menyusun kelayakan usaha

advertisement
MODUL
MENYUSUN KELAYAKAN USAHA
REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PUSAT DATA DAN INFORMASI
2000
MENYUSUN KELAYAKAN USAHA
I.
PENDAHULUAN
II.
KAJIAN YANG DIPERLUKAN
A. ASPEK PASAR
B. ASPEK TEKNIS
III. RENCANA PENGELOLAAN USAHA
A. PERKIRAAN KEBUTUHAN MODAL INVESTASI
B. PERKIRAAN BIAYA OPERASI DAN MODAL KERJA
C. PERHITUNGAN LABA RUGI
IV. ANALISA KELAYAKAN USAHA
I.
PENDAHULUAN
Sebagai pemuda mandiri, setelah lulus Sekolah Menengah Umum, Wira tidak
mau masih tergantung pada orang tua dan orang lain. Dia memutuskan untuk
menunda pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seorang pengusaha.
Keinginan dia didasari pada pendapatnya bahwa uang dan modal bukanlah
merupakan kunci sukses utama seseorang, melainkan kreativitas, keuletan, dan
kemampuan menangkap peluang usaha.
Wira mulai mempersiapkan diri dengan membaca buku, majalah, dan artikel
yang menyangkut dunia usaha. Ternyata dia memperoleh pelajaran baru bahwa
semangat dan keyakinannya saja tidak menjamin keberhasilan seseorang, sukses
dan keberhasilan di dunia usaha selalu didahului oleh perencanaan dan
perhitungan yang matang. Wawasan dia bertambah bahwa perencanaan dan
perhitungan diperlukan karena tidak semua peluang usaha akan memberikan
keuntungan, dan disadari pula bahwa keuntungan akan selalu dibatasi oleh faktor
produksi ( uang, bahan baku, mesin dan peralatan, keterampilan dan kemampuan
untuk mengelola ) dan kondisi pasar di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan apa yang telah dibacanya, Wira mulai memilih beberapa alternatif
usaha yang diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang optimal dengan
melakukan perencanaan dan perhitungan terlebih dahulu terhadap faktor produksi
yang dikuasainya serta kondisi pasar dengan matang.
Proses perencanaan dan perhitungan yang dilakukan Wira terhadap faktor-faktor
yang akan membatasi perolehan keuntungan, perkiraan laba rugi usaha dan
perkiraan arus kas beserta analisanya secara tertulis disebut sebagai menghitung
kelayakan usaha. Selanjutnya data yang diperoleh, proses perencanaan usaha
dan perhitungan yang dilakukan dan disusun menurut aturan tertentu disebut
sebagai kegiatan menyusun kelayakan usaha.
Secara umum laporan kelayakan usaha harus memuat hal-hal sebagai berikut:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang
Gambaran Umum
Prospek Pemasaran
Aspek Teknis
Manajemen Operasional
Manfaat Ekonomis dan Prospek Finansial
Kesimpulan
II.
KAJIAN YANG DIPERLUKAN
Kelayakan usaha dibuat sebagai alat uuntuk memutuskan apakah suatu rencana
dan investasi usaha dapat dilanjutkan atau dihentikan. Selain untuk pihak yang
akan melakukan kegiatan usaha, kelayakan usaha ini digunakan oleh pihak
penyandang dana atau Bank untuk menilai apakah usaha yang akan didirikan
layak untuk dibiayai atau tidak.
Kelayakan yang baik memerlukan beberapa kajian tentang aspek usaha seperti
aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, dan lain-lain.
A. Aspek Pasar
Pada dasarnya setiap usaha adalah menjual jasa dan atau barang yang
dihasilkan untuk digunakan atau dibeli oleh masyarakat (pasar) tergantung
dari kebutuhan masyarakat dan persediaan barang yang dibutuhkan.
Sebelum menentukan usaha apa yang akan dilaksanakan, perlu diidentifikasi
terlebih dahulu apa kebutuhan masyarakat yang harus kita penuhi.
1.
Produk
Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, Wira merencanakan
akan melakukan pengamatan terhadap perumahan disekitar tempat
tinggalnya. Dimulai dengan kompleks perumahan sederhana (tempat
tinggalnya), setiap hari Wira mencatat apa yang dilihat dan
dijumpainya. Disamping perumahan sederhana, juga dilakukan
pengamatan ke lingkungan perumahan semi real estate dan real estate
yang ada di sekitar radius 10 KM dari tempat tinggalnya.
