program studi manajemen fakultas ekonomi dan

advertisement
ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN
TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus: Perusahaan Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
OLEH:
OKA FAUZI
NIM: 104081002513
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
i
ANALISIS PENGARUH
NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI
PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
OKA FAUZI
NIM : 104081002513
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Titi Dewi Warninda, SE, MSi
NIP. 150 317 955
NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ii
ANALISIS PENGARUH
NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI
PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
OKA FAUZI
NIM : 104081002513
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Titi Dewi Warninda, SE,
M.Si
NIP. 150 317 955
NIP. 150 368 746
Penguji Ahli
Dr. Yahya Hamja
NIP. 160 676 334
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
1430 H / 2009 M
Hari ini, Kamis Tanggal 30 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Delapan (Tiga
Dzulhijjah Seribu Empat Ratus Dua Puluh Sembilan) telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Oka Fauzi dengan NIM : 104081002513 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN
TIDAK
TUMBUH
MELALUI
PENDEKATAN
INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING” (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Oktober 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Herni Ali HT, SE, M.Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama
: Oka Fauzi
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang, 26 Oktober 1986
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Rt 002/09
No.52
Paninggilan Utara Ciledug Tangerang Banten
Telepon
: 085814151647/02195144147
II. PENDIDIKAN FORMAL
SDN Paninggilan 05 Ciledug
Tangerang
1998
SMPN 219 Joglo
Jakarta Barat 2001
SMAN 32 Kebayoran Lama
Jakarta Selatan 2004
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Selatan
2009
v
ABSTRACT
This Research is taken to analyze the influence of Investment
Opportunity Set (IOS) the company value and to analyze the influence of
Investment Opportunity Set (IOS) directly and directly to the company
value by using policy of dividend as variable intervening. To the clasify
grow company an non grow company is using Common Factor Analysis.
Five variable are used in this research as potensial growth indicator. Such
as is Price to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA),
Market to Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market
Value of Asset (CAPMVA) and Capital Addition to Asset Book Value
(CAPBVA).
The population in this research is done in the companies that are
listed in Indonesian Stock Exchange. By using Purposive Sampling methode
the writer gained 186 samples of company, 76 of them are consistently
grow and other 76 are no grow. The hypothesis test uses Linier Regression
and Path Analysis.
The result of this research which was taken with Liniear Regression
test, shows that Investment Opportunity Set (IOS) has significant influence
to the grow company and non grow company. Beside that, by using Path
Analysis Investment Opportunity Set (IOS) has also negative influences
either directly an indirectly to the growth company and Investment
Opportunity Set (IOS) has directly negative influence and indirectly
positive influence to the company value by using dividend as intervening
variable.
Keywords : Investment Opportunity Set (IOS), Dividend Policy, Company
Value
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investment
Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan dan menganalisis
pengaruh langsung dan tidak langsung Investment Opportunity Set (IOS)
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
intervening. Untuk mengklasifikasikan perusahaan tumbuh dan tidak
tumbuh menggunakan Common Factor Analysis. Lima variabel digunakan
dalam penelitian ini sebagai indikator potensi pertumbuhan, yaitu is Price
to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA), Market to
Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market Value of
Asset (CAPMVA) dan Capital Addition to Asset Book Value (CAPBVA).
Populasi dalam penelitian ini pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode Purposive Sampling
diperoleh sampel sebanyak 186 perusahaan, yang konsisten 76 perusahaan
tumbuh dan 76 perusahaan tidak tumbuh. Pengujian hipotesis
menggunakan Regresi Llinier dan Analisis Jalur.
Hasil dari penelitian ini dengan Uji Regresi Liniear menunjukkan
bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaaan tumbuh dan tidak tumbuh. Selain itu, Dengan Uji
Analisis Jalur Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh
negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan
tumbuh dan Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh
negatif secara langsung dan positif secara tidak langsung terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.
Kata Kunci : Investment Oportunity Set (IOS), Kebijakan Dividen, nilai
perusahaan
vii
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya selama ini. Shalawat serta salam selalu
kita sanjungkan kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Alhamdulillahi Robbil`alamin dengan pertolongan Allah SWT akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbedaan
Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Investment
Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel
Intervening” dan penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempurna,
mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis
miliki, maka inilah hasil kerja yang dapat penulis berikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, juga pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama
menjalankan kuliah hingga selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis persembahkan kepada :
1.
Kedua Orang Tua Tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang
dan perhatian serta selalu memberikan dukungan baik moril spiritual
maupun materiil pada penulis. Segala kasih sayang mereka yang telah
berikan kepada penulis begitu indah dan tulus sehingga menjadi inspirasi
dan motivasi bagi penulis dalam menjalankan hidup. Kepada SaudaraKu :
Yuli, Adam, Aldi, Tomi dan Echi (kita adalah keluarga yang terbaik).
2.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama kuliah.
3.
Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen Pembimbing II, terima
kasih untuk semua advice, bimbingan, dan waktunya dalam proses
bimbingan.
viii
4.
Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial terima kasih untuk ilmu serta
bimbingannya selama perkuliahan.
5.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan.
6.
Seluruh Dosen dan Assisten Dosen yang telah mendidik dan mengajarkan
ilmu-ilmu yang dimilikinya.
7.
Seluruh karyawan dan civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
Bu Lilik, Pak Rahmat, Pak Bambang, Bu Siska, Bu Umi atas kerjasamanya.
8.
Seluruh anggota Fikma Com, Gubuk Fc dan Debi Fotocopy.
9.
Seluruh Rismada (Remaja Islam Masjid Raudhatul Huda) yang telah
memberikan inspirasi rohani yang sangat berharga kepada Penulis.
10.
Sahabat seperjuangan : Sodikin, Rahman, Imam, Vivi, Dyah, Nisa, Iik, Isna
dan Eko (terima kasih sudah menjadi tempat bertukar pikiran sewaktu
kompre).
11.
Thank`to: Irsad, Miftah, Sugih, Adul, Tia, Ekowati, Pani, Apri, Ryan,
Robby, Opank, Ahmad dan Dennis yang telah banyak membantu penelitian
skripsi ini.
12.
Keluarga
Besar
Manajemen C 2004
terima kasih semua untuk
kebersamaannya selama ini, jalanin masa-masa kuliah bersama.
Jakarta, 22 Juni 2009
Oka Fauzi
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................
iv
ABSTRACT ........................................................................................................
v
ABSTRAK ...........................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. .............................................................................................................. L
atar Belakang Masalah .................................................................................
1
B................................................................................................................ P
erumusan Masalah ........................................................................................
9
C................................................................................................................ T
ujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. .............................................................................................................. I
nvestment Opportunity Set (IOS) ............................................................ 12
1. .......................................................................................................... K
lasifikasi IOS .......................................................................................... 15
a. Proksi Berdasarkan Harga (Price Based Proxies)............................... 15
b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies) .................. 16
c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Based Proxies) ........................... 17
x
B................................................................................................................ K
ebijakan Dividen .................................................................................... 18
1...................................................................................................... J
enis-Jenis Dividen……. ............................... 23
2...................................................................................................... T
ipe Pembayaran Dividen.................................................................... 24
3...................................................................................................... T
eori Kebijakan Dividen...................................................................... 25
C................................................................................................................ N
ilai Perusahaan ....................................................................................... 27
D. .............................................................................................................. P
enelitian Terdahulu ................................................................................. 29
E................................................................................................................ K
erangka Pemikiran................................................................................... 34
F. ............................................................................................................... H
ipotesis Penelitian.................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36
A. .............................................................................................................. R
uang Lingkup Penelitian ............................................................................... 36
B................................................................................................................ M
etode Penentuan Sampel ............................................................................... 36
C................................................................................................................ M
etode Pengumpulan Data .............................................................................. 37
D. .............................................................................................................. M
etode Analisis Data ....................................................................................... 38
E................................................................................................................ O
perasional Variabel Penelitian ...................................................................... 51
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56
A. .............................................................................................................. S
ekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 56
1. .......................................................................................................... S
ejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...................................................... 56
2. .......................................................................................................... P
erkembangan Pasar Modal....................................................................... 59
B................................................................................................................ D
eskriptif Analisis ........................................................................................ 63
1. .......................................................................................................... D
eskriptif Data Sampel .............................................................................. 63
2. .......................................................................................................... D
eskriptif Analisis Data ............................................................................ 65
C. Analisis Faktor ............................................................................................ 80
D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh ........................... 95
1.
Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 97
2.
Uji Signifikansi ...................................................................................... 101
3.
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............................................ 103
4.
Uji Regresi Linier................................................................................... 104
E. Analisis Pengujian Model Regresi Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh....... 105
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 107
2. Uji Signifikansi ...................................................................................... 111
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............................................ 112
4. Uji Regresi Linier................................................................................... 113
F. Analisis Jalur (Path Analysis)....................................................................... 114
xii
1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh......................... 115
2. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh.............. 119
G. Interpretasi................................................................................................... 124
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................... 128
A. .............................................................................................................. K
esimpulan ..................................................................................................... 128
B................................................................................................................ S
aran............................................................................................................... 129
C................................................................................................................ I
mplikasi ....................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 131
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 135
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 4.1
Sampel Data Penelitian .................................................................. 64
Tabel 4.2
Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 66
Tabel 4.3
Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 75
Tabel 4.4
Nilai Perusahaan............................................................................. 78
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan KMO and Bartlett Test dalam Analisis Faktor .. 81
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Anti Image Matrices dalam Analisis Faktor....... 81
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Communalities Dalam Analisis Faktor ............... 82
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Total Variance Explained dalam Analisis Faktor 83
Tabel 4.9
Hasil Rotated Component Matrices dalam Analisis Faktor.............. 84
Tabel 4.10
Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh............. 86
Tabel 4.11
Perusahaan Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ........................... 91
Tabel 4.12
Perusahaan Tidak Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ................. 91
Tabel 4.13
Sampel Perusahaan Tumbuh........................................................... 95
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tumbuh) .......................... 98
Tabel 4.15
Hasil Uji Autokorelasi (Perusahaan Tumbuh) ................................ 100
Tabel 4.16
Hasil Uji Uji F Simultan (Perusahaan Tumbuh) .............................. 101
Tabel 4.17
Hasil Uji Uji t Statistik (Perusahaan Tumbuh) ................................ 102
Tabel 4.18
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tumbuh) ................. 103
Tabel 4.19
Sampel Perusahaan Tidak Tumbuh ................................................ 105
Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ................ 108
xiv
Tabel 4.21
Hasil Autokorelasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 110
Tabel 4.22
Hasil Uji F statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................... 111
Tabel 4.23
Hasil Uji t statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 112
Tabel 4.24
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ........ 113
Tabel 4.25
Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 115
Tabel 4.26
Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 116
Tabel 4.27
Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 116
Tabel 4.28
Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 117
Tabel 4.29
Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 119
Tabel 4.30
Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 120
Tabel 4.31
Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
tidak Tumbuh ................................................................................. 120
Tabel 4.32
Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 121
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ....................................................................... 34
Gambar 3.1
Diagram Jalur (Path Analysis) ........................................................ 49
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data (Perusahaan Tumbuh) ........................... 97
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tumbuh) ...................... 99
Gambar 4.3
Hasil Normalitas Data (Perusahaan Tidak Tumbuh) ....................... 107
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............ 109
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Hasil Output SPSS Analisis Faktor ................................................. 135
Lampiran 2
Hasil Sampel Data Penelitian.......................................................... 137
Lampiran 3
Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 139
Lampiran 4
Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 143
Lampiran 5
Nilai Perusahaan............................................................................. 146
Lampiran 6
Perusahaan Tumbuh ....................................................................... 148
Lampiran 7
Perusahaan Tidak Tumbuh.............................................................. 150
Lampiran 8
Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear
(Perusahaan Tumbuh) .................................................................... 152
Lampiran 9
Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear
(Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................................................... 154
Lampiran 10 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tumbuh) 115
Lampiran 11 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tidak
Tumbuh)......................................................................................... 157
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan.
Namun tujuan perusahaan yang sebenarnya adalah memaksimalkan nilai
perusahaan yang dapat diukur dari harga saham yang bersangkutan.
Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari
semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya
dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan
datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan
dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga
saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan
keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen
telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan
Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan.
Bila perusahaan ini mempunyai kinerja baik respon pasar akan cenderung
positif dan nilai akan saham akan meningkat. Sebaliknya bila kinerja
perusahaan tersebut kurang baik maka respon pasar akan cenderung negatif
dan nilai saham akan menurun. Pemegang saham yang tidak puas dengan
prestasi manajemen akan menjual sahamnya dan akan menanamkannya di
perusahaan lain. Akibat tindakan yang dilakukan pemegang saham yang tidak
puas ini maka akan menekan dan menyebabkan harga pasar per lembar saham
xviii
yang dilepas tersebut menurun. Jadi naik turunnya nilai saham merupakan
indeks ukuran keberhasilan perusahaan, sehingga memaksimalkan nilai saham
perusahaan dijadikan sebagai tujuan utama perusahaan.
Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan
perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang
bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi
semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya
menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin
besar pula.
Perusahaan yang semakin banyak peluang di dalam berinvestasi di masa
depan akan semakin besar peluang untuk tumbuh. Menurut Myers (1977)
dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset
in place dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi
merupakan
suatu
kesempatan untuk
berkembang,
namun
seringkali
perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di
masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan
investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan
investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk
membuat investasi di masa mendatang.
Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan
untuk tetap going concern. Pertumbuhan yang selalu meningkat serta
bertambahnya nilai aset perusahaan diharapkan tercapai sesuai dengan
xix
ekspektasi atau peramalan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menurut
Smith dan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi
nilai set kesempatan investasi (IOS: Investments Opportunity Set). Esensi
pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang
dapat menghasilkan keuntungan (Chung & Charoenwong 1991).
Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan
(asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang (Myers,
1977). Pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal
dengan istilah set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS).
Istilah IOS pertama kali diperkenalkan sebagai ketergantungan nilai
perusahaan terhadap kebijakan pembiayaan perusahaan (Myers, 1997). Bentuk
yang membedakan pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan
itu tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh
manajer di masa depan.
Gaver dan Gaver (1993) manyatakan opsi investasi di masa yang akan
datang tidak hanya sekedar ditujukan dengan adanya proyek yang didukung
dengan pengembangan dan riset saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil
keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam kelompok
industri. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat
diobservasi (unobservable).
Menurut Gaver dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang
secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang
xx
tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono,
1999). Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva
maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan
di masa depan. Terdapat beberapa bentuk proksi IOS yang digunakan dalam
beberapa penelitian yaitu antara lain: 1) Menggunakan sebuah rasio saja
sebagai proksi IOS dalam model penelitiannya, misalnya (book to market
value ratio) yaitu rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas (Collins
dan Kothari,1989), 2). Menggunakan metode statistik analisis faktor untuk
memperoleh skor faktor sebagai indeks umum IOS (Gaver & Gaver 1993),
serta menggunakan rangking skor faktor tersebut untuk mengklasifikasikan
perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh (Gaver &
Gaver 1993; Sami et al. 1999); dan 3). Melakukan analisis sensitivitas
terhadap beberapa rasio individual sebagai alternatif proksi IOS dan kemudian
membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain proksi IOS (Smith &
Watts 1992; Hartono 1999).
Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya, seperti dalam
bentuk saham bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari dividen
ataupun dari capital gain. Selain investor, pihak manajemen perusahaan juga
berusaha memaksimumkan kesejahteraan shareholder (investor) melalui
kewenangan yang diberikan dalam membuat keputusan baik berupa peluang
investasi, pendanaan maupun dividen. Semua keputusan tersebut harus dibuat
xxi
dengan hati-hati karena keputusan yang dibuat akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
Surasni (1998) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa investor
yang tidak menyukai risiko mengisyaratkan bahwa semakin tinggi risiko suatu
perusahaan semakin tinggi keuntungan yang diinginkan. Dividen yang ada
ditangan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari capital gain dimasa yang
akan datang. Dengan demikian investor yang menghindari risiko menuntut
dividen yang tinggi. Dengan makin tingginya dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham mengakibatkan pendapatan yang diperoleh perusahaan
makin banyak yang dialokasikan ke dividen dibandingkan ke laba ditahan.
Laba ditahan yang rendah mengakibatkan kesempatan investasi semakin
berkurang. Di sisi lain perusahaan dituntut untuk terus tumbuh maka
perusahaan harus dapat melaksanakan ekspansi dengan melaksanakan
investasi yang ada. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, maka kekurangan
dana investasi dari laba ditahan dapat dipenuhi dari external finance terutama
dengan hutang dari para kreditur.
xxii
Kebijakan
dividen
berkaitan
dengan
penentuan
pembagian
laba
pendapatan perusahaan untuk dibayarkan sebagai dividen atau digunakan
sebagai laba ditahan untuk keperluan investasi selanjutnya. Kebijakan dividen
yang optimal adalah kebijakan dividen yang menekankan pada keseimbangan
antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin
kecil
dividen
yang
diberikan,
karena
perusahaan
yang bertumbuh
diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow rendah (Jansen
dalam Smith dan Watts 1992). Hal ini sesuai dengan hipotesis pecking order
yang menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk
membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih
banyak untuk memiliki proyek-proyek investasi.
Signaling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang bertumbuh
membayar dividen yang lebih tinggi. Apabila sinyal meningkat akibat
disparitas informasi antara manajemen dan investor, perusahaan dengan
disparitas informasi yang besar yaitu perusahaan yang memiliki pilihan
pertumbuhan kecil dan akan membayarkan dividen lebih tinggi, sebagai sinyal
bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979) dalam Smith dan Watts).
Kondisi pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan pendanaan dan
dividen yang dibuat. Dari hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993), Skinner
(1993), Kallapur dan Trombley (1999), Subekti dan Kusuma (2000), Fitrijanti
dan Hartono (2000) serta Prasetyo (2000) dalam hal kebijakan telah
xxiii
membuktikan bahwa perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh mengambil
kebijakan pendanaan yang berbeda.
Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan
investasi
Dermawan (1997) menyatakan dalam membuat keputusan pembagian
dividen harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
perusahaan. Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai dividen seluruhnya
melainkan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Dalam
menentukan kebijakan dividen terdapat dua pihak yang berkepentingan yang
saling bertentangan yaitu kepentingan perusahaan dengan retained earning
untuk investasi, disamping kepentingan handholders yang juga mempengaruhi
jumlah dividen kas yang dibagikan.
Untuk
meningkatkan
nilai,
perusahaan
dituntut
untuk
tumbuh.
Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan dengan
baik. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian
besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi jumlah dividen
dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang jumlah dividen.
Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal mendanai
kegiatan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar (Surasni, 1998).
Untuk itulah, manajemen harus dapat menentukan kebijakan dividen yang
xxiv
memberikan keuntungan kepada investor, di sisi lain harus menjalankan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Bahkan perusahaan
bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga
telah mengurangi rencana investasinya.
Peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari hasil penelitian yang
dilakukan Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) dan Isnaini Rokhayati
(2004)). Dengan melihat pengaruh proksi IOS terhadap nilai perusahaan serta
pengaruh IOS melalui kebijakan dividen dalam menentukan nilai perusahaan
tersebut.
Adapun perbedaan dan kelebihan dalam penelitian ini adalah :
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih terdaftar sampai
dengan tahun 2006. penelitian sebelumnya hanya satu sektor saja yang di
yang terdaftar di BEI.
2. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) melakukan
penelitian pada tahun 2001-2004, sedangkan Isnaini Rokhayati melakukan
penelitian tahun 1999-2001.
3. Penelitian di uji juga dengan variabel intervening yang menggunakan
Analisis Jalur (Path Analysis).
4. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) memakai 4 rasio Investment
Opportunity Set (IOS). Penelitian ini menambahkan satu rasio lagi yaitu
rasio Capital Expenditure to Book Value Assets (CAPBVA).
xxv
Berdasarkan dari teori dan pemahaman seperti yang telah diuraikan di
atas, maka hal tersebut mendorong penulis mengambil topik ini untuk
pembahasan penelitian skripsi dengan judul penelitian sebagai berikut:
Analisis Pengaruh Nilai Perusahaan
Melalui
Pendekatan
Investment
Tumbuh dan Tidak Tumbuh
Opportunity
Set
(IOS)
dengan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Dengan studi kasus pada
perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan
selama periode penelitian dari tahun 2004-2006.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara langsung
dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening
xxvi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap
nilai perusahaan.
b. Untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara
langsung dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel intervening.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai
kontribusi Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap nilai
perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening. Sehingga dapat menerapkan Ilmu Ekonomi,
khususnya dalam Manajemen Keuangan dan Pasar Modal yang telah
diperoleh selama masa perkuliahan.
xxvii
b. Bagi Akademisi
Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang
keuangan terutama yang berkaitan dengan Pengaruh Investment Opportunity
Set (IOS) Terhadap nilai perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh
dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Dan penelitian ini
diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian selanjutnya guna
menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang berkaitan dengan IOS dan
Kebijakan dividen.
c. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan public dalam hal
untuk pengambilan keputusan investasi oleh menajer perusahaan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
peluang-peluang investasi yang ada dan berusahan meningkatkan potensi
perusahaan agar dapat bertumbuh dengan menerapkan kebijakan dividen yang
tepat.
xxviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investment Opportunity Set (IOS)
Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977)
yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara
aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa
yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Keduanya akan
sangat menentukan keputusan pendanaan dan nilai perusahaan di masa yang
akan datang.
Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah
kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa yang
akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan
semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak
dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang
hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang.
Menurut Gaver dan Gaver (1983) opsi investasi masa depan tidak sematamata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh
kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan
xxix
dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok
industrinya.
Menurut Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung
pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan
datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih
besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.
Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur
antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau
diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas,
penambahan aset, mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang, dan
lain-lain.
Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa peluang pertumbuhan bukan
sekedar diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan
aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang
berlebih untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini
bersifat tidak dapat diamati (unobservable).
Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi adalah
tersedianya alternatif di masa mendatang bagi perusahaan (Hartono, 1999).
IOS mencerminkan terdapatnya pilihan proyek investasi dengan net present
value (NPV) positif yang bervariasi antar perusahaan (Myers, 1997). Oleh
karena perusahaan tidak selalu melaksanakan semua kesempatan investasi di
masa mendatang, maka nilai kesempatan pertumbuhan merupakan nilai
xxx
sekarang dari pilihan perusahaan untuk membuat investasi masa mendatang
(Myers, 1997). Dengan demikian esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan
adalah adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan
(Chung & Charoenwong, 1991).
Perusahaan
kecil sering menghadapi keterbatasan pilihan dalam
menentukan proyek baru atau merestrukturisasi asset. Perusahaan besar
cenderung mendominasi pasar dalam industrinya (Mueller 1986, dalam Gaver
& Gaver 1993), sehingga seringkali perusahaan besar lebih memiliki
keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi.
Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan memiliki
pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa proyek baru. Perusahaan
yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau aktif
melakukan penelitian & pengembangan. Gaver & Gaver (1993) juga
menyatakan bahwa pilihan investasi di masa depan tidak hanya pada proyekproyek yang didanai dari kegiatan riset dan pengembangan, namun juga
dengan kemampuan mengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan.
Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva, ekuitas,
maupun perusahaan) dan nilai kesempatan bertumbuh suatu perusahaan di
masa depan (berupa nilai perusahaan) (Smith dan Watts, 1992).
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun
sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di
xxxi
masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat
diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan
dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan,
variabel kebijakan dan lain-lain.
1. Klasifikasi IOS
Adapun proksi IOS diklasifikasikan dalam 3 jenis utama :
a. Proksi Berdasarkan Harga (PriceBased Proxies)
Proksi berdasarkan harga merupakan proses yang menyatakan bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan sebagian diyatakan dalam harga pasar.
Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa perusahaan
secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaanperusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai ekuitas yang lebih tinggi secara
relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). IOS yang didasari
pada harga akan berbentuk suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai
perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian:
1) Market to book value of equity (MVE/BVE), rasio ini menjelaskan bahwa
pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan akan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Perusahaan yang
mempunyai rasio MVE/BE tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan
ekuitas yang besar.
2) Market to book value of asset (MVA/BVA), dengan dasar pemikiran bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar
xxxii
menilai perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki nilai lebih dari nilai
bukunya.
3) Tobin`s Q, didefinisikan sebagai nilai pasar dari perusahaan dibagi dengan
replacement cost dari asset.
4) Earning to price ratio (EP), semakin besar rasio ini semakin besar
kemungkinan perusahaan bertumbuh. Menurut Foster dalam Subekti dan
Kusuma (2001) rasio EP mempresentasikan aliran laba masa depan.
5) Ratio of property, plant, equipment to firm value (PPE/BVA),
mengindikasikan adanya investasi aktiva tetap yang produktif. Komposisi
PPE yang besar pada struktur aktiva menunjukkan adanya potensi
pertumbuhan perusahaan.
6) Ratio firm value to depreciation, menunjukkan besarnya pengurangan
assets in place.
7) Market value of equity plus book value of debt (MVEPBD), rasio ini
merupakan nilai total aktiva dari suatu perusahaan.
b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies)
Proksi berdasarkan investasi mengungkapkan aktivitas investasi yang
besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan
yang memiliki IOS tinggi seharusnya memiliki tingkatan investasi yang tinggi
pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan dalam
jangka waktu relatif lama. Proksi ini merupakan rasio yang membandingkan
suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva
xxxiii
tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah
diinvestasikan. Rasio-rasio yang sering digunakan dalam penelitian yang
berkaitan dengan proksi investasi, antara lain ; 1) ratio R & D to sales. 2) ratio
of capital expenditure to firm value, 4) investment to sales ratio, 5) ratio
capital addition to assets book value (CAP/BVA), 6) investment to earning
ratio, 7) log of firm value.
c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Measures)
Proksi pengukuran varian mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi
lebih bernilai jika menggunakan variabilitas untuk memperkirakan besarnya
opsi yang tumbuh; seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan
aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian antara lain ; 1)
variance of return, digunakan untuk membuat proksi return dari dari IOS
perusahaan; 2) asset betas, digunakan untuk membuat proksi risiko dari IOS
perusahaan ; 3) the variance of asset deflated sales.
