311iS - Arsip Galeri Nasional Indonesia

advertisement
Media
•
Tanggol
. ;p.>
Hlm/klm
•
•
•
•
aSl run
•
" 1
311iS"
,
•
OLEH ARDUS M SAWEGA
riah atau Mariam, nama
yang lebih populer di maJakarta sebagai Si
Manis Jembatan Ancol, di mata
Wiwiek Harie Wahyuni adalah
sosok "pahlawan" yang memperjuangkan harga diri perempuan.
Dia bukan sosok arwah gentayangan atau kuntilanak yang suka
mengganggu orang dan jadi biang
kecelakaan lalu .1intas di jalan
raya sekitar Ancol, seperti legenda yang tersiar di masyarakat.
'i\riah adalah sosok perempuan yang dalam konteks zamannya
berani berkata 'tidak' untuk
mempertahankan kehonnatan
dan harga dirinya," ungkap Wiwiek yang bersama Dedy Lutan
Dance Company (DLDC) dan
Studio Taksu Solo membuat produksi Ariah Si Mariam sebagai
satu garapan tari dan dipentaskan
di Taman Budaya Jawa Tengah,
Solo, 21-22 Maret.
Tema jender yang mengetengahkan perjuangan kaum perempuan atas hak-haknya inilah
yang hendak disampaikan kelompok DLDC Berkata "tidak" dan
menolak lamaran menikah untuk
perempuan Betawi pada awal
abad ke-19, yakni
masa hidup Ariah, yang
oleh
Ariah adalah suatu keluarbiasaan.
Ketika itu kaum perempuan berada dalam kungkungan kultur
yang cuma bisa patuh oleh kemallan orangtua, atau keICuasaan
yang lebih besar, entah itu karena
status sosial, jabatan, atau uang.
Sikap !triah, demikian Wiwiek,
merupakan snatu bentuk perlawanan terbuka terhadap kultur
yang
kaum perempnan Betawi
itu. Di mata
Wiwiek,
Ariah
itu
inspirasi kuat
kepadanya nntuk mengetengahkan tentang sosok yang punya
makna da1am mmunitas Betawi
pada masa lalu.
mengungkung itu
diganlbarkan lewat 12 penari perempuan yang masuk ke panggung dengan terbungkuk-bungkuk dan sa1ing me~endong penari lain.
Cahaya panggung dan iringan
musik-gambang kromong betawi-terasa menyiratkan kemuraman dan kepedihan. Seqrang
perempuan nyeletuk bahwa ada
gosip tentang seorang perempuan muda yang bernasib malang
karena menolak dikawini juragan. Tetapi, ia lalu terlibat debat
yang nyinyir dengan perempuan-perempuan
lain-suasana
ngerumpi yang biasa kita tangkap
dalam komunitas Betawi.
Nafsu lelaki
"Kisah" pun menga1ir lewat
penggambaran selanjutnya, yakni
kaum perempuan Betawi yang
terkungkung dan tertindas. Para
penari selalu digambarkan dalam
posisi membungkuk nyaris 90 derajat, bahkan juga ketika memegal-megolkan pinggulnya-elemen gerak khas yang biasa kita
temukan pada tari Topeng Betawi
atau Topeng Blantek Ketidakberdayaan itu mereka tunjukkan
dengan
berbondong-bondong
mematuhi kemauan seorang cukong kaya raya yang suka "daun
muda".
Sang cukong kaya itu ketemu
batunya ketika ia menaksir seorang perempllan muda, namun
rupanya tak mau diajadikan gendaknya Perempuan muda itu,
Ariah, memberontak dan memilih melarikan diri. Karena ulahnya, ibunya hams
derita, dianiaya
oleh si cukong kaya
Seorang centeng si cukong
memburu Ariah dan berhasil menangkapnya Terjadi pergulatan
yang sengit. Dalam adegan perguiatan ini tarnpil momen-momen gerak yang artistik, sebelum
akhirn
Ariah dilumpuhkan.
Dram~ diiringi nyanyian sedih
•
Media
Tong9Ol
Hlm/klm
;
•
•
•
•
Tari dengan
tajuk "Ariah
si Mariam" di
Taman Budaya
Jawa Tengah
di Solo, Jumat
(21/3) maJam.
menyerupai raungan serak seorang pria dan di sudut lain suara
celetukan
perempuan
yang
menggemakan bahwa nafsu lelakilah yang menjadi biang bencana semua ini.
Metafora kematian Ariah dilukiskan lewat adegan perempuan malang itu tercebur ke kubanganlumpuryangcokJatdania
meregang di sana Menurut laporan, jenazah Ariah ditemukan
di area persawahan di daerah
Sunter, tak jauh dari Ancol Jakarta sekarang, pada tahun 1817,
tak selang lama sejak saat pelariannya.
SekaJipun
daJam
konsep
garapan tari kontemporer, Ariah
Si Mariam ini terasa naratif. Dengan kata lain, penonton cukup
pahamjaJan ceritanya Ini karena
Wiwiek Harie Wahyuni menyusun tarinya dengan konsep le-
nong betawi; bedanya, kaJau lenong didahuJui tari, pad a repertoar Ariah justru tarinya yang
mendominasi.
