marketing pendidikan islam dalam konteks industrialisasi

advertisement
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
S
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
MARKETING PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KONTEKS INDUSTRIALISASI
Syafrawi
Fakultas Agama Islam UIM Pamekasan
E-Mail: [email protected]
Abstrak
Secara sederhana, penentuan lokasi industri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu;
pertama, biaya angkutan. Kedua, tenaga kerja,dan ketiga, deglomerasi. Variasi motif
dimaksud, memiliki muara yang sama yaitu tercapainya tujuan bisnis yang
menguntungkan bagi pihak produsen. Pemahaman lain yang lebih komprehensif, bahwa
pemilihan lokasi industri ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: pertama, faktor
endowment atau dikenal dengan istilah sumber daya alam dan energi yang terdapat
dipermukaan bumi dan yang terkandung didalamnya. Kedua, faktor sumber daya manusia.
Faktor ini menjadi pilihan bagi para produsen dengan mengukur tingkat ketersediaan
tenaga kerja yang besar dan tingkat keahliannya. Ketiga, faktor modal, baik berupa fisik
maupun non fisik. Keempat, faktor pasar dan harga. Kelima, faktor aglomerasi. Faktor ini
menunjukkan situasi pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi di lokasi-lokasi tertentu,
utamanya pusat aglomerasi ditempatkan pada salah satu titik yang memiliki biaya
transportasi paling rendah. Keenam, faktor kebijakan pemerintah. Pemilihan lokasi karena
faktor ini menjadi alternatif produsen untuk mempertahankan dan mengembangkan
industrinya walaupun pada mulanya hal tersebut tidak menguntungkan, tetapi karena motif
eksistensi dan perlindungan industrinya, maka pertimbangan ekonomi sementara waktu
ditangguhkan.
Kata kunci: Marketing PAI, Industri
Abstract
The determination of an industrial location is determined by three factors, namely; first,
the cost of transport. Second, labor, and third, deglomeration. Variations of the motive,
having the same estuary is the achievement of a profitable business destination for the
producers. A more comprehensive understanding, that the selection of industrial sites is
determined by several factors, among others: first, endowment factors or known as natural
resources and energy contained on the surface of the earth and contained therein. Second,
the human resource factor. This factor becomes an option for producers by measuring the
level of availability of large manpower and skill levels. Third, the capital factor, both
physical and non-physical. Fourth, market and price factors. Fifth, agglomeration factor.
This factor indicates the situation of centralizing economic activities in certain locations,
particularly the center of agglomeration placed at one of the points with the lowest
transportation costs. Sixth, the factor of government policy. The choice of location because
of this factor became an alternative for producers to maintain and develop their industry
although initially it was not profitable, but because of the motive of existence and
protection of its industry, the economic consideration was temporarily suspended.
Keywords: Marketing PAI, Industri
104
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
hanya
Pendahuluan
Menelaah secara historis, bagaimana
pertumbuhan
E-ISSN. 2549-3833
dan
perkembangan
dapat
memasukkan
lembaga
bertahan
lama
materi-materi
pendidikan
setelah
umum
Islam.
ke
Ketiga,
pendidikan Islam pada masa Rasulullah
Masyarakat
dapat ditemukan di Makkah dan Madinah.
menyekolahkan
Nabi
membawa
pendidikan Islam yang juga memuat
perubahan radikal hubungan dan sikap
danmengajarkan materi pelajaran umum.
sosial orang Arab.Dapat dikatakan bahwa
Dengan alasan terciptanya harmonisasi
Nabi
pengajar,
kebutuhan spiritual dan material (duniawi
muslim
dan ukhrawi). Keempat, Kesadaran para
Muhammad
Muhammad
pembimbing
dan
mampu
adalah
pendidik
cenderung lebih berminat
anaknya
ke
lembaga
pertama.1Memahami unsur kesejarahan,
pengelola
adakalanya kita mengambil ibrah pada
bahwa tidak semua alumni pesantren ingin
masa Nabi Muhammad, bagaimana Nabi
menjadi seorang ulama, ustadz maupun
mempertahankan dan menyebarkan syiar
da’i. tetapi mereka tetap memposisikan
Islam walaupun tidak dapat di pungkiri
dirinya sebagai rakyat biasa yang ingin
bahwa pada saat yang bersamaan Nabi
mengasah
Muhammad menjadi pedagang milik Siti
pengetahuan, dan keterampilan lainnya
Khatijah sebagai saudagar dan istri Nabi
dalam rangka menatap masa depan yang
Muhammad. Hal itu terdapat nilai-nilai
lebih cerah (persaingan dalam dunia kerja).