Ketiga jenis proksi diatas menggambarkan bahwa keberagaman ukuran
IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio
sebagai proksi IOS. Hal ini dikarenakan sifat IOS yang unobservable (Gaver,
1993). Dengan demikian IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran
empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan
proksi komposit. Dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan
dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam
variabel tunggal untuk proksi IOS.
xxxiv
B. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian laba
antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke
perusahaan (Copeland, 1997 :125). Kebijakan dividen merupakan bagian yang
menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen
(Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai
sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah
laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam
kebijakan dividen (Van Horne :1998).
Brigham (1994) menyatakan bahwa yang dinamakan kebijakan dividen
yang optimal (Optimal dividen payout) perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang yang memaksimalkan harga saham
(Sukmawati S. 2000).
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai
pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan
perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham
xxxv
diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut
Fabozzi (2003) mengatakan bahwa kebijakan dividen merupakan
keputusan perusahaan yang berkaitan dengan pembayaran dividen tunai
kepada pemegang saham.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
Menurut Smith dan Watts (1992), hubungan kebijakan investasi dan
kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin
besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang
diberikan, karena perusahaan bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan
yang free cash flow-nya rendah (Jensen 1986 dalam Smith dan Watts 1992).
Hal ini sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan Majluf 1984,
dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan
membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal
xxxvi
lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi
perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk
karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Hartono
1999).
Hipotesis sinyal menjelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi
akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock 1985, dalam Hartono).
Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dan
investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar, yaitu
perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil, akan membayar dividen
lebih tinggi sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya
1979, dalam Smith & Watts 1992).
Hasil penelitian Smith dan Watts (1992) mendukung hipotesis kontrak.
Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) menunjukkan bahwa dividen yield
singnifikan memiliki hubungan negatif dengan IOS, namun koefisien IOS
dalam model dividen payout ratio tidak signifikan. Penelitian Sami dkk.
(1999) menunjukkan bahwa IOS memiliki koefisien negatif walaupun tidak
sinifikan dalam model kebijakan dividen ketika kebijakan dividen diukur
dengan dividen payout. Sami dkk. (1999) menduga terdapat measurement
error dalam dividen payout sehingga menyandarkan temuannya pada dividen
yield saja.
Levy dan Sarnat (1990) berpendapat bahwa, perusahaan yang memiliki
peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal
karena pendanaan internal lebih murah. Akibatnya, kebijakan dividen lebih
xxxvii
menekankan pada pembayaran dividen yang kecil. Menurut Schall dan Haley
(1983) berpendapat bahwa dalam jangka waktu panjang perusahaan yang
pertumbuhannya cepat memiliki dividend payout yang rendah atau bahkan
tidak membayar dividen sama sekali.
Rasio dividend payout merupakan perbandingan jumlah dividen yang
dibayarkan per lembar saham terhadap EPS perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini akan menguntungkan para investor tetapi akan memperlemah internal
financial perusahaan karena memperkecil laba ditahan. Sebaliknya rasio yang
semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal
financial perusahaan akan semakin kuat (Gitosudarmo dan Basri :2000).
Menurut mereka, besar kecilnya rasio dividen payout dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Faktor likuiditas
Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan rasio dividen payout dan
sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout.
2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotik
dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat
menurunkan rasio dividend payout dan begitu sebaliknya.
3) Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan
berakibat mengurangi rasio dividend payout karena laba yng diperoleh
diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
xxxviii
4) Faktor pengawasan
Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawasan
cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga akan mengakibatkan
kenaikan rasio dividend payout begitu juga sebaliknya.
5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
laba perusahaan dan maupun pembayaran dividen.
6) Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham
Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas
pajak maka akan rasio dividend payout lebih tinggi dibanding apabila
pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
Selain pengertian diatas, dibawah ini juga terdapat beberapa istilah yang
berhubungan dengan dividen, yaitu:
1. Dividen interim adalah dividen yang dibayarkan selama tahun berjalan
2. Declared dividen (dividen yang disahkan) adalah jumlah dividen yang
secara resmi disahkan oleh komisaris untuk dibayarkan pada tanggal
tertentu.
3. Extra dividen (dividen tambahan) adalah dividen yang dibayarkan
melebihi tingkat tahunan yang dipertahankan dalam masa lalu.
4. Dividen final adalah dividen setelah akhir tahun buku.
xxxix
1. Jenis- jenis dividen
Jenis-jenis dividen menurut Kieso et.al, (2003:358) :
a. Dividen Tunai
Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan
dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui, maka segera dividen
diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan, daftar pemegang saham terakhir
harus dipersiapkan. Karena itu, biasanya, terdapat tenggang waktu antara saat
pengumuman dan pembayaran.
b. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai
dividen property atau dividend in kind. Dividen property dapat berupa barang
dagang real estate, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang dewan
direksi.
c. Dividen Skrip
Dividen skrip (scrip dividend) hutang dividen dalam skrip berarti bahwa
perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya
pada suatu tanggal di masa depan. Skrip yang diterbitkan kepada pemegang
saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.
d. Dividen Likuidasi
Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai dasar untuk
membayar dividen. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadangkadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidating dividends), yang
menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi saham
xl
dan bukan dari laba. Dengan kata lain, setiap dividen yang didasarkan pada
laba merupakan pengurangan modal disetor perusahaan, sejauh itu meupakan
dividen likuidasi.
e. Dividen Saham
Jika manajemen ingin mengkapitalisasikan sebagian dari laba (misalnya,
reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi) dan dengan
demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka
perusahaan dapat menerbitkan dividen saham.
2. Tipe Pembayaran Dividen
Menurut Bambang Riyanto (2001) ada 4 tipe kebijakan pembayaran
dividen oleh perusahaan, yaitu :
a. Kebijakan Dividen Stabil
Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya
relatif tetap selama jangka waktu tertentu.
b. Penetapan Jumlah Dividen Minimal Plus Ekstra
Yaitu jumlah dividen minimal per lembar saham setiap tahunnya
ditetapkan terlebih dahulu. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik
perusahaan akan ada dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut.
c. Rasio Pembayaran Konstan
Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap
tahunnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang
diperoleh setiap tahunnya.
xli
d. Rasio Pembayaran fleksibel
Yaitu jumlah dividen setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Dari keempat macam pola pembayaran dividen diatas, dividen stabil
merupakan kebijakan yang paling banyak digunakan perusahaan karena dapat
memberi kesan kepada pihak investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dan juga dengan dividen yang
pasti akan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik.
3. Teori Kebijakan Dividen
a. Teori ketidakrelevanan Dividen
Modigliani-Miller berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung
pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi antara deviden dan laba yang ditahan
(Brigham, 1994: 198). Beberapa asumsi yang diajukan oleh MM : 1) tidak
ada pajak dan lainnya, 2) penerapan investor homogen, 3) kebijakan
investasi
ditentukan
lebih
dahulu
dan
kebijakan
dividen
tidak
mempengaruhi kebijakan investasi. Dalam kondisi keputusan karena
investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham, karena investor dapat melakukan
homemade dividens. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari
xlii
aset perusahaan, sehingga nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan
investasi.
b. Signaling Hypothesis
Pada kenyataannya, kenaikan dividen diikuti dengan kenaikan harga
saham sehingga memberi kesan bahwa investor lebih menyukai dividen
daripada kenaikan modal. Menurut MM suatu kenaikan dividen yang lebih
besar daripada yang diperkirakan merupakan sinyal bagi investor bahwa
manajemen perusahaan memperkirakan peningkatan laba di masa yang
akan datang, sedangkan penurunan dividen menandakan perkiraan laba
yang rendah (Brigham, 1994:203).
c. Teori Dividen Residual
Perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang
menguntungkan dibiayai. Menurut teori tersebut, manajer akan melakukan
langkah-langkah berikut: 1) semua usulan investasi yang mempunyai NPV
positif akan diterima, 2) menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk
membiayai investasi baru dengan menjaga struktur modal yang ideal, 3)
menggunakan dana internal untuk pendanaan investasi, 4) pembayaran
dividen dilakukan setelah semua usulan investasi dengan NPV positif
didanai (Hanafi, 2004:372).
xliii
C. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997)). Penelitian
Hasnawati (2005) dalam Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) Harga
saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor
ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin
tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh
pemilik perusahaan (Wright dan Ferris, 1997).
Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari
semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya
dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan
datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan
dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga
saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan
keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen
telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan
Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan.
Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan bahwa pembayaran dividen
tidak terpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset
perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh
keputusan investasi.
xliv
Riyanto (1977) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa setiap
perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan disatu
pihak dan juga dapat membayar dividen kepada para pemegang saham dilain
pihak, tetapi tujuan selalu bertentangan. Hal tersebut disebabkan semakin
tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin sedikit retained earning, dan
sebagai akibatnya akan menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan
harga saham.
Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan
perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang
bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi
semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya
menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin
besar pula.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga akan meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham
mencerminkan nilai perusahaan meningkat.
xlv
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sri Hasnawati (2005) dengan judul “Implikasi
Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan”
hasilnya menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) yang digunakan sebagai
proksi keputusan investasi dengan menggunakan indikator variabel proksi IOS
yaitu total assets growth, market to book assets ratio, earning to price ratio,
ratio capital expenditure to book value assets, current assets to total assets
ratio.
Penelitian yang dilakukan Zaenal Fanani (2006) dalam penelitiannya yang
berjudul “Manejemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi (IOS),
Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar Yang Sedang
Berkembang” hasil penelitiannya menunjukan bahwa set kesempatan Investasi
berpengaruh positif dengan harga saham (nilai perusahaan) hal ini dibuktikan
dengan Book to market value of assets (MBVA), Tobin’s Q (TOBIQ), Earnings
to price ratios (PER), Ratio of depreciation to firm value (DFV), dan Firm
Value to book value of PPE (VPPE) memberikan kontribusi terhadap set
kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), Ratio of capital expenditure to
book value of assets (CEBVA), Rasio capital expenditure to market of assets
(CEMVA), dan Invesment to Net Sales Ratio (INS) memberikan kontribusi
terhadap set kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi). Dan hasilnya
menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), set
kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi) dan set kesempatan investasi
xlvi
berbasis varian (IOSv) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan
investasi (IOS) yang ditunjukkan dengan nilai semua dimensi diatas nilai
kritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinarahardja dan Isnani Yuningsih ( 2006)
dengan judul “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh dan Tidak
Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS dengan Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Intervening” Menggunakan 4 Proksi IOS yaitu PER,
MVEBVE, MVABVA, DAN CAPMVA. Dengan studi kasus perusahaan
manufaktur tahun 2002-2004. Dan hasilnya yang menyatakan bahwa untuk
perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara
langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga berpengaruh
negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005) dengan judul
“Analisis Hubungan Dengan Realisasi Pertumbuhan Perusahaan Serta
Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”
hasil penelitiannya
membuktikan
bahwa
variabel-variabel Investment
Opportunity Set (IOS) mempunyai korelasi yang berbeda terhadap semua
unsur realisasi pertumbuhan perusahaan baik untuk perusahaan yang tumbuh
maupun yang tidak tumbuh. Korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang
tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan ekuitas, MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas, CAPBVA
terhadap pertumbuhan aset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan
xlvii
ekuitas. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara CAPBVA terhadap
pertumbuhan laba dan CAPMVA terhadap pertumbuhan aset. Korelasi yang
negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara CAPMVA
terhadap pertumbuhan ekuitas. Selain itu terjadi perbedaan yang signifikan
terhadap kebijakan dividen perusahaan dilihat dari dividen yields antara
perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Perusahaan
yang tumbuh membagikan dividen yang lebih kecil dari pada perusahaan yang
tidak tumbuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati (2003) dengan judul
“Hubungan Antara Peluang Investasi dengan Arus Kas, Kebijakan Pendanaan
Dan dividen” hasilnya terdapat kecenderungan yang nilainya lebih sebesar
asset in place lebih memilih pendanaan melalui hutang, sehingga leveragenya
tinggi, sedangkan perusahaan yang nilainya lebih besar dari asset in place
lebih memilih pendanaan dari sumber internal, sehingga leveragenya rendah.
Perusahaan yang kebijakan dividennya stabil cenderung membayar dividen
kecil, karena bila terjadi kontraksi ekonomi masih mampu mempertahankan
untuk membayar dividen.
Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto Bartono M (2002) yang meneliti
tentang “Set Kesempatan Investasi : Proksi dan Analisis Hubungannya dengan
Kebijakan Pendanaan dan Dividen” dari hasil penelitian tersebut bahwa rasio
individual MVABVA, MVEBVE, PER, CAPMVA dan CAPMVA serta
indeks IOS berupa SKOR dan VIIOS berkorelasi positif signifikan dengan
realisasi pertumbuhan pada periode setelah penetapan level IOS diterima.
xlviii
Selain itu, analisis dalam penelitian ini cenderung mendukung hipotesis
kontrak: bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan
dividen relatif lebih rendah terhadap perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan
bertumbuh cenderung merupakan perusahaan besar.
Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan Muh. Yusuf Ariyanto (2005)
yang meneliti tentang “Analisis Kebijakan Dividen, Pendanaan, dan Asimetri
Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”, dan hasil penelitian
tersebut
menunjukkan perusahaan
yang tumbuh memiliki kebijakan
pendanaan melalui hutang dalam struktur modalnya (rasio debt/equity) lebih
kecil dari perusahaan tidak tumbuh. Dilihat dari mean ranknya, perusahaan
tumbuh membayar dividen lebih rendah daripada perusahaan tidak tumbuh
dengan proksi dividen payout.
Penelitian Sih Widhi Utami (2006) dalam penelitiannya berjudul “Asosiasi
Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen
dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham” hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa PER berkorelasi positif terhadap ekuitas, CAP/BVA dan
CAP/MVA
memiliki
korelasi
positif
terhadap
pertumbuhan
aktiva.
Perusahaan bertumbuh memiliki kebijakan dividen lebih rendah dibandingkan
perusahaan perusahaan tidak bertumbuh yang signifikan dengan pengukuran
dividen payout ratio.
Penelitian Agustina M.V Norpratiwi dengan judul (2004) “Analisis
Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham” berdasarkan
hasil pengujian keempat variabel proksi IOS (MKTBEKEQ, MKTBKASS,
xlix
CAPBVA, EP-RASIO) secara umum dapat ditunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara proksi IOS dengan return saham. Hal ini
menunjukan bahwa IOS mempengaruhi nilai perusahaan yang dicerminkan
dengan harga saham.
l
E. Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh
Melalui Pendekatan IOS Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Intervening
Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2004-2006
Rasio Investment Opportunity Set (IOS)
Factor Analysis
Nilai Perusahaan Tumbuh
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Uji Asumsi Klasik:
- Normalitas
- Multikolinieritas
- Autokorelasi
- Heteroskedastisitas
Kebijakan Dividen
(Dividend Payout Ratio)
Path Analysis
Regresi Linier Berganda
Uji F
Uji T
Interpretasi
Koefisien
Determinasi
Interpretasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
li
F. Hipotesis Penelitian
Atas dasar kerangka Pemikiran dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1.
H0 = Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2.
H0
= Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai
variabel intervening.
H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
intervening.
lii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Investment
Oportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Intervening dengan studi kasus Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2006.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh sektor
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2006.
Pemfokusan seluruh sektor bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian lebih
akurat. Pengamatan mengenai nilai perusahaan, investment opportunity set dan
kebijakan dividen. Periode yang diamati adalah jumlah saham yang beredar
dan harga penutupan , dividen per lembar saham serta laporan keuangan tahun
2004-2006. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive
sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria
tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun
(sampel 2004 sampai dengan tahun 2006);
liii
(2) Bukan Perusahaan lembaga keuangan, perbankan maupun pemerintah
(untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang mungkin
mempengaruhi variabel dalam penelitian ini);
(3) Mempublikasikan datanya berupa laporan keuangan, dividen, harga
penutupan saham, dan jumlah saham yang beredar secara berturut-turut
tahun 2004-2006
yang diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory;
(4) Tidak memiliki laba dan total ekuitas negatif pada tahun 2004 sampai
tahun 2006.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan bersumber dari data sekunder, lalu teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan
serangkaian kegiatan berikut :
1. Penelitian Laporan
a. Laporan Keuangan 31 Desember 2004, 31 Desember 2005, 31
Desember 2006.
b. Harga saham akhir tahun pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
2. Metode Kepustakaan
Penelitian ini juga diperoleh melalui studi kepustakaan. Sumber-sumber
yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan
membahas permasalahan penelitian ini seperti buku, jurnal, literatur,
liv
koran, website, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian
yang diteliti.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi
laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan
untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari:
(1) Indonesian Capital Market Directory 2007 dan 2008;
(2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi;
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor
Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu
himpunan variabel observasi.
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau
dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi
beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga
ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk
dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel
tergantung.
lv
Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus harus memiliki
korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Untuk menentukan
dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah melihat matrik secara
keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan
uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi
memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang
digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya
analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA).
Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequecy mengukur
kecukupan sampling (Sampling Adequacy). Indeks ini membandingkan
besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi
parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa korelasi antar-pasangan
variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor
mungkin tidak tepat. Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling
Adequecy merupakan suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti
ketepatan analisis faktor. Nilai tinggi antara 0.5 – 1,0 berarti analisis faktor
tepat, kalau kurang dari 0,5 analisis faktor dikatakan tidak tepat.
Ketentuan tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
•
Jika probabilitas (sig) < 0.05 maka variabel dapat dianalisis lebih
lanjut
•
Jika probabilitas (sig) > 0.05 maka variabel tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
lvi
Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan
dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling
Adequacy (MSA). Besarnya angka MSA ialah antara 0-1. Nilai MSA
ditunjukkan oleh Anti Image correlation matrices yaitu matriks korelasi
parsial di antara variabel setelah dilakukan analisis faktor mewakili derajat
(tingkatan) untuk mana faktor-faktor saling menjelaskan satu sama lain.
Elemen diagonal (off diagonal) menunjukkan korelasi parsial antar variabel.
Jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel maka ketentuannya
sebagai berikut:
•
Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
•
Jika MSA > 0.05 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan
dapat dianalisis lebih lanjut.
•
Jika MSA < 0.05 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan
tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus
dikeluarkan atau dibuang.
Dalam penelitian ini penyeleksian sampel berdasarkan nilai IOS dilakukan
dengan menggunakan metode Common Factor Analysis yaitu kelima variabel
sebagai proksi IOS yang terdiri dari MVE/BVE, MVA/BVA, PER,
CAP/BVA, dan CAP/MVA dianalisis dengan menggunakan Common Factor
Analysis. Jumlah faktor yang dapat digunakan yaitu untuk mengklasifikasi
sampel ke dalam perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh adalah faktor yang
memiliki eigenvalues sama dengan atau lebih besar dari satu (Hair et.al,
lvii
1995). Atau jumlah eigenvalues sama atau lebih besar nilai total
communalities dari seluruh variabel yang digunakan (Gaver dan Gaver, 1993).
Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu
variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis. Bisa juga
disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan oleh common factor atau
besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.
Eigenvalues merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.
Faktor yang memiliki total communalities sama atau lebih besar dari satu
dianggap telah mewakili nilai-nilai dari keseluruhan variabel yang digunakan.
Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan
dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang diperoleh
selanjutnya akan diurutkan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Setelah menjumlahkan indeks faktor yang merupakan variable representative
dari IOS yang sudah diekstrasi dengan common Factor analysis. Langkah
selanjutnya melakukan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan indeks
faktor sebagai berikut yaitu 40 % perusahaan dengan indeks faktor IOS
tertinggi merupakan perusahaan tumbuh 40 % perusahaan dengan indeks
faktor IOS terendah merupakan perusahaan tidak tumbuh sedangkan 20 %
perusahaan dengan indeks faktor IOS di tengah dihilangkan karena dianggap
kurang ekstrim utuk membedakan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh.
lviii
Untuk menghitung model skor atau nilai faktor ke i bisa dihitung dengan
menggunakan rumus:
Fi = Wi 1 X1 + Wi 2 X2 + Wi 3 X3 + …….. + Wi k Xk
Di mana :
Fi
= perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan
koefisiennya Wi )
Wi
= timbangan atau koefisien nilai factor ke-i
K
= banyaknya variabel
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan mendapatkan model penelitian yang
valid dan dapat digunakan estimasi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian
ini meliputi normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
lix
ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas
•
Jika data berada di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas.
•
Jika data menyebar dari garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b). Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk
mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i) Dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor)
Jika model regresi memiliki angka VIF lebih besar dari pada nilai 10 maka
dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan sebaliknya jika model regresi
memiliki angka VIF kurang dari 10 maka pada model regresi dikatakan tidak
terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001)
ii) Dilihat dari nilai tolerance
Jika model pada regresi memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 maka
dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan jika sebaliknya model regresi
lx
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 maka dapat dikatakan model regresi
tidak terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001)
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghazali, 2002:61).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokorelasi pada
model regresi, maka akan digunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Menurut Durbin Watson Statistics, pengambilan keputusan ada atau
tidaknya autokorelasi didasarkan pada 5 kondisi autokorelasi :
o 0 < d < dL
: ada autokorelasi positif.
o dL < d < dU
: inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi positif).
o dU < d < 4-dU : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
o 4-dU <d< 4-dL: inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi negatif).
o 4-dL < d < 4 : ada autokorelasi negatif.
Selain itu menurut Singgih Santoso (2000:218) secara umum angka D-W
yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan adalah:
o Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
lxi
o Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada
autokorelasi.
o Angka D-W diatas 2 berarti terdapat autokorelasi negatif.
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk
dipakai Uji F (uji secara simultan).
d) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots). Cara mendeteksi grafik scatter plots adalah sebagai berikut :
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit),
dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
lxii
3. Uji Signifikansi
Uji signifikansi keseluruhan secara simultan ditunjukkan oleh bilangan F
(F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi masing-masing
variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-test)
a.) Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen adalah uji F. Tingkat signifikansi yang
digunakan dalam uji F adalah 0,05 dengan kondisi pengujian sebagai berikut :
•
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dapat dikatakan
semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
•
Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan
semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001)
b) Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah uji t.
tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dengan kondisi
pengujian sebagai berikut :
lxiii
•
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat dikatakan
bahwa variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
•
Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan
bahwa variabel independen secara individual berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001).
4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
5. Analisis Regresi Linier
Model regresi linier dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data
nominal dan ordinal. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut :
Y1 = β0 + β1 XIOS + e
Berdasarkan perumusan model tersebut penulis berusaha mengoperasikan
dalam variabel dependen kedua yang digunakan sehingga bentuk persamaan
menjadi:
lxiv
Y2 = β0 + β2 XIOS + e
Keterangan:
Y1 = Nilai perusahaan tumbuh
Y2 = Nilai perusahaan tidak tumbuh
β
= Konstanta
IOS = Investment Opportunity Set (IOS)
e = Standar Error
6. Uji Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah
suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung,
tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu
atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka
pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS
mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian
lxv
IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari
kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan.
Model uji variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur (Path Analysis) yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 3.1
Diagram Jalur (Path Analysis)
e1
Kebijakan Dividen
p2
p3
IOS
Nilai perusahaan
e2
p1
Diagram jalur di atas dapat diterangkan sebagai berikut: IOS dan
Kebijakan Dividen dinamakan variabel penyebab atau variabel eksogen.
Kebijakan dividen dan Nilai Perusahaan dinamakan variabel akibat atau
variabel endogen. IOS mempengaruhi Kebijakan Dividen tetapi masih ada
faktor-faktor lain di luar IOS yang mempengaruhi kebijakan Dividen yang
tidak dapat diukur dan faktor-faktor tersebut dinamakan variabel residu
dengan lambang e1. IOS dan Kebijakan Dividen masih ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi Nilai Perusahaan yang disebut variabel residu dengan
lambang e2.
Setiap nilai p menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Berdasarkan
gambar dapat dijelaskan bahwa IOS dapat berpengaruh langsung dengan nilai
perusahaan (p1), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat
lxvi
kebijakan dividen lebih dahulu (p2) baru ke nilai perusahaan (p3). Total
pengaruh hubungan dari IOS ke nilai perusahaan (korelasi IOS dan Nilai
Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung ke nilai perusahaan (koefisien
path atau regresi p1) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path
dari IOS ke kebijakan dividen yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari
kebijakan dividen ke nilai perusahaan yaitu p3.
Pengaruh langsung IOS ke Nilai perusahaan
= p1
Pengaruh tak langsung IOS ke dividen ke nilai perusahaan = p2 x p3
Total pengaruh (korelasi IOS ke Nilai Perusahaan)
= p1+ (p2x p3)
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel
lainnya tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi (intervening) hubungan
kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ke tiga
yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel
dependen (endogen variabel) akan ada anak panah yang menuju ke variabel
ini dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah variance yang tak dapat
dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Jadi anak panah dari e1 ke
kebijakan dividen menunjukkan jumlah variance kebijakan dividen yang tidak
dapat dijelaskan oleh IOS. Besarnya nilai e1 = {(1-R2)2}. Sedangkan anak
panah dari e2 menuju nilai perusahaan menunjukkan variance nilai
perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh IOS dan kebijakan dividen dan
besarnya e2 = {(1-R2)2. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua
lxvii
persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada empat persamaan tersebut adalah :
DPR Perusahaan Tumbuh
= b1 IOS + e1
(1)
Nilai Perusahaan Tumbuh
= b1 IOS + b2 DPR + e2
(2)
DPR Perusahaan Tidak Tumbuh
= b1 IOS + e3
(3)
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
= b1 IOS + b2 DPR + e4
(4)
Standardized koefisien untuk IOS pada persamaan (1 dan 3) akan
memberikan nilai p2. sedangkan koefisien untuk IOS dan kebijakan Dividen
pada persamaan (2 dan 4) akan memberikan nilai p1 dan p3.
