JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 S ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 MARKETING PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONTEKS INDUSTRIALISASI Syafrawi Fakultas Agama Islam UIM Pamekasan E-Mail: [email protected] Abstrak Secara sederhana, penentuan lokasi industri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu; pertama, biaya angkutan. Kedua, tenaga kerja,dan ketiga, deglomerasi. Variasi motif dimaksud, memiliki muara yang sama yaitu tercapainya tujuan bisnis yang menguntungkan bagi pihak produsen. Pemahaman lain yang lebih komprehensif, bahwa pemilihan lokasi industri ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: pertama, faktor endowment atau dikenal dengan istilah sumber daya alam dan energi yang terdapat dipermukaan bumi dan yang terkandung didalamnya. Kedua, faktor sumber daya manusia. Faktor ini menjadi pilihan bagi para produsen dengan mengukur tingkat ketersediaan tenaga kerja yang besar dan tingkat keahliannya. Ketiga, faktor modal, baik berupa fisik maupun non fisik. Keempat, faktor pasar dan harga. Kelima, faktor aglomerasi. Faktor ini menunjukkan situasi pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi di lokasi-lokasi tertentu, utamanya pusat aglomerasi ditempatkan pada salah satu titik yang memiliki biaya transportasi paling rendah. Keenam, faktor kebijakan pemerintah. Pemilihan lokasi karena faktor ini menjadi alternatif produsen untuk mempertahankan dan mengembangkan industrinya walaupun pada mulanya hal tersebut tidak menguntungkan, tetapi karena motif eksistensi dan perlindungan industrinya, maka pertimbangan ekonomi sementara waktu ditangguhkan. Kata kunci: Marketing PAI, Industri Abstract The determination of an industrial location is determined by three factors, namely; first, the cost of transport. Second, labor, and third, deglomeration. Variations of the motive, having the same estuary is the achievement of a profitable business destination for the producers. A more comprehensive understanding, that the selection of industrial sites is determined by several factors, among others: first, endowment factors or known as natural resources and energy contained on the surface of the earth and contained therein. Second, the human resource factor. This factor becomes an option for producers by measuring the level of availability of large manpower and skill levels. Third, the capital factor, both physical and non-physical. Fourth, market and price factors. Fifth, agglomeration factor. This factor indicates the situation of centralizing economic activities in certain locations, particularly the center of agglomeration placed at one of the points with the lowest transportation costs. Sixth, the factor of government policy. The choice of location because of this factor became an alternative for producers to maintain and develop their industry although initially it was not profitable, but because of the motive of existence and protection of its industry, the economic consideration was temporarily suspended. Keywords: Marketing PAI, Industri 104 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id hanya Pendahuluan Menelaah secara historis, bagaimana pertumbuhan E-ISSN. 2549-3833 dan perkembangan dapat memasukkan lembaga bertahan lama materi-materi pendidikan setelah umum Islam. ke Ketiga, pendidikan Islam pada masa Rasulullah Masyarakat dapat ditemukan di Makkah dan Madinah. menyekolahkan Nabi membawa pendidikan Islam yang juga memuat perubahan radikal hubungan dan sikap danmengajarkan materi pelajaran umum. sosial orang Arab.Dapat dikatakan bahwa Dengan alasan terciptanya harmonisasi Nabi pengajar, kebutuhan spiritual dan material (duniawi muslim dan ukhrawi). Keempat, Kesadaran para Muhammad Muhammad pembimbing dan mampu adalah pendidik cenderung lebih berminat anaknya ke lembaga pertama.1Memahami unsur kesejarahan, pengelola adakalanya kita mengambil ibrah pada bahwa tidak semua alumni pesantren