kehidupan dan hikmah didalamnya, yaitu
Dunia pendidikan saat ini diibaratkan
misi ekonomi/ berdagang dan misi syiar
sebagai
Islam.
dikelola
Dalam
konteks
lembaga
diri,
pendidikan
Islam
meningkatkan
sebuah
industri
secara
ilmu
yang
harus
profesional
agar
sosiologis,
menghasilkan komoditi yang bermutu
pengembangan dan marketing pendidikan
tinggi dan dapat dipasarkan. Tuntutan
Islam menjadi suatu keharusan. Disamping
berorientasi
karena tuntutan zaman dan perkembangan
kualitasmerupakan
arus globalisasi, juga terdapat beberapa
menghadapi era globalisasi, era yang
alasan antara lain: Pertama, Meningkatkan
identik dengan kompetisi. Tilaar yang
daya saing siswa dilembaga pendidikan
mengidentikkan
Islam dengan siswa yang ada di pendidikan
kompetitif, era dimana hanya yang unggul
umum. Kedua, lembaga pendidikan Islam
saja
yang
pada
mutu
atau
tuntutan
era
mampu
ini
dalam
adalah
survive.
Hal
era
ini
dikarenakan ada 4 kekuatan dasar yang
1
Mansur, Peradaban Islam dan Lintasan Sejarah
(Yogyakarta: Global Pustaka Umum, 2004), 19.
membentuk era kompetitif ini,
yaitu
105
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
pertama, kemajuan IPTEK terutama dalam
Dalam konteks lokal, faktor wilayah
bidang informasi. Kedua, perdagangan
dangeografis
bebas yang ditunjang oleh kemajuan
panggilan jiwa pribadi sebagai putra
IPTEK. Ketiga, kerjasama regional dan
daerah.
internasional
menyatukan
memberi jawaban dan kepastian langkah
kehidupan berusaha dari bangsa-bangsa
dalam menjawab tuntutan zaman dan
tanpa mengenal batas negara. Keempat,
dinamika sosial masyarakat. Pemikiran
meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak
lokal ini
asasi manusia serta kewajiban manusia di
Madura sebagai objek utamanya. Realitas
dalam kehidupan bersama, dan sejalan
yang terjadi di bumi Madura, saat ini
dengan
beberapa perusahaan tambang minyak dan
yang
itu
kesadaran
telah
semakin
bersama
meningkatnya
dalam
dunia
demokrasi.2
Pada
masyarakat
nasional,
mengalami
saat
ini
perubahan
Lembaga
bagian
pendidikan
dimaksud, penulis
dari
harus
memilih
gas bumi sudah beroperasi di wilayah
perairan
skala
merupakan
atau
kepulauan.
Diantaranya
adalah pertama, PT Kangean Energy
Indonesia
(KEI)
beroperasi
perairan
pulau
di
Ra’as.
paradigma dalam memandang pendidikan.
wilayah
Pada mulanya, pendidikan hanya dianggap
Kedua, PT Husky Oil CNOOC yang
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
beraktifitas di pulau Sepudi. Ketiga, PT
dasar akademik saja (bisa baca tulis).