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga
kelompok yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel
intervening.
1. IOS (Investment Opportunity set)
Yaitu set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan
perusahaan. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variable
laten) sehingga diperlukan proksi (Hartono, 2001). Alternatif proksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham.
lxviii
Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai
bukunya. Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku asset mencerminkan
peluang investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan
melalui hubungan bahwa semakin rendah MVABVA maka akan semakin
tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and Gaver (1993) juga menemukan
bahwa semakin tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku, maka
akan semakin tinggi pula nilai IOS.
MVABVA = [total aset-total ekuitas +
(lembar saham beredar x harga saham penutupan)]
total aset
b. Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran
bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio nilai pasar
terhadap nilai buku ekuitas juga mencerminkan adanya peluang investasi
bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari (1989) membuktikan bahwa
perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan
peluang investasi. Proksi ini dapat menjelaskan pula bahwa besarnya
return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang
akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan.
MVEBVE = [Jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham]
total ekuitas
lxix
c. Rasio Price to eaning ratio (PER) dengan dasar pemikiran bahwa nilai
ekuitas merupakan jumlah nilai kapitalisasi laba yang dihasilkan dari
pengelolaan aset plus nilai sekarang neto (NPV) dari pilihan investasi di
masa datang. Semakin besar rasio PER maka semakin besar pula
perusahaan kemungkinan untuk tumbuh. Rasio EPS/Price atau rasio laba
per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS
yang sama dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar (Chung and
Charoenwong, 1991; Smith and Watts, 1992; Gaver and Gaver,1993; Sami
et al. 1999 dan Hartono, 1999).
PER
= Harga Penutupan Saham
laba per lembar saham
d. Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA)
menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang
dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio
capital addition to asset book value (CAPBVA) menggunakan investasi
riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap.
Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang
investasi bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan
modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatu
perusahaan, nilai peluang investasi juga dapat dianalisis melalui adanya
tambahan aktiva tetap yang diinvestasikan dalam satu atau lebih periode.
Apabila perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan bertumbuh, maka
lxx
secara langsung peluang investasi tersebut dapat dibuktikan melalui
adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap.
CAPBVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ]
total asset
e. Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan
dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas
investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak
tumbuh.
CAPMVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ]
[ Total aset-total ekuitas +
(lembar saham beredar x harga saham penutupan)]
2. Kebijakan Dividen
Merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam membagikan dividen
kepada para pemegang sahamnya. Kebijakan dividen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham
laba per lembar saham
Dividen payout ratio disajikan dalm bentuk persentase. Menurut Riyanto
(1993:201) makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan perusahaan,
makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam
lxxi
perusahaan, yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Rasio
pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas (Brigham dan Gapenski, 1996: 450).
3. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham
digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi
nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan (Wright dan Ferris, 1997).
Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar)
lxxii
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia yang
diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel zaaz. Berdasarkan
pengalaman Belanda, pendirian bursa efek di Batavia adalah dalam rangka
memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh
secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan
saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta
efek-efek Belanda lainnya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Kegiatan pasar modal di Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu
perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan saham di Bei.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
•
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
lxxiii
•
1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
•
1925-1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
•
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
•
1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
•
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
•
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
•
1956-1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
•
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
•
1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
lxxiv
•
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
•
1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
•
Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
•
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
•
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
•
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
•
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
•
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
•
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
lxxv
•
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
•
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
•
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Sepanjang bulan Januari hingga Juli 2007, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ)
terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur
dan transparan. Sepanjang periode di atas, Bursa telah menunjukkan prestasi
yang sangat luar biasa. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada
tanggal 24 Juli 2007 di level 2.401,144. Rata-rata volume perdagangan
harian mencapai 3.981.633.295 saham dengan rata-rata nilai transaksi Rp
3.549.999.411.555 dan 43.024 kali transaksi.
Bersamaan dengan HUT Pasar Modal ke-30 (tahun 2007) BEJ
meluncurkan Indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan akan bermanfaat
bagi para pemodal dalam mengelola portofolio investasinya dan bagi fund
manager yang akan menggunakannya sebagai acuan dalam menciptakan
kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan
100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dan
kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Indeks
lxxvi
ini akan melengkapi informasi mengenai perkembangan pasar saham pada
umumnya dan perkembangan harga masing-masing saham khususnya, serta
diharapkan dapat memberikan pedoman bagi pemodal dalam melakukan
pilihan investasi di Pasar Modal yang pada akhirnya akan meningkatkan
likuiditas transaksi di BEJ. Nilai dasar yang digunakan Indeks Kompas 100
adalah 2 Januari 2002. Review terhadap saham-saham yang masuk akan
dilakukan 2 (dua) kali selama setahun yaitu setiap bulan Januari dan Juli.
Indeks Kompas 100 merupakan kerjasama antara BEJ dan Harian Kompas
yang merupakan wujud komitmen bersama dalam pengembangan Pasar Modal
Indonesia.
Perubahan ekonomi global berdampak pada pasar keuangan, ekonomi
makro, maupun besaran APBN 2008 Di pasar keuangan dalam negeri, terjadi
gejolak di pasar modal, sehingga Indeks harga saham gabungan (IHSG)
sempat mengalami penurunan cukup besar di awal tahun 2007, walaupun
kinerja pasar modal Indonesia lebih baik dari negara lain. Selain itu net
buying asing terhadap obligasi negara juga cenderung menurun dalam
beberapa bulan terakhir sampai Januari 2008, sedangkan indikator ekonomi
makro, tingkat inflasi 2007 mengalami sedikit tekanan sehingga realisasinya
mencapai 6,6 persen dan bulan Januari 2008 sebesar 1,77 persen.
Perkembangan yang terjadi di pasar modal banyak dipengaruhi oleh
sentimen perekonomian global. Itulah sebabnya IHSG yang pada akhir tahun
2007 yang lalu mencapai 2.754, pada bulan-bulan sesudahnya mengalami
penurunan dan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2008. Pada akhir
lxxvii
September 2008, IHSG bahkan berada pada level 1.832. suatu penurunan
sebesar 33,5 persen dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya. Penurunan
tersebut terus berlanjut, terutama pada bulan Oktober, sehingga pada akhir
bulan Oktober tersebut IHSG mencapai 1.256,70. Indeks saham tersebut
secara bertahap mengalami kenaikan dari titik nadirnya dan pada akhir
Desember 2008 IHSG telah kembali mencapai 1.355,4. Indeks harga saham
gabungan mengalami peningkatan menjadi 1.406 pada akhir Maret 2009.
Peningkatan tersebut terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya dengan
kembalinya rally di pasar modal negara-negara berkembang.
Tahun 2008 ternyata merupakan tahun yang tetap baik bagi perekonomian
Indonesia. Meskipun dalam beberapa bulan di penghujung tahun 2008
perekonomian dunia banyak disibukkan oleh krisis perekonomian global,
terutama jatuhnya beberapa lembaga keuangan besar di Amerika Serikat dan
Inggris, ternyata dampaknya terhadap perekonomian Indonesia masih relatif
terbatas. Hal tersebut tidak berarti krisis perekonomian global tidak
berdampak apapun terhadap perekonomian Indonesia. Pada awal kuartal
keempat tahun 2008, perekonomian Indonesia sibuk menghadapi masa-masa
yang menegangkan. Likuiditas perbankan demikian ketat, sehingga bank-bank
(dimulai dari bank-bank asing) akhirnya mencoba menarik dana nasabah
dengan tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku
bunga yang berlakudi pasar. Karena bank-bank asing berani memasang bunga
yang tinggi, bank-bank lokal, baik yang kecil maupun yang besar terpaksa
harus menaikkan suku bunganya, yang ternyata dampaknya masih tetap
lxxviii
dirasakan sampai dengan awal kuartal kedua tahun 2009. Keketatan likuiditas
tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi hampir bersamaan, sebagai
berikut. Pertama, sangat tingginya pertumbuhan kredit yang terutama
disebabkan oleh beralihnya kredit “offshore” ke dalam negeri karena tidak di
roll-overnya pinjaman terhadap korporasi maupun perbankan lokal oleh para
kreditor di luar negeri. Hal tersebut terjadi karena para bankir luar negeri
harus menyiapkan dana untuk memperkuat likuiditas perusahaan induk
mereka masing-masing. Sebagai perusahaan yang memiliki kualitas kredit
yang prima, maka perpindahan kredit ke dalam negeri disambut dengan
antusias oleh bank-bank dalam negeri yang mengakibatkan sampi bulan
Agustus 2008 kredit meningkat sekitar Rp 204 triliun.
Dalam tahun 2008, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah
sektor pengangkutan’dan komunikasi yang mengalami peningkatan sebesar
16,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, sedangkan
yang terendah adalah sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 0,5
persen. Pada kuartal pertama tahun 2009, sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang
tumbuh 16,7 persen, listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 11,4 persen,
sektor jasa tumbuh 6,8 persen, serta sektor keuangan dan sektor konstruksi
masing-masing mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen. Sektor pertanian
meningkat dengan 4,8 persen sektor pertambangan dan penggalian meningkat
sebesar 2,2 persen, industri pengolahan meningkat dengan 1,6 persen,
lxxix
sedangkan sektor perdagangan menempati kedudukan yang paling rendah
dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,6 persen terlalu tajam.
B. Deskriptif Analisis
1. Deskriptif Data Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di
Bursa Efek Jakarta dan masih tetap terdaftar sampai dengan tahun 2006.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu metode pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
Perusahaan yang mempublikasikan diri sebagai perusahaan go public di
BEI tahun 2004, 2005, 2006
Perusahaan yang tidak termasuk dalam lembaga keuangan perbankan dan
lembaga keuangan non perbankan
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahun 2004, 2005 dan 2006
Perusahaan yang memiliki laporan keuangan per 31 Desember yang tidak
menunjukkan adanya saldo total ekuitas negatif dan atau mengalami
kerugian pada salah satu periode penelitian (2004-2006)
Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara terus menerus selama
tahun 2004-2006
Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh sampel penelitian per tahun
yaitu 62 perusahaan dengan nama-nama perusahaan sebagai berikut:
lxxx
Tabel. 4.1
Sampel Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Kode
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
PBRX
PLIN
PNSE
Emiten
Astra Agro Lestari
Adhi Karya
AKR Corporindo
Aneka Tambang
Astra Graphia
Astra International
Astra Otoparts
Sepatu Bata
Berlian Laju Tanker
Bumi Resources
Centrin Online
Colorpak Indonesia
Citra Tubindo
Delta Djakarta
Ekadharma International
Enseval Putra Megatrading
Fast Food Indonesia
Gudang Garam
Gowa Makassar Tourism Development
Hexindo Adiperkasa
Humpuss Intermoda Transportasi
Hanjaya Mandala Sampoerna
International Nickel Indonesia
Indofood Sukses Makmur
Indorama Syenthetic
Indosat
Kimia Farma
Lion Metal Works
Lion Mesh Prima
Lautan Luas
Medco Energi International
Merck Indonesia
Multi Bintang Indonesia
Matahari Putra Prima
Mayora Indah
PAN Brothers
Plaza Indonesia Realty
Pudjiadi & Sons Estate
lxxxi
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
Tambang Batu Bara Bukit Asam
Petrosea
Ramayana Lestari Sentosa
RIG Tenders
Bentoel Internasional Investama
Surya Citra Media
Samudera Indonesia
Semen Gresik
Summarecon Agung
Selamat Sempurna
Sumi Indo Kabel
Bristol Myers Squibb Indonesia
Tunas Baru Lampung
Mandom Indonesia
Tiga Raksa Satria
Timah International
Telekomunikasi Indonesia
Surya Toto Indonesia
Trias Sentosa
Tempo Scan Pacific
Tunas Ridean
Bakrie Sumatera Plantation
United Tractors
Unilever Indonesia
2. Deskriptif Analisis Data
Data–data yang diperoleh dari variabel observed/indicator yang diteliti
diantaranya adalah :
a. Investment Opportunity Set (IOS)
Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977)
yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara
aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa
yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Menurut Gaver
dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat
lxxxii
tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang tidak dapat diobservasi,
maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono, 1999). Nilai IOS dapat
dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai
aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai
kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Maka
peneliti menggunakan proksi IOS yang sering digunakan oleh para peneliti
terdahulu, yaitu rasio MVEBVE, rasio MVABVA, rasio CAPMVA. Rasio
CAPBVA dan rasio PER. Untuk mengetahui besarnya masing rasio-rasio
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Proksi-Proksi IOS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Perusahaan
Tahun
AALI
AALI
AALI
ADHI
ADHI
ADHI
MVABVA
MVEBVE
CAPBVA
CAPMVA
PER
IOS
2004
1.5564
1.9276
0.0403
0.0257
6.0900
9.6400
2005
1.1173
1.1427
0.0724
0.0648
9.7600
12.1572
2006
1.3503
1.1446
0.0715
0.0529
25.2000
27.8193
2004
2.5674
6.7655
0.0791
0.1348
17.2500
26.7968
2005
1.6288
5.0931
0.2338
0.1435
16.6400
23.7392
2006
2.0055
7.5490
0.1588
0.0792
15.0800
24.8725
AKRA
AKRA
AKRA
ANTM
ANTM
ANTM
ASGR
ASGR
ASGR
ASII
ASII
ASII
2004
0.5836
0.1810
0.0501
0.0858
4.7100
5.6105
2005
0.7883
0.5699
0.0184
0.0233
7.7500
9.1499
2006
1.0291
1.0655
0.0922
0.0346
13.2900
15.5114
2004
1.1711
1.4171
0.4205
1.6555
4.0800
8.7442
2005
1.4460
1.9427
0.0207
0.1223
8.1000
11.6317
2006
2.0320
2.7570
-0.0657
-0.0323
9.8300
14.5210
2004
0.7967
0.6493
-0.2130
-0.0162
11.5600
12.7768
2005
1.2501
1.4554
0.0095
0.0076
12.0300
14.7526
2006
0.9125
0.8272
-0.0061
-0.0067
17.4000
19.1269
2004
1.2354
1.5591
0.0630
0.0510
7.1900
10.0985
2005
0.9874
0.9709
0.0627
0.0635
16.6400
18.7245
2006
1.2343
0.2034
0.0265
0.0214
15.0800
16.5656
AUTO
AUTO
2004
0.6690
0.4234
0.0831
0.1242
6.5500
7.8497
2005
0.4839
0.1843
0.0447
0.0924
7.7300
8.5353
lxxxiii
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
AUTO
BATA
BATA
BATA
BLTA
BLTA
BLTA
BUMI
BUMI
BUMI
CENT
CENT
CENT
CLPI
CLPI
CLPI
CTBN
CTBN
CTBN
DLTA
DLTA
DLTA
EKAD
EKAD
EKAD
EPMT
EPMT
EPMT
FAST
FAST
FAST
GGRM
GGRM
GGRM
2006
0.4446
0.0980
0.0261
0.0587
8.0800
8.7074
2004
0.3693
0.0519
0.0125
0.8340
5.1900
6.4577
2005
0.4503
0.0466
0.0375
0.9833
7.5100
9.0277
2006
0.3502
0.0720
-0.0008
-0.0023
9.0300
9.4491
2004
2.7826
2.4308
0.1689
0.2158
11.9300
17.5281
2005
1.4436
2.7471
0.2873
0.1990
16.7000
21.3770
2006
2.4261
4.7374
0.0876
0.0361
28.0000
35.2872
2004
2.3659
13.8387
0.0131
0.0055
12.8100
29.0332
2005
1.9360
9.3250
0.0198
0.0102
12.0700
23.3610
2006
1.7446
6.1995
0.1002
0.0574
8.7000
16.8017
2004
0.0892
0.0002
-0.0231
-0.2593
20.7100
20.5170
2005
0.0769
0.0004
-0.0267
-0.3474
15.0000
14.7032
2006
0.1083
0.0509
-0.0666
-0.6147
9.1700
8.6479
2004
0.4078
0.0704
-0.0145
-0.0356
22.6700
23.0981
2005
0.5482
0.1682
-0.0042
-0.0077
15.7800
16.4845
2006
1.0853
1.1751
-0.0052
-0.0047
39.1400
41.3905
2004
0.1613
0.0002
-0.0189
-0.1176
46.1100
46.1350
2005
0.4152
0.0042
0.0106
0.0256
9.2200
9.6756
2006
0.5805
0.1047
0.0415
0.6254
6.4400
7.7921
2004
0.2376
0.0181
0.0254
0.1069
5.9900
6.3780
2005
0.2618
0.0233
0.0030
0.0116
10.2200
10.5197
2006
0.2440
0.0036
0.0146
0.0600
8.4300
8.7522
2004
1.0642
0.2541
-0.0171
-0.0161
12.2500
13.5351
2005
0.3491
0.1073
0.0025
0.0072
14.6600
15.1261
2006
0.2380
0.0172
0.0037
0.0155
15.5200
15.7944
2004
1.0401
1.1153
0.2300
0.0222
7.0200
9.4276
2005
0.8729
0.6906
0.0953
0.0258
8.4100
10.0946
2006
0.8310
0.6779
0.0282
0.0340
7.0900
8.6611
2004
0.4003
0.0057
0.0057
0.0138
13.0700
13.4955
2005
0.3982
0.0065
0.0214
0.0538
12.9700
13.4499
2006
0.4085
0.0076
0.0522
0.1278
11.7800
12.3761
2004
0.6327
0.3793
0.0967
0.1530
14.5600
15.8217
2005
0.5630
0.2625
0.0175
0.0310
11.8600
12.7340
2006
0.4979
0.1707
0.0218
0.0437
19.4700
20.2041
GMTD
GMTD
GMTD
HEXA
HEXA
2004
0.7434
0.0425
-0.0033
-0.0044
6.7500
7.5282
2005
0.7182
0.0013
-0.0023
-0.0032
5.6100
6.3240
2006
0.7006
0.0024
-0.0022
-0.0032
5.7800
6.4776
2004
1.4484
2.0075
-0.0136
-0.9386
5.6500
8.1537
2005
0.7417
0.1879
0.0889
1.2042
8.2500
10.4727
lxxxiv
60
HEXA
2006
0.8928
0.6266
0.1267
0.1420
19.1700
20.9581
61
HITS
HITS
HITS
HMSP
HMSP
HMSP
INCO
INCO
INCO
INDF
INDF
INDF
INDR
INDR
INDR
ISAT
ISAT
ISAT
KAEF
KAEF
KAEF
LION
LION
LION
LMSH
LMSH
LMSH
LTLS
LTLS
LTLS
MEDC
MEDC
MEDC
MERK
MERK
MERK
MLBI
MLBI
2004
0.8209
0.5099
0.0403
0.0491
8.6500
10.0702
2005
0.5480
0.0126
0.1149
0.2097
8.8900
9.7752
2006
0.4549
0.0041
-0.1078
-0.2369
14.0300
14.1443
2004
1.4855
2.1553
0.0168
0.8113
14.6500
19.1189
2005
4.5083
10.1509
0.0055
0.9013
16.3600
31.9260
2006
0.5645
0.0317
-0.0007
-0.0012
12.0500
12.6443
2004
0.4047
0.1673
0.0027
0.0067
4.6300
5.2114
2005
0.3662
0.1926
0.0026
0.0071
4.9400
5.5085
2006
3.6470
0.4339
0.0027
0.0048
6.6500
10.7384
2004
1.9701
0.6992
0.0119
0.0098
19.9800
22.6710
2005
1.2304
1.7907
0.0019
0.0015
69.3000
72.3245
2006
1.3849
3.5966
0.0247
0.0179
19.2800
24.3041
2004
0.6051
0.1114
0.0251
0.0415
28.8900
29.6731
2005
0.5911
0.0285
0.0311
0.0525
15.0700
15.7732
2006
0.5732
0.0131
0.0355
0.0585
17.3800
18.0603
2004
1.1330
1.0631
0.1130
0.1411
18.6100
21.0602
2005
1.0521
1.1194
0.1318
0.1253
18.3100
20.7386
2006
1.4102
1.9236
0.0993
0.0704
26.0100
29.5135
2004
0.4346
0.1855
0.0007
0.0016
14.6400
15.2624
2005
0.3599
0.1071
-0.0013
-0.0035
15.2400
15.7022
2006
0.3666
0.0824
-0.0059
-0.0143
20.8300
21.2588
2004
0.2045
0.0316
0.0191
0.0935
3.7500
4.0987
2005
0.2159
0.0368
-0.0103
-0.0479
5.4700
5.6645
2006
0.2055
0.0044
0.0048
0.0237
5.5400
5.7784
2004
0.6087
0.0431
-0.0048
-0.0347
2.6600
3.2723
2005
0.5008
0.0078
-0.0232
-0.0470
4.4400
4.8784
2006
0.2245
0.0402
0.0105
0.0210
6.1200
6.4162
2004
0.7993
0.0004
0.0440
0.0550
5.5600
6.4587
2005
1.0096
0.0009
0.0207
0.0209
7.1400
8.1921
2006
0.7637
0.0001
0.0284
0.0372
10.6400
11.4694
2004
0.6196
0.2828
0.0296
0.0478
10.5400
11.5198
2005
0.6557
3.7560
0.0418
0.0638
15.3000
19.8173
2006
0.7096
1.9920
0.0646
0.0910
34.3400
37.1972
2004
0.4073
0.2285
0.0159
0.0392
8.9200
9.6109
2005
0.2554
0.0998
-0.0089
-0.0350
9.4300
9.7413
2006
0.3044
0.1651
-0.0026
-0.0086
10.3500
10.8083
2004
0.5297
0.0067
0.0578
0.1091
10.3800
11.0833
2005
0.6154
0.0290
0.1091
0.1132
12.1100
12.9767
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
lxxxv
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
MLBI
MPPA
MPPA
MPPA
MYOR
MYOR
MYOR
PBRX
PBRX
PBRX
PLIN
PLIN
PLIN
PNSE
PNSE
PNSE
PTBA
PTBA
PTBA
PTRO
PTRO
PTRO
RALS
RALS
RALS
RIGS
RIGS
RIGS
2006
0.6806
0.0174
0.0595
0.0874
15.7500
16.5949
2004
0.6117
0.1602
0.0101
0.0166
12.4100
13.2086
2005
0.8036
0.5651
0.1169
0.1455
11.6100
13.2411
2006
0.7394
0.2715
0.0338
0.0457
13.4900
14.5804
2004
0.4913
0.2505
0.0074
0.0151
10.8100
11.5743
2005
0.4822
0.1554
0.0836
0.1735
13.7500
14.6447
2006
0.7361
0.5771
0.0035
0.0048
13.2700
14.5915
2004
1.0973
1.1541
-0.2132
-0.1943
18.1800
20.0239
2005
0.8143
0.3423
-0.2810
-0.3451
16.2200
16.7505
2006
0.8218
0.1656
0.1155
0.1405
17.3600
18.6034
2004
0.4741
0.1731
0.0277
0.0584
19.1700
19.9033
2005
0.3674
0.1099
0.0271
0.0737
18.0400
18.6181
2006
0.3036
0.0035
0.0523
0.1723
25.1200
25.6517
2004
0.7028
0.0204
0.0447
0.0636
32.8100
33.6415
2005
0.6892
0.0007
0.0482
0.0699
37.8000
38.6080
2006
0.6688
0.0021
0.0015
0.0023
10.1800
10.8547
2004
1.3877
1.5474
0.0184
0.0132
7.7500
10.7167
2005
1.6946
1.9609
0.0142
0.0084
8.8800
12.5581
2006
4.6237
5.9059
-0.0132
-0.0028
16.7200
27.2336
2004
0.3223
0.0827
1.6583
0.1412
7.1600
9.3645
2005
0.4568
0.1340
0.1612
0.3529
8.5900
9.6949
2006
0.4995
0.1979
0.0614
0.1230
10.6800
11.5618
2004
0.5329
0.2787
-0.0177
-0.0333
17.4000
18.1606
2005
0.8313
0.7763
0.0393
0.0473
18.8400
20.5342
2006
1.0352
1.0458
0.0194
0.0187
19.6600
21.7791
2004
0.0484
0.0112
0.0817
0.2412
8.7200
9.1025
2005
0.8118
0.8038
-0.0389
-0.2946
11.1500
12.4321
2006
0.3979
0.0032
0.6415
0.9188
39.3300
41.2914
RMBA
RMBA
RMBA
SCMA
SCMA
SCMA
SMDR
SMDR
SMDR
SMGR
SMGR
2004
0.5159
1.0026
-0.0206
-0.0401
9.0700
10.5278
2005
0.7589
1.2162
-0.0162
-0.0214
7.8800
9.8175
2006
1.2430
1.4791
0.0852
0.0685
13.1700
16.0458
2004
0.5100
0.2289
0.0021
0.0041
25.4900
26.2351
2005
0.7015
0.5139
0.0110
0.0157
18.5300
19.7721
2006
0.3965
0.0357
-0.0055
0.0139
20.9500
21.3906
2004
0.5520
0.0057
-0.0348
-0.0630
3.0600
3.5199
2005
0.6302
0.2090
0.0201
0.0317
3.5100
4.4010
2006
0.6399
0.1286
0.1507
0.2356
18.1500
19.3048
2004
0.7008
0.4572
-0.0462
-0.0659
21.0800
22.1259
2005
0.4900
0.1707
-0.0332
-0.0677
10.3300
10.8898
lxxxvi
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
SMGR
SMRA
SMRA
SMRA
SMSM
SMSM
SMSM
2006
1.4529
1.6173
0.0342
0.0235
16.6200
19.7479
2004
0.8414
0.6380
0.0373
0.0444
7.9600
9.5211
2005
1.2869
1.6391
0.0464
0.0361
9.7600
12.7685
2006
1.1889
1.4244
0.2514
0.0405
19.1700
22.0752
2004
0.4832
0.0197
-0.0118
0.0244
6.5600
7.0755
2005
0.4514
0.0182
0.0035
-0.0177
6.5900
7.0454
2006
0.3759
0.0084
0.0180
0.0481
6.8700
7.3204
SUMI
SUMI
SUMI
SQBI
SQBI
SQBI
TBLA
TBLA
TBLA
TCID
TCID
TCID
TGKA
TGKA
TGKA
TINS
TINS
TINS
TLKM
TLKM
TLKM
TOTO
TOTO
TOTO
2004
0.2897
0.0020
-0.0342
-0.1182
23.9600
24.0993
2005
0.3839
0.0019
-0.0127
-0.0331
15.5100
15.8500
2006
0.3720
0.0069
-0.0402
-0.1081
12.6500
12.8806
2004
0.3358
0.8160
0.0346
0.1030
0.8400
2.1294
2005
0.3876
0.9019
0.0159
0.1341
44.1200
45.5595
2006
0.3701
0.0008
0.0399
0.1079
12.2900
12.8087
2004
0.7398
0.3111
0.0867
0.1171
22.5700
23.8247
2005
0.6882
0.1160
0.0435
0.0632
51.9000
52.8109
2006
1.0291
1.0691
0.1057
0.1027
59.2300
61.5366
2004
0.2538
0.1137
0.0651
0.2568
7.5600
8.2494
2005
0.1915
0.0396
0.0527
0.2753
6.8900
7.4491
2006
0.1562
0.0655
0.0924
0.5915
12.5600
13.4656
2004
0.6618
0.0108
0.0013
0.0019
82.6500
83.3258
2005
0.6961
0.0074
-0.0183
-0.0263
12.9800
13.6389
2006
0.7540
0.0006
-0.0114
-0.0151
9.5500
10.2781
2004
1.0299
1.0479
0.0056
0.0055
20.7500
22.8389
2005
0.8761
0.7781
0.0199
0.0231
8.5200
10.2172
2006
1.7165
2.4795
-0.0025
-0.0015
10.7000
14.8920
2004
4.3469
1.0289
0.0034
0.0034
15.8700
21.2526
2005
1.2559
1.6832
0.7261
0.5781
14.8800
19.1233
2006
1.5906
2.5648
0.1148
0.0721
18.5000
22.8423
2004
0.8038
0.0426
0.0647
0.0858
11.1400
12.1369
2005
0.7461
0.0024
0.1286
0.1723
4.7300
5.7794
2006
0.6911
0.0005
-0.2070
-0.2140
4.1000
4.3706
TRST
TRST
TRST
TSPC
TSPC
TSPC
TURI
TURI
2004
0.5003
0.0003
0.1371
0.2459
20.5000
21.3836
2005
0.5799
0.0772
0.0476
0.0821
25.0000
25.7868
2006
0.5272
0.0208
0.0044
0.0083
16.1100
16.6707
2004
0.5848
2.4074
0.0283
0.0484
10.5400
13.6089
2005
0.3330
2.4842
0.0570
0.1711
38.5700
41.6153
2006
0.5784
2.0055
0.8091
0.1157
14.8600
18.3687
2004
1.0744
1.2841
0.0462
0.0429
6.1700
8.6176
2005
0.8121
0.2456
0.0540
0.0531
6.7400
7.9048
lxxxvii
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
TURI
UNSP
UNSP
UNSP
UNTR
UNTR
UNTR
UNVR
UNVR
UNVR
2006
0.7887
0.1041
0.0081
0.0103
44.5900
45.5012
2004
0.8842
0.6812
0.0803
0.0905
7.5600
9.2962
2005
1.8262
3.0960
0.1418
0.0775
8.3600
13.5015
2006
4.0907
9.5726
0.0399
0.0097
13.0800
26.7929
2004
1.4760
2.0383
0.9610
0.0412
5.8900
10.4065
2005
1.5483
2.4201
0.1825
0.1178
9.9700
14.2387
2006
1.5843
2.4303
0.9785
0.0496
20.0800
25.1227
2004
1.2703
1.4312
0.1288
0.1014
17.1500
20.0817
2005
0.0995
0.9911
0.0383
0.0385
22.6400
23.8074
2006
1.1361
1.2658
0.0495
0.0435
29.2500
31.7449
Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. Rasio
ini diukur dari selisih antara total aset dengan total ekuitas ditambah dengan
perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga saham penutupan
kemudian hasilnya dibagi dengan total aset perusahaan pada periode t.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVABVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Tbk yaitu
sebesar 4.3469 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders
(RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.0484. Pada tahun 2005 nilai rasio MVABVA
tertinggi dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk
sebesar 4.5083 sedangkan nilai rasio MVABVA terendah pada perusahaan
Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar 0.0769. Sementara itu pada tahun
2006 nilai rasio MVABVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tambang Batu
Bara Bukit Asam (PTBA) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio
MVABVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk
yaitu sebesar 0.1083.
