STUDI TENTANG KEBIJAKAN DIVIDEN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Jurusan Manajemen Oleh : SELVININGTYAS DWI KRESNAWATI 2011210144 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015 STUDI TENTANG KEBIJAKAN DIVIDEN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Selviningtyas Dwi Kresnawati STIE Perbanas Surabaya Email : [email protected] Rr. Iramani STIE Perbanas Surabaya Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of this research are to review dividend policy and the influence of profitability, investment opportunity set, growth of the company, and liquidity to the dividend policy. The sample is taken from LQ45 index constituent company during the period 2009 - 2012. By using purposive sampling, the sample of this research are 13 company. To review dividend policy, use descriptive analysis on the value of dividend payout ratio and dividend per share. On the other hand, to analysis influenced of the independent variable on the dependent variable use multiple regression analysis. The results of the research are shows that dividend policy of the firm LQ45 index is constant payout ratio based on overall average the value of dividend payout ratio, and shows that variable profitability, investment oppor-tunity set, growth of the company, and liquidity have significant influence to the dividend policy. There was positive effect significant profitability, negative effect not significant in-vestment opportunity set, negative effect significant growth of the company, and negative effect not significant liquidity to the dividend policy. Key words: Dividend Policy, Dividend Payout Ratio, Dividend Per Share, Profitability, Investment Opportunity Set, Growth of Company, and Liquidity. PENDAHULUAN Kebijakan dividen merupakan keputusan sebuah perusahaan dalam membagi laba yang diperoleh dengan mengalokasikannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012:6), yang dimaksud dengan nilai perusahaan adalah harga yang sedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Untuk dapat menetapkan besarnya dividen yang dibayarkan, pihak manajemen harus memiliki kebijakan dividen yang diterapkan dalam perusahaan. Setiap perusahaan memiliki kebijakan dividen yang berbeda, jenis-jenis kebijakan dividen yang dapat diterapkan oleh perusahaan antara lain; kebijakan dividen “rasio pembayaran konstan”, kebijakan dividen residual, dan kebijakan dividen rendah regular ditambah ekstra (Brigham dan Houston, 2011:217-225). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen perusahaan kepada pemegang saham, antara lain yaitu dana yang diperoleh perusahaan dan kesempatan investasi yang menguntungkan (Suad dan Enny, 2012:305), serta posisi 1 likuiditas dan pengembangan aktiva (Ridwan dan Inge, 2003:388). Dana yang diperoleh perusahaan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012:305) memiliki keterkaitan dengan profitabilitas perusahaan yaitu dalam menghasilkan laba yang digunakan untuk membayar dividen. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih semakin bagus (Sofyan, 2008:305). Investment Opportunity Set (IOS) berkaitan dengan bagaimana perusahaan melihat kesempatan investasi yang ada di masa yang akan datang. Menurut Abdul Halim (2005:92) pengaruh adanya kesempatan investasi oleh perusahaan adalah perusahaan akan cenderung menahan dana arus kas keluar termasuk pembayaran dividen untuk melakukan investasi yang lebih banyak. Pengembangan aktiva menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003:388) terkait dengan pertumbuhan perusahaan, apabila pertumbuhan perusahaan semakin cepat maka semakin besar kebutuhan untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Posisi likuiditas perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen karena likuiditas menyangkut kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat sudah jatuh tempo (Kasmir,2013:130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada perusahaan dalam indeks saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia yang merupakan kumpulan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang paling tinggi dari emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan diantaranya oleh Michell Suharli (2007), Tita Deitiana (2009), Haryetti dan Ririn (2012), Khoirul dan Ririn (2013), dan Hananeh.et al (2013). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Namun dari kelima penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda. Michell Suharli (2007), Tita Deitiana (2009), serta Haryetti dan Ririn (2012) menyimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Disisi lain, hasil penelitian Khoirul dan Ririn (2013) menyimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Michell Suharli (2007) menyimpulkan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Disisi lain, hasil penelitian Hananeh et al. (2013) menyimpulkan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Ketidak konsistenan hasil dari penelitian sebelumnya memotivasi penulis untuk melakukan studi tentang kebijakan dividen yang dilakukan pada perusahaan dalam industri yang berbeda pada indeks saham LQ45. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji pengaruh variabel profitabilitas, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likui-ditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan dalam indeks saham LQ45. Serta penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengkaji kebijakan dividen pada perusahaan indeks saham LQ45. RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kebijakan Dividen dan Fator-Faktor yang Mempengaruhi Dividen merupakan pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham dapat berupa dividen tunai (cash dividend) dan dividen saham (stock dividend). Divi2 den tunai dibayarkan dalam bentuk uang tunai sedangkan dividen saham dibayarkan dalam bentuk saham tambahan dengan proporsi tertentu. Pada umumnya, pemegang saham lebih tertarik pada pembagian dividen tunai daripada dividen saham. Namun, bentuk pembagian dividen kepada pemegang saham ditentukan oleh perusahaan. Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003:390) kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen yang harus diformulasikan dalam dua dasar tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan dari pemilik perusahaan dan pembiayaan yang cukup. Kebijakan dividen merupakan keputusan sebuah perusahaan dalam membagi laba yang diperoleh dengan mengalokasikannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan untuk dapat digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Dividend Payout Ratio untuk mengukur berapa besarnya kebijakan dividen tunai yang diberikan kepada investor. Menurut Dwi Prastowo (2011:104), Dividend Payout Ratio mengukur proporsi laba bersih per satu lembar saham biasa yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen Menurut Brigham dan Houston (2011:211-215) beberapa teori-teori penting yang dikembangkan untuk berkaitan dengan dividen saat ini dengan pertumbuhan masa depan adalah sebagai berikut: (1) Teori dividen irelevan, dikemukakan oleh MM yang menyatakan bahwa kebijaka dividen tidak berdampak pada harga saham maupun biaya modal suatu perusahaan, hal ini diartikan bahwa kebijakan dividen merupakan sesuatu yang irelevan. Dengan berdasarkan asumsi-asumsi, MM berpendapat bahwa setiap pemegang saham dapat menentukan kebija- kan dividennya sendiri. (2) Bird in the hand theory, Menurut MM, sebagian besar investor akan mempunyai rencana untuk menginvestasikan kembali dividennya ke dalam suatu perusahaan yang sama atau serupa dan tingkat risiko arus kas perusahaan kepada investor akan tidak ditentukan oleh kebijakan pembayaran dividen, melainkan pada tingkat risiko arus kas operasi. Istilah MM untuk teori ini adalah bahwa suatu perusahaan akan dimaksimalkan melalui penentuan rasio pembayaran dividen yang tinggi. (3) Information content, or signaling hypothesis, MM berpendapat bahwa kenaikan dividen di atas jumlah yang diharapkan merupakan suatu sinyal bagi investor, dan hal ini dijadikan oleh manajemen perusahaan sebagai ramalan laba yang baik di masa yang akan datang. Jika posisi MM benar, maka perubahan tersebut hanya menunjukkan bahwa pengumuman dividen memiliki muatan sinyal atau informasi tentang laba di masa depan. Kebijakan dividen dalam praktek menurut Brigham dan Houston (2011: 217-225) terdiri dari beberapa jenis kebijakan. Pertama “rasio pembayaran konstan” yang merupakan pembagaian dividen dengan menentukan persentase laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai. Kedua, model dividen residual yang merupakan model pembayaran dividen yang ditentukan dari “sisa” laba. Kebijakan dividen residual akan menghasilkan dividen yang sangat tidak stabil karena bergantung pada peluang investasi dan laba yang sudah dapat dipastikan akab berbeda dari tahun ke tahun. Ketiga, dividen regular yang rendah ditambah dividen ekstra adalah kebijakan yang mengumumkan dividen regular bernilai rendah yang terus dipertahankan dalam kondisi apa pun oleh perusahaan, kemudian saat kondisi membaik maka perusahaan membayarkan dividen “ekstra” yang telah ditentukan. 3 Ross et al. (2009:210) berpendapat bahwa perusahaan biasanya menentukan jumlah dividen kas berupa dividend per share (dividen per saham), persentase dari harga pasar (keuntungan dari dividen), dan persentase dari pendapatan bersih atau pendapatan/laba per saham (pembayaran dividen). Sehingga, dalam penelitian ini untuk mengkaji kebijakan dividen menggunakan dividend per share dan dividend payout ratio. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen Menurut Kasmir (2013,196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas yang akan digunakan sebagai pengukuran dalam penelitian ini adalah Return On Equity yang merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri (Kasmir ,2013:204). Perusahaan yang dapat menghasilkan laba akan mampu membagikan dividen bagi para pemegang saham sekaligus dialokasikan untuk laba ditahan perusahaan dalam kegiatan operasional. Menurut Kasmir (2013:204) semakin tinggi return on equity (ROE) maka semakin baik dalam efisiensi penggunaan modal sendiri, sehingga perusahaan mampu menghasilkan pengembalian investasi atas modal para pemegang saham yang diinvestasikan dalam perusahaan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Michel Suharli (2007), Haryetti dan Ririn (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan pada kajian empiris tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 2 : Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen. Haryetti dan Ririn (2012) berpendapat bahwa investment opportunity set me-rupakan nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan untuk dapat menentukan investasi dimasa yang akan datang. Menurut Abdul Halim (2005:4), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi baru yang akan ditanamkan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Hal ini berkaitan dengan adanya pertumbuhan perusahaan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini, investment opportunity set diukur dengan menggunakan Capital Expenditure to Book Value Asset Ratio. Rasio tersebut merupakan rasio yang menunjukkan adanya investasi yang tinggi dimiliki oleh perusahaan dengan ditunjukkan dalam bentuk aktiva (Kallapur dan Trombley (199 9). Apabila terdapat kesempatan investasi yang menguntungkan dilihat oleh perusahaan, maka perusahaan akan cenderung memilih kesempatan investtasi tersebut dan hal ini dapat berdampak pada pembayaran dividen karena dana yang ada digunakan untuk membiayai investasi (Suad dan Enny, 2012 :302-305). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Michell Suharli (2007) yang menyimpulkan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan pada kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Hipotesis 3:Investment Opportunity Set memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Menurut Michell (2007), apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi. Pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan pengembangan aktiva perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan terlihat dari pengembangan aktiva yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan pertumbuhan aktiva. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang digunakan untuk membiayai pengembangan aktiva dan sehingga akan mengurangi jumlah pembayaran dividen. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Haryetti dan Ririn (2012) oleh Nafi’ Inayati Zahro (2009) yang menyimpulkan bahwa perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi dan kesempatan investasi yang besar me-mungkinkan untuk membayar dividen yang rendah karena mereka mempunyai kesempatan investasi yang menguntungkan dalam mendanai investasinya secara internal sehingga perusahaan tidak membayar laba lebih besar kepada pihak luar dalam bentuk dividen. Berdasarkan pada kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Hipotesis 4: Pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam waktu yang sesegera mungkin. Likuiditas dapat digambarkan dengan menggunakan rasio likuiditas. Dalam hal ini perusahaan harus menyiapkan alat-alat pembayaran yang likuid agar perusahaan tidak mengalami permasalah pada saat jatuh tempo pembayaran kewajiban. Bagi pihak luar perusahaan, seperti investor, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya kepada pihak ketiga. Menurut Kasmir (2013:129), rasio likuiditas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban pihak luar maupun di dalam perusahaan. Dalam penelitian ini, likuiditas diukur dengan menggunakan cash ratio. Rasio tersebut merupakan rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar kewajibannya. Dengan kata lain, perusahaan sudah memiliki kas yang sudah siap digunakan untuk membayar kewajiban yang dimiliki. Cash ratio yang terlalu tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang baik karena terdapat dana yang menganggur, atau belum digunkan secara optimal, dan Cash ratio yang berada dibawah rata-rata industri menunjukkan kondisi perusahaan yang kurang baik karena perusahaan masih memerlukan waktu untuk menyediakan kas agar dapat membayar kewajibannya (Kasmir,2013:140). Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki kemampuan membayar kewajibannya akan menjaga posisi likuiditasnya. Berdasarkan pada kajian empiris tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 5: Likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 1. 5 Gambar 1 KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Klasifikasi Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di LQ45 selama periode 2009-2012. Populasi tersebut merupakan kumpulan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang paling tinggi dari emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang konsisten membentuk indeks saham LQ45 selama periode 2009-2012, (2) Perusahaan tidak termasuk dalam industri jasa dan keuangan, (3) Perusahaan yang membagikan dividen kas pada periode yang digunakan, (4) Perusahaan yang tidak memiliki nilai ekuitas negatif. Dari 45 saham perusahaan yang tercatat di indeks saham LQ45, maka diperoleh 13 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dengan periode penelitian selama tahun 2009-2012, sehingga terdapat 42 observasi. Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah mengumpulkan data sekunder berupa dividend payout ratio, dividend per share, return on equity, total aset, aset tetap, kas dan setara kas, dan kewajiban lancar. Data tersebut dikumpulkan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Data sekunder tersebut diperoleh dari beberapa sumber, yaitu www.sahamok.com dan www.idx. co.id. Definisi Operasional Variabel Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan sebuah perusahaan dalam membagi laba yang diperoleh dengan mengalokasikannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Kebijakan dividen dapat diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) yang digunakan untuk mengukur berapa besarnya proporsi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilan 6 keuntungan atau laba. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Return On Equity. Investment Opportunity Set Investment Opportunity Set merupakan suatu keputusan dalam bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki dengan pilihan investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang. Pengukuran IOS dilakukan dengan proksi berdasarkan investasi yaitu Ratio Capital Expenditure to Book Value Assets (CAP/BVA) yang diukur dengan prosentase. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatan kinerja. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan pertumbuhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam waktu yang sesegera mungkin. Rasio likuiditas diukur dengan menggunakan cash ratio. Adapun indikator dan pengukuran variabel penelitian selengkapnya disajikan pada tabel 1. Tabel 1 PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN Variabel Kebijakan Dividen Indikator Dividen Payout Ratio Profitabilitas Return On Equity Pengukuran Earning After Interest and Tax Equity Investment Opportunity CAP/BVA Set (aktiva tetapt –aktiva tetap t-1) Total Asett-1 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan Aktiva Total Aktivat – Total Aktivat-1 Total aktivat-1 Likuiditas Cash Ratio Alat Analisis Penelitian ini menggunakan dua alat analisis. Untuk mengkaji kebijakan dividen pada perusahaan indeks saham LQ45 menggunakan analisis deskriptif. Alasan dipilihnya analisis deskriptif karena untuk melihat bagaimana pola kebijakan dividen yang diterapkan pada perusahaan indeks saham LQ45 selama periode 2009 - 2012 yang kemudian dikaitkan dengan teori jenis kebijakan dividen yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Cash or Cash equivalent Current liabilities Untuk menguji hubungan antara profitabilitas, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang tercatat dalam indeks saham LQ45 periode 2009-2012 digunakan model regresi linear berganda (multiple regression analysis). Alasan digunakan model regresi linear berganda sebagai alat analisis karena untuk menguji pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, maka 7 berikut adalah model yang akan diuji dalam penelitian ini: Div = α + β1Prof + β2IOS + β3Growth + β4 Lik+ e HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji kebijakan dividen pada perusahaan yang tercatat dalam indeks saham LQ45. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat pola kebijakan dividen pada perusahaan sehingga diketahui jenis kebijakan dividen yang diterapkan pada perusahaan yang tercatat dalam indeks saham LQ45. Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dividend per share dan dividend payout ratio secara keseluruhan pada perusahaan sampel selama periode 2009 sampai dengan periode 2012 berfluktuasi. Berfluktuasinya nilai rata-rata dividend per share (DPS) karena laba bersih yang dihasilkan setiap tahunnya juga berfluktuasi. Nilai dividend per share (DPR) tertinggi dari rata-rata DPS secara keseluruhan perusahaan indeks saham LQ-45 yang menjadi sampel terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp 717.55 per lembar saham, hal ini dikarenaka laba bersih dari rata-rata laba bersih secara keseluruhan perusahaan indeks saham LQ45 yang menjadi sampel mengalami peningkatan yang tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudah periode 2011. Apabila dilihat dari nilai rata-rata dividend payout ratio (DPR) yang relatif konstan, hal ini dapat dijelaskan bahwa jenis kebijakan dividen yang diterapkan pada perusahaan yang termasuk dalam indeks saham LQ45 selama periode 2009 sampai dengan 2012 adalah jenis kebijakan dividen “rasio pembayaran konstan”. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang didasarkan pada persen- tase dari laba bersih yang digunakan untuk membayar dividen tunai (Brigham dan Houston, 2011: 217). Dengan kebijakan ini maka dividend per share mengalami fluktuasi karena disesuaikan dengan be-sarnya pendapatan yang diperoleh pada periode 2009 sampai dengan periode 2012. Berdasarkan pada gambar 3, masing-masing sektor perusahaan indeks saham LQ45 menetapkan jenis kebijakan dividen “rasio pembayaran konstan”, meskipun perusahaan melakukan ekspansi usaha perusahaan tidak mengurangi rasio pembayaran dividen selama periode 2009 sampai dengan periode 2012. Sehingga dapat disimpulkan kebijakan dividen yang ditetapkan tidak merupakan kebijakan dividen residual, melainkan kebijakan dividen “rasio pembayaran konstan”. Nilai dividend per share selama periode 2009 sampai dengan periode 2012 mengalami fluktuasi yang dikarenakan pendapatan perusahaan juga mengalami fluktuasi. Penurunan nilai dividend per share yang sangat terlihat terdapat pada sektor miscellaneous industry, hal ini dikarenakan pada tahun 2012 perusahaan melakukan stock split (pemecahan nilai nominal saham) sehingga berdampak pada nilai dividen yang dibayarkan per lembar saham. 8 Sumber : www.idx.co.id, diolah Gambar 2 Rata-rata Dividend Per Share dan Dividend Payout Ratio Keseluruhan Perusahaan Indeks Saham LQ45 Periode 2009-2012 Sumber : www.idx.co.id, diolah Gambar 3 Rata-rata Dividend Per Share dan Dividend Payout Ratio Pada Masing-masing Sektor Perusahaan Indeks LQ45 Periode 20092012 9 Tabel 2 RINGKASAN HASIL PENGUJIAN MODEL PENELITIAN Variabel (Constant) ROE INVEST PERTUMBUHAN CR Uji F Koefisien t-statistic r2 43.083 8.629*** .626 7.708*** .558 -.144 -.498 .005 -.513 -3.001*** .161 -.008 -.579 .007 2 Fhitung = 17.547*** R = .599 Sumber : www.idx.co.id, diolah Hasil Analisis dan Pembahasan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dalam tabel 1 nilai Fhit = 17.547 dan signifikan pada 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya secara simultan variabel profitabilitas, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Koefisien determinasi sebesar 59.9 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa variabel profitabilitas, invest-ment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likuiditas secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 59.9 persen terhadap kebijakan dividen dan sisanya 40.1 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model, misalnya variabel ketersediaan kas, denda pajak atas laba yang terakumulasi secara tidak wajar, kemampuan mensunstitusi hutang dengan ekuitas (Brigham dan Houston, 2011:232-233) serta variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Dapat diketahui variabel profitabilitas pada tabel 1 memiliki nilai signifikan pada 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya variabel profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui variabel investment opportunity nilai signifikansi sebesar 0.621. Se- *** Sig. pada 1% hingga H0 diterima, artinya variabel investment opportunity set memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Pada tabel 1, dapat diketahui bahwa variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikan pada 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya variabel pertumbuhan perusahaan secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Variabel likuiditas pada tabel 1 memiliki nilai signifikansi sebesar 0.56 6, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya variabel likuiditas secara parsial memiliki hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen Variabel profitabilitas memiliki koefisien positif. Tanda positif dalam koefisien variabel profitabilitas sesuai dengan asumsi semula bahwa semakin besar laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan maka akan semakin besar Dividen Payout Ratio. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang dibayarkan didasarkan pada tingkat keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka dividen yang dibayarkan akan cenderung tinggi, dan sebaliknya jika tingkat keuntungan rendah, maka divi10 den yang dibayarkan akan cenderung rendah. Penelitian ini juga berhasil membuktikan teori yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012:302-305) bahwa dalam praktik yang ada dipergu-nakan laba bersih setelah pajak sebagai ukuran jumlah maksimum dana yang akan dibagikan sebagai dividen. Dengan semakin tinggi rasio profitabilitas (return on equity) maka semakin baik dalam efesiensi penggunaan modal sendiri, sehingga perusahaan mampu menghasilkan pengembalian investasi atas modal para pemegang saham yang diinvestasikan dalam perusahaan berupa pembayaran dividen (Kasmir,2013:204 ). Penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012:302-305) bahwa dalam praktik yang ada dipergunakan laba bersih setelah pajak sebagai ukuran jumlah maksimum dana yang akan dibagikan sebagai dividen. Dengan semakin tinggi rasio profitabilitas (return on equity) maka semakin baik dalam efesiensi penggunaan modal sendiri, sehingga perusahaan mampu menghasilkan pengembalian investasi atas modal para pemegang saham yang diinvestasikan dalam perusahaan berupa pembayaran dividen (Kasmir,2013 :204). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tita Deitiana (2009), dan Haryetti dan Ririn (2012). Selain itu penelitian ini juga mendukung penelitian Michell Suharli (2007) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen tunai secara positif, tetapi terdapat perbedaan hasil penelitian sekarang dengan penelitian Khoirul dan Ririn (2013) yang menyatakan profitability mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. miliki pengaruh negatif namun tidak signifikan. Tanda negatif ini sesuai dengan asumsi semula yaitu apabila perusahaan melihat adanya kesempatan investasi yang menguntungkan, maka akan cenderung memiliki investasi tersebut sehingga berdampak pada pembayaran dividen yang menurun karena dana digunakan untuk membiayai investtasi. Namun, variabel ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan menggunakan konsep pecking order theory dalam melakukan investasi. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan pinjaman (dana eksternal) dan tidak menerbitkan saham, apabila arus kas internal (dana internal) tidak mencukupi untuk membiayai modal belanja (Myers,2001). Artinya, dana yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan investasi baru lebih cenderung pada pinjaman dan tidak sepenuhnya menggunakan dana internal perusahaan karena tidak mencukupi untuk membiayai investasi baru. Sehingga investment opportunity set tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, karena dengan menggunakan pinjaman dalam membiayai investasi baru maka laba masih dapat digunakan untuk membayar dividen. Hasil penelitian sekarang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2007) yang menyatakan bahwa investment opportunity set mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif namun tidak signifikan. Namun, terdapat perbedaan hasil penelitian sekarang dengan penelitian Hana neh et al (2013) yang menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh investment opportunity set terhadap kebijakan dividen Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel investment opportunity set me- Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen Variabel partumbuhan perusahaan memiliki koefisien negatif. Pertumbu11 han perusahaan menunjukkan perubahan yang tidak searah atau berlawanan dengan kebijakan dividen yang artinya apabila pertumbuhan perusahaan suatu perusahaan semakin besar, maka pembayaran dividen akan semakin kecil. Hal ini sangat logis karena semakin besar tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Penelitian ini mendukung teori yang dikemukan oleh Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003:388-389) semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pengembangan aktiva yang berdampak pada pengurangan pembayaran dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Haryetti dan Ririn (2013) yang menyebutkan dalam penelitian tersebut variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen Penelitian ini tidak menunjukkan bahwa perubahan variabel likuiditas searah dengan kebijakan dividen yang ditunjukkan dengan nilai koefisien yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya posisi likuiditas perusahaan tidak berpengaruh secara positif terhadap kebijakan dividen, melainkan berpengaruh secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya posisi likuiditas perusahaan tidak berpengaruh secara positif terhadap kebijakan dividen, melainkan berpengaruh secara negatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, likuiditas tidak mempengaruhi dividend payout ratio secara langsung karena likuiditas memiliki dua sisi yaitu risk dan return. Apabila likuiditas tinggi maka risiko yang dimiliki rendah, sehingga return yang diperoleh rendah. Rendahnya return akan berdampak pada dividend payout ratio yang rendah. Hal ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Kasmir (2013:140), rasio likuiditas yang terlalu tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang baik karena terdapat dana yang tidak produktif. Adanya dana yang tidak produktif dapat menyebabkan pendapatan menurun sehingga berdampak pada dividend payout ratio yang mengalami penurunan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan variabel likuiditas tidak mendukung hasil penelitian Khoirul dan Ririn (2013) yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif tetapi tidak signifikan liquidity terhadap dividend payout ratio. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa jenis kebijakan dividen yang diterapkan dalam perusahaan indeks saham LQ45 secara keseluruhan adalah kebijakan dividen “rasio pembayaran konstan”. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang didasarkan pada persentase tertentu dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai DPR tertinggi dipengaruhi oleh peningkatan laba bersih. Sedangkan nilai DPR yang rendah dipengaruhi oleh penurunan pendapatan atau laba bersih. Selin itu, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen Perseroan berikut ini: (1) Kebijakan dividen ditetapkan sesuai dengan pendapatan atau laba bersih dan ketersediaan kas yang dimiliki oleh Perseroan setiap tahunnya. (2) adanya perubahan atau pemecahan nilai nominal saham yang berdampak pada dividend per share (DPS). Terdapat faktor-faktor lain yang pada praktiknya mempengaruhi kebijakan dividen antara lain adanya pengaruh eksternal yang terjadi pada beberapa sektor berikut ini: (1) sektor perkebunan : harga minyak sawit dunia mempengaruhi profitabilitas perusahaan se12 hingga berdampak pada kebijakan dividen. (2) Sektor pertambangan : bencana alam mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan dan dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likuiditas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Adapun besarnya pengaruh variabelvariabel tersebut secara simultan terhadap kebijakan dividen sebesar 59.9 persen. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H1-H5) penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara parsial variabel pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Variabel yang paling berpengaruh diantara variabel profitabilitas, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, dan likuiditas terhadap kebijakan dividen adalah profitabilitas yaitu berpengaruh sebesar 55.8 persen. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang digunakan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham. Penelitian ini mempunyai keterbatasan (1) jumlah sampel yang diperoleh dari hasil penelitian ini hanya hanya 13 perusahaan yang terdapat dalam indeks saham LQ45, (2) pengukuran variabel investment opportunity set pertumbuhan perusahaan memiliki keterkaitan sehingga dimungkinkan menim- bulkan multikolinearitas, (3) variabel likuiditas yang diukur dengan cash ratio menunjukkan hasil yang negatif namun tidak signifikan dan tidak mendukung hasil penelitian terdahulu (3) nilai R2 yang kecil yaitu sebesar 59.9 persen, masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen. Berdasarkan pada hasil dan keterbatasan penelitian, maka saran dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian, manambah variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen, menggunakan pengukuran pertumbuhan perusahaan dengan partumbuhan penjualan, menggunakan pengukuran likuiditas yang lain. Bagi perusahaan, disarankan agar kebijakan dividen dapat dilakukan dengan tepat sebaiknya memperhatikan variabel profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan karena memiliki pengaruh yang signidikan terhadap kebijakan dividen. Bagi investor, diharapkan lebih teliti dalam memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi dan mengetahui pola kebijakan dividen untuk membantu pengambilan keputusan dalam berinvestasi. DAFTAR RUJUKAN Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, Eugene F, dan Houston, Joel F. 2011. Fundamentals of Financial Management. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Dwi Prastowo. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Teknik dan Aplikasi. Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPN. Hananeh,Ardestani,S., Siti,Z,A,R., Rohaida,B., dan Mohammaddghorban, M. 2013. “Dividend Payout Policy, Investment Opportunity Set, and Corporate Financing in the Industrial Products Sector of Malaysia”. Journal of Applied Finance & Banking. Vol 3 (1) pp. 123-136. 13 Haryetti dan Ririn Araji Ekayanti. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Ekonomi. Vol 20 (3) pp. 118. Kallapur, Sanjay dan Trombley, Mark A. 1999. “The Association Beetween Investment Opportunity Seet Proxies and Realized Growth”. Journal of Business Finance and Accounting. Vol 26 (3&4) pp. 505519. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers. Khoirul Hikmah dan Ririn Astuti. 2013. “Growth of Sales, Investment, Liquidity, Profitability, dan Size of Firm Terhadap Kebijakan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol 2 (1) pp. 1-15. Michell Suharli. 2007. “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 9 (1) pp. 9-17. Myers, Stewart C. 2001. “Capital Structure”. The Journal of Economic Perspectives. Vol 15 (2) : 81102. Nafi’ Inayati Zahro. 2009. “Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dan Leverage Perusahaan”. Jurnal Sosial dan Budaya, Vol 2 (2) : 116123. Ridwan Sundjaja, dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Literata Lintas Media. Ross, Stephen A., Westerfield,R,W., dan Jordan,B,D. 2009. Corporate Finance Fundamentals. Edisi Delapan. Jakarta: Salemba Empat. Sofyan Syafri Harahap. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Suad Husnan, dan Enny Pudjiastuti. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tita Deitiana. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 11 (1) pp. 57-64. 14