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Wira adalah sebagai berikut:
Jumlah Rumah
Jumlah Kepala Keluarga
KK tanpa anak
KK dengan anak sekolah
Suami Istri Kerja
Sambungan Telepon
Waktu pulang kerja
16.00 – 18.00
18.00 – 20.00
Di atas pk.20.00
Jumlah Kendaraan roda 4
Jumlah Kendaraan roda 2
Perkiraan Pendapatan
Jumlah Toko
Barang Kebutuhan Pokok
Barang Elektronik
Bahan Bangunan
Kue dan Roti
Bengkel dan Cuci Mobil
Bengkel Sepeda Motor
Perumahan
Sederhana
900 unit
851 KK
20 KK
812 KK
629 KK
600 KK
Semi Real
Estate
600 unit
530 KK
6 KK
515 KK
492 KK
524 KK
Real Estate
400 unit
386 KK
263 KK
300 KK
386 KK
394 KK
311 KK
146 KK
126 KK
304 KK
2.000.000
90 KK
326 KK
114 KK
500 KK
97 KK
5.000.000
23 KK
168 KK
195 KK
386 KK
21 KK
10.000.000
8
1
5
2
1
1
1
-
-
Dari hasil pengamatannya, Wira sudah mendapat bayangan tentang
kemungkinan bidang usaha atau peluang usaha yang tersedia di
lingkungan tempat tinggalnya, antara lain: Bengkel dan Cuci Mobil,
Toko Onderdil, Agen LPG, Bengkel Las, Suplier Kebutuhan pokok,
Toko Eceran, Warung Sayur, dan sebagainya.
Setelah mempelajari semua peluang usaha yang ada, Wira merasa
bahwa yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya saat ini adalah
usaha dibidang kebutuhan pokok.
2.
Permintaan dan Penawaran
Tanpa adanya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang
dihasilkan, maka usaha yang dijalankan tidak mempunyai nilai manfaat
ekonomis.
Wira menyadari bahwa kegiatan usaha selalu didasari oleh adanya
kebutuhan akan barang dan jasa dari pasar. Oleh karena itu, dari data
yang dikumpulkan, Wira melakukan perhitungan-perhitungan untuk
mengetahui berapa besar kebutuhan pokok sehari-hari yang diperlukan
oleh penghuni perumahan di sekitar tempat tinggalnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah Kepala Keluarga
Perkiraan Pendapatan
Biaya hidup 80% dari 1.
Biaya hidup utama 60% dr. 3.
Belanja di lingkungan sendiri
40% dari 4.
Belanja Kebutuhan pokok 60%
dari 5.
Potensi permintaan kebutuhan
pokok ( 1. x 6. )
Perumahan
Sederhana
851 KK
2.000.000
1.600.000
960.000
384.000
Semi Real
Estate
530 KK
5.000.000
4.000.000
2.400.000
960.000
Real Estate
386 KK
10.000.000
8.000.000
4.800.000
1.920.000
230.400
576.000
1.152.000
196.070.400 305.280.000 444.672.000
Biaya hidup adalah pengeluaran untuk menunjang kehidupan keluarga,
misalnya makanan, pakaian, perumahan, sekolah, kesehatan.
komunikasi, hiburan, dan lain-lain.
Biaya hidup utama adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk, sayuran,
dan kebutuhan pokok lainnya.
Biaya di lingkungan sendiri adalah pengeluaran yang dilakukan di
sekitar tempat tinggal dan tidak memerlukan waktu lama. Biaya ini
dikeluarkan untuk tukang sayur keliling, warung, toko kebutuhan pokok
sekitar tempat tinggal.
Belanja kebutuhan pokok adalah pengeluaran yang dilakukan untuk
belanja ke toko-toko kebutuhan pokok di sekitar tempat tinggal.
Secara keseluruhan potensi permintaan belanja di toko kebutuhan
pokok per bulan untuk perumahan di sekitar radius 10 Km dari tempat
tinggal Wira adalah Rp.196.070.400 + Rp.305.280.000 +
Rp.444.672.000 atau sebesar Rp.946.022.400 per bulan atau sekitar
Rp.31.534.080 per hari.