lxxxviii
Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran
bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio ini dihitung dari
perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham
dibagi dengan total ekuitas perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel
diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bumi Resources (BUMI) Tbk yaitu sebesar 13.8387 sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Citra Tubindo (CTBN) Tbk yaitu sebesar
0.0002. Pada tahun 2005 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk sebesar 10.1509
sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah pada perusahaan Pudjiadi & Sons
Realty (PNSE) Tbk yaitu sebesar 0.0007. Sementara itu pada tahun 2006 nilai
rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bakrie Sumatera Plantation
(UNSP) Tbk yaitu sebesar 9.5726 sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah
dimiliki oleh Perusahaan Lautan Luas (LTLS) Tbk yaitu sebesar 0.0001.
Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA)
menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat
digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio CAPBVA
menggunakan investasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan
tambahan aktiva
tetap.
Rasio
ini diproksikan sebagai rasio
yang
mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan melalui
kesempatan adanya tambahan modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva
tetap. Rasio ini diukur nilai buku aktiva tetapt dikurangi dengan nilai buku
lxxxix
aktiva tetapt-1 kemudian dibagi total aset perusahaan pada periode t.
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio CAPBVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Petrosea (PTRO) Tbk yaitu sebesar 1.6583
sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah dimiliki oleh perusahaan PAN
Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2132. Pada tahun 2005 nilai rasio
CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia
(TLKM) Tbk sebesar 0.7261 sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah pada
perusahaan PAN Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2810. Sementara itu
pada tahun 2006 nilai rasio CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan
United Tractors (UNTR) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio
CAPBVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto Indonesia (TOTO)
Tbk yaitu sebesar -0.2070.
Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan
dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas
investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh.
Rasio ini dihitung dengan nilai buku aktiva tetap t dikurang nilai buku aktiva
tetap t-1 kemudian dibagi dengan total aset dikurang total ekuitas kemudian
ditambah antara perkalian jumlah lembar saham beredar dikali harga saham
penutupan perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun
2004 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Aneka Tambang
(ANTM) Tbk yaitu sebesar 1.6555 sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah
dimiliki oleh perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk yaitu sebesar 0.9386. Pada tahun 2005 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh
xc
perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk sebesar 1.2042 sedangkan nilai
rasio CAPMVA terendah pada perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu
sebesar -0.3474. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio CAPMVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders (RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.9188
sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah dimiliki oleh Perusahaan
perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar -0.6147.
Rasio Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para
investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan
sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para
manajer keuangan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan
dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai
peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya relatif aman dan
sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi. PER dihitung harga penutupan
saham dibagi laba per lembar saham perusahaan periode t. Berdasarkan tabel
diatas pada tahun 2004 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tiga
Raksa Satria (TGKA) Tbk yaitu sebesar 82.6500 sedangkan terendah dimiliki
oleh perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia (SQBI) Tbk yaitu sebesar
0.8400. Pada tahun 2005 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Indofood Sukses Makmur (INDF) Tbk sebesar 69.3000 sedangkan nilai rasio
PER terendah pada perusahaan Lion Mesh Prima (LMSH) Tbk yaitu sebesar
4.4400. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Tunas Baru Lampung (TBLA) Tbk yaitu sebesar 59.2300
xci
sedangkan nilai rasio PER terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto
Indonesia (TOTO) Tbk yaitu sebesar 4.1000.
b. Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham
laba per lembar saham
Untuk mengetahui besarnya tingkat DPR dari 62 perusahaan periode
2004-2006 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Dividend Payout Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perusahaan
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
2004
0.4911
0.4999
0.3279
0.3500
0.8179
0.2771
0.2042
0.5561
0.1278
2005
0.6475
0.3001
0.3139
0.3400
0.9349
0.3264
0.2761
0.5182
0.1289
2006
0.1900
0.2000
0.3167
0.4000
0.1942
0.1636
0.1639
0.2192
0.1380
xcii
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
PBRX
PLIN
PNSE
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
0.0801
0.1029
0.2960
1.3569
0.1448
0.5001
0.9812
0.2240
0.5374
0.2857
0.3951
0.0895
0.6057
0.4123
0.4372
0.2560
0.4991
0.2982
0.2208
0.0697
0.2554
0.4897
1.0958
0.2303
0.3023
0.2252
0.3143
0.0423
0.8019
0.9742
0.8179
0.1347
0.5286
0.2061
2.1096
0.2446
0.3500
0.2294
0.4527
0.2916
0.0814
0.2944
0.9782
3.3507
0.1588
0.5000
0.1480
0.7471
0.1987
0.5391
0.9561
0.2161
0.5091
0.2767
0.3952
0.9476
0.4595
0.3725
0.3808
0.4810
0.4926
0.3000
0.2734
0.0935
0.2529
0.4387
0.5435
1.1841
0.9038
0.4191
0.0865
0.0396
0.5323
0.5009
0.9681
0.5117
0.6755
0.2919
1.4523
0.1672
0.2570
0.9613
0.8638
0.6443
1.5270
0.1948
0.3696
0.0448
0.1547
0.5833
0.1997
0.6814
0.4809
0.2910
0.2725
0.1942
0.4773
0.2477
0.9621
0.2778
0.1801
0.9423
0.4428
0.5069
0.5000
0.2992
0.2520
0.0108
0.2103
0.5002
0.5177
0.7560
0.1753
0.2867
0.0457
0.0285
0.5091
0.5000
0.2384
0.4950
0.7865
0.9287
0.2095
0.4036
0.5000
0.9816
0.3263
0.8414
0.5534
0.1986
0.9530
0.6076
xciii
54
55
56
57
58
59
60
61
62
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
Rata-rata
0.4589
0.5000
0.3828
0.5000
0.5548
0.9608
0.1463
0.1422
1.0912
0.4997
0.4722
0.5520
0.2363
0.5000
0.4548
0.3323
0.1813
0.2985
0.9534
0.4846
0.9502
0.1775
0.2486
0.5555
0.9413
0.3330
0.2022
0.3985
0.9085
0.4228
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata DPR pada tahun 2004
lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dan 2006. Tahun 2004 rata-rata DPR
sebesar 0.4997, di mana nilai tertinggi DPR dimiliki oleh perusahaan Tiga
Raksa Satria Tbk. yaitu sebesar 3.3507 sedangkan terendah dimiliki oleh
perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0423. Sementara itu,
rata-rata DPR tahun 2005 sebesar 0.4846, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 1.5270
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk.
yaitu sebesar 0.0396. Sementara itu rata-rata DPR tahun 2006 sebesar 0.4228,
dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Summarecon Indonesia Tbk.
yaitu sebesar 0.9816 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza
Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0285.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
xciv
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
c. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham
digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi
nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan (Wright dan Ferris, 1997). Nilai perusahaan dihitung Log harga
penutupan saham.
Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar)
Tabel 4.4
Nilai Perusahaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Perusahaan
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
2004
3.4914
2.8293
3.0607
3.2368
2.5051
3.9823
3.2844
4.1461
2.8451
2.9031
2.1614
3.6816
3.9031
4.1613
2.3891
2.7403
4.0212
2005
3.6902
2.8573
3.1702
3.5533
2.4698
4.0086
3.4471
4.1613
3.0170
2.8808
3.9505
2.6074
3.9294
4.5563
3.5315
2.8751
3.0792
2006
4.1004
2.9031
3.4353
3.9031
2.4843
4.1959
3.4661
4.1461
3.2405
2.9542
2.0414
2.9912
4.2304
4.3579
2.2041
2.8129
3.2601
xcv
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
PBRX
PLIN
PNSE
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
Rata-Rata
4.1319
3.6284
3.4878
3.4624
3.8228
4.0626
2.9031
2.7959
3.7597
3.3117
3.2304
3.1832
2.5682
3.3170
4.3579
4.6284
2.7596
3.0792
2.6074
3.7558
2.9542
3.1832
3.6047
2.8893
2.9164
4.0414
2.8603
3.5740
4.2672
2.7958
3.4624
2.7596
4.5441
2.3617
3.6021
2.4393
3.6459
4.0043
3.7781
2.3117
3.8808
4.0293
2.4913
3.3569
3.5185
3.3463
4.0663
2.5623
2.9827
3.7482
3.9494
4.1189
2.9590
2.6721
3.7443
3.1614
3.3010
3.2787
2.6812
3.5283
4.3856
4.6989
2.9823
3.9138
2.5740
3.7558
2.8512
3.2553
3.8451
2.9085
2.9956
2.1303
2.8061
3.8663
4.2504
2.8751
2.4843
3.6335
4.5911
3.3010
3.6128
2.4624
3.2601
3.7708
3.7781
2.1761
3.7520
2.8388
2.6180
3.5652
3.6309
3.3566
4.0086
2.6232
2.9542
3.0043
3.9867
4.4914
3.1303
2.6812
3.8293
2.2175
3.3424
3.2304
3.6074
3.5502
4.6020
4.7403
2.9031
3.2095
2.5797
3.0414
3.8451
3.5471
3.7817
2.9395
3.0000
3.4913
2.9031
3.8228
4.5599
3.0682
2.5441
3.9138
4.7443
2.3802
3.8419
2.4393
3.6459
4.0043
3.8195
2.1613
2.9542
2.8512
2.9867
3.8612
3.8195
3.3772
xcvi
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata Nilai Perusahaan pada
tahun 200 lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 dan 2005. Tahun 2004 ratarata Nilai Perusahaan sebesar 3.3463, dimana nilai tertinggi Nilai Perusahaan
dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.6284
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu
sebesar 2.1614. Sementara itu, rata-rata Nilai Perusahaan tahun 2005 sebesar
3.3566, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang
Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4.6989 sedangkan terendah dimiliki oleh
perusahaan Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 2.1761. Sedangkan rata-rata Nilai
Perusahaan tahun 2006 sebesar 3.3772, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.7443
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu
sebesar 2.0414.
C. Analisis Faktor
Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu
himpunan variabel observasi.
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau
dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi
beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga
ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk
xcvii
dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel
tergantung.
Hasil pengujian analisis faktor tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel
dibawah ini.
Tabel. 4.5
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.509
146.303
10
.000
Didasarkan hasil penghitungan tabel 4.5 di atas angka Kaiser-Myer-Olkin
(KMO) Measure of Sampling Adequecy adalah sebesar 0,509 dengan
signifikansi sebesar 0.000. angka 0.509 berada diatas 0.5 dan signifikansi
0.000 lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel diatas dapat terus dianalisis lebih
lanjut. Artinya, benar-benar terdapat korelasi antar variabel bebas.
Tabel. 4.6
Anti-image Matrices
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
PER
MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA
.998
-.018
.002
-.002
.026
-.018
.496
-.351
-.039
-.010
.002
-.351
.497
.011
-.022
-.002
-.039
.011
.908
-.265
.026
-.010
-.022
-.265
.908
.587a
-.025
.003
-.003
.027
-.025
.506a
-.706
-.058
-.015
.003
-.706
.505a
.016
-.033
-.003
-.058
.016
.525a
-.292
.027
-.015
-.033
-.292
.533a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
xcviii
Dari hasil tabel 4.6 tersebut di atas terlihat pada output Anti-image
Correlation terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai MSA kurang
0.5. maka variabel tersebut dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.
Tabel. 4.7
Communalities
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Initial
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Extraction
.019
.852
.852
.641
.646
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Nilai communalities pada dasarnya adalah jumlah varians dari suatu
variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. untuk rasio
MVABVA sebesar 0.852. hal ini berarti bahwa sekitar 85.2 % dari variabel
MVABVA bisa dijelaskan oleh factor yang terbentuk. Dimana jika dilihat
dalam pada tabel 4.6 (component matrix, ada dua komponen, berarti ada dua
faktor yang terbentuk).
Untuk rasio MVEBVE angka yang diperoleh adalah 0.852 yang berarti
bahwa 85.2 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang
terbentuk. Rasio CAPBVA angka yang diperoleh 0.641 yang berarti bahwa
64.1 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk.
Rasio CAPMVA angka yang diperoleh 0.646 yang berarti bahwa 64.6 %
varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Dan rasio
PER angka yang diperoleh 0.019 yang berarti bahwa 1.9 % varians dari rasio
ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Jadi jumlah kelima nilai
xcix
communalities tersebut adalah 3.010. semakin besar communalities berarti
semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk
Tabel. 4.8
Total Variance Explained
Rotation Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
ComponentTotal % of Variance
Cumulative % Total % of Variance
Cumulative % Total % of Variance
Cumulative %
1
1.755
35.103
35.103 1.755
35.103
35.103 1.719
34.374
34.374
2
1.254
25.083
60.185 1.254
25.083
60.185 1.291
25.811
60.185
3
.997
19.931
80.116
4
.704
14.070
94.186
5
.291
5.814 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Pada tabel 4.8 di atas ditunjukkan angka eigenvalues dari masing-masing
factor. Susunan angka eigenvalues selalu diurutkan dari yang terbesar sampai
yang terkecil, dengan kriteria bahwa angka eigenvalues dibawah 1 tidak
digunakan untuk menghitung jumlah faktor yang terbenuk dari tabel di atas,
terlihat bahwa hanya faktor 1 dan faktor 2 saja yang memiliki nilai
eigenvalues di atas 1 sehingga dapat disimpulkan hanya terdapat 2 faktor yang
terbentuk. Artinya untuk mencapai nilai communalities sebesar 3.010
dibutuhkan dua faktor yang mempunyai nilai eigenvalues di atas 1, faktor
pertama 1.755 dan faktor kedua 1.254. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan
ini, dua faktor dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antar
proksi IOS.
Eigenvalues menunujukkan kepentingan relatif masing-masing faktor
dalam menghitung varian kelima variabel yang dianalisis. Jumlah angka
eigenvalues seluruhnya yaitu 1.754 + 1.254 + 0.997 + 0.704 + 0.291 = 5
Faktor pertama dapat menjelaskan varians kelima variabel tersebut sebesar
1.754/5 x 100 % = 35.08 %. Sedangkan faktor kedua dapat menjelaskan
c
varians kelima variabel tersebut sebesar 1.254/5 x 100% = 25.08 %. Sehingga
total kedua faktor akan dapat menjelaskan 35.08 % + 25.08 % = 60.16 % dari
variabilitas kelima variabel asli tersebut.
Tabel. 4.9
Rotated Component Matrixa
Component
1
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
.082
.923
.923
.064
.070
2
-.111
.029
.006
.798
.801
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.
Berdasarkan tabel 4.9 merupakan tabel component matrix hasil proses
rotasi yang menunjukkan distribusi kelima variabel tersebut pada dua faktor
yang terbentuk. Sedangkan angka-angka pada variabel tersebut adalah factor
loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan
faktor 1 dan faktor 2. Setelah diketahui bahwa ada dua faktor yang terbentuk
langkah selanjutnya adalah penentuan suatu variabel untuk masuk ke dalam
suatu faktor yang terbentuk.
Penentuan suatu variabel masuk ke dalam suatu faktor tertentu dilakukan
dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Seperti pada
variabel MVABVA, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 sedangkan factor
loadings 2 sebesar 0.006. oleh karena itu, maka variabel MVABVA masuk ke
dalam faktor 1 karena memiliki factor loadings yang terbesar. Variabel
MVEBVE, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 dan factor loadings 2
ci
sebesar -0.029 maka MVEBVE masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki
angka terbesar. Variabel CAPBVA, angka factor loadings 1 dan 2 masingmasing 0.064 dan 0.798. dengan melihat angka ini maka CAPBVA masuk ke
dalam faktor 2 karena memiliki angka terbesar. Variabel CAPMVA, angka
factor loadings 1 dan 2 masing-masing 0.070 dan 0.801 sehingga CAPMVA
masuk ke dalam faktor 2. Variabel PER, angka factor loadings 1 sebesar
0.082 dan factor loadings 2 sebesar -0.111 (tanda “-“ hanya menunjukkan
arah korelasi). Oleh sebab itu, maka PER masuk ke dalam faktor 2 karena
memiliki angka terbesar.
Jadi dari lima variabel asli yang digunakan dapat diringkas menjadi 2
kumpulan variabel baru atau faktor yang mencerminkan variabel aslinya.
faktor 1 merupakan proksi IOS berdasarkan harga yang berhubungan dengan
nilai pasar ekuitas (MVEBVE) dan nilai pasar aset (MVABVA) dengan
loading masing- 0.923 dan 0.923. sedangkan faktor kedua merupakan proksi
IOS berdasarkan investasi yang berhubungan dengan tambahan modal melalui
nilai investasi riil berupa aktiva tetap (CAPBVA), aliran modal saham
perusahaan (CAPMVA) dan nilai laba per lembar saham (PER) dengan
loading masing-masing 0.798, 0.801 dan -0.111.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka persamaan untuk faktor baru yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
F1
= 0.923 MVABVA + 0.923 MVEBVE
F2
= 0.798 CAPBVA + 0.801 CAPMVA – 0.111 PER
cii
Kemudian
untuk
proses pengklasifikasian
perusahaan
ke
dalam
perusahaan tumbuh atau tidak tumbuh didasarkan atas penjumlahan skor atau
indeks faktor tersebut untuk menggantikan kelima variabel asli tersebut.
Berikut ini merupakan indeks faktor yang diperoleh untuk masing-masing
perusahaan yang diurutkan berdasarkan besar penjumlahan kedua indeks
faktor yang diperoleh.