Santos Madura yang beroperasi di perairan
Namun, saat ini pendidikan dipandang
pulau Gili Genting.4
sebagai investasi masa depan. Maka, hal
ini
menjadi
keniscayaan
Dipahami
bahwa,
wacana
bagi
industrialisasi di Madura mulai bergulir
lembaga pendidikan khususnya perguruan
Pascaberoperasinya Jembatan Suramadu.
tinggi sebagai suatu institusi yang mampu
Jembatan Suramadu adalah jembatan yang
mencetak lulusan yang unggul, berkualitas
menghubungkan Kota Surabaya di Pulau
dan
Jawa dan kota Bangkalan di Pulau Madura.
sanggup
suatu
timur
yang
bersaing
globalisasi dan dunia kerja.
dengan
arus
3
Keberadaan
jembatan
ini
akan
memperlancar arus lalu lintas barang dan
jasa dari kedua wilayah tersebut.Jembatan
2
Tilaar, Agenda Reformasi Penddikan Nasional
dalam Perspektif Abad 21, (Jakarta: Tera Indonesia,
1998), hlm.32-33
3
Muhammad
In’am
Esha,
Institutional
Transformation Reformasi dan Modernisasi
Perguruan Tinggi Islam, (Malang: UIN Malang
Press, 2009), hlm. 28.
sepanjang 5,4 km yang dibangun dengan
biaya Rp 4,5 trilliun.Di satu sisi, realitas
4
Kabar Madura, Jumat 4 April 2014.
106
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
ini akan menjadi pembangkit perubahan
berdagang sebagai bentuk padanan dari
bagi Pulau Madura, merubah kondisi dan
industrialisasi. Orang Madura mengenal
wilayah
semula
istilah adhegeng adheging dengan maksud
terbelakang secara pendidikan, sosial, dan
bahwa jika kita berdagang maka kita akan
ekonomi menjadi pulau yang modern.
kaya. Karena berdagang dan berbisnis akan
Namun, di sisi yang lain hal ini menjadi
melatih kemandirian dan kesejahteraan.5
Pulau
Madura
yang
problem dan tantangan bagi masyarakat
Fenomena menarik yang terjadi pada
secara umum dan lembaga pendidikan
pendidikan Islam ketika dikaitkan dengan
Islam pada khususnya. Pendidikan Islam di
dunia praktis (ekonomi dan pasar) apalagi
Madura tidak hanya unggul pada ranah
sepengetahuan peneliti, kajian ini belum
kuantitas, namun juga unggul di bidang
dilakukan utamanya di pulau Madura.
kualitas. Keyakinan penulis bukan suatu
Menyita perhatian saya pribadi bahwa
hal yang mustahil untuk diwujudkan,
dalam pendidikan islam hanya ada jargon
manakala
dengan
“barokah”. istilah bisnis seperti pemasaran
menjadi
relatif tidak tepat jika di bawa dalam
kebijakan
pengembangan
pendidikan
prioritas utama. Karena dengan dipilihnya
lingkup
madrasah,
langkah
terkesan
adanya
ini
akan
meningkatkan
bahkan
unsur
cenderung
yang
hendak
pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan
mengkomersialkan institusi madrasah yang
produktivitas dan menjadikan sumber daya
tentu saja bertentangan dengan pernyataan
manusia lebih dinamis dalam menghadapi
kebanyakan para pengelola madrasah (dan
perubahan kehidupan dalam menyongsong
anggapan masyarakat pada umumnya)
industrialisasi di Madura.
bahwa madrasah adalah suatu usaha amal
Selain
dalam
sosial.Kalaupun jargon itu tetap ingin di
rangka menopang proses pengembangan
lestarikan dan tambah barokah, maka
dan kemajuan pulau Madura, pertumbuhan
pendidikan islam harus melakukan inovasi
pada sektor ekonomi secara keseluruhan
melalui Marketing Pendidikan Islam.
dan
sektor
merata
pendidikan,
akan
berdampak
pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat di
pulau
Madura.
menyederhanakan
Dalam
makna
rangka
indusrialisasi
dimaksud, tanpa menghilangkan makna
dan
substansinya,
sebagai
bentuk
penulis
bisnis,
memahami
berniaga atau
5
Sri Handayani, “Pedagang dan Pengrajin Batik
Madura Dalam Perspektif Manajemen Ekonomi
Madura” Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan
Keagamaan Islam, vol.7 No.1 Januari-Juni 2010,
(Pamekasan: STAIN Pamekasan), hlm. 129.
