Afatinib untuk Pasien NSCLC dengan Metastasis ke Otak

advertisement
BERITA TERKINI
Afatinib untuk Pasien NSCLC
dengan Metastasis ke Otak
M
utasi pada epidermal growth
factor receptor mutated (EGFR)
menyebabkan survival sel diperantarai oleh dan tergantung pada jalur
signaling EGFR. Uji klinik menunjukkan adanya perbaikan progression free survival (PFS)
pasien non-small cell lung cancer (NSCLC)
dengan gefitinib atau erlotinib dibandingkan
dengan kemoterapi, namun pasien dapat
mengalami progresivitas setelah median
durasi terapi 8-10 bulan. Afatinib merupakan
terapi lini pertama yang efektif pada pasien
NSCLC dengan EGFR mutasi. Afatinib juga
memiliki aktivitas pada pasien yang progresif
dengan penghambat tyrosine kinase EGFR.
Afatinib lini pertama dikatakan juga aktif pada
pasien dengan metastasis ke sistem saraf
pusat. Analisis 35 pasien dengan metastasis
ke otak dari LUX-Lung 3 melaporkan median
PFS pada pasien dengan afatinib vs cisplatin/
pemetrexed adalah 11,1 bulan vs 5,4 bulan
(HR 0,52; p=0,13). Temuan ini memiliki
relevansi klinis karena sistem saraf pusat sering
menjadi tempat metastasis pasien dengan
NSCLC. Metastasis ke otak dan/atau penyakit
leptomeningeal dijumpai pada sekitar 21-64%
pasien selama perjalanan penyakit dan 1020% pasien saat pertama didiagnosis.
Peneliti melaporkan outcome pasien NSCLC
pretreated dengan metastasis ke sistem
saraf pusat yang mendapat afatinib dalam
compassionate use program. Pasien NSCLC
yang progresif setelah mendapat setidaknya
1 lini kemoterapi dan 1 lini penghambat
tyrosine kinase EGFR, mendapat afatinib.
Dosis afatinib adalah 50 mg/hari, dosis awal
yang lebih rendah 40 mg atau 30 mg dapat
diberikan tergantung pada dokter. Riwayat
medis, demografi pasien, status mutasi EGFR,
dan efek samping yang dijumpai pada pasien
didokumentasi. Dari tahun 2010 sampai
2013, terdapat 573 pasien yang terdaftar dan
541 pasien diterapi dengan afatinib.
Hasilnya:
· Sejumlah 100 pasien (66% perempuan,
median usia 60 tahun) mengalami metastasis
ke otak dan/atau penyakit leptomeningeal
dengan 74% mengalami mutasi EGFR.
· Median time to treatment failure untuk
pasien yang metastasis ke otak adalah 3,6
bulan dan tidak berbeda dengan 100 pasien
tanpa metastasis ke sistem saraf pusat (HR
1,16; 95% CI 0,83 s/d 1,62; p=0,52).
· Sejumlah 35% pasien yang dapat dievaluasi (31 pasien) mengalami respons
serebral, 16% berespons secara eksklusif
dalam otak.
· Durasi respons adalah 120 hari (rentang
21-395 hari).
· Sejumlah 66% pasien yang dapat dievaluasi mengalami respons serebral dengan
afatinib.
· Data 1 pasien dengan respons impresif
menunjukkan konsentrasi afatinib dalam
cairan serebrospinal hampir 1 nMol.
· Efek samping tipikal yang dijumpai, yaitu
diare, toksisitas kulit/mukosa, mual/muntah,
dan fatigue.
Simpulan studi ini adalah afatinib tampaknya berpenetrasi ke dalam sistem saraf pusat
dengan konsentrasi cukup tinggi untuk
menghasilkan efek klinis terhadap metastasis
ke otak. Afatinib mungkin merupakan terapi
yang efektif untuk pasien NSCLC heavily
pretreated dengan EGFR mutasi atau sensitif
terhadap penghambat tyrosine kinase EGFR
dan metastasis ke otak. (HLI)
REFERENSI:
1.
Hoffknecht P, Tufman A, Wehler T, Pelzer T, Wiewrodt R, Schütz M, et al. Efficacy of the irreversible ErbB family blocker afatinib in epidermal growth factor receptor (EGFR) tyrosine kinase
inhibitor (TKI)-pretreated non-small-cell lung cancer patients with brain metastases or leptomeningeal disease. J Thorac Oncol. 2015; 10(1): 156-63. doi: 10.1097/JTO.0000000000000380.
2.
Afatinib for patients with NSCLC and CNS metastasis. Practice Update [Internet]. 2014 Nov 21 [cited 2014 Dec 15]. Available from: https://www.practiceupdate.com/
JournalScan/14739/6/1
524
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015
Download