Tabel 4.10
Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Perusahaan
HMSP
ANTM
PTRO
UNSP
BUMI
TLKM
UNTR
UNTR
RIGS
PTBA
ADHI
ADHI
HEXA
BUMI
TSPC
HMSP
BLTA
ADHI
BUMI
BLTA
TLKM
BLTA
BATA
UNSP
UNTR
INCO
BATA
TLKM
CTBN
Tahun
2005
2004
2004
2006
2004
2005
2006
2004
2006
2006
2004
2006
2005
2005
2006
2004
2004
2005
2006
2006
2004
2005
2005
2005
2005
2006
2004
2006
2006
Fact_1
5.12913
0.20225
-0.78667
4.67443
4.62579
0.40215
0.87196
0.6177
-0.56788
4.05599
2.81471
2.61684
-0.39918
3.05609
0.01383
0.7273
1.72922
1.66455
2.02657
2.20249
2.49383
0.87432
-0.64267
1.21631
0.83334
1.78156
-0.70528
0.94982
-0.52903
Fact_2
1.48151
5.19056
5.46734
-0.5834
-0.63502
3.38066
2.79817
2.84834
3.84815
-0.79212
-0.02842
0.13309
2.99203
-0.49295
2.52852
1.63691
0.5673
0.59138
-0.02149
-0.29301
-0.61732
0.95522
2.29719
0.2127
0.46289
-0.48557
1.86466
0.0536
1.40995
Jumlah
6.61064
5.39281
4.68067
4.09103
3.99077
3.78281
3.67013
3.46604
3.28027
3.26387
2.78629
2.74993
2.59285
2.56314
2.54235
2.36421
2.29652
2.25593
2.00508
1.90948
1.87651
1.82954
1.65452
1.42901
1.29623
1.29599
1.15938
1.00342
0.88092
ciii
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
SMRA
INDF
TCID
ISAT
UNVR
ANTM
EPMT
ANTM
TINS
PTRO
AALI
ISAT
PTBA
MEDC
ISAT
RMBA
ASII
SMGR
SMRA
INDF
SMDR
AALI
HEXA
AALI
PTBA
MPPA
TBLA
TSPC
TOTO
TRST
MEDC
AKRA
TURI
UNVR
PBRX
HITS
UNSP
ASGR
ASII
TSPC
GGRM
AUTO
EPMT
TBLA
INDF
TCID
MYOR
MLBI
2006
2006
2006
2006
2004
2005
2004
2006
2006
2005
2004
2004
2005
2005
2005
2006
2004
2006
2005
2004
2006
2006
2006
2005
2004
2005
2006
2005
2005
2004
2006
2006
2004
2006
2006
2005
2004
2005
2005
2004
2004
2004
2005
2004
2005
2004
2005
2005
0.34113
1.09949
-0.81645
0.67891
0.39631
0.6261
0.09122
1.29009
0.98665
-0.59814
0.69292
0.2021
0.81658
0.59955
0.15776
0.37395
0.36351
0.58345
0.43638
0.7164
-0.41853
0.41692
-0.0898
0.17437
0.47547
-0.207
0.32672
0.12255
-0.4395
-0.54264
0.23688
0.10643
0.16758
0.31797
-0.27726
-0.55895
-0.13308
0.37241
0.06709
0.15116
-0.36626
-0.36515
-0.13352
-0.26831
0.72869
-0.74693
-0.54036
-0.48766
0.45866
-0.3855
1.46967
-0.03935
0.22347
-0.02274
0.45609
-0.75852
-0.45704
1.10512
-0.1925
0.27513
-0.35314
-0.13677
0.30346
0.03206
-0.03666
-0.29103
-0.15362
-0.4443
0.68694
-0.15053
0.34049
0.02248
-0.29122
0.38537
-0.16656
0.03652
0.55942
0.6609
-0.12266
-0.01039
-0.08831
-0.26631
0.32715
0.58812
0.15353
-0.35823
-0.05654
-0.15413
0.32898
0.27394
0.03349
0.13554
-0.86522
0.57291
0.35802
0.29601
0.79979
0.71399
0.65322
0.63956
0.61978
0.60336
0.54731
0.53157
0.52961
0.50698
0.50042
0.47723
0.46344
0.46278
0.46122
0.40601
0.32685
0.29242
0.28276
0.2721
0.26841
0.26639
0.25069
0.19685
0.18425
0.17837
0.16016
0.15907
0.11992
0.11826
0.11422
0.09604
0.07927
0.05166
0.04989
0.02917
0.02045
0.01418
0.01055
-0.00297
-0.03728
-0.09121
-0.10003
-0.13277
-0.13653
-0.17402
-0.18234
-0.19165
civ
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
RALS
TCID
ASII
RALS
SMRA
TOTO
TINS
HITS
TURI
EPMT
TINS
RIGS
CLPI
PTRO
MLBI
SQBI
AKRA
LTLS
MLBI
AKRA
LTLS
MPPA
SQBI
ASGR
FAST
PLIN
AUTO
RMBA
TRST
PNSE
MEDC
PNSE
LTLS
EKAD
MYOR
TBLA
SCMA
SQBI
SMDR
INDR
INDR
GGRM
PLIN
AUTO
INDR
DLTA
GGRM
PLIN
2006
2005
2006
2005
2004
2004
2004
2004
2005
2006
2005
2004
2006
2006
2006
2004
2004
2004
2004
2005
2005
2006
2005
2006
2006
2006
2005
2005
2005
2004
2004
2005
2006
2004
2006
2005
2005
2006
2005
2006
2005
2005
2004
2006
2004
2004
2006
2005
0.14021
-0.81535
0.02582
-0.08684
-0.17047
-0.35043
0.14331
-0.2178
-0.30776
-0.17027
-0.1024
-0.91765
0.30807
-0.52847
-0.42334
-0.51932
-0.50011
-0.39048
-0.56096
-0.22702
-0.22978
-0.31888
-0.24917
-0.01763
-0.64109
-0.65426
-0.55603
-0.0645
-0.43351
-0.32284
-0.41574
-0.31434
-0.39031
-0.09251
-0.23456
-0.21446
-0.25226
-0.66692
-0.46172
-0.49171
-0.48535
-0.45456
-0.50918
-0.60473
-0.38491
-0.78678
-0.49065
-0.60915
-0.33884
0.58979
-0.27128
-0.17768
-0.10197
0.07781
-0.42542
-0.08251
-0.00752
-0.15066
-0.22125
0.59363
-0.64054
0.18182
0.03621
0.12451
0.09452
-0.02089
0.13874
-0.21019
-0.20909
-0.14202
-0.21272
-0.45572
0.16419
0.17555
0.07566
-0.44484
-0.0849
-0.21112
-0.11885
-0.223
-0.15508
-0.47415
-0.34644
-0.37088
-0.33381
0.07268
-0.13292
-0.12053
-0.1327
-0.20704
-0.15671
-0.06838
-0.29382
0.08234
-0.21681
-0.103
-0.19863
-0.22556
-0.24546
-0.26452
-0.27244
-0.27262
-0.28211
-0.30031
-0.31528
-0.32093
-0.32365
-0.32402
-0.33247
-0.34665
-0.38713
-0.39481
-0.40559
-0.41137
-0.42222
-0.43721
-0.43887
-0.4609
-0.46189
-0.47335
-0.4769
-0.47871
-0.48037
-0.50934
-0.51841
-0.53396
-0.53459
-0.53734
-0.54539
-0.56666
-0.581
-0.58534
-0.58607
-0.59424
-0.59464
-0.61224
-0.61805
-0.6616
-0.66589
-0.67311
-0.67873
-0.70444
-0.70746
-0.71215
cv
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
MPPA
UNVR
GMTD
TURI
MERK
GMTD
GMTD
LION
FAST
PNSE
MYOR
RMBA
SMSM
TGKA
CTBN
HMSP
TRST
DLTA
SCMA
SMSM
INCO
CLPI
INCO
LMSH
KAEF
TGKA
FAST
SMSM
EKAD
RALS
LMSH
SCMA
BATA
KAEF
SMGR
LION
DLTA
MERK
TGKA
EKAD
KAEF
LMSH
SMDR
SUMI
CLPI
SMGR
MERK
LION
2004
2005
2004
2006
2004
2005
2006
2004
2005
2006
2004
2004
2006
2006
2005
2006
2006
2006
2004
2004
2004
2005
2005
2004
2004
2005
2004
2005
2005
2004
2006
2006
2006
2005
2004
2006
2005
2006
2004
2006
2006
2005
2004
2005
2004
2005
2005
2005
-0.44471
-0.53329
-0.40912
-0.17777
-0.59004
-0.44426
-0.45576
-0.8169
-0.63952
-0.45774
-0.51347
-0.29184
-0.68411
-0.39897
-0.64477
-0.51508
-0.52578
-0.77266
-0.43464
-0.60335
-0.62813
-0.47039
-0.64721
-0.52444
-0.55305
-0.4214
-0.6359
-0.6261
-0.63631
-0.4414
-0.78637
-0.59166
-0.67211
-0.62534
-0.25117
-0.81255
-0.7439
-0.6724
-0.11048
-0.73722
-0.59991
-0.60181
-0.57131
-0.63476
-0.56382
-0.53469
-0.72916
-0.79374
-0.2733
-0.18892
-0.33072
-0.56642
-0.15704
-0.3129
-0.3128
0.04823
-0.13093
-0.32038
-0.26645
-0.49621
-0.10559
-0.40661
-0.20773
-0.34504
-0.33473
-0.09057
-0.43083
-0.26692
-0.24584
-0.40407
-0.24553
-0.36981
-0.34831
-0.48121
-0.28348
-0.32102
-0.32161
-0.52623
-0.18256
-0.38359
-0.31023
-0.36626
-0.74467
-0.1878
-0.26591
-0.34109
-0.90725
-0.29498
-0.45358
-0.46728
-0.53744
-0.47979
-0.55249
-0.60139
-0.41619
-0.41752
-0.71801
-0.72221
-0.73984
-0.74419
-0.74708
-0.75716
-0.76856
-0.76867
-0.77045
-0.77812
-0.77992
-0.78805
-0.7897
-0.80558
-0.8525
-0.86012
-0.86051
-0.86323
-0.86547
-0.87027
-0.87397
-0.87446
-0.89274
-0.89425
-0.90136
-0.90261
-0.91938
-0.94712
-0.95792
-0.96763
-0.96893
-0.97525
-0.98234
-0.9916
-0.99584
-1.00035
-1.00981
-1.01349
-1.01773
-1.0322
-1.05349
-1.06909
-1.10875
-1.11455
-1.11631
-1.13608
-1.14535
-1.21126
cvi
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
ASGR
RIGS
SUMI
PBRX
SUMI
CTBN
HITS
CENT
TOTO
HEXA
CENT
PBRX
CENT
2004
2005
2006
2004
2004
2004
2006
2004
2006
2004
2005
2005
2006
-0.16762
-0.11728
-0.65233
0.22527
-0.65817
-0.64464
-0.58014
-0.81502
-0.45519
0.66377
-0.84884
-0.20587
-0.83131
-1.09527
-1.22839
-0.73395
-1.6251
-0.82567
-0.94481
-1.29422
-1.10456
-1.49489
-2.78171
-1.29072
-2.17686
-2.04808
-1.26289
-1.34567
-1.38628
-1.39983
-1.48384
-1.58945
-1.87436
-1.91958
-1.95008
-2.11794
-2.13956
-2.38273
-2.87939
Tabel 4.10 diatas merupakan sampel awal sebanyak 62 perusahaan (3
tahun) berdasarkan indeks faktor yang diurutkan dari yang terbesar hingga
yang terkecil. Penentuan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh berdasarkan
pada penjumlahan kedua faktor tersebut (fac_1 dan fac_2). Fac1_1 dan fac1_2
adalah variabel reperesentasi dari MVABVA, MVEBVE, CAPBVA,
CAPMVA dan PER setelah diekstrasikan dengan common factor analysis.
Penjumlahan kedua faktor ini kemudian diperingkat. 40 % tertinggi masuk
kategori perusahaan yang tumbuh dan 40 % terendah masuk perusahaan yang
tidak tumbuh. Sedangkan 20% ditengah dihilangkan karena kurang ekstrim
untuk membedakan klasifikasi perusahaan. Dari 62 sampel penelitian
perusahaan per tahun maka dapat didapatkan hasil seperti tabel 4.11 dan 4.12
dibawah ini :
cvii
Tabel 4.11
Perusahaan Tumbuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Perusahaan
HMSP
ANTM
PTRO
UNSP
BUMI
TLKM
UNTR
UNTR
RIGS
PTBA
ADHI
ADHI
HEXA
BUMI
TSPC
HMSP
BLTA
ADHI
BUMI
BLTA
TLKM
BLTA
BATA
UNSP
UNTR
INCO
BATA
TLKM
CTBN
SMRA
INDF
TCID
ISAT
UNVR
ANTM
EPMT
ANTM
TINS
PTRO
AALI
ISAT
Tahun
2005
2004
2004
2006
2004
2005
2006
2004
2006
2006
2004
2006
2005
2005
2006
2004
2004
2005
2006
2006
2004
2005
2005
2005
2005
2006
2004
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2004
2005
2004
2006
2006
2005
2004
2004
Fact_1
5.12913
0.20225
-0.78667
4.67443
4.62579
0.40215
0.87196
0.6177
-0.56788
4.05599
2.81471
2.61684
-0.39918
3.05609
0.01383
0.7273
1.72922
1.66455
2.02657
2.20249
2.49383
0.87432
-0.64267
1.21631
0.83334
1.78156
-0.70528
0.94982
-0.52903
0.34113
1.09949
-0.81645
0.67891
0.39631
0.6261
0.09122
1.29009
0.98665
-0.59814
0.69292
0.2021
Fact_2
1.48151
5.19056
5.46734
-0.5834
-0.63502
3.38066
2.79817
2.84834
3.84815
-0.79212
-0.02842
0.13309
2.99203
-0.49295
2.52852
1.63691
0.5673
0.59138
-0.02149
-0.29301
-0.61732
0.95522
2.29719
0.2127
0.46289
-0.48557
1.86466
0.0536
1.40995
0.45866
-0.3855
1.46967
-0.03935
0.22347
-0.02274
0.45609
-0.75852
-0.45704
1.10512
-0.1925
0.27513
Jumlah
6.61064
5.39281
4.68067
4.09103
3.99077
3.78281
3.67013
3.46604
3.28027
3.26387
2.78629
2.74993
2.59285
2.56314
2.54235
2.36421
2.29652
2.25593
2.00508
1.90948
1.87651
1.82954
1.65452
1.42901
1.29623
1.29599
1.15938
1.00342
0.88092
0.79979
0.71399
0.65322
0.63956
0.61978
0.60336
0.54731
0.53157
0.52961
0.50698
0.50042
0.47723
cviii
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
PTBA
MEDC
ISAT
RMBA
ASII
SMGR
SMRA
INDF
SMDR
AALI
HEXA
AALI
PTBA
MPPA
TBLA
TSPC
TOTO
TRST
MEDC
AKRA
TURI
UNVR
PBRX
HITS
UNSP
ASGR
ASII
TSPC
GGRM
AUTO
EPMT
TBLA
INDF
TCID
MYOR
2005
2005
2005
2006
2004
2006
2005
2004
2006
2006
2006
2005
2004
2005
2006
2005
2005
2004
2006
2006
2004
2006
2006
2005
2004
2005
2005
2004
2004
2004
2005
2004
2005
2004
2005
0.81658
0.59955
0.15776
0.37395
0.36351
0.58345
0.43638
0.7164
-0.41853
0.41692
-0.0898
0.17437
0.47547
-0.207
0.32672
0.12255
-0.4395
-0.54264
0.23688
0.10643
0.16758
0.31797
-0.27726
-0.55895
-0.13308
0.37241
0.06709
0.15116
-0.36626
-0.36515
-0.13352
-0.26831
0.72869
-0.74693
-0.54036
-0.35314
-0.13677
0.30346
0.03206
-0.03666
-0.29103
-0.15362
-0.4443
0.68694
-0.15053
0.34049
0.02248
-0.29122
0.38537
-0.16656
0.03652
0.55942
0.6609
-0.12266
-0.01039
-0.08831
-0.26631
0.32715
0.58812
0.15353
-0.35823
-0.05654
-0.15413
0.32898
0.27394
0.03349
0.13554
-0.86522
0.57291
0.35802
0.46344
0.46278
0.46122
0.40601
0.32685
0.29242
0.28276
0.2721
0.26841
0.26639
0.25069
0.19685
0.18425
0.17837
0.16016
0.15907
0.11992
0.11826
0.11422
0.09604
0.07927
0.05166
0.04989
0.02917
0.02045
0.01418
0.01055
-0.00297
-0.03728
-0.09121
-0.10003
-0.13277
-0.13653
-0.17402
-0.18234
cix
Tabel 4.12
Perusahaan Tidak Tumbuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Perusahaan Tahun
EKAD
MYOR
TBLA
SCMA
SQBI
SMDR
INDR
INDR
GGRM
PLIN
AUTO
INDR
DLTA
GGRM
PLIN
MPPA
UNVR
GMTD
TURI
MERK
GMTD
GMTD
LION
FAST
PNSE
MYOR
RMBA
SMSM
TGKA
CTBN
HMSP
TRST
DLTA
SCMA
SMSM
INCO
CLPI
INCO
LMSH
KAEF
TGKA
FAST
SMSM
EKAD
2004
2006
2005
2005
2006
2005
2006
2005
2005
2004
2006
2004
2004
2006
2005
2004
2005
2004
2006
2004
2005
2006
2004
2005
2006
2004
2004
2006
2006
2005
2006
2006
2006
2004
2004
2004
2005
2005
2004
2004
2005
2004
2005
2005
Fact_1
-0.09251
-0.23456
-0.21446
-0.25226
-0.66692
-0.46172
-0.49171
-0.48535
-0.45456
-0.50918
-0.60473
-0.38491
-0.78678
-0.49065
-0.60915
-0.44471
-0.53329
-0.40912
-0.17777
-0.59004
-0.44426
-0.45576
-0.8169
-0.63952
-0.45774
-0.51347
-0.29184
-0.68411
-0.39897
-0.64477
-0.51508
-0.52578
-0.77266
-0.43464
-0.60335
-0.62813
-0.47039
-0.64721
-0.52444
-0.55305
-0.4214
-0.6359
-0.6261
-0.63631
Fact_2
-0.47415
-0.34644
-0.37088
-0.33381
0.07268
-0.13292
-0.12053
-0.1327
-0.20704
-0.15671
-0.06838
-0.29382
0.08234
-0.21681
-0.103
-0.2733
-0.18892
-0.33072
-0.56642
-0.15704
-0.3129
-0.3128
0.04823
-0.13093
-0.32038
-0.26645
-0.49621
-0.10559
-0.40661
-0.20773
-0.34504
-0.33473
-0.09057
-0.43083
-0.26692
-0.24584
-0.40407
-0.24553
-0.36981
-0.34831
-0.48121
-0.28348
-0.32102
-0.32161
Jumah
-0.56666
-0.581
-0.58534
-0.58607
-0.59424
-0.59464
-0.61224
-0.61805
-0.6616
-0.66589
-0.67311
-0.67873
-0.70444
-0.70746
-0.71215
-0.71801
-0.72221
-0.73984
-0.74419
-0.74708
-0.75716
-0.76856
-0.76867
-0.77045
-0.77812
-0.77992
-0.78805
-0.7897
-0.80558
-0.8525
-0.86012
-0.86051
-0.86323
-0.86547
-0.87027
-0.87397
-0.87446
-0.89274
-0.89425
-0.90136
-0.90261
-0.91938
-0.94712
-0.95792
cx
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
RALS
LMSH
SCMA
BATA
KAEF
SMGR
LION
DLTA
MERK
TGKA
EKAD
KAEF
LMSH
SMDR
SUMI
CLPI
SMGR
MERK
LION
ASGR
RIGS
SUMI
PBRX
SUMI
CTBN
HITS
CENT
TOTO
HEXA
CENT
PBRX
CENT
2004
2006
2006
2006
2005
2004
2006
2005
2006
2004
2006
2006
2005
2004
2005
2004
2005
2005
2005
2004
2005
2006
2004
2004
2004
2006
2004
2006
2004
2005
2005
2006
-0.4414
-0.78637
-0.59166
-0.67211
-0.62534
-0.25117
-0.81255
-0.7439
-0.6724
-0.11048
-0.73722
-0.59991
-0.60181
-0.57131
-0.63476
-0.56382
-0.53469
-0.72916
-0.79374
-0.16762
-0.11728
-0.65233
0.22527
-0.65817
-0.64464
-0.58014
-0.81502
-0.45519
0.66377
-0.84884
-0.20587
-0.83131
-0.52623
-0.18256
-0.38359
-0.31023
-0.36626
-0.74467
-0.1878
-0.26591
-0.34109
-0.90725
-0.29498
-0.45358
-0.46728
-0.53744
-0.47979
-0.55249
-0.60139
-0.41619
-0.41752
-1.09527
-1.22839
-0.73395
-1.6251
-0.82567
-0.94481
-1.29422
-1.10456
-1.49489
-2.78171
-1.29072
-2.17686
-2.04808
-0.96763
-0.96893
-0.97525
-0.98234
-0.9916
-0.99584
-1.00035
-1.00981
-1.01349
-1.01773
-1.0322
-1.05349
-1.06909
-1.10875
-1.11455
-1.11631
-1.13608
-1.14535
-1.21126
-1.26289
-1.34567
-1.38628
-1.39983
-1.48384
-1.58945
-1.87436
-1.91958
-1.95008
-2.11794
-2.13956
-2.38273
-2.87939
cxi
D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.11 maka perusahaan tumbuh dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel. 4.13
Perusahaan Tumbuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Perusaha
an
AALI
AALI
AALI
ADHI
ADHI
ADHI
AKRA
ANTM
ANTM
ANTM
ASGR
ASII
ASII
AUTO
BATA
BATA
BLTA
BLTA
BLTA
BUMI
BUMI
Tah
un
PE
R
MVEB
VE
MVAB
VA
CAPB
VA
CAPM
VA
2004
6.09
1.93
1.56
0.04
0.03
2005
1.14
1.12
0.07
0.06
1.14
1.35
0.07
0.05
6.77
2.57
0.08
0.13
5.09
1.63
0.23
0.14
7.55
2.01
0.16
0.08
2006
9.76
25.2
0
17.2
5
16.6
4
15.0
8
13.2
9
1.07
1.03
0.09
0.03
2004
4.08
1.42
1.17
0.42
1.66
2005
8.10
1.94
1.45
0.02
0.12
2006
9.83
12.0
3
2.76
2.03
-0.07
-0.03
1.46
1.25
0.01
0.01
2006
2004
2005
2006
IOS
9.64
12.1
6
27.8
2
26.8
0
23.7
4
24.8
7
15.5
1
1.56
1.24
0.06
0.05
2005
7.19
16.6
4
0.97
0.99
0.06
0.06
8.74
11.6
3
14.5
2
14.7
5
10.1
0
18.7
2
2004
6.55
0.42
0.67
0.08
0.12
7.85
2004
5.19
0.05
0.37
0.01
0.83
6.46
2005
7.51
11.9
3
16.7
0
28.0
0
12.8
1
12.0
7
0.05
0.45
0.04
0.98
2.43
2.78
0.17
0.22
2.75
1.44
0.29
0.20
4.74
2.43
0.09
0.04
13.84
2.37
0.01
0.01
9.33
1.94
0.02
0.01
9.03
17.5
3
21.3
8
35.2
9
29.0
3
23.3
6
2005
2004
2004
2005
2006
2004
2005
DP
R
0.4
9
0.6
5
0.1
9
0.5
0
0.3
0
0.2
0
0.3
2
0.3
5
0.3
4
0.4
0
0.9
3
0.2
8
0.3
3
0.2
0
0.5
6
0.5
2
0.1
3
0.1
3
0.1
4
0.0
8
0.1
6
NP
3.4
9
3.6
9
4.1
0
2.8
3
2.8
6
2.9
0
3.4
4
3.2
4
3.5
5
3.9
0
2.4
7
3.9
8
4.0
1
3.2
8
4.1
5
4.1
6
2.8
5
3.0
2
3.2
4
2.9
0
2.8
8
cxii
22
23
24
25
26
27
28
BUMI
CTBN
EPMT
EPMT
GGRM
HEXA
HEXA
2006
8.70
6.20
1.74
0.10
0.06
16.8
0
2006
6.44
0.10
0.58
0.04
0.63
7.79
2004
7.02
1.12
1.04
0.23
0.02
2005
8.41
14.5
6
0.69
0.87
0.10
0.03
0.38
0.63
0.10
0.15
8.25
19.1
7
0.19
0.74
0.09
1.20
0.63
0.89
0.13
0.14
9.43
10.0
9
15.8
2
10.4
7
20.9
6
0.01
0.55
0.11
0.21
2.16
1.49
0.02
0.81
10.15
4.51
0.01
0.90
0.43
3.65
0.00
0.00
0.70
1.97
0.01
0.01
1.79
1.23
0.00
0.00
3.60
1.38
0.02
0.02
1.06
1.13
0.11
0.14
1.12
1.05
0.13
0.13
1.92
1.41
0.10
0.07
3.76
0.66
0.04
0.06
1.99
0.71
0.06
0.09
0.57
0.80
0.12
0.15
0.16
0.48
0.08
0.17
0.17
0.82
0.12
0.14
2004
2005
2006
29
HITS
2005
30
HMSP
2004
31
HMSP
INCO
2005
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
INDF
INDF
INDF
ISAT
ISAT
ISAT
MEDC
MEDC
MPPA
MYOR
PBRX
PTBA
PTBA
PTBA
PTRO
PTRO
2006
6.65
19.9
8
69.3
0
19.2
8
18.6
1
18.3
1
26.0
1
15.3
0
34.3
4
11.6
1
13.7
5
17.3
6
2004
7.75
1.55
1.39
0.02
0.01
2005
1.96
1.69
0.01
0.01
2006
8.88
16.7
2
5.91
4.62
-0.01
0.00
9.78
19.1
2
31.9
3
10.7
4
22.6
7
72.3
2
24.3
0
21.0
6
20.7
4
29.5
1
19.8
2
37.2
0
13.2
4
14.6
4
18.6
0
10.7
2
12.5
6
27.2
3
2004
7.16
0.08
0.32
1.66
0.14
9.36
2005
8.59
0.13
0.46
0.16
0.35
9.69
2006
2004
2005
2006
2004
2005
2006
2005
2006
2005
2005
8.89
14.6
5
16.3
6
0.1
5
0.6
8
0.9
8
0.9
6
0.5
4
0.4
0
0.9
6
0.9
5
0.6
1
0.4
6
0.9
4
0.4
4
0.3
8
0.4
4
0.5
0
0.4
9
0.5
0
0.4
4
0.5
0
0.9
0
0.4
2
0.0
5
0.9
7
0.5
0
0.5
0
0.8
2
0.9
7
2.9
5
4.2
3
2.7
4
2.8
8
4.1
3
2.9
8
2.9
5
3.7
5
3.8
2
3.9
5
4.4
9
2.9
0
2.9
6
3.1
3
3.7
6
3.7
4
3.8
3
3.5
3
3.5
5
2.9
8
3.9
1
2.5
8
3.1
8
3.2
6
3.5
5
3.6
0
3.8
5
cxiii
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
RIGS
RMBA
SMDR
SMGR
SMRA
SMRA
TBLA
TBLA
TCID
TCID
TINS
TLKM
TLKM
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TSPC
TSPC
TURI
UNSP
UNSP
UNSP
UNTR
UNTR
UNTR
UNVR
2006
2006
2006
2006
2005
2006
2004
2006
2004
2006
2006
2004
2005
2006
39.3
3
13.1
7
18.1
5
16.6
2
9.76
19.1
7
22.5
7
59.2
3
7.56
12.5
6
10.7
0
15.8
7
14.8
8
18.5
0
0.00
0.40
0.64
0.92
1.48
1.24
0.09
0.07
0.13
0.64
0.15
0.24
1.62
1.45
0.03
0.02
1.64
1.29
0.05
0.04
1.42
1.19
0.25
0.04
0.31
0.74
0.09
0.12
1.07
1.03
0.11
0.10
0.11
0.25
0.07
0.26
0.07
0.16
0.09
0.59
2.48
1.72
0.00
0.00
1.03
4.35
0.00
0.00
1.68
1.26
0.73
0.58
2.56
1.59
0.11
0.07
0.00
0.75
0.13
0.17
41.2
9
16.0
5
19.3
0
19.7
5
12.7
7
22.0
8
23.8
2
61.5
4
8.25
13.4
7
14.8
9
21.2
5
19.1
2
22.8
4
0.00
0.50
0.14
0.25
2.41
0.58
0.03
0.05
2.48
0.33
0.06
0.17
2006
4.73
20.5
0
10.5
4
38.5
7
14.8
6
2.01
0.58
0.81
0.12
5.78
21.3
8
13.6
1
41.6
2
18.3
7
2004
6.17
1.28
1.07
0.05
0.04
8.62
2004
7.56
0.68
0.88
0.08
0.09
2005
3.10
1.83
0.14
0.08
2006
8.36
13.0
8
9.57
4.09
0.04
0.01
2004
5.89
2.04
1.48
0.96
0.04
2005
9.97
20.0
8
17.1
5
2.42
1.55
0.18
0.12
2.43
1.58
0.98
0.05
1.43
1.27
0.13
0.10
9.30
13.5
0
26.7
9
10.4
1
14.2
4
25.1
2
20.0
8
2005
2004
2004
2005
2006
2004
0.7
9
0.9
2
0.4
0
0.5
0
0.9
6
0.9
8
0.2
9
0.2
0
0.9
8
0.9
5
0.9
5
0.5
0
0.5
5
0.1
8
0.2
4
0.5
0
0.5
5
0.4
5
0.9
4
0.9
6
0.1
5
0.1
8
0.2
0
0.1
4
0.3
0
0.4
0
1.0
9
3.0
0
3.4
9
3.8
2
4.5
6
2.8
8
3.0
7
2.3
0
2.3
8
3.6
0
3.8
4
3.6
5
4.0
0
3.7
7
4.0
0
3.7
8
2.3
1
3.8
8
2.9
5
3.7
5
4.0
3
2.4
9
2.6
2
2.9
9
3.3
6
3.5
7
3.8
6
3.5
2
cxiv
76
UNVR
2006
29.2
5
1.27
1.14
0.05
0.04
31.7
4
0.9
1
3.8
2
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan
variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar. 4.1
cxv
Hasil Uji
Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 4.1 tersebut Dari gambar grafik Normal P-P Plot
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
demikian berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
cxvi
Tabel. 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.660
.120
-.013
.005
-.267
t
30.621
-2.386
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.020
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, menunjukkan bahwa variabel independen
(IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi
masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin
sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan
semakin baik.
c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots) dibawah ini.