Dari segi penawaran, Wira mengamati toko-toko penyedia kebutuhan
pokok yang ada disekitar radius 10 Km, 8 buah di perumahan sederhana
dan sebuah di kawasan semi real estate.
Pengamatan terhadap toko-toko tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui berapa besar nilai dagangan dan kemampuan jual serta
karakter pembeli di keempat toko tersebut.
Gambaran umum yang diperoleh adalah omzet rata-rata per toko di
perumahan sederhana sebesar Rp.1.500.000 per hari dan toko di
kawasan semi real estate sebesar Rp.2.000.000 per hari. Kesimpulannya
omzet rata-rata toko kebutuhan pokok di lingkungan radius 10 Km ( 9
toko ) adalah Rp.14.000.000 per hari atau sebesar Rp.570.000.000 per
bulan.
Dari perhitungan yang dilakukan, Wira memperoleh kesimpulan bahwa
masih terdapat peluang untuk masuk dalam usaha pengadaan kebutuhan
bahan pokok sebagai berikut:
Potensi permintaan Rp.946.022.400.Potensi penawaran
Rp.420.000.000,Peluang pasar
Rp.526.022.400,Wira beranggapan bahwa potensi pemenuhan kebutuhan pokok yang
ada selama ini diperoleh dari luar kawasan, seperti Makro, Goro, atau
Hero. Dan potensi ini masih bisa ditarik ke dalam kawasan usaha Wira
bila tokonya masih dalam jangkauan konsumen atau pemasaran
dilakukan dengan proaktif ( barang di antar ke rumah ).
3.
Persaingan
Menyadari bahwa usaha yang akan dimasukinya sudah ada 9 toko yang
menjalaninya, Wira memperhitungkan bahwa persaingan yang dihadapi
cukup berat. Oleh karena itu, Wira melakukan pengamatan lebih jauh
dan terperinci terhadap ke sembilan toko tersebut, untuk mengetahui
hal-hal sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
Apakah dalam waktu dekat akan memperluas usahanya, kalau ya di
mana lokasinya.
Tingkat harga jual barang dagangan dan perkiraan margin yang
diambil.
Bagaimana cara melayani konsumen.
Pelayanan tambahan apa yang diberikan oleh toko ( misalnya
fasilitas antar barang, diskon, dll. )
Siapa pemasoknya dan bagaimana caranya.
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
Dalam waktu dekat belum ada rencana usaha baru yang serupa.
Harga jual barang lebih mahal dari harga super market, marjin
yang diambil rata-rata 20 persen.
Konsumen dilayani pelayan toko.
Tidak ada fasilitas antar barang
Pemasok mendatangi toko.
Dari hasil pengamatan di atas, Wira menyimpulkan bahwa peluang
pasar yang hendak diambilnya tidak diganggu oleh pesaing baru.
Wira merencanakan memperpendek rantai distribusi untuk berhubungan
langsung dengan agen atau distriubtor. Dengan pasokan langsung dari
distributor, Wira yakin mampu memberikan harga yang lebih murah
dari pesaingnya. Dengan sistim swalayan dimana konsumen melayani
dirinya sendiri diharapkan dapat menekan biaya operasi, sehingga harga
dapat lebih murah dari pesaingnya bahkan dari supermarket.
Melalui fasilitas antar barang, Wira berharap selain mendapat
konsumen baru juga dapat menarik konsumen pesaing.
4.
Rencana Pemasaran
Sebelum toko dibuka, hal hal yang harus dilakukan Wira berdasarkan
informasi yang diperoleh adalah minimal sudah dapat menentukan:
a)
b)
c)
d)
Lokasi usaha
Produk yang akan dijual
Harga jual barang
Rencana promosi
B. Aspek Teknis
1.
Lokasi
Setelah menghitung potensi pasar yang ada, Wira harus menentukan
lokasi dimana usahanya akan dibuka. Untuk itu dilakukan analisa
terhadap lokasi berdasarkan faktor-faktor yang mendukung usaha,
seperti jalur jalan, kemudahan pasokan barang, kemudahan akses ke
pasar, dan sebagainya.
2.
Tanah dan Bangunan
Selanjutnya terhadap lokasi yang telah ditetapkan masih harus
diputuskan apakah tanahnya akan dibeli atau disewa. Sebagai
pengusaha pemula di bidang perdagangan, pada tahap awal sebaiknya
menyewa tempat usaha.