ingin masa Nabi Muhammad, bagaimana Nabi menjadi seorang ulama, ustadz maupun mempertahankan dan menyebarkan syiar da’i. tetapi mereka tetap memposisikan Islam walaupun tidak dapat di pungkiri dirinya sebagai rakyat biasa yang ingin bahwa pada saat yang bersamaan Nabi mengasah Muhammad menjadi pedagang milik Siti pengetahuan, dan keterampilan lainnya Khatijah sebagai saudagar dan istri Nabi dalam rangka menatap masa depan yang Muhammad. Hal itu terdapat nilai-nilai lebih cerah (persaingan dalam dunia kerja). kehidupan dan hikmah didalamnya, yaitu Dunia pendidikan saat ini diibaratkan misi ekonomi/ berdagang dan misi syiar sebagai Islam. dikelola Dalam konteks lembaga diri, pendidikan Islam meningkatkan sebuah industri secara ilmu yang harus profesional agar sosiologis, menghasilkan komoditi yang bermutu pengembangan dan marketing pendidikan tinggi dan dapat dipasarkan. Tuntutan Islam menjadi suatu keharusan. Disamping berorientasi karena tuntutan zaman dan perkembangan kualitasmerupakan arus globalisasi, juga terdapat beberapa menghadapi era globalisasi, era yang alasan antara lain: Pertama, Meningkatkan identik dengan kompetisi. Tilaar yang daya saing siswa dilembaga pendidikan mengidentikkan Islam dengan siswa yang ada di pendidikan kompetitif, era dimana hanya yang unggul umum. Kedua, lembaga pendidikan Islam saja yang pada mutu atau tuntutan era mampu ini dalam adalah survive. Hal era ini dikarenakan ada 4 kekuatan dasar yang 1 Mansur, Peradaban Islam dan Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Umum, 2004), 19. membentuk era kompetitif ini, yaitu 105 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 pertama, kemajuan IPTEK terutama dalam Dalam konteks lokal, faktor wilayah bidang informasi. Kedua, perdagangan dangeografis bebas yang ditunjang oleh kemajuan panggilan jiwa pribadi sebagai putra IPTEK. Ketiga, kerjasama regional dan daerah. internasional menyatukan memberi jawaban dan kepastian langkah kehidupan berusaha dari bangsa-bangsa dalam menjawab tuntutan zaman dan tanpa mengenal batas negara. Keempat, dinamika sosial masyarakat. Pemikiran meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak lokal ini asasi manusia serta kewajiban manusia di Madura sebagai objek utamanya. Realitas dalam kehidupan bersama, dan sejalan yang terjadi di bumi Madura, saat ini dengan beberapa perusahaan tambang minyak dan yang itu kesadaran telah semakin bersama meningkatnya dalam dunia demokrasi.2 Pada masyarakat nasional, mengalami saat ini perubahan Lembaga bagian pendidikan dimaksud, penulis dari harus memilih gas bumi sudah beroperasi di wilayah perairan skala merupakan atau kepulauan. Diantaranya adalah pertama, PT Kangean Energy Indonesia (KEI) beroperasi perairan pulau di Ra’as. paradigma dalam memandang pendidikan. wilayah Pada mulanya, pendidikan hanya dianggap Kedua, PT Husky Oil CNOOC yang sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan beraktifitas di pulau Sepudi. Ketiga, PT dasar akademik saja (bisa baca tulis). Santos Madura yang beroperasi di perairan Namun, saat ini pendidikan dipandang pulau Gili Genting.4 sebagai investasi masa depan. Maka, hal ini menjadi keniscayaan Dipahami bahwa, wacana bagi industrialisasi di Madura mulai bergulir lembaga pendidikan khususnya perguruan Pascaberoperasinya Jembatan Suramadu. tinggi sebagai suatu institusi yang mampu Jembatan Suramadu adalah jembatan yang mencetak lulusan yang unggul, berkualitas menghubungkan Kota Surabaya di Pulau dan Jawa dan kota Bangkalan di Pulau Madura. sanggup suatu timur yang bersaing globalisasi dan dunia kerja. dengan arus 3 Keberadaan jembatan ini akan memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa dari kedua wilayah tersebut.Jembatan 2 Tilaar, Agenda Reformasi Penddikan Nasional dalam Perspektif Abad 21, (Jakarta: Tera Indonesia, 1998), hlm.32-33 3 Muhammad In’am Esha, Institutional Transformation Reformasi dan Modernisasi Perguruan Tinggi Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 28. sepanjang 5,4 km yang dibangun dengan biaya Rp 4,5 trilliun.Di satu sisi, realitas 4 Kabar Madura, Jumat 4 April 2014. 