Walhasil, pertunjukan sepanjang 35 menit yang diwarnai diaJog dan narasi ini memang lebih
menyerupai pertunjukan teater
yang melodramatik. Itulah susahnya menimbang sebuah cerita, atau fakta, yang dari sananya
memang dramatis.
Medio
Tong9Ol
Hlm/klm
LEGENDA
•
1
•
aI-lIS
i Manis Jembatan Aneol berangkat dari legenda tentang kisah tragis yang dialami Ariah, atau Arie, yang di
kemudian hari dikenal sebagai
Mariam. Legenda tentang penampakan sosok perempuan muda yang berkelebat di dekat Jembatan Aneol, Jakarta, sekarang,
itu selalu dikaitkan dengan keeelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa di jalan raya menuju
Tanjung Priok.
. Legenda itu hidup sejak awal
abad ke-19, pada masa penjajahan
Belanda di kota yang dulu bernama Batavia ini. "Sejak zaman
Belanda dulu di jalan raya Aneol
itu sering terjadi keeelakaan yang
memakan korban. Maka, di dekat
situ dibangun pos polisi, juga sebuah kelenteng mini di selatan
jalan;' tutur Ridwan Saidi (65),
tokoh Betawi yang melakukan
penelitian tentang legenda Ariah
dari saksi-saksi hidup pada tahun
1955-1960.
Diceritakan, Ariah adalah seorang anak gadis Mak Emper
yang tinggal di emper (paviliun)
rumah seorang juragan kaya di
Kampung Sawah Paseban. Saat
Ariah berusia 16 tahun, si pemilik
rumah naksir dan hendak memperistri Ariah. Tetapi, Ariah menolak. Alasannya, seJain hanya
akan menjadi selir, ada kakak
perempuannya yang belum menikah. Ariah kemudian minggat,
lari dari rumahnya
Dalam pelariannya, ia dipergoki Oey Tambahsia, seorang
yang terkenal kaya raya di Batavia
saat itu dan punya vila di kawasan
Bintang Mas, Aneol sekarang.
Oey juga dikenal sebagai "maniak" yang suka mengoleksi peremp"an muda Oey lalu menyurub dua centengnya, pj'un dan
Surya, untuk memburu Ariah.
Gadis muda itu ditangkap dua
centeng Oey di Bendungan Dempet dekat Danau Sunter yang
waktu itu terkenal sangat angker.
Pi'un dan Swya mendapat perlawanan sengit dari Ariah. NamUD,
Ariah tewas di
tangan kedua
tersebut
di area
•
•
••
•
eral-)]aya
persawahan, sekitar 400 meter
dari Jembatan AneoL Dalam eatatan Ridwan Saidi, peristiwa itu
terjadi pada 1817.
Sejak itu warga yang lewat di
daerah itu mengaku acap melihat
penampakan sosok gadis eantik
berambut panjang. Banyak keeelakaan di sekitar Aneol dikaitkan dengan penampakan sosok
tersebut. Kendaraan yang lewat
di daerah itu wajib membunyikan
klakson dua kali bila lewat jalan
itu kalau mau selamat.
"Dengan membunyikan klakson, maksudnya permisi. Begitu
pun kalau memaneing di daerah
rawa di situ, juga mesti permisi.
Kalau tidal<, bisa hilang sampai
tiga hari;' ungkap Ridwan Saidi.
Di mata anggota Dewan Pakar
Lembaga Kebudayaan Betawi ini,
Ariah adalah sosok pahlawan karena mempertahankan kehormatan dirinya sebagai perempuan. Sosok serupa ia temukan pada
diri Nyai Dasima yang tewas dibantai di dekat Jembatan Pejambon pada 1821.
Bagaimana gambaran sosok
Ariah alias Si Manis Jembatan
Aneol? Yang jelas tidak seseksi
Dyah Pennata Sari, pemeran dalam sinetron Si Manis Jembatan
Aneol.
lnilah kesaksian H Mohammad Husni (64), warga Kebon
Jeruk, Jakarta, yang melukis sosok Ariah pada 2003 karena merasa seperti mendapatkan wangsit. 'J\riah itu seorang gadis biasa
Kalau disebut eantik, itu relatif.
Kulitnya sawo matang, tingginya
sekitar 160 cm. Rambutnya panjang, bajunya kebaya hitam berbintik-bintik biru. Matanya sedikit jllling."
Ridwan Saidi menilai lukisan
Husni paling mendekati citra tentang Ariah alias Si Manis Jembatan Anool dibandingkan lukisan yang pernah dibikin pelukis
lain. Husni menambahkan, pesan
Ariah yang disampaikan lewat luitu adalah bahwa dia adalah
.
gadis biasa yang teraniaya Bukan
setan atau kuntilanak
mana gambaran
selama ini. (ASA)
Download