107
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
Berdasarkan definisi tersebut, dapat
Pembahasan
1.
dipahami bahwa kegiatan pemasaran itu
Definisi Pemasaran/ Marketing
Pemasaran
umumnya
diciptakan oleh pembeli dan penjual,
dari kegiatan-
dimana kedua belah pihak sama-sama
kegiatan pokok yang dilakukan oleh para
ingin mencari kepuasan.Dalam hal ini
pengusaha
mempertahankan
pembeli ingin memenuhi kebutuhannya
kelangsungan hidup perusahaannya untuk
dan penjual berusaha untuk mendapatkan
berkembang
keuntungan.
merupakan
pada
salah satu
dalam
dan
mendapatkan
laba.
Hingga saat ini kegiatan pemasaran telah
menjadi
suatu
kegiatan
yang
Dalam konsep pemasaran dikenal
sangat
lima unsur yang saling berhubungan satu
kompleks, dimana setiap perusahaan yang
dengan yang lain, dimana setiap konsep
ingin berhasil di dalam usahanya, harus
masing-masing dibangun di atas konsep
terlebih dahulu memahami pengertian
sebelumnya. Yaitu: kebutuhan, keinginan,
pemasaran.
dan permintaan; produk; nilai, kepuasan
Untuk lebih jelasnya peneliti akan
dan
mutu;
pertukaran,
mengutip definisi pemasaran dari beberapa
hubungan; dan pasar.
ahli diantaranya adalah: Philip Kotler
2.
sebagaimana yang di kutip Ali Hasan,
mengatakan bahwa :“marketing is a
transaksi
dan
Pemasaran dan Pendidikan Sebagai
Industri Raksasa Non Profit
Bagi
orang awam
yang belum
societal process by wich individuals and
banyak mengetahui tentang pemasaran,
groups obtain what they need and want
pada awalnya mungkin akan merasa tabu
though creating, offering, and freely
dengan
axchanging products and services of value
Mereka akan mengira bahwa lembaga
with other”. “Pemasaran adalah proses
pendidikan
sosial
Padahal sesungguhnya tidaklah sama dan
dan
manajerial
dengan
mana
istilah
pemasaran
itu
akan
dikomersialkan.
individu dan kelompok memperoleh apa
sebangun
yang mereka butuhkan dan inginkan
komersial, walaupun kedua istilah ini
dengan
akrab digunakan dalam bidang bisnis.
cara
menciptakan
serta
mempertukarkan produk dan nilai dengan
pihak lain.” 6
antara
pendidikan.
pemasaran
dengan
Lembaga pendidikan adalah sebuah
kegiatan yang melayani konsumen berupa
murid/siswa, mahasiswa dan masyarakat
umum
yang
dikenal
sebagai
6
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), 13.
stakeholder.Lembaga
pendidikan
pada
108
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
hakekatnya bertujuan memberi layanan.
adalah
Pihak yang dilayani ingin memperoleh
aktivitas kelembagaan yang melakukan
kepuasan dari layanan tersebut, karena
usaha non profit. Lembaga pendidikan
Dalam membangun lembaga pendidikan,
berusaha tidak semata-mata untuk mencari
Brubacher menyatakan ada dua landasan
keuntungan komersial dalam bentuk uang
filosofis,
semata, melainkan juga bersifat pribadi,
yaitu
pertama
landasan
epistemologis, dimana lembaga pendidikan
bahwa
pendidikan
merupakan
sosial dan kultural.7
harus berusaha untuk mengerti dunia
sekelilingnya,
dalamnya
memikirkan
masalah
yang
sedalam-
3.
Problematika Pendidikan Islam
ada
a.
