BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang India merupakan negara di

advertisement
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
India merupakan negara di Asia Selatan dengan jumlah penduduk 1,3 miliar jiwa dan
tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua setelah China. Pada level internasional, India
terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi India,
membutuhkan perluasan pasar sebagai jalur distribusi produk ke lebih banyak wilayah. Di
sisi lain, negara-negara ASEAN mengalami pertumbuhan ekonomi sangat signifikan, seperti
Indonesia 6%, Malaysia 5,1%, Thailand 4,9%, Filipina 5,8 %.1 Diperkirakan pertumbuhan
ekonomi ASEAN akan terus meningkat hingga tahun 2018. Produk Domestik Bruto (GDP)
ASEAN tahun 2012 meningkat sebesar 5,7% atau sebesar US$ 2,31 triliun. Bahkan GDP
perkapita yang pada tahun 2011 sebesar US$ 3,591 menjadi US$ 3,751 di tahun 2012.
Sebagian besar pertumbuhan tersebut didorong pesatnya pembangunan ekonomi di Filipina
dan Thailand.2 ASEAN menjadi magnet investasi bagi India dan negara dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi maju, untuk menanamkan modalnya di ASEAN.
Di tahun 1992 India telah menjadi mitra dialog sektoral ASEAN. Hubungan India
dengan ASEAN semakin kuat saat di tahun 1996, India menjadi mitra dialog penuh ASEAN.
Pada tanggal 15 September tahun 2002 dalam acara ASEAN Economic Minister (AEM) yang
pertama, diadakan di Brunei Darussalam. India dan ASEAN sepakat membentuk sebuah
ASEAN-India Economic Linkage Task Force (AIELTF) yang dipersiapkan untuk merancang
peningkatan perdagangan India-ASEAN. Hasil dari pertemuan tersebut adalah, India-ASEAN
sepakat untuk membentuk sebuah kerangka kerjasama dalam bidang Regional Trade and
Investment Area (RTIA), dengan cara mengadopsi persetujuan kerangka kerjasama dalam hal
ekonomi kompreherensif. Negosiasi dimulai pada Januari 2004 dan selesai pada bulan Juni
2005.3 Baik India maupun ASEAN secara kolektif ataupun individu menjadi pihak yang
1
Kementrian Keuangan, OECD: 2018, Pertumbuhan Ekonomi RI Terceat di ASEAN” (daring), 6 Desember
2013, http://www.kemenkeu.go.id/Berita/oecd-2018-pertumbuhan-ekonomi-ri-tercepat-di-asean, diakses 10
Oktober 2014.
2
Viva News, ‘Ekonom Negara-negara ASEAN Kini Tumbuh 5,7 Persen. Sektor Jasa Menjadi Tulang Punggung
Pertumbuhan
Ekonomi
di
Asia
Tenggara’,
(daring),
21
Oktober
2014,
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/452694-ekonomi-negara-negara-asean-kini-tumbuh-5-7-persen, diakses
10 Oktober 2014.
3
ASEAN, ‘Framework Agreement on Compeherensive Economic Cooperation Betwee the Republic of India
and the Association of Southeast Asian Nations’(daring), http://www.asean.org/asean/externalrelations/india/item/framework-agreement-on-comprehensive-economic-cooperation-between-the-republic-ofindia-and-the-association-of-southeast-asian-nations-3, diakses 10 Nopember 2014.
memiliki wawasan ke depan dalam rangka menjalin kemitraan ekonomi untuk menghadapi
tantangan ekonomi di abad 21.
Kemitraan ekonomi komprehensif India-ASEAN bertujuan untuk meminimalkan
hambatan, memperdalam hubungan ekonomi, meminimalkan biaya,
meningkatkan
perdagangan dan investasi intra regional, meningkatkan efisiensi ekonomi, menciptakan
pasar yang besar dengan skala kesempatan dan pelaku ekonomi yang lebih besar bagi para
pelaku usaha, serta untuk meningkatkan daya tarik pasar modal di kawasan India maupun
ASEAN. Baik India maupun ASEAN, merupakan pihak yang dapat saling berkontribusi
dalam meningkatkan ekonomi khsusunya dalam sektor perdaganan dan investasi. Kondisi
tersebut hanya dapat dicapai dengan melalui kerjasama antara India- ASEAN melalui
penguatan kapasitas domestik, efisiensi, serta peningkatan daya saing. Pada tanggal 8
Oktober tahun 2003 saat ASEAN-India Summit yang ke 2 di Bali, India dan ASEAN
menandatangani perjanjian kerangka kerjasama ekonomi kompreherensif ASEAN-India Free
Trade Agreement (AIFTA). AIFTA sendiri merupakan sebuah kerangka kerjasama yang akan
digunakan untuk menjadikan kawasan ASEAN-India sebagai free trade area di tahun 20092010. Dalam tulisan ini, peneliti akan menggambarkan bagaimana pembangunan kapasitas
dan strategi India untuk meningkatkan kerjasama ekonominya dengan ASEAN melalui
melalui kerangka Free Trade Area. Dengan kapasitas dan strategi yang dimilikinya, India
tidak hanya berusaha untuk mendapatkan kepentingan strategisnya namun juga untuk dapat
terus berkompetisi dalam konstelasi internasional yang ada saat ini.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan menggunakan analisa ekonomi politik internasional, penulis akan mencoba
menganalisis lebih jauh mengenai permasalahan yang ada. Agar penelitian ini terfokus pada
satu masalah mengenai, “Bagaimana pembangunan kapasitas dan strategi serta apa saja
tantangan India, dalam meningkatkan kerjasama dengan ASEAN melalui kerangka kerjasama
ASEAN-India Free Trade Area?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dan tantangan India dalam
meningkatkan kapasitas dan menjalin kerjasama ekonomi, dalam membangun pengaruh di
kawasan ASEAN. Penelitian ini menarik untuk dibahas karena dalam tulisan ini, peneliti
akan menjelaskan bagaimana kapasitas dan strategi India dibentuk sebagai intepretasi dari
kapasitas ekonominya, sebagai upaya India melakukan peningkatan kerjasama ekonomi
regional yang lebih komprehensif dengan ASEAN benserta beberapa tantangan yang
dihadapi India. Dalam penelitian ini, peneliti juga akan menjelaskan beberapa strategi India
dalam berkompetisi dan bernegosiasi dengan negara yang lebih dahulu hadir dan memiliki
kerjasama ekonomi dengan ASEAN.