106 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 ini akan menjadi pembangkit perubahan berdagang sebagai bentuk padanan dari bagi Pulau Madura, merubah kondisi dan industrialisasi. Orang Madura mengenal wilayah semula istilah adhegeng adheging dengan maksud terbelakang secara pendidikan, sosial, dan bahwa jika kita berdagang maka kita akan ekonomi menjadi pulau yang modern. kaya. Karena berdagang dan berbisnis akan Namun, di sisi yang lain hal ini menjadi melatih kemandirian dan kesejahteraan.5 Pulau Madura yang problem dan tantangan bagi masyarakat Fenomena menarik yang terjadi pada secara umum dan lembaga pendidikan pendidikan Islam ketika dikaitkan dengan Islam pada khususnya. Pendidikan Islam di dunia praktis (ekonomi dan pasar) apalagi Madura tidak hanya unggul pada ranah sepengetahuan peneliti, kajian ini belum kuantitas, namun juga unggul di bidang dilakukan utamanya di pulau Madura. kualitas. Keyakinan penulis bukan suatu Menyita perhatian saya pribadi bahwa hal yang mustahil untuk diwujudkan, dalam pendidikan islam hanya ada jargon manakala dengan “barokah”. istilah bisnis seperti pemasaran menjadi relatif tidak tepat jika di bawa dalam kebijakan pengembangan pendidikan prioritas utama. Karena dengan dipilihnya lingkup madrasah, langkah terkesan adanya ini akan meningkatkan bahkan unsur cenderung yang hendak pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan mengkomersialkan institusi madrasah yang produktivitas dan menjadikan sumber daya tentu saja bertentangan dengan pernyataan manusia lebih dinamis dalam menghadapi kebanyakan para pengelola madrasah (dan perubahan kehidupan dalam menyongsong anggapan masyarakat pada umumnya) industrialisasi di Madura. bahwa madrasah adalah suatu usaha amal Selain dalam sosial.Kalaupun jargon itu tetap ingin di rangka menopang proses pengembangan lestarikan dan tambah barokah, maka dan kemajuan pulau Madura, pertumbuhan pendidikan islam harus melakukan inovasi pada sektor ekonomi secara keseluruhan melalui Marketing Pendidikan Islam. dan sektor merata pendidikan, akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di pulau Madura. menyederhanakan Dalam makna rangka indusrialisasi dimaksud, tanpa menghilangkan makna dan substansinya, sebagai bentuk penulis bisnis, memahami berniaga atau 5 Sri Handayani, “Pedagang dan Pengrajin Batik Madura Dalam Perspektif Manajemen Ekonomi Madura” Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam, vol.7 No.1 Januari-Juni 2010, (Pamekasan: STAIN Pamekasan), hlm. 129. 107 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 Berdasarkan definisi tersebut, dapat Pembahasan 1. dipahami bahwa kegiatan pemasaran itu Definisi Pemasaran/ Marketing Pemasaran umumnya diciptakan oleh pembeli dan penjual, dari kegiatan- dimana kedua belah pihak sama-sama kegiatan pokok yang dilakukan oleh para ingin mencari kepuasan.Dalam hal ini pengusaha mempertahankan pembeli ingin memenuhi kebutuhannya kelangsungan hidup perusahaannya untuk dan penjual berusaha untuk mendapatkan berkembang keuntungan. merupakan pada salah satu dalam dan mendapatkan laba. Hingga saat ini kegiatan pemasaran telah menjadi suatu kegiatan yang Dalam konsep pemasaran dikenal sangat lima unsur yang saling berhubungan satu kompleks, dimana setiap perusahaan yang dengan yang lain, dimana setiap konsep ingin berhasil di dalam usahanya, harus masing-masing dibangun di atas konsep terlebih dahulu memahami pengertian sebelumnya. Yaitu: kebutuhan, keinginan, pemasaran. dan permintaan; produk; nilai, kepuasan Untuk lebih jelasnya peneliti akan dan mutu; pertukaran, mengutip definisi pemasaran dari beberapa hubungan; dan pasar. ahli diantaranya adalah: Philip Kotler 2. sebagaimana yang di kutip Ali Hasan, mengatakan bahwa :“marketing is a transaksi dan Pemasaran dan Pendidikan Sebagai Industri Raksasa Non Profit