Problematika Ontologi Pendidikan
di
masyarakatdimana tujuan pendidikan tidak
dapat
dibelokkan
oleh
Islam
berbagai
Secara mikro, telaah ilmu pendidikan
pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus
Islam
berpegang teguh pada kebenaran. Kedua,
dalam unsur yang termasuk didalamnya
landasan
memikirkan
dalam pendidikan Islam. Sedangkan secara
kehidupan praktis untuk tujuan masa depan
makro, objek formal ilmu pendidikan
bangsa karena masyarakat kita begitu
Islam ialah upaya normatif (sesuai dengan
kompleks
masalah
ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
pemerintahan, industri, pertanian, sumber
dalam fenomena qauliyahdan kauniyah)
daya
keterkaitan
politik
yaitu
sehingga
alam
dan
banyak
manusia,
hubungan
menyangkut
seluruh
pendidikan
komponen
Islam
dengan
internasional, pendidikan, lingkungan dsb
sistem sosial, politik, ekonomi, budaya dan
yang perlu dipecah oleh tenaga ahli yang
agama baik dalam skala kedaerahan,
dicetak oleh lembaga pendidikan, di mana
nasional maupun internasional.8
lulusan yang bermutu hanya mampu
Kajian pendidikan Islam senantiasa
dihasilkan tenaga pendidik yang bermutu
bertolak
pula.
didalamnya, kesenjangan antara fakta dan
Pendidikan merupakan salah satu
industri raksasa yang melibatkan sejumlah
tenaga
pengajar
dan
siswa
pada
problem
yang
ada
realita, kontroversi antara teori dan empiri.
Maka
dari
itulah,
wilayah
kajian
yang
membutuhkan anggaran yang besar yang
meliputi
proses
pendaftaran,
proses
pembelajaran, dan sampai pada lulusan.
Hal yang perlu menjadi perhatian kita
7
Dadang Suhardan dkk, Ekonomi dan Pembiayaan
Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 12.
8
Muhaimin,
Pemikiran
dan
Aktualisasi
Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), 45.
109
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
pendidikan Islam bermuara pada tiga
berhubungan dengan dengan berbagai
problem pokok, antara lain:
komponen pendidikan Islam, misalnya
1. Fondational
hubungan
Problems,Masalahdasar,
fondasiagamadan
masalah
filosofis-empiris
yang
menyangkut
interaktif
lima
faktor
landasan
pendidikan yaitu tujuan pendidikan,
didalamnya
pendidik dan tenaga pendidikan, peserta
dimensi-dimensi
dan
didik dan alat-alat pendidikan Islam
kajian tentang konsep pendidikan yang
(kurikulum, metodologi, manajemen,
bersifat
administrasi,
universal,
seperti
hakikat
sarana dan prasarana,
manusia, masyarakat, akhlak, hidup,
media,
ilmu pengetahuan, iman, ulul albab dan
lingkungan atau konteks pendidikan.
lain
sebagainya.
bersumber
dari
sumber
dan
evaluasi)
dan
Yang
semuanya
Atau bisa bertolak dari hubungan input,
kajian
fenomena
proses dan output. Sedangkan secara
qauliyah dan fenomena kauniyah yang
makro,
membutuhkan pendekatan filosofis.
pendidikan Islam dengan sistem sosial,
2. Structural
problems(masalah
struktural),
ditinjau
demografis
dan
dari
keterkaitan
politik, ekonomi, budaya dan agama
struktur
geografis
menyangkut
baik
yang
bersifat
Nasional
dan
Internasional.9
bisa
dikategorikan ke dalam kota, pinggiran
kota, desa dan desa terpencil. Dari
b. Problematika
struktur perkembangan jiwa manusia
bisa
dikategorikan
kanak-kanak,
kedalam
masa
Dari
beberapa
literatur
dapat
disebutkan bahwa Epistemologi adalah
ekonomi
teori pengetahuan, yaitu membahas tentang
masyarakat
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
kaya, menengah dan miskin. Dari
dari obyek yang ingin dipikirkan.10D.W.
struktur rumah tangga, terdapat rumah
Hamlyn
tangga karier dan non karier. Dari
sebagai cabang filsafat yang berurusan
struktur
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan
Dari
dikategorikan
dewasa
Pendidikan Islam
dan
manula.
remaja,
Epistemologi
struktur
kedalam
jenjang
pendidikan
bisa
Mendefinisikan
epistemologi
dikategorikan kedalam pendidikan anak
dan
pengandai-pengandaiannya
serta
usia dini, pendidikan dasar, menengah
secara umum hal itu dapat diandalkannya
dan pendidikan tinggi.