1.4. Tinjauan Pustaka
Beberapa tulisan yang membahas mengenai strategi dan pertumbuhan ekonomi India
berikut kerjasama antara India dengan ASEAN sudah pernah ditulis oleh beberapa peneliti
dan jurnalis, baik dalam bentuk artikel, jurnal, maupun dalam bentuk skripsi. Beberapa dari
literatur tersebut setidaknya telah memuat dua tema penting terkait dengan kerjasama antara
India-ASEAN dan juga mengenai negosiasi India dengan beberapa negara kompetitornya di
ASEAN. Beberapa tema mengenai kerjasama India-ASEAN pernah ditulis oleh Mohan
(2013), Maini (2014), Morarji (2012), Sen (2004), Nambiar (2011), dan Tagela (2011).
Dalam tema besar kedua yang berkenaan dengan strategi India dalam bernegosiasi dengan
beberapa negara kompetitornya di ASEAN pernah ditulis oleh Gupta (2013), Chheang
(2014), dan Moenir (2010). Adapun beberapa rangkuman tema besar tersebut adalah sebagai
berikut. Dalam sebuah artikel yang berjudul India and the ASEAN: A Pivotal Relationship
yang ditulis oleh Mohan mengungkapkan bahwa secara bertahap dari waktu ke waktu
hubungan kerjasama yang terjalin antara India dengan ASEAN terus menunjukkan dampak
yang positif. Hal ini digambarkan dengan terus meningkatnya level kerjasama antara IndiaASEAN, mitra dalog sektoral ASEAN (1992), mitra dialog penuh ASEAN (1996),
Penandatanganan ASEAN-India Free Trade
Agreement (2003), rencana aksi kerjasama
ekonomi untuk pertama kalinya saat ASEAN-India Summit di Viantiane (2004), India juga
menjadi tuan rumah dalam ASEAN-India Summit (2012). Momentum ASEAN-India Summit
(2012) merupakan perayaan 20 tahun kerjasama India-ASEAN sekaligus sebagai dua dekade
“Look East Policy”. Archis Mohan mengambarkan bagaimana dua dekade tersebut IndiaASEAN melakukan pendalaman bidang politik-militer, ekonomi, maupun sosial-budaya.
Dalam tulisannya tersebut, Mohan berusaha untuk mengambarkan bagaimana peningkatan
kerjasama yang terjadi antara India-ASEAN dalam beberapa dekade.4
Tema
berikutnya mengenai kerjasama India-ASEAN yang ditulis oleh Maini.
Tulisannya yang berjudul Friend and Neighbors: India and Southeast Asia, India’s Ties to
the ASEAN Region Are Deep But Need Further Nurturing. Maini menggambarkan sejarah
hubungan India-ASEAN terbentuk. Secara garis besar, tulisan tersebut menggambarkan dua
pendekatan India dalam menjalin hubungan dengan ASEAN. Pada fase awal kemerdekaan
atau saat perang dingin, hubungan antara India dan ASEAN bersifat high politic. Isu idologi
dan gerakan Non Blok mewarnai hubungan India-ASEAN. Model pendekatan tersebut
berubah setelah perang dingin berakhir, dikarenakan beberapa faktor seperti runtuhnya Uni
Soviet, reformasi ekonomi India, dan Pembukaan kembali hubungan kerjasama dengan
ASEAN. Tridivesh juga mengungkapkan adanya faktor dari China yang memiliki hubungan
kurang baik dengan Vietnam. India dapat memainkan peran untuk mendorong kerjasama
dengan Vietnam. Kedepannya India harus dapat secara konsisten memberikan sinyal yang
jelas kepada ASEAN, bahwa hubungan India-ASEAN merupakan prioritas besar India.5
Sebuah Asia Pacific Journal of Social Science, B. Morarji juga pernah mengangkat
tema besar hubungan India-ASEAN . Dalam tulisan berjudul India-ASEAN Relations:
Problems and Prospect, Morarji mengenai perubahan pola hubungan India-ASEAN sebelum
dan sesudah perang dingin. Perang dingin lekat dengan hubungan berlandaskan ideologi, dan
pasca runtuhnya Uni Soviet lebih pada isu-isu kontemporer baru. Persamaan latar belakang
India-ASEAN dibahas dalam tulisan tersebut, yang mana look east policy menjadi instrumen
kedekatan India-ASEAN. India melihat bahwa ASEAN lebih terbuka, damai, dan stabil.
India-ASEAN dapat saling berkontribusi dalam ekonomi global. ASEAN melihat India
sebagai mitra penting pendukung kekuatan regional di masa mendatang. Morarji juga
memaparkan bahwa sumber daya manusia yang tidak merata merupakan kendala dalam
hubungan India-ASEAN. Bergabungnya India dengan ASEAN, dapat membawa India pada
4
A.Mohan adalah seorang jurnalis editor foreign policy pada startpost.com yang berbaiskan di New Delhi.
‘India and the ASEAN Pivotal Relationship’, (daring) 8 Oktober 2013, http://mea.gov.in/in-focusarticle.htm?22297/India+and+the+ASEAN+A+Pivotal+Relationship, diakses 10 Nopember 2014.