Bagi orang awam yang belum societal process by wich individuals and banyak mengetahui tentang pemasaran, groups obtain what they need and want pada awalnya mungkin akan merasa tabu though creating, offering, and freely dengan axchanging products and services of value Mereka akan mengira bahwa lembaga with other”. “Pemasaran adalah proses pendidikan sosial Padahal sesungguhnya tidaklah sama dan dan manajerial dengan mana istilah pemasaran itu akan dikomersialkan. individu dan kelompok memperoleh apa sebangun yang mereka butuhkan dan inginkan komersial, walaupun kedua istilah ini dengan akrab digunakan dalam bidang bisnis. cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.” 6 antara pendidikan. pemasaran dengan Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani konsumen berupa murid/siswa, mahasiswa dan masyarakat umum yang dikenal sebagai 6 Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 13. stakeholder.Lembaga pendidikan pada 108 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 hakekatnya bertujuan memberi layanan. adalah Pihak yang dilayani ingin memperoleh aktivitas kelembagaan yang melakukan kepuasan dari layanan tersebut, karena usaha non profit. Lembaga pendidikan Dalam membangun lembaga pendidikan, berusaha tidak semata-mata untuk mencari Brubacher menyatakan ada dua landasan keuntungan komersial dalam bentuk uang filosofis, semata, melainkan juga bersifat pribadi, yaitu pertama landasan epistemologis, dimana lembaga pendidikan bahwa pendidikan merupakan sosial dan kultural.7 harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya, dalamnya memikirkan masalah yang sedalam- 3. Problematika Pendidikan Islam ada a. Problematika Ontologi Pendidikan di masyarakatdimana tujuan pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh Islam berbagai Secara mikro, telaah ilmu pendidikan pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus Islam berpegang teguh pada kebenaran. Kedua, dalam unsur yang termasuk didalamnya landasan memikirkan dalam pendidikan Islam. Sedangkan secara kehidupan praktis untuk tujuan masa depan makro, objek formal ilmu pendidikan bangsa karena masyarakat kita begitu Islam ialah upaya normatif (sesuai dengan kompleks masalah ajaran dan nilai-nilai yang terkandung pemerintahan, industri, pertanian, sumber dalam fenomena qauliyahdan kauniyah) daya keterkaitan politik yaitu sehingga alam dan banyak manusia, hubungan menyangkut seluruh pendidikan komponen Islam dengan internasional, pendidikan, lingkungan dsb sistem sosial, politik, ekonomi, budaya dan yang perlu dipecah oleh tenaga ahli yang agama baik dalam skala kedaerahan, dicetak oleh lembaga pendidikan, di mana nasional maupun internasional.8 lulusan yang bermutu hanya mampu Kajian pendidikan Islam senantiasa dihasilkan tenaga pendidik yang bermutu bertolak pula. didalamnya, kesenjangan antara fakta dan Pendidikan merupakan salah satu industri raksasa yang melibatkan sejumlah tenaga pengajar dan siswa pada problem yang ada realita, kontroversi antara teori dan empiri. Maka dari itulah, wilayah kajian yang membutuhkan anggaran yang besar yang meliputi proses pendaftaran, proses pembelajaran, dan sampai pada lulusan. Hal yang perlu menjadi perhatian kita 7 Dadang Suhardan dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 12. 8 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 45. 109 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 pendidikan Islam bermuara pada tiga berhubungan dengan dengan berbagai problem pokok, antara lain: komponen pendidikan Islam, misalnya 1. Fondational hubungan Problems,Masalahdasar, fondasiagamadan masalah filosofis-empiris yang menyangkut interaktif lima faktor landasan pendidikan yaitu tujuan pendidikan, didalamnya pendidik dan tenaga pendidikan, peserta dimensi-dimensi dan didik dan alat-alat pendidikan Islam kajian tentang konsep pendidikan yang (kurikulum, metodologi, manajemen, bersifat administrasi, universal, seperti hakikat sarana dan