3.
Mesin dan Peralatan
Kebutuhan akan mesin dan peralatan berbeda-beda menurut jenis
usahanya. Di bidang usaha produksi, mesin dan perlatan merupakan
keharusan, sedangkan untuk bidang perdagangan hanya diperlukan
mesin pendukung yaitu mesin hitung dan lebih diutamakan ruang
pamer dan perlengkapannya.
4.
Bahan Baku dan bahan pembantu
Untuk usaha perdagangan, barang dagangan merupakan bahan bakunya.
Guna keperluan tersebut Wira telah melakukan pendekatan terhadap
pemasok bahan baku, ketersediaan pasokan, sarana transportasi, sistem
pembelian, dan sebagainya.
5.
Proses Produksi
Proses produksi untuk usaha industri berbeda dengan usaha
perdagangan. Di bidang industri proses produksi berhubungan dengan
proses pengolahan bahan baku menjadi barang setangah jaadi atau
barang jadi, sementara di bidang perdagangan tidak ada proses
pengolahan. Secara umum proses melayani pembeli mulai dari promosi,
menawarkan barang, transaksi, penyerahan barang dapat dikategorikan
sebagai proses produksi di bidang perdagangan.
Sebagai pengusaha tentunya Wira harus mengerti bagaimana proses
produksi berlangsung, dan proses ini perlu digambarkan dengan jelas,
dipahami dan dilaksanakan oleh pegawai maupun pihak lain yang
terkait.
Dari peluang pasar dan kriteria teknis yang menjadi pertimbangan usaha tersebut,
kemudian Wira melakukan sejumlah keputusan dan perhitungan sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Lokasi Usaha
: Jl. Raya Bogor, Cimanggis Depok
Status
: Sewa
Luas Tempat Usaha
: 300 M2
Luas Ruang Pamer : 100 M2
Luas Gusang
: 60 M2
Nilai Sewa
: Rp.2.000.000 per bulan
Biaya Renovasi
: Rp.5.000.000
Selanjutnya untuk kegiatan operasional diperlukan sejumlah perlengkapan dan
alat transportasi yang terdiri dari:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
Papan nama dan perizinan
Meja, kursi kasir
Meja, kursi pimpinan
Meja, kursi administrasi
Etalase
Rak besi
Lemari pendingin
Filling Cabinet
Cash Register
Kalkulator
Kotak Kas
Komputer
Telepon/Fax
Sepeda motor
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
4 unit
20unit
1 unit
1 unit
1 unit
2 unit
1 unit
1 unit
1 unit
2 unit
Renovasi gedung/toko dilakukan agar didapatkan suasana toko yang lebih
nyaman dan membuat betah calon konsumen. Untuk tertib administrasi dan
proses pelayanan, Wira menggunakan jasa orang untuk membuat sistem
pembukuan, sistem database inventori, dan sistem pelayanan. Untuk itu
diperlukan biaya pengembangan sistem komputer.
Dalam hal pengisian barang dagangan, wira telah melakukan negosiasi dengan
beberapa agen dan distributor untuk memperpendek rantai distribusi.
Pembayaran pasokan barang tergantung pada jenis dan karakteristik barang, bisa
dilakukan tunai, kredit, atau konsinyasi.
III. RENCANA PENGELOLAAN USAHA
Berdasarkan omzet yang hendak dicapai dan sistem pelayanan yang menyerupai
mini market, Wira merencanakan merekrut 4 orang karyawan selain dirinya
dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Seorang pimpinan toko sebagai pengelolan usaha
Seorang kasir yang bertanggung jawab terhadap pembukuan dan proses
administrasi.
Seorang pramuniaga murni untuk melayani kebutuhan calon pembeli.
Dua orang pramuniaga yang merangkap petugas antar barang.
A. Perkiraan Kebutuhan Modal Investasi
Berdasarkan kebutuhan operasional usaha dan perlengkapan
dibutuhkan dapat dihitung perkiraan biaya investasi sebagai berikut:
Perkiraan Modal Investasi
No
Jenis Biaya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Harga/unit
( Rp.)