5
T.S. Maini adalah seorang visiting leacture di The Jindal School of International Affairs Sonepath India, ‘The
Indonesian Journal of Leadership, Policy, and World Affairs. Strategic Rivew’ (daring),3 Maret 2014,
http://www.sr-indonesia.com/web-exclusives/view/friends-and-neighbors-india-and-southeast-asia, diakses 10
Nopember 2014.
level kerjasama yang lebih tinggi. Kesimpulan tulisan tersebut adalah, kerjasama IndiaASEAN tidak hanya menguntungkan kedua pihak. Kerjasama tersebut juga dapat menjadi
peluang untuk terbukanya kerjasama dengan negara-negara di Asia Pasifik lainnya.6
Dalam penelitian berjudul ASEAN-India Economic Relations: Current Status and
Future Prospect. R. Sen, M.G. Aser, dan juga R.S. Rajan menggambarkan perjalanan
hubungan kerjasama ekonomi India-ASEAN. Peneliti lebih memaparkan pada bentuk
kerangka kerjasama India dengan beberapa negara anggota ASEAN.
Pada sub bab
selanjutnya, peneliti mereview kembali hubungan tersebut melalui data statistik nilai
perdagangan serta pertumbuhnan ekonomi antara India-ASEAN. Peneliti juga memaparkan
beberapa kerjasama India-ASEAN dalam bidang IT, tenaga kerja, pariwisata, perdagangan
komersil, hubungan investasi. Pada sub bab ke 8, ketiga peneliti tersebut menganalisa
mengenai masa depan hubungan kerjasama ekonomi antara India-ASEAN. Para peneliti
sepakat, akan adanya keterkaitan hubungan yang lebih mendalam antara India-ASEAN.
Keterkaitan tersebut akan kembali dikembangkan melalui agenda ekplorasi berbagai bidang
kerjasama baik ekonomi, sosial, maupun budaya.7
Tulisan selanjutnya dengan tema kerjasama India-ASEAN juga pernah ditulis oleh
Shankaran Nambiar.8 Tulisannya berjudul India’s Engagement with ASEAN: Beyond Trade
in
Gods,
menjelaskan
hubungan
puncak
India-ASEAN
yang
ditandai
dengan
penandatanganan kerjasama ekonomi komperhensif dalam ASEAN-India Free Trade
Agreement (AIFTA) pada tanggal 13 Agustus 2009. Nambiar melihat, secara luas ASEAN
memiliki comparative advantage dalam bidang manufaktur, sedangkan India dalam bidang
layanan jasa. India-ASEAN secara lebih dalam mengeksploitasi relative strenght tiap negara
yang terlibat. Sehingga, kerjasama tersebut dapat mencakup jangkauan yang lebih luas lagi di
masa depan. Perdagangan, layanan jasa, keamanan, lingkungan dan infrastruktur merupakan
sebuah kesempatan sebagai kalaborasi kerjasama antara India dan ASEAN.
6
B. Morarji , ‘India-ASEAN Relations: Problems and Prospect ‘. Asia Pacific Journal of Social Science
Vol.IV.(1) Jan-June 2012. Pp 21-36.
7
R. Sen, M.G. Aser & R.S. Rajan., ‘Asean-India Economic Cooperations: Current Status and Future Prospect’.
(daring), April 2004, www.ipcs.org/pdf_file/issue/SR72-Final.pdf, diakses 10 Nopember 2014.
8
S. Nambiar, is Head ( Policy Studies Division) and Senior Research Fellow at Malaysian Institute of
Economic Research, Kuala Lupur, Malaysia. India’s Engagement with ASEAN: Beyond Trade in Gods.ISAS
Working Paper No. 129-26 Agust 2011. Institute of South East Asian Studies , National University if Singapore.
www.isas.nus.edu.sg/.../ISAS_Working, Diakses 10 Nopember 2014.
Tema
besar
hubungan
kerjasama
antara
India-ASEAN
serta
kebangkitan
perekonomian India juga ditulis oleh Sinthya Tegela9. Dalam skripsinya yang berjudul Suatu
Analisis Tentang China-India (CHINDIA) Sebagai Negara Maju di Kawasan Asia. Sinthya
mendeskripsikan faktor-faktor pendukung yang mendorong China dan India dapat menjadi
raksasa baru dalam dunia internasional. Kebangkitan ekonomi India ditahun 1991 dengan
memulai liberalisasinya, serta mengenai bagaimana ekonomi China dapat
tumbuh dan
berkembang dengan pesat setelah reformasi ekonomi. Dalam tulisannya tersebut, Sinthya
mencoba menggambarkan bagaimana kemajuan perekonomian India dan China yang
mengharuskan keduanya untuk memperluas wilayah dan jaringan pasar bagi prodak dan
layanan jasa kedua negara.
Beberapa literatur di atas, memiliki beberapa persamaan dalam garis besar tema
penulisan. Tulisan-tulisan tersebut sepakat, bahwa perubahan pola hubungan India dengan
negara-negara luar khususunya Asia Tenggara terlihat setelah runtuhnya Uni Soviet di akhir
tahun 80-an. Hal tersebut ditandai dengan India yang mengubah pola ekonominya dari
tertutup menjadi ekonomi terbuka. Pertumbuhan ekonomi domestik yang terjadi di India
dalam kurun waktu terakhir, telah menyebabkan India saat ini membutuhkan perluasan
jangkauan pasar sebagai tujuan distribusi kapabilitas dari kemampuan ekonominya.
Peningkatan kerjasama yang lebih komprehensif telah memberikan sinyal yang positif bagi
India maupun ASEAN.