prasarana, manusia, masyarakat, akhlak, hidup, media, ilmu pengetahuan, iman, ulul albab dan lingkungan atau konteks pendidikan. lain sebagainya. bersumber dari sumber dan evaluasi) dan Yang semuanya Atau bisa bertolak dari hubungan input, kajian fenomena proses dan output. Sedangkan secara qauliyah dan fenomena kauniyah yang makro, membutuhkan pendekatan filosofis. pendidikan Islam dengan sistem sosial, 2. Structural problems(masalah struktural), ditinjau demografis dan dari keterkaitan politik, ekonomi, budaya dan agama struktur geografis menyangkut baik yang bersifat Nasional dan Internasional.9 bisa dikategorikan ke dalam kota, pinggiran kota, desa dan desa terpencil. Dari b. Problematika struktur perkembangan jiwa manusia bisa dikategorikan kanak-kanak, kedalam masa Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa Epistemologi adalah ekonomi teori pengetahuan, yaitu membahas tentang masyarakat bagaimana cara mendapatkan pengetahuan kaya, menengah dan miskin. Dari dari obyek yang ingin dipikirkan.10D.W. struktur rumah tangga, terdapat rumah Hamlyn tangga karier dan non karier. Dari sebagai cabang filsafat yang berurusan struktur dengan hakikat dan lingkup pengetahuan Dari dikategorikan dewasa Pendidikan Islam dan manula. remaja, Epistemologi struktur kedalam jenjang pendidikan bisa Mendefinisikan epistemologi dikategorikan kedalam pendidikan anak dan pengandai-pengandaiannya serta usia dini, pendidikan dasar, menengah secara umum hal itu dapat diandalkannya dan pendidikan tinggi. 3. Operational problem (masalah 9 Ibid, 45. Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), 16 10 operasional), secara mikro akan 110 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 sebagai penegasan bahwa orang memiliki menekankan yang sudah ada pada pengetahuan.Selanjutnya, kemampuan pengertian anak untuk epistemologi yang lebih jelas, diungkapkan menghafal oleh Azyumardi Azra bahwa epistemologi daripada isu-isu sosial keagamaan yang sebagai ilmu yang membahas tentang dihadapi pada era modern seperti keaslian, pengertian, struktur, metode, dan kriminalitas, kesenjangan sosial dan lain validitas ilmu pengetahuan.11 lain. Karena epistemologi teks-teks didik keagamaan merupakan 4. Pengajaran agama yang bersandar pada pendekatan yang berbasis proses, maka bentuk metodologi yang bersifat statis epistemologi indoktrinatif-doktriner.12 melahirkan konsekuensi- konsekuensi logis dan problematika yang sangat komplek, yaitu : c. 1. Pendidikan Islam seringkali dikesankan Problematika Aksiologi Pendidikan Islam sebagai pendidikan yang tradisional dan Aksiologi ialah ilmu pengetahuan konservatif, hal ini wajar karena orang yang menyelidiki hakekat nilai, pada memandang bahwa kegiatan pendidikan umumnya ditinjau dari sudut pandangan Islam lemahnya kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat banyak penggunaan metodologis pembelajaran cabang pengetahuan yang bersangkutan yang cenderung tidak menarik perhatian dengan masalah-masalah nilai yang khusus dan memberdayakan. seperti dihinggapi oleh 2. Pendidikan Islam terasa kurang concern terhadap persoalan epistemologis, etika dan estetika.Epistemologi bersangkutan dengan bagaimana masalah kebenaran, etika bersangkutan mengubah pengetahuan agama yang dengan masalah kebaikan, dan estetika bersifat kognitif menjadi suatu “makna bersangkutan dengan masalah keindahan.13 dan nilai” yang perlu di internalisasikan Secara historis, istilah yang lebih dalam diri seseorang lewat berbagai umum dipakai adalah etika (ethics) atau cara, media dan forum. moral (morals).Tetapi dewasa ini, istilah 3. Metodologi pengajaran agama berjalan axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab secara konvensional-tradisional, yakni 12 menitik beratkan korespondensi-tekstual 11 pada yang aspek lebih Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta:Kalam Mulia, 1986), 4 Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih Paradigma Unggul.