Renovasi Gedung
5.000.000
Papan nama dan perizinan
500.000
Meja, kursi kasir
900.000
Meja, kursi pimpinan
400.000
Meja, kursi administrasi
200.000
Etalase
500.000
Rak besi
200.000
Lemari pendingin
3.000.000
Filling Cabinet
800.000
Cash Register
4.000.000
Kalkulator
50.000
Kotak Kas
200.000
Komputer
4.000.000
Telepon/Fax
300.000
Sepeda motor
8.000.000
Jumlah
unit
1
1
1
1
1
4
20
1
1
1
2
1
1
1
2
yang
Jumlah
Penyusu
(Rp.)
tan/thn
5.000.000
500.000
900.000
400.000
200.000
2.000.000
4.000.000
3.000.000
800.000
4.000.000
100.000
200.000
4.000.000
300.000
16.000.000
41.400.000
Peralatan tersebut di atas diperkirakan mempunyai umur ekonomis 4 tahun.
B. Perkiraan Biaya Operasi dan Modal Kerja
Biaya operasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan toko
setiap bulannya dengan rincian sebagai berikut:
Dengan asumsi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Potensi Pasar per bulan
Rp.526.022.400 ……. (a)
Target Omzet ( 80% x a )
Rp.420.817.920 ……. (b)
Target Omzet per hari (b:30)
Rp.14.027.264 …….. (c)
Pengadaan barang
4 kali setiap bulan ….. (d)
Hari kerja per bulan
30 hari ……………… (e)
Rata-rata perputaran barang (e:d) 7,5 hari ……………... (f)
Harga pokok pembelian (90% x c)
Rp.12.624.537 ……… (g)
Modal kerja barang dagangan (g x f) Rp.94.864.032
Perkiraan Biaya Operasi
Biaya per bulan
Pembelian barang dagangan
Kemasan
Sewa Gedung Rp.6.000.000/tahun
Gaji Pegawai ( 5 orang )
Listrik, Air, dan Telepon
Alat Tulis Kantor
Pemeliharaan Gedung
Biaya operasional Kendaraan
Biaya Pemeliharaan Kendaraan
Rp. per unit
12.625.000
10.000
unit
30 hari
30 hari
Jumlah/Bulan
378.750.000
300.000
500.000
2.000.000
500.000
100.000
200.000
140.000
100.000
382.590.000
Perkiraan Modal Kerja
Modal kerja adalah sejumlah dana tunai atau barang dagangan awal yang
harus ada sebelum toko mulai beroperasi. Dalam hal ini keperluan dana
tetrsebut akan dipergunakan untuk membeli barang dagangan, kemasan, gaji
pegawai, sewa tempat dan cadangan uang tunai.
Kebutuhan modal kerja untuk barang dagangan dihitung dengan perkiraan
berapa lama barang tertahan di toko sejak mulai pembelian sampai barang
tersebut terjual dan memperoleh pendapatan tunai. Dalam kasus ini barang
akan terjual dalam jangka waktu 7,5 hari. Karena usaha perdagangan pada
umumnya menciptakan pendapatan tunai dalam setiap transaksi yang terjadi,
maka pembelian barang berikutnya dibiayai dari hasil penjualan, demikian
seterusnya. Dengan demikian modal kerja untuk barang dagangan adalah 7,5
x Rp.12.625.000,- = Rp.94.687.500,Karena sewa gedung harus dibayar untuk 1 tahun dimuka, maka dana tunai
awal yang diperlukan adalah Rp.6.000.000,-.
Untuk gaji pegawai diperkirakan dari pendapatan tunai harian ditambah
dana tunai untuk 5 hari kerja sudah cukup untuk memenuhi pembayaran gaji
pegawai bulan pertama. Untuk bulan selanjutnya dana untuk gaji pegawai
dapat dipenuhi dari pendapatan penjualan. Modal kerja untuk gaji pegawai
adalah 5/30 x Rp.2.000.000,- = Rp.335.000,- (dibulatkan).
Dana cadangan dipersiapkan untuk pembiayaan keperluan yang mendadak
diluar yang telah direncanakan, biasanya 15% dari modal kerja untuk barang
dagangan.