Pada tema kedua, terkait dengan strategi dan hubungan India dalam meningkatkan
hubungannya dengan ASEAN, juga pernah ditulis oleh beberapa penulis. Seperti India’s
Approach to Asia Pacific yang ditulis oleh Avind Gupta. Gupta menjelaskan beberapa
strategi India dalam melakukan pendekatan ke daerah Asia Pasifik terutama kawasan
ASEAN. India memiliki strategi jangka panjang dengan tetap melihat tantangan dari segi
keamanan. Terdapat tiga kunci penting dalam hal tersebut, antara lain kebangkitan China,
strategi rebalancing Amerika Serikat, serta sentralitas ASEAN. Gupta menggambarkan
beberapa negara yang memiliki kedekatan dengan ASEAN seperti Jepang, Australia, dan
juga Korea Selatan. Namun disisi lain dalam tulisannya tersebut Gupta menambahkan, bahwa
baik Jepang, Australia, maupun Korea Selatan sendiri merupakan negara-negara yang juga
memiliki kedekatan serta kerjasama strategis dengan India. Bagi India, kemitraan yang
terjalin antara ketiga negara tersebut dengan ASEAN dapat dijadikan sebagai promosi terkait
9
Sinthya Tegela adalah mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Makassar angkatan 2007.
dengan stabilitas kawasan India kepada ASEAN. Strategi jangka panjang India adalah, dapat
terlibat lebih dalam dan terintegrasi dengan ekonomi kawasan ASEAN. India membutuhkan
identifikasi sumber daya, pembentukan kerangka kelembagaan, mekanisme monitoring, dan
juga masalah koordinasi yang kemudian keduanya harus sama-sama fokus pada masalah
implementasi.10
Berbeda dari tulisan sebelumnya, tulisan Vannarith Chheang yang berjudul IndiaASEAN Going Beyond Delhi Dialog VI, lebih menjelaskan bahwa kekuatan ekonomi India
dalam dua dekade tersebut tergantung dari kemampuan India untuk mempertahankan kinerja
ekonominya yang tinggi, inklusivitas sosial, serta persatuan nasional dan keamanan. India
perlu memiliki kebijakan luar negeri yang fleksibel dan proaktif. Visi tersebut dapat dicapai
melalui peningkatan keterlibatan India dengan negara-negara besar, serta lembaga-lembaga
regional maupun global. ASEAN merupakan jalur strategis bagi India untuk memperluas
kepentingan ekonominya dalam menjangkau kawasan Asia-Pasifik. Chheang membagi
strategi India ke dalam beberapa bagian diantaranya Partnership Scalling New High, yang
mengambarkan bagaimana peningkatan kerjasama antara India dan ASEAN terus meningkat
setiap tahunnya dari tahun 1992 hingga tahun 2013. Pada bagian selanjutnya Chheang
menjelaskan berbagai bentuk kerjasama India dengan ASEAN, melalui bidang ekonomi,
keamana strategis, dan sosial budaya. Dalam setiap bidang, India memperkuat norma,
lembaga, dan hukum internasional. Dalam bidang keamanan, India dan ASEAN berfokus
pada pembangunan keamanan maritim mengenai isu non tradisional. Dalam hal sosial
budaya, kerjasama ditekankan dalam bentuk pengembangan sumber daya manusia dengan
melakukan pertukaran pelajar, teknologi informasi, pengembangan UKM, dan juga
pariwisata.11
Penelitian dari Haiyyu Darman Moenir12, pada bab ketiganya juga mengambarkan
mengenai kemajuan perekonomian China dan India serta implikasinya terhadap ASEAN.
Dalam tulisannya, Moenir memberikan gambaran tentang sejarah perekonomian China dari
sosialis hingga reformasi ekonomi. Begitupun ekonomi India yang mulai membuka diri di
tahun 1991 setelah krsis 1990. Moenir memberikan gambaran pengaruh kemajuan ekonomi
10
Gupta,
‘India’s
Approach
to
Asia
Pacific,
(daring)
19
September
2013,
http://www.idsa.in/policybrief/IndiasapproachtoAsiaPacific_agu pta_190913.html, diakses 10 Nopember 2014.
11
Vannarith Chheang is Sennior Fellow at Cambodian Institute for Cooperation and Peace “India-ASEAN
Going
Beyond
Delhi
Dialog
VI”.(darin),
April
2014,
http://www.diplomatist.com/dipom04y2014/article023.html, diakses 10 Nopember 2014.
12
Haiyyu Dorman Moenir adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan politik Universitas Indonesia tahun 2010
kedua negara terhadap kawasan ASEAN. Kesimpulan dari tulisan Moenir, adalah penurunan
pangsa ASEAN dalam penerimaan FDI global yang disebabkan oleh peningkatan pesat dari
China dan India sebagai tujuan FDI. Meskipun demikian, kerjasama antara India dengan
ASEAN terus berlanjut dan semakin meluas. Berbagai kerjasama funsional India-ASEAN
terus dilakukan. Seperti kerjasama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan
sumber daya manusia, ilmu mengenai ruang angkasa, pertanian, energi terbarukan, teknologi
informasi dan komunikasi, transportasi dan infrastrktur, serta dalam sektor pariwisata dan
budaya.13
Dalam tema kedua ini, secara luas tulisan diatas memberikan penekanan yang lebih
fokus pada upaya India dalam meningkatkan hubungannya dengan ASEAN. Namun di luar
dari hubungan tersebut, terdapat aktor lain seperti China, Jepang, ataupun Korea yang juga
memiliki hubungan kerjasama dengan ASEAN. Dalam banyak tulisan diatas, telah dibahas
mengenai bagaimana kondisi hubungan yang mewarnai antara India dengan negara-negara
lain sebelum dan sesudah perang dingin berakhir. Bentuk peningkatan kerjasama ekonomi
serta beberapa implementasi kebijakan kerjasama ekonomi India dengan ASEAN juga telah
dibahas. Meskipun demikian, penulis belum menemukan spesifikasi dari tulisan pada literatur
terdahulu, yang membahas secara mendalam mengenai cara India dalam membangun
kapasitas ekonomi yang digunakan India untuk membentuk strateginya ke luar beserta
tantangan yang dihadapi India. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan
memfoksukan pada upaya-upaya India dalam membangun kapasitas serta strategi India
meningkatkan pengaruhnya di ASEAN berikut tantangan yang dihadapi India. India hadir
sebagai negara baru yang menawarkan sebuah kerjasama ekonomi dan merespon
perimbangan ekonomi di tengah kerjasama yang sudah dilakukan oleh ASEAN dengan
China, Jepang, dan Korea.