(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 37. 13 Louis O. Kattsoff.Pengantar Filsafat. Alih Bahasa Soejono Soemargono (Yogyakarta. Penerbit Tiara Wacana, 1996), 327. 111 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 dipakai dalam ojs.uim.ac.id dialog E-ISSN. 2549-3833 filosofis.Jadi, hal teknis seperti tunjangan honor, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of tunjangan fungsional dan tunjangan value atau teori nilai. Bagian dari filsafat sertifikasi. yang menaruh perhatian tentang baik dan 3. Dikalangan peserta didikpun dalam buruk (good and bad), benar dan salah menuntut (right and wrong), serta tentang cara dan mengesampingkan tujuan kerahmatan (means and ends). Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari ilmu cenderung nilai-nilai ihsan, amanah dalam dan mengharap ridha Allah. Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti merupakan teori. Jadi cabang aksiologi filsafat yang mempelajari nilai.14 Dari diantara lima komponen dalam pendidikan Islam (tujuan pendidikan, 4. Pendidikan dan Lapangan Kerja Pendidikan merupakan aktivitas kelembagaan yang didalamnya mengandung nilai-nilai transformasi keilmuan, wawasan Keyakinan penulis dan pengetahuan. bahwa meskipun pendidik dan tenaga pendidikan, peserta pendidikan bukanlah lembaga profit dan didik dan alat-alat pendidikan Islam dan lahan bisnis yang sekedar mencari laba dan lingkungan keuntungan ketika atau konteks dengan materiil, tetapi pada dimensi hakikatnya bahwa pendidikan merupakan aksiologis, maka terdapat problem antara investasi masa depan seseorang. Dengan lain: pengetahuan yang dimiliki seseorang akan 1. Tujuan dikaitkan pendidikan., pendidikan Islam kurang menjadi stock knowledge bagi masyarakat berorientasi pada nilai-nilai kehidupan dan bangsa, dan kedudukan inilah yan masa yang akan datang, belum mampu kemudian menjadi pemisah antara negara menyiapkan maju dan negara berkembang. generasi yang sesuai dengan kemajuan zaman. Realitas yang tidak bisa terelakkan 2. Pendidik dan tenaga pendidikannya dan fenomena umum yang terjadi pada mulai memudar dengan doktrin awal negara berkembang adalah unenployment pendidikan Islam tentang konsep nilai educated ibadah diakibatkan beberapa faktor, antara lain: dan dakwah syiar Islam, pendidik juga disibukkan dengan hal- pertama, population, hal penyelenggaraan ini terjadi pendidikan tidak lebih dari sekedar pemenuhan hak 14 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), 36 bangsa, tuntutan politik serta menutupi 112 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id kampanye yang terlanjur dijanjikan. Bukan E-ISSN. 2549-3833 Penutup atas dasar membangun dan mencerdaskan Keragaman motif produsen memilih kehidupan bangsa.Kedua, penyelenggaraan lokasi industri berdasarkan analisa dan pendidikan lebih bermotif pada orientasi kajian yang mendalam dan pertimbangan formal dan status sosial semata, bukan bisnis yang matang. Adakalanya lokasi berorientasi kepada memenuhi nilai luhur industri memilih lokasi disekitar bahan dan pembangunan nasional bangsa. Ketiga, baku, ada pula karena pertimbangan upah minimnya sinergi dan komonikasi antara tenaga kerja yang minim dan harga yang dunia tidak pendidikan dan lowongan pekerjaan.15 Maka ekonomis. Secara sederhana, penentuan lokasi industri ditentukan oleh dari itu, problematika tiga faktor, yaitu; pertama, biaya angkutan. pendidikan Islam ketika di kaitkan dengan Kedua, lapangan deglomerasi. kerja adalah menimbulkan tenaga kerja,dan Variasi yang dimaksud, persoalan yang sangat mendasar yaitu memiliki tersedianya SDM yang unggul dan mampu tercapainya bersaing dalam skala nasional maupun menguntungkan bagi pihak produsen. internasional. Maka SDM yang menjadi muara motif ketiga, tujuan Pemahaman lain sama yaitu bisnis yang yang lebih produk pendidikan Islam harus menguasai komprehensif, bahwa pemilihan lokasi ilmu pengetahuan yang luas. Karena semua industri ditentukan oleh beberapa faktor, pesaing (competitor) memiliki