Kebutuhan modal kerja untuk memulai usaha perdagangan adalah sebagai
berikut:
Uraian
Barang dagangan
Kemasan
Sewa Gedung
Gaji pegawai
Cadangan
Total Modal Kerja
Dana tertahan
7,5 hari
7,5 hari
12 Bulan
5 hari
Modal Kerja ( Rp. )
94.687.500
75.000
6.000.000
335.000
14.200.000
115.297.500
Pembiayaan Investasi dan Modal Kerja
Perhitungan yang dilakukan Wira memberikan gambaran kebutuhan dana
sebagai berikut:
Biaya Investasi
Modal Kerja
Total Kebutuhan Dana
Modal Sendiri (modal disetor)
Pinjaman/ Kredit
41.400.000
115.297.500
156.697.500
50.000.000
106.697.500
Karena modal yang dimiliki Wira tidak mencukupi untuk membuka usaha,
maka dia harus mencari dana dari luar atau mengajukan kredit modal kerja
ke Bank dengan bunga 21 % per tahun.
C. Perhitungan Laba Rugi.
Setelah mendapatkan jumlah dana yang diperlukan untuk investasi dan
modal kerja. Wira kemudian melakukan perhitungan apakah usaha yang
akan dilakukannya dapat memberikan keuntungan atau kerugian.
Proyeksi Laba-rugi dibuat untuk jangka waktu 4 tahun sesuai dengan masa
pengembalian kredit dan umur ekonomis dari peralatan dan perlengkapan
yang dipakai. Pendapatan dari penjualan diasumsikan meningkat 15 % setiap
tahunnya sedangkan sewa gedung meningkat 10 % per tahun.
Perkiraan laba-rugi dihitung sebagai berikut ( dalam juta rupiah ):
Uraian
Penjualan ( g=15%/thn)
Harga Pokok Pembelian
Biaya Penjualan
Laba Kotor
Biaya Umum
Sewa Gedung
Biaya Listrik dll
Pemeliharaan kendaraan
Laba Operasional
Biaya Lain-lain
Biaya Penyusutan
Bunga Pinjaman
Laba bersih seblm pajak
Thn I
5.050
4.544,8
40,1
465,1
Thn II
5.807,5
5.226,7
44,1
536,7
Thn III
6.678,6
6.010,7
48,5
619,4
Thn IV
7.680,5
6.912,4
53,3
714,8
Total
25.216,6
22.694,6
186
2336
6
6
1,2
451,9
6,6
6
1,2
522,9
7,3
6
1,2
604,9
8
6
1,2
699,6
27,9
24
4,8
2279,3
10,35
24,5
417,05
10,35
20.1
492,45
10,35
14,6
579,95
10,35
8
681,25
41,4
68,1
2.170,7
Perhitungan arus Kas
Setelah laba-rugi dihitung, Wira menghitung arus kas yang mungkin terjadi
pada usahanya. Proyeksi arus kas ini bagian tak terpisahkan dari proyeksi
laba rugi, sebab kadang-kadang usaha merugi, tetapi secara arus kas positif.
Bila arus kas negatif, maka harus diupayakan adanya tambahan dana baru
baik berupa pinjaman atau modal sendiri, sebab pada dasarnya kas tidak
boleh negatif.
Dengan menghitung arus kas, Wira lebih dapat melihat kondisi keuangan
tunai secara lebih nyata
Proyeksi Arus Kas ( dalam Juta Rupiah )
Uraian
Penerimaan Kas
- Penjualan
Pengeluaran Kas
- Harga pokok pembelian
- Biaya penjualan
- Sewa Gedung
- Biaya Listrik dll
- Bunga Pinjaman
Jumlah Operasi & Umum
Investasi
Jumlah Pengeluaran kas
Surplus / Defisit
Kas Awal
Modal disetor (sendiri)
Kredit Inv& Modal Kerja
Angsuran Kredit
Kas Akhir
Kas Netto
Akumulasi Kas
Tahun 0
6
6
41,4
47,4
- 47,4
0
50
106.7
119,3
- 156,7
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
5.050
5.807,5
6.678,6
7.680,5
4.544,8
40,1
6
6
24,5
4.621,4
5.226,7
44,1
6,6
6
20.1
5.304,4
6.010,7
48,5
7,3
6
14,6
6.087,1
6.912,4
53,3
8
6
8
6.987,7
4.621,4
428,6
119,3
5.304,4
503,1
148,5
6.087,1
591,5
177,7
6.987,7
692,8
206,9
29,2
148,5
428,6
271,9
29,2
177,7
503,1
775
29,2
206,9
591,5
1.366,5
29,2
236,1
692,8
2.059,3
IV. ANALISA KELAYAKAN USAHA
Sebenarnya banyak cara untuk melihat apakah suatu rencana usaha layak untuk
diteuskan atau tidak. Tetapi secara umum kelayakan usaha dilihat pertama kali
dari potensi pasarnya. Dari perhitungan yang dilakukan Wira nampak bahwa
usaha yang akan dilakukan memiliki prospek pasar dan layak.