1.5. Landasan Konseptual
Untuk melihat fenomena dan menjelaskan rumusan masalah, dalam penelitian ini
penulis akan menggunakan dua konsep besar dalam tema ekonomi politik internasional.
Adapun dua konsep tesebut adalah sebagai berikut:
1.5.1. Konsep Pembangunan Kapasitas
13
ASEAN-India, ‘ASEAN History’, (daring), Maret 2011, http://www.aseanindia.com/about/history/. diakses
10 Nopember 2014.
Kapasitas ekonomi sebuah negara adalah kemampuan negara dalam menjalankan
fungsinya yang dapat dilihat melalui indikator, sejauh mana negara tersebut mampu untuk
memenuhi hak-hak dasar masyarakatnya secara proposional melalui anggaran belanja yang
dimilikinya. Ekonomi politik dalam sistem nasional yang berbasiskan pada struktur domestik
dan institusi dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Ekonomi nasional tersebut akan
membentuk sebuah karakteristik dan sistem yang kemudian mensejahterakan masyarakat.
Jika masyarakat sudah dianggap dapat sejahtera, kekuatan ekonomi nasioal tersebut dapat
digunakan sebagai kekuatan untuk ekspansi. Hal ini menunjukkan pentingnya pemerintah dan
ekonomi domestik sebagai jalan bagi sebuah negara untuk dapat masuk dan berkompetisi
dalam berbagai macam kegiatan ekonomi dunia. Kemampuan ekonomi negara dapat dilihat
melalui jumlah absolut barang dan jasa yang diproduksi. Kedua hal tersebut terdiri dari
jumlah relatif (terkait dengan permintaaan terhadap ekonomi) dan prospek pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan untuk mengukur nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi
dapat dilihat melalui gross national product (GNP). Sementara, GNP tersebut juga dapat
digunakan untuk melihat petunjuk umum kekayaan suatu negara.14
Kapasitas negara terbagi menjadi dua, yaitu kapasitas absolut dan kapasitas relatif.
Kapasitas absolut dapat diartikan sebagai kapasitas yang telah dimiliki oleh negara, sejak
negara tersebut berdiri, seperti, sumber daya alam dan letak geografis. Kapasitas relatif
merupakan, kapasitas buatan yang digunakan sebagai alat untuk mengatur, mengontrol, dan
mendistribusikan kemampuan yang dimilikinya. Contoh dari kapasitas ini adalah,
kemampuan sebuah negara untuk menghasilkan jumlah barang dan jasa pada waktu
tertentu.15 Sebuah kapasitas dibentuk setidaknya untuk dua tujuan, yaitu tujuan domestik dan
tujuan internasional. Pembangunan kapasitas ekonomi politik negara juga sebagai tujuan dari
trade creation dan trade diversion dalam kerjasama internasional16. Kapasitas ekonomi suatu
negara, juga harus dilihat dengan cara membandingkan dengan kapasitas negara lain dalam
dua hal, yaitu secara kualitatif
(jenis produksi) dan juga secara kuantitatif (kekayaan
perkapita).
Kapasitas ekonomi suatu negara dapat dicapai melalui beberapa pembangunan dalam
beberapa bidang berikut. Pertama, pembangunan bidang politik, yang merupakan kekuatan
utama jika ingin negara tersebut kuat. Hal tersebut berkenaan dengan kekuatan regulasi
14
D. Coplin, William & Marsedes Marbun, ‘Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis: Kapasitas
Produksi Barang dan Jasa’, Sinar Baru Press, Bandung 2003, hal. 115.
15
Coplin, hal 115.
16
Nopirin, Ph.D. ‘Ekonomi Internasional’. BPFE, Yogyakarta 2012, hal. 95-97.
kebijakan. Kekuatan politik memiliki peran sebagai kontrol dan monitoring kegiatan
ekonomi. Negara juga memiliki peran sebagai pembuat kebijakan pendukung, perizinan,
penegakan hukum, serta menjaga stabilitas keamanan dalam hal demokrasi dan plularistik.
Kedua, bidang ekonomi, dilakukan oleh negara melalui liberalisasi perdagangan. Hal
ini dilakukan sebagai upaya membuka arus keluar masuknya barang ke dalam wilayah negara
tanpa adanya hambatan sedikitpun. Dengan semakin besarnya kuota barang yang masuk
ataupun keluar dari negara tersebut akan memberikan dampak pada stabilitas fiskal negara.
Hal tersebut, memungkinkan iklim investasi dapat tumbuh subur, sebagai sumber devisa yang
nantinya digunakan untuk modal pembangunan infrastruktur dan anggaran belanja negara.
Hal tersebut tentu harus didukung dengan adanya penegakan dan kepastian hukum. Meskipun
demikian, negara juga harus berusaha untuk menjaga agar nilai ekspor selalu lebih besar dari
nilai impor.
Ketiga, pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur sebagai sarana aliran
barang dalam hal perekonmian. Infrastruktur yang memadai, dapat menarik minat investor
untuk berinvestasi. Dalam faktor produksi, ketersediaan infrastruktur sangat penting sebagai
efisiensi biaya produksi dan transportasi. Pembangunan infrastruktur dapat dilakukan dengan
melakukan pembangunan akses jalan raya, energi listrik, akses pelabuhan, akses bandara, dan
juga lintasan kereta api.