3. Operational
problem
(masalah
9
Ibid, 45.
Ihsan
Hamdani, Filsafat
Pendidikan
Islam(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), 16
10
operasional),
secara
mikro
akan
110
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
sebagai penegasan bahwa orang memiliki
menekankan yang sudah ada pada
pengetahuan.Selanjutnya,
kemampuan
pengertian
anak
untuk
epistemologi yang lebih jelas, diungkapkan
menghafal
oleh Azyumardi Azra bahwa epistemologi
daripada isu-isu sosial keagamaan yang
sebagai ilmu yang membahas tentang
dihadapi pada era modern seperti
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan
kriminalitas, kesenjangan sosial dan lain
validitas ilmu pengetahuan.11
lain.
Karena
epistemologi
teks-teks
didik
keagamaan
merupakan
4. Pengajaran agama yang bersandar pada
pendekatan yang berbasis proses, maka
bentuk metodologi yang bersifat statis
epistemologi
indoktrinatif-doktriner.12
melahirkan
konsekuensi-
konsekuensi logis dan problematika yang
sangat komplek, yaitu :
c.
1. Pendidikan Islam seringkali dikesankan
Problematika Aksiologi Pendidikan
Islam
sebagai pendidikan yang tradisional dan
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan
konservatif, hal ini wajar karena orang
yang menyelidiki hakekat nilai, pada
memandang bahwa kegiatan pendidikan
umumnya ditinjau dari sudut pandangan
Islam
lemahnya
kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat banyak
penggunaan metodologis pembelajaran
cabang pengetahuan yang bersangkutan
yang cenderung tidak menarik perhatian
dengan masalah-masalah nilai yang khusus
dan memberdayakan.
seperti
dihinggapi
oleh
2. Pendidikan Islam terasa kurang concern
terhadap
persoalan
epistemologis,
etika
dan
estetika.Epistemologi bersangkutan dengan
bagaimana
masalah kebenaran, etika bersangkutan
mengubah pengetahuan agama yang
dengan masalah kebaikan, dan estetika
bersifat kognitif menjadi suatu “makna
bersangkutan dengan masalah keindahan.13
dan nilai” yang perlu di internalisasikan
Secara historis, istilah yang lebih
dalam diri seseorang lewat berbagai
umum dipakai adalah etika (ethics) atau
cara, media dan forum.
moral (morals).Tetapi dewasa ini, istilah
3. Metodologi pengajaran agama berjalan
axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab
secara konvensional-tradisional, yakni
12
menitik
beratkan
korespondensi-tekstual
11
pada
yang
aspek
lebih
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi
Pendidikan Islam (Jakarta:Kalam Mulia, 1986), 4
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas
Mindset
Baru,
Meraih
Paradigma
Unggul.(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 37.
13
Louis O. Kattsoff.Pengantar Filsafat. Alih
Bahasa Soejono Soemargono (Yogyakarta.
Penerbit Tiara Wacana, 1996), 327.
111
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
dipakai
dalam
ojs.uim.ac.id
dialog
E-ISSN. 2549-3833
filosofis.Jadi,
hal teknis seperti tunjangan honor,
aksiologi bisa disebut sebagai the theory of
tunjangan fungsional dan tunjangan
value atau teori nilai. Bagian dari filsafat
sertifikasi.
yang menaruh perhatian tentang baik dan
3. Dikalangan peserta didikpun dalam
buruk (good and bad), benar dan salah
menuntut
(right and wrong), serta tentang cara dan
mengesampingkan
tujuan
kerahmatan
(means
and
ends). Secara
etimologis, istilah aksiologi berasal dari
ilmu
cenderung
nilai-nilai
ihsan,
amanah
dalam
dan
mengharap ridha Allah.
Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata
“aksios” yang berarti nilai dan kata “logos”
yang
berarti
merupakan
teori.
Jadi
cabang
aksiologi
filsafat
yang
mempelajari nilai.14
Dari diantara lima komponen dalam
pendidikan
Islam
(tujuan
pendidikan,
4.