Gambar. 4. 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
cxvii
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
Berdasarkan gambar 4.2 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini
layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan
variabel independennya.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini,
pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson
cxviii
(DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW
berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat
autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 4.15
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.267a
.071
Adjusted
R Square
.059
Std. Error of
the Estimate
.52515
DurbinWatson
1.882
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.882. Hal ini
berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat
disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi.
2. Uji Signifikansi
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS)
terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan Tumbuh) mempunyai pengaruh
yang signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing
variabel independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara
simultan.
1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
cxix
signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat
signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel. 4.16
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1.570
20.408
21.977
df
1
74
75
Mean Square
1.570
.276
F
5.693
Sig.
.020a
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut :
H0 : Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
H1 : Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.020, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.693
dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4,
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian H1 diterima yang artinya secara signifikan variabel independen
(IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan).
2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
cxx
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan Tumbuh) adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam
uji t adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 .17
Hasil Uji t
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.660
.120
-.013
.005
-.267
t
30.621
-2.386
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.020
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen
(IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.020, angka signifikan ini lebih
kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan
kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel independen.
Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut:
cxxi
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.267a
.071
Adjusted
R Square
.059
Std. Error of
the Estimate
.52515
DurbinWatson
1.882
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan 4.18 tabel dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted
R Square) sebesar 0.059 atau 5.9 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (IOS), dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan
Tumbuh) sebesar 5.9 % dan sisanya sebesar 94.1 % dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar penelitian ini.
d. Uji Regresi Linier
Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis
regresi linier perusahaan tumbuh dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
Regresi Linier Perusahaan Tumbuh
Y1
= β0 + β1 XIOS + e
Nilai Perusahaan Tumbuh = 3.660 - 0.013 IOS + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa
jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y1 (Nilai
Perusahaan Tumbuh) adalah sebesar 3.660 satuan atau apabila tidak ada
cxxii
pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu
nilai perusahaan tumbuh (Y1) adalah sebesar 3.660 satuan.
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment
Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.013, hal ini menunjukkan
jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan
nilai perusahaan sebesar 0.013 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau
konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan
Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan
semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh.
3. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tidak Tumbuh
Untuk mengetahui perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada tabel
berikut dibawah ini :
Tabel 4.19
Perusahaan Tidak Tumbuh
No
1
2
3
4
5
Perusaha
an
ASGR
AUTO
BATA
CENT
CENT
Tah
un
MVEB
VE
MVAB
VA
CAPB
VA
CAPM
VA
2004
PE
R
11.5
6
0.65
0.80
-0.21
-0.02
IOS
12.7
8
2006
8.08
0.10
0.44
0.03
0.06
8.71
2006
9.03
20.7
1
15.0
0.07
0.35
0.00
0.00
0.00
0.00
0.09
0.08
-0.02
-0.03
-0.26
-0.35
9.45
20.5
2
14.7
2004
2005
DP
R
0.8
2
0.1
6
0.2
2
0.1
0.5
NP
2.5
1
3.4
7
4.1
5
2.1
6
3.9
cxxiii
0
6
7
8
9
10
CENT
CLPI
CLPI
CTBN
CTBN
2006
2004
9.17
22.6
7
15.7
8
46.1
1
2005
9.22
0.00
0.42
0.01
0.03
9.68
5.99
10.2
2
0.02
0.24
0.03
0.11
0.02
0.26
0.00
0.01
6.38
10.5
2
0.00
0.24
0.01
0.06
0.25
1.06
-0.02
-0.02
0.11
0.35
0.00
0.01
0.02
0.24
0.00
0.02
0.01
0.40
0.01
0.01
0.01
0.40
0.02
0.05
0.26
0.56
0.02
0.03
2006
8.43
12.2
5
14.6
6
15.5
2
13.0
7
12.9
7
11.8
6
19.4
7
0.17
0.50
0.02
0.04
8.75
13.5
4
15.1
3
15.7
9
13.5
0
13.4
5
12.7
3
20.2
0
2004
2005
11
DLTA
2004
12
DLTA
2005
13
DLTA
EKAD
2006
14
15
16
17
18
19
20
EKAD
EKAD
FAST
FAST
GGRM
GGRM
0
2004
2005
2006
2004
2005
2005
0.05
0.11
-0.07
-0.61
0.07
0.41
-0.01
-0.04
0.17
0.55
0.00
-0.01
0.00
0.16
-0.02
-0.12
8.65
23.1
0
16.4
8
46.1
4
21
GMTD
2004
6.75
0.04
0.74
0.00
0.00
7.53
22
GMTD
2005
5.61
0.00
0.72
0.00
0.00
6.32
23
GMTD
HEXA
2006
5.78
0.00
0.70
0.00
0.00
6.48
2004
2.01
1.45
-0.01
-0.94
25
HITS
2006
0.00
0.45
-0.11
-0.24
26
HMSP
INCO
2006
5.65
14.0
3
12.0
5
0.03
0.56
0.00
0.00
8.15
14.1
4
12.6
4
2004
4.63
0.17
0.40
0.00
0.01
5.21
2005
4.94
28.8
9
15.0
7
17.3
8
14.6
0.19
0.37
0.00
0.01
0.11
0.61
0.03
0.04
0.03
0.59
0.03
0.05
0.01
0.19
0.57
0.43
0.04
0.00
0.06
0.00
5.51
29.6
7
15.7
7
18.0
6
15.2
24
27
28
29
30
31
32
INCO
INDR
INDR
INDR
KAEF
2004
2005
2006
2004
0.5
8
0.3
0.1
5
1.3
6
0.7
5
0.1
4
0.2
0.4
8
0.5
0.5
4
0.2
9
0.2
2
0.2
2
0.5
1
0.4
8
0.2
9
0.2
8
0.2
5
0.4
0.2
8
0.1
8
0.4
1
0.3
7
0.2
6
0.4
8
0.5
1
0.3
5
2.0
4
2.6
8
2.6
1
3.9
3.9
3
4.1
6
4.5
6
4.3
6
2.3
9
3.5
3
2.2
3.0
2
3.0
8
4.0
7
4.0
1
3.6
3
2.5
6
2.6
2
4.4
9
3
3.9
9
4.0
6
4.1
2
2.7
9
2.6
7
2.6
8
3.3
cxxiv
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
KAEF
KAEF
LION
LION
LION
LMSH
LMSH
LMSH
MERK
MERK
MERK
MPPA
MYOR
MYOR
PBRX
PBRX
PLIN
PLIN
PNSE
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SCMA
SCMA
SMDR
SMDR
0.11
0.36
0.00
0.00
2006
4
15.2
4
20.8
3
0.08
0.37
-0.01
-0.01
6
15.7
0
21.2
6
2004
3.75
0.03
0.20
0.02
0.09
4.10
2005
5.47
0.04
0.22
-0.01
-0.05
5.66
2006
5.54
0.00
0.21
0.00
0.02
5.78
2004
2.66
0.04
0.61
0.00
-0.03
3.27
2005
4.44
0.01
0.50
-0.02
-0.05
4.88
2006
6.12
0.04
0.22
0.01
0.02
6.42
2004
8.92
0.23
0.41
0.02
0.04
9.61
2005
9.43
10.3
5
12.4
1
10.8
1
13.2
7
18.1
8
16.2
2
19.1
7
18.0
4
10.1
8
17.4
0
11.1
5
0.10
0.26
-0.01
-0.04
0.17
0.30
0.00
-0.01
0.16
0.61
0.01
0.02
0.25
0.49
0.01
0.02
0.58
0.74
0.00
0.00
1.15
1.10
-0.21
-0.19
0.34
0.81
-0.28
-0.35
0.17
0.47
0.03
0.06
0.11
0.37
0.03
0.07
0.00
0.67
0.00
0.00
0.28
0.53
-0.02
-0.03
0.80
0.81
-0.04
-0.29
1.00
0.52
-0.02
-0.04
0.23
0.51
0.00
0.00
0.51
0.70
0.01
0.02
0.04
0.40
-0.01
0.01
9.74
10.8
1
13.2
1
11.5
7
14.5
9
20.0
2
16.7
5
19.9
0
18.6
2
10.8
5
18.1
6
12.4
3
10.5
3
26.2
4
19.7
7
21.3
9
0.01
0.21
0.55
0.63
-0.03
0.02
-0.06
0.03
3.52
4.40
2005
2006
2004
2004
2006
2004
2005
2004
2005
2006
2004
2005
2004
2006
9.07
25.4
9
18.5
3
20.9
5
2004
2005
3.06
3.51
2004
2005
0.3
0.3
0.2
2
0.2
7
0.2
5
0.0
7
0.0
9
0.0
1
1.1
0.5
4
0.5
2
0.3
0.2
3
0.2
9
0.3
1
0.0
9
1.8
4
1.9
4
0.5
1
0.1
3
0.6
8
0.2
1
2.1
1
1.4
5
0.2
1
0.2
4
0.9
1
3.1
6
2.2
2
3.2
3
3.3
3.3
4
3.1
8
3.2
8
3.2
3
4.3
6
4.3
9
4.6
2.7
6
3.0
8
3.2
1
2.6
1
2.5
7
3.7
6
3.7
6
2.8
5
2.8
9
3
3.0
4
2.8
6
2.8
1
2.9
3.5
7
3.8
cxxv
60
61
62
63
64
65
SMGR
SMGR
SMSM
SMSM
SMSM
SQBI
2005
21.0
8
10.3
3
2004
6.56
0.02
0.48
-0.01
0.02
7.08
2005
6.59
0.02
0.45
0.00
-0.02
7.05
2006
0.01
0.38
0.02
0.05
0.00
0.37
0.04
0.11
0.00
0.29
-0.03
-0.12
0.00
0.38
-0.01
-0.03
0.01
0.37
-0.04
-0.11
0.12
0.69
0.04
0.06
0.01
0.66
0.00
0.00
2005
6.87
12.2
9
23.9
6
15.5
1
12.6
5
51.9
0
82.6
5
12.9
8
0.01
0.70
-0.02
-0.03
2006
9.55
0.00
0.75
-0.01
-0.02
7.32
12.8
1
24.1
0
15.8
5
12.8
8
52.8
1
83.3
3
13.6
4
10.2
8
2006
4.10
16.1
1
44.5
9
22.6
4
0.00
0.69
-0.21
-0.21
0.02
0.53
0.00
0.01
0.10
0.79
0.01
0.01
0.99
0.10
0.04
0.04
2004
2006
66
SUMI
2004
67
SUMI
2005
68
SUMI
TBLA
2006
69
70
71
72
73
74
75
76
TGKA
TGKA
TGKA
TOTO
TRST
TURI
UNVR
2005
2004
2006
2006
2005
0.46
0.70
-0.05
-0.07
0.17
0.49
-0.03
-0.07
22.1
3
10.8
9
4.37
16.6
7
45.5
0
23.8
1
7
0.3
5
0.2
6
0.4
5
0.8
6
0.3
3
0.5
5
0.2
9
1.2
4
0.8
4
0.1
9
3.3
5
0.0
4
0.6
1
0.2
5
0.5
6
0.3
3
0.9
5
7
4.2
7
4.2
5
3.4
6
2.4
8
2.5
4
4.7
4
2.7
6
3.6
3
3.9
1
2.3
2.4
4
2.4
6
2.4
4
3.8
2
2.1
6
2.8
5
3.6
3
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
cxxvi
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan
variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 4.3 grafik Normal P-P Plot tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian
berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
cxxvii
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolinieritas
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.516
.128
-.016
.007
-.272
t
27.562
-2.436
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.017
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen
(IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0.
Dengan demikian dapat diisimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi
masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin
sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan
semakin baik.
c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
cxxviii
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots) dibawah ini.
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-6
-4
-2
0
Regression Standardized Predicted Value
Berdasarkan gambar 4.4 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini
layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan
variabel independennya.
d. Uji Autokorelasi
cxxix
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini,
pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson
(DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW
berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat
autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.21
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.272a
.074
Adjusted
R Square
.062
Std. Error of
the Estimate
.68900
DurbinWatson
1.768
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.768, hal ini
berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat
disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi.
2. Uji Signifikansi
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS)
terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) mempunyai pengaruh yang
signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing variabel
independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara simultan.
cxxx
1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat
signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.22
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2.817
35.130
37.946
df
1
74
75
Mean Square
2.817
.475
F
5.933
Sig.
.017a
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.017, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.933
dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4,
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak. Dengan demikian
hipotesis alternatif diterima yang artinya secara signifikan variabel independen
(IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan Tidak Tumbuh).
2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
cxxxi
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan)
adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.23
Hasil Uji t
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.516
.128
-.016
.007
-.272
t
27.562
-2.436
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.017
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.23 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen
(IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.017, angka signifikan ini lebih
kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan
cxxxii
kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variable independen.
Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.24
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.272a
.074
Adjusted
R Square
.062
Std. Error of
the Estimate
.68900
DurbinWatson
1.768
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted
R Square) sebesar 0.062 atau 6.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (IOS) dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan
Tidak Tumbuh ) sebesar 6.2 % dan sisanya sebesar 93.8 % dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
4. Uji Regresi Linier
Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis
regresi linier perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada persamaan sebagai
berikut:
Y2 = β0 + β1 XIOS + e
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = 3.516 - 0.016 IOS + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa
jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y2 (Nilai
Perusahaan Tidak Tumbuh) adalah sebesar 3.516 satuan atau apabila tidak ada
cxxxiii
pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu
nilai perusahaan tidak tumbuh (Y2) adalah sebesar 3.516 satuan.
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment
Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.016, hal ini menunjukkan
jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan
nilai perusahaan sebesar 0.016 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau
konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Tidak
Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan
semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh.
F. Analisis Jalur (Path Analysis)
Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah
suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung,
tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu
atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka
cxxxiv
pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS
mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian
IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari
kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan.
1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh
Untuk
model persamaan I untuk Perusahaan Tumbuh adalah sebagai
berikut:
DPR =
β1 IOS1 + Ñ” 1
DPR = - 0.006 IOS + Ñ” 1
Tabel. 4.25
Model Summary
Model
1
R
.241a
R Square
.058
Adjusted
R Square
.045
Std. Error of
the Estimate
.28968
a. Predictors: (Constant), IOS
Berdasarkan Tabel 4.25 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.058)2} = 0.887
menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel IOS adalah sebesar 88.7 % sedangkan pengaruh
sebesar 11.3 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Tabel 4.26
cxxxv
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.645
.066
-.006
.003
Standardized
Coefficients
Beta
-.241
t
9.788
-2.133
Sig.
.000
.036
a. Dependent Variable: DPR
Hasil tabel 4.26 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1)
sebesar -0.241 signifikan pada 0.036 yang berarti IOS mempengaruhi DPR.
Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS
dengan DPR.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh negatif dan
signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan
demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan penurunan
pembagian dividen kepada investor.
Model Persamaan II untuk perusahaan tumbuh adalah sebagai berikut:
Nilai Perusahaan Tumbuh = β1
IOS1 + β 1
DPR1 + Ñ” 1
Nilai Perusahaan Tumbuh = - 0.011 IOS + 0.272 DPR + Ñ” 1
Tabel 4.27
Model Summary
Model
1
R
.304a
R Square
.092
Adjusted
R Square
.068
Std. Error of
the Estimate
.52274
a. Predictors: (Constant), DPR, IOS
Tabel 4.28
cxxxvi
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
DPR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3.484
.180
-.011
.005
.272
.210
Standardized
Coefficients
Beta
-.231
.149
t
19.333
-2.014
1.298
Sig.
.000
.048
.198
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh
langsung ke nilai perusahaan tumbuh yaitu bernilai negatif -0.231 dan
signifikan pada 0.048 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding
terbalik dengan nilai perusahaan artinya
semakin besar Investment
Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tumbuh.
Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.231 dan kebijakan
dividen sebesar 0.149 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar
0.048 dan 0.198. Nilai standardized beta -0.231 merupakan nilai path (jalur)
P1 dan nilai standardized beta 0.149 merupakan nilai path (jalur) P3.
Besarnya nilai e2 = {(1-0.092)2} = 0.824 menunjukkan bahwa Nilai
perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel
IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 82.4 % sedangkan pengaruh sebesar
17.6 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2
dan Y dapat digambarkan sebagai berikut :
cxxxvii
Gambar 4.1
Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y
P1 = -0.231
Pelaksanaan IOS
(X1)
Sig = 0.048
Nilai Perusahaan
e2 = 0.824
Tumbuh (Y)
Sig = 0.036
Sig = 0.198
P2 = -0.241
P3 = 0.149
Kebijakan Dividen
(X2)
e1 = 0.887
Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel
intervening:
Pengaruh langsung independen ke dependen
= -0.231
Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = -0.036
Total pengaruh (korelasi independen ke dependen)
= -0.267
Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien
tidak langsungnya yaitu (-0.241 x 0.149) = -0.036 sehingga pengaruh tidak
langsungnya bernilai negatif sebesar -0.036 yang berarti hubungan
pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik dengan nilai
perusahaan tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menurunkan
pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai
perusahaan sebesar = -0.231+ (-0.241 x 0.149) = -0.267.
cxxxviii
Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil
analisis jalur untuk perusahaan tumbuh menyatakan bahwa pelaksanaan IOS
dapat berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan
kebijakan
dividen
sebagai
variabel
intervening
menunjukkan
tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai
perusahaan tumbuh.
2. Analisis Uji Variabel Intervening Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Model persamaan I untuk Perusahaan Tidak Tumbuh adalah sebagai
berikut:
DPR = β2 IOS2 + Ñ” 2
DPR = 0.024 IOS + Ñ” 2
Tabel 4.29
Model Summary
Model
1
R
.539a
R Square
.290
Adjusted
R Square
.281
Std. Error of
the Estimate
.45452
a. Predictors: (Constant), IOS
Berdasarkan Tabel 4.29 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.290)2} = 0.841
menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel IOS adalah sebesar 84.1 % sedangkan pengaruh
sebesar 15.9 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
cxxxix
Tabel 4.30
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.152
.084
.024
.004
Standardized
Coefficients
Beta
.539
t
1.804
5.502
Sig.
.075
.000
a. Dependent Variable: DPR
Hasil tabel 4.30 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1)
sebesar 0.539 signifikan pada 0.000 yang berarti IOS mempengaruhi DPR.
Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS
dengan DPR.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh positif dan
signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan
demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan peningkatan
pembagian dividen kepada investor.
Model Persamaan II untuk perusahaan tidak tumbuh adalah sebagai
berikut:
Y2 =
β2 IOS2 + β2 DPR2
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = - 0.024 DPR + 0.341 DPR
+ є2
+ є2
Tabel 4.31
Model Summary
Model
1
R
.348a
R Square
.121
Adjusted
R Square
.097
Std. Error of
the Estimate
.67598
a. Predictors: (Constant), DPR, IOS
cxl
Tabel 4.32
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
DPR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3.464
.128
-.024
.008
.341
.173
Standardized
Coefficients
Beta
-.411
.257
t
27.091
-3.153
1.970
Sig.
.000
.002
.053
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Pada tabel 4.32 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh
langsung ke nilai perusahaan tidak tumbuh yaitu bernilai negatif -0.411 dan
signifikan pada 0.002 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding
terbalik dengan nilai perusahaan semakin besar Investment Opportunity Set
(IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh
Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.411 dan kebijakan
dividen sebesar 0.257 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar
0.002 dan 0.053. Nilai standardized beta -0.411 merupakan nilai path (jalur)
P1 dan nilai standardized beta 0.257 merupakan nilai path (jalur) P3.
Besarnya nilai e2 = {(1-0.121)2} = 0.773 menunjukkan bahwa Nilai
perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel
IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 77.3 % sedangkan pengaruh sebesar
22.7 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2
dan Y dapat digambarkan sebagai berikut :
cxli
Gambar 4.1
Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y
P1 = -0.411
Pelaksanaan IOS
(X1)
Sig = 0.002
Nilai Perusahaan
Tumbuh (Y)
Sig = 0.000
e2 = 0.846
Sig = 0.053
P2 = 0.539
P3 = 0.257
Kebijakan Dividen
(X2)
e1 = 0.567
Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel
intervening:
Pengaruh langsung independen ke dependen
= - 0.411
Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = 0.138
Total pengaruh (korelasi independen ke dependen)
= - 0.273
Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien
tidak langsungnya yaitu (0.539 x 0.257) = 0.138 sehingga pengaruh tidak
langsungnya bernilai positif sebesar 0.138 yang berarti hubungan pelaksanaan
IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus dengan nilai perusahaan tidak
tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menaikan pembagian dividen
untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai
perusahaan sebesar = -0.411 + (0.539 x 0.257) = -0.273.
cxlii
Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil
analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa
pelaksanaan IOS berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tidak
tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai
perusahaan.
cxliii
G. Interpretasi
Berdasarkan pada hasil pembahasan yang telah dilakukan di atas,
penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Investment Opportunity Set (IOS) dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. tumbuh dan tidak tumbuh.. Akan tetapi untuk perusahaan
tumbuh dan tidak tumbuh menunjukkan koefisien Investment Opportunity
Set (IOS) bertanda negatif, maka dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan
Tumbuh dan Tidak Tumbuh, artinya semakin besar Investment
Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan
Tumbuh dan juga Perusahaan Tidak Tumbuh. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) meskipun berbeda
sampel. Tetapi penelitian ini juga menunjukkan hasi yang berbeda dengan
penelitian
yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005)
yang
menunjukkan tiap-tiap proksi IOS menunjukkan korelasi positif terhadap
semua realisasi unsur pertumbuhan. Kemungkinan perbedaan ini karena
nilai perusahaan dikorelasikan dengan satu per satu proksi IOS. Menurut
Fama (1978) nilai perusahaan hanya ditentukan oleh keputusan investasi.
Menurut Modigliani dan Miller (1958), keputusan investasi sangatlah
penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan
melalui kegiatan investasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
efek langsung dari keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
cxliv
merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi melalui pemilihan
proyek atau kebijakan lain yang lebih efisien (Myers,1976).
2. Hasil Analisis Jalur
(Path
Analysis) untuk perusahaan tumbuh
menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara langsung
terhadap nilai perusahaan dan juga berpengaruh negatif secara tidak
langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan. IOS berpengaruh
negatif secara langsung berarti Perusahaan yang melakukan IOS akan
menurunkan nilai perusahaan. Sedangkan IOS berpengaruh negatif secara
tidak langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa
hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik
dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan
IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan Nilai
perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel
maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tumbuh secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS dapat berpengaruh langsung
terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai
variabel intervening menunjukkan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan tumbuh.
Sedangkan hasil analisis jalur (Path Analysis) untuk perusahaan tidak
tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara
langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh dan juga berpengaruh
positif secara tidak langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai
perusahaan tidak tumbuh. IOS berpengaruh negatif secara langsung
cxlv
menunjukkan perusahaan yang melaksanakan IOS akan menurunkan nilai
perusahaan tumbuh. Sedangkan IOS berpengaruh positif secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa
hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus
dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan
IOS akan menaikkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel
maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh secara
keseluruhan menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS berpengaruh langsung
terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan.