kesempatan antara lain: pertama, faktor endowment yang sama, sehingga bagi mereka yang atau dikenal dengan istilah sumber daya tidak alam bisa menggunakan dan dan energi yang terdapat memanfaatkan peluang yang ada, bisa dipermukaan bumi dan yang terkandung dipastikan mereka akan tertinggal. Dengan didalamnya. faktor endowment lainnya demikian, lembaga pendidikan diharapkan adalah bahan-bahan pertambangan, energi melakukan ikhtiar rangka dan meneral biasanya hanya terdapat di pemantapan dan kualitas lokasi tertentu saja. Faktor endowment ini pendidikan yang berkesinambungan yang akan menjadi pilihan bagi industri yang bersifat reflektif dan reformatif.16 mengolah bahan baku, misalnya industri dalam peningkatan perminyakan, pengolahan batubara. Jenis 15 Dadang Suhardan dkk, Ekonomi...hlm. 61. 16 Isrofil Amar, Etika Politik Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), hlm. 114. industri ini pada umumnya berlokasi disekitar wilayah bahan baku produksi. 113 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id Kedua, faktor sumber daya manusia. Faktor ini menjadi pilihan bagi para produsen dengan mengukur tingkat keahliannya. Perbedaan ini menjadi pemikiran produsin untuk menentukan lokasi industri. Ketiga, faktor modal, baik berupa fisik maupun non fisik. Keempat, faktor pasar dan harga. Hal ini bisa kita pahami bahwa keseimbangan antara harga output dan harga input sangat menentukan keberlangsungan industri di lokasi tersebut. Kelima, faktor aglomerasi. Faktor ini menunjukkan situasi pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi di lokasi-lokasi tertentu, utamanya pusat Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor, Metoda Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992) tingkat ketersediaan tenaga kerja yang besar dan dasar E-ISSN. 2549-3833 aglomerasi Esha,Muhammad In’am.Institutional Transformation Reformasi dan Modernisasi Perguruan Tinggi Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2009) Hamdani,Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998) Handayani,Sri. “Pedagang dan Pengrajin Batik Madura Dalam Perspektif Manajemen Ekonomi Madura” Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam, vol.7 No.1 Januari-Juni 2010, (Pamekasan: STAIN Pamekasan) Hasan,Ali.Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) Kabar Madura, Jumat 4 April 2014. ditempatkan pada salah satu titik yang memiliki biaya transportasi paling rendah. Keenam, faktor kebijakan pemerintah. Pemilihan lokasi karena faktor ini menjadi alternatif produsen untuk mempertahankan dan mengembangkan industrinya walaupun pada mulanya hal tersebut tidak menguntungkan, tetapi karena motif eksistensi dan perlindungan industrinya, maka pertimbangan ekonomi sementara waktu ditangguhkan. DAFTAR PUSTAKA Amar,Isrofil.Etika Politik Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009) Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa Soejono Soemargono (Yogyakarta. Penerbit Tiara Wacana, 1996) Mansur, Peradaban Islam dan Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Umum, 2004) Moleong,Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006) Muhadjir,Noeng.Metodologi penelitian kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) 114 JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN Juli 2017. Vol.4. No.2 ©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833 Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih Paradigma Unggul. (Malang: UINMaliki Press, 2011) Sadulloh,Uyoh.Pengantar Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007) Filsafat Penerbit Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010) Suhardan, Dadang. dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2012) Teguh,Muhammad.Ekonomi Industri, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) Tilaar, Agenda Reformasi Penddikan Nasional dalam Perspektif Abad 21, (Jakarta: Tera Indonesia, 1998) Zaini,Syahminan. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1986) 115