Pendidikan dan Lapangan Kerja
Pendidikan
merupakan
aktivitas
kelembagaan
yang
didalamnya
mengandung
nilai-nilai
transformasi
keilmuan,
wawasan
Keyakinan
penulis
dan pengetahuan.
bahwa
meskipun
pendidik dan tenaga pendidikan, peserta
pendidikan bukanlah lembaga profit dan
didik dan alat-alat pendidikan Islam dan
lahan bisnis yang sekedar mencari laba dan
lingkungan
keuntungan
ketika
atau
konteks
dengan
materiil,
tetapi
pada
dimensi
hakikatnya bahwa pendidikan merupakan
aksiologis, maka terdapat problem antara
investasi masa depan seseorang. Dengan
lain:
pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
1. Tujuan
dikaitkan
pendidikan.,
pendidikan
Islam
kurang
menjadi stock knowledge bagi masyarakat
berorientasi pada nilai-nilai kehidupan
dan bangsa, dan kedudukan inilah yan
masa yang akan datang, belum mampu
kemudian menjadi pemisah antara negara
menyiapkan
maju dan negara berkembang.
generasi
yang
sesuai
dengan kemajuan zaman.
Realitas yang tidak bisa terelakkan
2. Pendidik dan tenaga pendidikannya
dan fenomena umum yang terjadi pada
mulai memudar dengan doktrin awal
negara berkembang adalah unenployment
pendidikan Islam tentang konsep nilai
educated
ibadah
diakibatkan beberapa faktor, antara lain:
dan
dakwah
syiar
Islam,
pendidik juga disibukkan dengan hal-
pertama,
population,
hal
penyelenggaraan
ini
terjadi
pendidikan
tidak lebih dari sekedar pemenuhan hak
14
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), 36
bangsa, tuntutan politik serta menutupi
112
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
kampanye yang terlanjur dijanjikan. Bukan
E-ISSN. 2549-3833
Penutup
atas dasar membangun dan mencerdaskan
Keragaman motif produsen memilih
kehidupan bangsa.Kedua, penyelenggaraan
lokasi industri berdasarkan analisa dan
pendidikan lebih bermotif pada orientasi
kajian yang mendalam dan pertimbangan
formal dan status sosial semata, bukan
bisnis yang matang. Adakalanya lokasi
berorientasi kepada memenuhi nilai luhur
industri memilih lokasi disekitar bahan
dan pembangunan nasional bangsa. Ketiga,
baku, ada pula karena pertimbangan upah
minimnya sinergi dan komonikasi antara
tenaga kerja yang minim dan harga yang
dunia
tidak
pendidikan
dan
lowongan
pekerjaan.15
Maka
ekonomis.
Secara
sederhana,
penentuan lokasi industri ditentukan oleh
dari
itu,
problematika
tiga faktor, yaitu; pertama, biaya angkutan.
pendidikan Islam ketika di kaitkan dengan
Kedua,
lapangan
deglomerasi.
kerja
adalah
menimbulkan
tenaga
kerja,dan
Variasi
yang
dimaksud,
persoalan yang sangat mendasar yaitu
memiliki
tersedianya SDM yang unggul dan mampu
tercapainya
bersaing dalam skala nasional maupun
menguntungkan bagi pihak produsen.
internasional. Maka SDM yang menjadi
muara
motif
ketiga,
tujuan
Pemahaman
lain
sama
yaitu
bisnis
yang
yang
lebih
produk pendidikan Islam harus menguasai
komprehensif, bahwa pemilihan lokasi
ilmu pengetahuan yang luas. Karena semua
industri ditentukan oleh beberapa faktor,
pesaing (competitor) memiliki kesempatan
antara lain: pertama, faktor endowment
yang sama, sehingga bagi mereka yang
atau dikenal dengan istilah sumber daya
tidak
alam
bisa
menggunakan
dan
dan
energi
yang
terdapat
memanfaatkan peluang yang ada, bisa
dipermukaan bumi dan yang terkandung
dipastikan mereka akan tertinggal. Dengan
didalamnya. faktor endowment lainnya
demikian, lembaga pendidikan diharapkan
adalah bahan-bahan pertambangan, energi
melakukan
ikhtiar
rangka
dan meneral biasanya hanya terdapat di
pemantapan
dan
kualitas
lokasi tertentu saja. Faktor endowment ini
pendidikan yang berkesinambungan yang
akan menjadi pilihan bagi industri yang
bersifat reflektif dan reformatif.16
mengolah bahan baku, misalnya industri
dalam
peningkatan
perminyakan, pengolahan batubara. Jenis
15
Dadang Suhardan dkk, Ekonomi...hlm. 61.
