T ujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12 A. .............................................................................................................. I nvestment Opportunity Set (IOS) ............................................................ 12 1. .......................................................................................................... K lasifikasi IOS .......................................................................................... 15 a. Proksi Berdasarkan Harga (Price Based Proxies)............................... 15 b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies) .................. 16 c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Based Proxies) ........................... 17 x B................................................................................................................ K ebijakan Dividen .................................................................................... 18 1...................................................................................................... J enis-Jenis Dividen……. ............................... 23 2...................................................................................................... T ipe Pembayaran Dividen.................................................................... 24 3...................................................................................................... T eori Kebijakan Dividen...................................................................... 25 C................................................................................................................ N ilai Perusahaan ....................................................................................... 27 D. .............................................................................................................. P enelitian Terdahulu ................................................................................. 29 E................................................................................................................ K erangka Pemikiran................................................................................... 34 F. ............................................................................................................... H ipotesis Penelitian.................................................................................... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36 A. .............................................................................................................. R uang Lingkup Penelitian ............................................................................... 36 B................................................................................................................ M etode Penentuan Sampel ............................................................................... 36 C................................................................................................................ M etode Pengumpulan Data .............................................................................. 37 D. .............................................................................................................. M etode Analisis Data ....................................................................................... 38 E................................................................................................................ O perasional Variabel Penelitian ...................................................................... 51 xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56 A. .............................................................................................................. S ekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 56 1. .......................................................................................................... S ejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...................................................... 56 2. .......................................................................................................... P erkembangan Pasar Modal....................................................................... 59 B................................................................................................................ D eskriptif Analisis ........................................................................................ 63 1. .......................................................................................................... D eskriptif Data Sampel .............................................................................. 63 2. .......................................................................................................... D eskriptif Analisis Data ............................................................................ 65 C. Analisis Faktor ............................................................................................ 80 D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh ........................... 95 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 97 2. Uji Signifikansi ...................................................................................... 101 3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............................................ 103 4. Uji Regresi Linier................................................................................... 104 E. Analisis Pengujian Model Regresi Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh....... 105 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 107 2. Uji Signifikansi ...................................................................................... 111 3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............................................ 112 4. Uji Regresi Linier................................................................................... 113 F. Analisis Jalur (Path Analysis)....................................................................... 114 xii 1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh......................... 115 2. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh.............. 119 G. Interpretasi................................................................................................... 124 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................... 128 A. .............................................................................................................. K esimpulan ..................................................................................................... 128 B................................................................................................................ S aran............................................................................................................... 129 C................................................................................................................ I mplikasi ....................................................................................................... 130 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 131 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 135 xiii DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian .................................................................. 64 Tabel 4.2 Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 66 Tabel 4.3 Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 75 Tabel 4.4 Nilai Perusahaan............................................................................. 78 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan KMO and Bartlett Test dalam Analisis Faktor .. 81 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Anti Image Matrices dalam Analisis Faktor....... 81 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Communalities Dalam Analisis Faktor ............... 82 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Total Variance Explained dalam Analisis Faktor 83 Tabel 4.9 Hasil Rotated Component Matrices dalam Analisis Faktor.............. 84 Tabel 4.10 Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh............. 86 Tabel 4.11 Perusahaan Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ........................... 91 Tabel 4.12 Perusahaan Tidak Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ................. 91 Tabel 4.13 Sampel Perusahaan Tumbuh........................................................... 95 Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tumbuh) .......................... 98 Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi (Perusahaan Tumbuh) ................................ 100 Tabel 4.16 Hasil Uji Uji F Simultan (Perusahaan Tumbuh) .............................. 101 Tabel 4.17 Hasil Uji Uji t Statistik (Perusahaan Tumbuh) ................................ 102 Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tumbuh) ................. 103 Tabel 4.19 Sampel Perusahaan Tidak Tumbuh ................................................ 105 Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ................ 108 xiv Tabel 4.21 Hasil Autokorelasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 110 Tabel 4.22 Hasil Uji F statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................... 111 Tabel 4.23 Hasil Uji t statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 112 Tabel 4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ........ 113 Tabel 4.25 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh.......................................................................................... 115 Tabel 4.26 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh.......................................................................................... 116 Tabel 4.27 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh.......................................................................................... 116 Tabel 4.28 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh.......................................................................................... 117 Tabel 4.29 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh................................................................................ 119 Tabel 4.30 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh................................................................................ 120 Tabel 4.31 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan tidak Tumbuh ................................................................................. 120 Tabel 4.32 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh................................................................................ 121 xv DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 34 Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Analysis) ........................................................ 49 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data (Perusahaan Tumbuh) ........................... 97 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tumbuh) ...................... 99 Gambar 4.3 Hasil Normalitas Data (Perusahaan Tidak Tumbuh) ....................... 107 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............ 109 xvi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman Lampiran 1 Hasil Output SPSS Analisis Faktor ................................................. 135 Lampiran 2 Hasil Sampel Data Penelitian.......................................................... 137 Lampiran 3 Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 139 Lampiran 4 Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 143 Lampiran 5 Nilai Perusahaan............................................................................. 146 Lampiran 6 Perusahaan Tumbuh ....................................................................... 148 Lampiran 7 Perusahaan Tidak Tumbuh.............................................................. 150 Lampiran 8 Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear (Perusahaan Tumbuh) .................................................................... 152 Lampiran 9 Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear (Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................................................... 154 Lampiran 10 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tumbuh) 115 Lampiran 11 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tidak Tumbuh)......................................................................................... 157 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan. Namun tujuan perusahaan yang sebenarnya adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat diukur dari harga saham yang bersangkutan. Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan. Bila perusahaan ini mempunyai kinerja baik respon pasar akan cenderung positif dan nilai akan saham akan meningkat. Sebaliknya bila kinerja perusahaan tersebut kurang baik maka respon pasar akan cenderung negatif dan nilai saham akan menurun. Pemegang saham yang tidak puas dengan prestasi manajemen akan menjual sahamnya dan akan menanamkannya di perusahaan lain. Akibat tindakan yang dilakukan pemegang saham yang tidak puas ini maka akan menekan dan menyebabkan harga pasar per lembar saham xviii yang dilepas tersebut menurun. Jadi naik turunnya nilai saham merupakan indeks ukuran keberhasilan perusahaan, sehingga memaksimalkan nilai saham perusahaan dijadikan sebagai tujuan utama perusahaan. Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin besar pula. Perusahaan yang semakin banyak peluang di dalam berinvestasi di masa depan akan semakin besar peluang untuk tumbuh. Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern. Pertumbuhan yang selalu meningkat serta bertambahnya nilai aset perusahaan diharapkan tercapai sesuai dengan xix ekspektasi atau peramalan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menurut Smith dan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi (IOS: Investments Opportunity Set). Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan (Chung & Charoenwong 1991). Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang (Myers, 1977). Pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal dengan istilah set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Istilah IOS pertama kali diperkenalkan sebagai ketergantungan nilai perusahaan terhadap kebijakan pembiayaan perusahaan (Myers, 1997). Bentuk yang membedakan pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan itu tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh manajer di masa depan. Gaver dan Gaver (1993) manyatakan opsi investasi di masa yang akan datang tidak hanya sekedar ditujukan dengan adanya proyek yang didukung dengan pengembangan dan riset saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam kelompok industri. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable). Menurut Gaver dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang xx tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono, 1999). Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Terdapat beberapa bentuk proksi IOS yang digunakan dalam beberapa penelitian yaitu antara lain: 1) Menggunakan sebuah rasio saja sebagai proksi IOS dalam model penelitiannya, misalnya (book to market value ratio) yaitu rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas (Collins dan Kothari,1989), 2). Menggunakan metode statistik analisis faktor untuk memperoleh skor faktor sebagai indeks umum IOS (Gaver & Gaver 1993), serta menggunakan rangking skor faktor tersebut untuk mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh (Gaver & Gaver 1993; Sami et al. 1999); dan 3). Melakukan analisis sensitivitas terhadap beberapa rasio individual sebagai alternatif proksi IOS dan kemudian membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain proksi IOS (Smith & Watts 1992; Hartono 1999). Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya, seperti dalam bentuk saham bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari dividen ataupun dari capital gain. Selain investor, pihak manajemen perusahaan juga berusaha memaksimumkan kesejahteraan shareholder (investor) melalui kewenangan yang diberikan dalam membuat keputusan baik berupa peluang investasi, pendanaan maupun dividen. Semua keputusan tersebut harus dibuat xxi dengan hati-hati karena keputusan yang dibuat akan mempengaruhi nilai perusahaan. Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan. Surasni (1998) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa investor yang tidak menyukai risiko mengisyaratkan bahwa semakin tinggi risiko suatu perusahaan semakin tinggi keuntungan yang diinginkan. Dividen yang ada ditangan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari capital gain dimasa yang akan datang. Dengan demikian investor yang menghindari risiko menuntut dividen yang tinggi. Dengan makin tingginya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham mengakibatkan pendapatan yang diperoleh perusahaan makin banyak yang dialokasikan ke dividen dibandingkan ke laba ditahan. Laba ditahan yang rendah mengakibatkan kesempatan investasi semakin berkurang. Di sisi lain perusahaan dituntut untuk terus tumbuh maka perusahaan harus dapat melaksanakan ekspansi dengan melaksanakan investasi yang ada. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, maka kekurangan dana investasi dari laba ditahan dapat dipenuhi dari external finance terutama dengan hutang dari para kreditur. xxii Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian laba pendapatan perusahaan untuk dibayarkan sebagai dividen atau digunakan sebagai laba ditahan untuk keperluan investasi selanjutnya. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menekankan pada keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan yang bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow rendah (Jansen dalam Smith dan Watts 1992). Hal ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk memiliki proyek-proyek investasi. Signaling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang bertumbuh membayar dividen yang lebih tinggi. Apabila sinyal meningkat akibat disparitas informasi antara manajemen dan investor, perusahaan dengan disparitas informasi yang besar yaitu perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil dan akan membayarkan dividen lebih tinggi, sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979) dalam Smith dan Watts). Kondisi pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan pendanaan dan dividen yang dibuat. Dari hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993), Skinner (1993), Kallapur dan Trombley (1999), Subekti dan Kusuma (2000), Fitrijanti dan Hartono (2000) serta Prasetyo (2000) dalam hal kebijakan telah xxiii membuktikan bahwa perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh mengambil kebijakan pendanaan yang berbeda. Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi Dermawan (1997) menyatakan dalam membuat keputusan pembagian dividen harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai dividen seluruhnya melainkan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Dalam menentukan kebijakan dividen terdapat dua pihak yang berkepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan perusahaan dengan retained earning untuk investasi, disamping kepentingan handholders yang juga mempengaruhi jumlah dividen kas yang dibagikan. Untuk meningkatkan nilai, perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan dengan baik. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi jumlah dividen dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang jumlah dividen. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal mendanai kegiatan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar (Surasni, 1998). Untuk itulah, manajemen harus dapat menentukan kebijakan dividen yang xxiv memberikan keuntungan kepada investor, di sisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Bahkan perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga telah mengurangi rencana investasinya. Peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari hasil penelitian yang dilakukan Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) dan Isnaini Rokhayati (2004)). Dengan melihat pengaruh proksi IOS terhadap nilai perusahaan serta pengaruh IOS melalui kebijakan dividen dalam menentukan nilai perusahaan tersebut. Adapun perbedaan dan kelebihan dalam penelitian ini adalah : 1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih terdaftar sampai dengan tahun 2006. penelitian sebelumnya hanya satu sektor saja yang di yang terdaftar di BEI. 2. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) melakukan penelitian pada tahun 2001-2004, sedangkan Isnaini Rokhayati melakukan penelitian tahun 1999-2001. 3. Penelitian di uji juga dengan variabel intervening yang menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis). 4. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) memakai 4 rasio Investment Opportunity Set (IOS). Penelitian ini menambahkan satu rasio lagi yaitu rasio Capital Expenditure to Book Value Assets (CAPBVA). xxv Berdasarkan dari teori dan pemahaman seperti yang telah diuraikan di atas, maka hal tersebut mendorong penulis mengambil topik ini untuk pembahasan penelitian skripsi dengan judul penelitian sebagai berikut: Analisis Pengaruh Nilai Perusahaan Melalui Pendekatan Investment Tumbuh dan Tidak Tumbuh Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Dengan studi kasus pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan selama periode penelitian dari tahun 2004-2006. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Bagaimana pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara langsung dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening xxvi C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap nilai perusahaan. b. Untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara langsung dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Bagi penulis Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai kontribusi Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap nilai perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Sehingga dapat menerapkan Ilmu Ekonomi, khususnya dalam Manajemen Keuangan dan Pasar Modal yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. xxvii b. Bagi Akademisi Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang keuangan terutama yang berkaitan dengan Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap nilai perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Dan penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian selanjutnya guna menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang berkaitan dengan IOS dan Kebijakan dividen. c. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan public dalam hal untuk pengambilan keputusan investasi oleh menajer perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang-peluang investasi yang ada dan berusahan meningkatkan potensi perusahaan agar dapat bertumbuh dengan menerapkan kebijakan dividen yang tepat. xxviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investment Opportunity Set (IOS) Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977) yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Keduanya akan sangat menentukan keputusan pendanaan dan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Menurut Gaver dan Gaver (1983) opsi investasi masa depan tidak sematamata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan xxix dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Menurut Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas, penambahan aset, mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang, dan lain-lain. Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa peluang pertumbuhan bukan sekedar diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang berlebih untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini bersifat tidak dapat diamati (unobservable). Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi adalah tersedianya alternatif di masa mendatang bagi perusahaan (Hartono, 1999). IOS mencerminkan terdapatnya pilihan proyek investasi dengan net present value (NPV) positif yang bervariasi antar perusahaan (Myers, 1997). Oleh karena perusahaan tidak selalu melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang, maka nilai kesempatan pertumbuhan merupakan nilai xxx sekarang dari pilihan perusahaan untuk membuat investasi masa mendatang (Myers, 1997). Dengan demikian esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan (Chung & Charoenwong, 1991). Perusahaan kecil sering menghadapi keterbatasan pilihan dalam menentukan proyek baru atau merestrukturisasi asset. Perusahaan besar cenderung mendominasi pasar dalam industrinya (Mueller 1986, dalam Gaver & Gaver 1993), sehingga seringkali perusahaan besar lebih memiliki keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi. Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan memiliki pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa proyek baru. Perusahaan yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau aktif melakukan penelitian & pengembangan. Gaver & Gaver (1993) juga menyatakan bahwa pilihan investasi di masa depan tidak hanya pada proyekproyek yang didanai dari kegiatan riset dan pengembangan, namun juga dengan kemampuan mengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan. Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva, ekuitas, maupun perusahaan) dan nilai kesempatan bertumbuh suatu perusahaan di masa depan (berupa nilai perusahaan) (Smith dan Watts, 1992). Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di xxxi masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain. 1. Klasifikasi IOS Adapun proksi IOS diklasifikasikan dalam 3 jenis utama : a. Proksi Berdasarkan Harga (PriceBased Proxies) Proksi berdasarkan harga merupakan proses yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian diyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaanperusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai ekuitas yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian: 1) Market to book value of equity (MVE/BVE), rasio ini menjelaskan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Perusahaan yang mempunyai rasio MVE/BE tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. 2) Market to book value of asset (MVA/BVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar xxxii menilai perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki nilai lebih dari nilai bukunya. 3) Tobin`s Q, didefinisikan sebagai nilai pasar dari perusahaan dibagi dengan replacement cost dari asset. 4) Earning to price ratio (EP), semakin besar rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan bertumbuh. Menurut Foster dalam Subekti dan Kusuma (2001) rasio EP mempresentasikan aliran laba masa depan. 5) Ratio of property, plant, equipment to firm value (PPE/BVA), mengindikasikan adanya investasi aktiva tetap yang produktif. Komposisi PPE yang besar pada struktur aktiva menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan. 6) Ratio firm value to depreciation, menunjukkan besarnya pengurangan assets in place. 7) Market value of equity plus book value of debt (MVEPBD), rasio ini merupakan nilai total aktiva dari suatu perusahaan. b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies) Proksi berdasarkan investasi mengungkapkan aktivitas investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki IOS tinggi seharusnya memiliki tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan dalam jangka waktu relatif lama. Proksi ini merupakan rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva xxxiii tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi, antara lain ; 1) ratio R & D to sales. 2) ratio of capital expenditure to firm value, 4) investment to sales ratio, 5) ratio capital addition to assets book value (CAP/BVA), 6) investment to earning ratio, 7) log of firm value. c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Measures) Proksi pengukuran varian mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh; seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian antara lain ; 1) variance of return, digunakan untuk membuat proksi return dari dari IOS perusahaan; 2) asset betas, digunakan untuk membuat proksi risiko dari IOS perusahaan ; 3) the variance of asset deflated sales. Ketiga jenis proksi diatas menggambarkan bahwa keberagaman ukuran IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini dikarenakan sifat IOS yang unobservable (Gaver, 1993). Dengan demikian IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit. Dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal untuk proksi IOS. xxxiv B. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan (Copeland, 1997 :125). Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Van Horne :1998). Brigham (1994) menyatakan bahwa yang dinamakan kebijakan dividen yang optimal (Optimal dividen payout) perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang yang memaksimalkan harga saham (Sukmawati S. 2000). Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham xxxv diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut Fabozzi (2003) mengatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan yang berkaitan dengan pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham. Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan. Menurut Smith dan Watts (1992), hubungan kebijakan investasi dan kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flow-nya rendah (Jensen 1986 dalam Smith dan Watts 1992). Hal ini sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan Majluf 1984, dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal xxxvi lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Hartono 1999). Hipotesis sinyal menjelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock 1985, dalam Hartono). Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar, yaitu perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil, akan membayar dividen lebih tinggi sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979, dalam Smith & Watts 1992). Hasil penelitian Smith dan Watts (1992) mendukung hipotesis kontrak. Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) menunjukkan bahwa dividen yield singnifikan memiliki hubungan negatif dengan IOS, namun koefisien IOS dalam model dividen payout ratio tidak signifikan. Penelitian Sami dkk. (1999) menunjukkan bahwa IOS memiliki koefisien negatif walaupun tidak sinifikan dalam model kebijakan dividen ketika kebijakan dividen diukur dengan dividen payout. Sami dkk. (1999) menduga terdapat measurement error dalam dividen payout sehingga menyandarkan temuannya pada dividen yield saja. Levy dan Sarnat (1990) berpendapat bahwa, perusahaan yang memiliki peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal karena pendanaan internal lebih murah. Akibatnya, kebijakan dividen lebih xxxvii menekankan pada pembayaran dividen yang kecil. Menurut Schall dan Haley (1983) berpendapat bahwa dalam jangka waktu panjang perusahaan yang pertumbuhannya cepat memiliki dividend payout yang rendah atau bahkan tidak membayar dividen sama sekali. Rasio dividend payout merupakan perbandingan jumlah dividen yang dibayarkan per lembar saham terhadap EPS perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan menguntungkan para investor tetapi akan memperlemah internal financial perusahaan karena memperkecil laba ditahan. Sebaliknya rasio yang semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat (Gitosudarmo dan Basri :2000). Menurut mereka, besar kecilnya rasio dividen payout dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) Faktor likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan rasio dividen payout dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout. 2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan rasio dividend payout dan begitu sebaliknya. 3) Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi rasio dividend payout karena laba yng diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva. xxxviii 4) Faktor pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawasan cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga akan mengakibatkan kenaikan rasio dividend payout begitu juga sebaliknya. 5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah Ketentuan-ketentuan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan dan maupun pembayaran dividen. 6) Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka akan rasio dividend payout lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak. Selain pengertian diatas, dibawah ini juga terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan dividen, yaitu: 1. Dividen interim adalah dividen yang dibayarkan selama tahun berjalan 2. Declared dividen (dividen yang disahkan) adalah jumlah dividen yang secara resmi disahkan oleh komisaris untuk dibayarkan pada tanggal tertentu. 3. Extra dividen (dividen tambahan) adalah dividen yang dibayarkan melebihi tingkat tahunan yang dipertahankan dalam masa lalu. 4. Dividen final adalah dividen setelah akhir tahun buku. xxxix 1. Jenis- jenis dividen Jenis-jenis dividen menurut Kieso et.al, (2003:358) : a. Dividen Tunai Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui, maka segera dividen diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan, daftar pemegang saham terakhir harus dipersiapkan. Karena itu, biasanya, terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman dan pembayaran. b. Dividen Properti Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai dividen property atau dividend in kind. Dividen property dapat berupa barang dagang real estate, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang dewan direksi. c. Dividen Skrip Dividen skrip (scrip dividend) hutang dividen dalam skrip berarti bahwa perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada suatu tanggal di masa depan. Skrip yang diterbitkan kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar. d. Dividen Likuidasi Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai dasar untuk membayar dividen. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadangkadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidating dividends), yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi saham xl dan bukan dari laba. Dengan kata lain, setiap dividen yang didasarkan pada laba merupakan pengurangan modal disetor perusahaan, sejauh itu meupakan dividen likuidasi. e. Dividen Saham Jika manajemen ingin mengkapitalisasikan sebagian dari laba (misalnya, reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi) dan dengan demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka perusahaan dapat menerbitkan dividen saham. 2. Tipe Pembayaran Dividen Menurut Bambang Riyanto (2001) ada 4 tipe kebijakan pembayaran dividen oleh perusahaan, yaitu : a. Kebijakan Dividen Stabil Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu. b. Penetapan Jumlah Dividen Minimal Plus Ekstra Yaitu jumlah dividen minimal per lembar saham setiap tahunnya ditetapkan terlebih dahulu. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan ada dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. c. Rasio Pembayaran Konstan Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap tahunnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. xli d. Rasio Pembayaran fleksibel Yaitu jumlah dividen setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Dari keempat macam pola pembayaran dividen diatas, dividen stabil merupakan kebijakan yang paling banyak digunakan perusahaan karena dapat memberi kesan kepada pihak investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dan juga dengan dividen yang pasti akan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. 3. Teori Kebijakan Dividen a. Teori ketidakrelevanan Dividen Modigliani-Miller berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara deviden dan laba yang ditahan (Brigham, 1994: 198). Beberapa asumsi yang diajukan oleh MM : 1) tidak ada pajak dan lainnya, 2) penerapan investor homogen, 3) kebijakan investasi ditentukan lebih dahulu dan kebijakan dividen tidak mempengaruhi kebijakan investasi. Dalam kondisi keputusan karena investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, karena investor dapat melakukan homemade dividens. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari xlii aset perusahaan, sehingga nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. b. Signaling Hypothesis Pada kenyataannya, kenaikan dividen diikuti dengan kenaikan harga saham sehingga memberi kesan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada kenaikan modal. Menurut MM suatu kenaikan dividen yang lebih besar daripada yang diperkirakan merupakan sinyal bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan peningkatan laba di masa yang akan datang, sedangkan penurunan dividen menandakan perkiraan laba yang rendah (Brigham, 1994:203). c. Teori Dividen Residual Perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan dibiayai. Menurut teori tersebut, manajer akan melakukan langkah-langkah berikut: 1) semua usulan investasi yang mempunyai NPV positif akan diterima, 2) menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk membiayai investasi baru dengan menjaga struktur modal yang ideal, 3) menggunakan dana internal untuk pendanaan investasi, 4) pembayaran dividen dilakukan setelah semua usulan investasi dengan NPV positif didanai (Hanafi, 2004:372). xliii C. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997)). Penelitian Hasnawati (2005) dalam Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wright dan Ferris, 1997). Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan. Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan bahwa pembayaran dividen tidak terpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. xliv Riyanto (1977) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan disatu pihak dan juga dapat membayar dividen kepada para pemegang saham dilain pihak, tetapi tujuan selalu bertentangan. Hal tersebut disebabkan semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin sedikit retained earning, dan sebagai akibatnya akan menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham. Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin besar pula. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham mencerminkan nilai perusahaan meningkat. xlv D. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Sri Hasnawati (2005) dengan judul “Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan” hasilnya menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) yang digunakan sebagai proksi keputusan investasi dengan menggunakan indikator variabel proksi IOS yaitu total assets growth, market to book assets ratio, earning to price ratio, ratio capital expenditure to book value assets, current assets to total assets ratio. Penelitian yang dilakukan Zaenal Fanani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Manejemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi (IOS), Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar Yang Sedang Berkembang” hasil penelitiannya menunjukan bahwa set kesempatan Investasi berpengaruh positif dengan harga saham (nilai perusahaan) hal ini dibuktikan dengan Book to market value of assets (MBVA), Tobin’s Q (TOBIQ), Earnings to price ratios (PER), Ratio of depreciation to firm value (DFV), dan Firm Value to book value of PPE (VPPE) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), Ratio of capital expenditure to book value of assets (CEBVA), Rasio capital expenditure to market of assets (CEMVA), dan Invesment to Net Sales Ratio (INS) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi). Dan hasilnya menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), set kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi) dan set kesempatan investasi xlvi berbasis varian (IOSv) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan investasi (IOS) yang ditunjukkan dengan nilai semua dimensi diatas nilai kritis. Penelitian yang dilakukan oleh Sinarahardja dan Isnani Yuningsih ( 2006) dengan judul “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening” Menggunakan 4 Proksi IOS yaitu PER, MVEBVE, MVABVA, DAN CAPMVA. Dengan studi kasus perusahaan manufaktur tahun 2002-2004. Dan hasilnya yang menyatakan bahwa untuk perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga berpengaruh negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005) dengan judul “Analisis Hubungan Dengan Realisasi Pertumbuhan Perusahaan Serta Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh” hasil penelitiannya membuktikan bahwa variabel-variabel Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai korelasi yang berbeda terhadap semua unsur realisasi pertumbuhan perusahaan baik untuk perusahaan yang tumbuh maupun yang tidak tumbuh. Korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan ekuitas, MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas, CAPBVA terhadap pertumbuhan aset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan xlvii ekuitas. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara CAPBVA terhadap pertumbuhan laba dan CAPMVA terhadap pertumbuhan aset. Korelasi yang negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara CAPMVA terhadap pertumbuhan ekuitas. Selain itu terjadi perbedaan yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan dilihat dari dividen yields antara perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Perusahaan yang tumbuh membagikan dividen yang lebih kecil dari pada perusahaan yang tidak tumbuh. Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati (2003) dengan judul “Hubungan Antara Peluang Investasi dengan Arus Kas, Kebijakan Pendanaan Dan dividen” hasilnya terdapat kecenderungan yang nilainya lebih sebesar asset in place lebih memilih pendanaan melalui hutang, sehingga leveragenya tinggi, sedangkan perusahaan yang nilainya lebih besar dari asset in place lebih memilih pendanaan dari sumber internal, sehingga leveragenya rendah. Perusahaan yang kebijakan dividennya stabil cenderung membayar dividen kecil, karena bila terjadi kontraksi ekonomi masih mampu mempertahankan untuk membayar dividen. Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto Bartono M (2002) yang meneliti tentang “Set Kesempatan Investasi : Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen” dari hasil penelitian tersebut bahwa rasio individual MVABVA, MVEBVE, PER, CAPMVA dan CAPMVA serta indeks IOS berupa SKOR dan VIIOS berkorelasi positif signifikan dengan realisasi pertumbuhan pada periode setelah penetapan level IOS diterima. xlviii Selain itu, analisis dalam penelitian ini cenderung mendukung hipotesis kontrak: bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan dividen relatif lebih rendah terhadap perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan bertumbuh cenderung merupakan perusahaan besar. Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan Muh. Yusuf Ariyanto (2005) yang meneliti tentang “Analisis Kebijakan Dividen, Pendanaan, dan Asimetri Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan perusahaan yang tumbuh memiliki kebijakan pendanaan melalui hutang dalam struktur modalnya (rasio debt/equity) lebih kecil dari perusahaan tidak tumbuh. Dilihat dari mean ranknya, perusahaan tumbuh membayar dividen lebih rendah daripada perusahaan tidak tumbuh dengan proksi dividen payout. Penelitian Sih Widhi Utami (2006) dalam penelitiannya berjudul “Asosiasi Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PER berkorelasi positif terhadap ekuitas, CAP/BVA dan CAP/MVA memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva. Perusahaan bertumbuh memiliki kebijakan dividen lebih rendah dibandingkan perusahaan perusahaan tidak bertumbuh yang signifikan dengan pengukuran dividen payout ratio. Penelitian Agustina M.V Norpratiwi dengan judul (2004) “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham” berdasarkan hasil pengujian keempat variabel proksi IOS (MKTBEKEQ, MKTBKASS, xlix CAPBVA, EP-RASIO) secara umum dapat ditunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara proksi IOS dengan return saham. Hal ini menunjukan bahwa IOS mempengaruhi nilai perusahaan yang dicerminkan dengan harga saham. l E. Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan IOS Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2004-2006 Rasio Investment Opportunity Set (IOS) Factor Analysis Nilai Perusahaan Tumbuh Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Uji Asumsi Klasik: - Normalitas - Multikolinieritas - Autokorelasi - Heteroskedastisitas Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) Path Analysis Regresi Linier Berganda Uji F Uji T Interpretasi Koefisien Determinasi Interpretasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran li F. Hipotesis Penelitian Atas dasar kerangka Pemikiran dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1. H0 = Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. H0 = Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. lii BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Investment Oportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening dengan studi kasus Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2006. B. Metode Penentuan Sampel Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh sektor Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2006. Pemfokusan seluruh sektor bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian lebih akurat. Pengamatan mengenai nilai perusahaan, investment opportunity set dan kebijakan dividen. Periode yang diamati adalah jumlah saham yang beredar dan harga penutupan , dividen per lembar saham serta laporan keuangan tahun 2004-2006. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut : (1) Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun (sampel 2004 sampai dengan tahun 2006); liii (2) Bukan Perusahaan lembaga keuangan, perbankan maupun pemerintah (untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang mungkin mempengaruhi variabel dalam penelitian ini); (3) Mempublikasikan datanya berupa laporan keuangan, dividen, harga penutupan saham, dan jumlah saham yang beredar secara berturut-turut tahun 2004-2006 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory; (4) Tidak memiliki laba dan total ekuitas negatif pada tahun 2004 sampai tahun 2006. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan bersumber dari data sekunder, lalu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan berikut : 1. Penelitian Laporan a. Laporan Keuangan 31 Desember 2004, 31 Desember 2005, 31 Desember 2006. b. Harga saham akhir tahun pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. 2. Metode Kepustakaan Penelitian ini juga diperoleh melalui studi kepustakaan. Sumber-sumber yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan membahas permasalahan penelitian ini seperti buku, jurnal, literatur, liv koran, website, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian yang diteliti. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari: (1) Indonesian Capital Market Directory 2007 dan 2008; (2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi; D. Metode Analisis Data 1. Analisis Faktor Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu himpunan variabel observasi. Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel tergantung. lv Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah melihat matrik secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA). Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequecy mengukur kecukupan sampling (Sampling Adequacy). Indeks ini membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa korelasi antar-pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor mungkin tidak tepat. Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequecy merupakan suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor. Nilai tinggi antara 0.5 – 1,0 berarti analisis faktor tepat, kalau kurang dari 0,5 analisis faktor dikatakan tidak tepat. Ketentuan tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut : • Jika probabilitas (sig) < 0.05 maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut • Jika probabilitas (sig) > 0.05 maka variabel tidak dapat dianalisis lebih lanjut. lvi Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA). Besarnya angka MSA ialah antara 0-1. Nilai MSA ditunjukkan oleh Anti Image correlation matrices yaitu matriks korelasi parsial di antara variabel setelah dilakukan analisis faktor mewakili derajat (tingkatan) untuk mana faktor-faktor saling menjelaskan satu sama lain. Elemen diagonal (off diagonal) menunjukkan korelasi parsial antar variabel. Jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel maka ketentuannya sebagai berikut: • Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan. • Jika MSA > 0.05 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. • Jika MSA < 0.05 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan atau dibuang. Dalam penelitian ini penyeleksian sampel berdasarkan nilai IOS dilakukan dengan menggunakan metode Common Factor Analysis yaitu kelima variabel sebagai proksi IOS yang terdiri dari MVE/BVE, MVA/BVA, PER, CAP/BVA, dan CAP/MVA dianalisis dengan menggunakan Common Factor Analysis. Jumlah faktor yang dapat digunakan yaitu untuk mengklasifikasi sampel ke dalam perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh adalah faktor yang memiliki eigenvalues sama dengan atau lebih besar dari satu (Hair et.al, lvii 1995). Atau jumlah eigenvalues sama atau lebih besar nilai total communalities dari seluruh variabel yang digunakan (Gaver dan Gaver, 1993). Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan oleh common factor atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Eigenvalues merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Faktor yang memiliki total communalities sama atau lebih besar dari satu dianggap telah mewakili nilai-nilai dari keseluruhan variabel yang digunakan. Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang diperoleh selanjutnya akan diurutkan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Setelah menjumlahkan indeks faktor yang merupakan variable representative dari IOS yang sudah diekstrasi dengan common Factor analysis. Langkah selanjutnya melakukan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan indeks faktor sebagai berikut yaitu 40 % perusahaan dengan indeks faktor IOS tertinggi merupakan perusahaan tumbuh 40 % perusahaan dengan indeks faktor IOS terendah merupakan perusahaan tidak tumbuh sedangkan 20 % perusahaan dengan indeks faktor IOS di tengah dihilangkan karena dianggap kurang ekstrim utuk membedakan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh. lviii Untuk menghitung model skor atau nilai faktor ke i bisa dihitung dengan menggunakan rumus: Fi = Wi 1 X1 + Wi 2 X2 + Wi 3 X3 + …….. + Wi k Xk Di mana : Fi = perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya Wi ) Wi = timbangan atau koefisien nilai factor ke-i K = banyaknya variabel 2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik bertujuan mendapatkan model penelitian yang valid dan dapat digunakan estimasi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan lix ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas • Jika data berada di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan memenuhi asumsi normalitas. • Jika data menyebar dari garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan tidak memenuhi asumsi normalitas. b). Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi dilakukan dengan cara sebagai berikut : i) Dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) Jika model regresi memiliki angka VIF lebih besar dari pada nilai 10 maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan sebaliknya jika model regresi memiliki angka VIF kurang dari 10 maka pada model regresi dikatakan tidak terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001) ii) Dilihat dari nilai tolerance Jika model pada regresi memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan jika sebaliknya model regresi lx memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 maka dapat dikatakan model regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001) c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghazali, 2002:61). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, maka akan digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Menurut Durbin Watson Statistics, pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi didasarkan pada 5 kondisi autokorelasi : o 0 < d < dL : ada autokorelasi positif. o dL < d < dU : inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi positif). o dU < d < 4-dU : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. o 4-dU <d< 4-dL: inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi negatif). o 4-dL < d < 4 : ada autokorelasi negatif. Selain itu menurut Singgih Santoso (2000:218) secara umum angka D-W yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan adalah: o Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. lxi o Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada autokorelasi. o Angka D-W diatas 2 berarti terdapat autokorelasi negatif. Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk dipakai Uji F (uji secara simultan). d) Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik scatter plots). Cara mendeteksi grafik scatter plots adalah sebagai berikut : Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit), dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. lxii 3. Uji Signifikansi Uji signifikansi keseluruhan secara simultan ditunjukkan oleh bilangan F (F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi masing-masing variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-test) a.) Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan) Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah uji F. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dengan kondisi pengujian sebagai berikut : • Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dapat dikatakan semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen • Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001) b) Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual) Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dengan kondisi pengujian sebagai berikut : lxiii • Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat dikatakan bahwa variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen • Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan bahwa variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001). 4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu. Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001). 5. Analisis Regresi Linier Model regresi linier dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data nominal dan ordinal. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut : Y1 = β0 + β1 XIOS + e Berdasarkan perumusan model tersebut penulis berusaha mengoperasikan dalam variabel dependen kedua yang digunakan sehingga bentuk persamaan menjadi: lxiv Y2 = β0 + β2 XIOS + e Keterangan: Y1 = Nilai perusahaan tumbuh Y2 = Nilai perusahaan tidak tumbuh β = Konstanta IOS = Investment Opportunity Set (IOS) e = Standar Error 6. Uji Variabel Intervening Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung, tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian lxv IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan. Model uji variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (Path Analysis) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Analysis) e1 Kebijakan Dividen p2 p3 IOS Nilai perusahaan e2 p1 Diagram jalur di atas dapat diterangkan sebagai berikut: IOS dan Kebijakan Dividen dinamakan variabel penyebab atau variabel eksogen. Kebijakan dividen dan Nilai Perusahaan dinamakan variabel akibat atau variabel endogen. IOS mempengaruhi Kebijakan Dividen tetapi masih ada faktor-faktor lain di luar IOS yang mempengaruhi kebijakan Dividen yang tidak dapat diukur dan faktor-faktor tersebut dinamakan variabel residu dengan lambang e1. IOS dan Kebijakan Dividen masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi Nilai Perusahaan yang disebut variabel residu dengan lambang e2. Setiap nilai p menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Berdasarkan gambar dapat dijelaskan bahwa IOS dapat berpengaruh langsung dengan nilai perusahaan (p1), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat lxvi kebijakan dividen lebih dahulu (p2) baru ke nilai perusahaan (p3). Total pengaruh hubungan dari IOS ke nilai perusahaan (korelasi IOS dan Nilai Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung ke nilai perusahaan (koefisien path atau regresi p1) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari IOS ke kebijakan dividen yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari kebijakan dividen ke nilai perusahaan yaitu p3. Pengaruh langsung IOS ke Nilai perusahaan = p1 Pengaruh tak langsung IOS ke dividen ke nilai perusahaan = p2 x p3 Total pengaruh (korelasi IOS ke Nilai Perusahaan) = p1+ (p2x p3) Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi (intervening) hubungan kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ke tiga yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen variabel) akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah variance yang tak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Jadi anak panah dari e1 ke kebijakan dividen menunjukkan jumlah variance kebijakan dividen yang tidak dapat dijelaskan oleh IOS. Besarnya nilai e1 = {(1-R2)2}. Sedangkan anak panah dari e2 menuju nilai perusahaan menunjukkan variance nilai perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh IOS dan kebijakan dividen dan besarnya e2 = {(1-R2)2. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua lxvii persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada empat persamaan tersebut adalah : DPR Perusahaan Tumbuh = b1 IOS + e1 (1) Nilai Perusahaan Tumbuh = b1 IOS + b2 DPR + e2 (2) DPR Perusahaan Tidak Tumbuh = b1 IOS + e3 (3) Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = b1 IOS + b2 DPR + e4 (4) Standardized koefisien untuk IOS pada persamaan (1 dan 3) akan memberikan nilai p2. sedangkan koefisien untuk IOS dan kebijakan Dividen pada persamaan (2 dan 4) akan memberikan nilai p1 dan p3. E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga kelompok yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel intervening. 1. IOS (Investment Opportunity set) Yaitu set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan perusahaan. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variable laten) sehingga diperlukan proksi (Hartono, 2001). Alternatif proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. lxviii Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai bukunya. Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku asset mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui hubungan bahwa semakin rendah MVABVA maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and Gaver (1993) juga menemukan bahwa semakin tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku, maka akan semakin tinggi pula nilai IOS. MVABVA = [total aset-total ekuitas + (lembar saham beredar x harga saham penutupan)] total aset b. Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas juga mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari (1989) membuktikan bahwa perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan peluang investasi. Proksi ini dapat menjelaskan pula bahwa besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. MVEBVE = [Jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham] total ekuitas lxix c. Rasio Price to eaning ratio (PER) dengan dasar pemikiran bahwa nilai ekuitas merupakan jumlah nilai kapitalisasi laba yang dihasilkan dari pengelolaan aset plus nilai sekarang neto (NPV) dari pilihan investasi di masa datang. Semakin besar rasio PER maka semakin besar pula perusahaan kemungkinan untuk tumbuh. Rasio EPS/Price atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS yang sama dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar (Chung and Charoenwong, 1991; Smith and Watts, 1992; Gaver and Gaver,1993; Sami et al. 1999 dan Hartono, 1999). PER = Harga Penutupan Saham laba per lembar saham d. Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio capital addition to asset book value (CAPBVA) menggunakan investasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap. Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatu perusahaan, nilai peluang investasi juga dapat dianalisis melalui adanya tambahan aktiva tetap yang diinvestasikan dalam satu atau lebih periode. Apabila perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan bertumbuh, maka lxx secara langsung peluang investasi tersebut dapat dibuktikan melalui adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap. CAPBVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ] total asset e. Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh. CAPMVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ] [ Total aset-total ekuitas + (lembar saham beredar x harga saham penutupan)] 2. Kebijakan Dividen Merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Kebijakan dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham laba per lembar saham Dividen payout ratio disajikan dalm bentuk persentase. Menurut Riyanto (1993:201) makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam lxxi perusahaan, yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas (Brigham dan Gapenski, 1996: 450). 3. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wright dan Ferris, 1997). Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar) lxxii BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Sejarah pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel zaaz. Berdasarkan pengalaman Belanda, pendirian bursa efek di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek Belanda lainnya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Kegiatan pasar modal di Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan saham di Bei. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: • 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. lxxiii • 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I • 1925-1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya • Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. • 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II • 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) • 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. • 1956-1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. • 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. • 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. lxxiv • 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. • 1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. • Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. • Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. • 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. • 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. • 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). • 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. • 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. lxxv • 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. • 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). • 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Sepanjang bulan Januari hingga Juli 2007, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, Bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat luar biasa. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 24 Juli 2007 di level 2.401,144. Rata-rata volume perdagangan harian mencapai 3.981.633.295 saham dengan rata-rata nilai transaksi Rp 3.549.999.411.555 dan 43.024 kali transaksi. Bersamaan dengan HUT Pasar Modal ke-30 (tahun 2007) BEJ meluncurkan Indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan akan bermanfaat bagi para pemodal dalam mengelola portofolio investasinya dan bagi fund manager yang akan menggunakannya sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan 100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dan kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Indeks lxxvi ini akan melengkapi informasi mengenai perkembangan pasar saham pada umumnya dan perkembangan harga masing-masing saham khususnya, serta diharapkan dapat memberikan pedoman bagi pemodal dalam melakukan pilihan investasi di Pasar Modal yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas transaksi di BEJ. Nilai dasar yang digunakan Indeks Kompas 100 adalah 2 Januari 2002. Review terhadap saham-saham yang masuk akan dilakukan 2 (dua) kali selama setahun yaitu setiap bulan Januari dan Juli. Indeks Kompas 100 merupakan kerjasama antara BEJ dan Harian Kompas yang merupakan wujud komitmen bersama dalam pengembangan Pasar Modal Indonesia. Perubahan ekonomi global berdampak pada pasar keuangan, ekonomi makro, maupun besaran APBN 2008 Di pasar keuangan dalam negeri, terjadi gejolak di pasar modal, sehingga Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat mengalami penurunan cukup besar di awal tahun 2007, walaupun kinerja pasar modal Indonesia lebih baik dari negara lain. Selain itu net buying asing terhadap obligasi negara juga cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir sampai Januari 2008, sedangkan indikator ekonomi makro, tingkat inflasi 2007 mengalami sedikit tekanan sehingga realisasinya mencapai 6,6 persen dan bulan Januari 2008 sebesar 1,77 persen. Perkembangan yang terjadi di pasar modal banyak dipengaruhi oleh sentimen perekonomian global. Itulah sebabnya IHSG yang pada akhir tahun 2007 yang lalu mencapai 2.754, pada bulan-bulan sesudahnya mengalami penurunan dan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2008. Pada akhir lxxvii September 2008, IHSG bahkan berada pada level 1.832. suatu penurunan sebesar 33,5 persen dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terus berlanjut, terutama pada bulan Oktober, sehingga pada akhir bulan Oktober tersebut IHSG mencapai 1.256,70. Indeks saham tersebut secara bertahap mengalami kenaikan dari titik nadirnya dan pada akhir Desember 2008 IHSG telah kembali mencapai 1.355,4. Indeks harga saham gabungan mengalami peningkatan menjadi 1.406 pada akhir Maret 2009. Peningkatan tersebut terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya dengan kembalinya rally di pasar modal negara-negara berkembang. Tahun 2008 ternyata merupakan tahun yang tetap baik bagi perekonomian Indonesia. Meskipun dalam beberapa bulan di penghujung tahun 2008 perekonomian dunia banyak disibukkan oleh krisis perekonomian global, terutama jatuhnya beberapa lembaga keuangan besar di Amerika Serikat dan Inggris, ternyata dampaknya terhadap perekonomian Indonesia masih relatif terbatas. Hal tersebut tidak berarti krisis perekonomian global tidak berdampak apapun terhadap perekonomian Indonesia. Pada awal kuartal keempat tahun 2008, perekonomian Indonesia sibuk menghadapi masa-masa yang menegangkan. Likuiditas perbankan demikian ketat, sehingga bank-bank (dimulai dari bank-bank asing) akhirnya mencoba menarik dana nasabah dengan tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga yang berlakudi pasar. Karena bank-bank asing berani memasang bunga yang tinggi, bank-bank lokal, baik yang kecil maupun yang besar terpaksa harus menaikkan suku bunganya, yang ternyata dampaknya masih tetap lxxviii dirasakan sampai dengan awal kuartal kedua tahun 2009. Keketatan likuiditas tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi hampir bersamaan, sebagai berikut. Pertama, sangat tingginya pertumbuhan kredit yang terutama disebabkan oleh beralihnya kredit “offshore” ke dalam negeri karena tidak di roll-overnya pinjaman terhadap korporasi maupun perbankan lokal oleh para kreditor di luar negeri. Hal tersebut terjadi karena para bankir luar negeri harus menyiapkan dana untuk memperkuat likuiditas perusahaan induk mereka masing-masing. Sebagai perusahaan yang memiliki kualitas kredit yang prima, maka perpindahan kredit ke dalam negeri disambut dengan antusias oleh bank-bank dalam negeri yang mengakibatkan sampi bulan Agustus 2008 kredit meningkat sekitar Rp 204 triliun. Dalam tahun 2008, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan’dan komunikasi yang mengalami peningkatan sebesar 16,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, sedangkan yang terendah adalah sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 0,5 persen. Pada kuartal pertama tahun 2009, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 16,7 persen, listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 11,4 persen, sektor jasa tumbuh 6,8 persen, serta sektor keuangan dan sektor konstruksi masing-masing mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen. Sektor pertanian meningkat dengan 4,8 persen sektor pertambangan dan penggalian meningkat sebesar 2,2 persen, industri pengolahan meningkat dengan 1,6 persen, lxxix sedangkan sektor perdagangan menempati kedudukan yang paling rendah dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,6 persen terlalu tajam. B. Deskriptif Analisis 1. Deskriptif Data Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta dan masih tetap terdaftar sampai dengan tahun 2006. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Perusahaan yang mempublikasikan diri sebagai perusahaan go public di BEI tahun 2004, 2005, 2006 Perusahaan yang tidak termasuk dalam lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non perbankan Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahun 2004, 2005 dan 2006 Perusahaan yang memiliki laporan keuangan per 31 Desember yang tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas negatif dan atau mengalami kerugian pada salah satu periode penelitian (2004-2006) Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara terus menerus selama tahun 2004-2006 Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh sampel penelitian per tahun yaitu 62 perusahaan dengan nama-nama perusahaan sebagai berikut: lxxx Tabel. 4.1 Sampel Data Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Kode AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR PBRX PLIN PNSE Emiten Astra Agro Lestari Adhi Karya AKR Corporindo Aneka Tambang Astra Graphia Astra International Astra Otoparts Sepatu Bata Berlian Laju Tanker Bumi Resources Centrin Online Colorpak Indonesia Citra Tubindo Delta Djakarta Ekadharma International Enseval Putra Megatrading Fast Food Indonesia Gudang Garam Gowa Makassar Tourism Development Hexindo Adiperkasa Humpuss Intermoda Transportasi Hanjaya Mandala Sampoerna International Nickel Indonesia Indofood Sukses Makmur Indorama Syenthetic Indosat Kimia Farma Lion Metal Works Lion Mesh Prima Lautan Luas Medco Energi International Merck Indonesia Multi Bintang Indonesia Matahari Putra Prima Mayora Indah PAN Brothers Plaza Indonesia Realty Pudjiadi & Sons Estate lxxxi 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR Tambang Batu Bara Bukit Asam Petrosea Ramayana Lestari Sentosa RIG Tenders Bentoel Internasional Investama Surya Citra Media Samudera Indonesia Semen Gresik Summarecon Agung Selamat Sempurna Sumi Indo Kabel Bristol Myers Squibb Indonesia Tunas Baru Lampung Mandom Indonesia Tiga Raksa Satria Timah International Telekomunikasi Indonesia Surya Toto Indonesia Trias Sentosa Tempo Scan Pacific Tunas Ridean Bakrie Sumatera Plantation United Tractors Unilever Indonesia 2. Deskriptif Analisis Data Data–data yang diperoleh dari variabel observed/indicator yang diteliti diantaranya adalah : a. Investment Opportunity Set (IOS) Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977) yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Menurut Gaver dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat lxxxii tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono, 1999). Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Maka peneliti menggunakan proksi IOS yang sering digunakan oleh para peneliti terdahulu, yaitu rasio MVEBVE, rasio MVABVA, rasio CAPMVA. Rasio CAPBVA dan rasio PER. Untuk mengetahui besarnya masing rasio-rasio tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Proksi-Proksi IOS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Perusahaan Tahun AALI AALI AALI ADHI ADHI ADHI MVABVA MVEBVE CAPBVA CAPMVA PER IOS 2004 1.5564 1.9276 0.0403 0.0257 6.0900 9.6400 2005 1.1173 1.1427 0.0724 0.0648 9.7600 12.1572 2006 1.3503 1.1446 0.0715 0.0529 25.2000 27.8193 2004 2.5674 6.7655 0.0791 0.1348 17.2500 26.7968 2005 1.6288 5.0931 0.2338 0.1435 16.6400 23.7392 2006 2.0055 7.5490 0.1588 0.0792 15.0800 24.8725 AKRA AKRA AKRA ANTM ANTM ANTM ASGR ASGR ASGR ASII ASII ASII 2004 0.5836 0.1810 0.0501 0.0858 4.7100 5.6105 2005 0.7883 0.5699 0.0184 0.0233 7.7500 9.1499 2006 1.0291 1.0655 0.0922 0.0346 13.2900 15.5114 2004 1.1711 1.4171 0.4205 1.6555 4.0800 8.7442 2005 1.4460 1.9427 0.0207 0.1223 8.1000 11.6317 2006 2.0320 2.7570 -0.0657 -0.0323 9.8300 14.5210 2004 0.7967 0.6493 -0.2130 -0.0162 11.5600 12.7768 2005 1.2501 1.4554 0.0095 0.0076 12.0300 14.7526 2006 0.9125 0.8272 -0.0061 -0.0067 17.4000 19.1269 2004 1.2354 1.5591 0.0630 0.0510 7.1900 10.0985 2005 0.9874 0.9709 0.0627 0.0635 16.6400 18.7245 2006 1.2343 0.2034 0.0265 0.0214 15.0800 16.5656 AUTO AUTO 2004 0.6690 0.4234 0.0831 0.1242 6.5500 7.8497 2005 0.4839 0.1843 0.0447 0.0924 7.7300 8.5353 lxxxiii 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 AUTO BATA BATA BATA BLTA BLTA BLTA BUMI BUMI BUMI CENT CENT CENT CLPI CLPI CLPI CTBN CTBN CTBN DLTA DLTA DLTA EKAD EKAD EKAD EPMT EPMT EPMT FAST FAST FAST GGRM GGRM GGRM 2006 0.4446 0.0980 0.0261 0.0587 8.0800 8.7074 2004 0.3693 0.0519 0.0125 0.8340 5.1900 6.4577 2005 0.4503 0.0466 0.0375 0.9833 7.5100 9.0277 2006 0.3502 0.0720 -0.0008 -0.0023 9.0300 9.4491 2004 2.7826 2.4308 0.1689 0.2158 11.9300 17.5281 2005 1.4436 2.7471 0.2873 0.1990 16.7000 21.3770 2006 2.4261 4.7374 0.0876 0.0361 28.0000 35.2872 2004 2.3659 13.8387 0.0131 0.0055 12.8100 29.0332 2005 1.9360 9.3250 0.0198 0.0102 12.0700 23.3610 2006 1.7446 6.1995 0.1002 0.0574 8.7000 16.8017 2004 0.0892 0.0002 -0.0231 -0.2593 20.7100 20.5170 2005 0.0769 0.0004 -0.0267 -0.3474 15.0000 14.7032 2006 0.1083 0.0509 -0.0666 -0.6147 9.1700 8.6479 2004 0.4078 0.0704 -0.0145 -0.0356 22.6700 23.0981 2005 0.5482 0.1682 -0.0042 -0.0077 15.7800 16.4845 2006 1.0853 1.1751 -0.0052 -0.0047 39.1400 41.3905 2004 0.1613 0.0002 -0.0189 -0.1176 46.1100 46.1350 2005 0.4152 0.0042 0.0106 0.0256 9.2200 9.6756 2006 0.5805 0.1047 0.0415 0.6254 6.4400 7.7921 2004 0.2376 0.0181 0.0254 0.1069 5.9900 6.3780 2005 0.2618 0.0233 0.0030 0.0116 10.2200 10.5197 2006 0.2440 0.0036 0.0146 0.0600 8.4300 8.7522 2004 1.0642 0.2541 -0.0171 -0.0161 12.2500 13.5351 2005 0.3491 0.1073 0.0025 0.0072 14.6600 15.1261 2006 0.2380 0.0172 0.0037 0.0155 15.5200 15.7944 2004 1.0401 1.1153 0.2300 0.0222 7.0200 9.4276 2005 0.8729 0.6906 0.0953 0.0258 8.4100 10.0946 2006 0.8310 0.6779 0.0282 0.0340 7.0900 8.6611 2004 0.4003 0.0057 0.0057 0.0138 13.0700 13.4955 2005 0.3982 0.0065 0.0214 0.0538 12.9700 13.4499 2006 0.4085 0.0076 0.0522 0.1278 11.7800 12.3761 2004 0.6327 0.3793 0.0967 0.1530 14.5600 15.8217 2005 0.5630 0.2625 0.0175 0.0310 11.8600 12.7340 2006 0.4979 0.1707 0.0218 0.0437 19.4700 20.2041 GMTD GMTD GMTD HEXA HEXA 2004 0.7434 0.0425 -0.0033 -0.0044 6.7500 7.5282 2005 0.7182 0.0013 -0.0023 -0.0032 5.6100 6.3240 2006 0.7006 0.0024 -0.0022 -0.0032 5.7800 6.4776 2004 1.4484 2.0075 -0.0136 -0.9386 5.6500 8.1537 2005 0.7417 0.1879 0.0889 1.2042 8.2500 10.4727 lxxxiv 60 HEXA 2006 0.8928 0.6266 0.1267 0.1420 19.1700 20.9581 61 HITS HITS HITS HMSP HMSP HMSP INCO INCO INCO INDF INDF INDF INDR INDR INDR ISAT ISAT ISAT KAEF KAEF KAEF LION LION LION LMSH LMSH LMSH LTLS LTLS LTLS MEDC MEDC MEDC MERK MERK MERK MLBI MLBI 2004 0.8209 0.5099 0.0403 0.0491 8.6500 10.0702 2005 0.5480 0.0126 0.1149 0.2097 8.8900 9.7752 2006 0.4549 0.0041 -0.1078 -0.2369 14.0300 14.1443 2004 1.4855 2.1553 0.0168 0.8113 14.6500 19.1189 2005 4.5083 10.1509 0.0055 0.9013 16.3600 31.9260 2006 0.5645 0.0317 -0.0007 -0.0012 12.0500 12.6443 2004 0.4047 0.1673 0.0027 0.0067 4.6300 5.2114 2005 0.3662 0.1926 0.0026 0.0071 4.9400 5.5085 2006 3.6470 0.4339 0.0027 0.0048 6.6500 10.7384 2004 1.9701 0.6992 0.0119 0.0098 19.9800 22.6710 2005 1.2304 1.7907 0.0019 0.0015 69.3000 72.3245 2006 1.3849 3.5966 0.0247 0.0179 19.2800 24.3041 2004 0.6051 0.1114 0.0251 0.0415 28.8900 29.6731 2005 0.5911 0.0285 0.0311 0.0525 15.0700 15.7732 2006 0.5732 0.0131 0.0355 0.0585 17.3800 18.0603 2004 1.1330 1.0631 0.1130 0.1411 18.6100 21.0602 2005 1.0521 1.1194 0.1318 0.1253 18.3100 20.7386 2006 1.4102 1.9236 0.0993 0.0704 26.0100 29.5135 2004 0.4346 0.1855 0.0007 0.0016 14.6400 15.2624 2005 0.3599 0.1071 -0.0013 -0.0035 15.2400 15.7022 2006 0.3666 0.0824 -0.0059 -0.0143 20.8300 21.2588 2004 0.2045 0.0316 0.0191 0.0935 3.7500 4.0987 2005 0.2159 0.0368 -0.0103 -0.0479 5.4700 5.6645 2006 0.2055 0.0044 0.0048 0.0237 5.5400 5.7784 2004 0.6087 0.0431 -0.0048 -0.0347 2.6600 3.2723 2005 0.5008 0.0078 -0.0232 -0.0470 4.4400 4.8784 2006 0.2245 0.0402 0.0105 0.0210 6.1200 6.4162 2004 0.7993 0.0004 0.0440 0.0550 5.5600 6.4587 2005 1.0096 0.0009 0.0207 0.0209 7.1400 8.1921 2006 0.7637 0.0001 0.0284 0.0372 10.6400 11.4694 2004 0.6196 0.2828 0.0296 0.0478 10.5400 11.5198 2005 0.6557 3.7560 0.0418 0.0638 15.3000 19.8173 2006 0.7096 1.9920 0.0646 0.0910 34.3400 37.1972 2004 0.4073 0.2285 0.0159 0.0392 8.9200 9.6109 2005 0.2554 0.0998 -0.0089 -0.0350 9.4300 9.7413 2006 0.3044 0.1651 -0.0026 -0.0086 10.3500 10.8083 2004 0.5297 0.0067 0.0578 0.1091 10.3800 11.0833 2005 0.6154 0.0290 0.1091 0.1132 12.1100 12.9767 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 lxxxv 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 MLBI MPPA MPPA MPPA MYOR MYOR MYOR PBRX PBRX PBRX PLIN PLIN PLIN PNSE PNSE PNSE PTBA PTBA PTBA PTRO PTRO PTRO RALS RALS RALS RIGS RIGS RIGS 2006 0.6806 0.0174 0.0595 0.0874 15.7500 16.5949 2004 0.6117 0.1602 0.0101 0.0166 12.4100 13.2086 2005 0.8036 0.5651 0.1169 0.1455 11.6100 13.2411 2006 0.7394 0.2715 0.0338 0.0457 13.4900 14.5804 2004 0.4913 0.2505 0.0074 0.0151 10.8100 11.5743 2005 0.4822 0.1554 0.0836 0.1735 13.7500 14.6447 2006 0.7361 0.5771 0.0035 0.0048 13.2700 14.5915 2004 1.0973 1.1541 -0.2132 -0.1943 18.1800 20.0239 2005 0.8143 0.3423 -0.2810 -0.3451 16.2200 16.7505 2006 0.8218 0.1656 0.1155 0.1405 17.3600 18.6034 2004 0.4741 0.1731 0.0277 0.0584 19.1700 19.9033 2005 0.3674 0.1099 0.0271 0.0737 18.0400 18.6181 2006 0.3036 0.0035 0.0523 0.1723 25.1200 25.6517 2004 0.7028 0.0204 0.0447 0.0636 32.8100 33.6415 2005 0.6892 0.0007 0.0482 0.0699 37.8000 38.6080 2006 0.6688 0.0021 0.0015 0.0023 10.1800 10.8547 2004 1.3877 1.5474 0.0184 0.0132 7.7500 10.7167 2005 1.6946 1.9609 0.0142 0.0084 8.8800 12.5581 2006 4.6237 5.9059 -0.0132 -0.0028 16.7200 27.2336 2004 0.3223 0.0827 1.6583 0.1412 7.1600 9.3645 2005 0.4568 0.1340 0.1612 0.3529 8.5900 9.6949 2006 0.4995 0.1979 0.0614 0.1230 10.6800 11.5618 2004 0.5329 0.2787 -0.0177 -0.0333 17.4000 18.1606 2005 0.8313 0.7763 0.0393 0.0473 18.8400 20.5342 2006 1.0352 1.0458 0.0194 0.0187 19.6600 21.7791 2004 0.0484 0.0112 0.0817 0.2412 8.7200 9.1025 2005 0.8118 0.8038 -0.0389 -0.2946 11.1500 12.4321 2006 0.3979 0.0032 0.6415 0.9188 39.3300 41.2914 RMBA RMBA RMBA SCMA SCMA SCMA SMDR SMDR SMDR SMGR SMGR 2004 0.5159 1.0026 -0.0206 -0.0401 9.0700 10.5278 2005 0.7589 1.2162 -0.0162 -0.0214 7.8800 9.8175 2006 1.2430 1.4791 0.0852 0.0685 13.1700 16.0458 2004 0.5100 0.2289 0.0021 0.0041 25.4900 26.2351 2005 0.7015 0.5139 0.0110 0.0157 18.5300 19.7721 2006 0.3965 0.0357 -0.0055 0.0139 20.9500 21.3906 2004 0.5520 0.0057 -0.0348 -0.0630 3.0600 3.5199 2005 0.6302 0.2090 0.0201 0.0317 3.5100 4.4010 2006 0.6399 0.1286 0.1507 0.2356 18.1500 19.3048 2004 0.7008 0.4572 -0.0462 -0.0659 21.0800 22.1259 2005 0.4900 0.1707 -0.0332 -0.0677 10.3300 10.8898 lxxxvi 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 SMGR SMRA SMRA SMRA SMSM SMSM SMSM 2006 1.4529 1.6173 0.0342 0.0235 16.6200 19.7479 2004 0.8414 0.6380 0.0373 0.0444 7.9600 9.5211 2005 1.2869 1.6391 0.0464 0.0361 9.7600 12.7685 2006 1.1889 1.4244 0.2514 0.0405 19.1700 22.0752 2004 0.4832 0.0197 -0.0118 0.0244 6.5600 7.0755 2005 0.4514 0.0182 0.0035 -0.0177 6.5900 7.0454 2006 0.3759 0.0084 0.0180 0.0481 6.8700 7.3204 SUMI SUMI SUMI SQBI SQBI SQBI TBLA TBLA TBLA TCID TCID TCID TGKA TGKA TGKA TINS TINS TINS TLKM TLKM TLKM TOTO TOTO TOTO 2004 0.2897 0.0020 -0.0342 -0.1182 23.9600 24.0993 2005 0.3839 0.0019 -0.0127 -0.0331 15.5100 15.8500 2006 0.3720 0.0069 -0.0402 -0.1081 12.6500 12.8806 2004 0.3358 0.8160 0.0346 0.1030 0.8400 2.1294 2005 0.3876 0.9019 0.0159 0.1341 44.1200 45.5595 2006 0.3701 0.0008 0.0399 0.1079 12.2900 12.8087 2004 0.7398 0.3111 0.0867 0.1171 22.5700 23.8247 2005 0.6882 0.1160 0.0435 0.0632 51.9000 52.8109 2006 1.0291 1.0691 0.1057 0.1027 59.2300 61.5366 2004 0.2538 0.1137 0.0651 0.2568 7.5600 8.2494 2005 0.1915 0.0396 0.0527 0.2753 6.8900 7.4491 2006 0.1562 0.0655 0.0924 0.5915 12.5600 13.4656 2004 0.6618 0.0108 0.0013 0.0019 82.6500 83.3258 2005 0.6961 0.0074 -0.0183 -0.0263 12.9800 13.6389 2006 0.7540 0.0006 -0.0114 -0.0151 9.5500 10.2781 2004 1.0299 1.0479 0.0056 0.0055 20.7500 22.8389 2005 0.8761 0.7781 0.0199 0.0231 8.5200 10.2172 2006 1.7165 2.4795 -0.0025 -0.0015 10.7000 14.8920 2004 4.3469 1.0289 0.0034 0.0034 15.8700 21.2526 2005 1.2559 1.6832 0.7261 0.5781 14.8800 19.1233 2006 1.5906 2.5648 0.1148 0.0721 18.5000 22.8423 2004 0.8038 0.0426 0.0647 0.0858 11.1400 12.1369 2005 0.7461 0.0024 0.1286 0.1723 4.7300 5.7794 2006 0.6911 0.0005 -0.2070 -0.2140 4.1000 4.3706 TRST TRST TRST TSPC TSPC TSPC TURI TURI 2004 0.5003 0.0003 0.1371 0.2459 20.5000 21.3836 2005 0.5799 0.0772 0.0476 0.0821 25.0000 25.7868 2006 0.5272 0.0208 0.0044 0.0083 16.1100 16.6707 2004 0.5848 2.4074 0.0283 0.0484 10.5400 13.6089 2005 0.3330 2.4842 0.0570 0.1711 38.5700 41.6153 2006 0.5784 2.0055 0.8091 0.1157 14.8600 18.3687 2004 1.0744 1.2841 0.0462 0.0429 6.1700 8.6176 2005 0.8121 0.2456 0.0540 0.0531 6.7400 7.9048 lxxxvii 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 TURI UNSP UNSP UNSP UNTR UNTR UNTR UNVR UNVR UNVR 2006 0.7887 0.1041 0.0081 0.0103 44.5900 45.5012 2004 0.8842 0.6812 0.0803 0.0905 7.5600 9.2962 2005 1.8262 3.0960 0.1418 0.0775 8.3600 13.5015 2006 4.0907 9.5726 0.0399 0.0097 13.0800 26.7929 2004 1.4760 2.0383 0.9610 0.0412 5.8900 10.4065 2005 1.5483 2.4201 0.1825 0.1178 9.9700 14.2387 2006 1.5843 2.4303 0.9785 0.0496 20.0800 25.1227 2004 1.2703 1.4312 0.1288 0.1014 17.1500 20.0817 2005 0.0995 0.9911 0.0383 0.0385 22.6400 23.8074 2006 1.1361 1.2658 0.0495 0.0435 29.2500 31.7449 Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. Rasio ini diukur dari selisih antara total aset dengan total ekuitas ditambah dengan perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga saham penutupan kemudian hasilnya dibagi dengan total aset perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel 4.2 diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVABVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Tbk yaitu sebesar 4.3469 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders (RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.0484. Pada tahun 2005 nilai rasio MVABVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk sebesar 4.5083 sedangkan nilai rasio MVABVA terendah pada perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar 0.0769. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio MVABVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio MVABVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar 0.1083. lxxxviii Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio ini dihitung dari perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham dibagi dengan total ekuitas perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bumi Resources (BUMI) Tbk yaitu sebesar 13.8387 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Citra Tubindo (CTBN) Tbk yaitu sebesar 0.0002. Pada tahun 2005 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk sebesar 10.1509 sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah pada perusahaan Pudjiadi & Sons Realty (PNSE) Tbk yaitu sebesar 0.0007. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) Tbk yaitu sebesar 9.5726 sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah dimiliki oleh Perusahaan Lautan Luas (LTLS) Tbk yaitu sebesar 0.0001. Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio CAPBVA menggunakan investasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap. Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap. Rasio ini diukur nilai buku aktiva tetapt dikurangi dengan nilai buku lxxxix aktiva tetapt-1 kemudian dibagi total aset perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Petrosea (PTRO) Tbk yaitu sebesar 1.6583 sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah dimiliki oleh perusahaan PAN Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2132. Pada tahun 2005 nilai rasio CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Tbk sebesar 0.7261 sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah pada perusahaan PAN Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2810. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan United Tractors (UNTR) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto Indonesia (TOTO) Tbk yaitu sebesar -0.2070. Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio ini dihitung dengan nilai buku aktiva tetap t dikurang nilai buku aktiva tetap t-1 kemudian dibagi dengan total aset dikurang total ekuitas kemudian ditambah antara perkalian jumlah lembar saham beredar dikali harga saham penutupan perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Aneka Tambang (ANTM) Tbk yaitu sebesar 1.6555 sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah dimiliki oleh perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk yaitu sebesar 0.9386. Pada tahun 2005 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh xc perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk sebesar 1.2042 sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah pada perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar -0.3474. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders (RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.9188 sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah dimiliki oleh Perusahaan perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar -0.6147. Rasio Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para manajer keuangan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi. PER dihitung harga penutupan saham dibagi laba per lembar saham perusahaan periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tiga Raksa Satria (TGKA) Tbk yaitu sebesar 82.6500 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia (SQBI) Tbk yaitu sebesar 0.8400. Pada tahun 2005 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indofood Sukses Makmur (INDF) Tbk sebesar 69.3000 sedangkan nilai rasio PER terendah pada perusahaan Lion Mesh Prima (LMSH) Tbk yaitu sebesar 4.4400. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tunas Baru Lampung (TBLA) Tbk yaitu sebesar 59.2300 xci sedangkan nilai rasio PER terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto Indonesia (TOTO) Tbk yaitu sebesar 4.1000. b. Kebijakan Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham laba per lembar saham Untuk mengetahui besarnya tingkat DPR dari 62 perusahaan periode 2004-2006 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Dividend Payout Ratio No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perusahaan AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA 2004 0.4911 0.4999 0.3279 0.3500 0.8179 0.2771 0.2042 0.5561 0.1278 2005 0.6475 0.3001 0.3139 0.3400 0.9349 0.3264 0.2761 0.5182 0.1289 2006 0.1900 0.2000 0.3167 0.4000 0.1942 0.1636 0.1639 0.2192 0.1380 xcii 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR PBRX PLIN PNSE PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA 0.0801 0.1029 0.2960 1.3569 0.1448 0.5001 0.9812 0.2240 0.5374 0.2857 0.3951 0.0895 0.6057 0.4123 0.4372 0.2560 0.4991 0.2982 0.2208 0.0697 0.2554 0.4897 1.0958 0.2303 0.3023 0.2252 0.3143 0.0423 0.8019 0.9742 0.8179 0.1347 0.5286 0.2061 2.1096 0.2446 0.3500 0.2294 0.4527 0.2916 0.0814 0.2944 0.9782 3.3507 0.1588 0.5000 0.1480 0.7471 0.1987 0.5391 0.9561 0.2161 0.5091 0.2767 0.3952 0.9476 0.4595 0.3725 0.3808 0.4810 0.4926 0.3000 0.2734 0.0935 0.2529 0.4387 0.5435 1.1841 0.9038 0.4191 0.0865 0.0396 0.5323 0.5009 0.9681 0.5117 0.6755 0.2919 1.4523 0.1672 0.2570 0.9613 0.8638 0.6443 1.5270 0.1948 0.3696 0.0448 0.1547 0.5833 0.1997 0.6814 0.4809 0.2910 0.2725 0.1942 0.4773 0.2477 0.9621 0.2778 0.1801 0.9423 0.4428 0.5069 0.5000 0.2992 0.2520 0.0108 0.2103 0.5002 0.5177 0.7560 0.1753 0.2867 0.0457 0.0285 0.5091 0.5000 0.2384 0.4950 0.7865 0.9287 0.2095 0.4036 0.5000 0.9816 0.3263 0.8414 0.5534 0.1986 0.9530 0.6076 xciii 54 55 56 57 58 59 60 61 62 TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR Rata-rata 0.4589 0.5000 0.3828 0.5000 0.5548 0.9608 0.1463 0.1422 1.0912 0.4997 0.4722 0.5520 0.2363 0.5000 0.4548 0.3323 0.1813 0.2985 0.9534 0.4846 0.9502 0.1775 0.2486 0.5555 0.9413 0.3330 0.2022 0.3985 0.9085 0.4228 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata DPR pada tahun 2004 lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dan 2006. Tahun 2004 rata-rata DPR sebesar 0.4997, di mana nilai tertinggi DPR dimiliki oleh perusahaan Tiga Raksa Satria Tbk. yaitu sebesar 3.3507 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0423. Sementara itu, rata-rata DPR tahun 2005 sebesar 0.4846, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 1.5270 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0396. Sementara itu rata-rata DPR tahun 2006 sebesar 0.4228, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Summarecon Indonesia Tbk. yaitu sebesar 0.9816 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0285. Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan xciv dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan. c. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wright dan Ferris, 1997). Nilai perusahaan dihitung Log harga penutupan saham. Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar) Tabel 4.4 Nilai Perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Perusahaan AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST 2004 3.4914 2.8293 3.0607 3.2368 2.5051 3.9823 3.2844 4.1461 2.8451 2.9031 2.1614 3.6816 3.9031 4.1613 2.3891 2.7403 4.0212 2005 3.6902 2.8573 3.1702 3.5533 2.4698 4.0086 3.4471 4.1613 3.0170 2.8808 3.9505 2.6074 3.9294 4.5563 3.5315 2.8751 3.0792 2006 4.1004 2.9031 3.4353 3.9031 2.4843 4.1959 3.4661 4.1461 3.2405 2.9542 2.0414 2.9912 4.2304 4.3579 2.2041 2.8129 3.2601 xcv 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR PBRX PLIN PNSE PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR Rata-Rata 4.1319 3.6284 3.4878 3.4624 3.8228 4.0626 2.9031 2.7959 3.7597 3.3117 3.2304 3.1832 2.5682 3.3170 4.3579 4.6284 2.7596 3.0792 2.6074 3.7558 2.9542 3.1832 3.6047 2.8893 2.9164 4.0414 2.8603 3.5740 4.2672 2.7958 3.4624 2.7596 4.5441 2.3617 3.6021 2.4393 3.6459 4.0043 3.7781 2.3117 3.8808 4.0293 2.4913 3.3569 3.5185 3.3463 4.0663 2.5623 2.9827 3.7482 3.9494 4.1189 2.9590 2.6721 3.7443 3.1614 3.3010 3.2787 2.6812 3.5283 4.3856 4.6989 2.9823 3.9138 2.5740 3.7558 2.8512 3.2553 3.8451 2.9085 2.9956 2.1303 2.8061 3.8663 4.2504 2.8751 2.4843 3.6335 4.5911 3.3010 3.6128 2.4624 3.2601 3.7708 3.7781 2.1761 3.7520 2.8388 2.6180 3.5652 3.6309 3.3566 4.0086 2.6232 2.9542 3.0043 3.9867 4.4914 3.1303 2.6812 3.8293 2.2175 3.3424 3.2304 3.6074 3.5502 4.6020 4.7403 2.9031 3.2095 2.5797 3.0414 3.8451 3.5471 3.7817 2.9395 3.0000 3.4913 2.9031 3.8228 4.5599 3.0682 2.5441 3.9138 4.7443 2.3802 3.8419 2.4393 3.6459 4.0043 3.8195 2.1613 2.9542 2.8512 2.9867 3.8612 3.8195 3.3772 xcvi Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata Nilai Perusahaan pada tahun 200 lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 dan 2005. Tahun 2004 ratarata Nilai Perusahaan sebesar 3.3463, dimana nilai tertinggi Nilai Perusahaan dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.6284 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu sebesar 2.1614. Sementara itu, rata-rata Nilai Perusahaan tahun 2005 sebesar 3.3566, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4.6989 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 2.1761. Sedangkan rata-rata Nilai Perusahaan tahun 2006 sebesar 3.3772, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.7443 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu sebesar 2.0414. C. Analisis Faktor Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu himpunan variabel observasi. Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk xcvii dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel tergantung. Hasil pengujian analisis faktor tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini. Tabel. 4.5 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square df Sig. .509 146.303 10 .000 Didasarkan hasil penghitungan tabel 4.5 di atas angka Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequecy adalah sebesar 0,509 dengan signifikansi sebesar 0.000. angka 0.509 berada diatas 0.5 dan signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel diatas dapat terus dianalisis lebih lanjut. Artinya, benar-benar terdapat korelasi antar variabel bebas. Tabel. 4.6 Anti-image Matrices Anti-image Covariance Anti-image Correlation PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA .998 -.018 .002 -.002 .026 -.018 .496 -.351 -.039 -.010 .002 -.351 .497 .011 -.022 -.002 -.039 .011 .908 -.265 .026 -.010 -.022 -.265 .908 .587a -.025 .003 -.003 .027 -.025 .506a -.706 -.058 -.015 .003 -.706 .505a .016 -.033 -.003 -.058 .016 .525a -.292 .027 -.015 -.033 -.292 .533a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) xcviii Dari hasil tabel 4.6 tersebut di atas terlihat pada output Anti-image Correlation terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai MSA kurang 0.5. maka variabel tersebut dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut. Tabel. 4.7 Communalities PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Extraction .019 .852 .852 .641 .646 Extraction Method: Principal Component Analysis. Nilai communalities pada dasarnya adalah jumlah varians dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. untuk rasio MVABVA sebesar 0.852. hal ini berarti bahwa sekitar 85.2 % dari variabel MVABVA bisa dijelaskan oleh factor yang terbentuk. Dimana jika dilihat dalam pada tabel 4.6 (component matrix, ada dua komponen, berarti ada dua faktor yang terbentuk). Untuk rasio MVEBVE angka yang diperoleh adalah 0.852 yang berarti bahwa 85.2 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Rasio CAPBVA angka yang diperoleh 0.641 yang berarti bahwa 64.1 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Rasio CAPMVA angka yang diperoleh 0.646 yang berarti bahwa 64.6 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Dan rasio PER angka yang diperoleh 0.019 yang berarti bahwa 1.9 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Jadi jumlah kelima nilai xcix communalities tersebut adalah 3.010. semakin besar communalities berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk Tabel. 4.8 Total Variance Explained Rotation Sums of Squared Loadings Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings ComponentTotal % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 1.755 35.103 35.103 1.755 35.103 35.103 1.719 34.374 34.374 2 1.254 25.083 60.185 1.254 25.083 60.185 1.291 25.811 60.185 3 .997 19.931 80.116 4 .704 14.070 94.186 5 .291 5.814 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis. Pada tabel 4.8 di atas ditunjukkan angka eigenvalues dari masing-masing factor. Susunan angka eigenvalues selalu diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan kriteria bahwa angka eigenvalues dibawah 1 tidak digunakan untuk menghitung jumlah faktor yang terbenuk dari tabel di atas, terlihat bahwa hanya faktor 1 dan faktor 2 saja yang memiliki nilai eigenvalues di atas 1 sehingga dapat disimpulkan hanya terdapat 2 faktor yang terbentuk. Artinya untuk mencapai nilai communalities sebesar 3.010 dibutuhkan dua faktor yang mempunyai nilai eigenvalues di atas 1, faktor pertama 1.755 dan faktor kedua 1.254. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan ini, dua faktor dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antar proksi IOS. Eigenvalues menunujukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian kelima variabel yang dianalisis. Jumlah angka eigenvalues seluruhnya yaitu 1.754 + 1.254 + 0.997 + 0.704 + 0.291 = 5 Faktor pertama dapat menjelaskan varians kelima variabel tersebut sebesar 1.754/5 x 100 % = 35.08 %. Sedangkan faktor kedua dapat menjelaskan c varians kelima variabel tersebut sebesar 1.254/5 x 100% = 25.08 %. Sehingga total kedua faktor akan dapat menjelaskan 35.08 % + 25.08 % = 60.16 % dari variabilitas kelima variabel asli tersebut. Tabel. 4.9 Rotated Component Matrixa Component 1 PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA .082 .923 .923 .064 .070 2 -.111 .029 .006 .798 .801 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations. Berdasarkan tabel 4.9 merupakan tabel component matrix hasil proses rotasi yang menunjukkan distribusi kelima variabel tersebut pada dua faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka pada variabel tersebut adalah factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Setelah diketahui bahwa ada dua faktor yang terbentuk langkah selanjutnya adalah penentuan suatu variabel untuk masuk ke dalam suatu faktor yang terbentuk. Penentuan suatu variabel masuk ke dalam suatu faktor tertentu dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Seperti pada variabel MVABVA, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 sedangkan factor loadings 2 sebesar 0.006. oleh karena itu, maka variabel MVABVA masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki factor loadings yang terbesar. Variabel MVEBVE, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 dan factor loadings 2 ci sebesar -0.029 maka MVEBVE masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki angka terbesar. Variabel CAPBVA, angka factor loadings 1 dan 2 masingmasing 0.064 dan 0.798. dengan melihat angka ini maka CAPBVA masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki angka terbesar. Variabel CAPMVA, angka factor loadings 1 dan 2 masing-masing 0.070 dan 0.801 sehingga CAPMVA masuk ke dalam faktor 2. Variabel PER, angka factor loadings 1 sebesar 0.082 dan factor loadings 2 sebesar -0.111 (tanda “-“ hanya menunjukkan arah korelasi). Oleh sebab itu, maka PER masuk ke dalam faktor 2 karena memiliki angka terbesar. Jadi dari lima variabel asli yang digunakan dapat diringkas menjadi 2 kumpulan variabel baru atau faktor yang mencerminkan variabel aslinya. faktor 1 merupakan proksi IOS berdasarkan harga yang berhubungan dengan nilai pasar ekuitas (MVEBVE) dan nilai pasar aset (MVABVA) dengan loading masing- 0.923 dan 0.923. sedangkan faktor kedua merupakan proksi IOS berdasarkan investasi yang berhubungan dengan tambahan modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap (CAPBVA), aliran modal saham perusahaan (CAPMVA) dan nilai laba per lembar saham (PER) dengan loading masing-masing 0.798, 0.801 dan -0.111. Berdasarkan penjelasan di atas, maka persamaan untuk faktor baru yang terbentuk adalah sebagai berikut: F1 = 0.923 MVABVA + 0.923 MVEBVE F2 = 0.798 CAPBVA + 0.801 CAPMVA – 0.111 PER cii Kemudian untuk proses pengklasifikasian perusahaan ke dalam perusahaan tumbuh atau tidak tumbuh didasarkan atas penjumlahan skor atau indeks faktor tersebut untuk menggantikan kelima variabel asli tersebut. Berikut ini merupakan indeks faktor yang diperoleh untuk masing-masing perusahaan yang diurutkan berdasarkan besar penjumlahan kedua indeks faktor yang diperoleh. Tabel 4.10 Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Perusahaan HMSP ANTM PTRO UNSP BUMI TLKM UNTR UNTR RIGS PTBA ADHI ADHI HEXA BUMI TSPC HMSP BLTA ADHI BUMI BLTA TLKM BLTA BATA UNSP UNTR INCO BATA TLKM CTBN Tahun 2005 2004 2004 2006 2004 2005 2006 2004 2006 2006 2004 2006 2005 2005 2006 2004 2004 2005 2006 2006 2004 2005 2005 2005 2005 2006 2004 2006 2006 Fact_1 5.12913 0.20225 -0.78667 4.67443 4.62579 0.40215 0.87196 0.6177 -0.56788 4.05599 2.81471 2.61684 -0.39918 3.05609 0.01383 0.7273 1.72922 1.66455 2.02657 2.20249 2.49383 0.87432 -0.64267 1.21631 0.83334 1.78156 -0.70528 0.94982 -0.52903 Fact_2 1.48151 5.19056 5.46734 -0.5834 -0.63502 3.38066 2.79817 2.84834 3.84815 -0.79212 -0.02842 0.13309 2.99203 -0.49295 2.52852 1.63691 0.5673 0.59138 -0.02149 -0.29301 -0.61732 0.95522 2.29719 0.2127 0.46289 -0.48557 1.86466 0.0536 1.40995 Jumlah 6.61064 5.39281 4.68067 4.09103 3.99077 3.78281 3.67013 3.46604 3.28027 3.26387 2.78629 2.74993 2.59285 2.56314 2.54235 2.36421 2.29652 2.25593 2.00508 1.90948 1.87651 1.82954 1.65452 1.42901 1.29623 1.29599 1.15938 1.00342 0.88092 ciii 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 SMRA INDF TCID ISAT UNVR ANTM EPMT ANTM TINS PTRO AALI ISAT PTBA MEDC ISAT RMBA ASII SMGR SMRA INDF SMDR AALI HEXA AALI PTBA MPPA TBLA TSPC TOTO TRST MEDC AKRA TURI UNVR PBRX HITS UNSP ASGR ASII TSPC GGRM AUTO EPMT TBLA INDF TCID MYOR MLBI 2006 2006 2006 2006 2004 2005 2004 2006 2006 2005 2004 2004 2005 2005 2005 2006 2004 2006 2005 2004 2006 2006 2006 2005 2004 2005 2006 2005 2005 2004 2006 2006 2004 2006 2006 2005 2004 2005 2005 2004 2004 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2005 0.34113 1.09949 -0.81645 0.67891 0.39631 0.6261 0.09122 1.29009 0.98665 -0.59814 0.69292 0.2021 0.81658 0.59955 0.15776 0.37395 0.36351 0.58345 0.43638 0.7164 -0.41853 0.41692 -0.0898 0.17437 0.47547 -0.207 0.32672 0.12255 -0.4395 -0.54264 0.23688 0.10643 0.16758 0.31797 -0.27726 -0.55895 -0.13308 0.37241 0.06709 0.15116 -0.36626 -0.36515 -0.13352 -0.26831 0.72869 -0.74693 -0.54036 -0.48766 0.45866 -0.3855 1.46967 -0.03935 0.22347 -0.02274 0.45609 -0.75852 -0.45704 1.10512 -0.1925 0.27513 -0.35314 -0.13677 0.30346 0.03206 -0.03666 -0.29103 -0.15362 -0.4443 0.68694 -0.15053 0.34049 0.02248 -0.29122 0.38537 -0.16656 0.03652 0.55942 0.6609 -0.12266 -0.01039 -0.08831 -0.26631 0.32715 0.58812 0.15353 -0.35823 -0.05654 -0.15413 0.32898 0.27394 0.03349 0.13554 -0.86522 0.57291 0.35802 0.29601 0.79979 0.71399 0.65322 0.63956 0.61978 0.60336 0.54731 0.53157 0.52961 0.50698 0.50042 0.47723 0.46344 0.46278 0.46122 0.40601 0.32685 0.29242 0.28276 0.2721 0.26841 0.26639 0.25069 0.19685 0.18425 0.17837 0.16016 0.15907 0.11992 0.11826 0.11422 0.09604 0.07927 0.05166 0.04989 0.02917 0.02045 0.01418 0.01055 -0.00297 -0.03728 -0.09121 -0.10003 -0.13277 -0.13653 -0.17402 -0.18234 -0.19165 civ 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 RALS TCID ASII RALS SMRA TOTO TINS HITS TURI EPMT TINS RIGS CLPI PTRO MLBI SQBI AKRA LTLS MLBI AKRA LTLS MPPA SQBI ASGR FAST PLIN AUTO RMBA TRST PNSE MEDC PNSE LTLS EKAD MYOR TBLA SCMA SQBI SMDR INDR INDR GGRM PLIN AUTO INDR DLTA GGRM PLIN 2006 2005 2006 2005 2004 2004 2004 2004 2005 2006 2005 2004 2006 2006 2006 2004 2004 2004 2004 2005 2005 2006 2005 2006 2006 2006 2005 2005 2005 2004 2004 2005 2006 2004 2006 2005 2005 2006 2005 2006 2005 2005 2004 2006 2004 2004 2006 2005 0.14021 -0.81535 0.02582 -0.08684 -0.17047 -0.35043 0.14331 -0.2178 -0.30776 -0.17027 -0.1024 -0.91765 0.30807 -0.52847 -0.42334 -0.51932 -0.50011 -0.39048 -0.56096 -0.22702 -0.22978 -0.31888 -0.24917 -0.01763 -0.64109 -0.65426 -0.55603 -0.0645 -0.43351 -0.32284 -0.41574 -0.31434 -0.39031 -0.09251 -0.23456 -0.21446 -0.25226 -0.66692 -0.46172 -0.49171 -0.48535 -0.45456 -0.50918 -0.60473 -0.38491 -0.78678 -0.49065 -0.60915 -0.33884 0.58979 -0.27128 -0.17768 -0.10197 0.07781 -0.42542 -0.08251 -0.00752 -0.15066 -0.22125 0.59363 -0.64054 0.18182 0.03621 0.12451 0.09452 -0.02089 0.13874 -0.21019 -0.20909 -0.14202 -0.21272 -0.45572 0.16419 0.17555 0.07566 -0.44484 -0.0849 -0.21112 -0.11885 -0.223 -0.15508 -0.47415 -0.34644 -0.37088 -0.33381 0.07268 -0.13292 -0.12053 -0.1327 -0.20704 -0.15671 -0.06838 -0.29382 0.08234 -0.21681 -0.103 -0.19863 -0.22556 -0.24546 -0.26452 -0.27244 -0.27262 -0.28211 -0.30031 -0.31528 -0.32093 -0.32365 -0.32402 -0.33247 -0.34665 -0.38713 -0.39481 -0.40559 -0.41137 -0.42222 -0.43721 -0.43887 -0.4609 -0.46189 -0.47335 -0.4769 -0.47871 -0.48037 -0.50934 -0.51841 -0.53396 -0.53459 -0.53734 -0.54539 -0.56666 -0.581 -0.58534 -0.58607 -0.59424 -0.59464 -0.61224 -0.61805 -0.6616 -0.66589 -0.67311 -0.67873 -0.70444 -0.70746 -0.71215 cv 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 MPPA UNVR GMTD TURI MERK GMTD GMTD LION FAST PNSE MYOR RMBA SMSM TGKA CTBN HMSP TRST DLTA SCMA SMSM INCO CLPI INCO LMSH KAEF TGKA FAST SMSM EKAD RALS LMSH SCMA BATA KAEF SMGR LION DLTA MERK TGKA EKAD KAEF LMSH SMDR SUMI CLPI SMGR MERK LION 2004 2005 2004 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2004 2006 2006 2005 2006 2006 2006 2004 2004 2004 2005 2005 2004 2004 2005 2004 2005 2005 2004 2006 2006 2006 2005 2004 2006 2005 2006 2004 2006 2006 2005 2004 2005 2004 2005 2005 2005 -0.44471 -0.53329 -0.40912 -0.17777 -0.59004 -0.44426 -0.45576 -0.8169 -0.63952 -0.45774 -0.51347 -0.29184 -0.68411 -0.39897 -0.64477 -0.51508 -0.52578 -0.77266 -0.43464 -0.60335 -0.62813 -0.47039 -0.64721 -0.52444 -0.55305 -0.4214 -0.6359 -0.6261 -0.63631 -0.4414 -0.78637 -0.59166 -0.67211 -0.62534 -0.25117 -0.81255 -0.7439 -0.6724 -0.11048 -0.73722 -0.59991 -0.60181 -0.57131 -0.63476 -0.56382 -0.53469 -0.72916 -0.79374 -0.2733 -0.18892 -0.33072 -0.56642 -0.15704 -0.3129 -0.3128 0.04823 -0.13093 -0.32038 -0.26645 -0.49621 -0.10559 -0.40661 -0.20773 -0.34504 -0.33473 -0.09057 -0.43083 -0.26692 -0.24584 -0.40407 -0.24553 -0.36981 -0.34831 -0.48121 -0.28348 -0.32102 -0.32161 -0.52623 -0.18256 -0.38359 -0.31023 -0.36626 -0.74467 -0.1878 -0.26591 -0.34109 -0.90725 -0.29498 -0.45358 -0.46728 -0.53744 -0.47979 -0.55249 -0.60139 -0.41619 -0.41752 -0.71801 -0.72221 -0.73984 -0.74419 -0.74708 -0.75716 -0.76856 -0.76867 -0.77045 -0.77812 -0.77992 -0.78805 -0.7897 -0.80558 -0.8525 -0.86012 -0.86051 -0.86323 -0.86547 -0.87027 -0.87397 -0.87446 -0.89274 -0.89425 -0.90136 -0.90261 -0.91938 -0.94712 -0.95792 -0.96763 -0.96893 -0.97525 -0.98234 -0.9916 -0.99584 -1.00035 -1.00981 -1.01349 -1.01773 -1.0322 -1.05349 -1.06909 -1.10875 -1.11455 -1.11631 -1.13608 -1.14535 -1.21126 cvi 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 ASGR RIGS SUMI PBRX SUMI CTBN HITS CENT TOTO HEXA CENT PBRX CENT 2004 2005 2006 2004 2004 2004 2006 2004 2006 2004 2005 2005 2006 -0.16762 -0.11728 -0.65233 0.22527 -0.65817 -0.64464 -0.58014 -0.81502 -0.45519 0.66377 -0.84884 -0.20587 -0.83131 -1.09527 -1.22839 -0.73395 -1.6251 -0.82567 -0.94481 -1.29422 -1.10456 -1.49489 -2.78171 -1.29072 -2.17686 -2.04808 -1.26289 -1.34567 -1.38628 -1.39983 -1.48384 -1.58945 -1.87436 -1.91958 -1.95008 -2.11794 -2.13956 -2.38273 -2.87939 Tabel 4.10 diatas merupakan sampel awal sebanyak 62 perusahaan (3 tahun) berdasarkan indeks faktor yang diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Penentuan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh berdasarkan pada penjumlahan kedua faktor tersebut (fac_1 dan fac_2). Fac1_1 dan fac1_2 adalah variabel reperesentasi dari MVABVA, MVEBVE, CAPBVA, CAPMVA dan PER setelah diekstrasikan dengan common factor analysis. Penjumlahan kedua faktor ini kemudian diperingkat. 40 % tertinggi masuk kategori perusahaan yang tumbuh dan 40 % terendah masuk perusahaan yang tidak tumbuh. Sedangkan 20% ditengah dihilangkan karena kurang ekstrim untuk membedakan klasifikasi perusahaan. Dari 62 sampel penelitian perusahaan per tahun maka dapat didapatkan hasil seperti tabel 4.11 dan 4.12 dibawah ini : cvii Tabel 4.11 Perusahaan Tumbuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Perusahaan HMSP ANTM PTRO UNSP BUMI TLKM UNTR UNTR RIGS PTBA ADHI ADHI HEXA BUMI TSPC HMSP BLTA ADHI BUMI BLTA TLKM BLTA BATA UNSP UNTR INCO BATA TLKM CTBN SMRA INDF TCID ISAT UNVR ANTM EPMT ANTM TINS PTRO AALI ISAT Tahun 2005 2004 2004 2006 2004 2005 2006 2004 2006 2006 2004 2006 2005 2005 2006 2004 2004 2005 2006 2006 2004 2005 2005 2005 2005 2006 2004 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2004 2005 2004 2006 2006 2005 2004 2004 Fact_1 5.12913 0.20225 -0.78667 4.67443 4.62579 0.40215 0.87196 0.6177 -0.56788 4.05599 2.81471 2.61684 -0.39918 3.05609 0.01383 0.7273 1.72922 1.66455 2.02657 2.20249 2.49383 0.87432 -0.64267 1.21631 0.83334 1.78156 -0.70528 0.94982 -0.52903 0.34113 1.09949 -0.81645 0.67891 0.39631 0.6261 0.09122 1.29009 0.98665 -0.59814 0.69292 0.2021 Fact_2 1.48151 5.19056 5.46734 -0.5834 -0.63502 3.38066 2.79817 2.84834 3.84815 -0.79212 -0.02842 0.13309 2.99203 -0.49295 2.52852 1.63691 0.5673 0.59138 -0.02149 -0.29301 -0.61732 0.95522 2.29719 0.2127 0.46289 -0.48557 1.86466 0.0536 1.40995 0.45866 -0.3855 1.46967 -0.03935 0.22347 -0.02274 0.45609 -0.75852 -0.45704 1.10512 -0.1925 0.27513 Jumlah 6.61064 5.39281 4.68067 4.09103 3.99077 3.78281 3.67013 3.46604 3.28027 3.26387 2.78629 2.74993 2.59285 2.56314 2.54235 2.36421 2.29652 2.25593 2.00508 1.90948 1.87651 1.82954 1.65452 1.42901 1.29623 1.29599 1.15938 1.00342 0.88092 0.79979 0.71399 0.65322 0.63956 0.61978 0.60336 0.54731 0.53157 0.52961 0.50698 0.50042 0.47723 cviii 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 PTBA MEDC ISAT RMBA ASII SMGR SMRA INDF SMDR AALI HEXA AALI PTBA MPPA TBLA TSPC TOTO TRST MEDC AKRA TURI UNVR PBRX HITS UNSP ASGR ASII TSPC GGRM AUTO EPMT TBLA INDF TCID MYOR 2005 2005 2005 2006 2004 2006 2005 2004 2006 2006 2006 2005 2004 2005 2006 2005 2005 2004 2006 2006 2004 2006 2006 2005 2004 2005 2005 2004 2004 2004 2005 2004 2005 2004 2005 0.81658 0.59955 0.15776 0.37395 0.36351 0.58345 0.43638 0.7164 -0.41853 0.41692 -0.0898 0.17437 0.47547 -0.207 0.32672 0.12255 -0.4395 -0.54264 0.23688 0.10643 0.16758 0.31797 -0.27726 -0.55895 -0.13308 0.37241 0.06709 0.15116 -0.36626 -0.36515 -0.13352 -0.26831 0.72869 -0.74693 -0.54036 -0.35314 -0.13677 0.30346 0.03206 -0.03666 -0.29103 -0.15362 -0.4443 0.68694 -0.15053 0.34049 0.02248 -0.29122 0.38537 -0.16656 0.03652 0.55942 0.6609 -0.12266 -0.01039 -0.08831 -0.26631 0.32715 0.58812 0.15353 -0.35823 -0.05654 -0.15413 0.32898 0.27394 0.03349 0.13554 -0.86522 0.57291 0.35802 0.46344 0.46278 0.46122 0.40601 0.32685 0.29242 0.28276 0.2721 0.26841 0.26639 0.25069 0.19685 0.18425 0.17837 0.16016 0.15907 0.11992 0.11826 0.11422 0.09604 0.07927 0.05166 0.04989 0.02917 0.02045 0.01418 0.01055 -0.00297 -0.03728 -0.09121 -0.10003 -0.13277 -0.13653 -0.17402 -0.18234 cix Tabel 4.12 Perusahaan Tidak Tumbuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Perusahaan Tahun EKAD MYOR TBLA SCMA SQBI SMDR INDR INDR GGRM PLIN AUTO INDR DLTA GGRM PLIN MPPA UNVR GMTD TURI MERK GMTD GMTD LION FAST PNSE MYOR RMBA SMSM TGKA CTBN HMSP TRST DLTA SCMA SMSM INCO CLPI INCO LMSH KAEF TGKA FAST SMSM EKAD 2004 2006 2005 2005 2006 2005 2006 2005 2005 2004 2006 2004 2004 2006 2005 2004 2005 2004 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2004 2006 2006 2005 2006 2006 2006 2004 2004 2004 2005 2005 2004 2004 2005 2004 2005 2005 Fact_1 -0.09251 -0.23456 -0.21446 -0.25226 -0.66692 -0.46172 -0.49171 -0.48535 -0.45456 -0.50918 -0.60473 -0.38491 -0.78678 -0.49065 -0.60915 -0.44471 -0.53329 -0.40912 -0.17777 -0.59004 -0.44426 -0.45576 -0.8169 -0.63952 -0.45774 -0.51347 -0.29184 -0.68411 -0.39897 -0.64477 -0.51508 -0.52578 -0.77266 -0.43464 -0.60335 -0.62813 -0.47039 -0.64721 -0.52444 -0.55305 -0.4214 -0.6359 -0.6261 -0.63631 Fact_2 -0.47415 -0.34644 -0.37088 -0.33381 0.07268 -0.13292 -0.12053 -0.1327 -0.20704 -0.15671 -0.06838 -0.29382 0.08234 -0.21681 -0.103 -0.2733 -0.18892 -0.33072 -0.56642 -0.15704 -0.3129 -0.3128 0.04823 -0.13093 -0.32038 -0.26645 -0.49621 -0.10559 -0.40661 -0.20773 -0.34504 -0.33473 -0.09057 -0.43083 -0.26692 -0.24584 -0.40407 -0.24553 -0.36981 -0.34831 -0.48121 -0.28348 -0.32102 -0.32161 Jumah -0.56666 -0.581 -0.58534 -0.58607 -0.59424 -0.59464 -0.61224 -0.61805 -0.6616 -0.66589 -0.67311 -0.67873 -0.70444 -0.70746 -0.71215 -0.71801 -0.72221 -0.73984 -0.74419 -0.74708 -0.75716 -0.76856 -0.76867 -0.77045 -0.77812 -0.77992 -0.78805 -0.7897 -0.80558 -0.8525 -0.86012 -0.86051 -0.86323 -0.86547 -0.87027 -0.87397 -0.87446 -0.89274 -0.89425 -0.90136 -0.90261 -0.91938 -0.94712 -0.95792 cx 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 RALS LMSH SCMA BATA KAEF SMGR LION DLTA MERK TGKA EKAD KAEF LMSH SMDR SUMI CLPI SMGR MERK LION ASGR RIGS SUMI PBRX SUMI CTBN HITS CENT TOTO HEXA CENT PBRX CENT 2004 2006 2006 2006 2005 2004 2006 2005 2006 2004 2006 2006 2005 2004 2005 2004 2005 2005 2005 2004 2005 2006 2004 2004 2004 2006 2004 2006 2004 2005 2005 2006 -0.4414 -0.78637 -0.59166 -0.67211 -0.62534 -0.25117 -0.81255 -0.7439 -0.6724 -0.11048 -0.73722 -0.59991 -0.60181 -0.57131 -0.63476 -0.56382 -0.53469 -0.72916 -0.79374 -0.16762 -0.11728 -0.65233 0.22527 -0.65817 -0.64464 -0.58014 -0.81502 -0.45519 0.66377 -0.84884 -0.20587 -0.83131 -0.52623 -0.18256 -0.38359 -0.31023 -0.36626 -0.74467 -0.1878 -0.26591 -0.34109 -0.90725 -0.29498 -0.45358 -0.46728 -0.53744 -0.47979 -0.55249 -0.60139 -0.41619 -0.41752 -1.09527 -1.22839 -0.73395 -1.6251 -0.82567 -0.94481 -1.29422 -1.10456 -1.49489 -2.78171 -1.29072 -2.17686 -2.04808 -0.96763 -0.96893 -0.97525 -0.98234 -0.9916 -0.99584 -1.00035 -1.00981 -1.01349 -1.01773 -1.0322 -1.05349 -1.06909 -1.10875 -1.11455 -1.11631 -1.13608 -1.14535 -1.21126 -1.26289 -1.34567 -1.38628 -1.39983 -1.48384 -1.58945 -1.87436 -1.91958 -1.95008 -2.11794 -2.13956 -2.38273 -2.87939 cxi D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh Berdasarkan tabel 4.11 maka perusahaan tumbuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel. 4.13 Perusahaan Tumbuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Perusaha an AALI AALI AALI ADHI ADHI ADHI AKRA ANTM ANTM ANTM ASGR ASII ASII AUTO BATA BATA BLTA BLTA BLTA BUMI BUMI Tah un PE R MVEB VE MVAB VA CAPB VA CAPM VA 2004 6.09 1.93 1.56 0.04 0.03 2005 1.14 1.12 0.07 0.06 1.14 1.35 0.07 0.05 6.77 2.57 0.08 0.13 5.09 1.63 0.23 0.14 7.55 2.01 0.16 0.08 2006 9.76 25.2 0 17.2 5 16.6 4 15.0 8 13.2 9 1.07 1.03 0.09 0.03 2004 4.08 1.42 1.17 0.42 1.66 2005 8.10 1.94 1.45 0.02 0.12 2006 9.83 12.0 3 2.76 2.03 -0.07 -0.03 1.46 1.25 0.01 0.01 2006 2004 2005 2006 IOS 9.64 12.1 6 27.8 2 26.8 0 23.7 4 24.8 7 15.5 1 1.56 1.24 0.06 0.05 2005 7.19 16.6 4 0.97 0.99 0.06 0.06 8.74 11.6 3 14.5 2 14.7 5 10.1 0 18.7 2 2004 6.55 0.42 0.67 0.08 0.12 7.85 2004 5.19 0.05 0.37 0.01 0.83 6.46 2005 7.51 11.9 3 16.7 0 28.0 0 12.8 1 12.0 7 0.05 0.45 0.04 0.98 2.43 2.78 0.17 0.22 2.75 1.44 0.29 0.20 4.74 2.43 0.09 0.04 13.84 2.37 0.01 0.01 9.33 1.94 0.02 0.01 9.03 17.5 3 21.3 8 35.2 9 29.0 3 23.3 6 2005 2004 2004 2005 2006 2004 2005 DP R 0.4 9 0.6 5 0.1 9 0.5 0 0.3 0 0.2 0 0.3 2 0.3 5 0.3 4 0.4 0 0.9 3 0.2 8 0.3 3 0.2 0 0.5 6 0.5 2 0.1 3 0.1 3 0.1 4 0.0 8 0.1 6 NP 3.4 9 3.6 9 4.1 0 2.8 3 2.8 6 2.9 0 3.4 4 3.2 4 3.5 5 3.9 0 2.4 7 3.9 8 4.0 1 3.2 8 4.1 5 4.1 6 2.8 5 3.0 2 3.2 4 2.9 0 2.8 8 cxii 22 23 24 25 26 27 28 BUMI CTBN EPMT EPMT GGRM HEXA HEXA 2006 8.70 6.20 1.74 0.10 0.06 16.8 0 2006 6.44 0.10 0.58 0.04 0.63 7.79 2004 7.02 1.12 1.04 0.23 0.02 2005 8.41 14.5 6 0.69 0.87 0.10 0.03 0.38 0.63 0.10 0.15 8.25 19.1 7 0.19 0.74 0.09 1.20 0.63 0.89 0.13 0.14 9.43 10.0 9 15.8 2 10.4 7 20.9 6 0.01 0.55 0.11 0.21 2.16 1.49 0.02 0.81 10.15 4.51 0.01 0.90 0.43 3.65 0.00 0.00 0.70 1.97 0.01 0.01 1.79 1.23 0.00 0.00 3.60 1.38 0.02 0.02 1.06 1.13 0.11 0.14 1.12 1.05 0.13 0.13 1.92 1.41 0.10 0.07 3.76 0.66 0.04 0.06 1.99 0.71 0.06 0.09 0.57 0.80 0.12 0.15 0.16 0.48 0.08 0.17 0.17 0.82 0.12 0.14 2004 2005 2006 29 HITS 2005 30 HMSP 2004 31 HMSP INCO 2005 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 INDF INDF INDF ISAT ISAT ISAT MEDC MEDC MPPA MYOR PBRX PTBA PTBA PTBA PTRO PTRO 2006 6.65 19.9 8 69.3 0 19.2 8 18.6 1 18.3 1 26.0 1 15.3 0 34.3 4 11.6 1 13.7 5 17.3 6 2004 7.75 1.55 1.39 0.02 0.01 2005 1.96 1.69 0.01 0.01 2006 8.88 16.7 2 5.91 4.62 -0.01 0.00 9.78 19.1 2 31.9 3 10.7 4 22.6 7 72.3 2 24.3 0 21.0 6 20.7 4 29.5 1 19.8 2 37.2 0 13.2 4 14.6 4 18.6 0 10.7 2 12.5 6 27.2 3 2004 7.16 0.08 0.32 1.66 0.14 9.36 2005 8.59 0.13 0.46 0.16 0.35 9.69 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006 2005 2006 2005 2005 8.89 14.6 5 16.3 6 0.1 5 0.6 8 0.9 8 0.9 6 0.5 4 0.4 0 0.9 6 0.9 5 0.6 1 0.4 6 0.9 4 0.4 4 0.3 8 0.4 4 0.5 0 0.4 9 0.5 0 0.4 4 0.5 0 0.9 0 0.4 2 0.0 5 0.9 7 0.5 0 0.5 0 0.8 2 0.9 7 2.9 5 4.2 3 2.7 4 2.8 8 4.1 3 2.9 8 2.9 5 3.7 5 3.8 2 3.9 5 4.4 9 2.9 0 2.9 6 3.1 3 3.7 6 3.7 4 3.8 3 3.5 3 3.5 5 2.9 8 3.9 1 2.5 8 3.1 8 3.2 6 3.5 5 3.6 0 3.8 5 cxiii 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 RIGS RMBA SMDR SMGR SMRA SMRA TBLA TBLA TCID TCID TINS TLKM TLKM TLKM TOTO TRST TSPC TSPC TSPC TURI UNSP UNSP UNSP UNTR UNTR UNTR UNVR 2006 2006 2006 2006 2005 2006 2004 2006 2004 2006 2006 2004 2005 2006 39.3 3 13.1 7 18.1 5 16.6 2 9.76 19.1 7 22.5 7 59.2 3 7.56 12.5 6 10.7 0 15.8 7 14.8 8 18.5 0 0.00 0.40 0.64 0.92 1.48 1.24 0.09 0.07 0.13 0.64 0.15 0.24 1.62 1.45 0.03 0.02 1.64 1.29 0.05 0.04 1.42 1.19 0.25 0.04 0.31 0.74 0.09 0.12 1.07 1.03 0.11 0.10 0.11 0.25 0.07 0.26 0.07 0.16 0.09 0.59 2.48 1.72 0.00 0.00 1.03 4.35 0.00 0.00 1.68 1.26 0.73 0.58 2.56 1.59 0.11 0.07 0.00 0.75 0.13 0.17 41.2 9 16.0 5 19.3 0 19.7 5 12.7 7 22.0 8 23.8 2 61.5 4 8.25 13.4 7 14.8 9 21.2 5 19.1 2 22.8 4 0.00 0.50 0.14 0.25 2.41 0.58 0.03 0.05 2.48 0.33 0.06 0.17 2006 4.73 20.5 0 10.5 4 38.5 7 14.8 6 2.01 0.58 0.81 0.12 5.78 21.3 8 13.6 1 41.6 2 18.3 7 2004 6.17 1.28 1.07 0.05 0.04 8.62 2004 7.56 0.68 0.88 0.08 0.09 2005 3.10 1.83 0.14 0.08 2006 8.36 13.0 8 9.57 4.09 0.04 0.01 2004 5.89 2.04 1.48 0.96 0.04 2005 9.97 20.0 8 17.1 5 2.42 1.55 0.18 0.12 2.43 1.58 0.98 0.05 1.43 1.27 0.13 0.10 9.30 13.5 0 26.7 9 10.4 1 14.2 4 25.1 2 20.0 8 2005 2004 2004 2005 2006 2004 0.7 9 0.9 2 0.4 0 0.5 0 0.9 6 0.9 8 0.2 9 0.2 0 0.9 8 0.9 5 0.9 5 0.5 0 0.5 5 0.1 8 0.2 4 0.5 0 0.5 5 0.4 5 0.9 4 0.9 6 0.1 5 0.1 8 0.2 0 0.1 4 0.3 0 0.4 0 1.0 9 3.0 0 3.4 9 3.8 2 4.5 6 2.8 8 3.0 7 2.3 0 2.3 8 3.6 0 3.8 4 3.6 5 4.0 0 3.7 7 4.0 0 3.7 8 2.3 1 3.8 8 2.9 5 3.7 5 4.0 3 2.4 9 2.6 2 2.9 9 3.3 6 3.5 7 3.8 6 3.5 2 cxiv 76 UNVR 2006 29.2 5 1.27 1.14 0.05 0.04 31.7 4 0.9 1 3.8 2 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar. 4.1 cxv Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Berdasarkan gambar 4.1 tersebut Dari gambar grafik Normal P-P Plot tersebut di atas, dapat diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Asumsi Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : cxvi Tabel. 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas a Coefficients Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.660 .120 -.013 .005 -.267 t 30.621 -2.386 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .020 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Berdasarkan tabel 4.14 diatas, menunjukkan bahwa variabel independen (IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan semakin baik. c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik scatter plots) dibawah ini. Gambar. 4. 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas cxvii Scatterplot Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -2 0 2 Regression Standardized Predicted Value Berdasarkan gambar 4.2 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel independennya. d. Uji Autokorelasi Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini, pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson cxviii (DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 4.15 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square .267a .071 Adjusted R Square .059 Std. Error of the Estimate .52515 DurbinWatson 1.882 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.882. Hal ini berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi. 2. Uji Signifikansi Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan Tumbuh) mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing variabel independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara simultan. 1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan) Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh cxix signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 4.16 Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 1.570 20.408 21.977 df 1 74 75 Mean Square 1.570 .276 F 5.693 Sig. .020a a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut : H0 : Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. H1 : Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.020, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.693 dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian H1 diterima yang artinya secara signifikan variabel independen (IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan). 2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual) cxx Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan Tumbuh) adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 .17 Hasil Uji t a Coefficients Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.660 .120 -.013 .005 -.267 t 30.621 -2.386 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .020 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen (IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.020, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh. c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu. Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001). Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel independen. Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut: cxxi Tabel 4.18 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb Model 1 R R Square .267a .071 Adjusted R Square .059 Std. Error of the Estimate .52515 DurbinWatson 1.882 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Berdasarkan 4.18 tabel dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.059 atau 5.9 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen (IOS), dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan Tumbuh) sebesar 5.9 % dan sisanya sebesar 94.1 % dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar penelitian ini. d. Uji Regresi Linier Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis regresi linier perusahaan tumbuh dapat dilihat pada persamaan dibawah ini: Regresi Linier Perusahaan Tumbuh Y1 = β0 + β1 XIOS + e Nilai Perusahaan Tumbuh = 3.660 - 0.013 IOS + e Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y1 (Nilai Perusahaan Tumbuh) adalah sebesar 3.660 satuan atau apabila tidak ada cxxii pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu nilai perusahaan tumbuh (Y1) adalah sebesar 3.660 satuan. Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.013, hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan nilai perusahaan sebesar 0.013 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh. 3. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tidak Tumbuh Untuk mengetahui perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini : Tabel 4.19 Perusahaan Tidak Tumbuh No 1 2 3 4 5 Perusaha an ASGR AUTO BATA CENT CENT Tah un MVEB VE MVAB VA CAPB VA CAPM VA 2004 PE R 11.5 6 0.65 0.80 -0.21 -0.02 IOS 12.7 8 2006 8.08 0.10 0.44 0.03 0.06 8.71 2006 9.03 20.7 1 15.0 0.07 0.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.09 0.08 -0.02 -0.03 -0.26 -0.35 9.45 20.5 2 14.7 2004 2005 DP R 0.8 2 0.1 6 0.2 2 0.1 0.5 NP 2.5 1 3.4 7 4.1 5 2.1 6 3.9 cxxiii 0 6 7 8 9 10 CENT CLPI CLPI CTBN CTBN 2006 2004 9.17 22.6 7 15.7 8 46.1 1 2005 9.22 0.00 0.42 0.01 0.03 9.68 5.99 10.2 2 0.02 0.24 0.03 0.11 0.02 0.26 0.00 0.01 6.38 10.5 2 0.00 0.24 0.01 0.06 0.25 1.06 -0.02 -0.02 0.11 0.35 0.00 0.01 0.02 0.24 0.00 0.02 0.01 0.40 0.01 0.01 0.01 0.40 0.02 0.05 0.26 0.56 0.02 0.03 2006 8.43 12.2 5 14.6 6 15.5 2 13.0 7 12.9 7 11.8 6 19.4 7 0.17 0.50 0.02 0.04 8.75 13.5 4 15.1 3 15.7 9 13.5 0 13.4 5 12.7 3 20.2 0 2004 2005 11 DLTA 2004 12 DLTA 2005 13 DLTA EKAD 2006 14 15 16 17 18 19 20 EKAD EKAD FAST FAST GGRM GGRM 0 2004 2005 2006 2004 2005 2005 0.05 0.11 -0.07 -0.61 0.07 0.41 -0.01 -0.04 0.17 0.55 0.00 -0.01 0.00 0.16 -0.02 -0.12 8.65 23.1 0 16.4 8 46.1 4 21 GMTD 2004 6.75 0.04 0.74 0.00 0.00 7.53 22 GMTD 2005 5.61 0.00 0.72 0.00 0.00 6.32 23 GMTD HEXA 2006 5.78 0.00 0.70 0.00 0.00 6.48 2004 2.01 1.45 -0.01 -0.94 25 HITS 2006 0.00 0.45 -0.11 -0.24 26 HMSP INCO 2006 5.65 14.0 3 12.0 5 0.03 0.56 0.00 0.00 8.15 14.1 4 12.6 4 2004 4.63 0.17 0.40 0.00 0.01 5.21 2005 4.94 28.8 9 15.0 7 17.3 8 14.6 0.19 0.37 0.00 0.01 0.11 0.61 0.03 0.04 0.03 0.59 0.03 0.05 0.01 0.19 0.57 0.43 0.04 0.00 0.06 0.00 5.51 29.6 7 15.7 7 18.0 6 15.2 24 27 28 29 30 31 32 INCO INDR INDR INDR KAEF 2004 2005 2006 2004 0.5 8 0.3 0.1 5 1.3 6 0.7 5 0.1 4 0.2 0.4 8 0.5 0.5 4 0.2 9 0.2 2 0.2 2 0.5 1 0.4 8 0.2 9 0.2 8 0.2 5 0.4 0.2 8 0.1 8 0.4 1 0.3 7 0.2 6 0.4 8 0.5 1 0.3 5 2.0 4 2.6 8 2.6 1 3.9 3.9 3 4.1 6 4.5 6 4.3 6 2.3 9 3.5 3 2.2 3.0 2 3.0 8 4.0 7 4.0 1 3.6 3 2.5 6 2.6 2 4.4 9 3 3.9 9 4.0 6 4.1 2 2.7 9 2.6 7 2.6 8 3.3 cxxiv 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 KAEF KAEF LION LION LION LMSH LMSH LMSH MERK MERK MERK MPPA MYOR MYOR PBRX PBRX PLIN PLIN PNSE RALS RIGS RMBA SCMA SCMA SCMA SMDR SMDR 0.11 0.36 0.00 0.00 2006 4 15.2 4 20.8 3 0.08 0.37 -0.01 -0.01 6 15.7 0 21.2 6 2004 3.75 0.03 0.20 0.02 0.09 4.10 2005 5.47 0.04 0.22 -0.01 -0.05 5.66 2006 5.54 0.00 0.21 0.00 0.02 5.78 2004 2.66 0.04 0.61 0.00 -0.03 3.27 2005 4.44 0.01 0.50 -0.02 -0.05 4.88 2006 6.12 0.04 0.22 0.01 0.02 6.42 2004 8.92 0.23 0.41 0.02 0.04 9.61 2005 9.43 10.3 5 12.4 1 10.8 1 13.2 7 18.1 8 16.2 2 19.1 7 18.0 4 10.1 8 17.4 0 11.1 5 0.10 0.26 -0.01 -0.04 0.17 0.30 0.00 -0.01 0.16 0.61 0.01 0.02 0.25 0.49 0.01 0.02 0.58 0.74 0.00 0.00 1.15 1.10 -0.21 -0.19 0.34 0.81 -0.28 -0.35 0.17 0.47 0.03 0.06 0.11 0.37 0.03 0.07 0.00 0.67 0.00 0.00 0.28 0.53 -0.02 -0.03 0.80 0.81 -0.04 -0.29 1.00 0.52 -0.02 -0.04 0.23 0.51 0.00 0.00 0.51 0.70 0.01 0.02 0.04 0.40 -0.01 0.01 9.74 10.8 1 13.2 1 11.5 7 14.5 9 20.0 2 16.7 5 19.9 0 18.6 2 10.8 5 18.1 6 12.4 3 10.5 3 26.2 4 19.7 7 21.3 9 0.01 0.21 0.55 0.63 -0.03 0.02 -0.06 0.03 3.52 4.40 2005 2006 2004 2004 2006 2004 2005 2004 2005 2006 2004 2005 2004 2006 9.07 25.4 9 18.5 3 20.9 5 2004 2005 3.06 3.51 2004 2005 0.3 0.3 0.2 2 0.2 7 0.2 5 0.0 7 0.0 9 0.0 1 1.1 0.5 4 0.5 2 0.3 0.2 3 0.2 9 0.3 1 0.0 9 1.8 4 1.9 4 0.5 1 0.1 3 0.6 8 0.2 1 2.1 1 1.4 5 0.2 1 0.2 4 0.9 1 3.1 6 2.2 2 3.2 3 3.3 3.3 4 3.1 8 3.2 8 3.2 3 4.3 6 4.3 9 4.6 2.7 6 3.0 8 3.2 1 2.6 1 2.5 7 3.7 6 3.7 6 2.8 5 2.8 9 3 3.0 4 2.8 6 2.8 1 2.9 3.5 7 3.8 cxxv 60 61 62 63 64 65 SMGR SMGR SMSM SMSM SMSM SQBI 2005 21.0 8 10.3 3 2004 6.56 0.02 0.48 -0.01 0.02 7.08 2005 6.59 0.02 0.45 0.00 -0.02 7.05 2006 0.01 0.38 0.02 0.05 0.00 0.37 0.04 0.11 0.00 0.29 -0.03 -0.12 0.00 0.38 -0.01 -0.03 0.01 0.37 -0.04 -0.11 0.12 0.69 0.04 0.06 0.01 0.66 0.00 0.00 2005 6.87 12.2 9 23.9 6 15.5 1 12.6 5 51.9 0 82.6 5 12.9 8 0.01 0.70 -0.02 -0.03 2006 9.55 0.00 0.75 -0.01 -0.02 7.32 12.8 1 24.1 0 15.8 5 12.8 8 52.8 1 83.3 3 13.6 4 10.2 8 2006 4.10 16.1 1 44.5 9 22.6 4 0.00 0.69 -0.21 -0.21 0.02 0.53 0.00 0.01 0.10 0.79 0.01 0.01 0.99 0.10 0.04 0.04 2004 2006 66 SUMI 2004 67 SUMI 2005 68 SUMI TBLA 2006 69 70 71 72 73 74 75 76 TGKA TGKA TGKA TOTO TRST TURI UNVR 2005 2004 2006 2006 2005 0.46 0.70 -0.05 -0.07 0.17 0.49 -0.03 -0.07 22.1 3 10.8 9 4.37 16.6 7 45.5 0 23.8 1 7 0.3 5 0.2 6 0.4 5 0.8 6 0.3 3 0.5 5 0.2 9 1.2 4 0.8 4 0.1 9 3.3 5 0.0 4 0.6 1 0.2 5 0.5 6 0.3 3 0.9 5 7 4.2 7 4.2 5 3.4 6 2.4 8 2.5 4 4.7 4 2.7 6 3.6 3 3.9 1 2.3 2.4 4 2.4 6 2.4 4 3.8 2 2.1 6 2.8 5 3.6 3 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini cxxvi menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Berdasarkan gambar 4.3 grafik Normal P-P Plot tersebut di atas, dapat diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. cxxvii b. Uji Asumsi Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas a Coefficients Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.516 .128 -.016 .007 -.272 t 27.562 -2.436 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .017 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Berdasarkan tabel 4.20 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen (IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0. Dengan demikian dapat diisimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan semakin baik. c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai cxxviii model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik scatter plots) dibawah ini. Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -6 -4 -2 0 Regression Standardized Predicted Value Berdasarkan gambar 4.4 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel independennya. d. Uji Autokorelasi cxxix Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini, pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson (DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.21 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square .272a .074 Adjusted R Square .062 Std. Error of the Estimate .68900 DurbinWatson 1.768 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.768, hal ini berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi. 2. Uji Signifikansi Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing variabel independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara simultan. cxxx 1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan) Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.22 Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 2.817 35.130 37.946 df 1 74 75 Mean Square 2.817 .475 F 5.933 Sig. .017a a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.017, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.933 dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif diterima yang artinya secara signifikan variabel independen (IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh). 2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual) cxxxi Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.23 Hasil Uji t a Coefficients Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.516 .128 -.016 .007 -.272 t 27.562 -2.436 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .017 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Berdasarkan tabel 4.23 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen (IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.017, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh. 3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu. Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001). Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan cxxxii kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variable independen. Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.24 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb Model 1 R R Square .272a .074 Adjusted R Square .062 Std. Error of the Estimate .68900 DurbinWatson 1.768 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.062 atau 6.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen (IOS) dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh ) sebesar 6.2 % dan sisanya sebesar 93.8 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. 4. Uji Regresi Linier Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis regresi linier perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut: Y2 = β0 + β1 XIOS + e Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = 3.516 - 0.016 IOS + e Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y2 (Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh) adalah sebesar 3.516 satuan atau apabila tidak ada cxxxiii pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu nilai perusahaan tidak tumbuh (Y2) adalah sebesar 3.516 satuan. Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.016, hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan nilai perusahaan sebesar 0.016 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh. F. Analisis Jalur (Path Analysis) Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung, tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka cxxxiv pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan. 1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh Untuk model persamaan I untuk Perusahaan Tumbuh adalah sebagai berikut: DPR = β1 IOS1 + Ñ” 1 DPR = - 0.006 IOS + Ñ” 1 Tabel. 4.25 Model Summary Model 1 R .241a R Square .058 Adjusted R Square .045 Std. Error of the Estimate .28968 a. Predictors: (Constant), IOS Berdasarkan Tabel 4.25 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.058)2} = 0.887 menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel IOS adalah sebesar 88.7 % sedangkan pengaruh sebesar 11.3 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini. Tabel 4.26 cxxxv Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Coefficients B Std. Error .645 .066 -.006 .003 Standardized Coefficients Beta -.241 t 9.788 -2.133 Sig. .000 .036 a. Dependent Variable: DPR Hasil tabel 4.26 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1) sebesar -0.241 signifikan pada 0.036 yang berarti IOS mempengaruhi DPR. Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS dengan DPR. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh negatif dan signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan penurunan pembagian dividen kepada investor. Model Persamaan II untuk perusahaan tumbuh adalah sebagai berikut: Nilai Perusahaan Tumbuh = β1 IOS1 + β 1 DPR1 + Ñ” 1 Nilai Perusahaan Tumbuh = - 0.011 IOS + 0.272 DPR + Ñ” 1 Tabel 4.27 Model Summary Model 1 R .304a R Square .092 Adjusted R Square .068 Std. Error of the Estimate .52274 a. Predictors: (Constant), DPR, IOS Tabel 4.28 cxxxvi Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS DPR Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.484 .180 -.011 .005 .272 .210 Standardized Coefficients Beta -.231 .149 t 19.333 -2.014 1.298 Sig. .000 .048 .198 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh langsung ke nilai perusahaan tumbuh yaitu bernilai negatif -0.231 dan signifikan pada 0.048 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding terbalik dengan nilai perusahaan artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tumbuh. Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.231 dan kebijakan dividen sebesar 0.149 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.048 dan 0.198. Nilai standardized beta -0.231 merupakan nilai path (jalur) P1 dan nilai standardized beta 0.149 merupakan nilai path (jalur) P3. Besarnya nilai e2 = {(1-0.092)2} = 0.824 menunjukkan bahwa Nilai perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 82.4 % sedangkan pengaruh sebesar 17.6 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini. Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2 dan Y dapat digambarkan sebagai berikut : cxxxvii Gambar 4.1 Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y P1 = -0.231 Pelaksanaan IOS (X1) Sig = 0.048 Nilai Perusahaan e2 = 0.824 Tumbuh (Y) Sig = 0.036 Sig = 0.198 P2 = -0.241 P3 = 0.149 Kebijakan Dividen (X2) e1 = 0.887 Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel intervening: Pengaruh langsung independen ke dependen = -0.231 Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = -0.036 Total pengaruh (korelasi independen ke dependen) = -0.267 Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (-0.241 x 0.149) = -0.036 sehingga pengaruh tidak langsungnya bernilai negatif sebesar -0.036 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik dengan nilai perusahaan tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai perusahaan sebesar = -0.231+ (-0.241 x 0.149) = -0.267. cxxxviii Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tumbuh menyatakan bahwa pelaksanaan IOS dapat berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening menunjukkan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan tumbuh. 2. Analisis Uji Variabel Intervening Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Model persamaan I untuk Perusahaan Tidak Tumbuh adalah sebagai berikut: DPR = β2 IOS2 + Ñ” 2 DPR = 0.024 IOS + Ñ” 2 Tabel 4.29 Model Summary Model 1 R .539a R Square .290 Adjusted R Square .281 Std. Error of the Estimate .45452 a. Predictors: (Constant), IOS Berdasarkan Tabel 4.29 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.290)2} = 0.841 menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel IOS adalah sebesar 84.1 % sedangkan pengaruh sebesar 15.9 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini. cxxxix Tabel 4.30 Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Coefficients B Std. Error .152 .084 .024 .004 Standardized Coefficients Beta .539 t 1.804 5.502 Sig. .075 .000 a. Dependent Variable: DPR Hasil tabel 4.30 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1) sebesar 0.539 signifikan pada 0.000 yang berarti IOS mempengaruhi DPR. Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS dengan DPR. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh positif dan signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan peningkatan pembagian dividen kepada investor. Model Persamaan II untuk perusahaan tidak tumbuh adalah sebagai berikut: Y2 = β2 IOS2 + β2 DPR2 Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = - 0.024 DPR + 0.341 DPR + Ñ”2 + Ñ”2 Tabel 4.31 Model Summary Model 1 R .348a R Square .121 Adjusted R Square .097 Std. Error of the Estimate .67598 a. Predictors: (Constant), DPR, IOS cxl Tabel 4.32 Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS DPR Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.464 .128 -.024 .008 .341 .173 Standardized Coefficients Beta -.411 .257 t 27.091 -3.153 1.970 Sig. .000 .002 .053 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Pada tabel 4.32 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh langsung ke nilai perusahaan tidak tumbuh yaitu bernilai negatif -0.411 dan signifikan pada 0.002 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding terbalik dengan nilai perusahaan semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.411 dan kebijakan dividen sebesar 0.257 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.002 dan 0.053. Nilai standardized beta -0.411 merupakan nilai path (jalur) P1 dan nilai standardized beta 0.257 merupakan nilai path (jalur) P3. Besarnya nilai e2 = {(1-0.121)2} = 0.773 menunjukkan bahwa Nilai perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 77.3 % sedangkan pengaruh sebesar 22.7 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini. Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2 dan Y dapat digambarkan sebagai berikut : cxli Gambar 4.1 Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y P1 = -0.411 Pelaksanaan IOS (X1) Sig = 0.002 Nilai Perusahaan Tumbuh (Y) Sig = 0.000 e2 = 0.846 Sig = 0.053 P2 = 0.539 P3 = 0.257 Kebijakan Dividen (X2) e1 = 0.567 Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel intervening: Pengaruh langsung independen ke dependen = - 0.411 Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = 0.138 Total pengaruh (korelasi independen ke dependen) = - 0.273 Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0.539 x 0.257) = 0.138 sehingga pengaruh tidak langsungnya bernilai positif sebesar 0.138 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus dengan nilai perusahaan tidak tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menaikan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai perusahaan sebesar = -0.411 + (0.539 x 0.257) = -0.273. cxlii Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan. cxliii G. Interpretasi Berdasarkan pada hasil pembahasan yang telah dilakukan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa Investment Opportunity Set (IOS) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. tumbuh dan tidak tumbuh.. Akan tetapi untuk perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh menunjukkan koefisien Investment Opportunity Set (IOS) bertanda negatif, maka dapat diinterpretasikan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan Tumbuh dan juga Perusahaan Tidak Tumbuh. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) meskipun berbeda sampel. Tetapi penelitian ini juga menunjukkan hasi yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005) yang menunjukkan tiap-tiap proksi IOS menunjukkan korelasi positif terhadap semua realisasi unsur pertumbuhan. Kemungkinan perbedaan ini karena nilai perusahaan dikorelasikan dengan satu per satu proksi IOS. Menurut Fama (1978) nilai perusahaan hanya ditentukan oleh keputusan investasi. Menurut Modigliani dan Miller (1958), keputusan investasi sangatlah penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa efek langsung dari keputusan investasi terhadap nilai perusahaan cxliv merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi melalui pemilihan proyek atau kebijakan lain yang lebih efisien (Myers,1976). 2. Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) untuk perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara langsung terhadap nilai perusahaan dan juga berpengaruh negatif secara tidak langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan. IOS berpengaruh negatif secara langsung berarti Perusahaan yang melakukan IOS akan menurunkan nilai perusahaan. Sedangkan IOS berpengaruh negatif secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan Nilai perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tumbuh secara keseluruhan menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS dapat berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening menunjukkan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan hasil analisis jalur (Path Analysis) untuk perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh dan juga berpengaruh positif secara tidak langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan tidak tumbuh. IOS berpengaruh negatif secara langsung cxlv menunjukkan perusahaan yang melaksanakan IOS akan menurunkan nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan IOS berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan IOS akan menaikkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh secara keseluruhan menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening tidak mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian analisis jalur ini sejalan dengan penelitian Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) yang menyatakan bahwa untuk perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga berpengaruh negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan. Tetapi berbeda untuk perusahaan tidak tumbuh yang menyatakan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara langsung terhadap perusahaan tidak tumbuh dan berpengaruh negatif secara tidak langsung terhadap perusahaan tidak tumbuh. Berdasarkan hasil penelitan analisis jalur di atas maka untuk perusahaan tumbuh sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan cxlvi Majluf 1984, dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005), Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan Muh. Yusuf Ariyanto (2005), Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto Bartono M (2002) bahwa Perusahaan yang tumbuh membagikan dividen yang lebih kecil dari pada perusahaan yang tidak tumbuh. Sedangkan untuk perusahaan tidak tumbuh sesuai dengan Hipotesis sinyal (signaling hypothesis) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock 1985, dalam Hartono). Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar, yaitu perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil, akan membayar dividen lebih tinggi sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979, dalam Smith & Watts 1992). cxlvii BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Hasil ini merupakan hasil dari pengujian data dengan menggunakan bantuan Program Statical Package for Social Science (SPSS) versi 15.0 for windows. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan tumbuh 2. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh. 3. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tumbuh yang melakukan IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan. 4. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tidak tumbuh yang melakukan IOS akan meningkatkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan. cxlviii B. Saran 1. Masih banyak variabel yang dapat dijadikan sebagai proksi IOS yang belum masuk sehingga mempengaruhi hasil analisis dalam penelitian ini. 2. Penelitian ini hanya mengaitkan IOS dengan kebijakan dividen dan nilai perusahaan. saja. Selain itu sebenarnya ada faktor lain yang dapat dijadikan variabel lagi seperti kebijakan pendanaan, ukuran perusahaan dan lain-lain. 3. Periode pengamatan yang relatif pendek, yaitu tiga tahun selanjutnya dapat diteliti dengan periode lebih panjang lagi. 4. Untuk mengintervensi sebaiknya penelitian ini selanjutnya dapat menggunakan analisis logit yang mengarah ke arah probability. cxlix C. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya : 1. Adanya pengaruh yang signifikan yang terjadi antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan nilai perusahaan, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu pihak perusahaan dalam mengambil keputusan perusahaan. karena untuk meningkatkan nilai perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan yang baik, karena perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan (asset in place) dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang (Myers). 2. Khususnya dengan adanya Investment Opportunity Set (IOS) dan kebijakan dividen dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek yang baik bagi perusahaannya dimasa yang akan datang. 3. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian selanjutnya guna menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang berkaitan dengan IOS dan Kebijakan dividen. cl DAFTAR PUSTAKA . A. Fauzi, Johan Arifin, M. Fakhrudin, “Aplikasi Excel Dalam Finansial Terapan”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. Akhtaruddin, M. & Hossian, M, “Investment opportunity set, ownership control and voluntary disclosures in Maylaysia”, JOAAG, Vol. 3, No. 2, 2008. Anggarwal, Raj dan NyoNyo Aung Kyaw, “Leverage, Investment Opportunities, and Firm Value: A Global Perspective on the Influence of Financial Development”, Januari 2006. Brigham, Gapenski and Daves, “Intermediate Financial Management” Sixth Edition, The Dryden Press, 1999. Fabozzi, Frank J, “Manajement Investasi”, Prentice-Hall, Inc. A, 1995. Fanani, Zaenal, “Manajemen Laba: Bukti Dari Set Kesempatan Investasi, Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar yang Sedang Berkembang”, Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 2006. Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono, “Set Kesempatan Investasi: Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.1, Hal.35-63, 2002. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Undip, 2001. Hakim, Lukman, “Relevance Level Analysis Dividend Yield, Price Earning Ratio, Stock Return of Share Next The Risk Premium Towards Investment Opportunity Set (IOS)”, Program Pasca Sarjana UPI YAI. cli Hamzah, Ardi, “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas, dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2001-2005)”, Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo, Madura. Hartono, Jogiyanto, “Teori Portfolio dan Analisis Investasi”, BPFE, Yogyakarta, 1999. Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPPAMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Husnan, Suad, “Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapannya”, Buku I, Edisi 12, BPFE, Yogyakarta, 1992. Husnan Suad dan E. Pudjiastuti, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” Edisi Pertama, UPP AMP YKPN” 1994. Indarti, Kentris MG dan Ariyanto, M. Yusuf, “Analisis Kebijakan Dividen, Pendanaan, dan Asimetri Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.12, No.1, Hal 115-133, Maret 2005. Norpratiwi, Agustini M.V, “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham” , STIE YKPN, Jogjakarta Pagalung, Gagaring, “Analisis Simultan Antara Set Kesempatan Investasi dengan Leverage Keuangan Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Ekonomi STEI No.3/Th. XII/22/Juli-September 2003: (p.23-39) Riduwan, “Dasar-Dasar Statistik”, Bandung, Alfabeta, 2006. Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analisis)”, Alfabeta, Bandung, 2008. clii Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta, 1995. Rokhayati, Isnaeni, “Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) dengan Realisasi Pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan Tidak Tumbuh terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal SMART, Vol 1 No. 2 (p.41-60), Januari 2005. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. Sartono Agus, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 2001. Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan spss”, Yogyakarta, 2006. Sinarahardja, dan Yuningsih I, “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh Dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Telaah Manajemen, Vol. 1, No. 2, Hal 79-102, Program Magister, Universitas Budi Luhur, Jakarta, November 2006. Smith Clifford W dan Ross L Watts, “The Investment Opportunity Set and Corporates Policy Choice”, University of Rochester Library, Maret 1986. Soemartini, “Principal Component Analysis (PCA) Sebagai Salah Satu Metode Untuk Mengatasi Masalah Multikoliniearitas”, Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2008. cliii Suharli, Michell, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijkan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 9, No.1, Hal 9-17, Mei 2007. Supranto J, “Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi”, Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Susilowati Y, “Hubungan Antara Peluang Investasi Dengan Arus Kas, Kebijakan Pendanaan Dan Dividen”, Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 2 No.1, Hal 24-31, April 2003. Utami, Sih Widhi, “Asosiasi IOS dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham”, Simposium Nasional Akuntansi, IAI, 2006. Wahyu Winarno, Wing, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2007. Weston, J.F. and E.F. Brigham, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Erlangga, Jakarta, 1990. www.google.co.id www.jsx.co.id. cliv LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Output SPSS Analisis Faktor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity .509 Approx. Chi-Square 146.303 df 10 Sig. .000 Anti-image Matrices Anti-image CovariancePER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA Anti-image CorrelationPER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA .998 -.018 .002 -.002 .026 -.018 .496 -.351 -.039 -.010 .002 -.351 .497 .011 -.022 -.002 -.039 .011 .908 -.265 .026 -.010 -.022 -.265 .908 .587a -.025 .003 -.003 .027 -.025 .506a -.706 -.058 -.015 .003 -.706 .505a .016 -.033 -.003 -.058 .016 .525a -.292 .027 -.015 -.033 -.292 .533a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Extraction .019 .852 .852 .641 .646 Extraction Method: Principal Component Analysis. clv Rotated Component Matrixa Component 1 PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA .082 .923 .923 .064 .070 2 -.111 .029 .006 .798 .801 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations. Total Variance Explained Rotation Sums of Squared Loadings Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings ComponentTotal % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 1.755 35.103 35.103 1.755 35.103 35.103 1.719 34.374 34.374 2 1.254 25.083 60.185 1.254 25.083 60.185 1.291 25.811 60.185 3 .997 19.931 80.116 4 .704 14.070 94.186 5 .291 5.814 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis. clvi Lampiran 2 Sampel Data Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Kode AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR Emiten Astra Agro Lestari Adhi Karya AKR Corporindo Aneka Tambang Astra Graphia Astra International Astra Otoparts Sepatu Bata Berlian Laju Tanker Bumi Resources Centrin Online Colorpak Indonesia Citra Tubindo Delta Djakarta Ekadharma International Enseval Putra Megatrading Fast Food Indonesia Gudang Garam Gowa Makassar Tourism Development Hexindo Adiperkasa Humpuss Intermoda Transportasi Hanjaya Mandala Sampoerna International Nickel Indonesia Indofood Sukses Makmur Indorama Syenthetic Indosat Kimia Farma Lion Metal Works Lion Mesh Prima Lautan Luas Medco Energi International Merck Indonesia Multi Bintang Indonesia Matahari Putra Prima Mayora Indah clvii 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 PBRX PLIN PNSE PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR PAN Brothers Plaza Indonesia Realty Pudjiadi & Sons Estate Tambang Batu Bara Bukit Asam Petrosea Ramayana Lestari Sentosa RIG Tenders Bentoel Internasional Investama Surya Citra Media Samudera Indonesia Semen Gresik Summarecon Agung Selamat Sempurna Sumi Indo Kabel Bristol Myers Squibb Indonesia Tunas Baru Lampung Mandom Indonesia Tiga Raksa Satria Timah International Telekomunikasi Indonesia Surya Toto Indonesia Trias Sentosa Tempo Scan Pacific Tunas Ridean Bakrie Sumatera Plantation United Tractors Unilever Indonesia clviii Lampiran 3 Proksi-Proksi IOS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Perusahaan Tahun MVABVA MVEBVE CAPBVA CAPMVA PER AALI AALI AALI ADHI ADHI ADHI 2004 1.5564 1.9276 0.0403 0.0257 6.0900 9.6400 2005 1.1173 1.1427 0.0724 0.0648 9.7600 12.1572 2006 1.3503 1.1446 0.0715 0.0529 25.2000 27.8193 2004 2.5674 6.7655 0.0791 0.1348 17.2500 26.7968 2005 1.6288 5.0931 0.2338 0.1435 16.6400 23.7392 2006 2.0055 7.5490 0.1588 0.0792 15.0800 24.8725 AKRA AKRA AKRA ANTM ANTM ANTM ASGR ASGR ASGR ASII ASII ASII 2004 0.5836 0.1810 0.0501 0.0858 4.7100 5.6105 2005 0.7883 0.5699 0.0184 0.0233 7.7500 9.1499 2006 1.0291 1.0655 0.0922 0.0346 13.2900 15.5114 2004 1.1711 1.4171 0.4205 1.6555 4.0800 8.7442 2005 1.4460 1.9427 0.0207 0.1223 8.1000 11.6317 2006 2.0320 2.7570 -0.0657 -0.0323 9.8300 14.5210 2004 0.7967 0.6493 -0.2130 -0.0162 11.5600 12.7768 2005 1.2501 1.4554 0.0095 0.0076 12.0300 14.7526 2006 0.9125 0.8272 -0.0061 -0.0067 17.4000 19.1269 2004 1.2354 1.5591 0.0630 0.0510 7.1900 10.0985 2005 0.9874 0.9709 0.0627 0.0635 16.6400 18.7245 2006 1.2343 0.2034 0.0265 0.0214 15.0800 16.5656 AUTO AUTO AUTO BATA BATA BATA BLTA BLTA BLTA BUMI BUMI BUMI CENT CENT 2004 0.6690 0.4234 0.0831 0.1242 6.5500 7.8497 2005 0.4839 0.1843 0.0447 0.0924 7.7300 8.5353 2006 0.4446 0.0980 0.0261 0.0587 8.0800 8.7074 2004 0.3693 0.0519 0.0125 0.8340 5.1900 6.4577 2005 0.4503 0.0466 0.0375 0.9833 7.5100 9.0277 2006 0.3502 0.0720 -0.0008 -0.0023 9.0300 9.4491 2004 2.7826 2.4308 0.1689 0.2158 11.9300 17.5281 2005 1.4436 2.7471 0.2873 0.1990 16.7000 21.3770 2006 2.4261 4.7374 0.0876 0.0361 28.0000 35.2872 2004 2.3659 13.8387 0.0131 0.0055 12.8100 29.0332 2005 1.9360 9.3250 0.0198 0.0102 12.0700 23.3610 2006 1.7446 6.1995 0.1002 0.0574 8.7000 16.8017 2004 0.0892 0.0002 -0.0231 -0.2593 20.7100 20.5170 2005 0.0769 0.0004 -0.0267 -0.3474 15.0000 14.7032 IOS clix 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 CENT CLPI CLPI CLPI CTBN CTBN CTBN 2006 0.1083 0.0509 -0.0666 -0.6147 9.1700 8.6479 2004 0.4078 0.0704 -0.0145 -0.0356 22.6700 23.0981 2005 0.5482 0.1682 -0.0042 -0.0077 15.7800 16.4845 2006 1.0853 1.1751 -0.0052 -0.0047 39.1400 41.3905 2004 0.1613 0.0002 -0.0189 -0.1176 46.1100 46.1350 2005 0.4152 0.0042 0.0106 0.0256 9.2200 9.6756 2006 0.5805 0.1047 0.0415 0.6254 6.4400 7.7921 DLTA DLTA DLTA EKAD EKAD EKAD EPMT EPMT EPMT FAST FAST FAST GGRM GGRM GGRM GMTD GMTD GMTD HEXA HEXA HEXA 2004 0.2376 0.0181 0.0254 0.1069 5.9900 6.3780 2005 0.2618 0.0233 0.0030 0.0116 10.2200 10.5197 2006 0.2440 0.0036 0.0146 0.0600 8.4300 8.7522 2004 1.0642 0.2541 -0.0171 -0.0161 12.2500 13.5351 2005 0.3491 0.1073 0.0025 0.0072 14.6600 15.1261 2006 0.2380 0.0172 0.0037 0.0155 15.5200 15.7944 2004 1.0401 1.1153 0.2300 0.0222 7.0200 9.4276 2005 0.8729 0.6906 0.0953 0.0258 8.4100 10.0946 2006 0.8310 0.6779 0.0282 0.0340 7.0900 8.6611 2004 0.4003 0.0057 0.0057 0.0138 13.0700 13.4955 2005 0.3982 0.0065 0.0214 0.0538 12.9700 13.4499 2006 0.4085 0.0076 0.0522 0.1278 11.7800 12.3761 2004 0.6327 0.3793 0.0967 0.1530 14.5600 15.8217 2005 0.5630 0.2625 0.0175 0.0310 11.8600 12.7340 2006 0.4979 0.1707 0.0218 0.0437 19.4700 20.2041 2004 0.7434 0.0425 -0.0033 -0.0044 6.7500 7.5282 2005 0.7182 0.0013 -0.0023 -0.0032 5.6100 6.3240 2006 0.7006 0.0024 -0.0022 -0.0032 5.7800 6.4776 2004 1.4484 2.0075 -0.0136 -0.9386 