Keempat, pembangunan sumber daya manusia, untuk mendukung berbagai macam
kapasitas sebelumnya. SDM merupakan sebuah aset vital yang tidak dapat dipisahkan dalam
hal kerjasama, negoisasi, serta perdagangan dan jasa khususnya di era globalisasi saat ini.
Sektor SDM menjadi nilai tambah bagi kekuatan negara sebagai tenaga kerja terampil.
Dengan adanya SDM yang terampil, diharapkan akan membawa inovasi dan penemuan baru
dalam hal riset teknologi dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut yang kemudian akan
mendorong sebuah negara menjadi semakin kuat dan memiliki daya tawar tinggi dalam
forum-forum dan organisasi internasional.
Kelima, inovasi teknologi. Dalam ekonomi, pembangunan bidang teknologi berguna
dalam hal efisiensi produk dan juga distribusinya. Teknologi dalam hal ini ada tiga, yaitu
teknologi produksi, informasi, dan juga teknologi transportasi. Ketiga teknologi tersebut
membantu sebuah negara untuk dapat secara optimal mengatur dan menggunakan sumber
daya yang dimilikinya. Dengan adanya ketiga teknologi tersebut, diharapkan sebuah negara
akan menjadi semakin fleksibel, dinamis, dan terbuka dalam segi produksi dan distribusi
produk barang dan jasa.
Selain itu, latar belakang geografis, historis, dan budaya yang berbeda menjadikan
suatu negara cenderung memiliki kapasitas berbeda untuk memproduksi berbagai jenis
barang dan jasa. Perbedaan kapasitas tersebut sangat vital dalam hubungan perdagangan dan
ekonomi luar negeri. Beberapa bidang pembangunan kapasitas di atas, merupakan upaya
suatu negara untuk dapat memperoleh keuntungan dari aktifitas ekonomi, sehingga negara
memiliki cadangan devisa yang besar dan memadai untuk dapat melakukan kerjasama
internasional. Karena dalam hal ekonomi sumber daya finansial juga merupakan sumber daya
yang penting bagi sebuah negara. Sumber daya finansial, dapat lebih mendukung
kepercayaan diri dan optimisme sebuah negara dalam partisipasi organisasi dan kerjasama
internasional. Finansial berpengaruh pada budget yang dibutuhkan bagi negara dalam
melakukan hubungan dengan negara lainnya.
Konsep ini akan penulis gunakan untuk menjelaskan, mengenai bagaimana
membangun kapasitas sebagai salah satu cara bagi India untuk dapat melakukan kerjasama
dengan negara-negara di Asia Tenggara dan juga beberapa negara kompetitor yang juga
melakukan kerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara. Setidaknya India telah berhasil
menyerap dan mengaplikasikan beberapa kebijakan dalam nilai Barat untuk membangun
kapasitas dari ekonomi politik negara tersebut. Adapun kebijakan tersebut adalah, pasar
bebas ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, meritokrasi, budaya pragmatisme, budaya
perdamaian, penegakan hukum dan pendidikan. Pembangunan kapasitas ekonomi penting
dilakukan oleh India sebagai upaya India untuk mendapatkan pasar serta mengingkatkan
kerjasamanya dengan negara-negara ASEAN. Hal tersebut dikarenakan, negara yang
memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi cenderung dapat memperoleh pasar yang lebih
stabil untuk memasarkan barang-barang dan jasa dikerenakan produksinya yang dapat
beraneka rangam dengan harga yang relatif terjangkau.
Meskipun India secara berlahan sedang berusaha untuk menjadi negara maju dengan
memproduksi berbagai macam produk dan jasa secara mandiri, namun untuk dapat lebih
memajukan pertumbuhan ekonominya India harus dapat bermain pada area perdagangan dan
kerjasama internasional. Dari segi politik luar negeri, pembangunan kapasitas ekonomi
sangatlah penting bagi India, yaitu sebagai jalan untuk mendistribusikan potensi dari
pertumbuhan ekonomi yang ada di India. Politik luar negeri selalu menyangkut pengharapan
akan kondisi-kondisi masa depan, yang merupakan prospek negara itu untuk mengalami
pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatkan kapasitas ekonominya, India berusaha bangkit
untuk menjadi negara maju yang dicirikan dengan (1) GNP per kapita yang relatif tinggi, (2)
kapasitas produksi yang lebih bervariasi dengan suatu spesialisasi di bidang produk, (3)
angkatan bersenjata yang terlatih dengan baik yang dapat digunakan untuk memelihara
stabilitas di dalam negeri, (4) sangat terlibat dalam perdagangan dunia.17
1.5.2. Konsep Shaping Strategy
Sejak berakhirnya Perang Dunia II hambatan-hambatan perdagangan telah runtuh dan
kebijakan ekonomi yang mencakup privatisasi dan deregulasi industri-industri publik dan
aliran bebas modal telah menyebar luas. Perubahan lain dalam beberapa dekade terakhir juga
telah melibatkan kemajuan teknologi dan menaikkan jalinan finansial secara geometris.
Untuk dapat tetap bertahan dalam kerjasama organisasi serta forum internasional, suatu
negara membutuhkan sebuah starategi. Strategi dapat diartikan sebagai kalkulasi obyek,
konsep, dan sumber daya untuk menghadapi resiko dan masalah. Strategi merupakan seni dan
pengetahuan yang digunakan untuk membangun dengan menggunakan instrumen kekuatan
nasional untuk mengsingkronkankan dan mengintegrasikan pola dalam mencapai tujuan
nasional.18
Shaping strategy adalah cara negara untuk menggunakan kapasitas sumber dayanya
untuk mencapai tujuan nasional dalam kerjasama dan perdagangan internasional. Negara
harus mampu menggunakan cara baru dalam mengorganisasikan aktivitas ekonomi pasar
internasional. Hal tersebut menyangkut dengan kemampuan negara dalam mengambil
peluang dan berkompetisi. Shaping strategy memberikan arah kepada negara untuk
memaksimalkan kapasitasnya untuk bernegosiasi dalam forum internasional.