Hasil penelitian analisis
jalur
ini sejalan
dengan penelitian
Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) yang menyatakan bahwa untuk
perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif
secara langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga
berpengaruh negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai
perusahaan. Tetapi berbeda untuk perusahaan tidak tumbuh yang
menyatakan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara langsung
terhadap perusahaan tidak tumbuh dan berpengaruh negatif secara tidak
langsung terhadap perusahaan tidak tumbuh.
Berdasarkan hasil penelitan analisis jalur di atas maka untuk
perusahaan tumbuh sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan
cxlvi
Majluf 1984, dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable
memiliki dorongan membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka
memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek
investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen
dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi
rencana investasinya. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan
oleh Isnaeni Rokhayati (2005), Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan
Muh. Yusuf Ariyanto (2005), Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto
Bartono M (2002) bahwa Perusahaan yang tumbuh membagikan dividen
yang lebih kecil dari pada perusahaan yang tidak tumbuh.
Sedangkan untuk perusahaan tidak tumbuh sesuai dengan Hipotesis
sinyal (signaling hypothesis) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang
berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock
1985, dalam Hartono). Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas
informasi antara manajer dan investor, maka perusahaan yang memiliki
disparitas informasi besar, yaitu perusahaan yang memiliki pilihan
pertumbuhan kecil, akan membayar dividen lebih tinggi sebagai sinyal
bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979, dalam Smith & Watts
1992).
cxlvii
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Hasil ini merupakan hasil dari pengujian data dengan menggunakan
bantuan Program Statical Package for Social Science (SPSS) versi 15.0 for
windows. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang
merupakan jawaban dari perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan tumbuh
2. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh.
3. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tumbuh yang melakukan
IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
4. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tidak tumbuh yang
melakukan
IOS
akan
meningkatkan
pembagian
dividen
untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
cxlviii
B. Saran
1. Masih banyak variabel yang dapat dijadikan sebagai proksi IOS yang
belum masuk sehingga mempengaruhi hasil analisis dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya mengaitkan IOS dengan kebijakan dividen dan nilai
perusahaan. saja. Selain itu sebenarnya ada faktor lain yang dapat
dijadikan variabel lagi seperti kebijakan pendanaan, ukuran perusahaan
dan lain-lain.
3. Periode pengamatan yang relatif pendek, yaitu tiga tahun selanjutnya dapat
diteliti dengan periode lebih panjang lagi.
4. Untuk mengintervensi sebaiknya penelitian ini selanjutnya dapat
menggunakan analisis logit yang mengarah ke arah probability.
cxlix
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya :
1. Adanya pengaruh yang signifikan yang terjadi antara Investment
Opportunity Set (IOS) dengan nilai perusahaan, diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat membantu pihak perusahaan dalam mengambil
keputusan perusahaan. karena untuk meningkatkan nilai perusahaan
dituntut
untuk
tumbuh.
Pertumbuhan
dapat
diwujudkan
dengan
menggunakan kesempatan yang baik, karena perusahaan merupakan
sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan (asset in place) dengan
pilihan investasi dimasa yang akan datang (Myers).
2. Khususnya dengan adanya Investment
Opportunity Set (IOS) dan
kebijakan dividen dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan dan
memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena setiap investor
menginginkan prospek yang baik bagi perusahaannya dimasa yang akan
datang.
3. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian
selanjutnya guna menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang
berkaitan dengan IOS dan Kebijakan dividen.
cl
DAFTAR PUSTAKA
.
A. Fauzi, Johan Arifin, M. Fakhrudin, “Aplikasi Excel Dalam Finansial Terapan”,
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.
Akhtaruddin, M. & Hossian, M, “Investment opportunity set, ownership control
and voluntary disclosures in Maylaysia”, JOAAG, Vol. 3, No. 2, 2008.
Anggarwal, Raj dan NyoNyo Aung Kyaw, “Leverage, Investment Opportunities,
and Firm Value: A Global Perspective on the Influence of Financial
Development”, Januari 2006.
Brigham, Gapenski and Daves, “Intermediate Financial Management” Sixth
Edition, The Dryden Press, 1999.
Fabozzi, Frank J, “Manajement Investasi”, Prentice-Hall, Inc. A, 1995.
Fanani, Zaenal, “Manajemen Laba: Bukti Dari Set Kesempatan Investasi, Utang,
Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar yang Sedang
Berkembang”, Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 2006.
Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono, “Set Kesempatan Investasi: Konstruksi
Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan
Dividen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.1, Hal.35-63, 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Undip,
2001.
Hakim, Lukman, “Relevance Level Analysis Dividend Yield, Price Earning Ratio,
Stock Return of Share Next The Risk Premium Towards Investment
Opportunity Set (IOS)”, Program Pasca Sarjana UPI YAI.
cli
Hamzah, Ardi, “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas,
dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Tahun 2001-2005)”, Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo, Madura.
Hartono, Jogiyanto, “Teori Portfolio dan Analisis Investasi”, BPFE, Yogyakarta,
1999.
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPPAMP
YKPN, Yogyakarta, 2001.
Husnan, Suad, “Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapannya”, Buku I, Edisi
12, BPFE, Yogyakarta, 1992.
Husnan Suad dan E. Pudjiastuti, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” Edisi
Pertama, UPP AMP YKPN” 1994.
Indarti, Kentris MG dan Ariyanto, M. Yusuf, “Analisis Kebijakan Dividen,
Pendanaan, dan Asimetri Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak
Tumbuh”, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.12, No.1, Hal 115-133, Maret
2005.
Norpratiwi, Agustini M.V, “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham” , STIE YKPN, Jogjakarta
Pagalung, Gagaring, “Analisis Simultan Antara Set Kesempatan Investasi dengan
Leverage Keuangan Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Ekonomi
STEI No.3/Th. XII/22/Juli-September 2003: (p.23-39)
Riduwan, “Dasar-Dasar Statistik”, Bandung, Alfabeta, 2006.
Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analisis)”, Alfabeta, Bandung, 2008.
clii
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat,
BPFE, Yogyakarta, 1995.
Rokhayati, Isnaeni, “Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (IOS)
dengan Realisasi Pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang
Tumbuh dan Tidak Tumbuh terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen
di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal SMART, Vol 1 No. 2 (p.41-60), Januari
2005.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat”, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2001.
Sartono Agus, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan spss”, Yogyakarta,
2006.
Sinarahardja, dan Yuningsih I, “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh
Dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Telaah Manajemen, Vol. 1,
No. 2, Hal 79-102, Program Magister, Universitas Budi Luhur, Jakarta,
November 2006.
Smith Clifford W dan Ross L Watts, “The Investment Opportunity Set and
Corporates Policy Choice”, University of Rochester Library, Maret 1986.
Soemartini, “Principal Component Analysis (PCA) Sebagai Salah Satu Metode
Untuk Mengatasi Masalah Multikoliniearitas”, Jurusan Statistika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, 2008.
cliii
Suharli, Michell, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
terhadap Kebijkan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel
Penguat”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 9, No.1, Hal 9-17, Mei
2007.
Supranto J, “Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi”, Rineka Cipta, Jakarta,
2004.
Susilowati Y, “Hubungan Antara Peluang Investasi Dengan Arus Kas, Kebijakan
Pendanaan Dan Dividen”, Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 2 No.1, Hal 24-31,
April 2003.
Utami, Sih Widhi, “Asosiasi IOS dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan
Dividen, dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham”, Simposium
Nasional Akuntansi, IAI, 2006.
Wahyu Winarno, Wing, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2007.
Weston, J.F. and E.F. Brigham, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Erlangga,
Jakarta, 1990.
www.google.co.id
www.jsx.co.id.
cliv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Output SPSS Analisis Faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity
.509
Approx. Chi-Square 146.303
df
10
Sig.
.000
Anti-image Matrices
Anti-image CovariancePER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Anti-image CorrelationPER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
PER
MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA
.998
-.018
.002
-.002
.026
-.018
.496
-.351
-.039
-.010
.002
-.351
.497
.011
-.022
-.002
-.039
.011
.908
-.265
.026
-.010
-.022
-.265
.908
.587a
-.025
.003
-.003
.027
-.025
.506a
-.706
-.058
-.015
.003
-.706
.505a
.016
-.033
-.003
-.058
.016
.525a
-.292
.027
-.015
-.033
-.292
.533a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Initial
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Extraction
.019
.852
.852
.641
.646
Extraction Method: Principal Component Analysis.
clv
Rotated Component Matrixa
Component
1
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
.082
.923
.923
.064
.070
2
-.111
.029
.006
.798
.801
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.
Total Variance Explained
Rotation Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
ComponentTotal % of Variance
Cumulative % Total % of Variance
Cumulative % Total % of Variance
Cumulative %
1
1.755
35.103
35.103 1.755
35.103
35.103 1.719
34.374
34.374
2
1.254
25.083
60.185 1.254
25.083
60.185 1.291
25.811
60.185
3
.997
19.931
80.116
4
.704
14.070
94.186
5
.291
5.814 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
clvi
Lampiran 2
Sampel Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kode
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
Emiten
Astra Agro Lestari
Adhi Karya
AKR Corporindo
Aneka Tambang
Astra Graphia
Astra International
Astra Otoparts
Sepatu Bata
Berlian Laju Tanker
Bumi Resources
Centrin Online
Colorpak Indonesia
Citra Tubindo
Delta Djakarta
Ekadharma International
Enseval Putra Megatrading
Fast Food Indonesia
Gudang Garam
Gowa Makassar Tourism Development
Hexindo Adiperkasa
Humpuss Intermoda Transportasi
Hanjaya Mandala Sampoerna
International Nickel Indonesia
Indofood Sukses Makmur
Indorama Syenthetic
Indosat
Kimia Farma
Lion Metal Works
Lion Mesh Prima
Lautan Luas
Medco Energi International
Merck Indonesia
Multi Bintang Indonesia
Matahari Putra Prima
Mayora Indah
clvii
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
PBRX
PLIN
PNSE
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
PAN Brothers
Plaza Indonesia Realty
Pudjiadi & Sons Estate
Tambang Batu Bara Bukit Asam
Petrosea
Ramayana Lestari Sentosa
RIG Tenders
Bentoel Internasional Investama
Surya Citra Media
Samudera Indonesia
Semen Gresik
Summarecon Agung
Selamat Sempurna
Sumi Indo Kabel
Bristol Myers Squibb Indonesia
Tunas Baru Lampung
Mandom Indonesia
Tiga Raksa Satria
Timah International
Telekomunikasi Indonesia
Surya Toto Indonesia
Trias Sentosa
Tempo Scan Pacific
Tunas Ridean
Bakrie Sumatera Plantation
United Tractors
Unilever Indonesia
clviii
Lampiran 3
Proksi-Proksi IOS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Perusahaan
Tahun
MVABVA
MVEBVE
CAPBVA
CAPMVA
PER
AALI
AALI
AALI
ADHI
ADHI
ADHI
2004
1.5564
1.9276
0.0403
0.0257
6.0900
9.6400
2005
1.1173
1.1427
0.0724
0.0648
9.7600
12.1572
2006
1.3503
1.1446
0.0715
0.0529
25.2000
27.8193
2004
2.5674
6.7655
0.0791
0.1348
17.2500
26.7968
2005
1.6288
5.0931
0.2338
0.1435
16.6400
23.7392
2006
2.0055
7.5490
0.1588
0.0792
15.0800
24.8725
AKRA
AKRA
AKRA
ANTM
ANTM
ANTM
ASGR
ASGR
ASGR
ASII
ASII
ASII
2004
0.5836
0.1810
0.0501
0.0858
4.7100
5.6105
2005
0.7883
0.5699
0.0184
0.0233
7.7500
9.1499
2006
1.0291
1.0655
0.0922
0.0346
13.2900
15.5114
2004
1.1711
1.4171
0.4205
1.6555
4.0800
8.7442
2005
1.4460
1.9427
0.0207
0.1223
8.1000
11.6317
2006
2.0320
2.7570
-0.0657
-0.0323
9.8300
14.5210
2004
0.7967
0.6493
-0.2130
-0.0162
11.5600
12.7768
2005
1.2501
1.4554
0.0095
0.0076
12.0300
14.7526
2006
0.9125
0.8272
-0.0061
-0.0067
17.4000
19.1269
2004
1.2354
1.5591
0.0630
0.0510
7.1900
10.0985
2005
0.9874
0.9709
0.0627
0.0635
16.6400
18.7245
2006
1.2343
0.2034
0.0265
0.0214
15.0800
16.5656
AUTO
AUTO
AUTO
BATA
BATA
BATA
BLTA
BLTA
BLTA
BUMI
BUMI
BUMI
CENT
CENT
2004
0.6690
0.4234
0.0831
0.1242
6.5500
7.8497
2005
0.4839
0.1843
0.0447
0.0924
7.7300
8.5353
2006
0.4446
0.0980
0.0261
0.0587
8.0800
8.7074
2004
0.3693
0.0519
0.0125
0.8340
5.1900
6.4577
2005
0.4503
0.0466
0.0375
0.9833
7.5100
9.0277
2006
0.3502
0.0720
-0.0008
-0.0023
9.0300
9.4491
2004
2.7826
2.4308
0.1689
0.2158
11.9300
17.5281
2005
1.4436
2.7471
0.2873
0.1990
16.7000
21.3770
2006
2.4261
4.7374
0.0876
0.0361
28.0000
35.2872
2004
2.3659
13.8387
0.0131
0.0055
12.8100
29.0332
2005
1.9360
9.3250
0.0198
0.0102
12.0700
23.3610
2006
1.7446
6.1995
0.1002
0.0574
8.7000
16.8017
2004
0.0892
0.0002
-0.0231
-0.2593
20.7100
20.5170
2005
0.0769
0.0004
-0.0267
-0.3474
15.0000
14.7032
IOS
clix
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
CENT
CLPI
CLPI
CLPI
CTBN
CTBN
CTBN
2006
0.1083
0.0509
-0.0666
-0.6147
9.1700
8.6479
2004
0.4078
0.0704
-0.0145
-0.0356
22.6700
23.0981
2005
0.5482
0.1682
-0.0042
-0.0077
15.7800
16.4845
2006
1.0853
1.1751
-0.0052
-0.0047
39.1400
41.3905
2004
0.1613
0.0002
-0.0189
-0.1176
46.1100
46.1350
2005
0.4152
0.0042
0.0106
0.0256
9.2200
9.6756
2006
0.5805
0.1047
0.0415
0.6254
6.4400
7.7921
DLTA
DLTA
DLTA
EKAD
EKAD
EKAD
EPMT
EPMT
EPMT
FAST
FAST
FAST
GGRM
GGRM
GGRM
GMTD
GMTD
GMTD
HEXA
HEXA
HEXA
2004
0.2376
0.0181
0.0254
0.1069
5.9900
6.3780
2005
0.2618
0.0233
0.0030
0.0116
10.2200
10.5197
2006
0.2440
0.0036
0.0146
0.0600
8.4300
8.7522
2004
1.0642
0.2541
-0.0171
-0.0161
12.2500
13.5351
2005
0.3491
0.1073
0.0025
0.0072
14.6600
15.1261
2006
0.2380
0.0172
0.0037
0.0155
15.5200
15.7944
2004
1.0401
1.1153
0.2300
0.0222
7.0200
9.4276
2005
0.8729
0.6906
0.0953
0.0258
8.4100
10.0946
2006
0.8310
0.6779
0.0282
0.0340
7.0900
8.6611
2004
0.4003
0.0057
0.0057
0.0138
13.0700
13.4955
2005
0.3982
0.0065
0.0214
0.0538
12.9700
13.4499
2006
0.4085
0.0076
0.0522
0.1278
11.7800
12.3761
2004
0.6327
0.3793
0.0967
0.1530
14.5600
15.8217
2005
0.5630
0.2625
0.0175
0.0310
11.8600
12.7340
2006
0.4979
0.1707
0.0218
0.0437
19.4700
20.2041
2004
0.7434
0.0425
-0.0033
-0.0044
6.7500
7.5282
2005
0.7182
0.0013
-0.0023
-0.0032
5.6100
6.3240
2006
0.7006
0.0024
-0.0022
-0.0032
5.7800
6.4776
2004
1.4484
2.0075
-0.0136
-0.9386
5.6500
8.1537
2005
0.7417
0.1879
0.0889
1.2042
8.2500
10.4727
2006
0.8928
0.6266
0.1267
0.1420
19.1700
20.9581
HITS
HITS
HITS
HMSP
HMSP
HMSP
INCO
INCO
INCO
INDF
INDF
2004
0.8209
0.5099
0.0403
0.0491
8.6500
10.0702
2005
0.5480
0.0126
0.1149
0.2097
8.8900
9.7752
2006
0.4549
0.0041
-0.1078
-0.2369
14.0300
14.1443
2004
1.4855
2.1553
0.0168
0.8113
14.6500
19.1189
2005
4.5083
10.1509
0.0055
0.9013
16.3600
31.9260
2006
0.5645
0.0317
-0.0007
-0.0012
12.0500
12.6443
2004
0.4047
0.1673
0.0027
0.0067
4.6300
5.2114
2005
0.3662
0.1926
0.0026
0.0071
4.9400
5.5085
2006
3.6470
0.4339
0.0027
0.0048
6.6500
10.7384
2004
1.9701
0.6992
0.0119
0.0098
19.9800
22.6710
2005
1.2304
1.7907
0.0019
0.0015
69.3000
72.3245
clx
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
INDF
INDR
INDR
INDR
ISAT
ISAT
ISAT
KAEF
KAEF
KAEF
LION
LION
LION
LMSH
LMSH
LMSH
LTLS
LTLS
LTLS
MEDC
MEDC
MEDC
MERK
MERK
MERK
MLBI
MLBI
MLBI
MPPA
MPPA
MPPA
MYOR
MYOR
MYOR
PBRX
PBRX
PBRX
PLIN
PLIN
2006
1.3849
3.5966
0.0247
0.0179
19.2800
24.3041
2004
0.6051
0.1114
0.0251
0.0415
28.8900
29.6731
2005
0.5911
0.0285
0.0311
0.0525
15.0700
15.7732
2006
0.5732
0.0131
0.0355
0.0585
17.3800
18.0603
2004
1.1330
1.0631
0.1130
0.1411
18.6100
21.0602
2005
1.0521
1.1194
0.1318
0.1253
18.3100
20.7386
2006
1.4102
1.9236
0.0993
0.0704
26.0100
29.5135
2004
0.4346
0.1855
0.0007
0.0016
14.6400
15.2624
2005
0.3599
0.1071
-0.0013
-0.0035
15.2400
15.7022
2006
0.3666
0.0824
-0.0059
-0.0143
20.8300
21.2588
2004
0.2045
0.0316
0.0191
0.0935
3.7500
4.0987
2005
0.2159
0.0368
-0.0103
-0.0479
5.4700
5.6645
2006
0.2055
0.0044
0.0048
0.0237
5.5400
5.7784
2004
0.6087
0.0431
-0.0048
-0.0347
2.6600
3.2723
2005
0.5008
0.0078
-0.0232
-0.0470
4.4400
4.8784
2006
0.2245
0.0402
0.0105
0.0210
6.1200
6.4162
2004
0.7993
0.0004
0.0440
0.0550
5.5600
6.4587
2005
1.0096
0.0009
0.0207
0.0209
7.1400
8.1921
2006
0.7637
0.0001
0.0284
0.0372
10.6400
11.4694
2004
0.6196
0.2828
0.0296
0.0478
10.5400
11.5198
2005
0.6557
3.7560
0.0418
0.0638
15.3000
19.8173
2006
0.7096
1.9920
0.0646
0.0910
34.3400
37.1972
2004
0.4073
0.2285
0.0159
0.0392
8.9200
9.6109
2005
0.2554
0.0998
-0.0089
-0.0350
9.4300
9.7413
2006
0.3044
0.1651
-0.0026
-0.0086
10.3500
10.8083
2004
0.5297
0.0067
0.0578
0.1091
10.3800
11.0833
2005
0.6154
0.0290
0.1091
0.1132
12.1100
12.9767
2006
0.6806
0.0174
0.0595
0.0874
15.7500
16.5949
2004
0.6117
0.1602
0.0101
0.0166
12.4100
13.2086
2005
0.8036
0.5651
0.1169
0.1455
11.6100
13.2411
2006
0.7394
0.2715
0.0338
0.0457
13.4900
14.5804
2004
0.4913
0.2505
0.0074
0.0151
10.8100
11.5743
2005
0.4822
0.1554
0.0836
0.1735
13.7500
14.6447
2006
0.7361
0.5771
0.0035
0.0048
13.2700
14.5915
2004
1.0973
1.1541
-0.2132
-0.1943
18.1800
20.0239
2005
0.8143
0.3423
-0.2810
-0.3451
16.2200
16.7505
2006
0.8218
0.1656
0.1155
0.1405
17.3600
18.6034
2004
0.4741
0.1731
0.0277
0.0584
19.1700
19.9033
2005
0.3674
0.1099
0.0271
0.0737
18.0400
18.6181
clxi
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
PLIN
PNSE
PNSE
PNSE
PTBA
PTBA
PTBA
PTRO
PTRO
PTRO
RALS
RALS
RALS
RIGS
RIGS
RIGS
2006
0.3036
0.0035
0.0523
0.1723
25.1200
25.6517
2004
0.7028
0.0204
0.0447
0.0636
32.8100
33.6415
2005
0.6892
0.0007
0.0482
0.0699
37.8000
38.6080
2006
0.6688
0.0021
0.0015
0.0023
10.1800
10.8547
2004
1.3877
1.5474
0.0184
0.0132
7.7500
10.7167
2005
1.6946
1.9609
0.0142
0.0084
8.8800
12.5581
2006