16
Isrofil Amar, Etika Politik Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), hlm.
114.
industri ini pada umumnya berlokasi
disekitar wilayah bahan baku produksi.
113
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
Kedua, faktor sumber daya manusia.
Faktor ini menjadi pilihan bagi para
produsen
dengan
mengukur
tingkat keahliannya. Perbedaan ini menjadi
pemikiran
produsin
untuk
menentukan lokasi industri. Ketiga, faktor
modal, baik berupa fisik maupun non fisik.
Keempat, faktor pasar dan harga. Hal ini
bisa kita pahami bahwa keseimbangan
antara harga output dan harga input sangat
menentukan keberlangsungan industri di
lokasi tersebut. Kelima, faktor aglomerasi.
Faktor ini menunjukkan situasi pemusatan
kegiatan-kegiatan ekonomi di lokasi-lokasi
tertentu,
utamanya
pusat
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor,
Metoda
Penelitian
Kualitatif,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1992)
tingkat
ketersediaan tenaga kerja yang besar dan
dasar
E-ISSN. 2549-3833
aglomerasi
Esha,Muhammad
In’am.Institutional
Transformation
Reformasi
dan
Modernisasi Perguruan Tinggi Islam,
(Malang: UIN Malang Press, 2009)
Hamdani,Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)
Handayani,Sri. “Pedagang dan Pengrajin
Batik Madura Dalam Perspektif
Manajemen
Ekonomi
Madura”
Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial
dan Keagamaan Islam, vol.7 No.1
Januari-Juni
2010,
(Pamekasan:
STAIN Pamekasan)
Hasan,Ali.Marketing
Bank
Syariah,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
Kabar Madura, Jumat 4 April 2014.
ditempatkan pada salah satu titik yang
memiliki biaya transportasi paling rendah.
Keenam, faktor kebijakan pemerintah.
Pemilihan lokasi karena faktor ini menjadi
alternatif produsen untuk mempertahankan
dan
mengembangkan
industrinya
walaupun pada mulanya hal tersebut tidak
menguntungkan,
tetapi
karena
motif
eksistensi dan perlindungan industrinya,
maka pertimbangan ekonomi sementara
waktu ditangguhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amar,Isrofil.Etika Politik Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2009)
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Alih
Bahasa
Soejono
Soemargono
(Yogyakarta. Penerbit Tiara Wacana,
1996)
Mansur, Peradaban Islam dan Lintasan
Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka
Umum, 2004)
Moleong,Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif,
(Bandung:
RemajaRosdakarya, 2006)
Muhadjir,Noeng.Metodologi
penelitian
kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996)
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi
Pengembangan Pendidikan Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011)
114
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Juli 2017. Vol.4. No.2
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104
ojs.uim.ac.id
E-ISSN. 2549-3833
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam;
Meretas Mindset Baru, Meraih
Paradigma Unggul. (Malang: UINMaliki Press, 2011)
Sadulloh,Uyoh.Pengantar
Pendidikan,
(Bandung:
Alfabeta, 2007)
Filsafat
Penerbit
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010)
Suhardan, Dadang. dkk, Ekonomi dan
Pembiayaan Pendidikan, (Bandung,
Alfabeta, 2012)
Teguh,Muhammad.Ekonomi
Industri,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
Tilaar, Agenda Reformasi Penddikan
Nasional dalam Perspektif Abad 21,
(Jakarta: Tera Indonesia, 1998)
Zaini,Syahminan. Prinsip-prinsip Dasar
Konsepsi
Pendidikan
Islam
(Jakarta: Kalam Mulia, 1986)
115
Download