Shaping
strategy juga dapat diartikan sebagai tindakan kebijakan ekonomi pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi komposisi, arah, serta bentuk dari
perdagangan dan kerjasama ekonomi internasional.19
shaping strategy adalah, cara negara untuk mengimplementasikan kepentingan
nasionalnya, yang berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi, keseimbangan neraca
17
Coplin, hal 130-131.
W. Murray & M. Grimsley, ‘Strategic Theory For The 21st Century: The Little Book On Big Strategy’,
(darin), February 2006, http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil, diakses 10 Nopember 2014.
19
Nopirin, hal. 49.
18
pembayaran, efisiensi ekonomi, dan membangunan kesejahteraan.20 Keberhasilan dari arah
dan tujuan strategi ekonomi politik merupakan sebuah cerminan dari kapasitas ekonomi
domestik. Hal tersebut mengenai cara negara memanfaatkan dan memupuk kekuatan dari
teknologi dan sains yang semakin besar dalam ekonomi politik global saat ini. Harapan
memperoleh keuntungan dan ketakutan mengalami kerugian mendorong investor dan
inovator menerapkan cara baru dalam memproduksi produk baru21. Strategi yang dibuat
negara, setidaknya mencakup tentang cara masuk kedalam kompetisi ekonomi internasional
dengan kapasitas yang di milikinya. Baik dengan kapasitas perdagangan barang maupun
layanan jasa22.
Jika negara telah masuk ke dalam sebuah kerjasama internasional, selanjutnya negara
harus mampu melakukan integrasi mendalam dalam kerjasama tersebut. Integrasi yang
dimaksud merupakan bagian dari liberalisasi ekonomi dalam perdagangan antar anggota yang
mempengaruhi integrasi. Strategi juga termasuk bagian dari kebijakan, standar produk, rezim
regulasi, investasi, kebijakan lingkungan, standar tenaga kerja. Integrasi mendalam tersebut
dapat dilakukan oleh sebuah negara dengan menerapkan low cost production dan juga
melakukan efisiensi secara keseluruhan23. Merujuk pada aktivitas kerjasama ekonomi
internasional, pembentukan strategi merupakan bagian dari bagaimana sebuah negara dapat
melakukan berbagai macam negosiasi baik bilateral maupun multilateral hingga pada
pembentukan rezim yang kemudian terus dikembangkan untuk memelihara kesejahteraan,
meningkatkan nilai-nilai bersama, serta memecahkan masalah bersama terutama yang timbul
dari meningkatnya tingkat interdependensi regional. Lebih jauh lagi, strategi ekonomi yang
disusun haruslah dapat mengurangi hambatan dalam pertukaran barang, jasa, dan manusia.
Langkah dari strategi tersebut dapat berupa penghapusan hambatan non tarif, regulasi pasar
dan pengembangan kebijakan bersama baik dalam tataran mikro maupun makro24.
Beberapa upaya dilakukan oleh negara dengan beberapa cara diantaranya. Pertama,
membangun kekuatan finansial sebagai modal dasar negara untuk melakukan kerjasama dan
20
R.W. Manshbach & K. L. Rafferty, Introduction to Global Politic, edisi Bahasa Indonesia Pengantar Politik
Global: sistem ekonomi dan perang, diterjemahkan oleh Amat Asnawi, Nusamedia Press, Bandung 2012. Hal
417.
21
M.Wolf, Why Globalization Works, edisi Bahasa Indonesia Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2007, Hal 49.
22
T. Oatlay,’International Political Economy, Intrest and Institution in the Global Economy’,Universty of North
California, Pearson Educatioan, 2006. Hal 112-115.
23
A. Panagariya, ‘The Regionalism Debate: An Overview, Deep Integration’. Revised: November 1998. Hal 42.
24
S.Nuraeni, D. Silvya, A. Sudirman, Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010. Hal 9.
negosiasi. Kedua, negara harus mampu mendefinisikan posisinya dan membuat prioritas
mengenai apa yang dibutuhkan dalam hubungan internasional. Sehingga, sumber daya yang
dimilikinya dapat digunakan secara optimal pada hal yang menjadi prioritas. Ketiga, negara
harus berpartisipasi dalam forum-forum internasional untuk membangun jaringan,
mendistribusikan kekuatan, serta mengimbangi kekuatan negara. Keempat, negara harus
dapat membangun kekuatan institusional, hal tersebut sebagai upaya negara untuk dapat
mempengaruhi kebijakan yang ada25.
Pembentukan strategi ini merupakan konsep kedua yang akan penulis gunakan untuk
menjelaskan mengenai bagaimana cara India melakukan hubungan dan negosiasi dengan
beberapa negara-negara di Asia yang juga telah terlebih dahulu memiliki hubungan
kerjasama dalam hal investasi dan perdagangan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Penulis nantinya juga akan mendasarkan pembentukan strategi India melalui pembangunan
dan kapasitas yang dimiliki oleh India. Hal tersebut penting dilakukan untuk dapat
menjelaskan pola hubungan dan interaksi India dengan negara-negara besar lainnya yang
juga memiliki pengaruh di kawasan Asia Tenggara. Pembetukan strategi ini nantinya juga
akan menjelaskan mengenai cara India dalam usahanya melakukan deep integration dengan
negara-negara ASEAN dan beberapa negara kompetitornya di ASEAN. Dengan adanya
hubungan yang kuat, diharapkan kedepanya hambatan-hambatan dalam hal kerjasama
perdaganan barang dan jasa serta investasi antar negara dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Kondisi tersebut yang dierlukan India, untuk dapat mendistirbusikan kapasitas ekonominya
dan menanamkan pengaruhnya di kawasan ASEAN.