Setelah aspek pasar, berikutnya adalah aspek teknis dan pengelolaan usaha.
Ternyata usaha ini secara teknis dapat diusahakan dan dapat dikelola dengan
tenaga yang ada.
Analisa kelayakan usaha terpenting adalah dilihat dari aspek keuangannya. Ada
beberapa ukuran yang dapat diguhnakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk menyatakan apakah suatu rencana usaha atau kegiatan investasi layka
untuk dijalankan.
Untuk suatu usaha dengan umur ekonomis kurang dari lima tahun dapat
digunakan undiscount criteria yaitu suatu perhitungan keuangan yang tidak
mempermasalahkan nilai sekarang dari suatu pendapatan dimasa mendatang.
Ukuran kelayakan yang dipergunakan untuk kriteria tersebut adalah:
1.
Marginal Efficiency of Capital ( MEC )
MEC adalah perbandingan perkiraan laba rata-rata terhadap modal awal
suatu usaha. Bila MEC yang dihitung lebih besar dari 1 ( MEC > 1 ),
maka investasi dianggap layak untuk dilanjutkan.
Dari proyeksi laba rugi yang dihitung Wira, diperoleh MEC sebagai
berikut:
MEC = Laba rata-rata/ Modal usaha = 542,8/156,7 = 3,46
2.
Payback Period
Payback period merupakan salah suatu penilaian investasi berdasarkan
periode pelunasan biaya investasi oleh kas netto- selisih pendapatan
terhadap pengeluaran dikurangi biaya investasi dan modal kerja dari
suatu usaha ( periode tercapainya besarnya kas netto sama dengan
modal awal usaha ).
Dari proyeksi arus kas, kas netto tahun ke 0 hanya menunjukan modal
awal usaha atau biaya investasi dan modal kerja karena belum terjadi
pendapatan dan pengeluaran, sedangkan akumulasi kas adalah
penjumlahan antara biaya investasi dengan kas netto setiap tahunnya.
Dari perhitungan akumulasi kas terlihat bahwa pada tahun pertama
akumulasi kas telah menunjukan nilai positif yang berarti bahwa biaya
investasi dan modal kerja sudah dapat dikembalikan pada tahun
tersebut.
Perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback period = 156,7/428,6 x 12 = 4,39 bln
artinya biaya investasi dan modal kerja dari usaha yang akan dilakukan
Wira sudah dapat dikembalikan pada sebelum bulan ke 5 usahanya
berjalan. Dengan perkataan lain, usaha yang akan dijalankan Wira
sangat layak untuk dilanjutkan.
Selain ukuran kelayakan tersebut di atas, untuk rencana usaha jangka
panjang
sebaiknya
menggunakan
discount
criteria
yang
mempermasalahkan berapa nilai sekarang dari suatu pendapatan yang
diterima di masa mendatang (NPV). Pada kasus usaha Wira, umur
ekonomis barang investasi adalah 4 tahun sehingga ukuran kelayakan
undiscount criteria sudah cukup memadai.
Selain itu dari akumulasi arus kas samapi tahun ke 4 diperoleh kas akhir
sebesar Rp.236,1 juta. Bila tahun ke 5 harus dilakukan investasi ulang
dengan kenaikan 15 %, maka biaya investasi dan modal kerja yang
harus dikeluarkan adalah sebesar 115% x Rp.156,7 juta = Rp.180,2 juta
dan masih tersisa kas sebesar Rp.236,1 – Rp.180,2 = Rp.55,9 juta. Dari
perhitungan ini ternyata usaha yang dilakukan Wira mampu
menyisihkan kas bagi pemiliknya sebesar Rp.55,9 juta selama 4 tahun.
Dengan dua ukuran kelayakan tersebut, sudah cukup memberikan
gambaran awal terhadap kelayakan usaha yang dilakukan Wira.
Download