5.6500 8.1537 2005 0.7417 0.1879 0.0889 1.2042 8.2500 10.4727 2006 0.8928 0.6266 0.1267 0.1420 19.1700 20.9581 HITS HITS HITS HMSP HMSP HMSP INCO INCO INCO INDF INDF 2004 0.8209 0.5099 0.0403 0.0491 8.6500 10.0702 2005 0.5480 0.0126 0.1149 0.2097 8.8900 9.7752 2006 0.4549 0.0041 -0.1078 -0.2369 14.0300 14.1443 2004 1.4855 2.1553 0.0168 0.8113 14.6500 19.1189 2005 4.5083 10.1509 0.0055 0.9013 16.3600 31.9260 2006 0.5645 0.0317 -0.0007 -0.0012 12.0500 12.6443 2004 0.4047 0.1673 0.0027 0.0067 4.6300 5.2114 2005 0.3662 0.1926 0.0026 0.0071 4.9400 5.5085 2006 3.6470 0.4339 0.0027 0.0048 6.6500 10.7384 2004 1.9701 0.6992 0.0119 0.0098 19.9800 22.6710 2005 1.2304 1.7907 0.0019 0.0015 69.3000 72.3245 clx 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 INDF INDR INDR INDR ISAT ISAT ISAT KAEF KAEF KAEF LION LION LION LMSH LMSH LMSH LTLS LTLS LTLS MEDC MEDC MEDC MERK MERK MERK MLBI MLBI MLBI MPPA MPPA MPPA MYOR MYOR MYOR PBRX PBRX PBRX PLIN PLIN 2006 1.3849 3.5966 0.0247 0.0179 19.2800 24.3041 2004 0.6051 0.1114 0.0251 0.0415 28.8900 29.6731 2005 0.5911 0.0285 0.0311 0.0525 15.0700 15.7732 2006 0.5732 0.0131 0.0355 0.0585 17.3800 18.0603 2004 1.1330 1.0631 0.1130 0.1411 18.6100 21.0602 2005 1.0521 1.1194 0.1318 0.1253 18.3100 20.7386 2006 1.4102 1.9236 0.0993 0.0704 26.0100 29.5135 2004 0.4346 0.1855 0.0007 0.0016 14.6400 15.2624 2005 0.3599 0.1071 -0.0013 -0.0035 15.2400 15.7022 2006 0.3666 0.0824 -0.0059 -0.0143 20.8300 21.2588 2004 0.2045 0.0316 0.0191 0.0935 3.7500 4.0987 2005 0.2159 0.0368 -0.0103 -0.0479 5.4700 5.6645 2006 0.2055 0.0044 0.0048 0.0237 5.5400 5.7784 2004 0.6087 0.0431 -0.0048 -0.0347 2.6600 3.2723 2005 0.5008 0.0078 -0.0232 -0.0470 4.4400 4.8784 2006 0.2245 0.0402 0.0105 0.0210 6.1200 6.4162 2004 0.7993 0.0004 0.0440 0.0550 5.5600 6.4587 2005 1.0096 0.0009 0.0207 0.0209 7.1400 8.1921 2006 0.7637 0.0001 0.0284 0.0372 10.6400 11.4694 2004 0.6196 0.2828 0.0296 0.0478 10.5400 11.5198 2005 0.6557 3.7560 0.0418 0.0638 15.3000 19.8173 2006 0.7096 1.9920 0.0646 0.0910 34.3400 37.1972 2004 0.4073 0.2285 0.0159 0.0392 8.9200 9.6109 2005 0.2554 0.0998 -0.0089 -0.0350 9.4300 9.7413 2006 0.3044 0.1651 -0.0026 -0.0086 10.3500 10.8083 2004 0.5297 0.0067 0.0578 0.1091 10.3800 11.0833 2005 0.6154 0.0290 0.1091 0.1132 12.1100 12.9767 2006 0.6806 0.0174 0.0595 0.0874 15.7500 16.5949 2004 0.6117 0.1602 0.0101 0.0166 12.4100 13.2086 2005 0.8036 0.5651 0.1169 0.1455 11.6100 13.2411 2006 0.7394 0.2715 0.0338 0.0457 13.4900 14.5804 2004 0.4913 0.2505 0.0074 0.0151 10.8100 11.5743 2005 0.4822 0.1554 0.0836 0.1735 13.7500 14.6447 2006 0.7361 0.5771 0.0035 0.0048 13.2700 14.5915 2004 1.0973 1.1541 -0.2132 -0.1943 18.1800 20.0239 2005 0.8143 0.3423 -0.2810 -0.3451 16.2200 16.7505 2006 0.8218 0.1656 0.1155 0.1405 17.3600 18.6034 2004 0.4741 0.1731 0.0277 0.0584 19.1700 19.9033 2005 0.3674 0.1099 0.0271 0.0737 18.0400 18.6181 clxi 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 PLIN PNSE PNSE PNSE PTBA PTBA PTBA PTRO PTRO PTRO RALS RALS RALS RIGS RIGS RIGS 2006 0.3036 0.0035 0.0523 0.1723 25.1200 25.6517 2004 0.7028 0.0204 0.0447 0.0636 32.8100 33.6415 2005 0.6892 0.0007 0.0482 0.0699 37.8000 38.6080 2006 0.6688 0.0021 0.0015 0.0023 10.1800 10.8547 2004 1.3877 1.5474 0.0184 0.0132 7.7500 10.7167 2005 1.6946 1.9609 0.0142 0.0084 8.8800 12.5581 2006 4.6237 5.9059 -0.0132 -0.0028 16.7200 27.2336 2004 0.3223 0.0827 1.6583 0.1412 7.1600 9.3645 2005 0.4568 0.1340 0.1612 0.3529 8.5900 9.6949 2006 0.4995 0.1979 0.0614 0.1230 10.6800 11.5618 2004 0.5329 0.2787 -0.0177 -0.0333 17.4000 18.1606 2005 0.8313 0.7763 0.0393 0.0473 18.8400 20.5342 2006 1.0352 1.0458 0.0194 0.0187 19.6600 21.7791 2004 0.0484 0.0112 0.0817 0.2412 8.7200 9.1025 2005 0.8118 0.8038 -0.0389 -0.2946 11.1500 12.4321 2006 0.3979 0.0032 0.6415 0.9188 39.3300 41.2914 RMBA RMBA RMBA SCMA SCMA SCMA SMDR SMDR SMDR SMGR SMGR SMGR SMRA SMRA SMRA SMSM SMSM SMSM 2004 0.5159 1.0026 -0.0206 -0.0401 9.0700 10.5278 2005 0.7589 1.2162 -0.0162 -0.0214 7.8800 9.8175 2006 1.2430 1.4791 0.0852 0.0685 13.1700 16.0458 2004 0.5100 0.2289 0.0021 0.0041 25.4900 26.2351 2005 0.7015 0.5139 0.0110 0.0157 18.5300 19.7721 2006 0.3965 0.0357 -0.0055 0.0139 20.9500 21.3906 2004 0.5520 0.0057 -0.0348 -0.0630 3.0600 3.5199 2005 0.6302 0.2090 0.0201 0.0317 3.5100 4.4010 2006 0.6399 0.1286 0.1507 0.2356 18.1500 19.3048 2004 0.7008 0.4572 -0.0462 -0.0659 21.0800 22.1259 2005 0.4900 0.1707 -0.0332 -0.0677 10.3300 10.8898 2006 1.4529 1.6173 0.0342 0.0235 16.6200 19.7479 2004 0.8414 0.6380 0.0373 0.0444 7.9600 9.5211 2005 1.2869 1.6391 0.0464 0.0361 9.7600 12.7685 2006 1.1889 1.4244 0.2514 0.0405 19.1700 22.0752 2004 0.4832 0.0197 -0.0118 0.0244 6.5600 7.0755 2005 0.4514 0.0182 0.0035 -0.0177 6.5900 7.0454 2006 0.3759 0.0084 0.0180 0.0481 6.8700 7.3204 SUMI SUMI SUMI SQBI SQBI 2004 0.2897 0.0020 -0.0342 -0.1182 23.9600 24.0993 2005 0.3839 0.0019 -0.0127 -0.0331 15.5100 15.8500 2006 0.3720 0.0069 -0.0402 -0.1081 12.6500 12.8806 2004 0.3358 0.8160 0.0346 0.1030 0.8400 2.1294 2005 0.3876 0.9019 0.0159 0.1341 44.1200 45.5595 clxii 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 SQBI TBLA TBLA TBLA TCID TCID TCID TGKA TGKA TGKA TINS TINS TINS TLKM TLKM TLKM TOTO TOTO TOTO TRST TRST TRST TSPC TSPC TSPC TURI TURI TURI UNSP UNSP UNSP UNTR UNTR UNTR UNVR UNVR UNVR 2006 0.3701 0.0008 0.0399 0.1079 12.2900 12.8087 2004 0.7398 0.3111 0.0867 0.1171 22.5700 23.8247 2005 0.6882 0.1160 0.0435 0.0632 51.9000 52.8109 2006 1.0291 1.0691 0.1057 0.1027 59.2300 61.5366 2004 0.2538 0.1137 0.0651 0.2568 7.5600 8.2494 2005 0.1915 0.0396 0.0527 0.2753 6.8900 7.4491 2006 0.1562 0.0655 0.0924 0.5915 12.5600 13.4656 2004 0.6618 0.0108 0.0013 0.0019 82.6500 83.3258 2005 0.6961 0.0074 -0.0183 -0.0263 12.9800 13.6389 2006 0.7540 0.0006 -0.0114 -0.0151 9.5500 10.2781 2004 1.0299 1.0479 0.0056 0.0055 20.7500 22.8389 2005 0.8761 0.7781 0.0199 0.0231 8.5200 10.2172 2006 1.7165 2.4795 -0.0025 -0.0015 10.7000 14.8920 2004 4.3469 1.0289 0.0034 0.0034 15.8700 21.2526 2005 1.2559 1.6832 0.7261 0.5781 14.8800 19.1233 2006 1.5906 2.5648 0.1148 0.0721 18.5000 22.8423 2004 0.8038 0.0426 0.0647 0.0858 11.1400 12.1369 2005 0.7461 0.0024 0.1286 0.1723 4.7300 5.7794 2006 0.6911 0.0005 -0.2070 -0.2140 4.1000 4.3706 2004 0.5003 0.0003 0.1371 0.2459 20.5000 21.3836 2005 0.5799 0.0772 0.0476 0.0821 25.0000 25.7868 2006 0.5272 0.0208 0.0044 0.0083 16.1100 16.6707 2004 0.5848 2.4074 0.0283 0.0484 10.5400 13.6089 2005 0.3330 2.4842 0.0570 0.1711 38.5700 41.6153 2006 0.5784 2.0055 0.8091 0.1157 14.8600 18.3687 2004 1.0744 1.2841 0.0462 0.0429 6.1700 8.6176 2005 0.8121 0.2456 0.0540 0.0531 6.7400 7.9048 2006 0.7887 0.1041 0.0081 0.0103 44.5900 45.5012 2004 0.8842 0.6812 0.0803 0.0905 7.5600 9.2962 2005 1.8262 3.0960 0.1418 0.0775 8.3600 13.5015 2006 4.0907 9.5726 0.0399 0.0097 13.0800 26.7929 2004 1.4760 2.0383 0.9610 0.0412 5.8900 10.4065 2005 1.5483 2.4201 0.1825 0.1178 9.9700 14.2387 2006 1.5843 2.4303 0.9785 0.0496 20.0800 25.1227 2004 1.2703 1.4312 0.1288 0.1014 17.1500 20.0817 2005 0.0995 0.9911 0.0383 0.0385 22.6400 23.8074 2006 1.1361 1.2658 0.0495 0.0435 29.2500 31.7449 clxiii Lampiran 4 Dividend Payout Ratio No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Perusahaan AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR 2004 0.4911 0.4999 0.3279 0.3500 0.8179 0.2771 0.2042 0.5561 0.1278 0.0801 0.1029 0.2960 1.3569 0.1448 0.5001 0.9812 0.2240 0.5374 0.2857 0.3951 0.0895 0.6057 0.4123 0.4372 0.2560 0.4991 0.2982 0.2208 0.0697 0.2554 0.4897 1.0958 0.2303 0.3023 0.2252 2005 0.6475 0.3001 0.3139 0.3400 0.9349 0.3264 0.2761 0.5182 0.1289 0.1588 0.5000 0.1480 0.7471 0.1987 0.5391 0.9561 0.2161 0.5091 0.2767 0.3952 0.9476 0.4595 0.3725 0.3808 0.4810 0.4926 0.3000 0.2734 0.0935 0.2529 0.4387 0.5435 1.1841 0.9038 0.4191 2006 0.1900 0.2000 0.3167 0.4000 0.1942 0.1636 0.1639 0.2192 0.1380 0.1547 0.5833 0.1997 0.6814 0.4809 0.2910 0.2725 0.1942 0.4773 0.2477 0.9621 0.2778 0.1801 0.9423 0.4428 0.5069 0.5000 0.2992 0.2520 0.0108 0.2103 0.5002 0.5177 0.7560 0.1753 0.2867 clxiv 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 PBRX PLIN PNSE PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR Rata-rata 0.3143 0.0423 0.8019 0.9742 0.8179 0.1347 0.5286 0.2061 2.1096 0.2446 0.3500 0.2294 0.4527 0.2916 0.0814 0.2944 0.9782 3.3507 0.4589 0.5000 0.3828 0.5000 0.5548 0.9608 0.1463 0.1422 1.0912 0.4997 0.0865 0.0396 0.5323 0.5009 0.9681 0.5117 0.6755 0.2919 1.4523 0.1672 0.2570 0.9613 0.8638 0.6443 1.5270 0.1948 0.3696 0.0448 0.4722 0.5520 0.2363 0.5000 0.4548 0.3323 0.1813 0.2985 0.9534 0.4846 0.0457 0.0285 0.5091 0.5000 0.2384 0.4950 0.7865 0.9287 0.2095 0.4036 0.5000 0.9816 0.3263 0.8414 0.5534 0.1986 0.9530 0.6076 0.9502 0.1775 0.2486 0.5555 0.9413 0.3330 0.2022 0.3985 0.9085 0.4228 clxv Lampiran 5 Nilai Perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Perusahaan AALI ADHI AKRA ANTM ASGR ASII AUTO BATA BLTA BUMI CENT CLPI CTBN DLTA EKAD EPMT FAST GGRM GMTD HEXA HITS HMSP INCO INDF INDR ISAT KAEF LION LMSH LTLS MEDC MERK MLBI MPPA MYOR PBRX PLIN PNSE 2004 3.4914 2.8293 3.0607 3.2368 2.5051 3.9823 3.2844 4.1461 2.8451 2.9031 2.1614 3.6816 3.9031 4.1613 2.3891 2.7403 4.0212 4.1319 3.6284 3.4878 3.4624 3.8228 4.0626 2.9031 2.7959 3.7597 3.3117 3.2304 3.1832 2.5682 3.3170 4.3579 4.6284 2.7596 3.0792 2.6074 3.7558 2.9542 2005 3.6902 2.8573 3.1702 3.5533 2.4698 4.0086 3.4471 4.1613 3.0170 2.8808 3.9505 2.6074 3.9294 4.5563 3.5315 2.8751 3.0792 4.0663 2.5623 2.9827 3.7482 3.9494 4.1189 2.9590 2.6721 3.7443 3.1614 3.3010 3.2787 2.6812 3.5283 4.3856 4.6989 2.9823 3.9138 2.5740 3.7558 2.8512 2006 4.1004 2.9031 3.4353 3.9031 2.4843 4.1959 3.4661 4.1461 3.2405 2.9542 2.0414 2.9912 4.2304 4.3579 2.2041 2.8129 3.2601 4.0086 2.6232 2.9542 3.0043 3.9867 4.4914 3.1303 2.6812 3.8293 2.2175 3.3424 3.2304 3.6074 3.5502 4.6020 4.7403 2.9031 3.2095 2.5797 3.0414 3.8451 clxvi 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 PTBA PTRO RALS RIGS RMBA SCMA SMDR SMGR SMRA SMSM SUMI SQBI TBLA TCID TGKA TINS TLKM TOTO TRST TSPC TURI UNSP UNTR UNVR Rata-Rata 3.1832 3.6047 2.8893 2.9164 4.0414 2.8603 3.5740 4.2672 2.7958 3.4624 2.7596 4.5441 2.3617 3.6021 2.4393 3.6459 4.0043 3.7781 2.3117 3.8808 4.0293 2.4913 3.3569 3.5185 3.3463 3.2553 3.8451 2.9085 2.9956 2.1303 2.8061 3.8663 4.2504 2.8751 2.4843 3.6335 4.5911 3.3010 3.6128 2.4624 3.2601 3.7708 3.7781 2.1761 3.7520 2.8388 2.6180 3.5652 3.6309 3.3566 3.5471 3.7817 2.9395 3.0000 3.4913 2.9031 3.8228 4.5599 3.0682 2.5441 3.9138 4.7443 2.3802 3.8419 2.4393 3.6459 4.0043 3.8195 2.1613 2.9542 2.8512 2.9867 3.8612 3.8195 3.3772 clxvii Lampiran 6 Perusahaan Tumbuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Perusahaan Tahun PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA IOS DPR NP AALI AALI AALI ADHI ADHI ADHI 2004 6.09 1.93 1.56 0.04 0.03 9.64 0.49 3.49 2005 9.76 1.14 1.12 0.07 0.06 12.16 0.65 3.69 2006 25.20 1.14 1.35 0.07 0.05 27.82 0.19 4.10 2004 17.25 6.77 2.57 0.08 0.13 26.80 0.50 2.83 2005 16.64 5.09 1.63 0.23 0.14 23.74 0.30 2.86 2006 15.08 7.55 2.01 0.16 0.08 24.87 0.20 2.90 AKRA ANTM ANTM ANTM ASGR ASII ASII 2006 13.29 1.07 1.03 0.09 0.03 15.51 0.32 3.44 2004 4.08 1.42 1.17 0.42 1.66 8.74 0.35 3.24 2005 8.10 1.94 1.45 0.02 0.12 11.63 0.34 3.55 2006 9.83 2.76 2.03 -0.07 -0.03 14.52 0.40 3.90 2005 12.03 1.46 1.25 0.01 0.01 14.75 0.93 2.47 2004 7.19 1.56 1.24 0.06 0.05 10.10 0.28 3.98 2005 16.64 0.97 0.99 0.06 0.06 18.72 0.33 4.01 AUTO BATA BATA BLTA BLTA BLTA BUMI BUMI BUMI CTBN EPMT EPMT GGRM HEXA HEXA HITS HMSP HMSP INCO INDF 2004 6.55 0.42 0.67 0.08 0.12 7.85 0.20 3.28 2004 5.19 0.05 0.37 0.01 0.83 6.46 0.56 4.15 2005 7.51 0.05 0.45 0.04 0.98 9.03 0.52 4.16 2004 11.93 2.43 2.78 0.17 0.22 17.53 0.13 2.85 2005 16.70 2.75 1.44 0.29 0.20 21.38 0.13 3.02 2006 28.00 4.74 2.43 0.09 0.04 35.29 0.14 3.24 2004 12.81 13.84 2.37 0.01 0.01 29.03 0.08 2.90 2005 12.07 9.33 1.94 0.02 0.01 23.36 0.16 2.88 2006 8.70 6.20 1.74 0.10 0.06 16.80 0.15 2.95 2006 6.44 0.10 0.58 0.04 0.63 7.79 0.68 4.23 2004 7.02 1.12 1.04 0.23 0.02 9.43 0.98 2.74 2005 8.41 0.69 0.87 0.10 0.03 10.09 0.96 2.88 2004 14.56 0.38 0.63 0.10 0.15 15.82 0.54 4.13 2005 8.25 0.19 0.74 0.09 1.20 10.47 0.40 2.98 2006 19.17 0.63 0.89 0.13 0.14 20.96 0.96 2.95 2005 8.89 0.01 0.55 0.11 0.21 9.78 0.95 3.75 2004 14.65 2.16 1.49 0.02 0.81 19.12 0.61 3.82 2005 16.36 10.15 4.51 0.01 0.90 31.93 0.46 3.95 2006 6.65 0.43 3.65 0.00 0.00 10.74 0.94 4.49 2004 19.98 0.70 1.97 0.01 0.01 22.67 0.44 2.90 clxviii 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 INDF INDF ISAT ISAT ISAT MEDC MEDC MPPA MYOR PBRX PTBA PTBA PTBA PTRO PTRO RIGS 2005 69.30 1.79 1.23 0.00 0.00 72.32 0.38 2.96 2006 19.28 3.60 1.38 0.02 0.02 24.30 0.44 3.13 2004 18.61 1.06 1.13 0.11 0.14 21.06 0.50 3.76 2005 18.31 1.12 1.05 0.13 0.13 20.74 0.49 3.74 2006 26.01 1.92 1.41 0.10 0.07 29.51 0.50 3.83 2005 15.30 3.76 0.66 0.04 0.06 19.82 0.44 3.53 2006 34.34 1.99 0.71 0.06 0.09 37.20 0.50 3.55 2005 11.61 0.57 0.80 0.12 0.15 13.24 0.90 2.98 2005 13.75 0.16 0.48 0.08 0.17 14.64 0.42 3.91 2006 17.36 0.17 0.82 0.12 0.14 18.60 0.05 2.58 2004 7.75 1.55 1.39 0.02 0.01 10.72 0.97 3.18 2005 8.88 1.96 1.69 0.01 0.01 12.56 0.50 3.26 2006 16.72 5.91 4.62 -0.01 0.00 27.23 0.50 3.55 2004 7.16 0.08 0.32 1.66 0.14 9.36 0.82 3.60 2005 8.59 0.13 0.46 0.16 0.35 9.69 0.97 3.85 2006 39.33 0.00 0.40 0.64 0.92 41.29 0.79 3.00 RMBA SMDR SMGR SMRA SMRA TBLA TBLA TCID TCID TINS TLKM TLKM TLKM TOTO 2006 13.17 1.48 1.24 0.09 0.07 16.05 0.92 3.49 2006 18.15 0.13 0.64 0.15 0.24 19.30 0.40 3.82 2006 16.62 1.62 1.45 0.03 0.02 19.75 0.50 4.56 2005 9.76 1.64 1.29 0.05 0.04 12.77 0.96 2.88 2006 19.17 1.42 1.19 0.25 0.04 22.08 0.98 3.07 2004 22.57 0.31 0.74 0.09 0.12 23.82 0.29 2.30 2006 59.23 1.07 1.03 0.11 0.10 61.54 0.20 2.38 2004 7.56 0.11 0.25 0.07 0.26 8.25 0.98 3.60 2006 12.56 0.07 0.16 0.09 0.59 13.47 0.95 3.84 2006 10.70 2.48 1.72 0.00 0.00 14.89 0.95 3.65 2004 15.87 1.03 4.35 0.00 0.00 21.25 0.50 4.00 2005 14.88 1.68 1.26 0.73 0.58 19.12 0.55 3.77 2006 18.50 2.56 1.59 0.11 0.07 22.84 0.18 4.00 2005 4.73 0.00 0.75 0.13 0.17 5.78 0.24 3.78 TRST TSPC TSPC TSPC TURI UNSP UNSP UNSP UNTR 2004 20.50 0.00 0.50 0.14 0.25 21.38 0.50 2.31 2004 10.54 2.41 0.58 0.03 0.05 13.61 0.55 3.88 2005 38.57 2.48 0.33 0.06 0.17 41.62 0.45 2.95 2006 14.86 2.01 0.58 0.81 0.12 18.37 0.94 3.75 2004 6.17 1.28 1.07 0.05 0.04 8.62 0.96 4.03 2004 7.56 0.68 0.88 0.08 0.09 9.30 0.15 2.49 2005 8.36 3.10 1.83 0.14 0.08 13.50 0.18 2.62 2006 13.08 9.57 4.09 0.04 0.01 26.79 0.20 2.99 2004 5.89 2.04 1.48 0.96 0.04 10.41 0.14 3.36 clxix UNTR 74 UNTR 75 UNVR 76 UNVR Lampiran 7 2005 9.97 2.42 1.55 0.18 0.12 14.24 0.30 3.57 2006 20.08 2.43 1.58 0.98 0.05 25.12 0.40 3.86 2004 17.15 1.43 1.27 0.13 0.10 20.08 1.09 3.52 2006 29.25 1.27 1.14 0.05 0.04 31.74 0.91 3.82 No Perusahaan Tahun PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA IOS DPR NP 1 ASGR 2004 11.56 0.65 0.80 -0.21 -0.02 12.78 0.82 2.51 2 AUTO BATA CENT CENT CENT CLPI CLPI CTBN CTBN 2006 8.08 0.10 0.44 0.03 0.06 8.71 0.16 3.47 2006 9.03 0.07 0.35 0.00 0.00 9.45 0.22 4.15 2004 20.71 0.00 0.09 -0.02 -0.26 20.52 0.1 2.16 2005 15.00 0.00 0.08 -0.03 -0.35 14.70 0.5 3.95 2006 9.17 0.05 0.11 -0.07 -0.61 8.65 0.58 2.04 2004 22.67 0.07 0.41 -0.01 -0.04 23.10 0.3 2.68 2005 15.78 0.17 0.55 0.00 -0.01 16.48 0.15 2.61 2004 46.11 0.00 0.16 -0.02 -0.12 46.14 1.36 3.9 2005 9.22 0.00 0.42 0.01 0.03 9.68 0.75 3.93 DLTA DLTA DLTA EKAD EKAD EKAD FAST FAST GGRM GGRM 2004 5.99 0.02 0.24 0.03 0.11 6.38 0.14 4.16 2005 10.22 0.02 0.26 0.00 0.01 10.52 0.2 4.56 2006 8.43 0.00 0.24 0.01 0.06 8.75 0.48 4.36 2004 12.25 0.25 1.06 -0.02 -0.02 13.54 0.5 2.39 2005 14.66 0.11 0.35 0.00 0.01 15.13 0.54 3.53 2006 15.52 0.02 0.24 0.00 0.02 15.79 0.29 2.2 2004 13.07 0.01 0.40 0.01 0.01 13.50 0.22 3.02 2005 12.97 0.01 0.40 0.02 0.05 13.45 0.22 3.08 2005 11.86 0.26 0.56 0.02 0.03 12.73 0.51 4.07 2006 19.47 0.17 0.50 0.02 0.04 20.20 0.48 4.01 21 GMTD GMTD 23 GMTD 24 HEXA 2004 6.75 0.04 0.74 0.00 0.00 7.53 0.29 3.63 22 2005 5.61 0.00 0.72 0.00 0.00 6.32 0.28 2.56 2006 5.78 0.00 0.70 0.00 0.00 6.48 0.25 2.62 2004 5.65 2.01 1.45 -0.01 -0.94 8.15 0.4 4.49 HITS HMSP INCO INCO INDR INDR INDR KAEF KAEF 2006 14.03 0.00 0.45 -0.11 -0.24 14.14 0.28 3 2006 12.05 0.03 0.56 0.00 0.00 12.64 0.18 3.99 2004 4.63 0.17 0.40 0.00 0.01 5.21 0.41 4.06 2005 4.94 0.19 0.37 0.00 0.01 5.51 0.37 4.12 2004 28.89 0.11 0.61 0.03 0.04 29.67 0.26 2.79 2005 15.07 0.03 0.59 0.03 0.05 15.77 0.48 2.67 2006 17.38 0.01 0.57 0.04 0.06 18.06 0.51 2.68 2004 14.64 0.19 0.43 0.00 0.00 15.26 0.3 3.31 2005 15.24 0.11 0.36 0.00 0.00 15.70 0.3 3.16 73 Perusahaan tidak tumbuh 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 25 26 27 28 29 30 31 32 33 clxx 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 KAEF LION LION LION LMSH LMSH LMSH MERK MERK MERK MPPA MYOR MYOR PBRX PBRX PLIN PLIN PNSE RALS RIGS 2006 20.83 0.08 0.37 -0.01 -0.01 21.26 0.3 2.22 2004 3.75 0.03 0.20 0.02 0.09 4.10 0.22 3.23 2005 5.47 0.04 0.22 -0.01 -0.05 5.66 0.27 3.3 2006 5.54 0.00 0.21 0.00 0.02 5.78 0.25 3.34 2004 2.66 0.04 0.61 0.00 -0.03 3.27 0.07 3.18 2005 4.44 0.01 0.50 -0.02 -0.05 4.88 0.09 3.28 2006 6.12 0.04 0.22 0.01 0.02 6.42 0.01 3.23 2004 8.92 0.23 0.41 0.02 0.04 9.61 1.1 4.36 2005 9.43 0.10 0.26 -0.01 -0.04 9.74 0.54 4.39 2006 10.35 0.17 0.30 0.00 -0.01 10.81 0.52 4.6 2004 12.41 0.16 0.61 0.01 0.02 13.21 0.3 2.76 2004 10.81 0.25 0.49 0.01 0.02 11.57 0.23 3.08 2006 13.27 0.58 0.74 0.00 0.00 14.59 0.29 3.21 2004 18.18 1.15 1.10 -0.21 -0.19 20.02 0.31 2.61 2005 16.22 0.34 0.81 -0.28 -0.35 16.75 0.09 2.57 2004 19.17 0.17 0.47 0.03 0.06 19.90 1.84 3.76 2005 18.04 0.11 0.37 0.03 0.07 18.62 1.94 3.76 2006 10.18 0.00 0.67 0.00 0.00 10.85 0.51 2.85 2004 17.40 0.28 0.53 -0.02 -0.03 18.16 0.13 2.89 2005 11.15 0.80 0.81 -0.04 -0.29 12.43 0.68 3 RMBA SCMA SCMA SCMA SMDR SMDR SMGR SMGR SMSM SMSM SMSM SQBI 2004 9.07 1.00 0.52 -0.02 -0.04 10.53 0.21 3.04 2004 25.49 0.23 0.51 0.00 0.00 26.24 2.11 2.86 2005 18.53 0.51 0.70 0.01 0.02 19.77 1.45 2.81 2006 20.95 0.04 0.40 -0.01 0.01 21.39 0.21 2.9 2004 3.06 0.01 0.55 -0.03 -0.06 3.52 0.24 3.57 2005 3.51 0.21 0.63 0.02 0.03 4.40 0.97 3.87 2004 21.08 0.46 0.70 -0.05 -0.07 22.13 0.35 4.27 2005 10.33 0.17 0.49 -0.03 -0.07 10.89 0.26 4.25 2004 6.56 0.02 0.48 -0.01 0.02 7.08 0.45 3.46 2005 6.59 0.02 0.45 0.00 -0.02 7.05 0.86 2.48 2006 6.87 0.01 0.38 0.02 0.05 7.32 0.33 2.54 2006 12.29 0.00 0.37 0.04 0.11 12.81 0.55 4.74 SUMI SUMI SUMI TBLA TGKA TGKA TGKA 2004 23.96 0.00 0.29 -0.03 -0.12 24.10 0.29 2.76 2005 15.51 0.00 0.38 -0.01 -0.03 15.85 1.24 3.63 2006 12.65 0.01 0.37 -0.04 -0.11 12.88 0.84 3.91 2005 51.90 0.12 0.69 0.04 0.06 52.81 0.19 2.3 2004 82.65 0.01 0.66 0.00 0.00 83.33 3.35 2.44 2005 12.98 0.01 0.70 -0.02 -0.03 13.64 0.04 2.46 2006 9.55 0.00 0.75 -0.01 -0.02 10.28 0.61 2.44 clxxi TOTO 2006 4.10 0.00 0.69 -0.21 -0.21 4.37 0.25 3.82 TRST 75 TURI 76 UNVR Lampiran 8 2006 16.11 0.02 0.53 0.00 0.01 16.67 0.56 2.16 2006 44.59 0.10 0.79 0.01 0.01 45.50 0.33 2.85 2005 22.64 0.99 0.10 0.04 0.04 23.81 0.95 3.63 73 74 Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tumbuh Hasil Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R .267a R Square .071 Adjusted R Square .059 Std. Error of the Estimate .52515 DurbinW atson 1.882 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 1.570 20.408 21.977 df 1 74 75 Mean Square 1.570 .276 F 5.693 Sig. .020a a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Hasil Uji Multikoliniearitas a Coefficients Model (Constant) 1 IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.660 .120 -.013 .005 -.267 t 30.621 -2.386 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .020 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh clxxii Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Hasil Uji Heteroskedastisitas clxxiii Scatterplot Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -2 0 2 Regression Standardized Predicted Value Lampiran 9 Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tidak Tumbuh Hasil Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square .272a .074 Adjusted R Square .062 Std. Error of the Estimate .68900 DurbinW atson 1.768 a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Hasil Uji F clxxiv ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 2.817 35.130 37.946 df 1 74 75 Mean Square 2.817 .475 F 5.933 Sig. .017a a. Predictors: (Constant), IOS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Hasil Uji Multikoliniearitas a Coefficients Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.516 .128 -.016 .007 -.272 t 27.562 -2.436 Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .017 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Hasil Uji Normalitas clxxv Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -6 -4 -2 0 Regression Standardized Predicted Value Lampiran 10 clxxvi Uji Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh Model I Model Summary Model 1 R .241a Adjusted R Square .045 R Square .058 Std. Error of the Estimate .28968 a. Predictors: (Constant), IOS Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Coefficients B Std. Error .645 .066 -.006 .003 Standardized Coefficients Beta -.241 t 9.788 -2.133 Sig. .000 .036 a. Dependent Variable: DPR Model II Model Summary Model 1 R .304a Adjusted R Square .068 R Square .092 Std. Error of the Estimate .52274 a. Predictors: (Constant), DPR, IOS Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS DPR Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.484 .180 -.011 .005 .272 .210 Standardized Coefficients Beta -.231 .149 t 19.333 -2.014 1.298 Sig. .000 .048 .198 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh clxxvii Lampiran 11 Uji Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh Model I Model Summary Model 1 R .539a Adjusted R Square .281 R Square .290 Std. Error of the Estimate .45452 a. Predictors: (Constant), IOS Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS Unstandardized Coefficients B Std. Error .152 .084 .024 .004 Standardized Coefficients Beta .539 t 1.804 5.502 Sig. .075 .000 a. Dependent Variable: DPR Model II Model Summary Model 1 R .348a Adjusted R Square .097 R Square .121 Std. Error of the Estimate .67598 a. Predictors: (Constant), DPR, IOS Coefficientsa Model 1 (Constant) IOS DPR Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.464 .128 -.024 .008 .341 .173 Standardized Coefficients Beta -.411 .257 t 27.091 -3.153 1.970 Sig. .000 .002 .053 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh clxxviii clxxix