4.6237
5.9059
-0.0132
-0.0028
16.7200
27.2336
2004
0.3223
0.0827
1.6583
0.1412
7.1600
9.3645
2005
0.4568
0.1340
0.1612
0.3529
8.5900
9.6949
2006
0.4995
0.1979
0.0614
0.1230
10.6800
11.5618
2004
0.5329
0.2787
-0.0177
-0.0333
17.4000
18.1606
2005
0.8313
0.7763
0.0393
0.0473
18.8400
20.5342
2006
1.0352
1.0458
0.0194
0.0187
19.6600
21.7791
2004
0.0484
0.0112
0.0817
0.2412
8.7200
9.1025
2005
0.8118
0.8038
-0.0389
-0.2946
11.1500
12.4321
2006
0.3979
0.0032
0.6415
0.9188
39.3300
41.2914
RMBA
RMBA
RMBA
SCMA
SCMA
SCMA
SMDR
SMDR
SMDR
SMGR
SMGR
SMGR
SMRA
SMRA
SMRA
SMSM
SMSM
SMSM
2004
0.5159
1.0026
-0.0206
-0.0401
9.0700
10.5278
2005
0.7589
1.2162
-0.0162
-0.0214
7.8800
9.8175
2006
1.2430
1.4791
0.0852
0.0685
13.1700
16.0458
2004
0.5100
0.2289
0.0021
0.0041
25.4900
26.2351
2005
0.7015
0.5139
0.0110
0.0157
18.5300
19.7721
2006
0.3965
0.0357
-0.0055
0.0139
20.9500
21.3906
2004
0.5520
0.0057
-0.0348
-0.0630
3.0600
3.5199
2005
0.6302
0.2090
0.0201
0.0317
3.5100
4.4010
2006
0.6399
0.1286
0.1507
0.2356
18.1500
19.3048
2004
0.7008
0.4572
-0.0462
-0.0659
21.0800
22.1259
2005
0.4900
0.1707
-0.0332
-0.0677
10.3300
10.8898
2006
1.4529
1.6173
0.0342
0.0235
16.6200
19.7479
2004
0.8414
0.6380
0.0373
0.0444
7.9600
9.5211
2005
1.2869
1.6391
0.0464
0.0361
9.7600
12.7685
2006
1.1889
1.4244
0.2514
0.0405
19.1700
22.0752
2004
0.4832
0.0197
-0.0118
0.0244
6.5600
7.0755
2005
0.4514
0.0182
0.0035
-0.0177
6.5900
7.0454
2006
0.3759
0.0084
0.0180
0.0481
6.8700
7.3204
SUMI
SUMI
SUMI
SQBI
SQBI
2004
0.2897
0.0020
-0.0342
-0.1182
23.9600
24.0993
2005
0.3839
0.0019
-0.0127
-0.0331
15.5100
15.8500
2006
0.3720
0.0069
-0.0402
-0.1081
12.6500
12.8806
2004
0.3358
0.8160
0.0346
0.1030
0.8400
2.1294
2005
0.3876
0.9019
0.0159
0.1341
44.1200
45.5595
clxii
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
SQBI
TBLA
TBLA
TBLA
TCID
TCID
TCID
TGKA
TGKA
TGKA
TINS
TINS
TINS
TLKM
TLKM
TLKM
TOTO
TOTO
TOTO
TRST
TRST
TRST
TSPC
TSPC
TSPC
TURI
TURI
TURI
UNSP
UNSP
UNSP
UNTR
UNTR
UNTR
UNVR
UNVR
UNVR
2006
0.3701
0.0008
0.0399
0.1079
12.2900
12.8087
2004
0.7398
0.3111
0.0867
0.1171
22.5700
23.8247
2005
0.6882
0.1160
0.0435
0.0632
51.9000
52.8109
2006
1.0291
1.0691
0.1057
0.1027
59.2300
61.5366
2004
0.2538
0.1137
0.0651
0.2568
7.5600
8.2494
2005
0.1915
0.0396
0.0527
0.2753
6.8900
7.4491
2006
0.1562
0.0655
0.0924
0.5915
12.5600
13.4656
2004
0.6618
0.0108
0.0013
0.0019
82.6500
83.3258
2005
0.6961
0.0074
-0.0183
-0.0263
12.9800
13.6389
2006
0.7540
0.0006
-0.0114
-0.0151
9.5500
10.2781
2004
1.0299
1.0479
0.0056
0.0055
20.7500
22.8389
2005
0.8761
0.7781
0.0199
0.0231
8.5200
10.2172
2006
1.7165
2.4795
-0.0025
-0.0015
10.7000
14.8920
2004
4.3469
1.0289
0.0034
0.0034
15.8700
21.2526
2005
1.2559
1.6832
0.7261
0.5781
14.8800
19.1233
2006
1.5906
2.5648
0.1148
0.0721
18.5000
22.8423
2004
0.8038
0.0426
0.0647
0.0858
11.1400
12.1369
2005
0.7461
0.0024
0.1286
0.1723
4.7300
5.7794
2006
0.6911
0.0005
-0.2070
-0.2140
4.1000
4.3706
2004
0.5003
0.0003
0.1371
0.2459
20.5000
21.3836
2005
0.5799
0.0772
0.0476
0.0821
25.0000
25.7868
2006
0.5272
0.0208
0.0044
0.0083
16.1100
16.6707
2004
0.5848
2.4074
0.0283
0.0484
10.5400
13.6089
2005
0.3330
2.4842
0.0570
0.1711
38.5700
41.6153
2006
0.5784
2.0055
0.8091
0.1157
14.8600
18.3687
2004
1.0744
1.2841
0.0462
0.0429
6.1700
8.6176
2005
0.8121
0.2456
0.0540
0.0531
6.7400
7.9048
2006
0.7887
0.1041
0.0081
0.0103
44.5900
45.5012
2004
0.8842
0.6812
0.0803
0.0905
7.5600
9.2962
2005
1.8262
3.0960
0.1418
0.0775
8.3600
13.5015
2006
4.0907
9.5726
0.0399
0.0097
13.0800
26.7929
2004
1.4760
2.0383
0.9610
0.0412
5.8900
10.4065
2005
1.5483
2.4201
0.1825
0.1178
9.9700
14.2387
2006
1.5843
2.4303
0.9785
0.0496
20.0800
25.1227
2004
1.2703
1.4312
0.1288
0.1014
17.1500
20.0817
2005
0.0995
0.9911
0.0383
0.0385
22.6400
23.8074
2006
1.1361
1.2658
0.0495
0.0435
29.2500
31.7449
clxiii
Lampiran 4
Dividend Payout Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Perusahaan
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
2004
0.4911
0.4999
0.3279
0.3500
0.8179
0.2771
0.2042
0.5561
0.1278
0.0801
0.1029
0.2960
1.3569
0.1448
0.5001
0.9812
0.2240
0.5374
0.2857
0.3951
0.0895
0.6057
0.4123
0.4372
0.2560
0.4991
0.2982
0.2208
0.0697
0.2554
0.4897
1.0958
0.2303
0.3023
0.2252
2005
0.6475
0.3001
0.3139
0.3400
0.9349
0.3264
0.2761
0.5182
0.1289
0.1588
0.5000
0.1480
0.7471
0.1987
0.5391
0.9561
0.2161
0.5091
0.2767
0.3952
0.9476
0.4595
0.3725
0.3808
0.4810
0.4926
0.3000
0.2734
0.0935
0.2529
0.4387
0.5435
1.1841
0.9038
0.4191
2006
0.1900
0.2000
0.3167
0.4000
0.1942
0.1636
0.1639
0.2192
0.1380
0.1547
0.5833
0.1997
0.6814
0.4809
0.2910
0.2725
0.1942
0.4773
0.2477
0.9621
0.2778
0.1801
0.9423
0.4428
0.5069
0.5000
0.2992
0.2520
0.0108
0.2103
0.5002
0.5177
0.7560
0.1753
0.2867
clxiv
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
PBRX
PLIN
PNSE
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
Rata-rata
0.3143
0.0423
0.8019
0.9742
0.8179
0.1347
0.5286
0.2061
2.1096
0.2446
0.3500
0.2294
0.4527
0.2916
0.0814
0.2944
0.9782
3.3507
0.4589
0.5000
0.3828
0.5000
0.5548
0.9608
0.1463
0.1422
1.0912
0.4997
0.0865
0.0396
0.5323
0.5009
0.9681
0.5117
0.6755
0.2919
1.4523
0.1672
0.2570
0.9613
0.8638
0.6443
1.5270
0.1948
0.3696
0.0448
0.4722
0.5520
0.2363
0.5000
0.4548
0.3323
0.1813
0.2985
0.9534
0.4846
0.0457
0.0285
0.5091
0.5000
0.2384
0.4950
0.7865
0.9287
0.2095
0.4036
0.5000
0.9816
0.3263
0.8414
0.5534
0.1986
0.9530
0.6076
0.9502
0.1775
0.2486
0.5555
0.9413
0.3330
0.2022
0.3985
0.9085
0.4228
clxv
Lampiran 5
Nilai Perusahaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Perusahaan
AALI
ADHI
AKRA
ANTM
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BLTA
BUMI
CENT
CLPI
CTBN
DLTA
EKAD
EPMT
FAST
GGRM
GMTD
HEXA
HITS
HMSP
INCO
INDF
INDR
ISAT
KAEF
LION
LMSH
LTLS
MEDC
MERK
MLBI
MPPA
MYOR
PBRX
PLIN
PNSE
2004
3.4914
2.8293
3.0607
3.2368
2.5051
3.9823
3.2844
4.1461
2.8451
2.9031
2.1614
3.6816
3.9031
4.1613
2.3891
2.7403
4.0212
4.1319
3.6284
3.4878
3.4624
3.8228
4.0626
2.9031
2.7959
3.7597
3.3117
3.2304
3.1832
2.5682
3.3170
4.3579
4.6284
2.7596
3.0792
2.6074
3.7558
2.9542
2005
3.6902
2.8573
3.1702
3.5533
2.4698
4.0086
3.4471
4.1613
3.0170
2.8808
3.9505
2.6074
3.9294
4.5563
3.5315
2.8751
3.0792
4.0663
2.5623
2.9827
3.7482
3.9494
4.1189
2.9590
2.6721
3.7443
3.1614
3.3010
3.2787
2.6812
3.5283
4.3856
4.6989
2.9823
3.9138
2.5740
3.7558
2.8512
2006
4.1004
2.9031
3.4353
3.9031
2.4843
4.1959
3.4661
4.1461
3.2405
2.9542
2.0414
2.9912
4.2304
4.3579
2.2041
2.8129
3.2601
4.0086
2.6232
2.9542
3.0043
3.9867
4.4914
3.1303
2.6812
3.8293
2.2175
3.3424
3.2304
3.6074
3.5502
4.6020
4.7403
2.9031
3.2095
2.5797
3.0414
3.8451
clxvi
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
PTBA
PTRO
RALS
RIGS
RMBA
SCMA
SMDR
SMGR
SMRA
SMSM
SUMI
SQBI
TBLA
TCID
TGKA
TINS
TLKM
TOTO
TRST
TSPC
TURI
UNSP
UNTR
UNVR
Rata-Rata
3.1832
3.6047
2.8893
2.9164
4.0414
2.8603
3.5740
4.2672
2.7958
3.4624
2.7596
4.5441
2.3617
3.6021
2.4393
3.6459
4.0043
3.7781
2.3117
3.8808
4.0293
2.4913
3.3569
3.5185
3.3463
3.2553
3.8451
2.9085
2.9956
2.1303
2.8061
3.8663
4.2504
2.8751
2.4843
3.6335
4.5911
3.3010
3.6128
2.4624
3.2601
3.7708
3.7781
2.1761
3.7520
2.8388
2.6180
3.5652
3.6309
3.3566
3.5471
3.7817
2.9395
3.0000
3.4913
2.9031
3.8228
4.5599
3.0682
2.5441
3.9138
4.7443
2.3802
3.8419
2.4393
3.6459
4.0043
3.8195
2.1613
2.9542
2.8512
2.9867
3.8612
3.8195
3.3772
clxvii
Lampiran 6
Perusahaan Tumbuh
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Perusahaan
Tahun
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
IOS
DPR
NP
AALI
AALI
AALI
ADHI
ADHI
ADHI
2004
6.09
1.93
1.56
0.04
0.03
9.64
0.49
3.49
2005
9.76
1.14
1.12
0.07
0.06
12.16
0.65
3.69
2006
25.20
1.14
1.35
0.07
0.05
27.82
0.19
4.10
2004
17.25
6.77
2.57
0.08
0.13
26.80
0.50
2.83
2005
16.64
5.09
1.63
0.23
0.14
23.74
0.30
2.86
2006
15.08
7.55
2.01
0.16
0.08
24.87
0.20
2.90
AKRA
ANTM
ANTM
ANTM
ASGR
ASII
ASII
2006
13.29
1.07
1.03
0.09
0.03
15.51
0.32
3.44
2004
4.08
1.42
1.17
0.42
1.66
8.74
0.35
3.24
2005
8.10
1.94
1.45
0.02
0.12
11.63
0.34
3.55
2006
9.83
2.76
2.03
-0.07
-0.03
14.52
0.40
3.90
2005
12.03
1.46
1.25
0.01
0.01
14.75
0.93
2.47
2004
7.19
1.56
1.24
0.06
0.05
10.10
0.28
3.98
2005
16.64
0.97
0.99
0.06
0.06
18.72
0.33
4.01
AUTO
BATA
BATA
BLTA
BLTA
BLTA
BUMI
BUMI
BUMI
CTBN
EPMT
EPMT
GGRM
HEXA
HEXA
HITS
HMSP
HMSP
INCO
INDF
2004
6.55
0.42
0.67
0.08
0.12
7.85
0.20
3.28
2004
5.19
0.05
0.37
0.01
0.83
6.46
0.56
4.15
2005
7.51
0.05
0.45
0.04
0.98
9.03
0.52
4.16
2004
11.93
2.43
2.78
0.17
0.22
17.53
0.13
2.85
2005
16.70
2.75
1.44
0.29
0.20
21.38
0.13
3.02
2006
28.00
4.74
2.43
0.09
0.04
35.29
0.14
3.24
2004
12.81
13.84
2.37
0.01
0.01
29.03
0.08
2.90
2005
12.07
9.33
1.94
0.02
0.01
23.36
0.16
2.88
2006
8.70
6.20
1.74
0.10
0.06
16.80
0.15
2.95
2006
6.44
0.10
0.58
0.04
0.63
7.79
0.68
4.23
2004
7.02
1.12
1.04
0.23
0.02
9.43
0.98
2.74
2005
8.41
0.69
0.87
0.10
0.03
10.09
0.96
2.88
2004
14.56
0.38
0.63
0.10
0.15
15.82
0.54
4.13
2005
8.25
0.19
0.74
0.09
1.20
10.47
0.40
2.98
2006
19.17
0.63
0.89
0.13
0.14
20.96
0.96
2.95
2005
8.89
0.01
0.55
0.11
0.21
9.78
0.95
3.75
2004
14.65
2.16
1.49
0.02
0.81
19.12
0.61
3.82
2005
16.36
10.15
4.51
0.01
0.90
31.93
0.46
3.95
2006
6.65
0.43
3.65
0.00
0.00
10.74
0.94
4.49
2004
19.98
0.70
1.97
0.01
0.01
22.67
0.44
2.90
clxviii
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
INDF
INDF
ISAT
ISAT
ISAT
MEDC
MEDC
MPPA
MYOR
PBRX
PTBA
PTBA
PTBA
PTRO
PTRO
RIGS
2005
69.30
1.79
1.23
0.00
0.00
72.32
0.38
2.96
2006
19.28
3.60
1.38
0.02
0.02
24.30
0.44
3.13
2004
18.61
1.06
1.13
0.11
0.14
21.06
0.50
3.76
2005
18.31
1.12
1.05
0.13
0.13
20.74
0.49
3.74
2006
26.01
1.92
1.41
0.10
0.07
29.51
0.50
3.83
2005
15.30
3.76
0.66
0.04
0.06
19.82
0.44
3.53
2006
34.34
1.99
0.71
0.06
0.09
37.20
0.50
3.55
2005
11.61
0.57
0.80
0.12
0.15
13.24
0.90
2.98
2005
13.75
0.16
0.48
0.08
0.17
14.64
0.42
3.91
2006
17.36
0.17
0.82
0.12
0.14
18.60
0.05
2.58
2004
7.75
1.55
1.39
0.02
0.01
10.72
0.97
3.18
2005
8.88
1.96
1.69
0.01
0.01
12.56
0.50
3.26
2006
16.72
5.91
4.62
-0.01
0.00
27.23
0.50
3.55
2004
7.16
0.08
0.32
1.66
0.14
9.36
0.82
3.60
2005
8.59
0.13
0.46
0.16
0.35
9.69
0.97
3.85
2006
39.33
0.00
0.40
0.64
0.92
41.29
0.79
3.00
RMBA
SMDR
SMGR
SMRA
SMRA
TBLA
TBLA
TCID
TCID
TINS
TLKM
TLKM
TLKM
TOTO
2006
13.17
1.48
1.24
0.09
0.07
16.05
0.92
3.49
2006
18.15
0.13
0.64
0.15
0.24
19.30
0.40
3.82
2006
16.62
1.62
1.45
0.03
0.02
19.75
0.50
4.56
2005
9.76
1.64
1.29
0.05
0.04
12.77
0.96
2.88
2006
19.17
1.42
1.19
0.25
0.04
22.08
0.98
3.07
2004
22.57
0.31
0.74
0.09
0.12
23.82
0.29
2.30
2006
59.23
1.07
1.03
0.11
0.10
61.54
0.20
2.38
2004
7.56
0.11
0.25
0.07
0.26
8.25
0.98
3.60
2006
12.56
0.07
0.16
0.09
0.59
13.47
0.95
3.84
2006
10.70
2.48
1.72
0.00
0.00
14.89
0.95
3.65
2004
15.87
1.03
4.35
0.00
0.00
21.25
0.50
4.00
2005
14.88
1.68
1.26
0.73
0.58
19.12
0.55
3.77
2006
18.50
2.56
1.59
0.11
0.07
22.84
0.18
4.00
2005
4.73
0.00
0.75
0.13
0.17
5.78
0.24
3.78
TRST
TSPC
TSPC
TSPC
TURI
UNSP
UNSP
UNSP
UNTR
2004
20.50
0.00
0.50
0.14
0.25
21.38
0.50
2.31
2004
10.54
2.41
0.58
0.03
0.05
13.61
0.55
3.88
2005
38.57
2.48
0.33
0.06
0.17
41.62
0.45
2.95
2006
14.86
2.01
0.58
0.81
0.12
18.37
0.94
3.75
2004
6.17
1.28
1.07
0.05
0.04
8.62
0.96
4.03
2004
7.56
0.68
0.88
0.08
0.09
9.30
0.15
2.49
2005
8.36
3.10
1.83
0.14
0.08
13.50
0.18
2.62
2006
13.08
9.57
4.09
0.04
0.01
26.79
0.20
2.99
2004
5.89
2.04
1.48
0.96
0.04
10.41
0.14
3.36
clxix
UNTR
74 UNTR
75 UNVR
76 UNVR
Lampiran 7
2005
9.97
2.42
1.55
0.18
0.12
14.24
0.30
3.57
2006
20.08
2.43
1.58
0.98
0.05
25.12
0.40
3.86
2004
17.15
1.43
1.27
0.13
0.10
20.08
1.09
3.52
2006
29.25
1.27
1.14
0.05
0.04
31.74
0.91
3.82
No
Perusahaan
Tahun
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
IOS
DPR
NP
1
ASGR
2004
11.56
0.65
0.80
-0.21
-0.02
12.78
0.82
2.51
2
AUTO
BATA
CENT
CENT
CENT
CLPI
CLPI
CTBN
CTBN
2006
8.08
0.10
0.44
0.03
0.06
8.71
0.16
3.47
2006
9.03
0.07
0.35
0.00
0.00
9.45
0.22
4.15
2004
20.71
0.00
0.09
-0.02
-0.26
20.52
0.1
2.16
2005
15.00
0.00
0.08
-0.03
-0.35
14.70
0.5
3.95
2006
9.17
0.05
0.11
-0.07
-0.61
8.65
0.58
2.04
2004
22.67
0.07
0.41
-0.01
-0.04
23.10
0.3
2.68
2005
15.78
0.17
0.55
0.00
-0.01
16.48
0.15
2.61
2004
46.11
0.00
0.16
-0.02
-0.12
46.14
1.36
3.9
2005
9.22
0.00
0.42
0.01
0.03
9.68
0.75
3.93
DLTA
DLTA
DLTA
EKAD
EKAD
EKAD
FAST
FAST
GGRM
GGRM
2004
5.99
0.02
0.24
0.03
0.11
6.38
0.14
4.16
2005
10.22
0.02
0.26
0.00
0.01
10.52
0.2
4.56
2006
8.43
0.00
0.24
0.01
0.06
8.75
0.48
4.36
2004
12.25
0.25
1.06
-0.02
-0.02
13.54
0.5
2.39
2005
14.66
0.11
0.35
0.00
0.01
15.13
0.54
3.53
2006
15.52
0.02
0.24
0.00
0.02
15.79
0.29
2.2
2004
13.07
0.01
0.40
0.01
0.01
13.50
0.22
3.02
2005
12.97
0.01
0.40
0.02
0.05
13.45
0.22
3.08
2005
11.86
0.26
0.56
0.02
0.03
12.73
0.51
4.07
2006
19.47
0.17
0.50
0.02
0.04
20.20
0.48
4.01
21
GMTD
GMTD
23 GMTD
24 HEXA
2004
6.75
0.04
0.74
0.00
0.00
7.53
0.29
3.63
22
2005
5.61
0.00
0.72
0.00
0.00
6.32
0.28
2.56
2006
5.78
0.00
0.70
0.00
0.00
6.48
0.25
2.62
2004
5.65
2.01
1.45
-0.01
-0.94
8.15
0.4
4.49
HITS
HMSP
INCO
INCO
INDR
INDR
INDR
KAEF
KAEF
2006
14.03
0.00
0.45
-0.11
-0.24
14.14
0.28
3
2006
12.05
0.03
0.56
0.00
0.00
12.64
0.18
3.99
2004
4.63
0.17
0.40
0.00
0.01
5.21
0.41
4.06
2005
4.94
0.19
0.37
0.00
0.01
5.51
0.37
4.12
2004
28.89
0.11
0.61
0.03
0.04
29.67
0.26
2.79
2005
15.07
0.03
0.59
0.03
0.05
15.77
0.48
2.67
2006
17.38
0.01
0.57
0.04
0.06
18.06
0.51
2.68
2004
14.64
0.19
0.43
0.00
0.00
15.26
0.3
3.31
2005
15.24
0.11
0.36
0.00
0.00
15.70
0.3
3.16
73
Perusahaan tidak tumbuh
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
25
26
27
28
29
30
31
32
33
clxx
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
KAEF
LION
LION
LION
LMSH
LMSH
LMSH
MERK
MERK
MERK
MPPA
MYOR
MYOR
PBRX
PBRX
PLIN
PLIN
PNSE
RALS
RIGS
2006
20.83
0.08
0.37
-0.01
-0.01
21.26
0.3
2.22
2004
3.75
0.03
0.20
0.02
0.09
4.10
0.22
3.23
2005
5.47
0.04
0.22
-0.01
-0.05
5.66
0.27
3.3
2006
5.54
0.00
0.21
0.00
0.02
5.78
0.25
3.34
2004
2.66
0.04
0.61
0.00
-0.03
3.27
0.07
3.18
2005
4.44
0.01
0.50
-0.02
-0.05
4.88
0.09
3.28
2006
6.12
0.04
0.22
0.01
0.02
6.42
0.01
3.23
2004
8.92
0.23
0.41
0.02
0.04
9.61
1.1
4.36
2005
9.43
0.10
0.26
-0.01
-0.04
9.74
0.54
4.39
2006
10.35
0.17
0.30
0.00
-0.01
10.81
0.52
4.6
2004
12.41
0.16
0.61
0.01
0.02
13.21
0.3
2.76
2004
10.81
0.25
0.49
0.01
0.02
11.57
0.23
3.08
2006
13.27
0.58
0.74
0.00
0.00
14.59
0.29
3.21
2004
18.18
1.15
1.10
-0.21
-0.19
20.02
0.31
2.61
2005
16.22
0.34
0.81
-0.28
-0.35
16.75
0.09
2.57
2004
19.17
0.17
0.47
0.03
0.06
19.90
1.84
3.76
2005
18.04
0.11
0.37
0.03
0.07
18.62
1.94
3.76
2006
10.18
0.00
0.67
0.00
0.00
10.85
0.51
2.85
2004
17.40
0.28
0.53
-0.02
-0.03
18.16
0.13
2.89
2005
11.15
0.80
0.81
-0.04
-0.29
12.43
0.68
3
RMBA
SCMA
SCMA
SCMA
SMDR
SMDR
SMGR
SMGR
SMSM
SMSM
SMSM
SQBI
2004
9.07
1.00
0.52
-0.02
-0.04
10.53
0.21
3.04
2004
25.49
0.23
0.51
0.00
0.00
26.24
2.11
2.86
2005
18.53
0.51
0.70
0.01
0.02
19.77
1.45
2.81
2006
20.95
0.04
0.40
-0.01
0.01
21.39
0.21
2.9
2004
3.06
0.01
0.55
-0.03
-0.06
3.52
0.24
3.57
2005
3.51
0.21
0.63
0.02
0.03
4.40
0.97
3.87
2004
21.08
0.46
0.70
-0.05
-0.07
22.13
0.35
4.27
2005
10.33
0.17
0.49
-0.03
-0.07
10.89
0.26
4.25
2004
6.56
0.02
0.48
-0.01
0.02
7.08
0.45
3.46
2005
6.59
0.02
0.45
0.00
-0.02
7.05
0.86
2.48
2006
6.87
0.01
0.38
0.02
0.05
7.32
0.33
2.54
2006
12.29
0.00
0.37
0.04
0.11
12.81
0.55
4.74
SUMI
SUMI
SUMI
TBLA
TGKA
TGKA
TGKA
2004
23.96
0.00
0.29
-0.03
-0.12
24.10
0.29
2.76
2005
15.51
0.00
0.38
-0.01
-0.03
15.85
1.24
3.63
2006
12.65
0.01
0.37
-0.04
-0.11
12.88
0.84
3.91
2005
51.90
0.12
0.69
0.04
0.06
52.81
0.19
2.3
2004
82.65
0.01
0.66
0.00
0.00
83.33
3.35
2.44
2005
12.98
0.01
0.70
-0.02
-0.03
13.64
0.04
2.46
2006
9.55
0.00
0.75
-0.01
-0.02
10.28
0.61
2.44
clxxi
TOTO
2006
4.10
0.00
0.69
-0.21
-0.21
4.37
0.25
3.82
TRST
75 TURI
76 UNVR
Lampiran 8
2006
16.11
0.02
0.53
0.00
0.01
16.67
0.56
2.16
2006
44.59
0.10
0.79
0.01
0.01
45.50
0.33
2.85
2005
22.64
0.99
0.10
0.04
0.04
23.81
0.95
3.63
73
74
Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tumbuh
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.267a
R Square
.071
Adjusted
R Square
.059
Std. Error of
the Estimate
.52515
DurbinW atson
1.882
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1.570
20.408
21.977
df
1
74
75
Mean Square
1.570
.276
F
5.693
Sig.
.020a
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Hasil Uji Multikoliniearitas
a
Coefficients
Model
(Constant)
1
IOS
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.660
.120
-.013
.005
-.267
t
30.621
-2.386
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.020
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
clxxii
Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Hasil Uji Heteroskedastisitas
clxxiii
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
Lampiran 9
Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.272a
.074
Adjusted
R Square
.062
Std. Error of
the Estimate
.68900
DurbinW atson
1.768
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Uji F
clxxiv
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
2.817
35.130
37.946
df
1
74
75
Mean Square
2.817
.475
F
5.933
Sig.
.017a
a. Predictors: (Constant), IOS
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Uji Multikoliniearitas
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
3.516
.128
-.016
.007
-.272
t
27.562
-2.436
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.017
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Uji Normalitas
clxxv
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-6
-4
-2
0
Regression Standardized Predicted Value
Lampiran 10
clxxvi
Uji Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh
Model I
Model Summary
Model
1
R
.241a
Adjusted
R Square
.045
R Square
.058
Std. Error of
the Estimate
.28968
a. Predictors: (Constant), IOS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.645
.066
-.006
.003
Standardized
Coefficients
Beta
-.241
t
9.788
-2.133
Sig.
.000
.036
a. Dependent Variable: DPR
Model II
Model Summary
Model
1
R
.304a
Adjusted
R Square
.068
R Square
.092
Std. Error of
the Estimate
.52274
a. Predictors: (Constant), DPR, IOS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
DPR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3.484
.180
-.011
.005
.272
.210
Standardized
Coefficients
Beta
-.231
.149
t
19.333
-2.014
1.298
Sig.
.000
.048
.198
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
clxxvii
Lampiran 11
Uji Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh
Model I
Model Summary
Model
1
R
.539a
Adjusted
R Square
.281
R Square
.290
Std. Error of
the Estimate
.45452
a. Predictors: (Constant), IOS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.152
.084
.024
.004
Standardized
Coefficients
Beta
.539
t
1.804
5.502
Sig.
.075
.000
a. Dependent Variable: DPR
Model II
Model Summary
Model
1
R
.348a
Adjusted
R Square
.097
R Square
.121
Std. Error of
the Estimate
.67598
a. Predictors: (Constant), DPR, IOS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
IOS
DPR
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3.464
.128
-.024
.008
.341
.173
Standardized
Coefficients
Beta
-.411
.257
t
27.091
-3.153
1.970
Sig.
.000
.002
.053
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
clxxviii
clxxix
Download