Strategi yang digunakan India, merupakan strategi yang mengarah pada pembentukan
soft regionalism, yang mana terjadinya proses otonom dengan meningkatnya derajat
interdependensi ekonomi yang lebih tinggi di dalam wilayah geografis tertentu. Dorongan
yang paling penting dalam proses terbentuknya regionalisasi ekonomi berasal dari pasar, arus
perdagangan, investasi,dan juga dari kebijakan persahaan-perusahaan. Sebagaimana India
terus berusaha meningkatkan mobilitas manusia dan jaringan kerja yang semakin mengurangi
batas wilayah negara-negara yang menjadi tujuan dari strateginya.
1.6. Metode Penelitian
25
Panke, Diana, ‘Cambridge Review of International Affairs, ‘Dwarfs in International Negotiations: How
Small States Make Their Voices Heared, vol. 25, no. 3, September 2012, hal .317-318.
Dalam tulisan ini, peneliti akan membahas mengenai strategi India dalam
meningkatkan kerjasama ekonomi serta upaya India dalam membangun pengaruh regional
di Asia Tenggara melalui kerangka kerjasama ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA)
yang terjadi dalam kurun waktu 1991-2014. Penelitian akan dibahas dalam lima bab
terpisah, pada bab kedua, peneliti membahas perspektif India mengenai ASEAN, dan
menjadikan ASEAN sebagai tujuan kerjasama ekonomi India. Bab ini juga menjelaskan
mengenai dinamika ekonomi di ASEAN, baik hubungan India-ASEAN, maupun hubungan
ASEAN dengan negara Asia lainnya seperti China, Jepang, dan Korea. Pada akhir bab ini,
peneliti memaparkan posisi strategis India dalam kerjasama India-ASEAN.
Menggunakan pendekatan peningkatan kapasitas, pada bab tiga peneliti memaparkan
berbagai upaya India dalam meningkatkan kapasitas domestiknya. Seperti liberalisasi
ekonomi dalam negeri, membuka ruang impor dan investasi, bekerjasama dengan swasta,
serta menjaga stabilitas makro dan mikro ekonomi. Upaya lain yang dilakukan India adalah
dengan melakukan pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, serta inoveasi
teknologi. Meskipun demikina, pada bab ini peneliti akan memaparkan lebih lanjut
mengenai kapasitas dan tantangan yang dimiliki India ke depannya.
Menggunakan pendekatan shaping strategy, pada bab empat peneliti akan
memaparkan strategi India dalam usahanya untuk membangun jaringan kerjasama
internasional melalui AIFTA. Lebih lanjut, bab ini akan menjelaskan upaya India untuk
terjun ke pasar internasional dan menjadi pemain penting ekonomi dunia. Look east poilcy
akan menjadi instrumen penting politik luar negeri India, yang juga akan dibahas dalam bab
ini. Bab ini akan ditutup dengan strategi kompetisi India denan beberapa kompetitor di
ASEAN. Sebagai penutup, pada bab lima berisikan kesimpulan dari penelitian ini.
1.7. Argumen Utama
Dengan menggunakan konsep pembangunan kapasitas, tulisan ini melihat bagaimana
Pemerintah India terus melaukan inovasi sebagai upaya meningkatkan kapasitas domestik
India. Baik melalui, reformasi ekonomi, pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia,
serta inovasi teknologi, sebagai modal India dalam membentuk strategi luar negeri dan
melakukan kerjasama internasional. Melalui shaping strategy, dengan kapasitas domestik
yang dimiliki, India berusaha untuk melakukan negosiasi dengan ASEAN dan beberapa
negara besar lainnya yang juga memiliki hubungan kerjasama dan perdaganan dengan
ASEAN. Kerjasama India-ASEAN menjadikan kekuatan ekonomi keduanya menjadi
semakin kuat, dan menjembatani ekonomi India untuk dapat bermain pada tingkat yang lebih
tinggi di level internasional.
1.8.Sistematika Penulisan
BAB I: Merupakan bab pendahuluan yang berisikan aturan-aturan baku dalam penulisan
karya ilmiah, yang terdiri dari: latar belakang masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah,
literature riview, kerangka teori, hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, metode pengumpulan data, jangkauan penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II: Dalam bab II, peneliti akan membahas mengenai latar belakang India melihat
ASEAN sebagai negera tujuan kerjasama. Dalam bab ini, peneliti juga akan membahas
beberapa dinamika kerjasama antara India-ASEAN Sebagai penutup dalam bab ini, peneliti
akan membahas mengenai posisi strategis kerjasama India dengan ASEAN dan investasi
antara India dengan beberapa negara di ASEAN.
BAB III: Dalam bab III, peneliti akan membahas mengenai beberapa pembangunan
kapasitas domestik yang dilakukan India. Pembangunan dilakukan dengan mereformasi
ekonomi melalui liberalisasi untuk mengundang lebih banyak investasi dan sektro swasta di
India. Pembangunan dilanjutkan dengan membangun beberapa sektor pendukung ekonomi
seperti infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, dan inovasi teknologi. Peneliti akan
menutup bab ini dengan kemampuan serta beberapa tantangan domestik yang dihadapi India
saat ini.
BAB IV: Pada bab IV ini, peneliti akan membahas mengenai strategi India untuk
mengintegrasikan ekonominya dengan dunia internasional melalui look east policy.
Kebijakan ini akan menjadi instrumen penting India dalam memprioritaskan hubungan
dengan ASEAN dengan membentuk AIFTA. Kerjasmaa dengan ASEAN akan meningkatkan
posisi tawar India di dunia internasional. Penutup dari bab ini adalah strategi India untuk
bersaing dengan kompetitornya serta mengintegrasikan ekonominya dengan ASEAN dan
dunia internasional.
BAB V: Pada bab ini berisi kesimpulan.
Download